You are on page 1of 11

888 Sardi, Bambang Agus K., Rachmad J.

, Kajian Penanganan Sedimen Dengan …

PERENCANAAN SISTEM PERINGATAN DINI


BENCANA TANAH LONGSOR DI DUSUN LUCU PALONGAN
DESA CAMPOAN KECAMATAN MLANDINGAN
KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR
Teuku Mukhlis1), Teuku Faisal Fathani2), Ign. Sudarno3)
1)
Dinas Pertambangan dan Energi, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2)
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM – Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta
3)
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik UGM – Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta

ABSTRACT

Lucu Palongan Sub-village is located at hills terrain which is critically prone to soil mass
movement due to the morphological characteristic of plateu with steep slopes in addition to
geological setting of volcanic breccia bedrock covered by colluvial sediments. The research is
initiated by soil mass movement occurrence in Lucu Palongan Sub-villag. It is situated in
community’s farm land which is a typical ground faulting with soil cracks subsided by 3 meters at
the crown area. The study is conducted to identify the causal factors and mechanism of soil mass
movement, to observe the condition of the affected areas and society, to discover the areas
vulnerable to landslide effects and to plan early warning system for landslide disaster. The primary
data for the research is gathered from field investigation. Analysis on the slope stability is carried
out by employing SLOPE/W program. The study identifies that soil mass movement in Lucu
Palongan Sub-village is a typical slide. The causal factors of soil mass movement at the researched
areas are the farm lands existed on the slopes causing water on land surfaces accumulated, thence
the intensity of water slipping into subsurface increases, shear strength of soil significantly
diminishes due to saturation. The most vulnerable areas to landslide are Bretan and Batuampar
Sub-village of Selowogo Village. The indications of soil mass movement were initially noticed by
the residents of Lucu Palongan Sub-village through landslide monitoring instrument. Afterward,
the information was communicated to the people of Bretan and Batuampar Sub-village.
Keywords : Soil Mass Movement, SLOPE/W, Early Warning System, Community Based Develop-
ment, Landslide Monitoring Instrument

PENDAHULUAN tersebut cenderung semakin meningkat seiring


dengan meningkatnya aktivitas manusia. Kabupa-
Gerakan massa tanah (soil mass movement)
ten Situbondo merupakan perpaduan antara daerah
atau sering disebut tanah longsor (landslide)
rendah di sebelah utara dan daerah perbukitan di
merupakan salah satu bencana alam yang sering
sebelah selatan dengan kemiringan lereng yang
melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah.
terjal. Kondisi geologi didominasi oleh Formasi
Kondisi alam Indonesia dengan faktor-faktor
Batuan Gunungapi Ringgit dan Batuan Gunungapi
penyebab geologi, topografi, klimatologi yang
Argopuro dengan litologi terdiri dari lava, breksi
sangat dominan menjadikan beberapa wilayah di
gunungapi dan tuff. Lapisan permukaan terdiri dari
Indonesia rawan terhadap bencana alam gerakan
litologi endapan koluvial yang umumnya sudah
massa tanah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
melapuk. Lapukan tersebut menghasilkan bong-
gerakan massa tanah tersebut tidak hanya keru-
kah-bongkah batuan yang mudah lepas karena
sakan secara langsung seperti rusaknya fasilitas
rekatan antar fragmen batuan sangat lemah.
umum, lahan pertanian, ataupun adanya korban
Kondisi morfologi dan geologi tersebut membuat
manusia, akan tetapi juga kerusakan secara tidak
Kabupaten Situbondo menjadi daerah yang
langsung yang melumpuhkan kegiatan pemba-
mempunyai tingkat kerentanan terhadap bahaya
ngunan dan aktivitas ekonomi di daerah bencana
gerakan massa tanah yang cukup tinggi.
dan sekitarnya. Bencana alam gerakan massa tanah
Forum Teknik Sipil No. XVIII/3-September 2008 889

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peristiwa alam gerakan tanah. Mitigasi antara lain untuk
gerakan massa tanah yang terjadi di Dusun Lucu memberikan rekomendasi penanganan bencana
Palongan. Gerakan massa tanah yang terjadi alam gerakan tanah dengan pendekatan sistem
berupa tanah gerak dengan retakan tanah yang peringatan dini.
sudah mengalami penurunan sampai 3 meter pada
bagian mahkota. Tanah gerak tersebut terjadi pada
PENANGANAN BENCANA TANAH LONG-
lahan pertanian masyarakat, yang sewaktu-waktu
SOR
bisa mengalami keruntuhan dan akan mengancam
kelestarian alam dan keselamatan jiwa maupun Dalam penelitian ini, penanganan bencana
harta benda penduduk setempat. Untuk mengu- tanah longsor adalah ke arah pemantauan dan
rangi dampak yang akan ditimbulkan oleh bencana merencanakan suatu sistem peringatan dini. Alat-
alam gerakan massa tanah tersebut, maka alat dan pekerjaan lapangan untuk investigasi dan
perencanaan sistem peringatan dini bencana tanah pemantauan tanah longsor akan dijelaskan berikut
tongsor di daerah penelitian sangat diperlukan dan ini.
penting untuk dilaksanakan.
Lokasi penelitian terletak di Dusun Lucu Pengeboran
Palongan, Desa Campoan, Kecamatan Mlan-
dingan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, seperti Pengeboran dilakukan untuk menjelaskan
ditunjukkan dalam Gambar 1. Penelitian ini bertu- struktur geologi dan bidang longsor pada daerah
juan untuk investigasi dan mitigasi gerakan massa longsoran. Pengeboran dilaksanakan sepanjang
tanah di daerah penelitian. Investigasi antara lain garis tinjauan yang dibuat sesuai dengan posisi dan
untuk mengetahui kondisi lingkungan fisik dan arah longsoran, pada interval antara 30 m – 50 m.
kondisi masyarakat, mempelajari faktor-faktor Tiga atau lebih lubang bor dibuat dalam blok
penyebab terjadinya gerakan massa tanah, jenis longsor dan sedikitnya satu lubang bor dibuat di
dan mekanismenya serta mengidentifikasi daerah belakang mahkota longsoran dengan minimun
rawan yang akan terkena dampak dari bencana empat lubang bor secara keseluruhan.

Gambar 1. Letak lokasi daerah penelitian terhadap Dusun Lucu Palongan


890 Sardi, Bambang Agus K., Rachmad J., Kajian Penanganan Sedimen Dengan …

Survei bidang gelincir alat pengukur penurunan permukaan. Hasil penca-


tatan alat pengukur curah hujan dapat digunakan
Survei bidang gelincir dilakukan untuk
sebagai pembanding dengan hasil pencatatan
menentukan lokasi dari bidang gelincir. Ada dua
pergerakan tanah yang dapat dinyatakan bahwa
metode untuk menentukan bidang gelincir, yaitu
semakin besar intensitas curah hujan, maka tanah
dengan analisis inti bor (boring core analysis) dan
cenderung akan mudah bergerak.
menggunakan alat untuk memantau. Analisis inti
bor dilakukan dengan interpretasi secara geologi,
baik interpretasi selama proses pengeboran mau- KONDISI GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
pun interpretasi berdasarkan pengamatan inti bor.
Kondisi geomorfologi daerah penelitian
Alat yang digunakan untuk pemantauan bidang
gelincir antara lain adalah underground strain Daerah penelitian dan sekitarnya merupakan
gauge, borehole inclinometer dan multi-layer daerah perbukitan dengan kemiringan lereng yang
movement meter. Ketiga alat tersebut dimasukkan terjal. Morfologi di bagian timur (hulu) daerah
kedalam lubang bor. penelitian adalah perbukitan yang tersusun oleh
material-material hasil pengendapan yang berupa
bongkah-bongkah batuan yang mudah lepas
Penyelidikan penurunan permukaan
karena adanya pelapukan. Morfologi di bagian
Investigasi penurunan bentuk permukaan utara (hilir) daerah penelitian merupakan daerah
dilakukan untuk menggambarkan batasan-batasan dataran rendah. Daerah longsoran mempunyai
tanah longsor, ukuran, tingkat aktivitas dan arah sudut kelerengan yang bervariasi, yaitu kelerengan
pergerakan. Penyelidikan penurunan permukaan dengan sudut ± 20º yang terdapat pada daerah
juga dilakukan untuk menentukan pergerakan blok tengah sampai kaki longsoran dan kelerengan
dari longsoran utama. Adanya mahkota dan retak- dengan sudut ± 25º yang terdapat pada daerah
an yang melebar digunakan untuk menentukan mahkota hingga daerah tengah longsoran dengan
apakah akan berpotensi untuk bergerak di masa ketebalan soil mencapai ± 20 – 30 meter. Morfolo-
mendatang. Alat yang digunakan untuk investigasi gi daerah penelitian yang miring menyebabkan
penurunan bentuk permukaan terdiri dari exten- gaya vertikal yang menarik batuan ke arah bawah
someter, tiltmeter dan GPS. semakin tinggi, hal ini mendukung terjadinya
longsoran di daerah penelitian.
Pengukuran muka air tanah Tataguna lahan di daerah longsoran berupa
persawahan dan di bagian hulu berupa permu-
Pengukuran muka air tanah untuk menentu- kiman. Kondisi sawah selalu ditanami dengan
kan hubungan antara curah hujan dan fluktuasi air tanaman musiman seperti padi, jagung dan
tanah dan pengaruh pada tekanan pori pada bidang tembakau. Air yang terus menerus tertahan di
gelincir. Pengukuran muka air tanah dapat dilaku- persawahan berakibat pada bertambahnya intensi-
kan pada setiap lubang bor. Alat yang digunakan tas air yang masuk ke dalam tanah. Kondisi seperti
untuk mengukur muka air tanah adalah pore ini akan menurunkan kuat geser tanah secara
pressure gauge. Jarak waktu pengamatan untuk signifikan dan meningkatkan beban lereng.
pengukuran muka air tanah selama hujan yang
Sungai di daerah penelitian menempati bagian
sangat lebat pasti akan lebih ditingkatkan, untuk
selatan daerah penelitian, di dalam blok longsoran
memahami hubungan antara curah hujan dengan
terdapat saluran yang digunakan untuk mengalir-
muka air tanah.
kan air ke persawahan. Hal ini mengakibatkan air
meresap ke dalam tanah secara terus menerus.
Pengukuran curah hujan Kejadian ini mempercepat longsoran di daerah
penelitian. Kondisi geomorfologi dan tataguna
Pengukuran curah hujan dilakukan untuk me-
lahan di daerah penelitian seperti pada Gambar 2.
nentukan hubungan antara hasil pencatatan curah
hujan dan hasil pencatatan pergerakan tanah pada
Forum Teknik Sipil No. XVIII/3-September 2008 891

Gambar 2. Kondisi geomorfologi dan tataguna lahan di daerah penelitian

Kondisi stratigrafi/litologi daerah penelitian berumur Holosen. Sketsa profil geologi lokasi
longsoran seperti terlihat dalam Gambar 3 berikut.
Daerah penelitian terdiri dari litologi breksi
gunungapi dari satuan batuan Gunungapi Ringgit
yang berumur Plistosen dan endapan koluvial hasil Hidrologi daerah penelitian
rombakan breksi gunungapi. Litologi breksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan penyeli-
gunungapi ditemukan di tebing sungai dan tebing
dikan di lapangan, kondisi akuifer di daerah
jalan. Singkapan breksi gunungapi yang
penelitian merupakan kombinasi antara akuifer
ditemukan di daerah penelitian umumnya masih
butir dan akuifer celah. Air hujan yang masuk ke
segar. Endapan koluvial terdapat pada daerah kaki
bawah permukaan tanah melalui pori-pori dan
lereng termasuk pada tempat terjadinya gerakan
celah-celah pada tanah akan menjenuhi tanah dan
massa tanah dengan ketebalan ± 20 – 30 meter.
tanah akan mengalami penurunan kekuatan geser-
Endapan koluvial diperkirakan terendapkan secara
nya.
selaras diatas litologi breksi gunungapi dan

Gambar 3. Sketsa profil geologi lokasi longsoran


892 Sardi, Bambang Agus K., Rachmad J., Kajian Penanganan Sedimen Dengan …

Intensitas air yang meningkat pada waktu mu- alamiah dan faktor manusia. Faktor alamiah yang
sim hujan (Desember – Maret) akan mengakibat- menjadi faktor pengontrol adalah kondisi geomor-
kan air dari permukaan tanah yang masuk ke ba- fologi dan stratigrafi. Faktor alamiah yang menjadi
wah permukaan juga meningkat. Peningkatan air faktor pemicu adalah curah hujan yang tinggi.
bawah tanah menyebabkan adanya penambahan Intensitas hujan rata-rata selama 5 tahun di daerah
tekanan air pori. Tekanan air pori akan mengaki- penelitian pada Bulan Desember adalah 295,5
batkan penjenuhan yang mempercepat terubahnya mm/bulan, Bulan Januari sebesar 212,2 mm/
partikel tanah menjadi plastis dan cair. Kondisi ini bulan, Bulan Februari sebesar 269,8 mm/bulan dan
menyebabkan longsoran di daerah penelitian. bulan Maret sebesar 184,6 mm/bulan. Faktor
alamiah yang menjadi faktor pemicu lainnya ada-
Mekanika tanah daerah penelitian lah gempa bumi. Pada pertengahan Agustus 2007
Hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan telah terjadi gempa bumi di Kabupaten Situbondo.
untuk mengetahui nilai kuat geser tanah di daerah Gempa bumi tersebut akan berpengaruh terhadap
penelitian. Hasil pengujian geser langsung sampel longsoran di daerah penelitian. Faktor manusia
tanah pada Tabel 1. yang menyebabkan longsoran di daerah penelitian
adalah adanya persawahan yang membuat air terus
menerus ada di permukaan dan meresap ke bawah
KONDISI LONGSORAN permukaan, kenaikan intensitas air yang menerus
Longsoran di daerah penelitian berupa tanah menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik
gerak yang telah mengalami rekahan (crack) dan tanah dan menurunkan kuat geser tanah secara
penurunan. Tinggi tebing utama longsoran (main signifikan di daerah penelitian. Kondisi persa-
scarp) sudah lebih dari 3 meter. Terdapat 6 minor wahan juga akan menambah beban lereng, hal ini
scarp di bagian kaki longsoran dengan ketinggian menyebabkan terjadiya longsoran.
antara 10 cm – 50 cm. Di bagian kaki longsoran
terdapat sungai dengan kedalaman ± 20 meter dan Mekanisme gerakan tanah
lebar ± 7 meter. Longsoran terjadi pada daerah
dengan luas 150 m x 170 m dengan arah umum Gerakan tanah di daerah penelitian disebab-
longsoran N 210º E. Dampak dari material long- kan oleh terdapatnya parameter-patameter pengon-
soran adalah pada daerah dataran dan permukiman trol yang terbentuk secara alamiah karena proses
penduduk di bagian hilir berjarak ± 2 km. Jenis geologi yang meliputi litologi, sifat mekanika
gerakan massa tanah adalah longsoran (slides). tanah, hidrogeologi dan morfologi. Parameter
pengontrol yang dipengaruhi oleh faktor pemicu
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah menyebabkan daerah penelitian mengalami
longsoran. Faktor pemicu yang terdiri dari curah
Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di hujan dan tataguna lahan oleh manusia akan
daerah penelitian adalah disebabkan oleh faktor mempercepat ketidakstabilan lereng.

Tabel 1. Hasil uji geser langsung


Sudut gesek Unit Weight
No Sampel Kohesi (kg/cm2)
internal ( º) (kN/m3)
1 S0 0,27 28,20 19,02
2 S1-EO2 0,17 34,18 19,40
3 S2-EO1 0,28 35,71 18,10
4 S3-EM2 0,21 27,24 20,29
5 S4-EM3 0,23 32,94 20,95
Nilai rata-rata 0,23 31,65 19,55
Forum Teknik Sipil No. XVIII/3-September 2008 893

Air yang masuk ke bawah permukaan tanah aman yang didapat adalah 0,780. Hasil perhi-
akan diteruskan melalui bidang lemah. Intensitas tungan program SLOPE/W tersebut menunjukkan
air yang berlebihan menyebabkan ikatan antar bahwa keberadaan air tanah sangat berpengaruh
partikel tanah menjadi renggang dan menyebabkan terhadap kestabilan lereng. Muka air tanah yang
berkurangnya kekuatan ikatan antar partikel. Hal dangkal menyebabkan menurunnya kestabilan
ini mengakibatkan longsoran di daerah penelitian. lereng.
Selain itu, perhitungan program SLOPE/W
Analisis stabilitas lereng menggunakan program juga dilakukan dengan mempertimbangkan faktor
SLOPE/W gempa bumi. Perhitungan dilakukan sebanyak dua
kali dengan tinggi muka air tanah yang berbeda.
Perhitungan (running) dengan program Perhitungan dilakukan untuk mengetahui pengaruh
SLOPE/W dilakukan sebanyak 5 kali dengan gempa bumi yang kemungkinan bisa terjadi di
asumsi tinggi muka air tanah yang berbeda-beda. daerah penelitian dengan percepatan batuan 0,15
Perhitungan pertama dilakukan dengan asumsi m/s2. Perhitungan pertama dilakukan dengan
muka air tanah berada pada kedalaman 20 meter, asumsi muka air tanah pada kedalaman 20 meter,
faktor aman yang didapat adalah 1,526. Perhitung- fakor aman yang didapat dari hasil perhitungan
an kedua dilakukan dengan asumsi muka air tanah tersebut adalah 1,064. Kemudian perhitungan
berada pada kedalaman 15 meter, faktor aman kedua dilakukan dengan asumsi muka air tanah
yang didapat adalah 1,352. Perhitungan ketiga pada kedalaman 10 meter, fakor aman yang
dilakukan dengan asumsi muka air tanah berada didapat dari hasil perhitungan tersebut adalah
pada kedalaman 10 meter, faktor aman yang 0,839. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gempa
didapat adalah 1,217. Perhitungan keempat dilaku- bumi juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan
kan dengan asumsi muka air tanah berada pada lereng dan menurunkan faktor aman lereng secara
kedalaman 5 meter, faktor aman yang didapat ada- signifikan. Hasil perhitungan program SLOPE/W
lah 0,924. Perhitungan kelima dilakukan dengan seperti terlihat pada Gambar 4.
asumsi muka air tanah dekat pemukaan, faktor

Gambar 4. Hasil perhitungan program SLOPE/W


894 Sardi, Bambang Agus K., Rachmad J., Kajian Penanganan Sedimen Dengan …

Identifikasi daerah rawan menjadi melimpah dan kemungkinan dapat terjadi


banjir bandang. Di sekitar lokasi penelitian morfo-
Ancaman langsung dari gerakan massa tanah
logi sungai sangat terjal yang memungkinkan
di Dusun Lucu Palongan adalah terhadap
terbentuknya bendung alamiah dari material
penduduk yang sedang bekerja di lahan pertanian
longsoran.
dalam blok longsoran. Ancamannya adalah apabila
gerakan massa tanah di Dusun Lucu Palongan Selain ancaman dari keruntuhan blok long-
mengalami longsor (keruntuhan lereng), maka soran di Dusun Lucu Palongan, terdapat ancaman
masyarakat yang sedang berada dalam blok lain yang berupa jatuhan bongkah-bongkah batuan
longsoran akan ikut terbawa longsor dan akan di bagian hulu dari Sungai Kali Plalangan.
mengancam keselamatan jiwa. Selain itu daerah Bongkah-bongkah batuan tersebut mudah lepas
yang terancam dengan gerakan tanah di Dusun oleh air karena ikatan antar fragmen batuan sangat
Lucu Palongan adalah daerah di bagian hilir lemah. Air hujan dapat dengan mudah menggerus
Sungai Kali Plalangan, yaitu Dusun Bretan dan ikatan antar fragmen batuan tersebut, sehingga
Dusun Batuampar Desa Selowogo yang batuan akan jatuh sampai ke Sungai Kali
merupakan daerah permukiman dengan morfologi Plalangan. Jika debit sungai besar maka dapat
datar yang berada tepat di sisi Sungai Kali terjadi aliran debris/banjir bandang dengan
Plalangan. Ancaman yang dapat terjadi adalah material bongkahan-bongkahan batuan tersebut.
apabila gerakan tanah di Dusun Lucu Palongan Peta kondisi daerah rawan seperti terlihat dalam
mengalami longsor (keruntuhan lereng) ke arah Gambar 5 berikut.
sungai, maka material yang akan terbawa sungai

Gambar 5. Peta kondisi daerah rawan (sumber : Peta Rupabumi


Digital Indonesia, 1999)
Forum Teknik Sipil No. XVIII/3-September 2008 895

KONDISI MASYARAKAT memasang alat pemantauan muka air tanah (pore


pressure gauge) dan alat pemantauan bidang
Kondisi masyarakat diketahui dari pengolah-
gelincir (strain gauge/borehole inclinometer).
an data kuesioner yang telah disebarkan. Respon-
den merupakan masyarakat Desa Campoan dan Tiltmeter dipasang untuk mempelajari per-
sekitarnya, data responden adalah sebagai berikut luasan yang potensial dari area longsoran.
ini. Jenis kelamin, terdiri dari pria sebanyak 88% Tiltmeter dipasang pada 4 titik yaitu 1 titik di bela-
dan wanita sebanyak 12%. Umur responden, kang mahkota dan 3 titik dalam blok longsoran.
antara lain terdiri dari umur kurang dari 10 tahun Pada masing-masing titik dipasang 2 unit tiltmeter
sebanyak 0%, umur antara 10 tahun sampai 20 dengan arah utara-selatan dan barat-timur. Exten-
tahun sebanyak 32%, umur antara 20 tahun sampai someter otomatis dipasang pada daerah dengan
30 tahun sebesar 48%, umur antara 30 tahun tingkat keaktifan pergerakan tanah yang relatif
sampai 40 tahun sebesar 8% dan umur diatas 40 lebih besar. Extensometer otomatis sebanyak 2
tahun sebesar 12%. Pekerjaan masyarakat, terdiri unit masing-masing dipasang pada mahkota/tebing
dari petani sebesar 80%, wiraswasta sebesar 12% utama longsoran (main scarp). Extensometer
dan guru sebanyak 8%. Tingkat pendidikan, terdiri manual sebanyak 3 unit masing-masing 2 unit
dari lulusan Sekolah Dasar sebanyak 68%, lulusan dipasang pada scarp minor di bagian kaki
SLTP sebanyak 12%, lulusan SLTA sebanyak longsoran dan 1 unit dipasang pada bagian pinggir
12% dan lulusan D2 sebanyak 8%. sebelah barat tebing utama longsoran. Alat pengu-
kuran pergerakan tanah sederhana menggunakan
Hasil yang diperoleh antara lain pemahaman
papan kayu memungkinkan dipasang sebanyak 3
masyarakat terhadap tanah longsor adalah sangat
unit pada scarp minor di bagian kaki longsoran,
rendah 16%, rendah 20%, sedang 28%, tinggi 32%
karena penurunan permukaan tanah belum besar.
dan sangat tinggi sebesar 4%. Pemahaman masya-
Pencatat curah hujan dipasang untuk mengukur
rakat terhadap sistem peringatan dini adalah sangat
intensitas curah hujan yang terjadi di daerah blok
rendah 16%, rendah 32%, sedang 16%, tinggi 28%
longsoran. Pencatat curah hujan otomatis sebanyak
dan sangat tinggi sebesar 8%. Persentase tersebut
1 unit dipasang pada perkampungan penduduk
menunjukkan bahwa masih besarnya masyarakat
supaya aman dari longsoran dan dapat selalu
yang belum memahami tanah longsor dan sistem
dikontrol. Untuk bisa menjalankan suatu sistem
peringatan dini.
peringatan dini bencana alam tanah longsor, alat-
alat pemantau gerakan tanah yang dipasang
PERENCANAAN SISTEM PERINGATAN DINI tersebut harus dihubungkan dengan sirine yang
penempatannya di perkampungan penduduk.
Perencanaan pemasangan alat pemantau gerakan
Perencanaan posisi pemasangan alat pemantau
tanah
gerakan tanah seperti Gambar 6.
Penetapan lokasi pemasangan instrumen Disamping alat pemantau gerakan tanah yang
peringatan dini di lokasi penelitian didasarkan telah disebutkan diatas, di daerah Dusun Lucu
pada permasalahan teknik, kondisi longsoran dan Palongan dan sekitarnya juga masih memerlukan
kondisi sosial. Dari pengamatan lapangan, dalam beberapa alat lainnya untuk penanganan gerakan
blok longsoran memungkinkan untuk dibuat garis tanah dengan tipe jatuhan batu. Kondisi geologi di
tinjauan sebanyak 2 buah yaitu pada kedua puncak daerah Dusun Lucu Palongan dan sekitarnya
dari blok longsoran. Pada masing-masing garis didominasi oleh batuan breksi gunungapi yang
tinjauan dilakukan pengeboran sebanyak 3 lubang pada umumnya sudah melapuk di bagian permu-
bor dalam blok longsoran dengan jarak antar kaan. Lapukan tersebut menghasilkan bongkah-
lubang bor ± 40 meter dan satu lubang bor di bongkah batuan yang mudah lepas karena daya
belakang mahkota longsoran. Jumlah lubang bor rekat antar fragmen batuan sangat lemah. Alat
secara keseluruhan sebanyak 8 lubang bor. Fungsi yang dapat dipasang untuk memantau gerakan
dari pengeboran antara lain untuk mengetahui tanah tipe jatuhan batu antara lain sensor kabel
struktur geologi dan bidang gelincir serta untuk (wire sensor) dan sensor getar (vibration sensor).
896 Sardi, Bambang Agus K., Rachmad J., Kajian Penanganan Sedimen Dengan …

Gambar 6. Perencanaan lokasi pemasangan alat pemantau gerakan tanah

Sistem penyampaian informasi peringatan dini juga dapat menggunakan kentungan dengan cara
estafet. Jalur informasi sistem pelaporan seperti
Dari pengamatan di lapangan, sarana komu-
pada Gambar 7 berikut.
nikasi antar warga sudah menggunakan handphone
(HP). Pelaporan/penyampaian informasi saat terja-
di bencana alam gerakan tanah di Dusun Lucu Sosialisasi
Palongan adalah secepat mungkin informasi dapat
Sosialisasi sangat perlu dilakukan mengingat
sampai ke warga Dusun Bretan dan Batuampar.
masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap
Informasi adanya gejala/kejadian gerakan tanah
tanah longsor dan sistem peringatan dini.
pertama sekali diketahui oleh warga Dusun Lucu
Sosialisasi dilakukan untuk memberikan pengeta-
Palongan melalui alat pemantau gerakan tanah
huan kepada masyarakat mengenai faktor-faktor
yang dihubungkan dengan sirine. Kemudian
penyebab terjadinya tanah longsor dan ciri-ciri
informasi tersebut diteruskan sampai diterima oleh
yang harus diwaspadai serta pengenalan sistem
warga Dusun Bretan dan warga Dusun Batuampar
peringatan dini bencana tanah longsor kepada
Desa Selowogo. Sistem pelaporan sebaiknya
masyarakat. Target peserta sosialisasi adalah
menggunakan peralatan alat komunikasi seperti
masyarakat yang tinggal dan bekerja pada daerah
telepon, handphone (HP) dan handytalky (HT),
rawan longsor.
Forum Teknik Sipil No. XVIII/3-September 2008 897

Gambar 7. Skema alur pelaporan bila terjadi bencana tanah longsor

Sosialisasi dilakukan dengan bahasa Madura KESIMPULAN


karena sebagian besar masyarakat tidak mengerti
1. Litologi daerah penelitian tersusun dari
bahasa Indonesia. Materi sosialisasi diutamakan
endapan koluvial yang sebagian besar sudah
mengenai pengetahuan tentang bencana tanah
mengalami pelapukan dengan ketebalan men-
longsor dan sistem peringatan dini dengan maksud
capai 20 – 30 meter. Morfologi lereng di dae-
untuk membekali penduduk setempat agar mereka
rah penelitian antara 20º - 25º, dengan penggu-
tahu bahwa mereka hidup pada daerah yang rawan
naan lahan pada lereng sebagai persawahan
longsor, namun bagaimana agar mereka bisa hidup
yang selalu ditanami tanaman musiman.
selamat dan dapat terhindar dari bencana alam
tanah longsor. Materi sosialisasi disampaikan oleh 2. Pemahaman masyarakat di daerah penelitian
Camat Kecamatan Mlandingan. tentang tanah longsor adalah sangat rendah
16%, rendah 20%, sedang 28%, tinggi 32%
Antusiasme masyarakat untuk datang ke acara
dan sangat tinggi sebesar 4%. Pemahaman
sosialisasi sangat besar. Jumlah masyarakat yang
masyarakat terhadap sistem peringatan dini
datang pada acara sosialisasi lebih dari 300 orang.
adalah sangat rendah 16%, rendah 32%,
Tanggapan dan reaksi masyarakat terhadap materi
sedang 16%, tinggi 28% dan sangat tinggi
sosialisasi cukup baik, rasa keingintahuan masya-
sebesar 8%. Persentase tersebut menunjukkan
rakat terkait materi sosialisasi sangat besar, itu
bahwa masih besarnya masyarakat yang belum
terlihat dari banyaknya pertanyaan yang disampai-
memahami tanah longsor dan sistem peri-
kan masyarakat dalam sesi tanya jawab.
ngatan dini.
Masyarakat yang datang dalam acara sosia-
3. Jenis gerakan tanah yang terjadi di daerah
lisasi diharapakan dapat menyerap dengan baik
penelitian adalah longsoran (slides). Adanya
materi yang diberikan dan dapat mengaplikasikan
persawahan pada lereng yang membuat air
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peningkatan
secara terus menerus ada di permukaan dan
pemahaman terhadap fenomena alam yang menye-
meresap ke bawah permukaan, akan menye-
babkan daerah mereka rentan gerakan massa
babkan kenaikan intensitas air yang masuk,
tanah, diharapkan dapat menurunkan resiko terkait
menurunkan kuat geser tanah secara signifikan
bencana alam gerakan massa tanah.
dan akan menambah beban lereng. Selain itu,
898 Sardi, Bambang Agus K., Rachmad J., Kajian Penanganan Sedimen Dengan …

gempa bumi yang kemungkinan bisa terjadi di INTERNASIONAL Ltd. Calgary, Alberta,
daerah penelitian, dengan percepatan batuan Canada.
0,15 m/s2, akan menurunkan nilai faktor aman Anonim, 2006, Kabupaten Situbondo Dalam
pada lereng secara signifikan merupakan Angka 2005, Pemerintah Kabupaten Situbondo,
faktor-faktor penyebab terjadinya gerakan Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Bap-
tanah di daerah penelitian. pekab Situbondo, Situbondo.

4. Bila terjadi longsoran, meterial longsor akan Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah 1, Edisi
Keempat, Gadjah Mada University Press,
langsung jatuh ke sungai dan dapat menjadi
Yogyakarta.
bendung alam dengan kemungkinan terjadinya
Karnawati, D., 2001, Sistem Peringatan Dini
banjir bandang yang membahayakan masya-
Tanah Longsor dengan Pemberdayaan Masya-
rakat di sebelah hilir, yaitu Dusun Bretan dan
rakat, Lokakarya Nasional Pengembangan
Dusun Batuampar Desa Selowogo yang berada Sistem Peringatan Dini Sebagai Upaya Pence-
tepat disisi Kali Plalangan. gahan dan Pengurangan Dampak Bencana
5. Penanganan yang dilakukan adalah dengan Alam, Yogyakarta.
pendekatan sistem peringatan dini. Untuk bisa Karnawati, D., dan Fathani, T.F., 2007, Extenso-
menjalankan suatu sistem peringatan dini ben- meter Otomatis dengan Anglemeter, Kompas
cana alam tanah longsor, alat-alat pemantau dan Alarm, Extensometer Manual dengan Ang-
gerakan tanah harus dihubungkan dengan lemeter, Kompas dan Alarm, Alat Pengukur
sirine. Jika sirine berbunyi, seluruh warga Curah Hujan Otomatis, Petunjuk Manual,
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Dusun Lucu Palongan dan masyarakat yang
bekerjasama dengan Kementrian Percepatan
berada di dalam blok longsoran akan mende- Pembangunan Daerah Tertinggal Republik
ngar bunyi sirine tersebut, masyarakat harus Indonesia, Yogyakarta.
segera meninggalkan blok longsoran. Informa-
Nakamura, H., 1996, Landslide in Japan, The
si terjadinya longsoran harus secepat mungkin Landslide Society National Conference of
dapat sampai ke warga Dusun Bretan dan Landslide Control, The Fifth revision, Japan.
Batuampar. Setelah mendapatkan informasi,
Pendowo, B., dan Samodra H., 1997, Peta Geologi
warga harus segera mengungsi. 1 : 50.000 Lembar Besuki Jawa, Pusat Peneli-
tian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
DAFTAR PUSATAKA Raharjanto, K., 2002, Bencana Alam Banjir
Bandang Bercampur Sedimen di Daerah
Anonim, 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Situbondo, Jawa Timur, Prosiding Simposium
1 : 25.000 Lembar Wringin, Dicetak dan Nasional Pencegahan Bencana Sedimen
diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Yogyakarta 12 – 13 Maret 2002, Yogyakarta.
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL),
Bogor. Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002)
Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Anonim, 2002, SLOPE/W for Slope Stability Gempa untuk Bangunan Gedung, Badan
Analysis Version 5, User’s Guide, GEOSLOPE Standarisasi Nasional, Jakarta.

You might also like