You are on page 1of 43
Babl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Martin (1990:165-166) mengatakan bahwa- masyarakat feodal adalah masyarakat yang militeristik yang. hidup:3di atas" tanah yang terpecah belah. Hal ini terjadi karena lahimmya.ba- nyak penguasa: feodal: yang. memberikan. perlindungan. atas faktor produksi, terutama tanah, kepada petani: . Inti sistem feodaf adalah muatan dua hubungan-pribadi yaitu antara raja dengan tuan-tuan tanah ‘dan antara tuah-tuan tanah dengan para petani. Karena itu ‘dapat dikatakan bahwa ciri_utama sistem feodal adalah adanya penyerahan’ dirise- seorang ke-tangan orang lain sekedar untuk memperolelper- lindungan. dan pemeliharaan. Hubungan: tersebut,, berupa hubungan tuan:dengan petani sebagai hamba. Bentuk. ikatan-. ikatan- dari rangkaian sistem: feodal ini. bersifat ‘pribadi,, khas dan tersebar.. Itulah sebabnya:ada perbedaan sistem-feodal-di suatu negara dengan sistem feodal'di negara lain. Feodalitas bukanlah suatu. sistem’ produksi tétapisuatu regim. politik,.suatu-cara untuk mendefinisikan: peran: mereka’ yang.memerintah dan: yang diperintah (Maquet, dalam: Bal; dier; 1986;124-125):. Janji. ikatan -spesifiknya berupa ikat antarpersonal. Pranata feodal itu disusun antara dua‘ orang - yang tidak setara, dalam suatu-hubungan politis; ataslandasan berlindung di satu pihak, serta kesetiaan dan pelayan; divpi hak lain.. Hubungan, tersebut:mengaitkan’ sang dipertua hamba dengan pola klién dari tingkat rendah ke tingkat lebih tinggi dalam stratifikasi tersebut. 1 a riuan ata Prasyarat hary, ingn tpi. Daly exuasaan, Martin (1990:7) m, ogi Kea, bahwa untuk menjetse rer, mubungan saling tergantung jelasmatu sist soraehgkategorikan empat sui ans sub ebutuhan suatu sistem sosial, yaity. ae antuk menjambatani kebutuhan mi, . 1 subse am ‘anekan. memenuhi Sumber-sumbe Penertukan oleh lingkungan sistem. ain politik, yang berfungsi sebagai Sarana penca. Subsister f paian tujuan, melalui keluarga dan sistem pendidikan, agai sarana pemeliharaan pola-pola, asuk agama, yang berfungs} berfungsi sasicet kebudayaan, term: sebagai sarana integrasi. : Setiap subsistem mash terbagi lagi atas subsistem. subsistem lebih Kecil, dan begitu seferusnya, Dalam kaitan penggunaan te0r rangslonal in Johson cara pre = (1986:100) mengatakan bahwa se ar a tip pola pe wai atau menyimpé It lak Yang ap Keputusan kebijaksanaan yang besar, dan setiap fai budaya, dapat dianalisa dengan istilah atau kerangks fungsional. i ‘Buku ini mencoba melihat hubungan antara moralitas dan kekuasaan dalam suatu sistem sosial. Dengan perkataan lain, mencoba melihat bagaimana hubungan fungsional antara Kedua subsitem ini sehingga suatu sistem sosial dalam pole feodal bisa hidup: ‘Suseno (1989:2-3) mengatakan bahwa mo! pengukur apa yang baik dan’ apa yang buruk dalam suatu masyarakat, sedangkan etika adalah ‘keseluruhan n dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan u! mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan ke- hidupannya. Cara manusia untuk melaksanakan kehidupannya adalah kebudayaan (lenaga, 1991:1). ral adalah suatu kehidupan jorma intiak Pengertian lebih lanjut tentang kebudayaan dijelaskan oleh Geertz (1992:5). Kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam oleh manusia di mana manusia tersebut hidup, dan mereka bergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut. Selanjutnya dijetaskan bahwa kebudayaan adalah se- ‘hal yang berhubungan dengan depan umum dan dikenal oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Simbol merupakan se- suatu yang perlu ditangkap maknanya dan pada gilirannya di- bagikan oleh/kepada masyarakat dan diwariskan kepada keturunanya. ho Weber (dalam Soeba budayaan (culture) bagi luruh cara hidup manus sikap sampai ke ide-ide hos’. Ethos berarti sekalian sifat yang menjadi ke- seseorang, golongan atau suatu lembaga, Tujuan jah ini adalah untuk menunjukkan apa yang dipentingkan oleh seseorang untuk menunjukkan komitmen pribadi setiap individu dalam masyarakat terhadap sekalian masyarakat atau grup berstatus tertentu, mulai dari pola sikap ‘sampai kepada cita-cita material dan idealnya. isasi dibutuhkan oleh. suatu sistem dalam en (tidak kentara atau . 1993:2) mengatakan bahwa ke- iaah sosiologis diartikan sebagai se- dari hasil Kerajinan tangan dan pola masyarakat. Proses itu mencakup pembentukan nil daya atau pemeliharaan pola-pola budaya lama yang berfungsi sebagai sarana integrasi. Hal ini terwujud apabila usaha pe- meliharaan pola-pola laten tersebut telah berbaur atau telah akan masyarakat tersebut dalam kehidupannya; sebagai untuk menafsirkan dan mendefinisikan.lingkungannya. budaya tersebut akan digunakan oleh masyarakat sebagai a pengabsahan atau legalisasi bentuk-bentuk baru sesuai dengan isi dari pola-pola yang dipelibara itu... Untuk mendapatkan; mempertahankan atau. merevolusi- kan kekuasaan atau’ Z 4 telah dikemukakan para abli guna Berbagl pera la masalah kekuasaan, men, j dalam kekuasaan, menurut Russe] {moral 1988.2'3), adalah sebagai pengelang nafsu menonjolkn (1988:2-3), dak hati dari seseorang atau sekelompy, Lerbuat sekehendak hati dari seseor wank. ‘evena setiap orang ingin menjadi ‘tuhan’ jika mungkin orang. Mrerupakan sikap yang tidak mau mengakui keter sebagai individu, dan merupakan kom ee tasan manusia taser Imuliaan dan Ketidaksalehan. Dengan demikian Lahiri han akan kompromi dan pemerintahan, dan rsaingan, kebutul Persngan untuk memberontak, yang berakibat pada ketida,. fadinya kekerasan pada waktu-waktu tertenty stabilan dan ter} Oleh’ sebab itulah diperlukan moral sebagai alat pengekang tindakan sewenang-wenang. Russel selanjutnya menjelaskan bahwa dorongan untuk berkuasa memiliki dua bentuk: yang eksplisit dalam dir pemimpin, dan yang implisit dalam diri pengikutnya, Se. vrorang bersedia mengikuti seorang pemimpin dengan mak. sud agar kelompok yang ia pimpin memperoleh kekuasaan, dan para pengikut itu merasakan kemenangan mereka sebagai kemenangan bersama. Di lain pihak, Balandier (1986:131) berpendapat bahwa basis sakral kekuasaan tradisional adalah kesucian Karenanya, setiap anggota masyarakat menegaskan. kehen- daknya untuk mengabdikan diri_sehingga bertumpuklah kekuasaan di tangan yang menerima pengabdian tersebut. Fortes (dalam Balandier, 1986) menambahkan bahwa kekua- saan tradisional bukan hanya memiliki karakter teknis saja, tetapi yang paling menonjol adalah karakter moralnya danatau karakter religiusnya. Karakter religius merupakan suatu cara untuk mendapatkan kekuasaan, dan mereka yang mendapat kekuasaan itu harus menerjemahkan kewajiban- kewajiban moral tersebut ke dalam tindakan-tindakan dem! kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karené itu dikatakan bahwa religi bisa menjadi perangkat kekuasaaty sebuah jaminan legitimasi kekuasaan, satu dari cara-cara yan digunakan dalam pertarungan politik. 0’ 5 Russel (1988:3) menjek feo : ijelaskan bahwa dalam orien tian Pula raja diakui sebagai penguasa fungsi pe- merntanan, Tetapi di berbagai negara terdapat pemisahan at hearsan) dengan kekuasaan pemerintahan ini. Kekua- San pesecntaban digengeam oleh para panglima militer, hal sepert ini menurutnya dapat ditemukan di Cina dan di Jepang Ada berbagai usaha untuk meml 1a lam ant prt ai megan ta kekuasaan bisa stabil tanpa konsensus positif apabi ral ae pabila pota-pola gantungan dan cara-cara mereka melepaskan diri tidak berubah. Dalam kekuasaan diperlukan kepatuhan dari yan dikuasai, dan kepatuhan itu timbul dari ketergantungan. eter gantungan timbul dari kontrol diferensial terhadap penerimaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan kebutu- han hidup. Ketergantungan yang disertai oleh kecilnya, ke- mungkinan melepaskan diri dapat melahirkan pola-pola hubungan kekuasaan. Hal ini bisa berjalan terus dengan rutini- tas dengan hambatan komunikasi, yaitu mereka yang dikuasai tidak menyadari keadaan mereka yang terkuasai, Sebaliknya, dalam hal usaha untuk mengadakan revolusi kekuasaan, Russel (1988:78) mengatakan bahwa revolusi kekuasaan terjadi karena suatu keyakinan baru yang melibat kan kebiasaan-kebiasaan baru semakin mempengaruhi orany orang dan pada akhirnya menjadi cukup kuat untuk mela hirkan suatu pemerintahan yang serasi, Karena keyakinan- keyakinan baru tersebut maka pemerintahan lama dirasakan telah ketinggalan zaman, Oleh karena itu, mayer ber- usaha meninggalkan pemerintahan lama dan mengikati pe- merintahan bart tersebut Balandier berpendapat bahwa tindakan desakr. i yang i atas kekuasaan tradisional adalah karena adanya adminis disekulerkan, dengan mengadopsi sistem-sistem’ baru yang diimpor. Busia (dalam Martin, bahwa merosotnya kekuatan-kel are ersebUt- perpikir seperti tersebut g nunjukkan usaha pererinyy enguasa bara yang berstatus sebags put sebagai ‘Shogun’ memantapka, rerteodal melalui et0S pengabion mm Pan bushido atau shido, Hal itu dla, oa kayasa dan mengajarkan sistem moray. a merekaygubah kesetiaan bushi. jearaan dalam buku ini adalah pera memantapkan Kekuasaanny, naan Te rengabaian divi dalam bushido dar ke gubal kepada tuan menjadi kepada .njadi topik pembi keshogunan- erie tas Tokugawé i * Pea bal esetiaan pengabdian diri para bushi an ett Resetiaan mengikuti etos yang kepada oe pengabdian diri tersebut dituangkan dalam ala iido (bushido baru). | 2 E ee sistem feodal Edo, atau sistem 'king-god" seperti aatrrakan dalam teori Russel (1988), peran kaisar seba vaakil dan penyampai titah dewa Ke bumi masih diaku a i fungsi politik dan hak kedaulatan sudah tidak dimitiki ete Bi pihak lain, kau feodal di daerah, yang disebut oe diakui juga sebagai orang suci yang Derperan : keluarga (ujigami) dan kedaulatan i ah melakukan adopsi mor: sebagai penyampai titah para dewa setae sebagai penguasa politi dan wilayahnya. sini sais Sebelum zaman Edo, Tokugawa berkedudukan © daimyo di daerah Mikawa, dan pada tahun 1603 berhasil men jadi shogun, yang secara struktural merupakan penguat feodal tertinggi di Jepang di atas jabatan daimyo. Jabata® © direbutnya dengan cara penaklukan keshogunan Toyot! pada perang Sekigahara pada tahun 1600. 7 Watsuji (1977-211) mengatakan bahwa mampunya daimyo ‘Tokugawa mengalahkan keshogunan Toyotomi dalam perang Sekigahara adalah karena kesetiaan pengabdian diri anak- buahnya. Dengan demikian, shogun Tokugawa berada di luar sistem peringkat kesucian dengan para daimyo lain. Karena itu, supaya Kekuasaannya diakui oleh para daimyo lain, khususnya pada daimyo yang menjadi musuh Tokugawa dalam perang Sekigahara, Tokugawa harus mengadopsi suatu morali- tas baru dalam pemantapan hubungan penguasa dengan yang dikuasai, yaitu antara para daimyo dengan shogun, di samping tethadap kaisar. Shogun Tokugawa berhasil memisahkan kesucian Kaisar dari kekuasaan politik dan kedaulatan yang pernah dim; nya. Fungsi politik dan kedaulatan inilah yang, digenggam oleh shogun Tokugawa pada masa feodal Edo. Dalam menghadapi para daimyo juga, Tokugawa harus berusaha memperkecil nilai kesucian daimyo pada pandangan anak buahnya, seka- igus mengurangi fungsi politik dan kedaulatan yang digeng- gam olch para daimyo di wilayahnya masing-masing. Apa fangsi kedaulatan dan politik semakin besar pada para daimyo maka keshogunan Tokugawa akan semakin lemah. Sebaliknya, apabila fungsi tersebut semakin besar digenggam, maka sho- gun Tokugawa akan semakin kuat dan berwibawa, Menyadari pemikiran tersebut, para pemikir pemerintahan keshogunan Tokugawa berusaha membuat suatu konsep peng abdian diri golongan militer seluruh Jepang pada waktu itu, yang dituangkan’ dalam Shido (bushido baru) yang berpijak pada pemikiran konfusionis. Usaha tersebut dibantu oleh Ya maga Soko, seorang pemikir minkan gakusha (pemikir dart kalangan swasta) Penerapan konsep pemikiran baru tersebut dipaksakan melalui berbagai peraturan, Tujuan akhirnya adalah mengu- rangi kesadaran para bushi (golongan militer) akan kesucian tuannya (daimyo) sebagai penguasa wilayah, sekaligus be- rusaha supaya para bushi berpikiran lebih rasional melakukan pengabdian diri. 8 n bahwa perubahan konse, verangeaPi, aman Edo adalah hast pays e cngintegrasian Kekwasaan — kesho n'cara mengubah etos Pengabdian di pa penuli jan diri para bus mantapan dan Tokugawa dens: bushi. Untuk membukti kan anggepen fn dalam Buku ini ak -perubahan berbagai subsitent divraikan Pee od me ‘Tokugawa dengan ce" usaha pemaniape’ 3 adapun elemen-elemen yang mente. nakan teori fune® verubahan tersebut adalah sistem ekonom, kung Mebane sistem budaya. Dijelaskan bagaimana pe. Sistem Pott kugawa memantapkan Kekuaseannya sebas meinahan rian tjuan dengan pemikiran bahvwa jika say saramvubsistem dalam fungsi Tokugawa itu terganggu maka satu subsiatem lainnya akan terganggi pula. Jelasnya, by gaimana mekanisme perubahan kesadaran pengabdian dis, Seine hubungan_ dengan proses sosialisasi ‘Shido’ (alen ben poshi vers! Tokugawa) menjadi sarana integrasi bag rie joni di wilayah kedaimyoan waktu its. Dengan demikian Japat tergambar Kekokohan pemerintahan Tokugawa dilhs ar erbagai subsistem yang saling mendukung. Sebagai teori pendukung untuk mengikaji hubungan fung- sional amtara moralitas dengan politik, digunakan teori-teori kekuasaan dari Martin, Balandier dan’ Russel. Juga akan di uraikan bagaimana usaha-usaha keshogunan Tokugawa menanamkan moralitas baru bagi seluruh bushi sehingga pe- merintahan Tokugawa dapat berkuasa dengan. aman selama 264 tahun, Pengertian aman di sini yaitu tidak adanya perang dengan bawahan (Kedaimyoan), yang .sering. terjadi pada zaman sebelumnya, sehingga zaman keshogunan Tokugawa ini disebut juga sebagai zaman damai bagi Jepang. Babe FEODALISME DI JEPANG codalisme atau budaya feodal di Jepang, telah mengalami me Edo yang disebut sebag ® (1984:73-74) mengatakan bahwa da pang andai dengan mune Kamakura (1189 Edo (1600) tidak labir ideologi baru. Feodalism: berpusat pada keset mantapkan kekuasaannya, da tg » Watsuji (1977:211-214), pemerintah Tokuga an shido. sebagai ideolosi baru bagi para bushi di Jepang yang bercirikan kesetiaan ter- hadap keshogunan. Dalam bab ini diuraikan munculnya feodal dan perkembangannya mulai dari ta ingga adanya transisi feadalisme di Jepang, Masalah feodatisme di Jepang erat nya_dengan masalah perbushian, (kemiliteran) karena lahirnya feodalisme tersebut berhubungan dengan menguatnya kekuasaan bushi. 2.1 Lahinnya Bushi Sebelum zaman feodal, sistem pemerintahan dikenal de- ngan sistem ritsuryo yang berlaku sampai zaman Heian (abad 7 sampai abad 12). Dalam sistem ritsuryo, Tenno (kaisar) ada- Jah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi, dan para Ki- zoku (bangsawan), yang merupakan kerabat Tenno, bertugas sebagai pelaksana administrasi_ pemerintahan di pusat dan 10 jntahan terpaut d Jam pemerintahan tetpavit dengan ase isa oe rlalui cerita Kojiki (712) dan ja kesuciann 0). eta Ninonshok 2 itu dikenal dengan sitem ko, ada masa Ta dan masyarakat umum). Pada masa chi komin (lye emilikan tanah secar pribadi dan pe. ct tum aikenl REPO pri, tetapi dalam perkémbang. di daerah-daerah lahir sonraku kyodo taj anny@ an fa di Gacrah), yaitu kelompok-kelompok rjasame 7 eqizoku, keluafga bangsawan yang iretyakd itu kaum kizoku selain berty jstrasi ritsuryo, juga ada yang bertu. ok sonraku kyodo tai tersebut n ritsuryo. Para petani kemudian kewajiban kochikomin dan masuk kizoku karena di dalam’ perta- ‘amanan dari perlindungan ki- bebasan menguasai sendiri jstrasi_kelomp emerintahat ggalkan kelompok pertanian izoku mereka mendapat ke: wn Selain itu mereka diberi kel agian lahan pertanian yang isebut dengan kubunden st {sistem pembagian lahan pertanian), di dalamnya para petani fersebut diakui pula sebagai anggota ie (keluarga) kizoku tersebut. ‘Ada juga petani yang melarikan diri dari sistem Kochi komin menjadi petani tak bertuan yang disebut dengan ronin, tetapi bagaimanapun, kemudian mereka dikumpulkan juga bleh keluarga kizoku. Dengan cara demikian kekuatan kizoku takin bertambah guna memenuhi kebutuhan tenaga pengge- tap tanah pertanian. Tanah pertanian kizoku yang terpisah deri administrasi ritsuryo tersebut dinamakan shoen. Penggarapan shoen (wilayah pertanian kizoku) ini mel hirkan ie (rumah tangga) yang keanggotaannyabukan terbates hanya pada hubungan darah saja. Kemudian di dalam ie terse but lahir hubungan atasan dan bawahan: yang disebut dengen mibunsei atau sistem jenjang-kedudukan antara:tuan dengan pengikut di dalam ie. Kelompok tersebut diikat dengan pem¥ Jaan satu dewa yang sama, memakan makanan yang sama, dan Admin terpisah dari Ps banyak yang menint ke dalam 108 "4 minum sake yang sama. Kelompok-kelompok ini dinamakan dozoku (lihat Nakamura, 1980:1-6). Persaingan antara kelomipok-kelompok: dozoku meng- akibatkan mereka. saling perang. Untuk itulah mereka mem- bentuk serdadu profesional yang disebut dengan bushi, yang sebelumnya hanyalah petani yang dipersénjatai, Sebelumnya, dalam sistem'ritsuryo, serdadu diambil dari masyarakat umum dengan persenjataan yang hanya boleh di miliki oleh pemerintah ritsuryo. Tetapi kemudian, karena para kizoku pemilik shoen juga membentuk serdadu, demikian pula para kizoku penguasa kuil, maka terbentuklah di mana-mana sistem pertahanan dengan sistem: bushi ini. Selanjutnya tum- buhlah pemerintahan atau kekiiasdan sendiri-séndiri yang be- rusaha memisahkan diri dari. pemerintah pasat. Satu kizoku ingin memperluas. shoennya dengan cara-merebut-shoen ki- zoku lainnya. Nakamura mengatakan bahwa bushi tumbuh da- lam hal seperti. itu, yaitu dari fungsinya, sebagai pengawas shoen. . Pada awalnya, bushi adalah: kelompok’ bersenjata yang mengabdi- pada’ tuannya ‘kizoku,," tetapi Kemudian setelah mereka berhasil menjalankan perannya yang besar dalam men- jaga eksistensi dozoku ‘tersebut, lama Kelamaan mereka tidak bergantung lagi pada. ‘kizoku. “Malah ' sebaliknya, akhirnya tergantung pada bushi sehingga kelompok bushi ter- sebut menjadi kelompok yang digegani, sama dengan kizoku. Pada zamain Heian (abad 8 - 12),keluarga bangsawan Fuji- wara yang berstatus sebagai kizoku' berhasil_ mengadakan pendekatan secara kekeludrgaan’ dengan keluarga kaisar (Tenno) dengan cara mengawinkan putra-puitri mereka dengan putra-putri kaisar. Dari hasil hubungan kekéluargaan tersebut, pada tahun 1017, Fujiwara nd ‘Michinaga’ diangkat menjadi Kanpaku (wali kaisar’ dalam ‘melaksanakan pemerintahan) Karena kaisar pada waktu itu Sedang melaksanakan insei (ting gal di kuil mengisolasi diri dari masyarakat), Pada waktu kaisar melaksanaKan ‘insel ini, banyak terjadi keributan di dacrah, di antara sesama kizoki terjadi perang se- hingga kizoku yang lemah harus bersatu dengan yang kuat 42 ve kizoku yang kuat. Hal inj y agai peringkat kedudutas woku sehubungan dengan meluasnya i jubungan tersebut melj. serta prajurit dengan Fran awal dari lahimya sistem petanis Jan feodal diJeparé: cendiri bermunculan pemim Di kalangan | but tan-kekuatan b ; mmpersatukan keleuatan-Kekyane shi pemimpin an ojuatan bushi yang besar Yang disebut bushi — metialang, pUnEUNE bushi/penanggung jawab bushi) no torimpin oleh bushi Ketururet bangsawan (kizoku) yang ng vidi daerah. Yang paling terkenal di antaranya adalah ke- tinge aia (ieshi) dan keluares Minamoto (Genji). Untuk mengatast kekacauan-kekacauan yang terjadi pada masa insei, Fujiwara sebagai kanpaku mengundang keluarga inamoto untuk tinggal di Kyoto sebagai pengawal iit i ternyata mengakibatkan terjadinya dua “ang besar di Kyoto dalam masa empat ser yang disebut Hogen noran dan Heiji Nora, Pada peper- angan ‘oto dan keluarga Taira itu, ke- larga Taira aki kannya sehingga keluarga akhimya merasa setaraf dengan cau terhadap penguasa sekkan. Hal i Curnya sistem ritsuryo dengan sistem pemill dan masyarakat umum. ‘Walaupyn keluarga Taira telah berhasil mensejajarkan diri dengan kelvarga bangsawan Kyoto. (Fujiwara), mereka tidak menghancurkan keluarga bangsawan Kyoto. Meskipun sistem fitsuryo sudah hancur, kehancurannya tidak-terjadi seca’ mnendadak schinnga tidak terlalu.mencolok perubahannya ke sistem yang baru. __ Karena sistem ritsuryo telah berubah’menjadi'sistem uji- Jol maka aber pe ikan juga berubah: dari-sistem Kochi komin (anah dan warga masyarakat adalah-milik umum) men- ial sistem shih i (pemilikan tana dan warga secara 2). Keluarga Taira tidak. menghancurkan wilayah 43 asaan kizoku di Kyoto kekuasaan Tenno dan wilayah keku |, tetapi menga- serta wilayah kekuasaan Shaji (penguasa kui tur wilayah kekuasaan mereka denga baik. Masakado dari keluarga Taira mengikat dozokunya den gan keluarga Fujiwara dengan cara mengawinkan putrinya sengan Fujiwara Kijitsu. Dengan cara seperti int keluarga Taira menjadi keluarga sekkan (pemegang kekuasaan sebagai Tait Tenno pada waktu Tenno melakukan insel atau Tenno masih anak-anak) Karena keberh: Heiji pada tahun 1160 m Masakado menjadi Taisei D: tertinggi pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahannya, Masakado met: jadikan seluruh kizoku penguasa shoen di daerah-daerah seba- gai kenin (anak-buah yang diberi kekuasaan menguasai daerah Srtentu). Pada waktu ada sekitar 500 shoen yang tunduk di bawah kekuasaan Taira, dan kemudian banyak pula anak-buah Penamoto yang beralih menjadi anak-buah Taira (Nakamura, 1980:26-34). asilan keluarga Taira menghadapi perang ‘aka tujuh tahun kemudian Taira no fizin, yaitu pemegang kekuasaan 2. Bushi chusei (masa penvengakan) dan Laliinnys keshoqunan Kamakura dan Muromachi rang Heiji pada tahun 1160, ke- juarga Minamoto membangun kekuatan prajuritnya di Jepang agian timur yaitu di Kamakura. Kemudian pada than) 1185 keluarga Minamoto melakukan perang terhadap keluarga Taira di Nagato no kuni dannoura (Shimonoseki). Minamoto ho Yoritomo yang memimpin perang dari pihak Minamoto ber- er keluarga Taira yang telah berkuasa sebagai pelaksana politik sekkan selama dua puluh tahun. dan kemu- sean mencaplok wilayah yang dikuasai keluarga Taira Para bushi yang menjadi kerai (anak-buah) Minamoto yang berpres- aecilam memerangi keluarga Taira dan bersumpah setia kepada Minamoto no Yoritomo diangkat menjadi gokenin (penguasa pemerintahan di daerah)- Setelah kalah dalam pe 14 i Yoritomo bermaksuq Minamoto no Yoritomo Neh Belakan bushi yang berdiri sendiri terlepas dan n kan pemerintay (kekaisaran)- Ia pergi memohon kepag. merintahi Kaisar setuju dan mengangkatnya meni Kaiser di KYO bushi). Yoritomo lalu mendirikan pays! shogun Panel unas) di Kamakura. Shogun merypay (pemerintal ; seiji tai shogun (Panglima tertinggi sei," singkatat d6F ee) pemerintahan, Bakufu (keshogunany bushi) Inia anjut hingga zaman Edo selama lebih Kura! Jepang yané 1980:38-70). rang tu abad (NekamUr2, : alam menjalankan pemerintahannya, Shogun member kekuasaan kepada gokenin untuk menguasai daerah, dan pen. *t jan kekuasaan ini merupakan goon (budi). Oleh. arena seg eM palesnya. gokenin harus. melakulcan balas buy vepnda shogun, yaitu dengan cara melakukan pekerjaan sehe. gai bushi unt menanggungjawabi_keamanan di Kamakura dan Kyoto. Selain itu, gokenin wajib pula menanggulangi biaya kebutuhan bakufu, dan pelaksanaan tugas ini merupakan hoko (pengabdian) kepada shogun. Karena goon dan hoko ini maka hubungan gokenin de. gan shogun menjadi sangat kuat. Di pihak lain, Karena masih adanya pemerintahan chotei (kekaisaran) di Kyoto dan juga karena masih dibiarkannya kedaulatan shaji (pemerintah kuil) di wilayahnya maka pada zaman Kamakura, belum seluruh negeri Jepang dikuasai oleh shogun. Shaji juga memiliki banyak shoen, dan untuk mengo: nya mereka menempatkan stiokan dan daikan yang berfungsi sama dengan gokenin. Shokan dan daikan ini mengirim pajak tahunan dan mengurus Kepenitingan ‘pemerintahan kui samping itu, untuk menjaga keamanan mereka sendiri, maka shaji juga membentuk kesatuan-kesatuan prajurit profesional. Bakufu merasa tidak mungkin menghancurkan pe! tahan kuil karena masih diakuinya nilai kesucian yang dimil \uil. Demikian pula halnya pemerintahan chotei (kekaisaré tidak mungkin diabaikan, Oleh: karena. itu, yang penting bagi kelestarian Kamakura Bakufu adalah. tatacara. memantapkan mend, 15 keluasaannya dengan han; ; ; 1ya._menj nraku_kyod (kelompok kerjasama di daerah) = ponte tone, Runtubnya Kamakura bakufu adalah ketika putra Yori- tomo yang bemama Minamoto Sanetomo (1192-1219) «ter- bunuh dan pemerintahan Kamakura dijalankan oleh keluarga istri Yoritomo, Masako. Ia berasal dari keluarga Hojo yang berkedudukan sebagai gokenin di daerah Izu. Pelaksanaan pe- merinahan keshogunan Kamakura oleh keluarga Hojo ini dise- but shikén seiji (ahun 1221 - 1336) yang dijabat oleh delapan generasi keluarga Hojo, dari Hojo Yasutoki sampai Hojo Mori- toki (Takai, 1967:91). Pada masa ini, perdagangan dengan ‘negeri Cina sudali ‘maju, demikian juga dengan sistem lalu-li di. dalam negeri. Pada waktu itu juga sudah banyak barang- barang impor dari Cina memasuki Jepang. Hal ini: mendorong semakin’majunya sistem perekonomian pada masa pemérinta- han Hojo pada zama Kamakura. Oleh Karena kemajuan perdagangan tersebut, terjadi pe- rubahan pada sistem sonraku kyodotai (kelompok kerjasama di, daerah) yang mulai memperluas wilayahnya ke daerah pegunungan sehingga terjadi perebutan air untuk pertanian. Untuk mendapat keuntungan yang lebih besar maka tuan ‘tanah yang satu memerangi tuan tanah yang lain sehingga ker- jasama di antara sonraku kyuodotai itu makin sulit untuk dipertahankan, Kemudian, tenaga kerja milik keshogunan Ka- makura banyak yang bersedia membantix pemerintahan chotei dan membantu pemierintah shaji untuk mendapat upah. Selain keributan di daerah, terjadi pula keributan di ka- Jangan kobu (birokrat keshogunan) yang berakibat sebagian gokeni menjadi semakin kuat, meskipun ini tidak berart bahwa bakufu semakin kuat pula. Hal ini disebabkan kenya- taan bahwa kalau gokenin atau jito (tuan tanah di daerah) menjadi kuat, mereka malah akan berusaha merdeka dari bakufu. Kesetiaan mereka semakin menurun terhadap shogun karena adanya perubahan sistem perekonomian. Awal dari ketidaksetiaan gokenin ini adalah karena kebu- tuhan biaya konsumsi bakufu dan biaya keamanan semakin 46 mereka sebagai penanggung jawat, hinge an bunga tinggi dace, ity ingkat sehiNG6e tang dengan Dunga tinggi dar joi. Peyote sein terjergjaru tumbuh di daerah yang merdeka a yang Oar pi hal ini, bakufu mengel i ok penguas hnadapi hal ini, bal igeluarkan Rarutu. UK MEME kenin melakukan perdagangan, in arg an para gokeni ini semakin miskn, 3 - setelah 150 tahun keshogun Pats vn aaa pemetintahian' shogun acy t rakore Der arg istert Toyotomi Hideyoshi) menghady, tuarga Hole Coera diserang dan dihancurkan oleh Ashik kekacavt 1 ctuarga Fujiwara atau sekkan di Kyoto, Di Ties Takadi Tada waktu itu sedang terjadi perebutan Kekaisaran on Godaige Tenno yang sedang berkuasa dengan Komyy ance CMiiam eadean seperti itu, Ashikage harus many Termes pakan Kekvasaan Keshogunan yang ada di tanganna tskan “erahkan kepada Tenno seperti pada sistem risung ery qtavkah dia mendirikan pemerintahan senditi dengan sistem bakufu lagi. ‘ashikaga memutuskan untuk tidak mengembalkin ekasean kepada Tenino melalui sistem ritsuryo lagi karen, Selah terjadi perubahan dalam sistem’ perekonomian, sshikaga Takauji membantu Komyo Tenno melarikan dit ke Tepang Selatan, yaitu ke Yoshino di Nara. Oleh Karena itu pla seluruh buke terbagi dua, ada yang memihak keshogunan Tokugawaenno Utara-dan yang lain memihak keshogunan Tokugawaenno Selatan, Terjadilah:perang besar selama lebit kurang 60 tahun yang’ disebut nanbokucho (perang ular selatan) (Nakamura, 1980:98). Pada tahun 1338 Ashikaga Takaujii menjadi Shogun, dan kemudian pada tahun 1378 memindahkan. pemerintahan bakufu ke Muromachi di-Kyoto. Pada tahun 1392, Ashikage ketiga mendamaikan kedua kekaisaran, dan’ Godaigo Ten tetap menjadi kaisar dan kembali ke Kyoto. Perpindahan pemerintabian Ashikaga ke Muromachi ada ‘ah awal dati zaman Muromachi di Je = ing berlangs dari tahun 1378 sampai'1573. siebaels 47 Pada zaman Muromachi, Ashikaga menempatkan Shugo (penguasa dacrah) sebagai pengganti gokenin pada sistem Ka- makura, Shugo pada zaman Muromachi memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada gokenin pada zaman Kamakura karena shugo mempunyai anak-buah pemimpin buke di daerah. Para shugo ini kemudian juga menguasai wilayab- wilayah kuge (bangsawan) dan wilayah shaji (kuil) Shuga yang mendapat kekuasaan atas wilayah tertentu dari shogun, membayar pajak kepada shogun. Tetapi shugo juga mempunyai wilayah sendiri yang tidak membayar pajak kepada Shogun, yang disebut bunkoku (bagian wilayah). SI gun di pusat tidak mempunyai hubungan kekuasaan langsung Gengan jito (luan tanah) dan buke dacrah, tetapi jito dan buke i daerah langsung dikuasai oleh shugo. Dalam tahap perkembangan berikutnya, para shugo terse- but semakin kuat sehingga mengakibatkan terjadinya perang di antara sesama shugo dalam masalah perebutan air dan batas wilayah pertanian. Hal ini memaksa shugo-shugo kecil bersatu dengan shugo besar, schingga terbentuklah lebih kurang, 15 shugo besar di seluruh Jepang (Masamoto, 1978:40) Pada tahun 1486, di dalam Muromachi bakufu sendiri ter jadi kekacauan, yaitu shogun Yoshi Masa (shogun kedelap pada keshogunan Muromachi) bermiiat_membunuh adiknya yang bernama Yoshimi yang mengincar kekuasaan keshogun- ‘an sehingga Yoshimi terpaksa melarikan diri ke wilayah shugo Hosokawa Matsumoto, Hal ini mengakibatkan terjadinya per~ ang Onin (onin no ran) pada tahun 1467. Dalam perang para shugo seluruh negeri terbagi dua, ada yang memihak sho- gun Yoshimasa dan ada yang memihak shugo Hosokawa. Per- ang ini berlanjut terus hingga Sengoku jidai (perang seluruh shugo) di mana timbul semboyan gekokujo ikki, artinya: ba- wahan ingin menjatuhkan atasan, yang bermakna penguasa feodal daerah melawan keshogunan. Sengoku jidal meng: akibatkan Sengoku gasesen (perang seluruh lapisan mmasyarakat) di mana bukan hanya sesama shugo saja yang (eh- Tibat perang tapi meluas sampai ke bidang-bidang pekerjaan,

You might also like