You are on page 1of 21
PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN Ca PARIWISATA NAMA KELOMPOK : “ ELSSY NAVISA ZULIANTY “ RAISYA FEBRIANI “ KHAIRUNNISA JULI SIMBOLON * NADIA ALYA SMK PARIWISATA SWASTA IMELDA MEDAN TAHUN AJARAN 2023/2024 Daftar Isi Kata Pengantar snnsnnnnennness Daftar [si on... BABI Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah . 1.3 Maksud & Tujuan 1.4 Kegunaan atau Manfaat . BABII Pembahasan 2.1 Kajian Teoritis cast eese evareunausseisanetoicesecsseusemieneas a. Pengertian Penegak Hukum b. Makna Penrgakan HuKUM 0.0000 2.2 Pembahasan a, Aparat Penegak Hukum ... bb, Lembaga Penegak Hukum ¢. Elemen Penegak HuKUM 0 d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum .. ¢. Upaya-Upaya Penegakan Hukum ..... BAB III Penutup 31 Simpulan ....csssnsntnnnnntinnnnnninn 3.2 Saran ... Daftar Pustaka Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Perlindungan dan Penegakan Hukum dalam Menjamin dan Keadilan”. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw. yang telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi syafa'at di ‘yaumil akhir nant. Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat bermanfaat mengenai pengetahuan tentang perlindungan dan penegakan hukum dalam menjamin dan keadilan baik bagi penyusun sendiri maupun bagi para pembaca. Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari guru pembimbing dan teman-teman sekalian akan kami terima dengan senang hati, Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menjalankan hukum di kehidupan bermasyarakat dan bernegara Penyusun BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bergulirnya iklim reformasi dan demokratisasi di Indoneseia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini telah membawa angin perubahan berupa kebebasan berekspresi yang sangat bebas. Kebebasan tersebut pada beberapa kesempatan telah “kebabalasan” bahkan berujung pada konflik horisontal maupun konflik vertikal. Konflik yang tidak terkelola dengan baik ditambah dendam masa lalu pada masa Pemerintahan Orde Baru, yang sangat otoriter berdampak pada kekerasan bahkan telah terjadi konflik bersenjata. Bahkan beberapa daerah telah jatuh korban berjumlah ratusan bahkan mungkin ribuan. Terjadi pula pengusiran dan pemusnahan kelompok etnis tertentu (genocide) oleh kelompok etnis lain. Kekerasan, kontak senjata dan pemusnahan etnis seakan menjadi “menu utama” berbagai media di tanah air. Scjarah bangsa Indonesia hingga kini mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial, yang discbabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, wamna kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin dan status sosial lainnya. Perilaku tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau sebaliknya) maupun horisontal (antarwarga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk dalam kategori pelanggaran hak asasi manusia yang berat (gross violation of human rights), Pada kenyataannya selama lebih lima tujuh tahun usia Republik Indonesia, pelaksanaan penghormatan, perlindungan atau penegakan hak asasi manusia masih jauh dari memuaskan. Hal tersebut tercermin dari kejadian berupa penangkapan yang tidak sah, penculikan, penganiayaan, perkosaan, penghilangan paksa, pembunuhan, pemusnahan kelompok etnis tertentu, pembakaran sarana pendidikan dan tempat ibadah, dan teror bom yang semakin berkembang. Selain itu, terjadi pula penyalahgunaan kekuasaan olch pejabat publik dan aparat penegak hukum, pemelihara keamanan, dan pelindung rakyat, tetapi justru mengintimidasi, menganiaya, menghilangkan paksa dan/atau menghilangkan nyawa. Bahkan pada beberapa kesempatan yang lalu, Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus pelanggaran HAM berat Timtim telah membebaskan sebagian terbesar para Jendaral Angkatan Darat dari segala tuntutan hukum. Padahal secara jelas dan tegas untuk melaksanakan amanat Undang-undang Dasar 1945, Majelis Permusyarwaratan Rakyat melalui Ketetapan MPR Nomor XVIVMPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, telah menugaskan kepada Lembaga- lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur Pemerintah, untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat. Telah terbentuk juga Undang-undang No, 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, yang diikuti dengan pengukuhan melalui Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Rumusan Masalah 1. Apakah penegakan hukum itu? 2. Apakah itu aparatur penegak hukum? 3. Apakah faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum? 4. Bagaimana peran lembaga penegak hukum? Maksud dan Tujuan Kami membuat makalah ini bertujuan untuk : 1. Untuk memenuhi tugas PPKn Untuk menambah pengetahuan tentang Penegakan Hukum 3. Untuk mengetahui berbagai permasalahan Penegakan Hukum di Indonesia Kegunaan atau Manfaat Dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui bagaimana peran lembaga penegak hukum di Indonesia BABII PEMBAHASAN 2.1 Kajian Teoritis Pengertian Penegak Hukum Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma- norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam alu lintas atau hubungan- hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti Iuas, proses penegakan hukum itu: me libatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, —penegakan = hukum =~ itu. hanya —_diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan me mastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memast ikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperk enankan untuk menggunakan daya paksa. Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga = mencakup = makna~—syang-—stuas_— dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu) mencakup pula nilai- nilai keadilan yang terkandung di dalamaya—bunyiaturan formal maupun —nilai- nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja. Karena itu, penerjemaha ‘n perkataan ‘law enforcement’ ke dalam bahasa Indonesia dalam menggunakan perkataan ‘penegakan hukum’ dalam arti luas dan dapat pula digunakan istilah *penegakan peratur an’ dalam arti sempit. Pembedaan antara formalitas aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga timbul dalam bahasa Inggeris sendiri dengan dikembangkannya istilah ‘the rule of law’ versus ‘the rule of just law’ atau dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ versus istilah ‘the rule by law" yang berarti ‘the rule of man by law". Dalam istilah ‘the rule of law’ terkandung = makna —pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu, digunakan istilah ‘the r ule of just law’, Dalam istilah ‘the rule of law and not of man’ dimaksudkan untuk menegaskan bahwa pada hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilak ukan oleh hukum, bukan oleh orang. Istilah sebaliknya adalah ‘the rule by law? yang dimaksudkan sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat kekuasaan belaka, Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebag ai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek bukum yang —bersangkutan = maupunoleh_~—aparatur—_penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dari pengertian yang luas itu, pembahasan kita tentang penegakan hukum dapat kita tentukan sendiri batas- batasnya. Apakah kita akan 4 membahas keseluruhan aspek dan dimensi penegakan hukum itu, baik dari segi subjeknya maupun objeknya atau kita batasi hanya membahas hal- hal tertentu —saja,-—misalnya, hanya ~—menelaah —_aspek- aspek subjektifnya aja, Makalah ~~ ini memang —_sengaja dibuat untuk memberikan gambaran saja mengenai keseluruhan aspek yang terkait dengan tema penegakan hukum itu b. Makna Penegakan Hukum Penegakan hukum adalah proses dilakukan upaya tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman pelaku dalam alu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bemegara. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan proses perwujudan ide-ide (ide keadilan, ide kepastian hukum, dan ide kemanfaatan sosial) yang bersifat abstrak menjadi kenyataan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penegakan hukum sebagai berikut. a, Kepastian hukum Kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharap adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib, b. Kemanfaatan Hukum adalah untuk manusia, maka hukum atau penegak hukum harus memberi manfaat atau kegunaan bagi masyarakat, jangan sampai timbul keresahan di salam masyarakat karena pelaksanaan atau penegak hukum. c. Keadilan Hukum itu tidak identik dengan keadilan. Hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat menyamaratakan. Sebaliknya keadilan bersifat subjektif, individualistis, dan tidak menyamaratakan, 2.2 Pembahasan A. Aparat Penegak dan Lembaga Peradilan Hukum Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari peran para aparat penegak hukum. Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum, Menurut Pasal | Bab 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud aparat penegak hukum olch undang-undang ini sebagai berikut. 1) Penyclidik ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus olch undang-undang untuk melakukan penyelidikan. (Pasal 6 KUHAP) 2) Wewenang (Pasal 7 ayat [1] KUHAP) : a) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana; b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian; c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka: 4) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan; €) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f) Mengambil sidik jari dan memotret seorang; 2) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; i) Mengadakan penghentian penyidikan; j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab 3) Jaks adalah pejabat yang diberi wewenang olch undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperolch hukum tetap. (UU No 8 tahun 1981 tentang KUHP) Tugas Jaksa: a). Sebagai penuntut umum b) Pelaksana putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (cksekutor) 4) Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak seagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap. Berdasarkan Pasal 14 KUHAP Penuntut Umum mempunyai wewenang : a) Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik pembantu; b) Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat (3) dan (4), dengan memberikan petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik: Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik: d) Membuat surat dakwaan; ¢) Melimpahkan perkara ke pengadilan; f) Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; g) Melakukan penuntutan; h) Menutup perkara demi kepentingan hukum; i) Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang; ¢) j) Melaksanakan penetapan hakim. 3) Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh undang- undang untuk mengadili. Tugas dan wewenang hakim: ¥ Dalam Bidang Manajemen Peradilan ¥ Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program kerja jangka pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya serta pengorganisasiannya. Y Melakukan’ pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati apakah pelaksanaan tugas, umpamanya mengenai_ penyelenggaraan administrasi perkara perdata dan pidana serta pelaksanaan cksekusi, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melaporkannya kepada Ketua Pengadilan. ~ Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT) terhadap pelaksanaan putusan pidana di Lembaga pemasyarakatan dan melaporkannya kepada MA, ¥ Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya serta meneruskannya kepada kepustakaan hukum. Y Dalam Bidang Perdata ¥ Menctapkan hari sidang. ¥ Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan Pengadilan Negeri mengenai hukum yang dianggap penting. ¥ Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan menandatanganinya sebelum hari sidang berikutnya. ¥ Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan tambahan untuk mendengar sendiri para pihak dan saksi, maka Hakim bertanggungiawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan serta menandatanganinya. Mengemukakan pendapat dalam musyawarah. ‘Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan. Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan. Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum perdata yang ditugaskan kepadanya, Melaksanakan pembinaan dan pengawasan tethadap penyelenggaraan peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya. SSS 4 ¥ Dalam Bidang Pidana ‘Menetapkan hari sidang untuk perkara dengan acara biasa. Menetapkan terdakwa ditahan, dikeluarkan dari tahanan atau dirubah jenis penahanannya. ~ Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara persidangan dan menandatanganinya sebelum sidang berikutnya. Mengemukakan pendapat dalam musyawarah. Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan, Hakim wajib menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan. a4 KKK ¥ Menghubungi BAPAS agar menghadiri persidangan dalam hal terdakwanya masih dibawah umur. Memproses permohonan grasi. Melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap keadaan dan perilaku narapidana yang berada di lembaga pemasyarakatan serta melaporkannya kepada Mahkamah Agung. ¥ Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati apakah pelaksanaan tugas mengenai penyelenggaraan administrasi perkara pidana/ bidang pidana dan cksckusi serta melaporkannya kepada Pimpinan Pengadilan. ¥ Mempelajari dan mendiskusikan secara berkala kepustakaan hukum yang diterima dari Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. «<6 6) Penaschat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-undang untuk memberikan bantuan hukum. Wewenang penaschat hukum: Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, schingga akan terjadi keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan Hakim yang adil. Setiap aparat dan aparatur terkait’ mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya, yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana. ‘Aparat penegak hukum akan memutuskan perkara hukum di peradilan hukum. Lembaga-lembaga peradilan hukum sebagai berikut. a. Peradilan Umum Peradilan umum adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang menjalankan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan olch Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota provinsi, dengan dacah hukum meliputi wilayah provinsi dan Pengadilan Negeri adalah suatu pengadilan yang schari-hari memeriksa dan memutuskan perkara tingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana untuk semua golongan yang berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota, dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota, b. Peradilan Agama Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang-undang. Dalam lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota Provinsi dan Pengadilan Negeri Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota, ¢. Peradilan Militer Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan Kkekuasaan kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana militer. Pengadilan dalam lingkungan militer terdiri atas Pengadilan Militer Utama, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer, dan Pengadilan Militer Pertempuran. d. Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman pada Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tata Usaha Negara. B. Lembaga Perlindungan dan Penegakan Hukum Lembaga perlindungan dan penegakan hukum di Indonesia, antara lain Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan, Komisi Yudisial, dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). 1. Mahkamah Konstitusi (MK) Dalam pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 dijelaskan bahwa Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu pelaku Kekuasaan Kehakiman, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Dan pula ditegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, Dalam penjelasan umum Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, maka salah satu substansi penting perubahan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah keberadaan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang berfungsi menangani perkara tertentu di bidang ketatanegaraan, dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk menjaga terselenggaranya pemerintahan negara yang stabil, dan juga merupakan koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan di masa alu yang ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap konstitusi. Berdasarkan pasal 24 C ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara R.L tahun 1945, Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk : Y Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara R.t tahun 1945, ¥ Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara RL. tahun 1945. Memutus pembubaran partai politik. ¥ Memutus perselisihan hasil pemilihan umum, dan ¥ Memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum — berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara R.L. tahun 1948, < Indepedensi Mahkamah Konstitusi disebutkan dalam pasal 2 Undang- Undang R.1. Nomor 24 tahun 2003 sebagai berikut : “Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kchakiman yang merdcka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan* 2. Mahkamah Agung (MA) Dalam Pasal | UU RI Nomor 5 tahun 2004 yang kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung disebutkan bahwa Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku kekuassan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Selanjutnya dalam Pasal 24 A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI. disebutkan bahwa Mahkamah Agung berwenang untuk : Y Mengadili pada tingkat kasasi, ¥ Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang- undang terhadap undang-undang, ¥ Kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Selanjutnya dalam pasal 2 UU Nomor 14 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Negara R.1. Nomor $ tahun 2004 dan terakhir telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah ‘Agung telah diatur tentang independensi Mahkamah Agung yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut: “Mahkamah Agung adalah Lembaga Tinggi Negara dari semua Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lain.” 3. Kejaksaan Kejaksaan Republik Indonesia atau Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta 10 Kewenangan lain berdasarkan undang-undang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, Selanjutnya dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2004 terscbut disebutkan bahwa “Kekuasaan Negara scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara merdeka”. Dalam penjelasan umum angka 1 UU RI Nomor 16 Tahun 2004 tersebut dijelaskan bahwa Kejaksaan sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan Negara di bidang penuntutan ditegaskan kekuasaan Negara tersebut dilaksanakan secara merdeka. Oleh karena itu, Kejaksaan dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan lainnya. Selanjutnya ditentukan Jaksa Agung bertanggung jawab atas penuntutan yang dilaksanakan secara independen demi keadilan berdasarkan hukum dan hati nurani, Dengan demikian Jaksa Agung selaku_pimpinan Kejaksaan dapat sepenuhnya merumuskan dan mengendalikan arah dan kebijakan penanganan perkara untuk keberhasilan penuntutan, Kepolisian Dalam Pasal | angka (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang — undangan. Sedangkan dalam Pasal 8 ayat (1) UU RI Nomor 2 tahun 2002 tersebut disebutkan bahwa kedudukan Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden. Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan segera direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI. Melalui Inpres Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah kebijakan pemisahan Polri dari ABRI dan penempatannya untuk sementara pada Dephankam, yang ditandai olch suatu upacara bersejarah pada tanggal 1 April 199 di Mabes ABRI Cilangkap. Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai_kebijakan Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan dan ‘operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri. Secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup dua hal, yaitu pemeliharaan keamanan dan ketertiban (peace and order maintenance) dan penegakan hukum (law enforcement). Dalam perkembangannya, tanggung jawab “pemeliharaan” dipandang pasif, sehingga tidak mampu menanggulangi kejahatan, Polisi kemudian dituntut untuk secara proaktif melakukan “pembinaan”, sehingga tidak hanya “menjaga” agar kamtib terpelihara, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat, menggugah dan mengajak peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban, dan bahkan ikut memecahkan masalah-masalah sosial yang menjadi sumber kejahatan, Tugas- tugas ini dipersembahkan oleh polisi untuk membantu (to support) masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan rasa aman, schingga memungkinkan tercapainya kesejahteraan. 5. Komisi Yudisial Dalam ketentuan Pasal | angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun 2004 yang kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, Ditegaskan pula bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan prinsip ketatanegaraan di atas, salah satu substansi penting perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah adanya Komisi Yudisial. Komisi Yudisial tersebut merupakan lembaga Negara yang bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Pasal 24 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memberikan landasan hukum yang kuat bagi reformasi bidang hukum, yakni dengan memberikan kewenangan kepada Komisi Yudisial untuk mewujudkan checks and balances, walaupun Komisi Yudisial bukan pelaku kekuasaan kehakiman namun fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman. > Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM ) Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.1. Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedidukan setingkat dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyaluran, —_pemantauan, dan mediasi hak = asasi_—-manusia, Dalam pasal 75 Undang-Undang R.1. Nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa Komnas HAM bertujuan > Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; dan > Meningkatkan perlindungan dan pencgakan hak asasi_manusia guna berkembangnya pribadi manusia Indonesia scutuhnya dan kemampuannya dalam berbagai bidang kehidupan. C. Elemen Penegak Hukum Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang teribat dalam proses tegaknya hukum, dimulai dari saksi, polisi, penaschat hkum, jaksa, hakim dan petugas sipil pemasyarakatan Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum, terdapat tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu: a. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya. b. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya termasuk mengenai kesejahteraan aparatnya. ¢.Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaanya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum ‘materiilnya maupun hukum acaranya. .Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Menurut Soerjono Sockanto factor-faktor yang mempengaruhi penegakkan hhukum sebagai berikut: 1. Faktor hukumnya sendiri Semakin baik suatu peraturan hukum akan semakin baik memungkinkan penegakannya. Scbaliknya, semakin tidak baik suatu peraturan hukum akan semakin sukarlah menegakkannya, Secara umum, peraturan hukum yang baik adalah peraturan hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis dan filosofis. a. Secara Yuridis: Setiap peraturan hukum yang berlaku haruslah bersumber pada peraturan yang lebih tinggi tingkatannya. Ini berarti bahwa setiap peraturan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan peraturan hukum yang lebih tinggi derajatnya. Misalnya, Undang-Undang di Indonesia dibentuk oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, b. Secara Sosiologis: Bilamana peraturan hukum tersebut diakui atau diterima olch masyarakat kepada siapaperaturan hukum —tersebut —ditujukan/ —diberlakukan— menurut “Anerkennungstheorie”, “The recognition Theory”). Teori ini bertolak belakang dengan “Machttheorie", Power Theory”) yang menyatakan, bahwa_peraturan hukum mempunyai kelakuan sosiologis, apabila dipaksakan berlakunya oleh penguasa, diterima ataupun tidak oleh warga masyarkat, ©. Secara Filosofis: Apabila peraturan hukum tersebut sesuai dengan cita-cita hukum (rechtsidde) sebagai nilai positif yang tertinggi. Dalam negara Indonesia, cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UD 1945,{4] 2. Faktor Penegak Hukum Secara sosiologi setiap penegak hukum tersebut mempunyai_kedudukan (status) atau peranan (role). Kedudukan social merupakan posisi tertentu dalam struktur masyarakat yang isinya adalah hak dan kewajiban, Penegakkan hukum dalam mengambil keputusan diperlukan penilaian pribadi yang memegang peranan karena: a. Tidak ada perundingan undang-undang yang sedemikian lengkap, schingga dapat mengatur perilaku manusia, b. Adaya hambatan untuk menyelesaikan perundang-undangan dengan perkembangan masyarakat schingga menimbulkan ketidakpastian, c. Kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan. dd. Adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan khusus.[5] 3. Faktor sarana atau Fasilitas Sarna atau fasilitas antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya, Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi maka mustahil penegak hukum akan ‘mencapai tujuannya. Misalnya, untuk membuktikan apakah suatu tanda tangan palsu atau tidak, kepolisian di dacrah tidak dapat mengetahui secara past, karena tidak mempunyai alat untuk memeriksanya, schingga terpaksa dikirim ke Jakarta, Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa sarana atau fasilitas sangat menentukan dalam penegak hukum. Tanpa sarana atau fasilitas yang memadai, penegak hukum tidak akan dapat berjalan lancar, dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan peranan yangg scharusnya. [6] 4. Faktor Masyarakat Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegak hhukum yang baik. Kesadaran hukum merupakan suatu pandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa hukum itu. Pandangan itu berkembang dan dipengaruhi olch berbagai faktor yaitu agama, ekonomi, politik, dan sebagainya. Pandangan itu sclalu berubah, oleh karena itu hukum pun selalu berubah. Maka diperlukan upaya dari kesadaran hukum, yakni: a. Pengetahuan hukum b.Pemahaman hukum ©. Sikap tethadap norma-norma d.— Perilaku hukum.{7] 5. Faktor Kebudayaan Kebudayaan pada dasamya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi yang abstrak ‘mengenai apa yang dianggap baik (schingga dituruti) dan apa yang dianggap buruk (schinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia merupakan dasar atau mendasari hukum adat yang berlaku. Disamping itu berlaku pula hukum tertulis (perundang- undangan), yang dibentuk oleh golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum perundang-undangan 14 m tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat, agar hukum perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara aktif. [8] Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa azas yang tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif. Azas-azas tersebut antara lain: 1) Undang-undang tidak berlaku surut, 2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi, 3) Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, 4) Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama, 5) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu. Upaya-Upaya Penegakan Hukum untuk Menjamin Keadilan dan Kedamaian Penegakan hukum merupakan pondasi utama dalam kehidupan Bernegara, guna terciptanya ketertiban dan ketentraman schingga tidak heran jika banyak Negara di dunia menjadikan penegakan hukum sebagai prioritas kebijakan dan pembaharuan, termasuk Indonesia yang ditandai dengan mulai berbenah dan dilengkapinya segala bentuk infrastruktur lembaga-lembaga baik itu dalam lingkup kekuasaan eksekutif, yudikatif, maupun lembaga-lemabaga pengawas independen yang bertugas melakukan pengawalan tethadap terealisasinya jaminan penegak hukum. Berbagai macam cara untuk mengatasi masalah penegakan hukum di Indonesia sebagai berikut. a. Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tetapi menimbang serta melihat latar belakang peristiwa, alasan terjadinya kejadian, unsur kemanusaian dan juga menimbang rasa keadilan dalam memberikan keputusan. b. Hukum seharusnya tidak di tegakan dalam bentuk yang paling kaku, arogan, dan hitam putih. Tapi, harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakan yang hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan menghasilkan keputusan-keputusan yang kontroversial dan tidak memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya. c. Hakim sebagai pemberi keputusan scharusnya tidak menjadi corong undang- undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa mempedulikan rasa keadailan. Hakim scharusnya mengikuti perundang- undangan dengan mementingkan rasa keadilan seadil-adilnya schingga keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan yang sebenamya. d. Memberikan Pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan hukum di Indonesia schingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan yang berlaku. 15 . Meayediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum, Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan semua tingkat peradilan. Pemberian saksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak ‘menjalankan tugas dengan semestinya. 16 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan ini yaitu penegakan bukum adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum maupun para aparat penegak hukum resmi yang diberi tugas dan wewenang oleh UU untuk ‘menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku di masyarakan dan negara, Peran-peran lembaga penegak hukum juga sangat diperlukan dalam menjalankan bukum, 3.2 Saran Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat mensosialisasikan politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan tepat schingga masyarakat dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu, untuk politikus disarankan agar dapat menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku dan tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi Daftar Pustaka Iriani, Dewi. __. Pengenalan IImu Hukum. Ponorogo: STAIN Ponorogo. Mahfiana, Layyin. 2005. IImu Hukum, Ponorogo: STAIN Ponorogo Press. Raharjo, Sadjibto. __. Masalah Penegakan Hukum. Bandung: Sinar Baru. Tim Redaksi.2014,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. wl v.slis i isyar/ a ba a ; . a ‘ Th - |-216939. ill i LL S I= - proses-perkara-pidana/ hitps://id.answers.yahoo.com/question/index?gid=20140316110618AASEcZu W/ JO we, a

You might also like