MAKALAH MATERI HIKAYAT
(PENGERTIAN, TUJUAN, JENIS TEKS HIKAYAT BERDASARKAN ASALNYA,1 CONTOH TEKS
HIKAYATBERDASAR ASALNYA)
Dibuat Oleh: Andika Mulya Pratama
Kelompok 4:
-Andika Mulya Pratama
-Rangga Febrian
-Danish Alvian
-Ahmad Saugih Tarmizi
-Muhammad Rizki Al Fathir
Fahri Firmansyah
Kelas 10 TKR 4
HASANAH FATHIMIYAH
PELAJARAN BAHASA INDONESIA,PENGERTIAN HIKAYAT
Hikayat adalah salah satu bentuk karya Gloria sastra,
terutama dalam bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah,
cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang
kehidupan maupun kepahlawanan seseorang lengkap
dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Istilah hikayat merupakan kata serapan dari Arab, yaitu haka
yang berarti cerita. Tapi, secara harfiah hikayat berarti
kenang-kenangan yang merupakan sinonim dari riwayat
atau tarikh.Hikayat dapat dibedakan menjadi cerita rakyat,
epos, dongeng, cerita Islam, sejarah, biografi dan cerita
berbingkai. Hikayat ditulis oleh pujangga untuk
mengekspresikan buah pikirannya dalam bentuk prosa
rekaan sebagai pelipur lara. Berbeda dengan Hikayat Aceh,
karya sastra ini dikarang oleh pujangga ulama dengan
menggunakan bahasa Aceh disusun dalam bentuk puisi
sajak, isinya bukan fiksi dan legenda semata, tapi pendidikan
moral dan ajaran agama. Fungsinya sebagai pembangkit
semangat juang, estetis, hiburan, pendidikan moral dan
pemberantasan buta huruf.
TUJUAN TEKS HIKAYAT
Teks hikayat memiliki tujuan kepada pembaca.
Tujuan tersebut yaitu latar belakang bagi pengarang atau penulis untuk
menulis sebuah teks hikayat.
Berikut tujuan penulisan teks hikayat:
1, Sarana untuk membangkitkan semangat pembacanya.
2. Sarana untuk menghibur.
3. Sarana untuk meramaikan suatu acara atau suasana.
4, Sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur.JENIS TEKS HIKAYAT BERDASARKAN
ASALNYA
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, cerita
hikayat berasal dari Melayu. Namun, seiring
berjalannya waktu ada banyak cerita hikayat
yang asalnya dari sejumlah bangsa, yakni:
-Melayu asli
-Jawa
-Hindu (India)
-Arab-Persia
1 Contoh Teks Hikayat berdasar Asalnya
Setelah mengetahui pengertian dan struktur
tentang hikayat, mari kita simak salah satu contoh
cerita hikayat yang terkenal, yakni Hang Tuah.
Sedikit informasi, cerita hikayat ini mengisahkan
seorang pejuang Melayu bernama Hang Tuah, yang
dikenal sebagai salah satu pejuang terhebat di masa
lalu.HANG TUAH
Pada suatu ketika ada seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak Hang
Mahmud. Mereka bertempat tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orang di
Sungai Duyung mendengar kabar tentang Raja Bintan yang baik dan sopan kepada
semua rakyatnya.
Ketika Hang Mahmud mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepada istrinya
yang bernama Dang Merdu, "Ayo kita pergi ke Bintan, negeri yang besar itu, apalagi kita
ini orang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebih mudah mencari
pekerjaan." Lalu pada malam harinya, Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari
langit.
Cahayanya penuh di atas kepala Hang Tuah. Hang Mahmud pun terbangun dan
mengangkat anaknya serta menciumnya. Seluruh tubuh Hang Tuah berbau seperti
wangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud pun menceritakan mimpinya kepada
istri dan anaknya. Setelah mendengar kata suaminya, Dang Merdu pun langsung
memandikan dan melulurkan anaknya.
Setelah itu, ia memberikan anaknya itu kain, baju, dan ikat kepala serba putih. Lalu
Dang Merdu memberi makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam, ibunya juga
memanggil para pemuka agama untuk mendoakan selamatan untuk Hang Tuah.
Setelah selesai dipelulsnyalah anaknya itu, Lalu kata Hang Mahmud kepada istrinya,
"Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik, jangan diberi main jauh-jauh.”
Keesokan harinya, seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untuk persediaan. Lalu
ada pemberontak yang datang ke tengah pasar, banyak orang yang mati dan luka-luka.
Orang-orang pemilik toko meninggalkan tokonya dan melarikan diri ke kampong.
Gemparlah negeri Bintan itu dan terjadi kekacauan di mana-mana. Ada seorang yang
sedang melarikan diri berkata kepada Hang Tuah, "Hai, Hang Tuah, hendak matikah
kau tidak mau masuk ke kampung?"
Maka kata Hang Tuah sambil membelah kayu, "Negeri ini memiliki prajurit dan
pegawai yang akan membunuh, ia pun akan mati olehnya.” Waktu ia sedang berbicara,
ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju Hang Tuah sambil menghunuskan
kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko, katanya, "Hai, anakku, cepat lari ke
atas toko!"Hang Tuah mendengarkan kata ibunya, ia pun langsung bangkit berdiri dan
memegang kapaknya menunggu amarah pemberontak itu. Pemberontak itu
datang ke hadapan Hang Tuah lalu menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang
‘Tuah pun melompat dan mengelak dari tikaman orang itu. Hang Tuah lalu
mengayunkan kapaknya ke kepala orang itu, lalu terbelah kepala orang itu dan
mati.
Maka kata seorang anak yang menyaksikannya, "Dia akan menjadi perwira
besar di tanah Melayu ini." Terdengarlah berita itu oleh keempat kawannya,
Mereka pun langsung
Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir, dan Hang Leki
berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat dan Hang Kesturi bertanya
kepadanya, "Apakah benar engkau membunuh pemberontak dengan kapak?”
Hang Tuah pun tersenyum dan menjawab, "Pemberontak itu tidak pantas
dibunuh dengan keris, melainkan dengan kapak untuk kayu."
Kemudian karena kejadian itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sang
Hang Tuah. Jika ia tidak datang ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang
Raja. Maka Tumenggung pun berdiskusi dengan pegawai-pegawai lain yang
juga iri hati kepada Hang Tuah. Setelah diskusi itu, datanglah mereka ke
hadapan Sang Raja.
Maka saat sang Baginda sedang duduk di tahtanya bersama para bawahannya,
Tumenggung dan segala pegawai-pegawainya datang berlutut, lalu
menyembah Sang Raja, "Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat, ada
banyak berita tentang pengkhianatan yang sampai kepada saya. Berita-berita
itu sudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai saya.”
Setelah Sang Baginda mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu bertanya,
"Hai kalian semua, apa saja yang telah kalian ketahui?"
Maka seluruh menteri-menteri itu menjawab, "Hormat tuanku, pegawai saya
yang hina tidak berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan
halini.”Maka Baginda bertitah, "Hai Tumenggung, katakan saja, kita akan
membalasnya.”
Maka Tumenggung menjawab, "Hormat tuanku, saya mohon ampun
dan berkat, untuk datang saja hamba takut karena yang melakukan hal
itu, tuan sangat menyukainya. Baiklah kalau tuan percaya pada
perkataan saya karena jika tidak, alangkah buruknya nama baik
hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.”
Setelah Baginda mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian
itu, maka Baginda bertitah, "Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?"
Maka Tumenggung menjawab, "Siapa lagi yang berani melakukannya
selain Hang Tuah itu. Saat pegawai-pegawai hamba memberitahukan
hal ini pada hamba, hamba sendiri juga tidak percaya, lalu hamba
melihat Hang Tuah sedang berbicara dengan seorang perempuan di
istana tuan ini, Perempuan tersebut bernama Dang Setia. Hamba takut
ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hamba dengan
dikawal datang untuk mengawasi mereka."
Setelah Baginda mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya
berwarna merah padam. Lalu ia bertitah kepada para pegawai yang
berhati jahat itu, "Pergilah, singkirkanlah Si Durhaka itu!" Maka Hang,
Tuah pun tidak pernah terdengar lagi di dalam negeri itu, tetapi si Tuah
tidak mati karena si Tuah itu perwira besar, apalagi dia menjadi wali
Allah.
Kabarnya sekarang ini Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak,
di sana ia duduk menjadi raja segala Batak dan orang hutan. Sekarang
pun Raja ingin bertemu dengan seseorang, lalu ditanyainya orang itu
dan ia berkata, "Tidakkah Tuan ingin mempunyai istri?" Lalu jawabnya,
"Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”