°] &
J sf JAPANFOUNDATION
SEMINAR INTERNASIONAL
RET LT BITS
Se A AGE Ae & Bi Be HK,
| Pendidikan dan Pelatihan Guru Bahasa Jepang
pada Pendidikan Menengah
di Asia Tenggara”
PROSIDING
Editor:
Roni
Ina Ika Pratita
Gedung Auditorium PPPG Wiyata Mandala Lantai 9
Kampus UNESA Lidah Wetan,
20-21 Desember 2013
AS | Z
Se ERALASEATOA dn
UNESA UNIVERSIIAS NCE GTRALTA“Pendidikan dan Pelatihan Guru Bahasa Jepang
pada Pendidikan Menengah
di Asia Tenggara”
RAT VT IBIS
HEH AGAR LAG EK
PROSIDING
Editor : Roni, Ina Ika Pratita
ISBN : 978-602-98483-6-6
Setting & Layout : Tim Penerbit
Diterbitkan oleh :
FBS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Bekerjasama dengan :
JAPAN Foundation
ge
GNESR pean
Dilareng memperbanyak atau memindahkan sebagian atau scluruh isi buku
ini dalam dentuk apapun, baik secera elektronis maupun mekanis, termasuk
‘memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa
izin tertulis dari penerbit10,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BARODA LE THR (0) HAE
sake Miyacti
Lesson Study di PGMP Jabodetabek -Sebuah Laporan Pilot Project-
Evi Lusiana
Mencoba Lesson Study Pada Pendidikan Menengah Di Indonesia
Pelaksanaannya dilakukan oleh guru SMA ci Semarang Jawa Tengah
Fransista Ninas, Heil Murdiani, Iowan Retyanto, Akiko Toda
Pengaruh Lesson Study Dalam Pengajeran Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang
Dengan Menggunakan Teknik Games Di Kelas Xil Ipa 1, 2 SMA Negeri 1
Sumatera Barat Tahun Pembelajaran 2043/2044
Robby Juneidi dan Mika Ueno
RRS 2 aay — ya VICVEMET IDET,
KO SREWSES—BORY RD, MARR, HAOMAICOWT
Tovar VPP
‘Mara Endart Jani Utami
Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Pembelajaran yeng
Dilakukan Guru Di SMA Negeri Unggul Ali Hasimy Indrapuri
Kab.Aceh Besar Prov. Naggro Aceh Darussalam.
Wewan Watyudi
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams
Achievement Division (Stad) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Bahasa Jepang Siswa Kelas X1 SMA Laboratium Singaraja tahun Ajaran 201212013
Putu Dewi Meriyna
Penggunaan media pembelajaran Te wo tsukatta games
(game yang memanfaatkan irama tepukan tangan) sebagai upaya efektif
meningkatkan motivasi belajar siswe dalam menghafalkan
pengubahan kosa kata kerja bentuk [Te] untuk pola Kalimat
“[KB] wa KK(te),KKmasu” di kelas X| SMA Plus Al Ghifari Bandung
Netty Nurdjanatty Budiyningsih
Peningkatan Motivasi dan Kemampuan Berbicara Siswra Dengan Metode Game
Siti Mukaroman
Permainan Ular Tanga berbahasa Jepang untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Kelas X SMAN 1 Temanggung dalam Materi Salam
Yui Susanto
36
49
85
93
11811, Efficient Learning for Beginner Level of Japanese Language Learner
Aji Setyanta 192
142, Penerapan Teknik Pengajaran Dengan Pendekatan Komunikatif Pada Siswa
Kelas X IPS di SMAN 1 Denpasar
‘AAAyu Dian Andriyani, Ni Luh Gede Meilanteri, Heru Prasetyono Ardi 145
13. Efektivitas Pembelajaran Bermain Drama Terhadap Kompetensi
Berkomunikasi Pembelajar Bahasa Jepang dalam Mata Kulizh Kesusastraan Jepang
Marisa Rianti Sutanto, Ferry Kurniawan 157
14. Belajar Bahasa Jepang melalui cerita animasi -~ Bermrimpi bersama
“UCHU KYODAI” untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dikaitkan dengan Kurikulum 2013 ~
Marta Nunulita, Ken Moribayashi 12
415. Efektivitas Proses Pembelajaran Percakapen Menggunakan Penel Foto
Rini Dwiviyant 187
416. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Teams Games Tournamet (Tat)
Dengan Media Papan Pintar Teradep Proses Pembelajaran Huruf Hiragana Dan Katakana
Bahasa Jepang Di Kelas X IPS 2 SMA Negeri 3 Kota Jambi Tahun Pembelajaran 2013
Christo 203
417. Pemanfaatan Media Belajar e-Learning dalam Rangka Optimalisasi
Kapasitas Guru dalam Proses Pembelajaran
Lea Santiar, Rina Pertii, Marta Nurufta, Yulia 22
18. Media Pembelajaran Berbasis Internet dan web Japan Foundation
Digunakan dalam Pembelajaran Bahasa Jepang Untuk Memotivasi Belajar Siswa
Pada Kelas Xi SMAN 2 Banda Aceh
Evi Sukmadiana 237
19. Pembuatan Video Pembelajaran Kanji Sebagai Model Pembelajaran PAIKEM
Urip Zaenal Fanani
20. Pembelajaran Hiragana dan Motivasi Siswa Uji Coba Kegiatan KarutalCHARTA,
kelas X AK2 29 Maret s/d 26 April 2012
Kiki Niediawan 261
21, Pembelajaran Cara Membaca Dan Menulis Huruf Hiragana Melalui Permainan “Hatte Kado”
Neda Khori Sulandari 280
22. Lirik Lagu Jepang Dan Indonesia Sebagai Bahan Ajar Tambahan
Dalam Mata Kuliah Penerjemahan (Honyaku)
Umul Khesanah, Novi Andari 292
23, Teknik Permainan Lisan Dalam Strategi Pembelajaran Bahasa
Nise Samudra Sasanti 30724,
25,
26.
2.
28.
28.
30,
3
32,
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbicara Bahasa Jepang |
Melalui Teknik Bermain Peran Mahasiswa Semester lil2011 Kelas B
Prodi Pendidikan Bahasa Jepang FBS UNESA
Perilaku Altruistik Pada Tokch Kibi 270i Dalam Novel Shi No Hana 3t D7
Karya Abe Tomoji BY a61—
Yovinza Bethvine S
Strategi-strategi Belajar dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa
Amira Agustin Kocimaheni
Kekhasan Diksi Dalam Novel Utsukushisa To KanashimiTo (#LS ¢AueL AL)
Karya Kawabata Yasunari
Ina Ika Pratita
BARES DAMES £ HET AL OPEISBUR
Dik Nutradi
BAAD RBM CL) OVC HAY RYT RRL OFT
Farda Zuraidah
Proses Akuisisi Ajektive -] Bahasa Jopang Pada Anak Yang Berbahasa
Ibu Bahasa Indonesia
Agus Suberman Suryadimulya
Suatu Kajian Teoritis: Accelerated Learning dan Scientific Apporoach
Mintarsih
Kesenjangan Diatesis Memberi dan Menerima Bahasa Jepang pada Bahesa Indonesia
Mesitva Raynox Mae!
Pembelajaran Menyimak Dalam Bahasa Jepang
Rusmiyal
316
327
335
365,
381
396
409
419
428Seminar Internasiona! Pendidikan Bahasa Jepang 20-21 Desember 2013
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA.
JEPANG I MELALUI TEKNIK BERMAIN PERAN MAHASISWA SEMESTER
{11/2011 KELAS B PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FBS UNESA
Retnani
Universitas Negeri Surabaya
retnanisyaiful@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose of this study is ( 1) Knowing the activity lecturer in learning to speak
Japanese I through engineering student playing the role ofa class B II1/2011 half. (2)
Knowing the activities of students in learning to speak Japanese I through the technique
of playing the role of the semester students [11/2011 Class B (3) Improving the quality
of learning to speak Japanese I through the technique of playing the role of the semester
students of Class B 11/2011 . This research was carried out in the 2nd half of the school
year 2011/2012 from August to January 2013 Japanese Language Education Program
student class 2011/2012 class B were 30 students with 3 cycles, each cycle consisting
of the initial observation , planning , implementation , observation and reflection
Engineering Data collection was done by using tests and non- test . Testing techniques
are used which tests speaking through role play . While the non-test techniques used are
observation activities of faculty and student activities. The results showed that learning
1 speak Japanese I can be enhanced through role play technique using average values
Increased increased by using role-playing techniques , which proved . Improving the
quality of learning demonstrated an increase in the average value of mastery learning
of students (70) on each cycle. In the pre-action average value 57.33 speak Japanese |
rose 10 68.18 in the first cycle and increased to 77 in the second cycle . and then
increased again to 83.66 in the third cycle . For a student activity is indicated by a ‘otal
Score of 7 components of activity, namely ( 1 ) the total active listening activity score
76 in cycle I rose t0 94 in the second cycle , and 107 in the third cycle ( 2) total score
of activity to understand speech turn 68 in the first cycle ride to 93 in the second cycle
and 108 in the third cycle , (3) total score of 81 activities asked in the first cycle
increased to 92 103 in the second cycle and the third cycle, (4 ) total activity score 88
answered in the first cycle increased to 96 in cycle I! and 106 in the third cycle , (5)
total activity scores speak well to the expression 88 in the first eycle increased to 94 in
the second cycle and 108 on silkus HI, ( 6) total activity score of 69 friends look at
ways of speaking in the first cycle to 102 108 on the second eyele and the third cycle, (
7 ) total score of activity adds to answer with a friend 69 expression in the first cycle to
97 on the second cycle and 110 on the third cycle. For lecturers activity of 9
components on the first cycle lecturer gives reinforcement evidenced by the lack of
acquisition score 2 (less), while in the second cycle 3 scores ( enough ) and the third
ovele scored 4 (good )Seminar nternasional Pendidikan Bahasa Jeparg 20-21 Desember 2013
PENDAHULUAN
A, Latar Belakang Masalah
Bahasa Jepang merupakan meta kuliah yang diprogram oleh mahasiswa
semester III angkatan 2011 dengan durasi waktu 2 x 50 menit setiap minggu.
yang diajarkan relatif masih sederhana yekni bagaimana memperkenalkan diri dan
orang lain serta bagaimana percakapan di suatu tempat, Perlu diketahui juga bahwa
mahasiswa-mahasiswa yang masuk pada prodi pendidikan bahasa Jepang Unesa
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ada yang sudah mempunyai bekal
bahasa Jepang sejak di SMA/SMK, tetapi ada pula yang punya b'ekal baru ketika
masuk Unesa semester I, sehingga kemampuan mereka bervariasi. Berdasarkan hal
tersebut pendapat mereka tentang kualitas pembelajaran yang diberikan dosenpun
diperhitungkan.
Dari 30 mahasiswa sebanyak 8 mahasiswa saja yang mampu memperoleh nilai
70, Sclebihnya mahasiswa mendapat nilei kurang dari 70. Berarti tingkat prosentase
pencapaian ketuntasan belajar hanya sebesar kurang lebih 25 %. Setelah melakukan
analisis diketahui bahwa mahasiswa kurang dapat menyerap pembelajaran dikarenakan
pembelajaran berbicara bahasa Jepang I kurang berkuslitas, hal ini dikarenakan teknik
pembelajaran yang terlalu monoton kurang bervariasi dan masih berpusat pada dosen,
sehingga keaktifan mahasiswa kurang berjalan secara optimal. Sedangkan 8 mahasiswa
sudah bise menerima materi walaupun dengan nilai standart (70).
Agar terjadi peningkatan hasil belajar berbicara bahasa Jepang Peneliti
melakukan penelitian lapangan yang dikemas dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam menyikapi masala. Peneliti meleksanakan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbicara |
Bahasa Jepang Melalui Teknik Bermain Peran Mahasiswa Semester III/2011 Kelas B
Prodi Pendidikan Bahasa Jepang FBS Unesa”
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran peneliti_memberi variasi lain dalam
pembelajaran untuk menumbuhkan ketertarikan mahasiswa tethadap bahasa Jepang.
Selah satu teknik yang telah peneliti lakukan adalah belajar sambil bermain, yang
dikemas dalam sebuah permainan peran. Agar mereka merasa senang dengan
317‘Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 20-2! Desember 2013
pembelajaran Bahase Jepang, tema bermain peran didiskusikan bersama sesuai dengan
keinginan mereka,
Dengan bermain peran, mahasiswa akan mempersiapkan terlebih dulu bentuk
percakapannya, Kalimat-kalimat yang hendak disampaikan. Saat memproduksi kalimat
inilah banyak kendala yang mereke hadapi, antara lain: pilihan kosakata, ujaran,
pelafalan maupun ketatabahasanya. Masalah yang paling banyak dijumpai adalah proses
‘menyusun Kalimat sesuai dengan tatabahasa Jepang.
Banyak teknik untuk meningkatkan kemampuan berbicara, naman peneliti lebin
cenderung memilih teknik bermain peran Karena memiliki daya tarik tersendiri bagi
mahasiswa. Mengapa demikian? Pertama mahasiswa terlebih dulu menyusun sebuah
narasi, mereka secara tidak sengaja belajar menyusun kalimat menurut tata behasa
Jepang yang benar, Andaikan kalimat yang mereka hasilkan tidak sesuai dengan
tatabahasa yang benar dan kosakata yang tepat, maka akan mempersulit pemahaman
bagi lawan bicaranya ataupun bagi yang mendengarkan.
Gillian Porter Ladousse (1987) memberi dukungan bahwa bermain peran
menambah variasi, perubahan perilaku dan kesempatan memproduksi kalimat
serta banyak kesenangan.(role play into the classroom adds variety, a change of pace
and opportunities for a lot of language production and also a lot of fun!)
Pendampingan guru dalam hal ini mutlak diperlukan karena mereka mesih baru
mengenal tatabahasa Jepang dan minim kosakata. Kedua, setelah mahasiswa selesai
‘menyusun narasi, mereka belajar memperagakan isi narasi tersebut dalam unjuk kerja
yang berupa bermain peran, Mahasiswa secara tidak sengaja lagi belajar melafalkan
kosakata dengan benar dan juga belajar akting sesuai dengan yang mereka perankan.
Dengan semakin sering siswa diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas baik itu
menjawab pertanyaan ataupun unjuk kerja lainnya, lama-kelamaan mereka skan berani
menyampaikan gegasannya, dan nantinya mereka akan mempunyai rasa percaya diri.
Tidak sedikit orang yang takut berbicara baik secara formal maupun informal didepan
forum.
Pendapat ini didukung oleh Yoshikawa yang juga menyatakan bahwa banyak
ahli terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, namun mereka sering
kurang terampil menyajikannya secara lisan, Apalagi berbicara secare formal tidaklah
semudah yang dibayangkan orang. Walaupun secara alamiah setiap orang mampu
318‘Seminar Internasional Pendiditan Bahasa Jepang 20-21 Desember 2013
berbicara, namun berbicara secara formal ateu dalam situasi resmi sering menimbulkan
kegugupan sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur. Bahkan yang
lebih parah lagi ada orang yang tidak berani berbicara sama sekali. Anggapan bahwa
setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara, telah menyebabkan pembinaan
kemampuan berbicara ini sering diebaikan. (1998: 23).
B. Tujuan Penelitian
Setelah kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa Jepang dengan menggunaken
teknik bermain peran bertujuan :
1, Untuk mengetahui aktifitas dosen dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran
berbicara bahasa Jepang I pada mahasiswa semester I{1/2011 kelas B Prodi Pendidikan
Bahasa Jepang FBS Unesa
2. Untuk mengetahui aktifitas mahasiswa semester [/2011 Kelas B dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara Bahasa Jepang 1 dengan
menggunakan teknik bermain peran.
3. Untuk meningkatkan kualitas pembelgjaran Berbicara Bahasa Jepang | dengan
menggunakan teknik bermain peran.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang berarti bagi :
1. Dosen sebagai peneliti: berdampak bagi pengembangan profesionalisme dosen
terutama dalam penyusunan karya tulis ilmiab, dan meningkatkan kualitas pembelajaran
Bahasa Jepang.
2, Mahasiswa: mudah menerima materi pelajaran khususnya meningkatkan kemampuan
berbicara, dan merasa mendapat perhatian serta kesempatan untuk menyampaikan
gagasan sesuai dengan kemampuannya. 3. Dosen Lain: sebagai rujukan bagi teman
sejawat untuk mengembangkan profesionalitasnya, terutama dalam pembuatan karya
tulis ilmiah yang nantinya beroleh manfaat untuk kenaikan pangket.4. Lembaga: adanya
sumber daya manusia yang berkualitas, maka aken menghasilkan mahasiswa yang
berkualitas pula sehingga secara otomatis tujuan pendidikan akan tercapai secara
optimal.
319Seminar internasionel Pendidikan Bahasa Jepang 20-2! Desemider 2013
PEMBAHASAN
A. Teknik bermain peran; Teknik bermain peran dalam pembelajaran berbicara I
bahasa Jepang merupekan salah satu sub bagian dari teknik bermain peran dalam
pembelajaran berbicara pada mata kuliah Bahasa Jepang. Sub bagian yang lain dari
teknik pembelajaran Berbicara yaitu : Ulang Ucap, Lihat Ucapkan, Memerikan,
Menjawab Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan Cerita,
Menceritakan Kembali, Bercerita dan Parafrase. Teknik bermain peran merupakan
teknik pembelajaran terakhir pada pembelajaran berbicara, Dengan demikian maka
dikandung pengertian behwa teknik pembelajaran ini sebagai tataran terringgi dalam
pembelajaran Berbicara. Jika dalam pembelajara
berbicara sebelumnya masih terdapat
campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari
inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini
menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih Kkecil/sederhana,
Maka peserta didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafelkan
untuk ditampilkan di depan kelas nanti.
B, Teknik Bermain Peran Dalam Pembelajaran Berbicara | Bahasa Jepang
Langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
1, Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Mahaiswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
3. Dosen menyiapkan scenario/naskah dengan tema cerita yang menarik, atau
mahasiswa menentukan sendiri tema sesuai dengan kosa kata dan pola-pola
kaliomat yang sudah dipelajari.
4, Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam
scenario, Dosen pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan
memang perlu.
Tiap-tiap pemain menghapalkan dislog dalam scenario.
6. Dosen menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk
menampilkan naskah pementasan,
7. Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.‘Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 20-21 Desemter 2013,
8. Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
9. Kesimpulan.
Kemampuan membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang
harus dikuasai sebagai seorang dosen yang benar-benar profesional. Alasannya,
kemampuan mendesain pembelajaran sangat berkaitan langsung dengan pelaksenaan
tugas dosen di lapangan sebagai pemegang kendali proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.
Bermain peran adalah salah satu teknik pembelajaren yang dapat digunakan
secara efektif untuk mengarahkan siswa dalam mempelajari materi dengan tema
tertentu. Teknik ini dilaksanakan melalui sembilan tahap, yaitu: (1) memotivasi siswa,
(2) memilih peran, (3) menyusun tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5)
pemeranan I, (6) diskusi dan evaluasi I, (7) pemeranan Il, (8) diskusi dan evaluasi Il,
dan (9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan,
C. Kualitas Pembelajaran: Kualitas Pembelgjaran dapat dimaknai dengan istilah mutu
atau juga keefektifan. Secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya (Etzioni,1964), Efektivitas ini
sesunguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di
dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat
dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau
sikap orangnya, Di samping itu, efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat
kepuasan yang dicapai oleh orang (Robbins, 1997).
Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting,
Karena mampu memberikan gambaran mengenei keberhasilan seseorang dalam
‘mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap manatujuan - tujuan dicapai
(Prokopenko, 1987), atau tingkat pencapaian tujuan (Hoy dan Miskel,1992). Sementara
itu belajar dapat pula dikatakan sebagai komunikasi terencena yang menghasilkan
perubahan atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran
Khusus yang berkaitan dengan pola berperilaku yang diperlukan individu untuk
mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu (Bramley,1996), Dengan
demikian, yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa
8‘Seminar Internasional Pendiditan Bahasa Jepang 20-21 Desenber 2015
peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses
pembelajaran.
Dengan pemahaman tersebut di atas, maka dapat dikemukakan aspek-aspek
efektivites belajar sebagai berikut : (1) peningkatan pengetahuan, (2) peningkatan
keterampilan, (3) perubahan sikap, (4) perilaku , (5) Kemampuan adaptasi, (6)
peningkatan integrasi, (7) peningkatan partisipasi, dan (8) peningkatan intereksi
kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran yang
dilekukan oleh dosen dan mahasiswa ditentukan oleh efektivitasnya dalam upaya
pencapaian kompetensi belajar.
UNESCO (1996) menetapkan 4 (empat) pilar pendidikan yang harus
dipethatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:
1. Belajar untuk menguasai ilma pengetahuan (leaming to know)
2. Belajar untuk menguasai keterampilan (learning to do)
3. Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live together)
4, Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal (Ieaming to be).
Guna merealisir leaning to know, dosen seyogyanya berfungsi sebagai
fasilitator. Di samping itu dosen dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat
dalam berdialog dengan mahasiswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan
‘maupun ilmu tertentu. Learning to do akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi
mahasiswa untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinye, Dewasa ini,
Keterampilan dalam hal ini keterampilan berbicara bahasa Jepang bisa digunakan
menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan berbicara behasa Jepang lebih
dominan daripada penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan
seseorang. Untuk itu pembinaan terhadap Keterampilan mahasiswa perlu mendapat
perhatian serius,
Salah satu fungsi lembaga pendidikan adalah tempat bersosialisasi, tatanan
Kehidupan, artinya mempersiapkan mahasiswa untuk dapat hidup bermasyarakat
Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan di lingkungan perkuliahan. Kebiasaan
hidup bersama, saling menghargei, terbuka, member dan menerima, perlu
ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses "learning to
live together”. Pengembangan diri secara maksimal (learning to be) melalui teknikSeminar tniernasional Pendidikan Bahasa Jepang 20 ~ 2 Desember 2013
bermain peran dalam pembelajaran berbicara I bahasa Jepang. Bagi mahasiswa yang
agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas
untuk berkteasi dalam bermain peran pada pembelajaran berbicara I bahasa Jepang.
Sebaliknya bagi mshasiswa yang pasif peran dosen sebagai pengarah sekaligus
fasilitator sangat dibutubkan untuk pengembangan diri mahasiswa secara maksimal
Kemampuan diri mahasiswa yang terbentuk di kampus secara maksimal memungkinkan
mahasiswa untuk mengembangkan diri pada tingkat yang lebih tinggi.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas Pembelajaran berbicere |
bahasa Jepang yang meliputi kelancaran berbicara, sikep tubuh, dan volume suara
melalui penerapan metode bermain peran. Penelitian ini dilaksanakan pada
pembelgjaran berbicara I bahasa Jepang semester III di kelas B, karena hasil belajar
kelas B yang mendapat nilai 70 hanya 8 Orang, hal ini disebabkan pembelajaran
berbicara bahasa Jepang | kurang berkualites. Hal ini dibuktikan karena mahasiswa
seringkeli mengalami kesulitan dalam berbicara bahasa Jepang dengan lancar mengenai
suatu tema dan masih terdapat banyak mehasiswa yang pasif. Rancangan penclitian
yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empet tahap, yaitu: (1)
pereneanaan, (2) pelaksanzan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Kemmis dan Me Taggart,
1992), Adapun instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, dan tes subyektif.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif, Permasalahan yang
diteliti teridentifikasi ketika peneliti melaksanakan pembelajaran, karena peneliti adalah
dosen pada kelas yang diteliti. Berdasarkan permasalahan hasil temuan tersebut disusun
rencana tindakan siklus I yang diwujudkan dalam bentuk Satuan Acara Perkuliahan
(SAP 1), Sclanjutnya tindakan siklus I itu diaplikasikan dalam pelaksanaan tindakan
pembelgjaran yang nyata di kelas dengan melibatkan teman sejawat (Tim Teaching)
sebagai observer dan peneliti bertindak sebagei dosen model.
Subjek penelitian adalah mahasiswa semester III/2011 kelas B Prodi Pendidikan
Bahasa Jepang Unesa.
Tindakan kelas yang berupa teknik bermain peran dalam pembelajaran berbicara |
bahasa Jepang pada saat pelajaran, selama | semester tahun ajaran 2011/2012, apabilaSeminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 20-21 Desember 2013
pada siklus I belum mencapai standar kualitas pembelajaran maka dilakukan tindakan
siklus Il, ternyata pada siklus II belum mencapai standar kualitas pembelajaran maka
dilakukan tindakan siklus III.
PENUTUP
Perelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Adapun dijelaskan secara singkat
sebagai berikut: Pertama, pada pra siklus mehasiswa memperoleh hasil rata-rata $7,33
pada siklus I nilai mahasiswa pada saat tes masih jauh dibawah target minimal yaity
hanya 68,16. sedangkan standar nilai berbicara yang dituntut yaitu 70. Selain hasil tes
mahasiswa yang kurang baik juga terdapat kekurangen pada aktifitas dosen yaitu dalam
Kurang memberikan penguatan,
Pada siklus II, nilai yang diperoleh siswa sudah baik yaitu sudah memenuhi target,
‘minimal 70 dan rata-rata yang diperoleh naik menjadi 77, Pada siklus II] rata-rata
yang diperoleh mencapai 83,66 hal ini menunjukkan bahwa teknik bermain peran
memberikan pengeruh baik pada prestasi dan sikap mahasiswa. Selain itu aktifitas
dosen juga berangsur membaik dari tidak memberi pengarahan, sedikit_ memberi
pengarahan dan kemudian memberi penguatan. Hel ini Karena dosen mampu
memperbaiki kekurangan pada saat pembelajaran siklus I, memperbaiki pada siklus II
dan berhasil dengan sangat baik pada siklus 11,
Dengan demikian pembelajaran sudah dianggap berkualitas dengan menggunakan
teknik bermain peran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran berbicara bahasa
Jepang I pada mahasiswa semester III Prodi Pendidikan Bahasa Jepang FBS Unesa.
A. SIMPULAN
Setelah diamati dari hasil penelitian dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut :
Prestasi berbicara mahasiswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya
bermain peran dalam pembelajaran berbicara. Ini dapat dilihat dari peningkatan nilai
dari siklus I dan siklus I. Pada siklus 1 mahasiswa tidak mendapat penguatan dari
dosen sehingga tidak ada arahan dalam memahami dan menguasai permainan
perannya. Kemudian pada siklus I mahasiswa kurang mendapat arahan dari dosen
324\Seininar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 10-21 Desember 2013
sehingga Kurang memahami dalam bermain peran, pada siklus III mahasiswa
mendapat arahan dari dosen schingga terjadi penguatan hal ini dianggap baik karena
ada kerja sama yang baik antara dosen dan mahasiswa.
B.SARAN
‘Agar pelaksanzan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka disarankan:
1. Dosen harus mempunyai persiapan baik mengenai persiapan dan skenario belajar
berikut teknik yang digunakan, Karena itu merupakan kunci pokok untuk
keberhasilan pembelajaran.
2. Pembelajaran berbicara bahasa Jepang diupayakan menggunanakan pemilihan
gambar yang menarik mahasiswa supaya teknik pemeranannya dapat dilakukan
semaksimal mungkin,
3, Perlu adanya interaksi yang baik antara mahasiswa dan dosen, schingga tercipta
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. Toha. 2008. Metode Penelitian, Jakarta : Universitas Terbuka,
‘Arsjad , MidarG dan Mukti, 1991, Pembinaan Kemampuan Berbicara bahasa
Indonesia, Jakarta: Erlangga
Kemmis. &TaggertM.C. 1992, The detion Research Planner. Victoria:
Deakin University Press. Makino, Akiko, dkk, 1998. Minna no Nihongo 1
dan I. Tokyo : 34 Corporation
Pratiwi, Yuni. 2009. Penerapan Strategi bermain Peran dalam Pembelajaran di taman
Kanak-Kanak, Makalah Disajikan dalam Lokakarya Pembelajaran untuk
‘Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina, Malang, 12 September.
Tatigan, H.G. 2002, Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa Bandung:
Angkasa,
Tim Penyusun Buku Pedoman Unesa. 2011. Buku Pedoman Unesa. Penerbit +
University Press Universitas Negeri Surabaya.Seminar Internasional Pendidikan Bahasa Jepang 20-21 Desember 2013
Tim Penyusun Bunka Shokyu Nihongo Kaiwa Kyouzai. 1995. Tanoshiku Hanasou.
Japan: Bunka Institute Of Language. Winataputra, Udin.S.200° ‘wer
Pokok Teori Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas Terbuka.
Wardani.G.A.K.2008.MateriPokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Yoshikawa. 1998. Cara berbicara bahasa Jepang. Japan: 3A Coorporation
326