You are on page 1of 15

14 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

MODEL PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI BERBENTUK


KLAUSULA BAKU

IN TRANSACTIONS WITH RAIN CLAUSULA IN TRANSACTIONS OF STANDARD


CLAUSES
JJ Gilalo1a dan Nurwati1
1 Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1
Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720
a Korespondensi: Jacobus Jopie Gilalo, Email: jopie.gilalo@unida.ac.id

(Diterima: 11-01-2017; Ditelaah: 12-01-2017; Disetujui: 28-02-2017)

ABSTRACT
This research is to know the shape of consumer protection in commercial transactions for
goods and / or services in the city of Bogor, and to develop models of standard clauses in a
voucher that gives protection to the consumer. As for the long-term goals to be achieved from
this research is to find out a model standard clause in the transaction of goods and / or services
in accordance with Act No. 8 Year 1999 on Consumer Protection. The method used in this
research is descriptive research, then in analyzing the data this study used descriptive
qualitative, which an analysis of that nature to explain or describe the findings apply to the
empirical juridical / sociological, then associated with the reality of the matter in society and
ultimately be concluded, that formulated a model of consumer protection in the form of
transaction in standard clause as according to the consumer protection Act by taking an
example in the city of Bogor. Targeted results from this study are accredited scientific journal
publications and the creation of an analysis result of the transaction model of consumer
protection in the form of standard clauses in the city of Bogor. With such formulation may be
a basic consideration in giving a protection for the consumer. And that became the additional
output from this research can be instructional materials, especially the enrichment of material,
in particular additional teaching materials on the disciplines of law and may also be used by
the personnel to the academic development of consumer protection law.
Keywords: model of consumer protection, transactions, standard clause.

ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam transaksi
perniagaan atas barang dan/atau jasa di Kota Bogor, dan untuk mengembangkan model
klausula baku dalam bukti transaksi yang memberi perlindungan kepada konsumen. Adapun
tujuan jangka panjang yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui
suatu model klausula baku dalam transaksi barang dan/atau jasa yang sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan jenis penelitian deskriptif, maka dalam
menganalisis data penelitian ini, digunakan deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang
sifatnya menjelaskan atau menggambarkan mengenai penemuan-penemuan yang berlaku
dengan yuridis empiris/sosiologis, kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi di
masyarakat dan akhirnya diambil kesimpulan, yaitu terumusnya model perlindungan
konsumen dalam transaksi berbentuk Klausula Baku sebagaimana menurut Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dengan mengambil contoh di kota Bogor. Hasil yang ditargetkan dari
penelitian ini adalah publikasi jurnal ilmiah terakreditasi dan terciptanya suatu hasil analisis
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 15

mengenai model perlindungan konsumen dalam transaksi berbentuk klausula baku di kota
Bogor. Dengan rumusan tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan dalam memberi suatu
perlindungan bagi konsumen. Dan yang menjadi luaran tambahan dari hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan ajar terutama pengayaan materi, khususnya tambahan bahan ajar pada
disiplin ilmu hukum dan dapat pula dipergunakan oleh insan akademika guna pengembangan
hukum perlindungan konsumen.
Kata kunci: klausula baku, model perlindungan konsumen, transaksi.

Gilalo JJ dan Nurwati. 2017. Model perlindungan konsumen dalam transaksi berbentuk klausula
baku. Jurnal Sosial Humaniora 8(1): 14 - 28.

jasa yang ditawarkan kepadanya, hal ini


PENDAHULUAN dapat menjadikan konsumen sebagai objek
Setiap hari manusia bertransaksi untuk eksploitasi para pelaku usaha yang tidak
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik bertanggung jawab. Tanpa disadari,
terhadap barang dan/atau jasa yang ada di konsumen menerima begitu saja barang
pasaran. Namun, dalam setiap transaksi yang diberikan kepadanya tanpa mengetahui
yang dilakukannya sebagai konsumen apakah produk yang dikonsumsinya itu baik
apakah telah memberi perlindungan atau tidak.
terhadapnya. Tanpa disadari oleh konsumen Di samping itu, banyak pelaku usaha yang
apa yang telah diterimanya belum tentu menggunakan klausula baku untuk
sesuai dengan keinginannya. Keinginan atas mempercepat proses perjanjian jual beli
barang dan/atau jasa yang telah yang isinya terlebih dahulu ditentukan oleh
dibayarkannya harus diterimanya karena pelaku usaha tanpa ada negosiasi dengan
adanya ketentuan yang secara sepihak telah konsumen. Biasanya klausula baku yang
mengikatnya sehingga hak untuk menuntut ditetapkan pelaku usaha berisi hal-hal yang
atas barang dan/atau jasa yang telah berkenaan dengan kewajiban konsumen
diterima dan dinikmatinya tidak sesuai tanpa menjelaskan hak yang akan
dengan keadaan sebenarnya. diperolehnya secara jelas dan bersifat
Dunia bisnis belakangan ini mengalami menghilangkan tanggung jawab pelaku
perkembangan yang sangat pesat, ditandai usaha (produsen), sehingga ketika
oleh banyaknya produk barang dan/atau konsumen merasa tidak puas dengan barang
pelayanan jasa yang ditawarkan oleh pelaku yang dibelinya dari pelaku usaha, konsumen
usaha kepada masyarakat selaku konsumen tidak dapat mengembalikannya kepada
baik melalui iklan, promosi, maupun melalui pelaku usaha karena hal tersebut telah
event penawaran secara langsung dan bisnis dicantumkan dalam klausula baku perjanjian
on-line, yang memberikan kemudahan bagi jual beli yang menyatakan: ”Barang yang
konsumen untuk memilih barang dan/atau sudah dibeli tidak dapat dikembalikan lagi”.
jasa berdasarkan kebutuhan dan keinginan Ada juga pelaku usaha yang mau menerima
konsumen. kembali barang yang telah dijual tetapi
dengan proses yang begitu panjang dan
Ketika keputusan konsumen telah rumit, misalnya konsumen disuruh untuk
dijatuhkan untuk memilih barang dan/atau membuktikan bahwa kerusakan barang
jasa yang ditawarkan, maka telah terjadi memang sudah ada sejak barang tersebut
transaksi perdagangan antara pihak pelaku belum berpindah ke tangan konsumen,
usaha dengan konsumen. Dengan demikian padahal pelaku usaha mengerti bahwa
transaksi tersebut merupakan hubungan pengetahuan konsumen seputar produksi
jual- beli dan didalam nya telah terikat barang sangat minim.
adanya perjanjian. Namun jika konsumen
tidak berhati-hati memilih barang dan/atau
16 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

Bentuk klausula baku sebagai model Pemberdayaan konsumen dapat


standar dalam perdagangan (niaga), telah dilakukan melalui penerapan hukum
muncul pada setiap level transaksi bisnis, perlindungan konsumen yang memadai, di
mulai dari transaksi bisnis yang berskala mana hukum perlindungan konsumen ini
besar sampai pada ”kaki lima”. Munculnya menjadi relevan pada tiga tahap transaksi
klausula baku sebenarnya merupakan akibat konsumen, yaitu pra-pembelian, saat
tidak langsung dari introduksi asas pembelian, dan purna pembelian (Miru
kebebasan berkontrak (Pasal 1338 2011).
Burgelijke Wetboek). Tidak adanya restriksi- Pada tahap pertama konsumen perlu
restriksi substsansial yang mampu memilih barang dan/atau jasa sesuai dengan
menyeimbangkan posisi tawar (bargaining kebutuhannya dan keinginannya bukan
position) di antara para pihak yang karena pengaruh dari lingkungan luar, serta
mengadakan transaksi, maka melahirkan melihat kualitas maupun kuantitas
penguasaan oleh satu pihak dan pilihannya. Tahap kedua, konsumen harus
keterpaksaan pada pihak lainnya. mendapatkan informasi yang jelas dan benar
Dalam bertransaksi pada aktivitas untuk setiap transaksi barang dan/atau jasa
perniagaan bentuk klausula baku digunakan yang dilakukannya dari produsen sehingga
oleh produsen terhadap konsumen, di mana terhindar dari tindakan yang merugikannya.
substansi dokumen yang dikeluarkan oleh Sedangkan ketiga, konsumen mendapatkan
produsen telah ditentukannya sehingga barang dan/atau jasa yang bermutu atau
mempersempit ruang tawar maupun pelayanan yang baik, serta tanda bukti
tuntutan (klaim) dari konsumen terhadap bahwa konsumen telah mendapatkan barang
konsumen (Sjahputra 2010). atau pelayanan. Hal ini patut didapatkan oleh
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 konsumen apabila dalam pelaksanaan
tentang Perlindungan Konsumen (Undang- bertransaksi timbul ekses yang merugikan
Undang Perlindungan Konsumen) yang telah dikemudian hari dapat memperoleh hak-
berlaku sejak tanggal 20 April 2000, haknya (Direktorat Perlindungan Konsumen
merupakan piranti hukum yang berfungsi 2001).
sebagai landasan untuk menjamin adanya Bentuk-bentuk klausula baku dalam
kepastian hukum dan memberi setiap dokumen dan/atau perjanjian
perlindungan kepada konsumen (Anonim baku/standar yang ditemukan dalam
2003). Namun, dalam kenyataannya, bertransaksi sebagai bukti pembayaran
kerapkali ditemukan perbuatan dari maupun pengikatan antara konsumen
produsen sebagai pelaku usaha yang dengan produsen dapat menutup
dilarang yaitu ketentuan klausula baku perlindungan konsumen terhadap
dalam memberikan dokumen dan/atau kesehatan/hartanya karena penggunaan
perjanjian baku/standar sebagai bukti barang dengan kualitas yang di bawah
transaksi yang isinya menimbulkan kerugian standar atau rendah dari pada nilai harga
pada konsumen. yang dibayarnya (Miru 2011).
Kondisi konsumen dalam bertransaksi Selain itu, isi klausula baku yang sering
dengan produsen (pelaku usaha) masih melemahkan posisi tawar konsumen, bentuk
sangat lemah posisinya dibandingkan dan tata letak klausula baku itu sendiri
dengan posisi produsen. Hal ini tampak dari umumnya dikondisikan untuk sulit di baca
kondisi yang tidak seimbang antara atau dipahami konsumen. Pencantuman
konsumen dengan produsen. Kondisi ini klausula baku dengan huruf yang sulit
perlu adanya pemberdayaan konsumen agar dimengerti merupakan salah satu kiat yang
posisinya tidak selalu pada pihak yang sering digunakan pelaku usaha. Tata letak
dirugikan. klausula baku yang demikian, akan
mendorong konsumen untuk sesegera
mungkin mengambil keputusan karena tidak
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 17

memberikan kesempatan bagi konsumen diberikan oleh pihak pemerintah itu hanya
untuk melakukan penelitian dan memberi pengertian dan batasan klausula
memahaminya serta memberikan tekanan baku yang dilarang oleh UUPK, serta
psikologis yang mempengaruhi kewajiban, hak dan tanggung jawab
rasionalitasnya dalam mengambil keputusan konsumen.
untuk membeli. Begitu pula Bank Indonesia, dalam
Maka perlu model perlindungan Himpunan Ketentuan Perlindungan
konsumen dalam bertransaksi dengan Nasabah, yang berisi Peraturan-peraturan
bentuk klausula baku yang dapat melindungi dan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh
konsumen dari penggunaan yang tidak Bank Indonesia yang menyangkut Mediasi
sesuai dengan standar yang ditentukan Perbankan, Penyelesesaian pengaduan
dalam Undang-Undang Perlindungan nasabah dan Transparasi informasi produk
Konsumen, adalah Pasal 18 ayat (1) dan ayat bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
(2), yang menentukan setiap aturan atau Ketentuanketentuan yang diterbitkan oleh
ketentuan dan syarat-syarat yang telah Bank Indonesia ini tidak memberikan model
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu transaksi di bidang perbankan berbentuk
secara sepihak oleh pelaku usaha yang klausula baku yang disesuaikan dengan
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau ketentuan mengenai klausula yang diatur
perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi dalam UUPK, namun hanya ketentuan
oleh konsumen tidak dibenarkan. tentang mediasi perbankan atas
penyelesaian pengaduan dari nasabah bank.
Undang-undang tentang perlindungan
MATERI DAN METODE konsumen tidak memberikan definisi
tentang perjanjian baku dan/atau
Materi pencantuman klausula baku dalam setiap
Berbagai kajian tentang perlindungan dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh
konsumen telah banyak dilakukan pelaku usaha (produsen), tetapi
lembagalembaga perlindungan konsumen merumuskan klasula baku sebagai: “Setiap
maupun di kalangan akademisi yang aturan atau ketentuan dan syarat-syarat
menyangkut klausula baku dengan berbagai yang telah dipersiapkan dan ditetapkan
transaksi (Tobing 2007). Namun, dari kajian- terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku
kajian yang telah dilakukan tersebut belum usaha yang dituangkan dalam suatu
memberikan suatu model perlindungan dokumen dan/atau perjanjian yang
konsumen dalam transaksi berbentuk mengikat dan wajib dipenuhi oleh
klausula baku yang dapat diterima baik oleh konsumen” (Widjaja dan Yani 2008).
konsumen itu sendiri maupun bagi Ketentuan pencantuman klausula baku
produsen/pelaku usaha. dalam UUPK hanya diatur 1 (satu) pasal saja,
Pemerintah RI melalui Direktorat yaitu Pasal 18. Ketentuan ini pada prinsipnya
Perrlindungan Konsumen, Direktorat mengatur 2 (dua) macam larangan yang
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, diberlakukan bagi para pelaku usaha yang
Departemen Perindustrian dan membuat perjanjian baku dan/atau
Perdagangan, pada tahun 2002-2003 telah mencantumkan klausula baku dalam
menerbitkan baku saku pedoman klausula dokumen yang dibuatnya.11 Pasal 18 ayat (1)
baku di bidang jasa telekomumnikasi dan UUPK mengatur larangan pencantuman
perbankan (Direktorat Perlindungan klausula baku, dan Pasal 18 ayat (2) UUPK
Konsumen 2001) (Anonim 2003), akan mengatur “bentuk” atau “format”, serta
tetapi dalam buku saku tersebut, tidak penulisan perjanjian baku yang dilarang.
memberikan secara jelas dan terang suatu Dalam ketentuan tersebut di atas
model klausula baku dalam transaksi di dikatakan bahwa para pelaku usaha dalam
bidang jasa dimaksud. Penginformasian yang menawarkan barang dan/atau jasa yang
18 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

ditujukan untuk diperdagangkan dilarang dibaca secara jelas, atau yang


membuat atau mencantumkan klausula baku pengungkapannya sulit dimengerti.
pada setiap dokumen dan/atau perjanjian di Konsekuensi yuridis atas pelanggaran
mana klausula baku tersebut akan ketentuan tersebut sebagaimana dikatakan
mengakibatkan: dalam Pasal 18 ayat (3) UUPK adalah batal
1. Pengalihan tanggung jawab pelaku demi hukum bagi setiap klausula baku yang
usaha; telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada
2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak dokumen atau perjanjian yang memuat
menolak penyerahan kembali barang ketentuan yang disebutkan dalam Pasal 18
yang dibeli konsumen; ayat (1) dan (2) UUPK. Berarti dokumen
dan/atau perjanjian yang memuat ketentuan
3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
mengenai klausula baku yang dilarang oleh
menolak penyerahan kembali uang yang
ketentuan pencantuman klausula baku
dibayarkan atas barang dan/atau jasa
dalam UUPK ini dianggap tidak pernah ada
yang dibeli oleh konsumen;
dan mengikat para pihak, yaitu antara pelaku
4. Menyatakan pemberian kuasa dari usaha dengan konsumen yang melaksanakan
konsumen kepada pelaku usaha, baik transaksi perniagaan barang dan/atau jasa
secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan (Widjaja dan Yani 2008).
untuk melakukan segala tindakan
Agar dokumen dan/atau perjanjian baku
sepihak yang berkaitan dengan barang
yang dibeli oleh konsumen secara dalam transaksi perniagaan barang dan/atau
jasa yang dikeluarkan oleh pelaku usaha,
angsuran;
maka diwajibkan untuk menyesuaikan
5. Mengatur perihal pembuktian atas klausula baku yang bertentangan dengan
hilangnya kegunaan barang UUPK, karena dalam undang-undang ini
ataupemanfaatan jasa yang dibeli oleh tidak melarang pula bagi pelaku usaha untuk
konsumen; membuat dokumen dan/atau perjanjian
6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk baku yang memuat klasusula baku.
mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen Metode
yang menjadi objek jual beli jasa;
7. Menyatakan tunduknya konsumen Metode Penelitian
kepada peraturan yang berupa aturan Metode penelitian adalah cara atau proses
baru, tambahan, lanjutan, dan/atau pemeriksaan atau penyelidikan yang
pengubahan lanjutan yang dibuat menggunakan pemalaran berfikir yang logis
sepihak oleh pelaku usaha dalam masa analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil,
konsumen memanfaatkan jasa yang rumus-rumus dan teori suatu ilmu tentang
dibelinya; gejala-gejala atau peristiwa hukum tertentu
8. Menyatakan bahwa konsumen memberi (Ibrahim 2006). Penelitian hukum pada
kuasa kepada pelaku usaha untuk dasarnya ialah kegiatan penyelesaian
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, masalah. Adapun cara pemecahan masalah
atau hak jaminan terhadap barang yang dilakukan oleh peneliti dengan jalan
dibeli oleh konsumen secara angsuran. mengidentifikasi dan mengkualifikasi fakta-
Akibat-akibat yang disebutkan tersebut fakta dan mencari norma hukum yang
terdapat dalam Widjaja dan Yani (2008). berlaku untuk kemudian mengambil
Selanjutnya, dalam Pasal 18 ayat (2) kesimpulan berdasarkan fakta-fakta dan
dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang norma hukum tersebut.
mencantumkan klausula baku yang letak Penelitian hukum dilakukan untuk
atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat mencari pemecahan atau isu hukum yang
timbul. Oleh karena itulah penelitian hukum
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 19

merupakan suatu penelitian di dalam Teknik Analisis Data


kerangka know how di dalam hukum
Menganalisis data merupakan suatu langkah
(Marzuki 2005). Hasil yang dicapai adalah
yang kritis dalam penelitian karena dalam
untuk memberikan perskripsi mengenai apa
penelitian peneliti harus memastikan pola
yang seyogyanya atas isu yang diajukan.
analitis yang akan digunakan. Analisis data
Penelitian hukum juga berarti suatu proses
dilakukan secara kualitatif yang merupakan
untuk menemukan aturan hukum, prinsip-
cara untuk menghasilkan deskriptif. Data
prinsip hukum, maupun doktrindoktrin
yang dianalisis mulai dari hasil kualitatif,
hukum guna menjawab isu hukum yang
kemudian mengklasifikasikan data dapat
dihadapi.
diformulasikan berdasarkan permasalahan
Jenis Penelitian penelitian, baru kemudian ditarik
kesimpulan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Dalam menganalisis data penelitian ini,
penelitian ini adalah deskriptif, yaitu jenis peneliti mempergunakan analisis deskriptif
penelitian yang sifatnya mendeskripsikan kualitatif, yaitu suatu analisis yang sifatnya
atau menjelaskan peraturan-peraturan yang menjelaskan atau menggambarkan
ada dan saat ini berlaku sebagai hukum mengenai penemuan-penemuan yang
positif dan bertujuan untuk memahami berlaku, kemudian dikaitkan dengan
penerapan norma-norma hukum terhadap kenyataan yang terjadi dimasyarakat dan
fakta-fakta. akhirnya diambil kesimpulan.
Adapun pendekatan masalah yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis empiris/sosiologis, yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan terhadap hukum sebagai suatu
norma atau kaidah dan pendekatan terhadap Hasil
masyarakat dalam arti melihat realita yang
ada di masyarakat untuk identifikasi Klausula Baku
terhadap faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa hukum yang bersangkutan. Pilihan Berbagai kajian tentang perlindungan
tersebut dilakukan agar memperoleh konsumen telah banyak dilakukan lembaga-
gambaran yang dihasilkan tidak bias lembaga perlindungan konsumen maupun di
normatif dan tidak bias faktual. kalangan akademisi yang menyangkut
klausula baku dengan berbagai transaksi
Berdasarkan tipe penelitian yang (Tobing 2007). Namun, dari kajian-kajian
digunakan untuk melakukan penelitian ini yang telah dilakukan tersebut belum
adalah penelitian yuridis empiris/sosiologis, memberikan suatu model perlindungan
maka pendekatan masalah yang digunakan konsumen dalam transaksi berbentuk
peneliti adalah pendekatan perundang- klausula baku yang dapat diterima baik oleh
undangan (statute approach), yaitu Undang- konsumen itu sendiri maupun bagi
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang produsen/pelaku usaha.
Perlindungan Konsumen, khususnya
ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) Pemerintah Republik Indonesia melalui
Pencantuman Klausula Baku yang terkait Direktorat Perlindungan Konsumen,
dengan permasalahan yang diteliti yaitu Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam
penggunaan model klausula baku sebagai Negeri, Departemen Perindustrian dan
tanda transaksi perniagaan dengan Perdagangan (sekarang Kementerian
pendekatan melalui wawancara (interview) Perdagangan), pada tahun 2002-2003 telah
terhadap lembaga maupun instansi yang menerbitkan buku saku pedoman klausula
terkait permasalahan yang diteliti. baku di bidang jasa telekomunikasi dan
perbankan (Direktorat Perlindungan
Konsumen 2002) (Anonim 2003), akan
20 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

tetapi dalam buku saku tersebut, tidak dan Yani 2008). Pasal 18 ayat (1) Undang-
memberikan secara jelas dan terang suatu Undang Perlindungan Konsumen mengatur
model klausula baku dalam transaksi di larangan pencantuman klausula baku, dan
bidang jasa dimaksud. Penginformasian yang Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
diberikan oleh pihak pemerintah itu hanya Perlindungan Konsumen mengatur “bentuk”
memberi pengertian dan batasan klausula atau “format”, serta penulisan perjanjian
baku yang dilarang oleh Undang-Undang baku yang dilarang.
Perlindungan Konsumen, serta kewajiban, Dalam ketentuan tersebut di atas
hak dan tanggung jawab konsumen. dikatakan bahwa para pelaku usaha dalam
Begitu pula Bank Indonesia, dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
Himpunan Ketentuan Perlindungan ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
Nasabah, yang berisi Peraturan-peraturan membuat atau mencantumkan klausula
dan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh baku pada setiap dokumen dan/atau
Bank Indonesia yang menyangkut Mediasi perjanjian di mana klausula baku tersebut
Perbankan, Penyelesaian pengaduan akan mengakibatkan:
nasabah dan Transparasi informasi produk 1. pengalihan tanggung jawab pelaku
bank dan penggunaan data pribadi nasabah. usaha;
Ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh 2. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
Bank Indonesia ini tidak memberikan model
menolak penyerahan kembali barang
transaksi di bidang perbankan berbentuk yang dibeli konsumen;
klausula baku yang disesuaikan dengan
ketentuan mengenai klausula yang diatur 3. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
dalam Undang-Undang Perlindungan menolak penyerahan kembali uang yang
Konsumen, namun hanya ketentuan tentang dibayarkan atas barang dan/atau jasa
mediasi perbankan atas penyelesaian yang dibeli oleh konsumen;
pengaduan dari nasabah bank. 4. menyatakan pemberian kuasa dari
Undang-undang tentang perlindungan konsumen kepada pelaku usaha, baik
konsumen tidak memberikan definisi secara langsung maupun tidak langsung
tentang perjanjian baku dan/atau untuk melakukan segala tindakan
pencantuman klausula baku dalam setiap sepihak yang berkaitan dengan barang
dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh yang dibeli oleh konsumen secara
pelaku usaha (produsen), tetapi angsuran;
merumuskan klausula baku dalam ketentuan 5. mengatur perihal pembuktian atas
Pasal 1 angka 10, menyatakan sebagai: hilangnya kegunaan barang atau
“Setiap aturan atau ketentuan dan syarat- pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
syarat yang telah dipersiapkan dan konsumen;
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak 6. memberi hak kepada pelaku usaha untuk
oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam mengurangi manfaat jasa atau
suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengurangi harta kekayaan konsumen
mengikat dan wajib dipenuhi oleh yang menjadi objek jual beli jasa;
konsumen”. 7. menyatakan tunduknya konsumen
Ketentuan pencantuman klausula baku kepada peraturan yang berupa aturan
dalam Undang-Undang Perlindungan baru, tambahan, lanjutan, dan/atau
Konsumen hanya diatur 1 (satu) pasal saja, pengubahan lanjutan yang dibuat
yaitu Pasal 18. Ketentuan ini, pada sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
prinsipnya mengatur 2 (dua) macam konsumen memanfaatkan jasa yang
larangan yang diberlakukan bagi para pelaku dibelinya;
usaha yang membuat perjanjian baku 8. menyatakan bahwa konsumen memberi
dan/atau mencantumkan klausula baku kuasa kepada pelaku usaha untuk
dalam dokumen yang dibuatnya (Widjaja
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 21

pembebanan hak tanggungan, hak gadai,


atau hak jaminan terhadap barang yang Kerusakan/kebocoran setelah meter air
dibeli oleh konsumen secara angsuran. (pipa persil) dan keselamatan meter air
Selanjutnya dalam Pasal 18 ayat (2) (hilang/rusak menjadi beban/tanggung
Undang-Undang Perlindungan Konsumen jawab pelanggan.
dijelaskan bahwa pelaku usaha dilarang
mencantumkan klausula baku yang letak Gambar 2 Contoh model klausula baku
atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat
dibaca secara jelas, atau yang
Perhatian:
pengungkapannya sulit dimengerti.
1. Simpanlah karcis ini baik-baik dan
Konsekuensi yuridis atas pelanggaran
periksalah Barang-barang Anda
ketentuan tersebut sebagaimana dikatakan
sebelum turun!
dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang
Perlindungan Konsumen adalah batal demi 2. Bagasi tidak dipungut biaya, hilang,
hukum bagi setiap klausula baku yang telah tertukar menjadi Tanggung jawab
ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen penumpang.
atau perjanjian yang memuat ketentuan yang 3. Harga karcis sudah termasuk Asuransi
disebutkan dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) JASA RAHARJA.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
Berarti dokumen dan/atau perjanjian yang Gambar 3 Contoh model klausula baku
memuat ketentuan mengenai klausula baku Model klausula baku terdiri atas 2 (dua)
yang di larang oleh ketentuan pencantuman bentuk, yaitu, klausula baku yang tidak
klausula baku dalam Undang-Undang dilarang dan klausula baku yang dilarang.
Perlindungan Konsumen ini dianggap tidak Kedua klausula baku tersebut merupakan
pernah ada dan mengikat para pihak, yaitu bentuk persyaratan yang banyak dijumpai
antara pelaku usaha dengan konsumen yang jika kita mendapatkan kuitansi, faktur, bon
melaksanakan transaksi perniagaan barang juga dalam kemasan barang atau tercantum
dan/atau jasa yang dilakukan (Widjaja dan dalam tempat produk tertentu, tanda parkir,
Yani 2008). tanda penitipan barang bahkan dicantumkan
Maka dokumen dan/atau perjanjian baku dalam papan-papan pengumuman (Siahaan
dalam transaksi perniagaan barang dan/atau 2005).
jasa yang dikeluarkan oleh pelaku usaha Model kedua klausula baku di atas sebagai
diwajibkan untuk menyesuaikan dengan persyaratan yang ditentukan secara sepihak
klausula baku Undang-Undang Perlindungan oleh penjual (produsen) terhadap konsumen
Konsumen, meskipun dalam Undang-undang yang menyangkut ganti rugi, pembebasan
ini tidak melarang pula bagi pelaku usaha dari tanggung jawab atau menyangkut
untuk membuat dokumen dan/atau jaminan-jaminan tertentu (Siahaan 2005).
perjanjian baku yang memuat klausula baku. Karena yang membuat dan
Beberapa contoh model klausula baku yang mempersiapkannya adalah pihak penjual
ditemukan sebagai perolehan data awal atau pelaku usaha, maka klausula demikian
dalam penelitian ini, banyak ditemukan kata- tentu dibuat atas dasar yang lebih
kata atau berupa kalimat yang tertera di menguntungkan baginya. Padahal jika kita
dalam tanda bukti pembayaran yang mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (1)
terdapat pada Gambar 1, Gambar 2, dan dan ayat (2) Undang-Undang Perlindungan
Gambar 3. Konsumen sebagaimana telah diuraikan di
atas, kalau ditelaah lebih lanjut lagi dapat
Barang yang sudah dibeli tidak bisa di ditemukan 4 (empat) macam larangan
kembalikan pencantuman klausula baku di dalam
dokumen yang bermodel standar (Priyono
Gambar 1 Contoh model klausula baku 2015) sebagai berikut.
22 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

a. Isi klausula baku Bahasa dan tata bahasa yang digunakan


Terdapat 8 (delapan) macam isi adalah bahasa dan tata bahasa konsumen
klausula baku yang dilarang untuk yang menjadi sasaran bidang usaha
dicantumkan di dalam dokumen dalam tersebut. Dalam hal dokumen dibuat
model yang sudah baku (standar) dalam bahasa asing, harus dibuat
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 terjemahannya secara resmi oleh
ayat (1) butir a sampai dengan h. penerjemah di sumpah. Jika di dalam
Berhubungan dengan isi klausula baku model klausula baku terdapat istilah atau
yang dirumuskan dalam bentuk larangan, jargon tehnis yang hanya berlaku di
maka daftar kedelapan macam klausula kalangan terbatas, maka harus
baku itu dapat dinamakan daftar negatif diungkapkan dengan bahasa dan tata
klausula baku. bahasa umum yang mudah dimengerti
oleh konsumen pada umumnya.
b. Letak klausula baku
Dalam praktek penggunaan klausula
Letak penempatan klausula baku
baku kerap dilakukan oleh beberapa
dalam dokumen dalam model standar
pelaku usaha dengan model dalam
harus mudah terlihat oleh konsumen (eye
cetakan yang sudah dibuat standar. Di
catching). Contoh, klausula baku yang di
cetak di belakang selembar formulir mana isi, letak, bentuk, dan
pengungkapannya masih belum
aplikasi dapat dikualifikasi sebagai sulit
disesuaikan dengan ketentuan Pasal 18
terlihat oleh konsumen. Bagi yang
ayat (1) Undang-Undang Perlindungan
menawarkan barang dan/atau jasa
Konsumen.
secara digital (internet), maka klausula
baku harus diletakkan dan ditempatkan Permasalan dalam pencantuman klausula
dalam urutan sebelum penutupan baku bagi masyarakat (konsumen) terletak
transaksi oleh konsumen, sehingga “tulisan”, meskipun mengetahui bahwa apa
konsumen tidak dimungkinkan yang terserat di dalam tanda bukti
bertransaksi tanpa membuka halaman pembayaran maupun perjanjian merupakan
situs yang berisi klausula baku. suatu model yang sudah baku di buat oleh
pelaku usaha.
c. Bentuk klausula baku
Berhubungan dokumen dalam model Kata “baku” atau “standar” artinya tolok
ukur yang dipakai sebagai patokan. Dalam
standar yang memuat klausula baku
hal ini klausula baku artinya ketentuan yang
senantiasa dalam bentuk tertulis atau
menjadi tolok ukur yang dipakai sebagai
digital, maka ukuran huruf (font) yang
patokan atau pedoman bagi setiap
digunakan dalam menuliskan klausula
konsumen yang mengadakan hubungan
baku tersebut harus dapat dibaca secara
hukum dengan pelaku usaha (produsen).
jelas. Selain itu, banyak dokumen yang
berisi klausula baku terbuat dari kertas Yang dibakukan ialah model, rumusan dan
ukuran (Sumarwan 2003). Sebagai bentuk
berkabon (carbonized paper) yang relatif
baku, maka Badrulzaman (2005) dalam
tipis sehingga dalam pencetakan
bukunya menyebutkan ciri-cirinya
penulisan hurufnya menggunakan tinda
meniadakan dan membatasi kewajiban salah
berwarna muda (seperti warna abu
satu pihak, yaitu sebagai berikut.
muda) yang mengakibatkan isi dari
tulisan klausula baku tidak dapat dibaca 1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh
secara jelas oleh konsumen. pihak (kreditur) yang posisinya relatif
lebih kuat dari pihak (debitur) lainnya.
d. Pengungkapan klausula baku
2. Pihak (debitur) lainnya sama sekali tidak
Bahasa dan tata bahasa yang
menentukan isi perjanjian itu.
digunakan dalam merumuskan klausula
baku dalam dokumen yang model standar 3. Terdorong oleh kebutuhannya (debitur)
harus mudah dimengerti oleh konsumen. terpaksa menerima perjanjian itu.
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 23

4. Bentuknya tertulis. dengan huruf besar atau dicetak dengan


5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara tulisan dan warna yang kontras, dan
massal atau individu. tentu saja hal ini dimuat dalam bagian
penting dari perjanjian baku tersebut.
Model baku yang lahir dalam dunia bisnis
dengan tujuan untuk kemudahan b. Disampaikan tepat waktu
(kepraktisan) bagi para pihak yang Pengecualian tanggung gugat hanya
bersangkutan, akan tetapi praktiknya tidak efektif jika disampaikan tepat waktu
menunjukan kedudukan yang seimbang di sehigga setiap pengecualian itu harus
antara kedua belah pihak. Dengan isi, letak, disampaikan pada saat penutupan
bentuk dalam pembuatan suatu tanda bukti transaksi, sehingga merupakan bagian
pembayaran yang dibuat secara baku berarti dari transaksi itu. Jadi bukan
setiap dokumen atau perjanjian yang dibuat disampaikan setelah transaksi telah
oleh salah satu pihak yang lebih dominan terjadi atau dengan kata lain telah
dari pihak lainnya. Dikatakan bersifat baku diterima oleh konsumen.
karena klausula tersebut tidak dapat dan c. Pemenuhan tujuan-tujuan penting.
tidak mungkin dinegosiasikan atau ditawar- Pembatasan tanggung gugat tidak dapat
tawar oleh pihak lainnya (Widjaja dan Yani dilakukan jika pembatasan tersebut tidak
2008). akan memenuhi tujuan penting dari
Maka perlu Pembatasan atau larangan suatu jaminan, misalnya tanggung gugat
untuk memuat klausula-klausula baku terhadap cacat yang tersembunyi, tidak
tertentu dalam model baku pada transaksi dapat dibatasi dalam batas waktu
perniagaan yang memberi perlindungan tertentu jika cacat tersembunyi tersebut
kepada konsumen. Hal ini dimaksudkan tidak ditemukan dalam periode tersebut.
untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan d. Adil
keadaan oleh pihak yang memiliki
kedudukan lebih kuat pelaku usaha Jika pengadilan menemukan klausula
(produsen), yang pada akhirnya akan baku yang tidak adil, maka pengadilan
merugikan konsumen. dapat menolak untuk melaksanakannya,
atau melaksanakannya tanpa klausula
Menurut Jerry J. Philips dalam Miru yang tidak adil.
(2011), ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dalam konsep model Dengan demikian, konsep perlindungan
baku, dimana pencantuman Klausula yang konsumen dalam bertransaksi dengan
merugikan konsumen harus (a) menonjol pelaku usaha yang memberikan bukti pada
dan jelas; (b) disampaikan tepat waktu; (c) model atau bentuk-bentuk klausula baku
pemenuhan tujuan-tujuan penting; (d) adil. haruslah dalam tata cara bahasa, tulisan dan
cetakan yang dapat dibaca maupun dipahami
a. Menonjol dan jelas serta dimengerti secara mudah dari
Pengecualian terhadap tanggung gugat klausula-klausula yang tertuang di dalam
tidak dapat dibenarkan jika penulisannya dokumen itu.
tidak menonjol dan tidak jelas. Dengan
demikian, maka penulisan pengecualian Pembahasan
tanggung gugat yang ditulis di belakang
suatu surat (dokumen) atau yang ditulis Implementasi Klausula Baku di Kota
dengan cetak kecil, kemungkinan tidak Bogor
efektif karena penulisan klausula
tersebut tidak menonjol. Agar penulisan Berdasarkan data yang diperoleh pada
klausula dapat digolongkan menonjol, pelaksanaan penelitian ini sebagai data
maka penulisannya dilakukan pendukung, peneliti mendapatkan data dan
sedemikian rupa, sehingga konsumen informasi secara langsung mengenai
yang berkepentingan akan pengetahuan masyarakat selaku konsumen
memperhatikannya, misalnya dicetak tentang Klausula Baku. Lebih lanjut, agar
24 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

lebih mengetahui sejauh mana efektivitas unsur Lembaga Perlindungan Konsumen


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kota
tentang Perlindungan Konsumen, khususnya Bogor dan unsur pemerintah yang
ketentuan Pencantuman Klausula Baku membidangani Perlindungan Konsumen.
[Pasal 18 ayat (1)], maka peneliti melakukan Adapun rekapitulasi perkara penyelesaian
wawancara dengan pihak-pihak yang sengketa konsumen mengenai klausula baku
langsung berhubungan dengan pelaksanaan terdapat pada Tabel 1.
klausula baku di BPSK Kota Bogor, yaitu
Tabel 1 Rekapitulasi perkara penyelesaian sengketa konsumen mengenai klausula baku di
BPSK kota Bogor periode tahun 2005-2016.
No Tahun Jumlah Perkara Jenis Perkara Ket
Perkara Klausula
Baku
1. 2005 4 1 Perjanjian Mediasi
2. 2006 10 1 Pemotongan uang pangkal Mediasi
3. 2007 13 1 Label Arbitrase
4. 2008 16 2 Pembelian barang dan Mediasi;
penggantian barang konsiliasi
5. 2009 12 3 Penggantian barang (2) dan Konsiliasi;
pengembalian barang (1). Mediasi
6. 2010 12 9 Penggantian barang/uang (6) dan Konsiliasi;
pengembalian barang uang (2), Mediasi
motor (1)
7. 2011 10 2 Pengembalian uang dan Arbitrase;
pengembalian mobil Ditolak
8. 2012 16 6 Penggantian barang (5) dan Ditolak;
pengembalian uang (1) Arbitrase
9. 2013 16 3 Jasa listrik dan pengembalian Arbitrase;
uang muka Mediasi
10. 2014 20 6 Pengembalian barang/jasa yg tdk Mediasi;
sesuai dan pengembalian uang Arbitrase
muka
11 2015 13 4 Barang tidak sesuai; klaim Mediasi;
asuransi; dan uang muka hangus Konsiliasi
12 2016 12 6 Pelepasan tanggung jawab Mediasi;
(Juni) produsen; barang/jasa tidak Dalam
sesuai proses

Sumber: Sekretariat Badan Penyelesaian Sengket konsumen (BPSK) Kota Bogor.
Berdasarkan hasil penyebaran responden perniagaan sering dijumpai dan bila terjadi
kepada masyarakat (konsumen) yang perselisihan mengenai barang dan/atau jasa
dilaksanakan secara acak (random) di masih sulit untuk diselesaikan dalam hal
wilayah kota Bogor, bahwa tingkat tuntutan pengembalian barang/uang yang
pengetahuan masyarakat kota terhadap telah dibeli atau dinikmatinya. Hal ini
klausula baku dinilai cukup mengetahui, dikarenakan pencantuman klausula baku
terbukti dalam pelaksanaan transaksi yang tercantum di dalam tanda bukti
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 25

transaksi atas barang dan/atau jasa secara dimintai pengembalian. Adapun responden
jelas dan terang memberi protek terhadap konsumen terhadap klausula baku terdapat
pihak pelaku usaha (produsen) untuk pada Tabel 2.

Tabel 2 Tanggapan responden konsumen terhadap klausula baku di kota Bogor


Daftar Pertanyaan Tanggapan Ket
Mengetahui tentang Tahu Tidak Tahu Dengar
klausula baku 13 3 4 -
Dari mana tahu Baca Berbelanja Lainnya
klausula baku 11 4 5 -
Sering menjumpai Sering Jarang Tidak
klausula baku Pernah
13 5 2
Pernah kesulitan dalam Pernah Tidak Pernah Lainnya
transaksi adanya 11 7 2 -
pencantuman klausula
baku
Masalah dalam Kata-kata Tulisan Bentuk
memahami klausula 6 11 3 -
baku
Pernah keberatan atas Pernah Menerima Lainnya
pencantuman klausula 7 9 4 -
baku
Setuju pencantuman Setuju Tidak Setuju Lainnya
klausula baku dalam 7 8 4 1
bukti transaksi kosong
Penggantian tuntutan Diganti/dikembalikan Tidak Diganti Lainnya
kerugian atas 6 4 8 2
pencantuman klausula kosong
baku
Pernahkah melakukan Pernah Tidak Pernah Lainnya
tindakan hukum 4 16 -
kepada
lembaga/instansi atas
pencantuman klasula
baku
Lembaga/instansi yang Pengadilan Lembaga Kantor
diminta bantuan dalam Perlindungan Pemerintah 11
penyelesaian tuntutan Konsumen Kosong
klausula baku - 9 -

Kuesioner yang disebar sebanyak 25 (dua puluh lima) dan yang kembali sebanyak 20 (dua puluh)
dengan penyebaran di Kota Bogor secara acak (random), pada bulan Juni-Juli 2016.
Belum adanya suatu bentuk format klausula baku yang sesuai dengan Pasal 18
sebagai model klausula baku yang dapat ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
memberikan perlindungan terhadap 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
konsumen, merupakan salah satu Menurut sumber data dari hasil
kekurangan dari ketentuan pencantuman wawancara dengan pihak LSM yang
26 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

bergerak di bidang penanganan konsumen Perlindungan Konsumen, Dinas


maupun pihak pemerintah sendiri yang Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah
membidangani perlindungan konsumen, Kota Bogor, yang juga menjabat sebagai
yaitu wawancara dengan Bapak Marusaha Ketua BPSK Kota Bogor, yang pada intinya
(Direktur “LPKSM-Pelita Bangsa”) dan Bapak menyatakan bahwa masih belum adanya
Drs. Oktavian (Kepala Biro “LPK- Yudha format pencantuman suatu model klausula
Putra”), maupun Bapak Drs. Mangahit baku yang sesuai dengan ketentuan Undang-
Sinaga, MM., selaku Kepala Bidang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perdagangan Dalam/Luar Negeri, Perlindungan Konsumen tersebut.
Pengawasan Barang Beredar dan
Tabel 3 Tanggapan hasil wawancara mengenai pelaksanaan klausula baku di kota Bogor
Jawaban
Daftar Pertanyaan Ket
LPKSM Pemerintah
Pengawasan klausula Belum; Belum sepenuhnya
baku telah Masih kurang;
dilaksanakan sesuai Perlu sosialisasi
dengan UUPK
Pencantuman klausula Belum/tidak sesuai; Hampir semua belum -
baku telah sesuai Lebih menguntungkan sesuai
dengan UUPK (pelaku usaha) produsen
Pernah Belum ada panduan; UUPK sudah memuat -
pemerintah/lembaga Normatif: telah ada aturan khusus
lain memberikan panduan;
model klausula baku Faktual: tidak ada format
yang harus digunakan
oleh pelaku usaha
Bagaimana model Tidak merugikan pihak Sebelum diberlakukan, -
klausula baku yang lain (konsumen); harus disetujui oleh BPSK
sesuai dengan UUPK Format pencantuman selaku pengawas
tidak melanggar
ketentuan UUPK
Pendapat/saran Pemerintah lebih intens Dibuat juklak dan juknis -
lainnya melakukan/memfasilitasi pelaksanaannya
forum-forum
diskusi/kajian praktis
tentang klausula baku;
Adanya juklak yang
dibuat oleh pemerintah

Perlunya suatu Petunjuk Pelaksana atas penerapan pencantuman klausula baku


(Juklak) dan Juknis (Petunjuk Tehnis) dari dengan tindakan preventif, edukasi dan
pemerintah dalam pelaksanaan sosialisasi pada tingkat pelaku usaha
pencantuman klausula baku ini sebagai (produsen).
bentuk dari peran pengawasan dari badan Perlunya gagasan sebagai konsep
atau lembaga yang telah diberi kewenangan perlindungan konsumen untuk bertransaksi
oleh undang-undang bersangkutan, agar dalam perniagaan baik barang dan/atau jasa
dapat meminimalisir kerugian konsumen pada suatu model atau bentuk klausula-
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 27

klausula baku dan tata cara bahasa, tulisan Undang Perlindungan Konsumen yang
dan cetakan yang harus diberikan kepada dianggap belum efektif dalam
konsumen sebagai dokumen dalam implementasinya ini dapat
bertransaksi, sehingga masyarakat sebagai terealisasikan.
konsumen dapat membaca, memahami dan
mengerti secara mudah dari klausula- Implikasi
klausula yang tertuang di dalam tanda bukti Berikut beberapa implikasi yang diperoleh
transaksi. dari hasil penelitian.
1. Perlunya pemerintah, khususnya
Pemerintah Kota Bogor, dalam hal ini
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Dinas Perindustrian dan Perdagangan
yang membidangi perlindungan
Kesimpulan
konsumen memberlakukan suatu model
Berikut beberapa kesimpulan yang klausula baku yang dapat berlaku secara
diperoleh dari hasil penelitian. standar bagi para pelaku usaha dalam
1. Di wilayah kota Bogor masih beredarnya membuat tanda bukti transaksi barang
tanda-tanda bukti transaksi berupa dan/atau jasa yang disesuaikan dengan
kuitansi/bon, karcis, lembar pembayaran ketentuan yang berlaku dalam Undang-
dan berbagai bentuk lainnya, di mana Undang Perlindungan Konsumen, yaitu
kesemua bukti-bukti pembayaran dengan petunjuk pelaksana (Juklak) dan
transaksi yang berupa Model Klausula Petunjuk Tehnis (Juknis) sebagai
Baku lebih banyak beredar yang belum pedoman untuk tertera pada tanda bukti
disesuaikan dengan ketentuan larangan transaksi itu oleh pelaku usaha. Serta
pencantuman klausula sebagaimana mensosialisasikannya kepada
diamanatkan oleh Undang-Undang masyarakat selaku konsumen dan pelaku
Perlindungan Konsumen. Hanya usaha yang ada.
sebagian pelaku usaha (produsen) yang 2. Kewenangan BPSK (Kota Bogor) sesuai
telah menyesuaikan dengan cara model dengan amanat Undang-Undang
penulisan saja yang lebih dapat di baca Perlindungan Konsumen dalam hal
dengan tanda yang mudah di lihat, tetapi menjalankan tugas dan wewenangnya,
belum menyesuaikan dengan ketentuan yaitu salah satunya adalah
larangan pencantuman klausula baku “Melaksanakan pengawasan klausula
dimaksud. baku” dapat lebih ditegaskan dalam
2. Perlunya suatu model klausula baku yang bentuk aturan pelaksana yang dibuat
dapat memberi perlindungan terhadap oleh Kementerian Perdagangan R.I.,
konsumen yang bersifat berlaku secara sehingga dapat berlaku secara umum di
umum, khususnya di wilayah kota Bogor setiap BPSK Kabupaten/Kota yang ada.
ini. Cara pemberian model klausula yang Dengan demikian tugas pengawasan
merupakan pedoman yang dapat tersebut dapat terimplementasikan
digunakan yaitu sesuai dengan ketentuan secara pasti dan efektif dalam rangka
Undang-Undang Perlindungan memberikan perlindungan terhadap
Konsumen yang tidak merugikan konsumen.
terhadap konsumen. Adapun bentuk
tanda bukti transaksi itu, harus dapat
mudah di baca, mudah di lihat, dan UCAPAN TERIMA KASIH
mudah dipahami oleh konsumen secara Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami
sekilas, yang bahannya dapat tahan sampaikan kepada Koordinasi Perguruan
secara lama tidak mudah pudar. Sehingga Tinggi Swasta Wilayah IV, Direktorat
ketentuan larangan pencantuman Jenderal Riset Dan Pengembangan,
klausula baku berdasarkan Undang- Kementerian Riset, Teknologi dan
28 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen

Pendidikan Tinggi, Rektor dan Direktur Keputusan Menteri Perindustrian dan


LPPM, serta Dekan Fakultas Hukum Perdagangan Nomor
Universitas Djuanda Bogor, Ketua Badan 350/MPP/Kep/12/2001 tanggal 10
Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Desember 2001 tentang Pelaksanaan
Bogor, serta unsur-unsurnya, Kepala Dinas Tugas dan Wewenang Badan
Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).
Daerah Kota Bogor, dan semua pihak yang Keputusan Presiden Republik Indonesia
telah membantu terlaksananya penelitian Nomor 108 Tahun 2004 tanggal 18
ini. Oktober 2008 tentang Pembentukan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
pada Pemerintah Kota Kupang, Kota
DAFTAR PUSTAKA Samarinda, Kota Sukabumi, Kota Bogor,
Kota Kediri, Kota Mataram, Kota
Miru A. 2011. Prinsip-prinsip perlindungan Palangkaraya dan pada Kabupaten
hukum bagi konsumen di Indonesia. Raja Kupang, Kabupaten Balitung, Kabupaten
Grafindo Persada, Jakarta. Sukabumi, Kabupaten Bulungan,
Anonim. 2003. Pedoman klausula baku di Kabupaten Serang, Kabupaten Ogan
bidang perbankan yang disempurnakan. Komering Ulu dan Kabupaten Jeneponto;
Direktorat Perlindungan Konsumen,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Direktorat Jenderal Perdagangandalam (Burgelijke Wetboek);
Negeri, Departemen Perindustrian dan Kurniawan, Problematika Kedudukan dan
Perdagangan, Tahun 2003. Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian
Bank Indonesia. Himpunan Ketentuan Sengketa Konsumen, UB Press, malang,
Perlindungan Nasabah. Bank Indonesia. 2011.
Tobing DML. 2007. Parkir + Perlindungan Badrulzaman MD. 2005. Aneka hukum
Hukum Konsumen. Timpani Publishing, bisnis. Alumni, Bandung.
Jakarta. Siahaan NHT. 2005. Hukum konsumen–
Direktorat Perlindungan Konsumen. 2001. perlindungan konsumen dan tanggung
Panduan pedoman penyelenggaraan jawab produk. Panta Rei, Jakarta.
perlindungan konsumen. Direktorat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga
Perindustrian Dan Perdagangan, Jakarta. Perlindungan Konsumen Swadaya
Direktorat Perlindungan Konsumen. 2002. Masyarakat.
Pedoman klausula baku dibidang Marzuki PM. 2005. Penelitian hukum.
telekomunikasi. Direktorat Perdagangan Prenada Media, Jakarta.
Dalam Negeri, Departemen Perindustrian Sumarwan U. 2003. Perilaku konsumen–
Dan Perdagangan, Jakarta.
teori dan penerapannya dalam
Widjaja G dan A Yani. 2008. Hukum tentang pemasaran. Penerbit Ghalia Indonesia,
perlindungan konsumen. Gramedia Jakarta.
Pustaka Utama, Jakarta. Undang-Undang Dasar 1945.
Sjahputra I. 2010. Perlindungan konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dalam transaksi elektronik. Alumni, tentang Perlindungan Konsumen.
Bandung. Priyono Y. 2015. Perlindungan konsumen
Ibrahim J. 2006. Teori dan metodologi dalam klaim asuransi barang pada
penelitian hukum normatif. Cetakan pembiayaan kendaraan bermotor. Jurnal
kedua. Bayumedia Publishing, Malang. Ilmiah LIVING LAW. Volume 7, Nomor 2,
Oktober 2015.

You might also like