Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
This research is to know the shape of consumer protection in commercial transactions for
goods and / or services in the city of Bogor, and to develop models of standard clauses in a
voucher that gives protection to the consumer. As for the long-term goals to be achieved from
this research is to find out a model standard clause in the transaction of goods and / or services
in accordance with Act No. 8 Year 1999 on Consumer Protection. The method used in this
research is descriptive research, then in analyzing the data this study used descriptive
qualitative, which an analysis of that nature to explain or describe the findings apply to the
empirical juridical / sociological, then associated with the reality of the matter in society and
ultimately be concluded, that formulated a model of consumer protection in the form of
transaction in standard clause as according to the consumer protection Act by taking an
example in the city of Bogor. Targeted results from this study are accredited scientific journal
publications and the creation of an analysis result of the transaction model of consumer
protection in the form of standard clauses in the city of Bogor. With such formulation may be
a basic consideration in giving a protection for the consumer. And that became the additional
output from this research can be instructional materials, especially the enrichment of material,
in particular additional teaching materials on the disciplines of law and may also be used by
the personnel to the academic development of consumer protection law.
Keywords: model of consumer protection, transactions, standard clause.
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan konsumen dalam transaksi
perniagaan atas barang dan/atau jasa di Kota Bogor, dan untuk mengembangkan model
klausula baku dalam bukti transaksi yang memberi perlindungan kepada konsumen. Adapun
tujuan jangka panjang yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui
suatu model klausula baku dalam transaksi barang dan/atau jasa yang sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan jenis penelitian deskriptif, maka dalam
menganalisis data penelitian ini, digunakan deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisis yang
sifatnya menjelaskan atau menggambarkan mengenai penemuan-penemuan yang berlaku
dengan yuridis empiris/sosiologis, kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang terjadi di
masyarakat dan akhirnya diambil kesimpulan, yaitu terumusnya model perlindungan
konsumen dalam transaksi berbentuk Klausula Baku sebagaimana menurut Undang-Undang
Perlindungan Konsumen dengan mengambil contoh di kota Bogor. Hasil yang ditargetkan dari
penelitian ini adalah publikasi jurnal ilmiah terakreditasi dan terciptanya suatu hasil analisis
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 15
mengenai model perlindungan konsumen dalam transaksi berbentuk klausula baku di kota
Bogor. Dengan rumusan tersebut dapat menjadi dasar pertimbangan dalam memberi suatu
perlindungan bagi konsumen. Dan yang menjadi luaran tambahan dari hasil penelitian ini
dapat menjadi bahan ajar terutama pengayaan materi, khususnya tambahan bahan ajar pada
disiplin ilmu hukum dan dapat pula dipergunakan oleh insan akademika guna pengembangan
hukum perlindungan konsumen.
Kata kunci: klausula baku, model perlindungan konsumen, transaksi.
Gilalo JJ dan Nurwati. 2017. Model perlindungan konsumen dalam transaksi berbentuk klausula
baku. Jurnal Sosial Humaniora 8(1): 14 - 28.
memberikan kesempatan bagi konsumen diberikan oleh pihak pemerintah itu hanya
untuk melakukan penelitian dan memberi pengertian dan batasan klausula
memahaminya serta memberikan tekanan baku yang dilarang oleh UUPK, serta
psikologis yang mempengaruhi kewajiban, hak dan tanggung jawab
rasionalitasnya dalam mengambil keputusan konsumen.
untuk membeli. Begitu pula Bank Indonesia, dalam
Maka perlu model perlindungan Himpunan Ketentuan Perlindungan
konsumen dalam bertransaksi dengan Nasabah, yang berisi Peraturan-peraturan
bentuk klausula baku yang dapat melindungi dan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh
konsumen dari penggunaan yang tidak Bank Indonesia yang menyangkut Mediasi
sesuai dengan standar yang ditentukan Perbankan, Penyelesesaian pengaduan
dalam Undang-Undang Perlindungan nasabah dan Transparasi informasi produk
Konsumen, adalah Pasal 18 ayat (1) dan ayat bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
(2), yang menentukan setiap aturan atau Ketentuanketentuan yang diterbitkan oleh
ketentuan dan syarat-syarat yang telah Bank Indonesia ini tidak memberikan model
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu transaksi di bidang perbankan berbentuk
secara sepihak oleh pelaku usaha yang klausula baku yang disesuaikan dengan
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau ketentuan mengenai klausula yang diatur
perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi dalam UUPK, namun hanya ketentuan
oleh konsumen tidak dibenarkan. tentang mediasi perbankan atas
penyelesaian pengaduan dari nasabah bank.
Undang-undang tentang perlindungan
MATERI DAN METODE konsumen tidak memberikan definisi
tentang perjanjian baku dan/atau
Materi pencantuman klausula baku dalam setiap
Berbagai kajian tentang perlindungan dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh
konsumen telah banyak dilakukan pelaku usaha (produsen), tetapi
lembagalembaga perlindungan konsumen merumuskan klasula baku sebagai: “Setiap
maupun di kalangan akademisi yang aturan atau ketentuan dan syarat-syarat
menyangkut klausula baku dengan berbagai yang telah dipersiapkan dan ditetapkan
transaksi (Tobing 2007). Namun, dari kajian- terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku
kajian yang telah dilakukan tersebut belum usaha yang dituangkan dalam suatu
memberikan suatu model perlindungan dokumen dan/atau perjanjian yang
konsumen dalam transaksi berbentuk mengikat dan wajib dipenuhi oleh
klausula baku yang dapat diterima baik oleh konsumen” (Widjaja dan Yani 2008).
konsumen itu sendiri maupun bagi Ketentuan pencantuman klausula baku
produsen/pelaku usaha. dalam UUPK hanya diatur 1 (satu) pasal saja,
Pemerintah RI melalui Direktorat yaitu Pasal 18. Ketentuan ini pada prinsipnya
Perrlindungan Konsumen, Direktorat mengatur 2 (dua) macam larangan yang
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, diberlakukan bagi para pelaku usaha yang
Departemen Perindustrian dan membuat perjanjian baku dan/atau
Perdagangan, pada tahun 2002-2003 telah mencantumkan klausula baku dalam
menerbitkan baku saku pedoman klausula dokumen yang dibuatnya.11 Pasal 18 ayat (1)
baku di bidang jasa telekomumnikasi dan UUPK mengatur larangan pencantuman
perbankan (Direktorat Perlindungan klausula baku, dan Pasal 18 ayat (2) UUPK
Konsumen 2001) (Anonim 2003), akan mengatur “bentuk” atau “format”, serta
tetapi dalam buku saku tersebut, tidak penulisan perjanjian baku yang dilarang.
memberikan secara jelas dan terang suatu Dalam ketentuan tersebut di atas
model klausula baku dalam transaksi di dikatakan bahwa para pelaku usaha dalam
bidang jasa dimaksud. Penginformasian yang menawarkan barang dan/atau jasa yang
18 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen
tetapi dalam buku saku tersebut, tidak dan Yani 2008). Pasal 18 ayat (1) Undang-
memberikan secara jelas dan terang suatu Undang Perlindungan Konsumen mengatur
model klausula baku dalam transaksi di larangan pencantuman klausula baku, dan
bidang jasa dimaksud. Penginformasian yang Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang
diberikan oleh pihak pemerintah itu hanya Perlindungan Konsumen mengatur “bentuk”
memberi pengertian dan batasan klausula atau “format”, serta penulisan perjanjian
baku yang dilarang oleh Undang-Undang baku yang dilarang.
Perlindungan Konsumen, serta kewajiban, Dalam ketentuan tersebut di atas
hak dan tanggung jawab konsumen. dikatakan bahwa para pelaku usaha dalam
Begitu pula Bank Indonesia, dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
Himpunan Ketentuan Perlindungan ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
Nasabah, yang berisi Peraturan-peraturan membuat atau mencantumkan klausula
dan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh baku pada setiap dokumen dan/atau
Bank Indonesia yang menyangkut Mediasi perjanjian di mana klausula baku tersebut
Perbankan, Penyelesaian pengaduan akan mengakibatkan:
nasabah dan Transparasi informasi produk 1. pengalihan tanggung jawab pelaku
bank dan penggunaan data pribadi nasabah. usaha;
Ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh 2. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
Bank Indonesia ini tidak memberikan model
menolak penyerahan kembali barang
transaksi di bidang perbankan berbentuk yang dibeli konsumen;
klausula baku yang disesuaikan dengan
ketentuan mengenai klausula yang diatur 3. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak
dalam Undang-Undang Perlindungan menolak penyerahan kembali uang yang
Konsumen, namun hanya ketentuan tentang dibayarkan atas barang dan/atau jasa
mediasi perbankan atas penyelesaian yang dibeli oleh konsumen;
pengaduan dari nasabah bank. 4. menyatakan pemberian kuasa dari
Undang-undang tentang perlindungan konsumen kepada pelaku usaha, baik
konsumen tidak memberikan definisi secara langsung maupun tidak langsung
tentang perjanjian baku dan/atau untuk melakukan segala tindakan
pencantuman klausula baku dalam setiap sepihak yang berkaitan dengan barang
dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh yang dibeli oleh konsumen secara
pelaku usaha (produsen), tetapi angsuran;
merumuskan klausula baku dalam ketentuan 5. mengatur perihal pembuktian atas
Pasal 1 angka 10, menyatakan sebagai: hilangnya kegunaan barang atau
“Setiap aturan atau ketentuan dan syarat- pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
syarat yang telah dipersiapkan dan konsumen;
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak 6. memberi hak kepada pelaku usaha untuk
oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam mengurangi manfaat jasa atau
suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengurangi harta kekayaan konsumen
mengikat dan wajib dipenuhi oleh yang menjadi objek jual beli jasa;
konsumen”. 7. menyatakan tunduknya konsumen
Ketentuan pencantuman klausula baku kepada peraturan yang berupa aturan
dalam Undang-Undang Perlindungan baru, tambahan, lanjutan, dan/atau
Konsumen hanya diatur 1 (satu) pasal saja, pengubahan lanjutan yang dibuat
yaitu Pasal 18. Ketentuan ini, pada sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
prinsipnya mengatur 2 (dua) macam konsumen memanfaatkan jasa yang
larangan yang diberlakukan bagi para pelaku dibelinya;
usaha yang membuat perjanjian baku 8. menyatakan bahwa konsumen memberi
dan/atau mencantumkan klausula baku kuasa kepada pelaku usaha untuk
dalam dokumen yang dibuatnya (Widjaja
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 Volume 8 Nomor 1, April 2017 21
transaksi atas barang dan/atau jasa secara dimintai pengembalian. Adapun responden
jelas dan terang memberi protek terhadap konsumen terhadap klausula baku terdapat
pihak pelaku usaha (produsen) untuk pada Tabel 2.
klausula baku dan tata cara bahasa, tulisan Undang Perlindungan Konsumen yang
dan cetakan yang harus diberikan kepada dianggap belum efektif dalam
konsumen sebagai dokumen dalam implementasinya ini dapat
bertransaksi, sehingga masyarakat sebagai terealisasikan.
konsumen dapat membaca, memahami dan
mengerti secara mudah dari klausula- Implikasi
klausula yang tertuang di dalam tanda bukti Berikut beberapa implikasi yang diperoleh
transaksi. dari hasil penelitian.
1. Perlunya pemerintah, khususnya
Pemerintah Kota Bogor, dalam hal ini
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Dinas Perindustrian dan Perdagangan
yang membidangi perlindungan
Kesimpulan
konsumen memberlakukan suatu model
Berikut beberapa kesimpulan yang klausula baku yang dapat berlaku secara
diperoleh dari hasil penelitian. standar bagi para pelaku usaha dalam
1. Di wilayah kota Bogor masih beredarnya membuat tanda bukti transaksi barang
tanda-tanda bukti transaksi berupa dan/atau jasa yang disesuaikan dengan
kuitansi/bon, karcis, lembar pembayaran ketentuan yang berlaku dalam Undang-
dan berbagai bentuk lainnya, di mana Undang Perlindungan Konsumen, yaitu
kesemua bukti-bukti pembayaran dengan petunjuk pelaksana (Juklak) dan
transaksi yang berupa Model Klausula Petunjuk Tehnis (Juknis) sebagai
Baku lebih banyak beredar yang belum pedoman untuk tertera pada tanda bukti
disesuaikan dengan ketentuan larangan transaksi itu oleh pelaku usaha. Serta
pencantuman klausula sebagaimana mensosialisasikannya kepada
diamanatkan oleh Undang-Undang masyarakat selaku konsumen dan pelaku
Perlindungan Konsumen. Hanya usaha yang ada.
sebagian pelaku usaha (produsen) yang 2. Kewenangan BPSK (Kota Bogor) sesuai
telah menyesuaikan dengan cara model dengan amanat Undang-Undang
penulisan saja yang lebih dapat di baca Perlindungan Konsumen dalam hal
dengan tanda yang mudah di lihat, tetapi menjalankan tugas dan wewenangnya,
belum menyesuaikan dengan ketentuan yaitu salah satunya adalah
larangan pencantuman klausula baku “Melaksanakan pengawasan klausula
dimaksud. baku” dapat lebih ditegaskan dalam
2. Perlunya suatu model klausula baku yang bentuk aturan pelaksana yang dibuat
dapat memberi perlindungan terhadap oleh Kementerian Perdagangan R.I.,
konsumen yang bersifat berlaku secara sehingga dapat berlaku secara umum di
umum, khususnya di wilayah kota Bogor setiap BPSK Kabupaten/Kota yang ada.
ini. Cara pemberian model klausula yang Dengan demikian tugas pengawasan
merupakan pedoman yang dapat tersebut dapat terimplementasikan
digunakan yaitu sesuai dengan ketentuan secara pasti dan efektif dalam rangka
Undang-Undang Perlindungan memberikan perlindungan terhadap
Konsumen yang tidak merugikan konsumen.
terhadap konsumen. Adapun bentuk
tanda bukti transaksi itu, harus dapat
mudah di baca, mudah di lihat, dan UCAPAN TERIMA KASIH
mudah dipahami oleh konsumen secara Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kami
sekilas, yang bahannya dapat tahan sampaikan kepada Koordinasi Perguruan
secara lama tidak mudah pudar. Sehingga Tinggi Swasta Wilayah IV, Direktorat
ketentuan larangan pencantuman Jenderal Riset Dan Pengembangan,
klausula baku berdasarkan Undang- Kementerian Riset, Teknologi dan
28 Gilalo dan Nurwati Model perlindungan konsumen