Professional Documents
Culture Documents
B Review
B Review
Npm:2214221002
REVIEW JURNAL
JURNAL 1
Rumput laut merupakan salah satu produsen primer di ekosistem perairan laut
bersama dengan fitoplankton, lamun, dan mangrove.Rumput laut juga memiliki
nilai ekonomis sebagai penghasil hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang
secara luas digunakan dalam industri makanan dan farmaseutika.Rumput laut
secara luas digunakan sebagai makanan, bahan penting bagi industri kosmetik
serta penghasil hidrokoloid (alginat, agar dan karagenan) yang digunakan sebagai
pengental dan gelling agents.
Penelitian telah banyak dilakukan untuk mengkaji senyawa bioaktif berbagai jenis
rumput laut di antaranya rumput laut hijau sebagai antibakteri (Mishra et
al.Penelitian yang mengkaji potensi senyawa bioaktif rumput laut dari suku
Halimedaceae di antaranya adalah antimikroba dari Halimeda macroloba (Dzeha
et al.(2011) dan Taheri (2016) melaporkan bahwa rumput laut dari genus
Halimeda memiliki potensi sebagai antioksidan.Data produksi rumput laut dari
genus Halimeda di Indonesia belum dilaporkan oleh Kementerian Perikanan dan
Kelautan karena termasuk jenis yang belum diketahui potensinya.Angka produksi
rumput laut dari genus Halimeda di Indonesia maupun negara Asia Tenggara
lainnya belum diketahui secara pasti.Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas
antibakteri dan antioksidan alga hijau H. gracilis.
Alat dan Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut hijau
H. gracilis yang diperoleh dari perairan Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta
Utara.Sampel yang telah dibersihkan dengan air laut disimpan dalam nitrogen cair
sebelum dibawa menuju laboratorium.Ekstrak kasar yang diperoleh dilakukan
analisis fitokimia, uji antibakteri terhadap E. coli dan S. aureus serta uji
antioksidan.
JURNAL 2
The results of Lee-White method were the ethanol extract (1 mg.mL-1), and three
fractions (0.5 mg.mL-1) have anti-coagulant activity.Statistical analysis showed
that the anti-coagulant activity of the ethanol extract was significantly different
(P<0.05) compared to the normal group and fractions and were not significantly
different (P>0.05) compared to heparin.Ethanol extract and the three fractions of
A. alba leaves have anti-coagulant activity in vitro.The anti-coagulant activity of
ethanol extract (1 mg.mL-1) was comparable to heparin (25 IU) and was better
than the three extract fractions (0.5 mg.mL-1).
.Materials and Methods Plant material Mangrove (Avicennia alba) leaves were
collected from Teluk Ekas, Jerowaru district, East Lombok, West Nusa Tenggara,
Indonesia.Preparation of extract and fractions A. alba leaves were air dried and
powdered, and then extracted by using maceration method with 96% ethanol
(3x24 h).Fractionation was carried out to the leaves extracted with three different
polarity of solvents to obtain n-hexane, chloroform and residual fraction.The anti-
coagulant activity of ethanol extract and fractions of A. alba leaves was observed
in vitro.
The anti-coagulant activity test was carried out by 2 methods, namely the Lee-
White method and the Eustrek (Blood smear) method.One mL of blood was put
into each test tube and treated according to the six research treatments: (1) Normal
blood (1 mL); (2) Positive Control: Blood (1 mL) + heparin 25 IU; (3) Blood (1
mL) + ethanol extract (1 mg.mL-1); (4) Blood (1 mL) + N-hexane fraction (0.5
mg.mL-1); (5) Blood (1 mL) + chloroform fraction (0.5 mg.mL-1); and (6) Blood
(1 mL) + residual fraction (0.5 mg.mL-1).Each tube was vortexed until
homogeneous, and then the blood clotting time or period was observed with a
stopwatch.
The second method, Eustrek method was to analyze the microscopic visualization
of the blood after treatments in Lee-White Method (Rahmawati,
2018).Organoleptic test results of the ethanol extract of A.
JURNAL 3
Mangrove restoration areas in Mainland China accounted for <7% of the total
mangroves areas in 2002.A great deal of research papers on Chinese mangroves
has been published in international journals.Since then, increased government
investments have greatly improved the research on mangroves in China.In this
paper, we reviewed the rapid developments in the mangrove conservation,
restoration and researches in China after 1990s and provide some perspectives and
suggestions on future research areas.
Thirdly, all true mangrove species in China except Lumnitzera littorea can be
found in the Qinglan Reserve of Hainan, with a mangrove area of only 1 233 ha
(Wang and Wang 2007).Thus, studies and practices in mangrove conservation and
restoration in China will provide a good model for other developing countries
with similar high intensity of human disturbances to coastal wetlands.
Since then, China has made rapid progress in mangrove conservation.Up to date, a
total of 34 mangrove nature reserves have been established in different locations
of China, and the total protected area was >18 000 ha, accounting for >80% of the
mangrove area in China.
JURNAL 4
Mangroves are coastal forests found in sheltered estuar-ies and along river banks
and lagoons in the tropics and subtropics.Mangroves are one of the most
productive ecosystems that enrich coastal waters, yield commercial forest
products, protect coastlines, and even support coastal fisheries and store-house of
numerous endangered faunas (like Panthera tigris tigris, dolphin, otters, manatees
and numerous avian species like egrets, pelicans, eagles) [2,3].Mangroves act as a
fragile link between marine and fresh water ecosystems, pollu-tion sink and
source of nutrient flux into marine ecosys-tem.
But, one is bound to be surprised to know that such a natural fighter against
pollution is constantly being af-fected by the rising level of pollution.The aim of
the review paper is to find out how this unique ecosystem, even if being adversely
affected by pollution, still sus-tains the seminal balance of the ecosystem and
plays a key role in nutrient cycling in coastal and estuarine eco-system.They are in
opinion that rehabilitation sites must meet the environmental conditions (e.g.,
duration, frequency and depth of inun-dation, wave energy, substrate conditions,
salinity regime, soil and water pH, sediment composition and stability, nutrient
concentrations, elevation, slope) required by man-grove species indigenous to the
area.
High rainfall and substantial fresh Open Access JEP 1430 Effects of
Anthropogenic Pollution on Mangrove Biodiversity: A Review Figure 2.
Percentage of mangrove area by country [3]. water input from rivers makes
Bangladesh, India, Malay-sia, Thailand and Indonesia a favorable place for
growth of well structured mangroves, where the trees grow to a height of 30 -50
m. In Asia, Sundarbans, is the world's largest contiguous mangrove patch
covering an area of 10,000 km2 and is the part of the progradation delta of Ganga-
Brahmapu-tra-Meghna river systems that comprises of an area of 80,000 km2 [13-
15] and recognized internationally as the UNESCO (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) World-Heritage site, The trans-boundary
forest of Sundarbans is spread over two coun-tries, of which 60% is in Bangladesh
and 40% in India.
JURNAL 5
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi fungsi ekologis dari padang
lamun yang berbeda (dalam hal perbedaan spesies lamun penyusun dan kerapatan
lamun) dalam mendukung keberadaan komunitas ikan....
...Kelimpahan ikan ditemukan lebih tinggi pada padang lamun dengan kerapatan
yang tinggi baik itu tersusun oleh satu spesies lamun (monospesifik) maupun oleh
lebih dari satu spesies lamun (multispesific), dibandingkan pada padang lamun
dengan kerapatan rendah dan pada daerah tidak bervegetasi.Nilai indeks
keanekaragaman komunitas ikan ditemukan lebih tinggi pada padang lamun yang
rapat dan tersusun oleh banyak spesies lamun dibandingkan pada padang lamun
jarang dan hanya terdiri dari satu spesies lamun.Keberadaan epifit sebagai nutrisi
bagi ikan yang hidup di padang lamun dapat berkontribusi terhadap hasil yang
dicapai.
Lamun mempunyai akar dan rimpang (rhizome) yang mencengkeram dasar laut
sehingga dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan
gelombang.Padang lamun merupakan tempat berbagai jenis ikan berlindung,
mencari makan, bertelur, dan membesarkan anaknya.Ikan baronang, misalnya,
adalah salah satu jenis ikan yang hidup di padang lamun.Bell dan Pollard (1989)
mengidentifikasi 7 karakteristik utama kumpulan ikan yang berasosiasi dengan
lamun yaitu: (1) Keanekaragaman dan kelimpahan ikan di padang lamun biasanya
lebih tinggi daripada yang berdekatan dengan substrat kosong, (2) Lamanya
asosiasi ikan-lamun berbeda-beda diantara spesies dan tingkatan siklus hidup, (3)
Sebagian besar asosiasi ikan dengan padang lamun didapatkan dari plankton, jadi
padang lamun adalah daerah asuhan untuk banyak spesies yang mempunyai nilai
ekonomi penting, (4) Zooplankton dan epifauna krustasean adalah makanan utama
ikan yang berasosiasi dengan lamun, dengan tumbuhan, pengurai dan komponen
infauna dari jaring-jaring makanan di lamun yang dimanfaatkan oleh ikan, (5)
Perbedaan yang jelas (pembagian sumberdaya) pada komposisi spesies terjadi di
banyak padang lamun, (6) Hubungan yang kuat terjadi antara padang lamun dan
habitat yang berbatasan, kelimpahan relatif dan komposisi spesies ikan di padang
lamun menjadi tergantung pada tipe (terumbu karang, estuaria, mangrove) dan
jarak dari habitat yang terdekat, (7) Kumpulan ikan dari padang lamun yang
berbeda seringkali berbeda juga, walaupun dua habitat itu berdekatan.
Oleh karena itu peneliti marasa perlu untuk membuktikan pengaruh keberadaan
padang lamun dengan tingkat kompleksitas yang berbeda terhadap kelimpahan
dan keragaman jenis ikan.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
keanekaragaman jenis dan kelimpahan ikan pada padang lamun yang berbeda
kerapatan dan komposisi jenisnya.Terdapat 5 stasiun pengamatan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat kompleksitas yang berbeda berdasarkan kerapatan dan jenis
lamun penyusunnya, yaitu: (1) LPU; lamun Struktur Komunitas Ikan Pada Padang
Lamun.
JURNAL 6
The results of the present study showed that two species of seagrass, Syringodium
isoetifolium at Kondang Merak and Thalassia hemprichii at Bale
Kambang..Phytochemical tests showed that both of type seagrass contained
bioactive compounds such as flavonoids and saponins.
Seagrass, yang umum disebut sebagai lamun dalam bahasa indonesia merupakan
satu satunya tumbuhan tingkat tinggi yang dapat hidup terendam air
laut.Komunitas lamun monospesies dapat ditemukan di Kabupaten Malang,
namun penelitian terkait lamun di Kabupaten Malang juga masih terbatas,
sehingga kajian ini dirasa penting untuk dilakukan.Pengukuran laju pertumbuhan
daun dan biomassa lamun dilakukan secara in situ dengan metode penandaan
selama satu minggu, serta pengambilan contoh daun lamun dilakukan secara acak
di lokasi penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis lamun, yaitu Syringodium
isoetifolium di Pantai Kondang Merak dan Thalassia hemprichii di Pantai Bale
Kambang.Malang Regency has monospecies seagrass meadow in the coastal
area.However, only a limited number of studies about seagrass in the area,
particularly regarding the role of growth, biomass and phytochemical compounds
of seagrass.
JURNAL 7
Tujuan penelitian yaitu mengetahui kondisi biofisik padang lamun (jenis lamun,
tutupan lamun, ikan, makrozoobenthos, jenis substrat, kecerahan air, kedalaman
lamun) dan menentukan kesesuaian lahan ekowisata lamun sebagai penunjang
ekowisata bahari di Pulau Sibu Kecamatan Oba Utara.
Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Sibu Desa Guraping Kecamatan Oba Utara
Kota Tidore Kepulauan selama 6 bulan yaitu April -September 2020, Metode
yang digunakan adalah metode survey yaitu pengukuran secara langsung meliputi
jenis lamun, tutupan lamun, ikan, makrozoobenthos, jenis substrat, kecerahan air,
kedalaman lamun.Analisis data meliputi persentase tutupan lamun dan indek
kesesuaian untuk ekowisata lamun.
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang terdapat di pulau-
pulau kecil.Manfaat ekonomi ekosistem lamun yang paling dominan pada sektor
perikanan seperti sumberdaya ikan, kepiting, kerang dan lainnya.Ekowisata
didefinisikan sebagai perjalanan bertanggung jawab ke daerah alam yang
melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan masyarakat setempat, dan
melibatkan interpretasi dan pendidikan.Ekowisata bahari merupakan ekowisata
yang memanfaatkan karakter sumber daya pesisir dan laut.
Beberapa peneliti hanya sebatas kajian distribusi komunitas lamun dan ikan
seperti penelitian Alhaddad dan Abubakar (2016) tentang distribusi komunitas
padang lamun, Kaeli et al (2016) tentang komparatif komunitas ikan padang
lamun pada bulan perbani awal dan perbani akhir dan penelitian Rina et al (2018)
tentang komunitas ikan pada ekosistem padang lamun dan terumbu
karang.Umumnya hasil penelitian terdahulu hanya menggunakan jenis ikan
sebagai salah satu parameter dalam penentuan kesesuaian lahan ekowisata bahari
kategori kegiatan wisata lamun, sehingga dalam penelitian ini melakukan
modifikasi jenis biota dengan menambahkan keanekaragaman jenis
makrozoobenthos karena organisme tersebut memiliki beragam jenis dan warna
sehingga mempunyai keindahan dan menjadi daya tarik untuk dinikmati saat
melakukan kegiatan wsiata lamun.
Observasi untuk pengambilan data jenis lamun dan luasan penutupanya serta
karakteristik habitat lamun dilakukan dengan berjalan kaki pada waktu air laut
surut mengikuti garis transek secara vertikal.
JURNAL 8
Alga dipandang sebagai bahan baku baru yang berpotensi menghasilkan minyak
dengan jumlah yang cukup besar.Selain itu, minyak alga tidak bersaing sebagai
komoditi pangan.Spirulina Sp. atau ganggang hijau-biru dipilih dikarenakan
waktu panennya sangat singkat dan memiliki kandungan lipid cukup tinggi
dibandingkan dengan jenis alga yang lain.
Berdasar darii latar belakang yang telah jelaskan di atas dan untuk menjawab
kebutuhan BBM yang besar dimasa datang diperlukan diversifikasi energi dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia.Direncanakan untuk penelitian mencari bahan baku alternatif
pembuatan biodiesel dengan menggunakan alga jenis Spirulina Sp.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan metode yang tepat untuk
mengekstrak minyak alga dari Spirulina sp. dengan mevariasikan metode
ekstraksi (perkolasi dan osmotik), jenis pelarut, volume pelarut dan waktu
ekstraksi sehingga dapat menghasilkan yield dan kemurnian minyak alga yang
tinggi.Selain itu bertujuan menggali potensi minyak alga sebagai salah satu
alternatif bahan baku pembuatan biodiesel dengan mengetahui kandungan
senyawa-senyawa dalam minyak alga beserta sifatsifat fisik yang dimilikinya.
JURNAL 9
Makroalga is a large algae with a thallus body structure and has a chlorophy ll
pigment.
Makroalga merupakan bagian dari flora yang terdiri atas banyak jenis dan
memiliki peranan penting di lingkungan laut.Pulau Hari merupakan sebuah pulau
kecil yang tidak berpenghuni.Sebagian besar pulau ini merupakan batu-batuan
yang ke arah laut membentuk tebing yang terjal, yaitu pada bagian utara dan
selatan, sementara sisi sebelah timur dan barat merupakan hamparan pasir
putih.Oleh karena itu, penelitian ini dapat menyajikan data dan informasi
mengenai keanekaragaman jenis makroalga di Perairan Pulau Hari.
Analisis Data Semua data makroalga yang dikumpulkan dianalisis secara tabulasi
dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar Hasil dan Pembahasan Hasil
Makroalga yang ditemukan selama penelitian sebanyak 11 ordo, 14 famili, 17
genus dan 25 spesies yang terdiri atas kelas chlorophyta, rhodophyta dan
phaeophyta.Tingginya jumlah spesies makroalga yang ditemukan di Pulau Hari
disebabkan oleh kondisi substratnya yang bervariasi (substrat pasir-pecahan
karang, pasir-karang hidup, dan rataan terumu) dibandingkan yang daerah
lainnya.Perbedaan jumlah spesies makroalga juga dipengaruhi oleh faktor kondisi
lingkungan yang mendukung kemampuan adaptasi dari masing-masing spesies.
JURNAL 10
The leaves from all plant samples showed a clear capacity for both ammonlum
and phosphate uptake.There was no significant site difference in uptake
characteristics (v,,,,,, and K,) of ammonium and phosphate.Uptake of ammonium
and phosphate by roots was investigated with plants from the intermediate
location.
Barang Lompo, using an approach which allowed only calculation of uptake rates
at natural pore water concentrations.Uptake rates were 22 and 1.0 pm01 g-' root
dry we~g hht -'f or ammonium and phosphate, respectively Calculations suggest
that at all 3 locations uptake of ammonium and phosphate by roots was probably
limited by the diffusion of nutrients in the sediment rather than by their uptake
capacity.Evidence was found that the availability of nutrients in the root zone
relative to the leaf zone affects the uptake affinity of the leaves.
The role of roots versus leaves in supplying plant nutrients is discussed.We
concluded that even in the tropics, where water column nutrient concentrations are
often very low, leaves clearly have a significant ability for ammonium or
phosphate uptake and that in some situations nutrient uptake by the leaves may
even be essential in meeting plant nutrient demands.
In this study, the kinetics of ammonium and phosphate uptake by leaves and roots
of the tropical seagrass Thalassia hemprichii (Ehrenb.) Aschers. were
investigated.Uptake of ammonium was studied as a preference of ammonium over
nitrate uptake in seagrasses, as indicated by data of Doddema & Howari (1983),
Short & McRoy (1984) and Hemminga et al.Subsequently, dissolved inorganic
ammonium and phosphate in the pore water were analyzed.