You are on page 1of 22

Dosen pengampu:

Darto Wahidin S.Pd, M.Sc.

Disusun oleh :
Yahya alfarizy 281012500035

Taufiq faisal 231012500016

Subhan syifa saefurahman 231012500113

Rizqi farisa ramadhannisa 231012500090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena atas izin dan rahmat Nya kami dapat

menyelesaikan tugas makalah mata kuliah profesi keguruan. Sholawat serta salam tak lupa kami

haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman

kegelapan menuju zaman terang benderang seperti saat ini. Tak lupa kami ucapkan rasa terima

kasih kepada Bapak Darto Wahidin selaku dosen pengampu mata kuliah profesi keguruan.

makalah yang berjudul “Perlindungan dan sanksi bagi guru” ini bertujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna yang disebabkan karna

keterebatasan kemampuan yang kami miliki, sehingga kami sangata mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Dan kami berharap

semoga makalah ini dapat menambah waawasan bagi pembaca

Depok , 09 november 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...2
BAB I……………………………………………………………………………..3
PENDAHULUAN ……………………………………………………………….3
A. Latar belakang ………………………………………………………….3
B. Rumusan masalah ………………………………………………………4
C. Tujuan penulisan ……………………………………………………….4
BAB II ……………………………………………………………………………5
PEMBAHASAN …………………………………………………………………5
A. Pengertian dari perlindungan dan sanksi bagi guru……………………5
B. Macam – macam perlindungan guru ………………………………….5
C. Jenis – jenis sanksi bagi guru…………………………………………12
BAB III ………………………………………………………………………….20
PENUTUP ………………………………………………………………………20
A. Kesimpulan ……………………………………………………………20
B. Saran ………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..21

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang

berkualitas, tidak hanya dari sisi intelektualitas saja melainkan juga dari tata cara berperilaku

dalam masyarakat. Gambaran fungsi guru dalam sistem pendidikan nasional adalah sebagai

pengajar sekaligus sebagai pendidik, artinya peran guru tidak hanya sebatas menyampaikan

pendidikan dalam ranah kognitif atau mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun pembentukan

kepribadian peserta didik menyangkut aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (tingkah laku)

merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh guru sehingga output yang dihasilkan

tidak hanya menciptakan anak didik yang hebat dalam segi intelektual namun kurang dalam bidang

mental, sikap dan perilaku.

Adanya perbedaan paham dan persepsi yang berbeda Antara guru dan orangtua dalam

mendidik anak bias menjadi penyebab banyaknya kesalahpahaman terhadap cara dan pola didik

guru. Para orangtua akan keberatan dengan cara guru mendisiplinkan anak dengan menggunakan

simbol – simbol kekerasan seperti menjewer, mencubit, memukul, mencukur dan segala bentuk

pendisiplinan lainnya sehingga guru dikriminalisasikan .

Langkah pemerintah memberlakukan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen dimaksudkan untuk membangun profesionalisme guru. Substansi materi yang

diatur dalam undang-undang ini adalah memberdayakan dan meningkatkan kualitas guru secara

3
terencana, terarah, dan berkesinambungan, sehingga profesi guru perlu dikembangkan sebagai

profesi yang sejahtera, bermartabat, dan terlindungi. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

guru memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,

penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik, sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik

guru, dan peraturan perundang-undangan. Perlindungan bagi guru merupakan perintah undang-

undang. Dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, guru berhak memperoleh perlindungan dalam

melaksanakan tugas dan hak kekayaan intelektual (pasal 14, ayat 1, butir e). Perlindungan

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan

profesi, perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi perlindungan terhadap guru?
2. Apa saja macam-macam perlindungan terhadap guru?
3. Apa saja sanksi bagi guru ?

C. Tujuan penulisan
1. memahami arti perlindungan bagi guru
2. mengetahui macam - macam perlindungan bagi guru
3.mengetahui sanksi bagi guru

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian perlindungan dan sanksi bagi guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perlindungan artinya tempat berlindung, hal

(perbuatan) memperlindungi, sedangkan sanksi artinya adalah suatu langkah hukum yang

dijatuhkan oleh Negara atau kelompok tertentu karena terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang atau kelompok.

Dari kedua definisi tersebut maka dapat di ketahui bahwa perlindungan dan sanksi bagi

guru adalah suatu kegiatan yang melindungi guru dari hal-hal tertentu yang dapat mengganggu

aktivitas keguruannya dan akan mendapat hukuman jika guru tersebut melanggar peraturan yang

sudah di tentukan.

B. Macam – macam perlindungan bagi guru

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dos en secara keseluruhan pada

dasarnya merupakan jaminan dan perlindungan bagi guru dan dosen dalam menjalankan

profesinya. Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas

dan hak atas kekayaan intelektual. Pada pasal 39 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungan nya seperti berikut

ini.

1) Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib

memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.

5
2) Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan

diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua

peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.

4) Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian

pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat

guru dalam melaksanakan tugas.

5) Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan

keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan

lingkungan kerja dan/atau resiko lain.

Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen seperti

disebutkan diatas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru yang mencakup semua

dimensi terkait dengan upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan

kenyamanan bagi guru dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya.

1. Perlindungan Hukum

Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala tindakan semena-mena dari yang

mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat tindakan dari peserta

didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain, berupa:

6
a. Tindakan kekerasan

b. Ancaman

c. Perlakuan diskriminatif

d. Intimidasi

e. Perlakuan tidak adil

Perlindungan hukum terhadap guru diwujudkan dengan menyerahkan guru yang diadukan

atau diinformasikan menyimpang kepada dewan kehormatan organisasi profesi guru terlebih

dahulu. Jika terdapat unsur-unsur pidana, organisasi profesi guru itu meneruskan laporan ke

penyidik sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Beberapa kenyataan yang dihadapi guru,

sebagai bukti bahwa mereka belum sepenuhnya memperoleh perlindungan profesi yang wajar:

 Penugasan guru yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

 Pengangkatan guru, khususnya guru bukan PNS untuk sebagian besar belum didasari atas perjanjian

kerja atau kesepakatan kerjasama.

 Pembinaan dan pengembangan profesi serta pembinaan dan pengembangan karir guru yang belum

sepenuhnya terjamin.

 Adanya pembatasan dan penyumbatan atas aspirasi guru untuk memperjuangkan kemajuan

pendidikan secara akademik dan profesional.

 Pembayaran gaji atau honorarium guru yang tidak wajar.

 Arogansi oknum pemerintahan, masyarakat, orang tua, dan siswa terhadap guru.

 Mutasi guru secara tidak adil dan atau semena-mena.

 Pengenaan tindakan disiplin terhadap guru karena berbeda pandangan dengan kepala sekolahnya.

 Guru yang menjadi korban karena bertugas di wilayah konflik atau di tempat (sekolah) yang rusak.

7
2. Perlindungan Profesi

Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK)

yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar,

pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan

pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. Secara rinci

subranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini;

a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat, dan bakatnya.

b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional dilakukan

dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur sebagaimana

diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari praktik

pembayaran imbalan yang tidak wajar.

f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan.

g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk:

 Mengungkapkan ekspresi

 Mengembangkan kreatifitas

 Melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan dan

pembelajaran.

h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik, masyarakat,

birokrasi, atau pihak lain.

8
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari berbagai ancaman, tekanan, dan

rasa tidak aman.

j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada perserta didik, meliputi:

 Substansi

 Prosedur

 Instrumen penilaian

 Keputusan akhir dalam penilaian

k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:

 Penetapan taraf penguasaan kompetensi

 Standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan

 Menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus.

l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi:

 Mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan akademik

 Memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru

 Bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi

m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal, meliputi:

 Akses terhadap sumber informasi kebijakan

 Partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan formal

 Memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi atas dasar

pengalaman terpetik dari lapangan.

9
3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko

gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,

kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait dengan

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam bertugas,

yaitu:

a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas harus mampu

diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah daerah.

b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan fisik dari peserta

didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat luas.

c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:

 Resiko gangguan keamanan kerja

 Resiko kecelakaan kerja

 Resiko kebakaran pada waktu kerja

 Resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja

 Resiko lain sebagaimana diatur dalam perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan

d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orangtua peserta didik,

masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.

e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan akibat:

 Kecelakaan kerja

 Kebakaran pada waktu kerja

 Bencana alam

 Kesehatan lingkungan kerja

10
 Resiko lain

f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, akibat:

 Bahaya yang potensial

 Kecelakaan akibat bahan kerja

 Keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya

 Frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja

 Resiko atas alat kerja yang dipakai

 Resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja

4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual

Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-undangan, antara

lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta. HaKI terdiri

dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Indusrti. Hak Kekayaan Industri meliputi

Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas

Tanaman. Bagi guru, Perlindungan HaKI dapat mencakup

 Hak cipta atas penulisan buku

 Hak cipta atas makalah

 Hak cipta atas karangan ilmiah

 Hak cipta atas hasil penelitian

 Hak cipta atas hasil penciptaan

 Hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni, serta sejenisnya.

11
 Hak paten atas hasil karya teknologi.

Seringkali karya-karya guru terabaikan, dimana karya mereka itu seakan-akan menjadi

makhluk tak bertuan, atau paling tidak terdapat potensi untuk itu. Oleh karena itu, dimasa depan

pemahaman guru terhadap HaKI ini harus dipertajam.

C. Jenis - jenis Sanksi bagi guru

Kualitas SDM dapat terwujud salah satunya berasal dari peran guru. Dalam mengemban

tanggung jawab yang besar itu diperlukan sebuah panduan yang menjadi standar berperilaku serta

kewajiban seorang guru yang tertuang dalam kode etik. Indonesia telah memiliki panduan kode

etik yakni Kode Etik Guru Indonesia yang disusun berdasarkan Kongres Persatuan Guru Republik

Indonesia atau PGRI.

Sebagai informasi, Kode Etik Guru Indonesia terbaru pada tahun 2013 yang mengadopsi nilai dari

Ki Hajar Dewantara “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

artinya guru di depan memberikan contoh atau sebagai panutan, di tengah membangun kemauan

atau niat, dan di belakang memberikan dorongan atau semangat.

Berikut 5 kode etik guru yang berasal dari Keputusan Kongres XXI PGRI tahun 2013.

1. Kepada Peserta Didik

Dalam penerapan Kode Etik Guru Indonesia, guru mesti bertindak profesional dalam

melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didiknya. Selain itu, guru juga harus menghormati

martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan objektif.

12
Selain memperhatikan keberlangsungan pendidikan peserta didiknya, guru juga mesti dapat

memastikan bahwa peserta didiknya merasa aman, sehat dan terhindar dari segala gangguan dalam

proses belajar mengajar.

Peran kode etik inilah yang menjadi panduan, semangat dan penerapan nilai dan menjadi kunci

sukses kualitas SDM peserta didik.

2. Kepada Orang Tua Murid

Tak hanya berhubungan dengan peserta didiknya, guru juga secara tidak langsung

berhubungan dengan orang tua atau wali peserta didik. Karena itulah, guru dituntut dapat

profesional menghadapi orang tua atau wali peserta didik yang menginginkan anaknya

mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Hubungan guru dengan orang tua atau wali peserta didik juga diatur dalam kode etik guru yang

salah satu tugasnya memberikan informasi terkait perkembangan peserta didiknya. Konsultasi

yang dibutuhkan orang tua atau wali peserta demi kemajuan pendidikan anak, harus diemban baik

oleh guru.

Tentu tidak mudah bagi seorang guru untuk menempatkan posisi sebagai konsultan, sebab orang

tua atau wali peserta didik belum tentu punya misi dan visi yang sama dengan peserta didik.

Disinilah peran penting kode etik memberikan pencerahan serta batasan. Sebab kode etik

diperlukan bukan semata-mata untuk keuntungan pribadi.

13
3. Kepada Masyarakat

Sebagai salah satu agen pembangun bangsa, guru punya tanggung jawab besar di

masyarakat. Maka itu, diatur pula kode etik guru dalam kehidupan bermasyarakat. Guru harus

menjadi teladan di kehidupan sosial dan bermasyarakat.

Dalam kode etik di kehidupan bermasyarakat, guru dituntut dapat menjalin hubungan yang

harmonis dan dapat membangun komunikasi dengan masyarakat. Bahkan ketika ada kejadian

sosial di tengah masyarakat yang bersinggungan dengan pendidikan atau sebuah norma dan

perilaku, guru juga turut berperan serta dalam mengambil keputusan.

Mampu menjadi contoh, teladan dan sebagai agen perubahan sosial menjadikan posisi guru dalam

kehidupan bermasyarakat sangat vital.

4. Terhadap Teman Sejawat

Kode etik guru juga mengatur hubungan dengan teman satu profesi. Maksud di sini sangat

baik yaitu supaya sebagai rekan sesama guru saling mendukung dan mengingatkan dimanapun

berada. Lewat kode etik kepada teman sejawat untuk saling menghormati, menghargai, dan saling

percaya akan rekan satu profesi.

Oleh karena itu dalam satu pasal tertulis agar rekan satu profesi harus dapat saling membangun

hubungan kekeluargaan, solidaritas dan saling menghormati baik di lingkungan sekolah maupun

di luar. Saling membantu untuk pengembangan diri juga dianjurkan sesama guru, gunanya tidak

hanya untuk kepentingan pribadi semata tapi membangun dasar pendidikan lebih berkualitas.

14
5. Kode Etik Terhadap Profesi

Seorang guru harus dapat menjunjung tinggi profesinya sesuai yang diamanatkan dalam

kode etik. Perkembangan teknologi juga menuntut guru untuk dapat mengembangkan

profesionalismenya sejalan dengan kemajuan iptek. Tentu, manfaat kode etik terhadap profesi ini

guna mendorong guru untuk dapat terus berkembang dan terbuka terhadap kemajuan. Bila seorang

guru mampu mengamalkan hal tersebut, manfaat akan terasa langsung ke peserta didik dan

masyarakatnya.

Sanksi Pelanggaran Kode Etik Guru

Sejalan dengan adanya kode etik sebuah profesi, tentu terdapat pula pengawas, lembaga atau

dewan khusus yang mengawasi berjalannya kode etik dalam sebuah profesi. Apabila terdapat

pelanggaran yang dilakukan keanggotaan, maka fungsinya adalah memberikan sanksi, evaluasi

dan pengawasan.

Begitu juga dalam profesi guru yang memiliki pengawasan di PGRI terkait pelanggaran yang bila

terjadi dalam kode etik.

ketika seseorang melakukan hal yang merugikan kepada pihak-pihak terkait. Apabila hal tersebut

terjadi, maka seorang guru harus menerima sanksi sebagai berikut:

Pelanggaran Ini terjadi bila seorang profesional melakukan penyimpangan perilaku atau tidak

melaksanakan Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku dalam

kaitannya dengan profesi guru.

15
Bila terjadi pelanggaran, maka sanksi yang diterima oleh guru bisa berupa sanksi sanksi ringan,

sedang, hingga berat dari Dewan Kehormatan Guru Indonesia. Tentu sanksi yang diberikan harus

objektif, tidak diskriminasi dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi dan

peraturan perundang-undangan.

Jenis-Jenis Sanksi Pelanggar Kode Etik Guru

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sanksi dari pelanggaran dalam kode etik mulai dari

ringan, sedang dan berat. Lebih rinci lagi, sanksi yang diberikan dalam kategori tersebut antara

lain:

 Sanksi ringan

Pelanggar pada kasus yang dinilai sanksi ringan, Dewan Kehormatan Guru Indonesia melalui

sekolah atau organisasi akan memberikan pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran.

Serta mengingatkan kembali kepada guru untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.

1.Sanksi sedang

Sanksi sedang umumnya diberlakukan bila guru tersebut dinilai melanggar kode etik apabila

Dewan Kehormatan Guru atau organisasi dan sekolah menilai guru melakukan kesalahan cukup

serius. Sehingga sanksi yang diberikan umumnya tidak hanya berupa teguran secara lisan.

Pihak yang berwenang berpotensi memberikan sanksi seperti: non-aktif sementara, hingga

teguran secara tertulis.

16
2.Sanksi berat

Pelanggaran dengan sanksi berat diberikan bila guru terlibat persoalan berat atau mengarah

pidana yang merugikan orang banyak. Pada sanksi berat diberikan bisa berupa pemberhentian

secara tidak hormat dan dikeluarkan dari organisasi guru.

Sanksi tersebut diberikan oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) yang merupakan

lembaga independen yang dibentuk oleh PGRI. DKGI bertugas untuk menegakkan kode etik

guru, menyelesaikan kasus pelanggaran kode etik guru, dan memberikan rekomendasi sanksi

kepada pihak yang berwenang.

Selain kode etik, guru juga harus mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia.

Hukum dan peraturan yang berkaitan dengan guru antara lain adalah:

- Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen²

- Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional³

- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak⁴

- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

- Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

17
- Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

- Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

- Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

- Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

- Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan

- Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

- Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

- Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

- Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan

Perjanjian Kerja

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional

Pendidikan

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil

Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan

18
- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti

dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Penugasan Guru

sebagai Kepala Sekolah

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 35 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru

sebagai Pengawas Sekolah

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru

sebagai Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran, dan Guru Bimbingan dan Konseling

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 38 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru

sebagai Guru Inklusi dan Guru Pendamping

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 39 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru

sebagai Guru Inti

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 40 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru

sebagai penggerak

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlindungan dan sanksi bagui guru sangatlah tepat dan bermanfaat dengan adanya

perlindungan seseorang yang berprofesi guru dapat bekerja dan berkarya dengan rasa aman dan

nyaman tanpa ada tekanan dari pihak lain. Dan dengan adanya sanksi terhadap guru yang bekerja

dalam ruang lingkup pendidikan maka akan tercapainya tujuan, visi, dan misi dari pendidikan di

Indonesia yang dirancangkan oleh Kementrian Pendidikan Republik Indonesia.

B. Saran
Demi kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah ini, saya mohon kepada para

pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya yang membangun. Karena saya sadar bahwa

dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan, semoga makalah ini dapat bermanfaat

disuatu waktu. Semoga pendidikan di Indonesia semakin maju dan bermutu.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Darta Pardamean Saragih, Perlindungan Guru dan Tenaga Kependidikan, SLB Negeri

Serdang Berdagai

2. Momon Sudarma, Profesi Guru:Dipuji, Dikritisi, Dan Dicaci (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2013), h.272

3. Endang Komara, "Perlindungan Profesi Guru di Indonesia". MIMBAR PENDIDIKAN:Jurnal

Indonesia Untuk Kajian Pendidikan, Vol. 1(2) September, Bandung, Indonesia: UPI, h.155.

4.Perlindungan Hukum bagi Guru dalam Menjalankan Tugasnya.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/perlindungan-hukum-bagi-guru-dalam-menjalankan-

tugasnya-

5. Langkah Hukum dan Sanksi dari Diskriminasi Guru terhadap Siswa.

https://www.hukumonline.com/klinik/a/diskriminasi-guru-terhadap-siswa-

21

You might also like