Professional Documents
Culture Documents
GRI 3 - Topik Material 2021 - Indonesian
GRI 3 - Topik Material 2021 - Indonesian
GRI 3 - Topik Material 2021 - Indonesian
STANDAR UNIVERSAL 3
GRI 3: Topik Material 2021
Standar Universal
Tanggal efektif berlaku
Standar ini berlaku untuk laporan atau materi lain yang dipublikasikan pada atau setelah tanggal 1 Januari 2023
Tanggung jawab
Standar ini dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB). Tanggapan terkait Standar GRI dapat
dikirimkan ke gssbsecretariat@globalreporting.org untuk dipertimbangkan GSSB.
Proses hukum
Standar ini dikembangkan untuk kepentingan publik dan sesuai dengan persyaratan Protokol Proses Pembuktian
GSSB. Dokumen ini dikembangkan dengan memanfaatkan keahlian beberapa pemangku kepentingan, dan dengan
mempertimbangkan instrumen resmi antarpemerintah dan harapan luas organisasi terkait dengan tanggung jawab
sosial, lingkungan, dan ekonomi.
Kewajiban hukum
Dokumen yang disusun oleh Global Sustainability Standards Board (GSSB) untuk mempromosikan pelaporan
keberlanjutan ini telah melalui proses konsultasi spesifik dengan berbagai pemangku kepentingan melalui pelibatan
perwakilan dari berbagai organisasi serta pengguna informasi laporan di seluruh dunia. Meskipun Dewan Direksi
GRI dan GSSB mendorong penggunaan Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI (Standar GRI) dan interpretasi-
interpretasi terkait oleh semua organisasi, persiapan dan penerbitan laporan yang mengacu sepenuhnya atau
sebagian pada Standar GRI serta Interpretasi terkait merupakan tanggung jawab penuh dari pihak yang menerbitkan
laporan. Baik Dewan Direksi GRI, GSSB, ataupun Stichting Global Reporting Initiative (GRI) tidak dapat bertanggung
jawab atas konsekuensi atau kerugian apa pun yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung dari
penggunaan Standar GRI dan Interpretasi terkait dalam persiapan laporan, atau penggunaan laporan berdasarkan
Standar GRI dan Interpretasi terkait.
Global Reporting Initiative, GRI dan logonya, GSSB dan logonya, serta GRI Sustainability Reporting Standards
(Standar GRI) dan logonya adalah merek dagang dari Stichting Global Reporting Initiative.
Daftar isi
Pendahuluan 4
1. Panduan untuk menentukan topik material 7
Langkah 1. Memahami konteks organisasi 8
Langkah 2. Mengidentifikasi dampak aktual dan potensial 9
Langkah 3. Menilai signifikansi dampak 13
Langkah 4. Memprioritaskan dampak paling signifikan untuk pelaporan 14
2. Pengungkapan dalam topik material 17
Pengungkapan 3-1 Proses untuk menentukan topik material 17
Pengungkapan 3-2 Daftar topik material 19
Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material 20
Daftar Istilah 26
Daftar Pustaka 31
4 GRI 3: Topik Material 2021
Pendahuluan
GRI 3: Topik Material 2021 menyediakan panduan bertahap untuk organisasi tentang cara menentukan topik
material. Panduan ini juga menjelaskan cara Standar Sektor digunakan dalam proses ini. Topik material adalah topik
yang mencerminkan dampak organisasi yang paling signifikan terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat,
termasuk dampak terhadap hak asasi manusia.
GRI 3 juga memuat pengungkapan untuk organisasi untuk melaporkan informasi tentang proses mereka dalam
menentukan topik material, daftar topik material, dan cara mereka mengelola setiap topik material mereka.
Bagian lain Pendahuluan menyediakan ikhtisar sistem Standar GRI dan informasi lebih lanjut tentang penggunaan
Standar ini.
Standar GRI disusun sebagai sistem standar yang saling berkaitan dan dirangkai ke dalam tiga seri: Standar
Universal GRI, Standar Sektor GRI, dan Standar Topik GRI (lihat Gambar 1 dalam Standar ini).
GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 berisi pengungkapan yang digunakan oleh organisasi untuk menyediakan
informasi tentang praktik pelaporan mereka dan informasi organisasi lainnya, seperti aktivitas, tata kelola, dan
kebijakan mereka.
GRI 3: Topik Materi 2021 menyediakan panduan bertahap tentang cara menentukan topik material. Ini juga memuat
pengungkapan yang digunakan organisasi untuk melaporkan informasi tentang proses mereka dalam menentukan
topik material, daftar topik material, dan cara mereka mengelola setiap topik material.
Standar Sektor
Standar sektor menyediakan informasi untuk organisasi mengenai mana yang berpotensi menjadi topik material
mereka. Organisasi menggunakan Standar Sektor yang berlaku untuk sektor mereka saat menentukan topik
material, dan saat menentukan apa yang akan dilaporkan untuk setiap topik material.
Standar Topik
Standar Topik berisi pengungkapan yang digunakan organisasi untuk melaporkan informasi mengenai dampak
mereka terkait dengan topik tertentu. Organisasi menggunakan Standar Topik sesuai dengan daftar topik material
yang telah mereka tentukan menggunakan GRI 3.
5 GRI 3: Topik Material 2021
Standar GRI
Persyaratan dan
prinsip-prinsip dalam
menggunakan standar
GRI
Pengungkapan tentang
organisasi pelapor
Pengungkapan dan
panduan tentang topik
material organisasi
Terapkan ketiga Standar Universal Gunakan Standar Sektor yang Pilih Standar Topik untuk
pada pelaporan Anda berlaku untuk sektor organisasi Anda melaporkan informasi tertentu
tentang topik material Anda
Jika organisasi tidak dapat mematuhi Pengungkapan 3-3 atau persyaratan dalam Pengungkapan 3-3 (misalnya,
karena informasi yang diperlukan bersifat rahasia atau tunduk pada larangan hukum), berarti organisasi diwajibkan
untuk menyebutkan ini dalam indeks konten GRI, dan memberikan alasan tidak mencantumkan disertai dengan
penjelasan. Lihat Persyaratan 6 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut mengenai alasan tidak
mencantumkan.
Jika organisasi tidak dapat melaporkan informasi yang diperlukan mengenai pokok perihal yang ditentukan dalam
pengungkapan karena pokok perihal tersebut (seperti, komite, kebijakan, praktik, proses) tidak ada, mereka dapat
mematuhi persyaratan dengan melaporkan bahwa keadaannya seperti itu. Organisasi dapat menjelaskan alasan
tidak mencantumkan pokok perihal tersebut atau menjelaskan rencana untuk mengembangkannya. Pengungkapan
tidak mewajibkan organisasi untuk mengimplementasikan pokok perihal tersebut (misalnya, mengembangkan
kebijakan) tetapi melaporkan bahwa pokok perihal tersebut tidak ada.
Jika organisasi ingin memublikasikan laporan berkelanjutan yang berdiri sendiri, organisasi tersebut tidak perlu
mengulangi informasi yang sudah dilaporkan secara publik di tempat lain, seperti di halaman web atau pada laporan
tahunan mereka. Dalam kasus tersebut, organisasi dapat melaporkan pengungkapan yang diwajibkan dengan
memberikan rujukan dalam indeks konten GRI mengenai di mana informasi ini dapat ditemukan (misalnya, dengan
memberikan tautan ke halaman web atau mengutip halaman di laporan tahunan di mana informasi tersebut telah
dipublikasikan).
Persyaratan disajikan dalam tulisan huruf cetak tebal dan ditunjukkan dengan kata 'harus'. Organisasi harus
6 GRI 3: Topik Material 2021
mematuhi seluruh persyaratan untuk menyusun laporan sesuai dengan Standar GRI.
Panduan mencantumkan informasi latar belakang, penjelasan, dan contoh untuk membantu organisasi lebih
memahami persyaratan tersebut. Organisasi tidak diwajibkan untuk mematuhi panduan.
Standar juga dapat mencakup rekomendasi. Hal-hal ini adalah keadaan-keadaan di mana suatu tindakan tertentu
disarankan tetapi tidak diwajibkan.
Kata 'sebaiknya' menunjukkan rekomendasi, dan kata 'dapat' menunjukkan kemungkinan atau pilihan.
Istilah yang didefinisikan digarisbawahi dalam teks Standar GRI dan dikaitkan dengan definisinya pada Daftar Istilah.
Organisasi diwajibkan untuk menerapkan definisi di dalam Daftar Istilah.
7 GRI 3: Topik Material 2021
Bagian ini menjelaskan empat langkah yang sebaiknya diikuti oleh organisasi dalam menentukan topik material
mereka (lihat Gambar 2). Mengikuti langkah-langkah dalam bagian ini akan membantu organisasi dalam
menentukan topik material dan melaporkan pengungkapan dalam bagian 2 dari Standar ini. Langkah-langkah
tersebut menyediakan panduan dan bukan merupakan persyaratan.
Topik
1 2 3 4 material
Memprioritaskan
Mengidentifkasi Menilai
dampak paling
dampak aktual signifkansi
signifikansi untuk
dan potensial dampak
pelaporan
Ketiga langkah pertama dalam proses untuk menentukan topik material berkaitan dengan identifikasi dan penilaian
dampak yang terus-menerus oleh organisasi. Pada tahap ini, organisasi mengidentifikasi dan menilai dampak-
dampak mereka secara rutin, sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari, dan sembari melibatkan pemangku
kepentingan dan para pakar. Langkah-langkah berkelanjutan ini memungkinkan organisasi dapat mengidentifikasi
dan mengelola dampak mereka secara aktif seiring mereka berkembang dan ada organisasi baru yang muncul.
Ketiga langkah pertama dilaksanakan secara terpisah dari proses pelaporan berkelanjutan, tetapi ketiga langkah
tersebut memberikan informasi untuk langkah terakhir. Dalam langkah 4, organisasi memprioritaskan dampak
paling penting untuk pelaporan dan, dengan cara ini, menentukan topik material mereka.
Dalam setiap periode pelaporan, organisasi sebaiknya meninjau topik material mereka dibandingkan periode
pelaporan sebelumnya untuk mengetahui perubahan-perubahan dalam dampak mereka. Perubahan dalam dampak
dapat berasal dari perubahan dalam aktivitas dan hubungan bisnis organisasi. Peninjauan ini membantu
memastikan topik material mewakili dampak paling signifikan dalam setiap periode pelaporan yang baru.
Organisasi sebaiknya mendokumentasikan proses mereka dalam menentukan topik material. Hal ini termasuk
mendokumentasikan pendekatan yang diambil, keputusan, asumsi, dan penilaian subjektif yang diambil, sumber
yang dianalisis, serta bukti yang dikumpulkan. Catatan yang akurat membantu organisasi menjelaskan pendekatan
yang mereka pilih dan melaporkan pengungkapan dalam bagian 2 dari Standar ini. Catatan mempermudah analisis
dan penjaminan. Lihat prinsip Verifiabilitas dalam GRI 1 untuk informasi lebih lanjut.
8 GRI 3: Topik Material 2021
Pendekatan untuk setiap langkah akan berbeda-beda sesuai dengan keadaan spesifik dari organisasi, seperti
model bisnis; sektor; konteks geografis, budaya, dan hukum; struktur kepemilikan; dan sifat dampak-dampak
tersebut. Dengan mempertimbangkan keadaan spesifik ini, langkah-langkah yang ditempuh sebaiknya sistematis,
terdokumentasi, dapat direplikasi, dan digunakan secara konsisten dalam setiap periode pelaporan. Organisasi
sebaiknya mendokumentasikan setiap perubahan dalam pendekatan mereka dengan alasan terjadinya perubahan
tersebut dan implikasinya.
Badan tata kelola tertinggi organisasi sebaiknya mengawasi proses serta meninjau dan menyetujui topik material.
Jika organisasi tidak memiliki badan tata kelola tertinggi, eksekutif senior atau kelompok eksekutif senior sebaiknya
mengawasi proses serta meninjau dan menyetujui topik material.
Topik material dan dampak-dampak yang telah ditentukan melalui proses ini memberikan informasi untuk
pelaporan keuangan dan penciptaan nilai. Topik material dan dampak tersebut menyediakan masukan
penting untuk mengidentifikasi risiko dan peluang yang terkait dengan dampak organisasi serta untuk
penilaian keuangan. Selanjutnya, hal ini membantu dalam mengambil pertimbangan materialitas keuangan
tentang apa yang perlu diidentifikasi dalam laporan keuangan.
Meskipun sebagian besar, jika tidak semua, dampak yang telah diidentifikasi melalui proses ini pada akhirnya
akan menjadi material secara finansial, pelaporan keberlanjutan juga sangat relevan dengan sendirinya
sebagai kegiatan kepentingan publik dan independen dari pertimbangan implikasi finansial. Oleh karena itu,
penting bagi organisasi untuk menyusun laporan tentang semua topik material yang telah mereka tentukan
dengan menggunakan Standar GRI. Topik material ini tidak dapat dikurangi prioritasnya dengan alasan tidak
menjadi pertimbangan finansial dari organisasi.
Lihat Kotak 1 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang pelaporan keberlanjutan serta
pelaporan keuangan dan penciptaan nilai.
Bagian berikut menjelaskan empat langkah dalam menentukan topik material secara lebih terperinci.
Organisasi sebaiknya mempertimbangkan aktivitas, hubungan bisnis, pemangku kepentingan, dan konteks
keberlanjutan dari semua entitas yang mereka kendalikan atau punya kepentingan atasnya (misalnya, anak
perusahaan, usaha bersama, afiliasi), termasuk kepentingan minoritas.
Departemen dan fungsi terkait dalam organisasi yang dapat membantu dalam langkah ini meliputi departemen atau
fungsi komunikasi, sumber daya manusia, hubungan investor, legal dan kepatuhan, pemasaran dan penjualan,
pengadaan, dan pengembangan produk. Standar Sektor GRI menjelaskan konteks sektor dan dapat bermanfaat
dalam langkah ini.
Aktivitas
Organisasi sebaiknya mempertimbangkan hal berikut terkait dengan aktivitas mereka:
• Tujuan, pernyataan nilai atau misi, model bisnis, dan strategi perusahaan.
• Jenis aktivitas yang dilakukan organisasi (misalnya, penjualan, pemasaran, manufaktur, distribusi) dan lokasi
geografis dari aktivitas ini.
• Jenis produk dan layanan yang ditawarkan organisasi dan pasar yang dilayani organisasi (yaitu, jenis pelanggan
dan penerima manfaat yang menjadi sasaran, dan lokasi geografis tempat produk dan layanan ditawarkan).
• Sektor di mana organisasi aktif dan karakteristik sektor tersebut (misalnya, apakah mereka melibatkan pekerjaan
informal, apakah mereka banyak menggunakan tenaga kerja atau sumber daya).
• Jumlah karyawan, termasuk apakah mereka bekerja penuh waktu, purna waktu, tanpa jaminan jam, permanen
atau sementara, serta karakteristik demografi karyawan (misalnya, usia, jenis kelamin, lokasi geografis).
9 GRI 3: Topik Material 2021
• Jumlah pekerja yang bukan karyawan dan yang pekerjaannya dikendalikan oleh organisasi, termasuk jenis
pekerja (misalnya, pekerja agensi, kontraktor, pekerja mandiri, sukarelawan), hubungan kontrak dengan
organisasi (yaitu, apakah organisasi melibatkan pekerja ini secara langsung atau tidak langsung melalui pihak
ketiga), dan pekerjaan yang mereka lakukan.
Hubungan bisnis
Hubungan bisnis organisasi mencakup hubungan dengan mitra bisnis, entitas dalam rantai nilai mereka (termasuk
entitas di luar level pertama), dan setiap entitas lain yang berhubungan secara langsung dengan operasi, produk,
atau layanan organisasi. Organisasi sebaiknya mempertimbangkan hal berikut terkait dengan hubungan bisnis
mereka:
• Jenis hubungan bisnis yang mereka miliki (misalnya, usaha bersama, pemasok, penerima waralaba).
• Jenis aktivitas yang dilakukan oleh mereka yang memiliki hubungan bisnis dengan organisasi (misalnya,
memproduksi produk organisasi, menyediakan layanan keamanan untuk organisasi).
• Sifat hubungan bisnis (misalnya, apakah hubungan bisnis berdasarkan pada kontrak jangka panjang atau jangka
pendek, apakah hubungan tersebut berdasarkan pada proyek atau acara tertentu).
• Lokasi geografis tempat aktivitas hubungan bisnis terjadi.
Konteks keberlanjutan
Organisasi sebaiknya mempertimbangkan hal berikut untuk memahami konteks keberlanjutan aktivitas dan
hubungan bisnis mereka:
• Tantangan ekonomi, lingkungan hak asasi manusia, dan sosial lainnya di tingkat lokal, regional, dan global yang
berkaitan dengan sektor organisasi dan lokasi geografis aktivitas dan hubungan bisnis organisasi (misalnya,
perubahan iklim, kurangnya penegakan hukum, kemiskinan, konflik politik, kelangkaan air).
• Tanggung jawab organisasi mengenai instrumen resmi antarpemerintah yang diharapkan dipatuhi oleh
organisasi.
Contoh instrumen tersebut meliputi Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Deklarasi Tripartit tentang Prinsip-
Prinsip mengenai Perusahaan Multinasional dan Kebijakan Sosial [1]; Panduan Organisasi untuk Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi [OECD] untuk Perusahaan Multinasional [3]; Prinsip-Prinsip Panduan tentang Bisnis dan
Hak Asasi Manusia Konvensi Kerangka Kerja tentang Perubahan Iklim (FCCC) Perjanjian Paris [4]; Prinsip-Prinsip
Penuntun PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia [5]; dan Perserikatan Bangsa-bangsa, Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia [6].
• Tanggung jawab organisasi mengenai undang-undang dan peraturan yang diharapkan dipatuhi oleh organisasi.
Lihat Prinsip Keberlanjutan dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut.
Pemangku kepentingan
Organisasi sebaiknya mengidentifikasi siapa saja pemangku kepentingan mereka di seluruh kegiatan dan
hubungan bisnis mereka serta melibatkan mereka untuk membantu mengidentifikasi dampak-dampak organisasi.
Organisasi sebaiknya menyusun daftar lengkap individu dan kelompok yang kepentingannya terpengaruh atau dapat
terpengaruh oleh kegiatan organisasi. Kategori umum pemangku kepentingan untuk organisasi adalah mitra bisnis,
organisasi masyarakat sipil, konsumen, pelanggan, karyawanlangsung dan pekerja lainnya, pemerintah, masyarakat
lokal, organisasi nonpemerintah, pemegang saham dan investor lain, pemasok, serikat pekerja, dan kelompok
rentan. Organisasi selanjutnya dapat membedakan antara individu dan kelompok yang hak asasi manusia mereka
terpengaruh atau dapat terpengaruh, serta individu dan kelompok yang memiliki kepentingan lain.
Ketika mengidentifikasi pemangku kepentingan, organisasi sebaiknya memastikan mereka mengidentifikasi individu
atau kelompok yang tidak memiliki hubungan langsung dengan mereka (misalnya, pekerja dalam rantai pasokan
atau masyarakat lokal yang tinggal berjauhan dari operasi organisasi) dan mereka yang tidak dapat mengungkapkan
pendapat mereka (misalnya, generasi masa depan) tetapi memiliki kepentingan yang terpengaruh atau dapat
terpengaruh oleh aktivitas organisasi.
Berbagai daftar pemangku kepentingan dapat dibuat sesuai dengan aktivitas, proyek, produk atau layanan, atau
klasifikasi lain yang sesuai untuk organisasi.
Lihat Kotak 2 dalam Standar ini untuk mendapatkan informasi tentang keterlibatan dengan pemangku kepentingan.
dan masyarakat, termasuk dampak terhadap hak asasi manusia, di seluruh aktivitas dan hubungan bisnis
organisasi. Dampak aktual merupakan dampak yang sudah benar-benar terjadi, dan dampak potensial adalah
dampak yang dapat terjadi tetapi belum terjadi. Dampak-dampak ini meliputi dampak negatif dan positif, dampak
jangka pendek dan jangka panjang, dampak yang diharapkan dan tidak diharapkan, serta dampak yang dapat
dipulihkan dan tidak dapat dipulihkan.
Untuk mengetahui dampak-dampak tersebut, organisasi dapat menggunakan informasi dari berbagai sumber.
Organisasi dapat menggunakan informasi dari penilaian dampak yang dilakukan mereka sendiri atau pihak ketiga
terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, termasuk dampak terhadap hak asasi manusia. Organisasi juga
dapat menggunakan informasi dari ulasan hukum, sistem manajemen kepatuhan antikorupsi, audit keuangan,
pemeriksaan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, serta dokumen pemegang saham. Organisasi juga dapat
menggunakan informasi dari penilaian hubungan bisnis lainnya yang relevan yang dilaksanakan oleh organisasi
atau oleh inisiatif industri atau multipemangku kepentingan.
Informasi lebih lanjut dapat dikumpulkan melalui mekanisme pengaduan yang telah ditetapkan oleh organisasi itu
sendiri, atau yang telah ditetapkan oleh organisasi lain. Organisasi juga dapat menggunakan informasi dari sistem
manajemen risiko perusahaan yang lebih luas, dengan syarat bahwa sistem ini mengidentifikasi dampak organisasi
terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, selain mengidentifikasi risiko untuk organisasi itu sendiri.
Organisasi juga dapat menggunakan informasi dari sumber eksternal, seperti organisasi yang bergerak di bidang
berita dan organisasi masyarakat sipil.
Selain itu, organisasi sebaiknya berusaha memahami masalah pemangku kepentingan (lihat Kotak 2 dalam Standar
ini) dan berkonsultasi dengan pakar internal dan eksternal, seperti organisasi masyarakat sipil atau akademisi.
11 GRI 3: Topik Material 2021
Organisasi sebaiknya berusaha memahami masalah pemangku kepentingan mereka dengan bertanya
secara langsung kepada mereka dengan cara yang mempertimbangkan bahasa dan potensi hambatan
lainnya (misalnya, perbedaan budaya, ketidakseimbangan jenis kelamin dan kekuasaan, pengkotak-kotakan
dalam masyarakat). Mengidentifikasi dan menyingkirkan potensi hambatan itu perlu untuk memastikan bahwa
keterlibatan pemangku kepentingan berjalan efektif.
Keterlibatan dengan kelompok berisiko atau kelompok rentan mungkin memerlukan pendekatan khusus dan
perhatian khusus. Pendekatan tersebut termasuk menyingkirkan hambatan sosial yang membatasi
partisipasi perempuan dalam forum publik dan menyingkirkan hambatan fisik sehingga masyarakat yang
lokasinya jauh dapat menghadiri pertemuan.
Organisasi sebaiknya menghormati hak asasi manusia semua pemangku kepentingan dan individu lain yang
terlibat dengan mereka (misalnya, hak privasi mereka, kebebasan berpendapat, serta demo dan protes
damai) dan organisasi sebaiknya melindungi mereka dari tindakan pembalasan (yaitu, tidak dendam karena
mengajukan keluhan atau masalah).
Keterlibatan yang luas dengan pemangku kepentingan bisa saja tidak memungkinkan dalam kasus yang
melibatkan banyak pemangku kepentingan atau dalam kasus yang melibatkan dampak yang menimbulkan
bahaya kolektif. Misalnya, keterlibatan luas bisa saja tidak memungkinkan dalam kasus korupsi, yang secara
kolektif membahayakan populasi yurisdiksi tempat terjadinya korupsi atau emisi gas rumah kaca (GHG), yang
berkontribusi pada bahaya kolektif lintas batas.
Dalam kasus tersebut, organisasi dapat melibatkan perwakilan pemangku kepentingan yang kredibel atau
perwakilan organisasi (misalnya, organisasi nonpemerintah, serikat pekerja). Hal ini juga relevan dalam
kasus ketika melibatkan individu dapat melemahkan hak-hak tertentu atau kepentingan kolektif. Misalnya, saat
mempertimbangkan keputusan untuk merestrukturisasi atau menutup pabrik, mungkin penting bagi
organisasi untuk melibatkan serikat pekerja untuk meminimalkan dampak pekerjaan dari keputusan tersebut.
Dalam kasus tersebut, melibatkan masing-masing pekerja dapat melemahkan hak pekerja untuk membentuk
atau bergabung dengan serikat pekerja dan untuk melakukan tawar-menawar secara kolektif.
Besarnya dampak terhadap pemangku kepentingan dapat memberikan masukan tentang tingkat keterlibatan.
Organisasi sebaiknya memprioritaskan pemangku kepentingan yang paling terpengaruh atau berpotensi
terpengaruh untuk dilibatkan.
Apabila diskusi secara langsung tidak memungkinkan, organisasi sebaiknya mempertimbangan alternatif
yang masuk akal, seperti berkonsultasi dengan pakar independen yang kredibel, seperti lembaga hak asasi
manusia nasional, pembela HAM dan lingkungan, serikat pekerja, dan anggota lain masyarakat sipil.
Dalam langkah ini, organisasi perlu mempertimbangkan dampak-dampak yang dijelaskan dalam Standar Sektor
GRI yang berlaku dan menentukan apakah dampak-dampak ini berlaku untuk organisasi.
Dampak-dampak dapat berubah seiring berjalannya waktu karena berkembangnya aktivitas, hubungan bisnis, dan
konteks organisasi. Aktivitas baru, hubungan bisnis baru, dan perubahan besar dalam operasi atau konteks operasi
(misalnya, masuk pasar baru, peluncuran produk, perubahan kebijakan, tantangan lebih luas pada organisasi) dapat
menyebabkan perubahan dalam dampak organisasi. Untuk alasan ini, organisasi sebaiknya menilai konteks
mereka dan mengidentifikasi dampak-dampak mereka secara terus-menerus.
Dalam kasus ketika organisasi memiliki sumber daya yang terbatas untuk mengidentifikasi dampak-dampak
mereka, organisasi sebaiknya mengidentifikasi terlebih dahulu dampak negatifnya, sebelum mengidentifikasi
dampak positif, untuk memastikan bahwa organisasi mematuhi undang-undang, peraturan, dan instrumen resmi
antarpemerintah yang berlaku.
Standar ini).
Dalam beberapa kasus, organisasi mungkin tidak dapat mengidentifikasi dampak negatif aktual dan potensial di
seluruh aktivitas dan hubungan bisnis mereka. Hal ini bisa saja, misalnya, karena organisasi memiliki beragam atau
beberapa operasi global atau karena rantai nilainya mencakup banyak entitas. Dalam kasus tersebut, organisasi
dapat melaksanakan penilaian awal atau pelingkupan (scoping) untuk mengidentifikasi area umum di seluruh
aktivitas dan hubungan bisnis mereka (misalnya, lini produk, pemasok yang berada di lokasi geografis tertentu) di
mana dampak negatif kemungkinan besar muncul dan bersifat signifikan. Setelah organisasi melaksanakan
penilaian awal atau pelingkupan, mereka dapat mengidentifikasi serta menilai dampak aktual dan potensial untuk
area umum ini.
Sebagai bagian dari penilaian awal atau pelingkupan, organisasi sebaiknya mempertimbangkan dampak yang
biasanya berkaitan dengan sektor, produk, lokasi geografis mereka, atau dengan organisasi tertentu (yaitu, dampak
yang berkaitan dengan entitas tertentu organisasi, atau dengan entitas yang memiliki hubungan bisnis dengan
organisasi, seperti sejarah perilaku buruk dalam menghormati hak asasi manusia). Organisasi sebaiknya juga
mempertimbangkan dampak-dampak yang telah terkait dengan mereka atau yang mereka tahu kemungkinan akan
berkaitan dengan mereka. Selain Standar Sektor GRI, organisasi dapat menggunakan Panduan Uji Tuntas
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) untuk Perilaku Bisnis yang Bertanggung Jawab [2]
serta panduan sektoral OECD dalam uji tuntas [13] untuk informasi tentang dampak-dampak yang biasanya
berkaitan dengan sektor, produk, lokasi geografis, dan organisasi tertentu. Organisasi juga dapat menggunakan
laporan dari pemerintah, lembaga lingkungan hidup, organisasi internasional, organisasi masyarakat sipil,
perwakilan pekerja dan serikat pekerja, lembaga HAM nasional, media, atau pakar lainnya.
Lihat rujukan [2], [3], [5] dan [13] dalam Daftar Pustaka.
Kotak 3. Menyebabkan, berkontribusi, atau terkait secara langsung dengan dampak negatif
Sebuah organisasi ‘menyebabkan’ dampak negatif jika aktivitas mereka sendiri menyebabkan dampak
tersebut, misalnya, jika organisasi memberi suap kepada pejabat publik luar negeri, atau jika mereka
mengambil air dari akuifer yang langka air tanpa mengisi kembali level airnya.
Sebuah organisasi ‘berkontribusi pada’ dampak negatif jika aktivitas mereka mengarahkan, memfasilitasi,
atau mendukung entitas lain menyebabkan dampak tersebut. Organisasi juga dapat berkontribusi pada
dampak negatif jika aktivitas mereka digabungkan dengan aktivitas entitas lain menyebabkan dampak
tersebut. Misalnya, jika organisasi menetapkan waktu pemenuhan pesanan bagi pemasok untuk
mengirimkan produk, meskipun tahu dari pengalaman bahwa waktu produksi ini tidak mungkin dilakukan, hal
dapat menyebabkan waktu lembur yang berlebihan bagi pekerja pemasok. Dalam kasus tersebut, organisasi
dapat berkontribusi memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja ini.
Organisasi dapat menyebabkan atau berkontribusi pada dampak negatif melalui tindakannya serta karena
gagal melakukan tindakan (misalnya, gagal mencegah atau memitigasi potensi dampak negatif).
Meskipun organisasi tidak menyebabkan atau berkontribusi pada dampak negatif, operasi, produk, atau
layanan mereka dampak ‘berhubungan secara langsung dengan’ dampak negatif karena hubungan bisnis
mereka. Misalnya, jika organisasi menggunakan kobalt dalam produknya yang ditambang menggunakan
tenaga kerja anak, dampak negatif (yaitu tenaga kerja anak) berhubungan secara langsung dengan produk
organisasi melalui beberapa tingkatan hubungan bisnis dalam rantai pasokan mereka (misalnya, melalui
pabrik peleburan dan pedagang mineral, hingga perusahaan pertambangan yang menggunakan tenaga kerja
anak), meskipun organisasi tidak menyebabkan atau berkontribusi pada dampak negatif mereka sendiri.
'Hubungan langsung' tidak ditentukan oleh hubungan antara organisasi dan entitas lain, dan karena itu tidak
terbatas pada hubungan kontrak langsung, seperti 'pengadaan langsung'.
Cara organisasi terlibat dengan dampak negatif menentukan bagaimana mereka sebaiknya menangani
dampak-dampak tersebut dan apakah mereka punya tanggung jawab untuk memberikan atau bekerja sama
dalam tindakan pemulihan (lihat bagian 2.3 dalam GRI 1: Landasan 2021).
Lihat rujukan [2] dan [5] dalam Daftar Pustaka. Untuk panduan tambahan dan contoh, lihat Panduan Uji Tuntas
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) untuk Perilaku Bisnis yang Bertanggung
Jawab [2], halaman 70-72, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa’ (UN) The Corporate Responsibility to Respect
Human Rights: An Interpretive Guide [15], halaman 15-18.
13 GRI 3: Topik Material 2021
Contoh dampak positif adalah organisasi yang menerapkan tindakan yang menurunkan biaya energi tak terbarukan
untuk pelanggan, sehingga memungkinkan lebih banyak pelanggan beralih penggunaan dari energi tak terbarukan
menuju energi terbarukan, dan karena itu turut berkontribusi untuk memitigasi perubahan iklim. Contoh lain adalah
organisasi yang memilih area dengan tingkat pengangguran tinggi untuk membuka pabrik baru sehingga mereka
dapat mempekerjakan dan melatih anggota masyarakat lokal yang menganggur, dan dengan cara ini, mereka
berkontribusi untuk menghadirkan lapangan pekerjaan dan pembangunan masyarakat.
Organisasi sebaiknya mempertimbangkan dampak negatif yang dapat berasal dari aktivitas yang ditujukan untuk
memberikan kontribusi positif pada pembangunan berkelanjutan. Dampak negatif tidak dapat dinetralkan oleh
dampak positif. Misalnya, instalasi energi terbarukan dapat mengurangi ketergantungan suatu daerah pada bahan
bakar fosil dan menghadirkan energi ke masyarakat yang terbelakang. Sekalipun demikian, jika instalasi tersebut
membuat masyarakat pribumi lokal berpindah dari tanah atau wilayah mereka tanpa persetujuan mereka, dampak
negatif ini sebaiknya ditangani dan dipulihkan, dan itu tidak dapat dinetralkan dengan dampak positif.
Untuk menilai signifikansi dampak diperlukan analisis kuantitatif dan kualitatif. Seberapa signifikan suatu dampak
akan spesifik terhadap organisasi tersebut dan akan dipengaruhi oleh sektor tempat organisasi beroperasi, dan
hubungan bisnis, di antara faktor lainnya. Dalam beberapa kasus, hal ini mungkin membutuhkan keputusan yang
subjektif. Organisasi sebaiknya berkonsultasi dengan pemangku kepentinganterkait (lihat Kotak 2 dalam Standar ini)
dan mempertimbangkan hubungan bisnis untuk menilai signifikansi dampak mereka. Organisasi sebaiknya juga
berkonsultasi dengan pakar internal atau eksternal yang relevan.
Kombinasi tingkat keparahan dan kemungkinan terjadinya dampak negatif dapat disebut sebagai ‘risiko’. Penilaian
signifikansi dampak dapat dimasukkan ke dalam sistem manajemen risiko perusahaan yang lebih luas, dengan
syarat bahwa sistem ini menilai dampak yang ditimbulkan perusahaan terhadap ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat, selain menilai risiko untuk organisasi itu sendiri.
Tingkat keparahan
Tingkat keparahan dari dampak negatif aktual dan potensial ditentukan oleh beberapa karakteristik berikut:
• Skala: seberapa berat dampak tersebut.
• Ruang lingkup: seberapa luas dampak tersebut, misalnya, jumlah individu yang terpengaruh atau seberapa luas
kerusakan lingkungan.
• Karakter yang tidak dapat diperbaiki: seberapa sulit untuk menangkal atau memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Skala dampak negatif (yaitu, seberapa berat dampak negatif tersebut) dapat tergantung pada apakah dampak
tersebut menyebabkan ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan peraturan atau instrumen resmi
antarpemerintah yang seharusnya dipatuhi oleh organisasi. Misalnya, jika dampak negatif menyebabkan
pelanggaran hak asasi manusia atau hak dasar di tempat kerja atau menyebabkan ketidakpatuhan terhadap
pengurangan emisi gas rumah kaca (GHG) yang harus dicapai berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Perubahan Iklim (FCCC), Perjanjian Paris [4], maka skala dampak ini dapat
dianggap lebih besar.
14 GRI 3: Topik Material 2021
Skala dampak negatif juga dapat bergantung pada konteks tempat terjadinya dampak tersebut. Misalnya, skala
dampak pengambilan air organisasi dapat bergantung pada area tempat air tersebut diambil. Skalanya akan lebih
besar jika air diambil dari area yang terpengaruh oleh kelangkaan air, dibandingkan area yang memiliki sumber daya
air melimpah untuk memenuhi kebutuhan pengguna air dan ekosistem.
Salah satu dari ketiga karakteristik tersebut (skala, ruang lingkup, dan karakter yang tidak dapat diperbaiki) dapat
memperburuk dampak. Tetapi sering kali ketiga karakteristik ini saling berkaitan: semakin besar skalanya atau ruang
lingkup dampak tersebut, semakin sulit perbaikannya.
Tingkat keparahan – dan karena itu signifikansi – dampak bukanlah konsep yang mutlak. Tingkat keparahan suatu
dampak sebaiknya dinilai dalam kaitannya dengan dampak lain dari organisasi. Misalnya, organisasi sebaiknya
membandingkan tingkat keparahan dampak emisi gas rumah kaca mereka dengan tingkat keparahan dampak
lainnya. Organisasi tidak boleh menilai signifikansi emisi gas rumah kaca mereka dalam kaitannya dengan emisi
gas rumah kaca global, karena perbandingan tersebut mengarahkan pada kesimpulan yang menyesatkan bahwa
emisi organisasi menjadi tidak signifikan.
Lihat rujukan [2], [3], [4] dan [5] dalam Daftar Pustaka.
Kemungkinan terjadinya
Kemungkinan terjadinya potensi negatif dampak diartikan sebagai peluang terjadinya dampak tersebut.
Kemungkinan terjadinya suatu dampak dapat diukur atau ditentukan secara kualitatif atau kuantitatif. Hal ini dapat
dijelaskan menggunakan istilah umum (misalnya, sangat mungkin, mungkin) atau secara matematis menggunakan
probabilitas (misalnya, 10 dalam 100, 10%) atau frekuensi selama periode waktu tertentu (misalnya, sekali tiap tiga
tahun).1
Tingkat keparahan dampak negatif terhadap hak asasi manusia tidak terbatas pada bahaya fisik. Dampak yang
sangat parah dapat terjadi terkait dengan hak asasi manusia manapun. Misalnya, mengganggu, merusak, atau
menghancurkan tempat suci tanpa berkonsultasi atau memperoleh kesepakatan dengan orang-orang yang
menganggap penting tempat tersebut secara spiritual dapat memiliki dampak yang sangat parah terhadap hak
budaya mereka.
Ketika memprioritaskan jenis dampak lainnya, seperti potensi negatif dampak lingkungan, organisasi juga dapat
memilih untuk memprioritaskan dampak negatif yang sangat parah meskipun kemungkinan terjadinya lebih kecil.
Kemungkinan terjadinya
Kemungkinan terjadinya potensi positif dampak diartikan sebagai peluang terjadinya dampak tersebut.
Kemungkinan terjadinya suatu dampak dapat diukur atau ditentukan secara kualitatif atau kuantitatif. Hal ini dapat
dijelaskan menggunakan istilah umum (misalnya, sangat mungkin, mungkin) atau secara matematis menggunakan
probabilitas (misalnya, 10 dalam 100, 10%) atau frekuensi selama periode waktu tertentu (misalnya, sekali tiap tiga
tahun).2
Menentapkan ambang batas untuk menentukan topik mana yang bersifat material
Signifikansi dari suatu dampak dinilai berkaitan dengan dampak lain yang telah diidentifikasi organisasi. Organisasi
sebaiknya menyusun dampak mereka dari yang paling signifikan ke yang tidak signifikan serta menentukan titik
batas atau ambang batas untuk menentukan dampak mana yang menjadi fokus dalam pelaporan. Organisasi
sebaiknya mendokumentasikan ambang batas ini. Untuk mempermudah proses prioritisasi, organisasi sebaiknya
mengelompokkan dampak-dampak tersebut ke dalam topik-topik (lihat Kotak 4 dalam Standar ini).
Misalnya, saat menetapkan ambang batas, organisasi pertama-tama mengelompokkan dampak-dampak menjadi
sejumlah topik dan memberikan peringkat, berdasarkan signifikansi dampak, dari prioritas tertinggi hingga terendah.
Kemudian, organisasi menentukan berapa banyak topik yang akan mereka laporkan, dimulai dari topik yang memiliki
prioritas tertinggi. Penetapan ambang batas menjadi keputusan organisasi. Untuk transparansi, organisasi dapat
memberikan gambaran visual prioritisasi mereka yang menunjukkan daftar awal topik yang telah mereka identifikasi
dan ambang batas yang telah mereka tetapkan untuk pelaporan.
Signifikansi suatu dampak merupakan kriteria tunggal untuk menentukan apakah suatu topik bersifat material untuk
dilaporkan. Organisasi tidak dapat menggunakan kesulitan dalam membuat laporan dalam suatu topik atau fakta
bahwa mereka belum mengelola topik tersebut sebagai kriteria untuk menentukan apakah akan membuat laporan
dalam topik tersebut atau tidak. Dalam kasus di mana organisasi tidak mengelola topik material, mereka dapat
melaporkan alasan tidak melakukannya atau rencana untuk mengelola topik agar mematuhi persyaratan dalam
Pengungkapan 3-3 Manajemen topik material dalam Standar ini.
Meskipun beberapa topik dapat mencakup dampak positif dan negatif, tidak selalu memungkinkan untuk
membandingkan keduanya. Selain itu, dampak negatif tidak dapat dinetralkan oleh dampak positif. Oleh karena itu,
organisasi sebaiknya memprioritaskan dampak negatif secara terpisah dari dampak positif.
Meskipun organisasi tidak memprioritaskan dampak negatif aktual atau potensial untuk pelaporan, mereka masih
bertanggung jawab untuk menangani dampak tersebut sesuai dengan undang-undang, peraturan, atau instrumen
resmi antarpemerintah yang berlaku. Lihat bagian 2.3 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut.
Mengelompokkan dampak menjadi beberapa topik, seperti 'air dan efluen', membantu organisasi melaporkan
beberapa dampak secara terpadu yang terkait dengan topik yang sama.
Organisasi dapat mengelompokkan dampak menjadi beberapa topik sesuai dengan kategori umum yang
terkait dengan aktivitas bisnis, kategori pemangku kepentingan, jenis hubungan bisnis, atau sumber daya
ekonomi atau lingkungan. Misalnya, aktivitas suatu organisasi menghasilkan polusi air, yang menyebabkan
dampak negatif terhadap ekosistem dan akses masyarakat lokal ke air minum yang aman. Organisasi dapat
mengelompokkan dampak ini menjadi topik 'air dan efluen' karena kedua hal itu terkait dengan penggunaan
air.
Organisasi dapat merujuk ke topik-topik dalam Standar Topik GRI dan Standar Sektor GRI. Topik-topik ini
memberikan rujukan yang bermanfaat untuk memahami rentang dampak yang dapat dicakup dalam setiap
topik. Untuk dampak atau topik yang tidak dicakup oleh Standar GRI, organisasi dapat merujuk ke sumber
lain, seperti instrumen resmi antarpemerintah atau standar industri.
Organisasi sebaiknya juga menguji pemilihan topik material mereka dengan calon pengguna informasi dan pakar
yang memahami organisasi tersebut atau sektor mereka serta memiliki wawasan dalam satu atau beberapa topik
material. Ini dapat membantu organisasi memvalidasi ambang batas yang telah mereka tetapkan untuk menentukan
topik mana yang bersifat material yang akan dilaporkan. Contoh pakar yang dapat dimintai konsultasi oleh organisasi
adalah akademisi, konsultan, investor, pengacara, lembaga nasional, dan organisasi nonpemerintah.
Organisasi sebaiknya mencari penjaminan eksternal untuk menilai kualitas dan kredibilitas proses mereka dalam
menentukan topik material. Lihat bagian 5.2 dalam GRI 1 untuk informasi lebih lanjut tentang pencarian penjaminan
16 GRI 3: Topik Material 2021
eksternal.
Standar Sektor GRI memberikan informasi untuk organisasi mengenai mana yang berpotensi menjadi topik
material mereka. Topik-topik telah diidentifikasi berdasarkan pada dampak paling signifikan dari sektor,
menggunakan keahlian beberapa pemangku kepentingan, instrumen resmi antarpemerintah, dan bukti
relevan lainnya.
Organisasi diwajibkan untuk menggunakan Standar Sektor yang berlaku saat menentukan topik material
mereka (lihat Persyaratan 3-b dalam GRI: Landasan 2021). Menggunakan Standar Sektor bukan sebagai
pengganti untuk proses dalam menentukan topik material, tetapi sebagai bantuan. Organisasi masih perlu
mempertimbangkan keadaan spesifik mereka sendiri saat menentukan topik material.
Organisasi diwajibkan untuk meninjau setiap topik yang dideskripsikan pada Standar Sektor yang berlaku dan
menentukan apakah itu adalah topik material untuk organisasi.
Bisa jadi ada kasus di mana topik yang disertakan dalam Standar Sektor yang berlaku tidak bersifat material
untuk perusahaan. Ini mungkin karena organisasi menilai dampak tertentu yang dicakup topik tidak ada. Ini
mungkin juga karena, dibandingkan dampak lain organisasi, dampak yang dicakup oleh topik bukan
merupakan yang paling signifikan.
Misalnya, organisasi dalam sektor minyak dan gas diwajibkan untuk menggunakan GRI 11: Sektor Minyak
dan Gas 2021 saat menentukan topik material mereka. Salah satu topik yang dicakup dalam Standar Sektor
ini adalah hak atas tanah dan sumber daya. Proyek minyak dan gas sering membutuhkan lahan untuk
kepentingan operasi, rute akses, dan distribusi. Hal ini dapat menimbulkan dampak seperti penggusuran
tempat tinggal masyarakat lokal secara terpaksa, yang dapat melibatkan pemindahan fisik dan pemindahan
ekonomi sehingga mereka kehilangan akses ke sumber daya. Sekalipun demikian, jika proyek minyak dan
gas organisasi tidak menghasilkan dampak-dampak ini dan tidak akan menghasilkan dampak-dampak ini di
masa depan, organisasi dapat menentukan bahwa topik hak atas tanah dan sumber daya bukan merupakan
topik material bagi organisasi tersebut. Dalam kasus tersebut, organisasi pelapor diwajibkan untuk
menjelaskan mengapa mereka telah menentukan bahwa topik ini, yang kemungkinan bersifat material untuk
organisasi dalam sektor minyak dan gas, bukanlah topik material untuk organisasi tersebut.
Jika salah satu topik yang dicantumkan dalam Standar Sektor yang berlaku telah ditentukan oleh organisasi
sebagai bukan material, organisasi diwajibkan untuk mencantumkan topik tersebut dalam indeks konten GRI
dan menjelaskan mengapa topik tersebut bukan material (lihat Persyaratan 3-b-ii dalam GRI 1). Penjelasan
ini membantu pengguna informasi memahami mengapa organisasi telah menentukan bahwa topik tersebut
yang kemungkinan bersifat material untuk sektor organisasi bukanlah bersifat material dalam kondisi khusus
mereka.
Penjelasan singkat dalam indeks konten GRI tentang mengapa topik bukan bersifat material cukup untuk
mematuhi Persyaratan 3-b-ii dalam GRI 1. Dalam contoh sebelumnya, organisasi dapat menjelaskan bahwa
hak atas tanah dan sumber daya bukan merupakan topik material karena proyek minyak dan gas mereka
yang ada berada di area tidak berpenduduk, dan tidak ada rencana untuk memulai proyek di area baru.
17 GRI 3: Topik Material 2021
i. cara organisasi mengidentifikasi dampak aktual dan potensial, negatif dan positif
mereka terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, termasuk dampak
terhadap hak asasi manusia, di seluruh aktivitas dan hubungan bisnis organisasi;
ii. cara organisasi memprioritaskan dampak-dampak untuk pelaporan berdasarkan
pada signifikansinya;
b. menyebutkan para pemangku kepentingan dan pakar yang pendapat mereka telah
memberikan informasi pada proses penentuan topik material.
PANDUAN Pengungkapan ini memerlukan informasi tentang cara organisasi menentukan topik material
mereka. Daftar topik material dilaporkan berdasarkan Pengungkapan 3-2 dalam Standar ini.
Organisasi diwajibkan untuk menggunakan Standar Sektor GRI yang berlaku saat menentukan
topik material mereka. Jika salah satu topik yang dicantumkan dalam Standar Sektor yang
berlaku telah ditentukan oleh organisasi sebagai bukan material, organisasi diwajibkan untuk
mencantumkan topik tersebut dalam indeks konten GRI dan menjelaskan mengapa topik
tersebut bukan material. Lihat Persyaratan 5 dan Persyaratan 7 dalam GRI 1: Landasan 2021
dan Kotak 5 dalam Standar ini untuk informasi lebih lanjut.
Jika tidak ada Standar Sektor yang berlaku, organisasi sebaiknya menjelaskan bagaimana
mereka mempertimbangkan dampak yang biasanya berkaitan dengan sektor mereka, dan
apakah dampak ini telah ditentukan sebagai bukan material, bersama dengan penjelasan
mengapa terjadi seperti itu. Organisasi sebaiknya juga menjelaskan bagaimana mereka
mempertimbangkan dampak-dampak yang biasanya berkaitan dengan produk dan lokasi
geografis mereka. Lihat bagian 1 dalam Standar ini dan Standar Sektor untuk panduan tentang
dampak-dampak yang biasanya berkaitan dengan sektor, produk, dan lokasi geografis.
Organisasi sebaiknya juga menjelaskan ruang lingkup yang telah mereka tetapkan saat
mengidentifikasi dampak, misalnya, apakah mereka telah mengidentifikasi dampak jangka
pendek serta jangka panjang. Organisasi sebaiknya juga menjelaskan keterbatasan atau
pengecualian, misalnya, apakah mereka telah mengecualikan hubungan bisnis dari beberapa
bagian tertentu dari rantai nilai mereka saat mengidentifikasi dampak-dampak tersebut.
Pengungkapan 2-12 dalam GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 memerlukan informasi tentang
peran badan tata kelola tertinggi dalam mengawasi uji tuntas organisasi dan proses lain untuk
mengidentifikasi dampak-dampak organisasi terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
18 GRI 3: Topik Material 2021
Signifikansi dampak negatif yang aktual ditentukan oleh tingkat keparahan dampak tersebut
(skala, ruang lingkup, dan karakter yang tidak dapat diperbaiki), sementara signifikansi dampak
negatif potensial ditentukan oleh tingkat keparahan dan kemungkinan terjadinya dampak
tersebut. Dalam kasus potensi dampak negatif terhadap hak asasi manusia, tingkat keparahan
dampak tersebut lebih diprioritaskan dibandingkan tingkat kemungkinannya.
Signifikansi dampak positif yang aktual ditentukan oleh skala dan ruang lingkup dampak
tersebut, sedangkan signifikansi dampak positif potensial ditentukan oleh skala dan ruang
lingkup serta kemungkinan terjadinya dampak.
Lihat bagian 1 dalam Standar ini untuk panduan lebih lanjut tentang penilaian signfikansi
dampak.
Organisasi sebaiknya juga menjelaskan bagaimana mereka menetapkan ambang batas untuk
menentukan topik mana yang termasuk material, dan apakah mereka telah menguji pemilihan
topik material dengan calon pengguna informasi dan para pakar. Organisasi diwajibkan untuk
melaporkan apakah badan tata kelola tertinggi bertanggung jawab untuk meninjau dan
menyetujui informasi yang dilaporkan, termasuk topik material organisasi, berdasarkan
Pengungkapan 2-14 dalam GRI 2. Organisasi sebaiknya menjelaskan setiap perubahan pada
pemilihan awal topik material dengan mengikuti persetujuan internal dan menguji dengan
calon pengguna informasi dan para pakar.
Untuk transparansi, organisasi dapat memberikan gambaran visual prioritisasi mereka yang
menunjukkan daftar awal topik yang telah mereka identifikasi dan ambang batas yang telah
mereka tetapkan untuk pelaporan.
PANDUAN
Pengungkapan ini memerlukan informasi tentang topik material organisasi. Proses dalam
menentukan topik material dilaporkan berdasarkan Pengungkapan 3-1 dalam Standar ini.
Panduan 3-2-b
Persyaratan 3-2-b memungkinkan organisasi menjelaskan mengapa suatu topik yang mereka
tentukan sebagai material dalam periode pelaporan sebelumnya sudah tidak lagi dianggap
material atau mengapa topik baru ditentukan sebagai material untuk periode pelaporan saat ini.
20 GRI 3: Topik Material 2021
a. menjelaskan dampak aktual dan potensial, negatif dan positif mereka terhadap
ekonomi, lingkungan, dan masyarakat, termasuk dampak terhadap hak asasi manusia;
d. menjelaskan tindakan yang diambil untuk mengelola topik dan dampak terkait,
termasuk:
PANDUAN
Pengungkapan ini mewajibkan organisasi untuk menjelaskan cara mereka mengelola masing-
masing topik material mereka. Ini berarti bahwa organisasi diwajibkan untuk melaporkan
pengungkapan ini untuk setiap topik material mereka. Persyaratan dalam pengungkapan ini
berlaku untuk setiap topik material.
Selain pengungkapan ini, mungkin juga ada pengungkapan dan panduan dalam Standar Topik
dan Standar Sektor yang membahas pelaporan informasi tentang cara organisasi mengelola
suatu topik. Misalnya, beberapa Standar Topik berisi pengungkapan tentang tindakan atau
metode tertentu untuk mengelola suatu topik. Organisasi tidak perlu mengulangi informasi ini
berdasarkan Pengungkapan 3-3 jika mereka sudah melaporkan informasi tersebut
berdasarkan pengungkapan lain. Organisasi dapat melaporkan informasi sekali dan
memberikan rujukan ke informasi ini untuk memenuhi persyaratan terkait dalam
Pengungkapan 3-3.
Jika pendekatan organisasi terhadap pengelolaan suatu topik material, seperti kebijakan
mereka atau tindakan yang diambil, diterapkan untuk topik material lainnya, organisasi tersebut
tidak perlu mengulangi informasi ini untuk setiap topik. Organisasi dapat melaporkan informasi
ini sekali, dengan penjelasan jelas tentang semua topik yang dicakup.
Jika organisasi tidak dapat melaporkan informasi yang diwajibkan tentang suatu item yang
disebutkan dalam pengungkapan ini karena pokok perihal tersebut (misalnya, kebijakan,
tindakan) tidak ada, mereka dapat mematuhi persyaratan dengan melaporkan hal ini sebagai
masalahnya. Organisasi dapat menjelaskan alasan tidak mencantumkan pokok perihal
tersebut atau menguraikan setiap rencana untuk mengembangkannya. Pengungkapan tidak
mewajibkan organisasi untuk mengimplementasikan pokok perihal tersebut (contohnya,
mengembangkan kebijakan), tetapi melaporkan bahwa pokok perihal tersebut tidak ada.
Jika organisasi tidak mengelola suatu topik material, mereka dapat mematuhi persyaratan
berdasarkan pengungkapan ini dengan menjelaskan alasan tidak mengelola topik atau
menjelaskan rencana untuk mengelolanya.
21 GRI 3: Topik Material 2021
Lihat Kotak 3 dalam Standar ini untuk informasi lebih lanjut tentang hal yang menyebabkan,
berkontribusi, atau terkait secara langsung dengan dampak negatif
22 GRI 3: Topik Material 2021
Berdasarkan persyaratan 3-3-b, organisasi juga diwajibkan untuk menjelaskan aktivitas atau
hubungan bisnis tersebut. Ini memungkinkan organisasi untuk mengindikasikan apakah
dampak-dampak yang berkaitan dengan suatu topik material tersebar luas dalam aktivitas atau
hubungan bisnis organisasi, atau apakah dampak-dampak tersebut berkaitan dengan aktivitas
atau hubungan bisnis tertentu.
Jika dampak berkaitan dengan aktivitas tertentu, organisasi sebaiknya menjelaskan jenis
aktivitasnya (misalnya, manufaktur, ritel) dan lokasi geografisnya. Jika dampak berkaitan
dengan hubungan bisnis tertentu, organisasi sebaiknya menjelaskan jenis hubungan
bisnisnya (misalnya, pemasok bahan mentah, pemegang waralaba), posisi mereka dalam
rantai nilai, dan lokasi geografis mereka.
Misalnya, jika organisasi telah mengidentifikasi bahwa aktivitas mereka di tempat tertentu dapat
menyebabkan polusi air, mereka sebaiknya menjelaskan jenis aktivitas yang dilaksanakan di
tempat ini dan lokasi geografis dari tempat ini. Atau, jika organisasi telah mengidentifikasi
bahwa itu berkaitan secara langsung dengan pekerja anak karena hubungan bisnis dalam
rantai pasokan mereka, mereka sebaiknya menyebutkan jenis pemasok yang menggunakan
tenaga kerja anak (misalnya, subkontraktor yang melakukan pekerjaan bordir untuk produk
organisasi) dan lokasi geografis dari pemasok ini.
Organisasi dapat memberikan informasi konteks tambahan untuk memahami seberapa luas
dampak mereka. Sebagai tambahan untuk contoh sebelumnya, organisasi dapat melaporkan
berapa banyak lokasi mereka yang dapat menyebabkan polusi air (misalnya, 60% dari lokasi,
lima dari 12 lokasi) atau proporsi produksi yang diwakili oleh lokasi ini, atau mereka dapat
melaporkan perkiraan jumlah subkontraktor yang menggunakan tenaga kerja anak yang
melakukan pekerjaan bordir untuk organisasi.
Panduan 3-3-d
Persyaratan 3-3-d memungkinkan organisasi menjelaskan cara mereka menanggapi dampak-
dampak mereka. Persyaratan ini tidak mewajibkan penjelasan tindakan yang diambil secara
terperinci untuk setiap dampak. Sebaliknya, organisasi dapat memberikan ikhtisar tingkat tinggi
tentang cara mereka mengelola dampak-dampak.
Pengungkapan 2-12 dan Pengungkapan 2-13 dalam GRI 2 memerlukan informasi tentang
peran badan tata kelola tertinggi dalam mengawasi manajemen dampak organisasi dan
tentang cara mereka mendelegasikan tanggung jawab untuk hal ini.
Organisasi sebaiknya juga melaporkan cara mereka mengelola dampak aktual yang
23 GRI 3: Topik Material 2021
diidentifikasi dalam periode pelaporan sebelumnya dan dampak mana yang terus dikelola
selama periode pelaporan saat ini.
Lihat Panduan untuk 2-23-a-iii dalam GRI 2 untuk informasi lebih lanjut tentang 'prinsip kehati-
hatian’.
Lihat Pengungkapan 2-25 dalam GRI 2 untuk informasi lebih lanjut tentang proses untuk
memperbaiki dampak negatif.
Organisasi sebaiknya juga melaporkan informasi tentang efektivitas tindakan mereka untuk
mengelola dampak aktual dari periode pelaporan sebelumnya. Ini berlaku dalam kasus di
mana organisasi telah menilai efektivitas tindakan ini atau memetik pelajaran selama periode
pelaporan saat ini.
Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan juga dapat bersifat kualitatif atau
kuantitatif. Indikator kuantitatif dapat menghadirkan presisi dan memungkinkan dilakukan
perbandingan. Informasi kualitatif seringkali diperlukan agar informasi kuantitatif memiliki
konteks, agar dapat dilakukan interpretasi, dan menentukan perbandingan dan kesimpulan
mana yang kemungkinan paling valid. Standar Topik dan Standar Sektor mencakup indikator
kualitatif dan kuantitatif.
Saat melaporkan kemajuan terhadap tujuan dan target mereka, organisasi sebaiknya
melaporkan apakah kemajuannya memuaskan atau tidak. Jika suatu tujuan atau target belum
tercapai, organisasi sebaiknya menjelaskan alasannya.
Organisasi tidak diwajibkan untuk memberikan penjelasan terperinci tentang pelajaran yang
dipetik terkait dengan setiap topik material. Sebaliknya, organisasi dapat memberikan contoh
bagaimana mereka memadukan pelajaran yang dipetik untuk mengelola dampak dengan lebih
berhasil di masa mendatang.
Misalnya, organisasi dapat menjelaskan pelajaran yang dipetik secara singkat yang telah
menghasilkan perubahan dalam kebijakan atau praktiknya (misalnya, pelatihan untuk pekerja,
lebih memperhatikan kinerja pemasok), atau yang telah menghasilkan rencana untuk
perubahan yang akan mengelola dampak dengan lebih berhasil di masa mendatang.
Pelajaran yang dipetik dapat berasal dari proses organisasi sendiri (misalnya, analisis akar
masalah), dari hubungan bisnis mereka, atau dari masukan pemangku kepentingan atau
pakar.
25 GRI 3: Topik Material 2021
Daftar Istilah
Daftar Istilah ini memberikan definisi untuk istilah yang digunakan dalam Standar ini. Organisasi diwajibkan untuk
menerapkan definisi-definisi ini saat menggunakan Standar GRI.
Definisi-definisi yang dicakup di dalam daftar istilah ini mengandung istilah-istilah yang diperjelas lebih lanjut dalam
Daftar Istilah Standar GRI lengkap. Semua istilah yang didefinisikan ditulis dengan garis bawah. Jika ada istilah yang
tidak didefinisikan dalam Daftar Istilah ini atau dalam Daftar Istilah Standar GRI yang lengkap, maka berlaku definisi
yang secara umum digunakan dan dimengerti.
anak
A orang yang berusia di bawah 15 tahun, atau di bawah usia selesai wajib belajar, tergantung
mana yang lebih tinggi
Catatan 2: Konvensi Usia Minimum ILO, 1973, (No.138), mengacu pada buruh anak dan
pekerja muda.
Catatan: Di beberapa yurisdiksi, sistem tata kelola terdiri dari dua tingkat, di mana
pengawasan dan pengelolaan dipisahkan atau ketika hukum lokal menyediakan
dewan pengawas yang diambil dari noneksekutif untuk memantau dewan
pengelolaan eksekutif. Dalam kasus seperti itu, kedua tingkatan tersebut termasuk
dalam definisi badan tata kelola tertinggi.
dampak
D efek yang dimiliki atau dapat dimiliki organisasi terhadap ekonomi, lingkungan, dan
masyarakat, termasuk pada hak asasi manusia mereka, yang pada gilirannya dapat
menunjukkan kontribusinya (negatif atau positif) terhadap pembangunan berkelanjutan
Catatan 1: Dampak dapat bersifat aktual atau potensial, negatif atau positif, jangka pendek
atau jangka panjang, disengaja atau tidak disengaja, dan dapat dipulihkan atau
tidak dapat dipulihkan.
Catatan 2: Lihat bagian 2.1 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
'dampak'.
eksekutif senior
E anggota manajemen organisasi berpangkat tinggi, seperti Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO)
atau individu yang melapor langsung kepada CEO atau badan tata kelola tertinggi
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah
27 GRI 3: Topik Material 2021
Catatan: Lihat Panduan untuk 2-23-b-i dalam GRI 2: Pengungkapan Umum 2021 untuk
informasi lebih lanjut tentang 'hak asasi manusia'.
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah
Catatan: Contoh entitas lain yang terkait langsung dengan operasi, produk, atau layanan
organisasi adalah organisasi nonpemerintah yang dengannya organisasi tersebut
memberikan dukungan kepada masyarakat lokal atau pasukan keamanan negara
bagian yang melindungi fasilitas organisasi.
karyawan
K individu yang berada dalam hubungan kepegawaian dengan organisasi, berdasarkan hukum
atau penerapan nasional
karyawan purnawaktu
karyawan yang jam kerjanya per minggu, bulan, atau tahun ditentukan menurut hukum atau
praktik nasional mengenai waktu kerja
karyawan sementara
karyawan dengan kontrak untuk jangka waktu terbatas (yaitu, kontrak jangka waktu tetap) yang
berakhir ketika jangka waktu tertentu berakhir, atau ketika tugas atau peristiwa tertentu yang
memiliki perkiraan waktu terlampir selesai (misalnya, akhir proyek atau kembalinya karyawan
yang digantikan)
Contoh: karyawan lepas, karyawan tanpa jam kontrak, dan karyawan panggilan
karyawan tetap
karyawan dengan kontrak untuk jangka waktu yang tidak ditentukan (yaitu, kontrak tidak
terbatas) untuk karyawan purnawaktu atau paruh waktu
kelompok rentan
sekelompok individu dengan kondisi atau karakteristik tertentu (misalnya, ekonomi, fisik, politik,
sosial) yang dapat mengalami dampak negatif sebagai hasil dari kegiatan organisasi dengan
lebih parah daripada populasi umum
Contoh: anak-anak dan pemuda; lansia; mantan gerilyawan; keluarga yang terpengaruh
HIV/AIDS; pembela hak asasi manusia; masyarakat adat; pengungsi dalam negeri;
pekerja migran dan keluarga mereka; minoritas nasional atau etnis, agama dan
bahasa; orang-orang yang mungkin didiskriminasi berdasarkan orientasi seksual,
identitas gender, ekspresi gender, atau karakteristik seks mereka (misalnya,
lesbian, gay, biseksual, transgender, interseks); penyandang disabilitas;
pengungsi atau pengungsi yang kembali; perempuan
Catatan: Kerentanan dan dampak dapat berbeda bergantung pada jenis kelamin.
Tingkat keparahan dampak negatif aktual atau potensial ditentukan oleh skalanya (yaitu,
seberapa parah dampaknya), ruang lingkup (yaitu, seberapa luas dampaknya), dan karakter
yang tidak dapat diperbaiki (seberapa sulit kerugian yang diakibatkannya untuk dapat dilawan
atau diperbaiki).
Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Due
Diligence Guidance for Responsible Business Conduct, 2018; diubah
United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah
Catatan: Lihat bagian 1 dalam GRI 3: Topik Material 2021 untuk informasi lebih lanjut
tentang 'keparahan'.
komunitas lokal
individu atau kelompok individu yang tinggal atau bekerja di area yang terpengaruh atau yang
dapat terpengaruh oleh aktivitas organisasi
Catatan: Masyarakat lokal dapat beragam, mulai dari orang yang tinggal di dekat operasi
organisasi, hingga mereka yang tinggal jauh.
masyarakat adat
M masyarakat adat pada umumnya diidentifikasi sebagai:
• masyarakat suku di negara merdeka yang keadaan sosial, budaya, dan ekonominya
membedakan mereka dari bagian masyarakat nasional lainnya, dan yang statusnya diatur
secara penuh atau sebagian oleh adat istiadat atau tradisi mereka sendiri atau oleh hukum
atau peraturan khusus;
• masyarakat di negara merdeka yang dipandang sebagai pribumi karena mereka
merupakan keturunan dari populasi yang telah menghuni negara tersebut, atau sebuah
wilayah geografis milik negara tersebut, pada masa penaklukan atau kolonisasi atau
penetapan batasan negara saat ini dan mereka yang, terlepas dari status hukum mereka,
mempertahankan seluruh atau beberapa dari institusi sosial, ekonomi, budaya dan politik
mereka.
Sumber: International Labour Organization (ILO), Indigenous and Tribal Peoples Convention,
1989 (No. 169)
mekanisme pengaduan
proses rutin yang dijalankan untuk menyampaikan pengaduan dan mencari pemulihan
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011;
diubah
Catatan: Lihat Panduan untuk Pengungkapan 2-25 dalam GRI 2: Pengungkapan Umum
2021 untuk informasi lebih lanjut tentang ‘mekanisme pengaduan’.
mitigasi
tindakan yang diambil untuk mengurangi tingkat dampak negatif
Sumber United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah
Catatan: Mitigasi dampak negatif aktual mengacu pada tindakan yang diambil untuk
mengurangi keparahan dari dampak negatif yang telah terjadi, dengan sisa
dampak yang memerlukan remediasi. Mitigasi potensi dampak negatif mengacu
pada tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dampak
negatif.
mitra bisnis
entitas di mana organisasi memiliki beberapa bentuk keterlibatan langsung dan formal dengan
tujuan memenuhi tujuan bisnisnya
Sumber: Shift and Mazars LLP, UN Guiding Principles Reporting Framework, 2015; diubah
29 GRI 3: Topik Material 2021
Contoh: afiliasi, pelanggan bisnis ke bisnis, klien, pemasok tingkat pertama, pemegang
waralaba, mitra usaha bersama, perusahaan investasi di mana organisasi
memiliki posisi kepemilikan saham
Catatan: Mitra bisnis tidak mencakup anak perusahaan dan afiliasi yang dikendalikan oleh
organisasi.
pekerja
P orang yang melaksanakan pekerjaan untuk organisasi
Contoh: karyawan, pekerja agensi, pekerja murid, kontraktor, pekerja rumahan, pekerja
magang, wiraswasta, subkontraktor, sukarelawan, dan orang yang bekerja untuk
organisasi selain organisasi pelapor, seperti untuk pemasok
Catatan: Dalam Standar GRI, dalam sejumlah kasus dijelaskan apakah subset khusus dari
pekerja akan disyaratkan untuk digunakan.
pemangku kepentingan
individu atau kelompok yang memiliki kepentingan yang terpengaruh atau dapat terpengaruh
oleh kegiatan organisasi
Sumber: Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), OECD Due
Diligence Guidance for Responsible Business Conduct, 2018; diubah
Contoh: mitra bisnis, organisasi masyarakat sipil, konsumen, pelanggan, karyawan dan
pekerja lain, pemerintah, masyarakat lokal, organisasi nonpemerintah, pemegang
saham dan investor lainnya, pemasok, serikat dagang, kelompok rentan
Catatan: Lihat bagian 2.4 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
‘pemangku kepentingan’.
pemasok
entitas hulu dari organisasi (yaitu, dalam rantai pasokan organisasi), yang menyediakan produk
atau layanan yang digunakan dalam pengembangan produk atau layanan organisasi itu sendiri
Catatan: Pemasok dapat memiliki hubungan bisnis langsung dengan organisasi (sering
disebut sebagai pemasok tingkat pertama) atau hubungan bisnis tidak langsung.
pembangunan berkelanjutan/keberlanjutan
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa membahayakan kemampuan
generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri
Sumber: World Commission on Environment and Development, Our Common Future, 1987
pemulihan/remediasi
sarana untuk melawan atau memperbaiki dampak negatif atau pemberian ganti rugi
Sumber: United Nations (UN), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An
Interpretive Guide, 2012; diubah
pengaduan
ketidakadilan yang dirasakan yang membangkitkan rasa kepemilikan individu atau kelompok,
yang mungkin didasarkan pada hukum, kontrak, janji eksplisit atau implisit, praktik adat, atau
gagasan umum tentang keadilan terhadap masyarakat yang dirugikan
30 GRI 3: Topik Material 2021
Sumber: United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights:
Implementing the United Nations “Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011
periode pelaporan
periode waktu spesifik yang dicakup oleh informasi yang dilaporkan.
rantai nilai
R beragam aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, dan oleh entitas hulu dan entitas hilir dari
organisasi, untuk menghadirkan produk atau layanan organisasi mulai dari konsepsi hingga
penggunaan akhir.
Catatan 1: Entitas hulu dari organisasi (misal, pemasok) menyediakan produk atau layanan
yang digunakan dalam mengembangkan produk atau layanan organisasi. Entitas
hilir dari organisasi (misal, distributor, pelanggan) menerima produk atau layanan
dari organisasi.
rantai pasokan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh entitas hulu dari organisasi, yang menyediakan produk
atau layanan yang digunakan dalam pengembangan produk atau layanan organisasi itu sendiri
topik material
T topik yang mencerminkan dampak organisasi yang paling signifikan terhadap ekonomi,
lingkungan, dan masyarakat, termasuk dampak terhadap hak asasi manusia mereka
Catatan: Lihat bagian 2.2 dalam GRI 1: Landasan 2021 dan bagian 1 dalam GRI 3: Topik
Material 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang 'topik material'.
uji tuntas
U proses untuk mengidentifikasi, mencegah, memitigasi, dan memberikan penjelasan
bagaimana sebuah organisasi menangani dampak negatifnya yang aktual dan potensial
Catatan: Lihat bagian 2.3 dalam GRI 1: Landasan 2021 untuk informasi lebih lanjut tentang
'uji tuntas'.
Daftar Pustaka
31 GRI 3: Topik Material 2021
Daftar Pustaka
Bagian ini mencantumkan instrumen resmi antarpemerintah dan rujukan tambahan yang digunakan dalam
mengembangkan Standar ini, serta sumber daya yang dapat dipelajari oleh organisasi.
Instrumen resmi:
1. Organisasi Buruh Internasional (ILO), ‘Deklarasi Tripartit tentang Prinsip-prinsip mengenai Perusahaan
Multinasional dan Kebijakan Sosial, 2017.
2. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), OECD Due Diligence Guidance for
Responsible Business Conduct, 2018.
3. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), OECD Guidelines for Multinational
Enterprises, 2011.
4. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Konvensi Kerangka Kerja tentang Perubahan Iklim (FCCC)Perjanjian
Paris, 2015.
5. United Nations (UN), Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the United Nations
“Protect, Respect and Remedy” Framework, 2011.
6. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia:
6.1 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, 1948.
6.2 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, 1966.
6.3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya,
1966.
6.4 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Protokol Opsional untuk Kovenan Internasional tentang Hak Sipil
dan Politik, 1966.
6.5 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Protokol Opsional Kedua untuk Kovenan Internasional tentang Hak
Sipil dan Politik, yang bertujuan untuk menghapus hukuman mati, 1989.
7. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Melindungi, Menghormati, dan Memulihkan: Kerangka Kerja untuk Bisnis
dan Hak Asasi Manusia, 2008.
8. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Laporan dari Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal tentang Isu Hak Asasi
Manusia dan Perusahaan Transnasional dan Perusahaan Bisnis Lainnya, John Ruggie, 2011.
9. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan, 1992.
10. Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Untuk mentransformasikan dunia kita: Agenda 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan, 2015 (A/RES/70/1).
Referensi tambahan:
11. Shift and Mazars LLP, UN Guiding Principles Reporting Framework, 2015.
Referensi:
12. Castan Centre for Human Rights Law, Office of the United Nations High Commissioner for Human Rights
(OHCHR), dan United Nations Global Compact, Human Rights Translated 2.0: A Business Reference Guide,
2017.
13. Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), panduan sektoral
http://mneguidelines.oecd.org/sectors/ , diakses pada 7 Mei 2021.
14. Shift, Oxfam, dan Global Compact Network Belanda, Doing Business with Respect for Human Rights: A
Guidance Tool for Companies, 2016.
15. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), The Corporate Responsibility to Respect Human Rights: An Interpretive
Guide, 2012.
16. World Benchmarking Alliance (WBA), metodologi Tolok Ukur Hak Asasi Manusia Perusahaan, diperbarui secara
berkala.
Pengakuan
Catatan Pemberitahuan
Terjemahan Bahasa Indonesia ini dilakukan oleh Language Scientific, Boston, Massachusetts, Amerika Serikat,
melalui peninjauan sejawat oleh para individu di bawah ini:
• Hendri Yulius Wijaya, Country Manager, GRI Indonesia
• Dinah Madiadipura, Founder and Chief of Content, Indonesia Labour Database
• Monika Handayani, Lecturer, Polytechnic State of Banjarmasin
GRI mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Swedia atas dukungan finansial yang diberikan untuk
terjemahan Bahasa Indonesia dari GRI Standards terbaru 2021.
Catatan Penting
Terjemahan Bahasa Indonesia dari GRI Standards terbaru 2021 dibiayai oleh Pemerintah Swedia. Tanggung jawab
terkait konten ditanggung oleh sang pembuat. Pemerintah Swedia tidak senantiasa memiliki pandangan dan
interpretasi yang sama.
Standar Pelaporan Keberlanjutan GRI dikembangkan dan disajikan dalam Bahasa Inggris. Walaupun berbagai
upaya telah dilaksanakan untuk memastikan akurasi terjemahan, GRI Standards versi Bahasa Inggris tetap menjadi
rujukan utama, bila ada pertanyaan atau perbedaan interpretasi yang muncul dari terjemahan.
Versi terbaru dari GRI Standards dalam Bahasa Inggris atau segala perbaruan terhadap versi Bahasa Inggris
dipublikasikan dalam website GRI (www.globalreporting.org).
GRI
PO Box 10039,
1001 EA Amsterdam,
The Netherlands www.globalreporting.org