Professional Documents
Culture Documents
Bab 2
Bab 2
id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
HSSCC atau beton mutu tinggi memadat mandiri adalah inovasi beton mutu tinggi
dengan workability yang tinggi pula. Beton ini memiliki karakteristik faktor air
6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
semen yang rendah, hal ini mengakibatkan bertambahnya kuat tekan beton secara
signifikan, tetapi menghasilkan nilai slump yang rendah serta workability yang
kurang baik (Hidayat, 2018). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6468-
2000), beton kekuatan tinggi didefinisikan sebagai beton yang memiliki kuat tekan
yang disyaratkan yaitu 𝑓′𝑐 ≥ 41,4 MPa. Beton jenis ini memiliki kuat tekan yang
tinggi dan dapat memadat tanpa bantuan alat pemadat. Beton dengan kualitas tinggi
cenderung memiliki nilai viskositas yang tinggi pula. Oleh karena itu, penggunaan
superplasticizer diperlukan untuk meningkatkan dan mempertahankan SCC.
Superplasticizer dapat digunakan sebagai bahan tambah yang langsung dicampur
ke dalam adukan semen.
Saat ini, inovasi beton banyak yang berhubungan dengan bahan tambah (admixture)
pozzolan seperti silica fume, fly ash, metakaolin dan abu sekam padi yang
digunakan sebagai bahan tambah semen. Penambahan pozzolan mampu
meningkatkan kualitas beton sehingga memberikan kelebihan baik secara fisik
maupun ekonomi. Menurut standar ASTM C 618-94a (1993), pozzolan adalah
bahan yang mempunyai silika atau silika alumina yang memiliki sedikit atau tidak
ada sifat semen tetapi apabila dalam bentuk butiran yang halus dan dengan
kehadiran kelembaban, bahan ini dapat bereaksi secara kimia dengan Ca(OH) 2 pada
suhu biasa untuk membentuk senyawa bersifat semen.
Metakaolin merupakan pozzolan yang berasal dari bahan kaolin yang telah melalui
proses pemanasan pada suhu 500˚C - 900˚C dan berbentuk serbuk halus dengan
ukuran 0,5 sampai 5 mikron. Metakaolin digunakan sebagai pengganti semen
dimana senyawa silika yang terkandung di dalamnya akan bereaksi dengan CH
hasil reaksi hidrasi semen dan membentuk senyawa CSH yang berperan sebagai
perekat sekaligus filler sehingga mampu meningkatkan kuat tekan beton (Wibowo,
Safitri, et al., 2018).
Menurut Chun-li Peng, et al. (1995) dalam (Suprapto & Wulandari, 2009) terdapat
empat cara pengolahan limbah konstruksi, antara lain:
1. Reduction, yaitu meminimalisir pemakaian material-material yang
menghasilkan limbah sehingga mengurangi limbah berbahaya dan biaya
pengolahan limbah beracun,
2. Reuse, atrinya bahwa material konstruksi yang masih dapat digunakan agar
digunakan kembali selama kondisinya masih memungkinkan,
3. Recycleing, adalah penggunaan kembali material lama yang sudah tidak
digunakan dan mengolahnya menjadi barang baru,
4. Landfilling, adalah pilihan terakhir yang dilakukan dengan pembuangan
limbah ke tempat pembuangan akhir.
(Siddique & Kaur, 2011) meneliti tentang efek dari metakaolin sebagai pengganti
semen pada beton dengan kadar 5%, 10%, dan 15% dari berat semen. Hasil dari
pergantian dengan metakaolin menunjukkan pada kada 15% kuat tekan menurun
dan memiliki hasil yang optimal pada pergantian kadar 10%.
(Zareei et al., 2019) meneliti tentang penggantian sebagian agregat kasar alami
dengan agregat daur ulag limbah pecahan keramik pada beton dengan kadar 20%,
40%, dan 60% mengalami peningkatan kuat tekan pada beton umur 28 hari sebesar
6%, 13%, dan 4%.
Rashid et al., (2017) meneliti peningkatan kuat tekan sebesar 30% pada beton
dengan kadar pergantian agregat kasar alami dengan agregat daur ulang limbah
pecahan keramik sebesar 30%, dimana kadar tersebut menghasilkan kekuatan
mekanik tertinggi dan memiliki dampak lingkungan yang minimum dalam (Zareei
et al., 2019).
reaksi hidrasi antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan agregat halus
terbentuk mortar dan apabila ditambahkan agregat kasar akan terbentuk beton.
Pada beton keras dapat dikatakan beton memadat mandiri apabila memiliki sifat
sebagai berikut:
1. Tingkat absorpsi dan permeabilitas rendah,
2. Memiliki durabilitas tinggi,
3. Dapat membentuk campuran yang homogen,
4. Memiliki kuat tekan yang tinggi di awal.
plastis sehingga mudah dibentuk, dan mempunyai daya ikat terhadap bahan
baku yang tidak plastis.
2. Kwarsa (Flint)
Kwarsa adalah bentuk lain dari batuan silika (SiO2) yang berfungsi
mengurangi susut kering sehingga mengurangi adanya retakan saat
pengeringan dan mengurangi susut waktu dibakar sehingga kualitas tetap
terjaga.
3. Feldspard
Feldspard disusun oleh K2O.Al2SO3.6SiO2 yang merupakan suatu kelompok
mineral yang berasal dari batuan karang. Ketika keramik dibakar, maka
feldspard meleleh dan membentuk lelehan gelas yang menyebabkan partikel-
partikel clay bersatu bersama sehingga memberikan kekerasan dan kekuatan
pada keramik. Feldspard mengandung bahan-bahan penting untuk
membentuk glazur.
Limbah pecahan keramik biasa diperoleh dari hasil pembuangan antara lain :
a. Gerabah : vas bunga, kendi atau guci, dan piring dari tanah
liat.
b. Alat saniter : wastafel, urinoir, dan toilet.
c. Material bangunan : keramik lantai, keramik dinding, dan genteng.
Menurut ASTM C33, agregat kasar memiliki persyaratan yang tercantum pada
Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Syarat gradasi agregat kasar
Ukuran Saringan Persentase Lolos Saringan (%)
50 mm (2,0 in) 100
37,5 mm (1,5 in) 95 – 100
19,0 mm (3/4 in) 35 – 70
9,5 mm (3/8 in) 10 – 30
4,75 mm (No. 4) 0–5
2.2.5.4 Air
Air merupakan salah satu material yang penting dalam pencampuran beton. Air
akan bekerja dengan semen untuk mengikat seluruh agregat sehingga
mempermudah pengerjaan beton. Jumlah air yang terdapat dalam campuran beton
sangat berpengaruh terhadap kualitasn beton yang dihasilkan. Air yang berlebihan
akan menimbulkan gelembung air pada saat proses hidrasi selesai, sedangkan air
yang terlalu sedikit mengakibatkan campuran beton tidak dapat menyelesaikan
proses hidrasinya sehingga mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-2847-2002) air yang digunakan pada
campuran beton harus memenuhi persyaratan sebagai betikut:
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-
bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan;
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang tidak boleh mengandung
ion klorida dalam jumlah yang membahayakan;
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada campuran beton,
kecuali air tersebut dapat menghasilkan beton yang memiliki kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan beton yang dibuat
dengan air yang dapat diminum.
diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan
adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan
faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi.
2.2.5.6 Metakaolin
Menurut Sambowo (2002), metakaolin merupakan hasil pembakaran dari kaolin
pada suhu 450˚C-900˚C yang mempunyai ukuran partikel lebih kecil dari silica
fume dan banyak mengandung SiO2 (54,64%) dan Al2O3 (42,87%) yang merupakan
unsur utama semen sehingga dapat digunakan sebagai pengganti semen dalam
(Wibowo, Mediyanto, et al., 2018).
Kerucut abrahams
1000
mm
Gambar 2.1 Alat uji slump flow
2. Passing ability
Parameter passing ability dapat diketahui dari kemampuan beton untuk
mengalir melalui celah-celah antar besi tulangan atau bagian celah yang sempit
tanpa terjadi segregasi. Parameter ini dapat diamati melalui pengujian beton
segar yang dialirkan ke dalam kotak vertikal yaitu L-box. Alat uji yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
3. Segregation resistance
Parameter segregation resistance dapat diketahui dari kemampuan beton untuk
tidak mengalami segregasi atau turunnya agregat kasar sedangkan mortar di
bagian atas agregat kasar. Parameter ini dapat diamati melalui pengujian V-
funnel T 5 menit pada beton segar. Alat uji yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
dimana,
fct = kuat tarik beton secara langsung (MPa)
P = beban maksismum yang mampu ditahan (N)
A = luas penampang (mm2)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 2491-2014), kekuaatan tarik belah pada
umumnya lebih besar dari kekuatan tarik langsung dan lebih rendah dari kekuatan
lentur (modulus of rupture).
Kuat tarik belah dapat dihitung dengan Persamaan 2.2 - Persamaan 2.4 sebagai
berikut:
𝑃
𝑓′𝑡 = ......................................................................................................... (2.2)
𝐴
𝜋𝐿𝐷
𝐴= ........................................................................................................ (2.3)
2
2𝑃
𝑓′𝑡 = ...................................................................................................... (2.4)
𝜋𝐿𝐷
dimana,
f’t = kuat tarik beton (MPa)
P = beban uji maksismum (N)
L = panjang benda uji (mm)
D = diameter benda uji (mm)