You are on page 1of 21

PROPOSAL KEGIATAN MKWK

MELESTARIKAN HUTAN BAKAU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENGURANGI


DAMPAK BANJIR DI HUTAN BAKAU SICANANG

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2 EKOSISTEM KELAUTAN
KETUA : M Rully Al Hadi, 220701102 (Bahasa Indonesia 1,Pancasila 23)
SEKRETARIS : Rachel Mawanty Rumahombar, 220803050 (Agama Kristen Protestan
22, Kewarganegaraan 20)
ANGGOTA :
 Naufal Hakim, 220708027 (Pancasila 31, Bahasa Indonesia 59)
 Dina Fathiyyah, 220708085 (Bahasa Indonesia 50, Pancasila 25)
 Fikri Syahputra, 220709013 (Pancasila 44, Bahasa Indonesia 8)
 Juliani Ekaristi Marbun, 220709066 (Pancasila 32, Bahasa Indonesia 54)
 Yeremia Luwskia, 220710037 ( Pancasila 25, Bahasa Indonesia 55 )
 Vichayu Dinarsih, 220802083 (Bahasa Indonesia 22, PKN 8, Agama Islam 10)
 Alfakari Iqbal Nasution, 220902092 (Agama Islam 28, Kewarganegaraan 42 )
 Bella Lorencia, 220907021 (Agama Islam 11,Kewarganegaraan 37)
 M.Rizqal Fatadonya, 220906112 (Kewarganegaraan 17, Agama Islam 28)
 Kania Diva Flesia Br Ginting, 221000228 (Agama Kristen Protestan 07, Bahasa
Indonesia 36, Kewarganegaraan 42, Pendidikan Pancasila 31)
 Nurkhalis Yuspi Marbun, 221000305 (Agama Islam 5, Bahasa Indonesia 40,
Kewarganegaraan 21, Pancasila 38 )
 Yoshepa Natacia Palimpung, 221101226 (B.Indonesia 28, Pancasila 36)
 Hotbaen Eliezer Situmorang, 221401070 (Bahasa Indonesia 28, Pancasila 47)
 Rafli Riza Syahputra Siregar, 221401077 (Pancasila 53, Bahasa Indonesia 34)
 Windy, 221201004 (Pancasila 6, Bahasa Indonesia 4)
 Muhammad Gardi, 220706009 (Bahasa Indonesia 58, Pancasila 27)
 Intan Benedikta Parhusip, 220708020 (Pancasila 25, Bahasa Indonesia 53)

Dosen Pengampu :
Dra. Lina Sudarwati, M.Si
Mentor : Ade Irani Bancin (210503110)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
PELAKSANAAN PROYEK EKOSISTEM KELAUTAN
KELOMPOK 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KETUA SEKRETARIS

M Rully Al Hadi Rachel Mawanty Rumahombar


NIM 220701102 NIM 220803050

Menyetujui

MENTOR DOSEN FASILITATOR

Ade Irani Bancin Dra. Lina Sudarwati, M.Si


NIM 210503110 NIP 196603181989032001

NILAI : 80 (A)

1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................3
Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
Lokasi Kegiatan/ Proyek ........................................................................................................ 4
Tujuan..................................................................................................................................... 5
Mekanisme Dan Rancangan ................................................................................................... 5
Sumber Daya Yang Diperlukan ............................................................................................. 7
Jadwal Pelaksanaan ................................................................................................................ 9
BAB II KERANGKA TEORI/TINJAUAN PUSTAKA ...............................10
Kerangka Teori ..................................................................................................................... 10
Tinjauan Pustaka .................................................................................................................. 11
Bakau .................................................................................................................................... 11
Pengertian ........................................................................................................... 11
Jenis-Jenis Hutan Bakau ..................................................................................... 11
Jenis-Jenis Adaptasi Bakau ................................................................................. 12
Manfaat Bakau .................................................................................................... 13
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kerusakan Bakau ......................................... 13
2.2.1.5 Pelestarian Bakau ................................................................................................ 14
Bencana Banjir ..................................................................................................................... 14
Pengertian ........................................................................................................... 15
Jenis-Jenis Banjir ................................................................................................ 15
Faktor Penyebab Terjadinya Banjir .................................................................... 16
Daerah Rawan Banjir .......................................................................................... 17
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI .........................................18
Pendekatan ........................................................................................................................... 18
Metode.................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem laut adalah kehidupan di laut yang mencakup unsur biotik (hidup)
dan unsur abiotik (tidak hidup). Intinya, semua yang terdapat dalam laut
termasuk dalam ekosistem laut. Unsur biotik adalah ikan, kerang, ganggang,
dan anemon. Sementara unsur abiotik adalah air, oksigen, cahaya matahari,
garam, pasir, dan batu. Mengutip berbagai sumber, laut memiliki luas lebih dari
dua pertiga permukaan bumi atau sekitar 71%. Indonesia sendiri adalah negara
kepulauan yang terkenal akan kekayaan perairan dan kepulauannya. Diapit oleh
dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik, Indonesia memiliki 8.500
spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies terumbu karang. Dengan
keluasan dan potensi yang sangat besar, kesejahterannya terus menjadi
perhatian.

Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah
kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang
81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena
merupakan wilayah interaksi/peralihan antarmuka antara ekosistem darat dan
laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik dan mengandung produksi biologis
cukup besar.

Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang di pengaruhi daratan dan


lautan, yang mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem
hutan bakau. Hutan bakau merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan
penting di wilayah pesisir dan keluatan selain memiliki fungsi ekologis sebagai
penyedia nutrisi bagi biota perairan, tempat pemijahan dan panti asuhan
(pembibitan tanah berbagai macam biota penahan abrasi pantai, amukan angin
topan dan tsunami, hutan bakau juga memiliki fungsi ekonomis yang tinggi
seperti sebagai penyedia kayu, obat-obatan, alat dan teknik penangkap ikan.

Hutan bakau adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan
air laut. Hutan bakau dapat mengendapkan lumpur di akar-akar pohonnya
sehingga dapat mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan. Intrusi air laut
adalah naiknya batas antara permukaan air tanah dengan permukaan air laut ke
arah daratan yang dapat menjadi penyebab utama banjir rob. Hutan bakau
memiliki akar yang efisien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir, sehingga
dapat menjadi pelindung pengikisan tanah akibat air dan mencegah terjadinya
banjir rob. Rusaknya hutan bakau terjadi karena adanya alih fungsi.
Meningkatnya populasi manusia di pesisir pantai membuat hutan bakau beralih

3
fungsi sebagai tempat tinggal. Banyak orang menebang pohon bakau dan
menjadikan lahan tersebut menjadi tempat tinggal. Aktivitas manusia dalam
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan pembuangan sampah rumah tangga
ke laut, serta faktor alam yang sudah tidak lagi sesuai dengan kondisi fisik hutan
mangrove.

Salah satu contoh dampak kerusakan hutan bakau yang mengakibatkan banjir
rob adalah di sepanjang kawasan pesisir Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Menurut Septady, sekitar 60 persen kawasan pesisir Sidoarjo dalam kondisi
kritis karena hutan bakau dibabat habis pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab. Penyebab utama kerusakan hutan mangrove terjadi akibat pembalakan
liar yang marak sejak tahun 2004 lalu. Selain itu, hutan bakau dibabat dan
berubah fungsi menjadi lahan tambak. "Kerusakannya cukup parah, dibutuhkan
dua juta bibit mangrove untuk mengatasinya," ujar Septady. Sumber: Tempo.

Wakil Wali Kota (Wawalkot) Medan Aulia Rachman mengatakan banyak faktor
penyebab sulitnya mengatasi persoalan air rob atau pasang air laut di Belawan.
Salah satunya karena telah rusaknya hutan bakau atau mangrove di wilayah
pesisir Medan Utara itu. Menurutnya ada beberapa indikasi atau indikator yang
harus sama-sama dipahami dan dianalisis terkait permasalahan di Medan Utara,
diantaranya adalah akibat terjadinya abrasi tanah yang cukup tinggi. Hal ini
terjadi akibat mangrove yang ada di Belawan sudah rusak. Selain itu juga
karena limbah dan banyaknya bangunan liar yang ada di wilayah Belawan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwa
masyarakat di sekitar Hutan Bakau Sicanang masih kurang sadar dan mengerti
akan manfaat hutan bakau dalam mengurangi dampak banjir, akibatnya
masyarakat menjadi kurang peduli dan tidak merawat serta melestarikan hutan
bakau tersebut. Dengan demikian kami dari kelompok 2 ekosistem kelautan
akan mengusung proyek kegiatan sosialisai kepada masyarakat tentang manfaat
hutan bakau dan akibatnya jika hutan bakau rusak karena tidak dirawat dan
pembuangan sampah sembarangan yang menghambat pertumbuhan hutan
bakau.

Lokasi Kegiatan/ Proyek


Ekowisata Mangrove di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota
Medan, Sumatera Utara 20141.

4
Tujuan
1. Mengedukasi masyarakat tentang manfaat hutan bakau dalam
mengurangi kerusakan yang disebabkan banjir
2. Mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan
laut yang menjadi tempat hidupnya hutan bakau
3. Mengajak masyarakat untuk peduli dan mau merawat serta
melestarikan hutan bakau
4. Melakukan aksi nyata melalui gotong royong untuk menanam
kembali pohon bakau dan membersihkan lingkungan laut agar
bakau dapat tumbuh dengan baik.

Mekanisme dan Rancangan


1. Penelusuran Literasi
Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah
bahan penelitian (Zed, 2008:3). Study literature (kajian pustaka) merupakan
penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil
penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita
gunakan dalam melakukan penelitian. Studi literatur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Penelitian Terkait butan bakau dan banjir
2. Pengertian hutan bakau
3. Jenis-jenis adaptasi hutan bakau
5. Manfaat hutan bakau
6. Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan hutan bakau
7. Pengertian banjir
8. Dampak banjir bagi masyarakat
9. Upaya mencegah banjir dan cara mengurangi dampaknya

2. Survey dan identifikasi lokasi kegiatan


Ekowisata mangrove yang terletak di kelurahan si Canang, Kecamatan Medan
Belawan ini sudah di tutup sejak tahun 2020 silam. Melalui survey dan
identifikasi kami ke Sicanang, kami mendapati bahwa hutan bakaunya sudah
rusak dan tidak terawat lagi. Baik masyarakat sekitar maupun pemerintah tidak

5
menaruh kepedulian terhadap hutan bakau di Sicanang. Kami memutuskan
untuk menjadikan tempat ini sebagai lokasi proyek yang diharapkan mampu
mengembalikan kelestarian hutan bakau di Sicanang.

3. Mengobservasi kondisi kerusakan


Setelah mengobservasi hutan bakau di Sicanang, kami mendapati kerusakan
yang parah pada hutan bakau dan banyak sampah di lingkungan tumbuhnya
hutan bakau.

4. Mengurus surat izin kegiatan


5. Menentukan kelompok sasaran
Dalam proyek Ekosistem Kelautan, kelompok kami memfokuskan sosialisasi
pada masyarakat yang bermukim di sekitar Hutan Bakau Sicanang, karena
mereka adalah kelompok utama yang akan terkena dampak dari kerusakan
hutan bakau. Rentang usia mulai dari anak-anak sebagai penerus untuk menjaga
kelestarian hutan bakau hingga orang tua yang seharusnya sudah turut dalam
menjaga kelestarian hutan bakau.

6. Membuat proposal
Dalam pembuatan proposal, kami dibimbing oleh Ibu Dosen Dra. Lina
Sudarwati, M.Si dan mentor Ade Irani Bancin (210503110). Dalam proses
pembuatan proposal, seluruh anggota turut dalam memberikan pendapat dan
mengerjakan bagiannya, dengan di ketuai oleh M Rully Al Hadi (220701102)
dan diketik oleh Rachel Mawanty Rumahombar (220803050) selaku sekretaris.

7. Melakukan kegiatan lapangan


Kegiatan lapangan yang kami lakukan adalah pengabdian kepada masyarakat
dengan melakukan sosialisasi tentang pentingnya melestarikan dan merawat

6
hutan bakau serta melakukan kegiatan penanaman bibit bakau dan pembersihan
lingkungan yang melibatkan masyarakat setempat, guna menanamkan sikap
gotong rotong yang menjadi tema dalam kegiatan pembelajaran MKWK.
Kemudian kami akan mendokumentasikan kegiatan yang kami lakukan sesuai
arahan LIDA. Sosialisasi dilakukan dengan mendatangi satu per satu rumah
masyarakat setempat dan memberikan edukasi seputar hutan bakau, manfaat,
dan cara untuk melestarikannya. Dokumentasi dilakukan dengan dicatat di buku
serta memvideokan kegiatan .

8. Mengedit dokumentasi dalam bentuk file dan film documenter


Setelah melakukan kegiatan lapangan, akan dilakukan pengeditan dokumentasi
dalam ke dalam bentuk dokumen tertulis dan video/ film dokumenter.

9. Membuat laporan akhir


Membuat laporan akhir sesuai dengan arahan dari LIDA.

10. Mengumpulkan hasil


Kegiatan Proyek dalam Pembelajaran MKWK USU Berbasi Proyek Semester
Ganjil 2022/2023, dalam bentuk video kegiatan pengabdian masyarakat (proyek
perubahan karakter masyarakat sesuai dengan Tema “Gotong Royong Merawat
Kebhinekaan Sebagai Modal Dasar Menuju Sumatera Utara Maju, Aman, dan
Bermartabat”) pada kelompok masyarakat yang dipilih langsung oleh kelompok
proyek dengan durasi 10-15 menit akan di kumpulkan ke LIDA dan di upload
ke youtube.

Sumber Daya yang Diperlukan


Berikut ini adalah sumber daya yang diperlukan atau anggaran yang di perlukan
dalam pembuatan proyek ekosistem laut.

Jenis Kegiatan

1. Penelusuran literasi
Dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.
2. Survey dan identifikasi lokasi kegiatan
Dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.
3. Mengobservasi kondisi kerusakan
Dilakukan oleh seluruh anggota kelompok .

7
4. Mengurus surat izin kegiatan
Diurus oleh ketua kelompok M Rully Al Hadi (220701102).
5. Menentukan kelompok sasaran
Ditentukan melalui diskusi oleh seluruh anggota kelompok.
6. Membuat proposal
Dipimpin oleh ketua kelompok M. Rully Al Hadi (220701102),
didiskusikan oleh seluruh anggota kelompok, dan di ketik oleh sekertaris
Rachel Mawanty Rumahombar (220803050).
7. Melakukan kegiatan lapangan
Kegiatan lapangan akan dilakukan oleh seluruh anggota kelompok. Dalam
melakukan kegiatan dibutuhkan kantong plastic sebagai tembat sampah,
bibit tanaman bakau, dan peralatan tanam.
8. Mengedit dokumentasi dalam bentuk file dan film documenter
Video diambil oleh Yoshepa Natacia Palimpung (221101226) dan di edit
oleh Hotbaen Eliezer Situmorang (221401070), dokumentasi kegiatan
secara tertulis dilakukan oleh semua kelompok.
9. Membuat laporan akhir
Pembuatan laporan akhir dilakukan oleh semua anggota kelompok.
10. Mengumpulkan hasil melalui upload youtube dan ke lida.

Sumber Daya Tenaga


Sumber daya tenaga dari manusia yang berupa beberapa orang Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara yang telah dibentuk oleh LIDA yakni :
 M Rully Al Hadi, 220701102
 Rachel Mawanty Rumahombar, 220803050
 Naufal Hakim, 220708027
 Dina Fathiyyah, 220708085
 Fikri Syahputra, 220709013
 Juliani Ekaristi Marbun, 220709066
 Yeremia Luwskia, 220710037
 Vichayu Dinarsih, 220802083
 Alfakari Iqbal Nasution, 220902092
 Bella Lorencia, 220907021
 M.Rizqal Fatadonya, 220906112
 Kania Diva Flesia Br Ginting, 221000228
 Nurkhalis Yuspi Marbun, 221000305
 Yoshepa Natacia Palimpung, 221101226

8
 Hotbaen Eliezer Situmorang, 221401070
 Rafli Riza Syahputra Siregar, 221401077
 Windy, 221201004
 Muhammad Gardi, 220706009
 Intan Benedikta Parhusip, 220708020

Sumber Dana

Harga Per Jumlah


No Jenis Sumber Daya Volume Satuan
Unit (Rp) Biaya (Rp)
1. Transportasi 19 Liter 15.000,00 285.000,00
2. Pencetakan Proposal 2 Rangkap 20.000,00 40.000,00
3. Konsumsi 20 Bungkus 15.000,00 300.000,00
4. Air Mineral dan snack 20 Bungkus 10.000,00 200.000,00
5. Plastik tempat sampah 5 Buah 15.000,00 75.000,00
6. Bibit Bakau 20 Buah 5.000,00 100.000,00
Jumlah 1.000.000,00

Jadwal Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan kegiatan Bulan
No
proyek Oktober November Desember Januari
1. Tahap Persiapan
a. Penentuan kegiatan/ konten
proposal
b. Pembagian tugas pembuatan
proposal
c. Penyusunan proposal
d. Pengajuan proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan kegiatan
sosialisasi
b. Dokumentasi video kegiatan
diskusi
c. Pengeditan foto dan video
kegiatan
3. Tahap Pengiriman Hasil Kegiatan
a. Pengiriman video kegiatan
sosialisasi ke sosial media
b. Pengiriman video kegiatan
sosialisasi ke dosen

9
BAB II
KERANGKA TEORI/ TINJAUAN PUSTAKA

Kerangka Teori

HUTAN BAKAU

DAMPAK KERUSAKAN MANFAAT HUTAN BAKAU


HUTAN BAKAU

1. Terjadinya abrasi pantai 1. Hutan bakau sebagai rantai


2. Berkurangnya populasi ikan dan makanan
hewan yang tinggal di pohon bakau. 2. Hutan bakau melindungi
Menurut Smithsonian Ocean, pantai
hilangnya satu mil persegi hutan 3. Hutan bakau menjernihkan air
bakau akan menyebabkan hilangnya 4. Hutan bakau menjadi katalis
275 ribu ton ikan per tahunnya (sama tanah dari air laut
beratnya dengan paus biru kecil). 5. Hutan bakau memberikan
3. Badai serta tsunami yang tak dampak ekonomi yang luas
terbendung
4. Rusaknya ekosistem padang lamun
dan terumbu karang
5. Berkurangnya udara bersih
Disadur dari Smithsonian Ocean,
hutan bakau di dunia dapat menyerap
sekitar 34 juta metrik ton karbon
diosida per tahunnya. Jika hutan
bakau rusak, jumlah karbon tersebut
akan tetap berada di atmosfer.

KENDALA TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

1. Kurangnya kesadaran 1. Penanaman bibit


masyarakat dalam bergotong 2. Pemeliharaan
royong 3. Pengawasan
2. Rendahnya pengetahuan 4. Pemanfaatan bersifat lestari
masyarakat akan manfaat
hutan bakau

10
Tinjauan Pustaka
Bakau
Pengertian
Menurut Odum (1983), kata mangrove (Bakau) berasal dari kata mangal yang
menunjukkan komunitas suatu tumbuhan.
Ekosistem bakau adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan
yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya dan di antara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah
pesisir, terpengaruh pasang surut air laut dan didominasi oleh spesies pohon
atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso,
2000). Pengertian Hutan Bakau Menurut Para Ahli :

 Kusmana (2002) : menurut kusmana hutan bakau adalah sebuah komunitas


tumbuhan atau individu jenis tumbuhan yang dimana membentuk suatu
komunitas didaerah pasang dan surut.
 Bruno (1998) : Bruno menyatakan bahwa hutan bakau merupakan jenis
maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut.
 Nybakken (1988) : Nybakken memberi definisi hutan bakau sebagai sebutan
umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik
yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
 Soerianegara (1987) : Soerianegara mendefinisikan hutan bakau sebagai
hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan
muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-
jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,
Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.
 Saenger (1983) : Saenger mendefinisikan bakau sebagai formasi tumbuhan
daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang
terlindung.
 Steenis (1978) : Steenis mengemukakan bahwa hutan bakau adalah suatu
vegetasi hutan yang tumbuh dan berkembang di antara garis pasang dan
surut.
Jenis – Jenis Hutan Bakau :

Pada ekosistem bakau dikenal jenis-jenis tumbuhan yang dinamakan dengan


bakau sejati utama (mayor), bakau sejati tambahan (minor), dan bakau ikutan.

11
bakau sejati utama (mayor) adalah tumbuhan yang tumbuh pada wilayah pasang
surut dan membentuk tegakan murni. Bakau jenis ini jarang bergabung dengan
tanaman darat. Bakau sejati minor (tambahan) adalah bukan komponen penting
dari bakau dan biasanya ditemukan di daerah tepi dan jarang membentuk
tegakan, sedangkan bakau ikutan adalah tumbuhan yang tidak pernah tumbuh di
komunitas bakau sejati dan biasanya tumbuh bergabung dengan tumbuhan
daratan. Pengenalan sederhana untuk dapat mengenal jenis-jenis bakausejati
untuk tujuan rehabilitasi difokuskan pada jenis-jenis yang membentuk tegakan
murni.

Berikut merupakan pengenalan jenis bakau yaitu: Lumnitzera, Excoaria,


Xylocarpus, Aegiceras, Scyphiphora dan Nypa. Dan yang biasa ditemukan di
Indonesia, yaitu: Avicennia, Bruguiera, Ceriops, Rhizhopora, Sonneratia.

Jumlah jenis bakau Indonesia tercatat sebanyak 202 jenis, dimana 89 jenis
pohon, 5 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, dan 1 jenis paku.
Dari 202 jenis 43 jenis dikategorikan sebagai bakau sejati (true mangrove)
sementara sisanya dikategorikan sebagai bakau ikutan (asociate). Sebaran jenis
sesuai dengan pulau di Indonesia, di Jawa dijumpai 166 jenis, 157 jenis di
Sumatera, 150 jenis di Kalimantan, 142 jenis di Irian, 135 jenis di Sulawesi, 133
jenis di Maluku, 120 jenis di Lesser Sunda.

Jenis-Jenis Adaptasi Bakau


Dalam bukunya, Sukirman dan Dewi menjelaskan bahwa tumbuhan bakau
mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan. Begen (2000),
menyatakan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, menyebabkan bakau memiliki
bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang mempunyai
pneumatofora (misalnya Avacennia spp, Xilocarpus dan Sonneratia spp)
untuk mengambil oksigen dari udara dan (2) bertipe penyangga/tongkat yang
mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp)
2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi :
a. Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan
garam.
b. Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur
keseimbangan garam.
c. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut dengan
cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk

12
jaringan horizontal yang lebar. Disamping untuk memperkokoh pohon, akar
tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.
Manfaat Bakau
a) Sebagai sumber pangan.
b) Sebagai penyerap dan penyimpan karbon.
c) Sebagai pendidikan dan penelitian.
d) Sebagai ekowisata.
e) Habitat beberapa jenis ikan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Bakau

1) Faktor manusia.
Sukirman dan Dewi menjelaskan dalam bukunya bahwa salah satu faktor
penyebab kerusakan hutan bakau yang dipengaruhi manusia bersifat primer.
Bersifat primer artinya faktor penyebabnya terjadi setiap saat dan wilayah
kerusakannya luas.
a) Konversi alih fungsi hutan bakau, didasarkan pada kepentingan ekonomi
semata tanpa memperhatikan fungsi ekologi.
b) Eksploitasi yang berlebihan terhadap hutan mangrove yang dilakukan
untuk keperluan kayu, kayu bakar, kertas, kayu lapis, tatal, bubur kayu,
arang maupun yang diperuntukkan sebagai lahan pertanian,
pertambakan, penambangan, pemukiman, dan lain sebagainya.
c) Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir yang belum terarah.
d) Penegakan hukum yang lemah.
e) Rusaknya vegetasi bakau di beberapa daerah dan proses tebang pilih
yang salah.
f) Pembuangan limbah produksi ataupun rumah tangga.

2) Faktor alam.
Sukirman dan Dewi menjelaskan dalam bukunya bahwa faktor alam merupakan
salah satu penyebab kerusakan hutan bakau dalam bentuk sekunder. Bersifat
sekunder artinya faktor penyebabnya jarang terjadi atau sewaktu-waktu dan
wilayah kerusakannya relatif sempit, yaitu :
a) Angin topan, dapat mencabut pohon bakau sampai ke akarnya atau oleh
pengendapan yang masif atau mengubah salinitas air dan tanah.
b) Gelombang tsunami, dapat mencabut pohon bakau sampai ke akarnya.
c) Organisme isopoda kecil, yaitu Sphaeroma terebrans. Isopoda ini
merusak akar penunjang pohon bakau dengan cara melubanginya,
sehingga lama-kelamaan pohon bakau akan tumbang.

13
Pelestarian Bakau

Ekosistem bakau yang rusak dapat dipulihkan dengan restorasi/rehabilitasi.


Restorasi dipahami sebagai suatu usaha mengembalikan kepada kondisi
lingkungan seperti semula secara alami . Campur tangan manusia diusahakan
sekecil mungkin terutama dalam memaksakan keinginan untuk menumbuhkan
jenis bakau tertentu menurut yang dipahami/diingini manusia. Dengan
demikian, usaha restorasi semestinya mengandung makna memberi
jalan/peluang kepada alam untuk mengatur/ memulihkan dirinya sendiri
(Rahmawaty, 2006).

Secara umum, semua habitat bakau dapat memperbaiki kondisi secara alami
dalam waktu 15-20 tahun jika : (1) kondisi normal hidrologi tidak terganggu,
dan (2) ketersediaan biji dan bibit serta jaraknya tidak terganggu atau terhalangi.
Jika kondisi hidrologi normal atau mendekati normal tetapi biji bakau tidak
dapat mendekati daerah restorasi, maka dapat direstorasi dengan cara
penanaman. Oleh karena itu habitat bakau dapat diperbaiki tanpa penanaman,
maka rencana restorasi harus terlebih dahulu melihat potensi aliran air laut
yang terhalangi atau tekanan-tekanan lain yang mungkin menghambat
perkembangan bakau (Kusmana, 2005).

Masyarakat pesisir secara keseluruhan perlu mendapat pengertian bahwa hutan


bakau yang akan mereka rehabilitasi akan menjadi milik masyarakat dan untuk
masyarakat, khususnya yang berada di daerah pesisir. Dengan demikian semua
proses rehabilitasi atau reboisasi hutan bakau yang dimulai dari penanaman,
perawatan, penyulaman tersebut dilakukan oleh masyarakat.

Melalui mekanisme ini, masyarakat tidak merasa dianggap sebagai kuli,


melainkan ikut memiliki hutan bakau tersebut, karena mereka merasa andil
dalam upaya rehabilitasi hutan bakau tersebut. Pelaksanaan rehabilitasi hutan
bakau denga penekanan pada pemberdayaan masyarakat setempat ini biasanya
dikenal dengan istilah pendekatan bottom-up (Rahmawaty, 2006).

Menurut Sudarmajdi (2001) hasil dari kegiatan dengan pendekatan bottom-up


ini akan menjadikan masyarakat enggan untuk merusak hutan mangrove yang
mereka tanam, sekalipun tidak ada yang mengawasinya, karena masyarakat
sadar bahwa kayu yang mereka potong tersebut sebenarnya adalah milik mereka
bersama (Sukirman, 2017).

14
Bencana Banjir
Pengertian

“Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air


yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan
kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman
musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan
menggenangi wilaah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering
terjadi dan paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi” (IDEP,2007).

“Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan


daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan
yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga
cekung. Selain itu terjadinya banjir jua dapat disebabkan oleh limpasan air
permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran
sistem drainase atau sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga
disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan
tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya
permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, perubahan suhu,
tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran
air di tempat lain” (Ligak, 2008).

Jenis-jenis Banjir
Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan menjadi
lima tipe sebagai berikut:

1. Banjir Bandang
Banjir bandang yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa
saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup parah. Banjir
bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan rentan terjadi di daerah
pegunungan.

2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya banjir in
terjadi akibat meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena intensitas
banyak sehingga air tidak tertamoung dan meluap itulah banjir air.

15
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang tapi banjir
lumpur yaitu banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke daratan.banjir
lumpur mengandung bahan yang berbahaya dan bahan gas yang mempengaruhi
kesehatan makhul hidup lainnya.

4. Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)

Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini
menerjang kawasan di wilayah sekitar pesisir pantai.

5. Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air , tapi banjir cileunang
terjadi akibat deras hujan sehingga tidak tertampung.

Faktor Penyebab Terjadinya Banjir


Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), „„faktor penyebab terjadinya banjir
dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh
tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,
erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air
pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah
manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti :
perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar
bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir,
rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang
tidak tepat‟‟.

Peraturan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2015


tentang penetapangaris sepadan sungai dan garis sempadan danau pada pasal 15
berbunyi untuk bangunan yang terdapat di sempadan sungai minimal jarak
rumah dari tepi sungai yaitu 10 meter dari tepi kiri dan kanan sungai, dan
apabila sungai terlalu dalam melebihi 3 meter maka jarak dari sepadan sungai
lebih dari 10 meter.

1. Penyebab banjir secara alami


Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :
a. Curah hujan
b. Pengaruh fisiografi
c. Erosi dan Sedimentasi

16
d. Kapasitas sungai
e. Kapasitas drainasi yang tidak memadai
f. Pengaruh air pasang

2. Penyebab banjir akibat aktivitas manusia


Banjir juga dapat terjadi akibat ulah/aktivitas manusia sebagai berikut:
a. Perubahan kondisi DAS
b. Kawasan kumuh dan sampah
c. Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian
d. Kerusakan bangunan pengendali air
e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)

Daerah Rawan Banjir


“Daerah rawan banjir adalah daerah yang sering dilanda banjir. Daerah tersebut
dapat diidentikasi dengan menggunakan pendekatan geomorfologi khususnya
aspek morfogenesa, karena kenampakan seperti teras sungai, tanggul alam,
dataran banjir, rawa belakang, kipas aluvial, dan delta yang merupakan
bentukan banjir yang berulang-ulang yang merupakan bentuk lahan detil yang
mempunyai topografi datar “(Dibyosaputro, 1984).

Menurut Pratomo (2008) dan Isnugroho (2006), “daaerah rawan banjir dapat
diklasifikasikan menjadi empat daerah, yaitu daerah pantai, daerah dataran
banjir, daerah sempadan sungai, dan daerah cekungan”.

17
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Pendekatan
Menurut Deirdre D. Johnston dan Scott W. Vanderstoep, pendekatan
merupakan desain prosedur dan rencana yang dimulai dari tahap hipotesis yang
berlanjut pada penghimpunan data, analisis dan kesimpulan. Sejatinya
pendekatan penelitian telah diklasifikasikan menjadi dua yakni pendekatan
analisis dan penghimpunan data.

Pendekatan data dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni pendekatan


kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang
menciptakan gambaran kejadian yang diteliti secara deskriptif dan naratif.
Sementara pendekatan kuantitatif merupakan pengukuran secara numerik
berdasarkan kejadian yang sedang diteliti.

Metode
Metode pengerjaan proyek

1. Melakukan sosialisasi agar masyarakat mengetahui tentang manfaat bakau

2. Melakukan edukasi kepada masyarakat setempat lebih memahami tentang


hutan bakau dan kegunaannya

3. Melakukan gotong royong untuk merawat kebhinekaan sebagai modal dasar


menuju sumatera utara maju, aman, dan bermartabat, sesuai dengan tema
pembelajaran MKWK USU.

4. Menggunakan metode dalam target sasaran tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA
UMM “Bab III Metode penelitian”
https://eprints.umm.ac.id/42778/4/BAB%20III.pdf diakses pada 13 November
2022 pukul 15.12.

Sariagri “Pengertian Ekosistem Laut dan Berbagai Jenisnya”


https://sariagri.id/article/amp/92307/pengertian-ekosistem-laut-dan-berbagai-
jenisnya diakses pada 5 November 2022.

123.dok “Kajian Ekologi Mangrove Di Desa Bagan Deli Kecamatan Medan


Belawan Sumatera Utara” https://123dok.com/article/metode-penelitian-kajian-
ekologi-mangrove-kecamatan-belawan-sumatera.6zkrkkmy diakses pada 9
November 2022

Wikipedia “Logo USU” https://images.app.goo.gl/eLD6p27fpJJbqDDC6


diakses pada 9 November 2022

Richard , 2022 “Proposal Kegiatan” Medan .

Pendidikan.Co.Id “Pengertian Literatur” https://pendidikan.co.id/literatur-


adalah/ diakses pada 16 November 2022.

UIN “Bab III Metodologi Penelitian” http://repository.uin-


suska.ac.id/3823/4/BAB%20III.pdf diakses pada 16 November 2022

Halida, Saprudin (2014) Jurnal Penelitian Hutan dan Konversi Alam “Potensi
Dan Nilai Manfaat Jasa Lingkungan Hutan Mangrove Di Kabupaten Sinjai
Sulawesi Selatan” http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-
litbang/index.php/JPHKA/article/view/1090/1014 diakses pada 16 November
2022

Eka (2015) “Panduan Penyusuna Studi Literatur”


https://stikesmajapahit.ac.id/lppm/wp-content/uploads/2019/04/panduan-
penyusunan-studi-literatur.pdf diakses pada 16 November 2022

Seputar Sumut “Mangrove di Belawan sudah Rusak”


https://seputarsumut.com/medan/wawalkot-medan-mangrove-di-belawan-
sudah-rusak/ diakses pada 16 November 2022

Kompas.com “Manfaat Hutan Bakau”


https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/09/210200223/5-manfaat-hutan-

19
bakau-untuk-lingkungan-manusia-dan-hewan?page=all diakses pada 26
November 2022

UNAND “Bab 20 Akhir”


http://scholar.unand.ac.id/55790/3/BAB%20AKHIR.pdf diakses pada 16
November 2022

Kompas.com “Dampak Jika Hutan Bakau Rusak”


https://www.kompas.com/skola/read/2021/09/30/205418369/dampak-jika-
hutan-bakau-rusak?page=all diakses pada 16 November 2022

20

You might also like