You are on page 1of 14

MAKALAH

“INGKAR AL-SUNNAH”

DI SUSUN OLEH :
HAFIS HISNAN (11727102227)

LOKAL : IH C

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Tiada tempat untuk mengucapkan puji syukur atas kegembiraan dan kebahagiaan atas
terselesaikannya penulisan makalah yang berjudul “INGKAR AL-SUNNAH” untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Hadist Ahkam” kecuali hanya kepada Allah SWT. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
memberikan penerang dan ilmu pengetahuan kepada umatnya.

Tiada keberhasilan yang diperoleh penulis tanpa adanya bantuan dari pihak lain.
Karena itu, pada kesempatan ini ijinkan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Maftuhin., M. Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung.
2. Bapak Dr. Iffatin Nur, M.Ag. selaku pengampu mata kuliah Hadist Ahkam.
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.

Namun dengan keterbatasan penulis, maka penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta mutu yang diharapkan, meskipun semua itu telah penulis upayakan
secara maksimal. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca selalu penulis
harapkan.

Harapan penulis semoga amal baik yang telah diberikan oleh pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini memperoleh balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berdo’a semoga makalah ini diridhai Allah dan dapat
bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumusan masalah .................................................................................................. 1
B. Tujuan .........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ingkar al- Sunnah ............................................................................................ 2
B. Sejarah Ingkar al- Sunnah ................................................................................................. 3
C. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah........... 5
D. Kriteria Ingkar al- Sunnah.............................................................................. 7
E. Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah............................................... ............8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang
Hadis Nabi saw telah disepakati oleh mayoritas ulama dan umat Islam sebagai sumber
kedua ajaran Islam setelah kitab suci al-Qur’an. Berbeda dengan al-Qur’an yang semua ayat-
ayatnya disampaikan oleh Nabi saw secara mutawatir dan telah ditulis serta dikumpulkan
sejak zaman Nabi saw masih hidup, serta dibukukan secara resmi sejak zaman khalifah Abu
Bakar al-Shiddiq, sebagian besar hadis Nabi saw tidaklah diriwayatkan secara mutawatir dan
pengkodifikasiannya pun baru dilakukan pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, salah
seorang khalifah Bani Umayyah. Hal yang disebutkan terakhir, didukung oleh beberapa
faktor lainnya, oleh sekelompok kecil (minoritas) umat Islam dijadikan sebagai alasan untuk
menolak otoritas hadis-hadis Nabi saw sebagai hujjah atau sumber ajaran Islam yang wajib
ditaati dan diamalkan.
Dalam wacana ilmu hadis, dikenal dangan kelompok inkar al-sunnah.
Secara paradigma pemikiran dan pemahaman, sejarah inkar Sunnah memang sangat erat
dengan golongan Khawarij, Muktazilah, dan Syiah . Dan dari segi benih kemunculan, mereka
sudah tampak sejak masa sahabat. Bahkan, kabar tentang akan adanya orang yang
mengingkari Sunnah sudah pernah disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam. Untuk mempermudah, dalam makalah ini akan dibahas satu persatu, yaitu dari
Pengertian Ingkar al- Sunnah, Sejarah ingkar al- Sunnah, Argumentasi dan Bantahan Para
Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah, Kriteria Ingkar al- Sunnah, Upaya mengantisipasi Ingkar
al- Sunnah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Ingkar al- Sunnah ?
2. Bagaimana Sejarah ingkar al- Sunnah ?
3. Bagaimana Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah ?
4. Bagaimana Kriteria Ingkar al- Sunnah ?
5. Bagimana Upaya mengantisipasi Ingkar al- Sunnah ?
BAB II
(PEMBAHASAN)

A. Pengertian Inkar al- Sunnah


1. Arti menurut bahasa
Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”. Kata “inkar” secara
etimologis diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan
batin yang dilatar belakangi oleh faktor ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah”
adalah hadits-hadits Rosulullah SAW.
2. Arti menurut istilah
a. Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yang menolak hadis atau sunnah sebagai
sumber ajaran Islam kedua setelah Al-qur’an.
b. Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak dasar hukum
Islam dari sunnah shohih baik sunnah praktis atau yang secara formal dikodifikasikan para
ulama, baik secara totalitas mutawatir maupun ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang
dapat diterima.
Paham Ingkar Sunnah bisa jadi menolak keseluruhan sunnah baik sunnah muttawatir
dan ahad atau menolak yang ahad saja dan atau sebagian saja. Demikian juga penolakan
sunnah tidak didasari alasan yang kuat, jika dengan alasan yang dapat diterima oleh akal yang
sehat, seperti seorang muktahid yang menemukan dalil yang lebih kuat dar pada hadis yang ia
dapatkan, atau hadis itu tidak sampaikepadanya, atau karena kedhaifannya, atau karena ada
tujuan syar’i yang lain, maka tidak digolongkan Ingkar Sunnah.
Ingkar as-sunnah adalah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah Rasul, baik sebagian
maupun keseluruhannya. Mereka membuat metodologi tertentu dalam menyikapi sunnah. Hal
ini mengakibatkan tertolaknya sunnah, baik sebagian maupun keseluruhannya. Penyebutan
Ingkar as-sunnah tidak semata-mata berarti penolakan total terhadap sunnah. Penolakan
terhadap sebagian sunnah pun termasuk dalam kategori ingkar as-sunnah, termasuk di
dalamnya penolakan yang berawal dari sebuah konsep berpikir yang janggal atau metodologi
khusus yang diciptakan sendiri oleh segolongan orang baik masa lalu maupun sekarang
sedangkan konsep tersebut tidak dikenal dan diakui oleh ulama hadis dan fiqh.1[1]

1[1] Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm 27-29
B. Sejarah Ingkar al- Sunnah
Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa klasik dan masa
modern, diantaranya sebagai berikut:
1. Ingkar Sunnah klasik
terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan
menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i
yang dikenal sebagai Nashir As-Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang
yang disebut sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah,
baik muttawatir maupun ahad. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i
secara panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua
argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan
jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan
menerima sunnah Nabi.
Secara garis besar, Muhammad Abu Zahrah berkesimpulan bahwa ada tiga kelompok
pengingkar sunah yang berhadapan denga Asy-Syafi’i, yaitu sebagai berikut:
1. Menolak sunnah secara keseluruhan, golongan ini hanya mengakui Alquran saja yang dapat
dijadikan hujjah.

2. Tidak menerima sunnah kecuali yang semakna dengan Alquran.

3. Hanya menerima sunnah muttawatir seja dan menolak selain muttawatir yakni sunnah ahad.

Kesimpulannya, ingkar sunnah klasik diawali akibat konflik internal umat Islam yang
dikobarkan oleh sebagian kaum Zindik yang berkedok pada sekte-sekte dalam Islam,
kemudian diikuti oleh para pendukungnya, dengan cara saling mencari para sahabat dan
melemparkan hadis palsu. Penolakan sunnah secara keseluruhan bukan karakteristik umat
Islam. Semua umat Islam menerima kehujjahan sunnah. Namun, mereka berbeda dalam
memberikan kriteria peresyaratan kualitas sunnah. Ingkar sunnah klasik hanya terdapat di
Bahrah Irak karena ketidaktahuannya tentang kedudukan sunnah dalam syari’ah Islam, tetapi
setelah diberikan penjelasan akhirnya menerima kehujahannya.2[2]

2. Ingkar Sunnah Modern


Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih
abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19
M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah
di Mesir (pada abad 20 M). Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini
ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia
Islam, terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1857 M.
Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu agama dan umum,
penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka
terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi hakekat Islam. Seperti yang
dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang
menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela hadis tersebut. Di
samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam,
Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam, akan tetapi
pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam.3[3]

1. Pokok-Pokok Ajaran Ingkar Sunnah

Di antara ajaran-ajaran pokoknya adalah sebagai berikut:

 Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah. Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi
untuk menghancurkan Islam dari dalam.
 Dasar hukum Islam hanya Alquran saja.
 Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin.
 Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat – dua rakaat dan ada hanya
felling saja (ingat).
 Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalu seorang saja yang melihat bulan,
maka dialah yang wajib berpuasa.
 Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram Rajab, Zulqai’dah, dan
Zulhijjah.4[4]
 Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu, waktu mengerjakan
haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi.
 Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.
 Nabi Muhammad tidal berhak menjelaskan tentang ajaran Alquran (kandungan isi Alquran).
 Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah Alquran.
Demikian di antara ajaran pokok ingkar sunnah yang intinya menolak ajaran sunnah yang
dibawa Rasulullah dan hanya menerima Alquran saja secara terpotong-potong.

C. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah


1. Argumentasi Ingkar al- Sunnah
Argumen-argumen naqli :
a) Agama Bersifat Konkret dan Pasti
Mereka berpendapat bahwa agama harus dilandaskan pada suatu hal yang pasti. Apabila kita
mengambil dan memakai Sunnah, berarti landasan agama itu tidak pasti. Sementara apabila
agama Islam itu bersumber dari hadis –khususnya hadis Ahad- bersifat dhanni (dugaan yang
kuat), dan tidak sampai pada peringkat pasti. Karena itu, apabila agama Islam berlandaskan
hadis di samping Al-Quran Islam akan bersifat ketidak pastian.
b) Al-Quran Sudah Lengkap
Dalam syari’at Islam, tidak ada dallil lain, kecuali Al-Quran. Jika kita berpendapat Al-Quran
masih memerlukan penjelasan berarti kita secara tegas mendustakan Al-Quran dan
kedudukan Al-Quran yang membahas segala hal secara tuntas. Oleh karena itu, dalam
syari’at Allah tidak mungkin diambil pegangan lain, kecuali Al-Quran. Argumen ini dipakai
oleh Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.
c) Al-Quran Tidak Memerlukan Penjelas
Al-Quran tidak memerlukan penjelasan, justru sebaliknya Al-Quran merupakan penjelasan
terhadap segala hal. Allah berfirman: Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang
yang berserah diri (Q.S. An-Nahl [16]: 89). Dan Dialah yang telah menurunkan Al-Kitab
(Al-Quran) kepadamu dengan terperinci. (Q.S. Al-An’am [6]: 114). Ayat-ayat ini dipakai
dalil oleh para pengingat Sunnah, baik dulu maupun kini. Mereka menganggap Al-Quran
sudah cukup karena memberikan penjelasan terhadap segala masalah. Mereka adalah orang-
p\orang yang menolak hadis secara keseluruhan, seperti Taufiq Sidqi dan Abu Rayyah.
Argumen-argumen Non Naqli :
Argumen yang tidak berupa ayat Al-Qur’an dan atau hadis-hadis diantaranya:
a. Al-Qur’an diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad (melalui malaikat Jibril) dalam
bahasa Arab. Orang-orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab mampu memahami Al-
Qur’an secara langsung, tanpa bantuan penjelasan dari hadis Nabi.
b. Dalam sejarah, umat Islam mengalami kemunduran. Umat Islam mundur karena umat Islam
terpecah-pecah. Perpecahan itu terjadi karena umat Islam berpegang kepada hadis Nabi.
c. Asal mula hadis Nabi yang dihimpun dalam kitab-kitab hadis adalah dongeng-dongeng
semata.
d. Menurut dokter Tauqif Sidqi, tiada satupun hadis nabi yang dicatat pada zaman Nabi.
Pencatatan hadis terjadi setelah Nabi wafat. Dalam masa tidak tertulisnya hadis itu, manusia
berpeluang untuk mempermainkan dan merusak hadis sebagaimana yang telah terjadi5[5]

2. Bantahan Ulama
Abd Allah bin Mas’ud berpendapat bahwa orang yang menghindari sunnah tidak
termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah
SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai berikut:
“Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan masjid-masjid
kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti kamu kufur.” (H.R. Abu
Dawud :91).
Allah SWT telah menetapkan untuk mentaati Rsul, dan tidak ada alasan dari siapa pun untuk
menentang perintah yang diketahui bearsal dari Rasul. Allah telah membuat semua manusia
(beriman) merasa butuh kepadanya dalam segala persoalan agama dan memberikan bukti
bahwa sunnah menjelaskan setiap makna dari kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah
dalam kitabnya. Sunnah Rasul mempunyai tugas yang amat besar, yakni untuk memberikan
pemahaman tentang Kitabullah, baik dari segi ayat maupun hukumnya. Orang yang ingin
mempedalam pemahaman Al-Quran, ia harus mengetahui hal-hal yang ada dalam sunnah ,
baik dalam maknanya, penafsiran bentuknya, maupun dalam pelaksanaan hukum-hukumnya.
Contoh yang paling baik dalam hal ini adalah masalah ibadah shalat.
Tegasnya setiap agian Sunnah Rasul SAW. Berfungsi menerangkan semua petunjuk
maupun perintah yang difirmankan Allah di dalam Al-Quran. Siapa saja yang bersedia
menerima apa yang ditetapkan Al-Quran dengan sendirinya harus pula menrima petunjuk-
petunjuk Rasul dalam Sunnahnya. Allah sendiri telah memerintahkan untuk selalu taat dan
setia kepada keputusan Rasul. Barang siapa tunduk kepada Rasul berarti tunduk kepada
Allah, karena Allah jugalah yang menyuruh untuk tunduk kepadaNya. Menerima perintah
Allah dan Rasul sama nilainya, keduanya berpangkal kepada sumber yang sama (yaitu Allah
SWT). Dengan demikian, jelaslah bahwa menolak atau mengingkari sunnah sama saja
dengan menolak ketentuan-ketentuan Al-Quran, karena Al-Quran sendiri yang
memerintahkan untuk menerima dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

D. Kriteria Inkar al-Sunnah


1. Mendahulukan ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai keyakinan bahwa
Sunnah tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun.
2. Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya maupun sebagian.
3. Menyalahi faham mayoritas ulama dan umat.
4. Hanya mengambil dasar hukum dari Al-Quran saja.
5. Berbeda dalam cara pelaksanaan ibadah tertentu.6[6]

E. Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah


Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi paham inkar as-sunnah
diantaranya:
1. Lebih mendalami ilmu agama agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat.
2. Memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
3. Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadits.
4. Meyakini bahwa sunnah dan hadits adalah sumber kedua hukum Islam.
5. Menjauhi aliran-aliran yang menganggap bahwa sunnah dan hadits tidak benar.
6. Pihak berwajib melarang penyebaran paham inkar al-sunnah di wilayahnya.7[7]
BAB III
(PENUTUP)

Kesimpulan
1. Pengertian Inkar al- Sunnah
Kata “Inkar al-sunnah” terdiri dari dua kata yaitu “inkar” dan “Sunnah”. Kata “inkar” secara
etimologis diartikan menolak, tidak mengetahui, dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan
batin yang dilatar belakangi oleh faktor ketidaktahuannya atau fakor lain. Dan “Sunnah”
adalah hadits-hadits Rosulullah SAW.
2. Sejarah Ingkar al- Sunnah
Ingkar Sunnah klasik
terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan
menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islam baik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i
yang dikenal sebagai Nashir As-Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang
yang disebut sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah,
baik muttawatir maupun ahad.
Ingkar al- Sunnah modern
Sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih
abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19
M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah
di Mesir (pada abad 20 M). Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini
ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia
Islam.
3. Argumentasi dan Bantahan Para Ulama Terhadap Ingkar al- Sunnah
Argumen-argumen naqli : Agama Bersifat Konkret dan Pasti, Al-Quran Sudah Lengkap, Al-
Quran Tidak Memerlukan Penjelas. Bantahan Ulama : Abd Allah bin Mas’ud berpendapat
bahwa orang yang menghindari sunnah tidak termasuk orang beriman bahkan dia orang kafir.
Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, sebagai
berikut: “Jika kamu bersembahyang di rumah-rumah kamu dan kamu tinggalkan masjid-
masjid kamu, berarti kamu meninggalkan sunnah Nabimu, dan berarti kamu kufur.” (H.R.
Abu Dawud :91).
4. Kriteria Inkar al-Sunnah
a. Mendahulukan ketetapan hukum berdasar nash yang zhahir, disertai keyakinan bahwa Sunnah
tidak memiliki kekuatan hukum sedikit pun.
b. Menolak hadis Nabi, baik seluruhnya maupun sebagian.
5. Upaya Mengantisipasi Inkar al- Sunnah
1. Lebih mendalami ilmu agama agar tidak mudah terpengaruh aliran sesat.
2. Memahami isi kandungan Al-Qur’an dan Hadits.
3. Waspada terhadap pendapat-pendapat yang muncul, yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadits.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon. 2010. Ulumul Hadis. Jakarta: Bumi Aksara.


Agus Solahudin. 2009. Ulumul Hadis. Bandung: Pusataka Setia.
M. Noor. Sulaiman.2008. Antologi Ilmu Hadits. Jakarta: Gaung Persada Press.

8[2] Ibid, hlm 30-32


9[3] Ibid, hlm 33-35
10[4] Agus Solahudin, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm 219-220
11[5] Agus Solahudin, Ulumul Hadis, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm 220-221
12[6] M. Noor. Sulaiman, Antologi Ilmu Hadits, Gaung Persada Press, Jakarta, hlm 206-211
13[7] Ibid, hlm 212-213

You might also like