You are on page 1of 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Dosen Pengampu
Drs. Suripto, M.Si
Astrini Widiyanti, S.Hut, M.Si

DISUSUN OLEH :
RADEN DENDY ANUGRAH
G1E021036

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktikum Pengelolaan Keanekaragaman Hayati dilakukan pada hari sabtu
tanggal 12 November 2023 dengan mengunjungi salah satu reseort Taman
Nasional Gunung Rinjani yang berada di Kabupaten Lombok Timur yaitu resort
Kembang Kuning. Resort Kembang Kuning adalah salah satu dari 5 resort yang
berada di area II (kedua) Bagian Pengelolaan Konservasi Taman Nasional
Gunung Rinjani. Tugasnya adalah mengelola dan memelihara ekosistem yang
ada. Kawasan Resort Kembang Kuning merupakan kawasan konservasi yang
kaya akan keanekaragaman hayatinya (sumber plasma nutfah) baik flora, fauna
maupun ekosistemnya. Praktikum ini dilakukan untuk mendapatkan data terkait
dengan keanekaragaman hayati tingkat vegetasi maupun tingkat satwanya
(Nurhasanah, dkk., 2018).

Keanekaragaman hayati merupakan aset bagi pembangunan nasional yang


berperan dalam penyediaan pangan, sandang, papan dan obat-obatan. Selain itu
keanekaragaman hayati berfungsi sebagai penopang kelestarian jasa lingkungan
seperti pengatur tata air, pengendali iklim mikro, habitat kehidupan liar, jasa
ekowisata, serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat setempat. Keragaman
iklim, jenis tanah, dan faktor lingkungan lainnya juga dapat mempengaruhi
keanekaragam hayati, sehingga menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman ekosistem yang tinggi. Kekayaan keanekaragaman hayati sangat
penting keberadaannya bagi manusia karena dia merupakan sumber kehidupan,
baik berupa makanan maupun obat-obatan dan sumber genetika. Disamping itu,
keanekaragaman hayati juga berguna bagi lingkungan hidup sendiri yaitu untuk
saling menopang sistem kehidupan dalam satu ekosistem (Setiawan, 2022).

Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan


untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis
hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya.
keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan
dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai
sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.Keanekaragaman
hayati merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna
untuk kehidupan manusia. Masih banyak yang bisa dipelajari tentang
bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati secara lebih baik, bagaimana
menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang terpakai, dan bagaimana
untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi (Siboro, 2019). Maka dari itu,
tujuan dari penelitian ini ke TNGR Jeruk Manis yaitu untuk menentukan luas
petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang sedang dianalisis guna
keperluan ekologi, mengetahui struktur, komposis serta penyebaran vegetasi
pohon pada daerah atau hutan yang ada di TNGR Jeruk Manis dengan
menganalisis parameter-parameternya, menganalisis estimasi kepadatan populasi
mamalia kecil, menganalisis frekuensi jenis burung, menghitung tingkat
keragaman jenis, kesamaan jenis serta kemerataan jenis, dan merumuskan strategi
pengelolaan keanekragaman hayati.

1.2. Tujuan
a. Menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang
sedang dianalisis guna keperluan ekologi.
b. Mengetahui struktur, komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah
atau habitat hutan darat, dengan menganalisis parameter-parameternya.
c. Menganalisis estimasi kepadatan populasi mamalia kecil.
d. Menganalisis frekuensi jenis burung.
e. Menghitung tingkat keragaman jenis, kesamaan jenis dan kemerataan jenis.
f. Merumuskan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan
dan satwa di Kawasan Jeruk Manis.

1.3. Manfaat
a. Mengetahui luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang
sedang dianalisis guna keperluan ekologi.
b. Mengetahui struktur, komposisi dan penyebaran vegetasi pohon pada daerah
atau habitat hutan darat, dengan menganalisis parameter-parameternya.
c. Mengetahui estimasi kepadatan populasi mamalia kecil, frekuensi jenis burung
serta tingkat keragaman jenis, kesamaan jenis dan kemerataan jenisnya.
d. Mengetahui strategi pengelolaan keanekaragaman hayati.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vegetasi
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan.
Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempalajari susunan dan komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat
diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas
tumbuhan. Analisis vegetasi yang dihitung yaitu kerapatan relatif, kerapatan mutlak,
frekuensi relatif, frekuensi mutlak, dominansi relatif, dominansi mutlak dan indeks nilai
penting (Sari et al., 2018).

2.2. Satwa
Satwa liar merupakan bagian yang tak tergantikan dari system alami bumi yang
harus dilindungi untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Oleh karena itu penting
untuk menjaga kelestariannya termasuk dengan menegakkan peraturan di bidang
perdagangan satwa. Masyarakat dan negara-negara harus dapat menjadi pelindung terbaik
bagi satwa liar tersebut. Salah satu cara untuk melindungi satwa liar tersebut adalah
dengan membatasi jumlah satwa liar yang diburu dan diperdagangkan. Oleh karena itu,
pembatasan terhadap jumlah satwa liar yang diperdagangkan merupakan salah satu
bentuk perlindungan satwa liar dari bahaya kepunahan (Rajagukguk, 2014).

2.3. Indeks Ekologi


Analisis indeks ekologi meliputi indeks keanekaragaman, keseragaman, dan
dominansi. Indeks keanekaragaman dihitung dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shannon Wiener, dengan menggunakan persamaan berikut (Srimariana,
ddk., 2020).

Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman Jenis
S : Jumlah Jenis
ni : Kerapatan jenis ke-i
N : Total kerapatan

Indeks kemerataan jenis dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:


Keterangan:
E : Indeks kemerataan jenis
H’: Indeks keanekaragaman jenis
S : Jumlah jenis

Indeks dominansi dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting dari jenis ke-i
N : Total nilai penting

2.4. Analisis SWOT


Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi dan kebijakan pengelolaan. Dengan demikian, perencanaan strategi harus
menganalisa faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat
ini. Analisa SWOT menggambarkan situasi dan kondisi yang sedagn dihadapi dan
mampu memberikan solusi untuk permasalahan yang sedang dihadapi (setyawati dan
safitri, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 17 November 2023 yang
bertempat di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) resort Kembang Kuning, Jeruk
Manis, Lombok Timur.

3.2. Alat dan Bahan


a. Alat tulis
b. Buku panduan praktikum
c. Kamera digital
d. Meteran
e. Patok /pasak
f. Penghitung /counter
g. Pisau cuter
h. Roll meter
i. Tali rafia

3.3. Jenis Data


Praktikum kali ini termasuk kedalam penelitian deskriptif eksploratif dengan
pendekatan kualitatif. Praktikum ini dilakukan untuk memperoleh data tentang analisis
keanekaragaman hayati tingkat spesies dan satwa yang berada di kawasan TNGR Jeruk
Manis Lombok Timur. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang
diperoleh dilapangan berupa hasil pengukuran, analisis data dan pengambilan sampel
dilapangan meliputi data vegetasi dan satwa.

3.4. Metode Pengambilan Data


a. Metode Kurva Spesies
Menurut Munthe (2013) Kurva Spesies Area berguna untuk menunjukkan sistem
keterwakilan dari hutan terwakili sehingga analisis vegetasi yang dilakukan dapat
mewakili hutan yang diteliti dan dari kurva spesies area tersebut dapat ditentukan
luas plot minimal atau minimal area yang digunakan. Analisis kurva spesies area
jenis dilakukan untuk menentukan apakah jenis yang tercatat telah mewakili jumlah
jenis di areal penelitian.
b. Metode Kuadrat
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisa vegetasi yakni dengan
menggunakan pengamatan petak contoh yang luasnya diukur dalam satuan kuadrat.
Adapun betuk petak contah bisa berupa persegi empat, persegi panjang atau
lingkaran. Metode ini sangat mudah dan cepat sehinggga cocok digunakan untuk
struktur dan komposisi vegetasi tumbuhan Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme (Ufiza, dkk., 2018). Ufiza, S., Salmiati, S., & Ramadhan, H.
(2019, January). Metode Titik Hitung (Point Count Methode)
Metode ini biasanya digunakan untuk pengamatan atau inventarisasi burung, baik
yang terlihat secara langsung maupun melalui suara.

3.5. Metode Analisis data


Analisis data diolah menggunakan rumus Shannon-Wiener (H’), indeks kemerataan,
kekayaan jenis, indeks keanekaragaman, indek dominansi dan pola distribusi yang diolah
menggunakan software Excel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kurva Spesies Area


Tabel 4.1 Hasil Kurva Spesies Area

NO PETAK LUAS PETAK JUMLAH SPESIES JENIS SPESIES


1 5x5 1 Bajur
2 5 x 10 1 Bajur
3 10 x 10 1 Bajur
4 10 x 20 2 Bajur, Terep
Bajur, Terep, Jelateng Gajah,Prickly Ash,
5 20 x 20 5
Nangka
Bajur, Terep, Jelateng Gajah,Prickly Ash,
6 20 x 40 5
Nangka

Berdasarkan hasil praktikum lapangan jenis tumbuhan dari 6 plot pada TNGR Jeruk
Manis diperoleh 5 jenis tumbuhan yang dimana semua jenis sudah teridentifikasi
diantaranya yaitu, bajur, terep, jelateng gajah, prickly ash dan nangka.

Kurva Spesies Area


6

5
Jumlah Pohon (Buah)

3 JUMLAH SPESIES

0
5x5 5 x 10 10 x 10 10 x 20 20 x 20 20 x 40
Luas Plot (m2)

Gambar 4.1 Kurva Spesies Area di TNGR Jeruk Manis


Pembuatan akumulasi jenis telah dilakukan untuk mengetahui tingkat penambahan
jenis. Jenis Tumbuhan yang dijumpai tidak bertambah setelah Plot 5 atau setelah dilakukan
pengamatan.
4.2. Hasil Analisis Vegetasi
a. Semai
Tabel 4.2. Hasil rekapitulasi populasi dan jenis tumbuhan tingkat semai
Petak ke-
NO Nama Jenis Total
1 2 3 4 5 6
1 Achyranthes aspera 1 1
2 Axonopus Compressus 42 25 16 69 11 163
3 Beophilla Repens 8 29 37
4 Coffea arabica 4 4
5 Callisia fragrans 14 2 16
6 Centotheca lappacea 18 18
7 Cyathula prostrata 8 8
8 Cyclosorus compressus 4 4
9 Cyclosorus Interruptus 3 3 11 20 37

10 Cyrtococum patens 34 26 14 9 83

11 Dichrocephala integrifolia 3 3
12 Diplazium Esculentum 2 3 2 19 26
13 Ficus septica 1 1
14 Geophila rapens 15 25 40
15 Hylodesmum repandum 3 5 8
16 Hyptis capitata 22 22
17 Oplismenus 8 14 22
18 Paspalum conjugatum 30 30
19 Pouzolzia zeylanica 5 5
20 Persicaria chinensis 5 5
21 Piper betle L. 3 27 30
22 Pollia japonica 1 1
23 Pouzolzia hirta 8 8
24 Pterospermum javanicum 25 24 49
25 Rhynchosia volubilis 75 75
26 Tradescantia fluminensis 7 7
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa di TNGR Jeruk Manis
terdapat jenis vegetasi pada tingkat semai sebanyak 27 jenis. Hasil analisis
vegetasi pada petak contoh sebanyak 6 petak didapatkan tingkat semai terdiri dari 27
jenis dari total 703 individu.
Tabel 4.3. Hasil analisis vegetasi pada tingkat semai

No.
Nama K KR F FR INP
1 Achyranthes aspera 12.5 0% 0.167 2% 2%
2 Axonopus Compressus 2037.5 23% 0.833 11% 34%
3 Beophilla Repens 462.5 5% 0.333 4% 10%
4 Coffea arabica 50.0 1% 0.167 2% 3%
5 Callisia fragrans 200.0 2% 0.333 4% 7%
6 Centotheca lappacea 225.0 3% 0.167 2% 5%
7 Cyathula prostrata 100.0 1% 0.167 2% 3%
8 Cyclosorus compressus 50.0 1% 0.167 2% 3%
9 Cyclosorus Interruptus 462.5 5% 0.667 9% 14%
10 Cyrtococum patens 1037.5 12% 0.667 9% 21%
Dichrocephala
11
integrifolia 37.5 0% 0.167 2% 3%
12 Diplazium Esculentum 325.0 4% 0.667 9% 12%
13 Ficus septica 12.5 0% 0.167 2% 2%
14 Geophila rapens 500.0 6% 0.333 4% 10%
15 Hylodesmum repandum 100.0 1% 0.333 4% 5%
16 Hyptis capitata 275.0 3% 0.167 2% 5%
17 Oplismenus 275.0 3% 0.333 4% 7%
18 Paspalum conjugatum 375.0 4% 0.167 2% 6%
19 Pouzolzia zeylanica 62.5 1% 0.167 2% 3%
20 Persicaria chinensis 62.5 1% 0.167 2% 3%
21 Piper betle L. 375.0 4% 0.333 4% 9%
22 Pollia japonica 12.5 0% 0.167 2% 2%
23 Pouzolzia hirta 100.0 1% 0.167 2% 3%
24 Pterospermum javanicum 612.5 7% 0.333 4% 11%
25 Rhynchosia volubilis 937.5 11% 0.167 2% 13%
26 Tradescantia fluminensis 87.5 1% 0.167 2% 3%

Total 8787.5 100% 7.667 100% 200%

Jenis tumbuhan semai yang memiliki indeks nilaia penting tertingi yaitu
Axonopus Compressus sebesar 34% sedangkan untuk semai yang memiliki indeks nilai
penting terendah yaitu Achyranthes aspera, Ficus septica dan Pollia japonica sebesar
2%.

b. Pancang
Tabel 4.4. Hasil rekapitulasi populasi dan jenis tumbuhan tingkat pancang

Petak ke-
No. Nama Jenis Total
1 2 3 4 5 6
Guarea
1 1 0 0 0 0 0 1
macrophyiiavalh

2 Tripaans americana L. 0 1 0 0 0 0 1

3 Coffeci setanop 0 1 0 0 0 1 2

4 Croton chiedeanus 0 0 0 1 0 0 1

5 Mountain fig doopasam 0 0 0 0 1 0 1

Total 6

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa di TNGR Jeruk Manis terdapat jenis
vegetasi pada tingkat pancang sebanyak 5 jenis. Hasil analisis vegetasi pada petak
contoh sebanyak 6 petak didapatkan tingkat pancang terdiri dari 5 jenis dari
total 6 individu.
Tabel 4.5. Hasil analisis vegetasi pada tingkat pancang

No. Nama Jenis K KR F FR INP


1. Guarea
macrophyiiavalh 12.5 17% 0.17 17% 33%
2. Tripaans americana
L. 12.5 17% 0.17 17% 33%
3. Coffeci setanop 25 33% 0.33 33% 67%
4. Croton chiedeanus 12.5 17% 0.17 17% 33%
5. Mountain fig
doopasam 12.5 17% 0.17 17% 33%
Total 75 1.00 1 1.00 200%
Jenis tumbuhan pancang yang memiliki indeks nilaia penting tertingi yaitu
Coffeci setanop sebesar 67% sedangkan untuk pancang yang lain memiliki indeks nilai
penting yang sama yaitu sebesar 33%.

c. Tiang
Tabel 4.6. Hasil rekapitulasi populasi dan jenis tumbuhan tingkat tiang

Petak ke-
No. Nama Jenis Total
1 2 3 4 5 6
1 Litsea sp 1 0 0 0 0 0 1
2 Cordio alliodora 0 0 1 0 0 0 1
Symplocos
3 0 0 0 0 1 0 1
cochinchinensis
4 Piper kadsura 0 0 0 0 1 0 1
Excoecaria
5 0 0 0 0 1 0 1
cochinchinensis
Barringtonia
6 0 0 0 0 1 0 1
acutangula
Callicarpa
7 0 0 0 0 1 0 1
pedunculata
8 Catalpa bignonioies 0 0 0 0 0 2 2
Total 9

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa di TNGR Jeruk Manis terdapat jenis
vegetasi pada tingkat tiang sebanyak 8 jenis. Hasil analisis vegetasi pada petak
contoh sebanyak 6 petak didapatkan tingkat tiang terdiri dari 8 jenis dari total 9
individu.
Tabel 4.7. Hasil analisis vegetasi pada tingkat tiang

No. Nama Jenis K KR F FR LBDS D DR INP

1 Litsea sp 12.5 11% 0.17 13% 26.08 326.04 18.68% 42%


Cordio
2
alliodora 12.5 11% 0.17 13% 6.03 75.32 4.32% 27.93%
Symplocos
3 cochinchinensi
s 12.5 11% 0.17 13% 15.61 195.06 11.18% 34.79%
4 Piper kadsura 12.5 11% 0.17 13% 27.25 340.61 19.52% 43.13%
Excoecaria
5 cochinchinensi
s 12.5 11% 0.17 13% 8.28 103.54 5.93% 29.54%
Barringtonia
6
acutangula 12.5 11% 0.17 13% 17.20 215.05 12.32% 35.93%
Callicarpa
7
pedunculata 12.5 11% 0.17 13% 15.61 195.06 11.18% 34.79%
Catalpa
8
bignonioies 25 22% 0.17 13% 23.55 294.42 16.87% 51.59%
Total 112.5 100% 1.33 100% 24.66 1745.13 100% 300.%

Jenis tumbuhan tingkat tiang yang memiliki indeks nilaia penting tertingi yaitu
Catalpa bignonioies sebesar 34% sedangkan untuk pancang yang memiliki indeks nilai
penting terendah yaitu Cordio alliodora sebesar 27,93%.

Tabel 4.8. Hasil rekapitulasi populasi dan jenis tumbuhan tingkat pohon
Petak ke- TOTAL
Nama Jenis
No. 1 2 3 4 5 6
Artocarpus
1 0 0 0 0 0 1
1 elasticus
Artocarpus
0 1 0 0 0 0 1
2 heterophyllus
Dendrocnide
0 1 1 0 1 0 3
3 meyeniana
Hymenaea
0 1 1 0 0 1 3
4 courbaril L.
Neolamarckia
0 0 0 0 0 3 3
5 cadamba
Pterospermum
5 0 1 2 1 2 11
6 javanicum jungh
7 Saurauia tristyla 0 0 0 1 1 0 2
Swietenia
0 0 0 1 0 0 1
8 macrophylla
Zanthoxylum
0 2 0 0 0 0 2
9 martinicense

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa di TNGR Jeruk Manis terdapat jenis
vegetasi pada tingkat pohon sebanyak 9 jenis. Hasil analisis vegetasi pada petak
contoh sebanyak 6 petak didapatkan tingkat pohon terdiri dari 9 jenis dari total 27
individu.
Tabel 4.9. Hasil analisis vegetasi pada tingkat pohon

No Nama Jenis K KR F FR LBDS D DR INP


.
Artocarpus 1603.78 20047.3
1 elasticus 12.5 4% 0.2 6% 6 3 2.69% 11.95%
Artocarpus
heterophyllu 2751.14 34389.2
2 s 12.5 4% 0.2 6% 2 8 4.62% 13.87%
Dendrocnide 2445.49 30568.7
3 meyeniana 37.5 11% 0.5 17% 7 1 4.10% 31.88%
Hymenaea 2212.64
4 courbaril L. 37.5 11% 0.5 17% 8 27658.1 3.71% 31.49%
Neolamarcki 2382.07 29775.9
5 a cadamba 37.5 11% 0.2 6% 5 3 4.00% 20.66%
Pterospermu
m javanicum 137. 43090.7 538634. 140.81
6 jungh 5 41% 0.8 28% 9 8 72.29% %
Saurauia 1067.30 13341.2
7 tristyla 25 7% 0.3 11% 2 7 1.79% 20.31%
Swietenia 1786.10 22326.2
8 macrophylla 12.5 4% 0.2 6% 3 8 3.00% 12.26%
Zanthoxylu
m 2268.90 28361.3
9 martinicense 25 7% 0.2 6% 9 6 3.81% 16.77%
337. 100 3.0 100 59608.2 745103. 100.00 300.00
Total
5 % 0 % 5 1 % %

Jenis tumbuhan tingkat pohon yang memiliki indeks nilai penting tertingi yaitu
Pterospermum javanicum jungh sebesar 140,81% sedangkan untuk pohon yang memiliki
indeks nilai penting terendah yaitu Swietenia macrophylla Cordio sebesar 12,26%.

4.3. Indeks Ekologi Vegetasi


a. Indeks Keanekaragaman
Tabel 4.10. Indeks Keanekaragaman

No Jenis H’ Interpretasi
1. Semai 2.65 Tingkat keanekaragaman sedang
2. Pancang 1.56 Tingkat keanekaragaman sedang
3. Tiang 2.043 Tingkat keanekaragaman sedang
4. Pohon 1.855 Tingkat keanekaragaman sedang
Tingkat keanekaragaman pada setiap jenis vegetasi memiliki tingkat
keanekaragam sama yaitu tingkat keanekaragaman sedang 1<H’≤3.

b. Indeks Kekayaan Jenis


Tabel 4.11. Indeks Kekayaan Jenis
No Jenis R-1 Interpretasi
1. Semai 3.81 Kekayaan jenis sedang
2. Pancang 3.18 Kekayaan jenis sedang
3. Tiang 3.18 Kekayaan jenis sedang
4. Pohon 2.42 Kekayaan jenis rendah
Tingkat kekayaan jenis pada setiap jenis vegetasi memiliki tingkat kekayaan jenis
sama yaitu sedang 2,5> R1 > 4.
c. Indeks Kemerataan
Tabel 4.12. Indeks Kemerataan

No Jenis E Interpretasi
1. Semai 0.82 Kemerataan jenis tinggi
2. Pancang 0.96 Kemerataan jenis tinggi
3. Tiang 0.98 Kemerataan jenis tinggi
4. Pohon 0.84 Kemerataan jenis tinggi
Tingkat kemerataan jenis pada setiap jenis vegetasi memiliki tingkat kemerataan
sama yaitu tinggi .

d. Indeks Dominansi
Tabel 4.13. Indeks Dominansi

No Jenis C Interpretasi
1. Semai 0.10 Tidak ada jenis yang mendominasi
2. Pancang 0.22 Tidak ada jenis yang mendominasi
3. Tiang 0.16 Tidak ada jenis yang mendominasi
4. Pohon 0.21 Tidak ada jenis yang mendominasi
Tingkat dominansi jenis pada setiap jenis vegetasi memiliki tingkat dominansi
sama yaitu tidak ada jenis yang saling mendominansi 0 < C < 0,5.

e. Indeks Distribusi
Tabel 4.14. Indeks Distribusi

No Jenis ID Interpretasi
1. Semai -0.008 Pola distribusi seragam
2. Pancang 0.4 Pola distribusi Seragam
3. Tiang 0.167 Pola distribusi Seragam
4. Pohon 1.128 Pola distribusi Seragam
Tingkat distribusi jenis pada setiap jenis vegetasi memiliki tingkat distribusi sama
yaitu membentuk pola seragam.
4.4. Kepadatan populasi, frekuensi jenis, dan indeks ekologi satwa.
Tabel 4.15 Frekuensi jenis mamalia
PLOT Pi ln
No TOTA
Nama Latin Nama Pi ln Pi Pi R E
. I II III IV L
(H')
- -
Trachypithecu
1 Lutung 0.82 0.1910 0.15
s auratus
9 8 18 3 38 6 6 8 0.261 0.667
-
2 Macaca 0.17 0.30
Makaka fascicularis 7 1 8 4 -1.7492 4
- -
1.9402 0.46
46 1 6 2
0.46
2

Dari tabel diatas dipeoleh data frekuensi mamalia dengan nilai H’ sebesar 0,462.

4.5. Strategi pengelolaan kehati dengan analisis SWOT


a. Kekuatan
1. Pohon bajur memiliki dominansi yang tinggi ditunjukkan dengan INP 117%
2. Kondisi vegetasi memiliki tingkat keanekargaman hayati yang sedang dibuktikan
dengan H' 1.85
3. Kondisi vegetasi tidak ada yang mendominansi dibuktikan dengan indeks
dominasi 0.21

b. Kelemahan
1. Kondisi vegetasi memiliki tingkat kekayaan jenis yang rendah
2. Kondisi vegetasi memiliki pola distribusi yang mengelompok

c. Peluang
Suhu, jenis tanah, kelembaban, intensitas cahaya, tempat tumbuh

d. Ancaman
1. Tidak ada pengelolaan khusus untuk mengelola vegetasi
2. Tidak ada petugas khusus dalam pengelolaan vegetasi
3. Pemanfaatan bajur oleh masyarakat secara berlebihan

Strategi
ST = memaksimalkan kekuatan untuk mengatasi ancaman
SO = memaksimalkan kekuatan dan peluang dalam pengelolaan
WO= memaksimalkan peluang untuk mengatasi kelemahan
WT= meminimalkan kelemahan dengan menghindari ancaman
Perlu pengelolaan secara khusus untuk mempertahankan dominansi bajur sebagai habitat
lutung dengan cara mengelola secara khusus vegetasi agar memiliki tingkat keanekaragaman
tinggi dan tidak saling mendominasi antara vegetasi satu dengan yang lainnya. Pemeliharaan
dan perlindungan habitat vegetasi sehingga kondisi tetap terjaga dan perlunya monitoring
secara berkala agar indeks tetap terkontrol. Rehabilitas tempat tumbuh vegetasi agar tingkat
kekayaan jenis tinggi dan pola distribusi tersebar acak serta perlunya pengelolaan intensif,
pemanfaatan secara terbatas.
BAB V
kESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan di TNGR Jeruk Manis di peroleh data
berupa hasil analisis kurva, analisis vegetasi dari masing -masing tingkat vegetasi, analisis
frekuensi jenis populasi serta menentukan strategi pengelolaan keanekaragaman hayati yang
berada di TNGR Jeruk Manis dengan menggunakan metode analisis SWOT.
DAFTAR ISI

Sari, D. N., Wijaya, F., Mardana, M. A., & Hidayat, M. (2018)Analisis Vegetasi
Tumbuhan dengan Metode Kuadrat pada Habitus Herba di Kawasan Pegunungan
Deudap Pulo Nasi Aceh Besar. In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 6, No.
1).
Munthe, J. M. 2013. Struktur dan Komposisi Pohon Pada Habitat Orangutan Sumatera (Pongo
abelii) di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Nurhasanah, L. (2018). STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI KAWASAN TAMAN NASIONAL
GUNUNG RINJANI (Stdu Kasus di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Rinjani Resort
Kembang Kuning Desa Jeruk Manis Kecamata Sikur Kabupaten Lombok Timur) (Doctoral
dissertation, Universitas Mataram).

Rajagukguk, E. V. (2014). Efektivitas peraturan perdagangan satwa liar di


Indonesia. Jurnal Wawasan Yuridika, 31(2), 216-228.
Sari, D. N., Wijaya, F., Mardana, M. A., & Hidayat, M. (2018). Analisis Vegetasi
Tumbuhan Bawah dengan Metode Transek (line transect) di Kawasan Hutan
Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik,
6(1), 165–173.
Setiawan, A. (2022). Keanekaragaman Hayati Indonesia: Masalah dan Upaya
Konservasinya. Indonesian Journal of Conservation, 11(1), 13-21.
Setyawati, R., & Safitri, K. A. (2019). Pengembangan wisata di Kabupaten Buru Menggunakan Analisis
SWOT. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(2), 44-55.
Siboro, T. D. (2019). Manfaat keanekaragaman hayati terhadap lingkungan. Jurnal Ilmiah Simantek, 3(1).
Srimariana, E. S., Kawaroe, M., Lestari, D. F., & Nugraha, A. H. (2020). Keanekaragaman dan potensi
pemanfaatan makroalga di pesisir pulau tunda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(1), 138-144.

You might also like