You are on page 1of 18

Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

POLA INTERAKSI DAN PLURALISME DALAM KEHIDUPAN BIARAWATI


SUSTERAN FRANSISKANES ST ELISABETH (FSE) DENGAN MASYARAKAT
SANTREN KARANGASEM CATURTUNGGAL
Oleh:
Imam Nugroho dan V.Indah Sri Pinasti
Email: Imamnugroho168@gmail.com
Pendidikan Sosiologi –Fakultas Ilmu Sosial- Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pola interaksi biarawati dengan masyarakat
dan nilai-nilai pluralisme dalam kehidupan antar keduanya. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Informan dalam penelitian ini
dipilih menggunakan teknik porposive sampling. Trianggulasi data digunakan dalam
penelitian ini untuk memperoleh kebenaran data yang valid. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Proses analisis
data penelitian ini menggunakan analisis menurut Miles dan Huberman. Proses analisis data
dilakukan melalui 4 tahap kegiatan yang terjadi secara bersama-sama yaitu pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukan pola interaksi yang terjadi yakni pola interaksi antar
biarawati, interaksi biarawati dengan masyarakat dan interaksi Susteran dengan masyarakat.
Terdapat bentuk interaksi asosiatif dengan adanya kerjasma antara biarawati dengan
masyarakat. Namun dalam interaksi yang tejalin memiliki berbagai hambatan untuk mencapai
interaksi yang ideal hal ini dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhi yakni, kesibukan
biarawati sebagai suster dan sebagai mahasiswa. Konflik yang terjadi tidak pernah mengarah
terhadap pertikaian atau menuju tindakan ekstrim. Namun konflik dapat diselesaikan secara
kekeluargaan. Terdapat nilai-nilai pluralisme seperti sifat saling menghargai, sifat saling
menghormati dan toleransi serta kerjasama.

Kata Kunci: Pola Interaksi, Biarawati, Pluralisme

Jurnal Sosiologi/ 1
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

Jurnal Sosiologi

THE INTERACTION PATTERN AND PLURALISM IN THE LIFE OF SUSTERAN


FRANSISKANES ST ELISABETH (FSE) WITH THE SOSIETY SANTREN
KARANGASEM CATURTUNGGAL
By:
Imam Nugroho and V Indah Sri Pinasti
Email: Imamnugroho168@gmail.com
Sosiologi Education- Faculty of Sosial Science- Yogyakarta State University

ABSTARCT

This research aims to find out how the interaction pattern of the nuns with the Society and the
values of pluralism in real life between both of them. This research used qualitative
descriptive method with case study approach. The informant of this research is chosen by
using porposive sampling technique. Trianggulasi data applicable to research acquire for the
validity data. The research instruments are using observation, interview, documentation and
course of study. Process analysis of the data research by applying Miles and Huberman
analysis. Analysis data process use 4 phase activities in concomitance they are collecting
data, reduction data, presentation data, conclusion and verification.
Result of this research is to show up some of interaction pattern that happen which one is
interaction pattern inter nuns, interaction nuns with society and interaction Susteran with
society. Contained forms of asosiative interaction as it is cooperation between nuns and
society. However in the interaction has some obstacles to achieve the ideal interaction,
because any factors are influenced they are, bustle of nuns as a nun and a student. Conflict
that happen never aim toward controversy or in an extreme action. But the conflict can be
finished by the clannish. Contained the values of pluralism looks like admiring, respect,
tolerance and togetherness.

Keywords: Interaction pattern, nun, Pluralism

Jurnal Sosiologi/ 2
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

A. Latar Belakang adanya konflik yang mengarah

Penelitian ini dilakukan tehadap adanya pertikaian antar


untuk mengetahui bagaimana keduanya. Penelitian ini berusaha
pola interaksi yang terjadi antara menjelaskan lebih mendalam

biarawati Susteran Fransiskanes mengenai nilai-nilai yang

St Elisabeth (FSE) dengan terkandung dalam proses


masyarakat Santren. Penelitian interaksi yang terjadi antara
ini berusaha menjelaskan biarawati dengan masyarakat.

bagaimana pola interaksi yang Visi dan misi apa sajakah yang

melibatkan para biarawati dengan dimiliki oleh biarawati dalam


warga masyarakat. Selanjutnya hubungan sosialnya dengan
penelitian ini berusaha masyarakat.

menjelaskan adanya nilai Penelitian yang dilakukan

pluralisme dalam kehidupan berusaha melanjutkan penelitian-


masyarakat sehingga tercipta rasa penelitian terdahulu, seperti
toleransi dan kerukunan dalam penelitian yang dilakukan oleh

kehidupan masyarakat Santren ita muchifah Mahasiswa Fakultas

Karangasem Caturtunggal. Ushuludin Universitas Islam


Susteran Fransiskanes ST Negeri Sunan Kalijaga yang
Elisabeth adalah lembaga berjudul Proses Sosiasi Biarawati

susteran yang terletak di jalan Santa Maria dengan Masyarakat

Flamboyan Santren Karangasem di wilayah Sapen. Berbeda

Caturtunggal. Warga yang berada dengan penelitian ini bahwa


disekitar susteran memiliki penelitian yang dilakukan oleh

berbagai keberagaman dalam hal peneliti berusaha mengeksplorasi

beragama dimana meskipun lebih mendalam tentang adanya

memiliki berbagai perbedaan, interaksi yang melibatkan


namun tidak pernah terjadi biarawati dengan warga
masyarakat yang memiliki
Jurnal Sosiologi/ 3
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

keberagaman agama. Nilai Interaksi ini


pluralisme dalam kehidupan dipengaruhi oleh pikiran
bermasyarat, sehingga tercipta dan perasaan yang
kerukunan dalam kehidupan mengakibatkan
masyarakat. Penelitian sengaja munculnya beberapa
mengambil studi kasus di fenomena, seperti jarak
masyarakat Santren Karangasem sosial, perasaan simpati
Caturtunggal, karena terdapat dan antipati, intensitas,
lembaga Biarawati Fransiskanes dan frekuensi interaksi.
St Elisabeth yang merupakan Jarak sosial sangat
lembaga kaderisasi Katolik. dipengaruhi oleh status
Terlepas dari alasan tersebut dan peranan sosial.
peneliti juga mempertimbangkan Artinya, semakin besar
kemudahan penelitian, karena perbedaan status sosial,
lokasi penelitian tidak telalu jauh semakin besar pula jarak
dengan lokasi kampus dan sosialnya, maupun
tempat kos peneliti sehingga sebaliknya. Apabila jarak
peneliti merasa lebih mudah sosial relatif besar, pola
untuk mendapatkan akses saat interaksi yang terjadi
penelitian. cenderung bersifat
vertical, sebaliknya jika
B. Tinjauan Teori jarak sosialnya kecil
1. Interaksi (tidak tampak), hubungan
Interaksi menurut Harold sosialnya akan

Leavit. Berdasarkan berlangsung horizontal.

bentuknya, interaksi sosial Simpati seseorang

dapat diklasifikasikan didasari oleh adanya


menjadi tiga pola, yaitu kesamaan perasan dalam

sebagai berikut: berbagai aspek


kehidupan. Sikap ini

a. Pola interaksi individu dapat pula diartikan


dengan individu sebagai perasaan kagum
atau senang terhadap
Jurnal Sosiologi/ 4
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

orang lain ketika salah pola huruf Y, dan pola


satu pihak melakukan garis lurus.
sebuah tindakan ataupun 1) Pola lingkaran
interaksi diantara Pola lingkaran
keduanya. Adapun merupakan pola interaksi
antipati muncul karena yang menunjukan adanya
adanya perbedaan kebebasan dari setiap
penafsiran terhadap anggota untuk
sesuatu sehingga berhubungan dengan
menimbulkan perasaan pihak manapun dalam
yang berbeda dengan kelompoknya (bersifat
pihak lain. demokrtis), baik secara
b. Pola interaksi individu vertical maupun
dengan kelompok horizontal. Tetapi, sulit
Pola ini dalam menentukan
merupakan bentuk keputusan karena harus
hubungan antara individu ditetapkan bersama.
dan individu sebagai 2) Pola huruf X
suatu anggota kelompok Pola huruf X
yang menggambarkan merupakan interaksi antar
mekanisme kegiatan individu sebagai bagian
kelompoknya. Pola dari kelompok memiliki
interaksi individu dengan keterbatasan, karena
kelompok memiliki adanya hubungan yang
beberapa bentuk ideal bersifat hierarkis.
yang merupakan deskripsi 3) Pola huruf Y
atau gambaran dari pola Pola interaksi
interaksi yang ada di huruf Y ini ditandai
masyarakat. Harold dengan terbatasnya
Leavit menggambarkan hubungan antar anggota
terdapat empat pola kelompok, sebab
interaksi ideal, yaitu pola hubungan harus
lingkaran, pola huruf X, dilakukan melalui
Jurnal Sosiologi/ 5
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

birokrasi yang kaku, melainkan keterbatasan


tetapi mekanisme wawasan masing-masing
kelompok mudah anggota dalam
terkendali karena adanya berhubungan karena adat
pemimpin yang dapat istiadat dalam
menguasai dan mengatur masyarakat. Sehingga
angggotanya walaupun pola garis lurus biasanya
dipaksakan. Pola huruf Y menyangkut aspek-aspek
dengan X memiliki kehidupan yang khusus.
karakteristik yang relative
sama, yaitu interaksi c. Pola interaksi kelompok
terbatasi oleh adanya dengan kelompok
hierarkis birokrasi yang Hubungan ini
harus ditaati. mempunyai ciri-ciri
4) Pola garis lurus khusus berdasarkan pola
Pola garis lurus yang tampak. Pola
hampir sama dengan pola interaksi antar kelompok
huruf X dan pola huruf Y, dapat terjadi karena aspek
dimana hubungan antar etnis, ras, dan Agama,
anggota tidak dilakukan termasuk juga di
secara langsung atau dalamnya perbedaan jenis
melalui titik sentral. kelamin dan usia,
Tetapi, pihak yang akan institusi, partai,
menjadi meditor dalam organisasi, dan lainya.
hubungan tersebut Misalnya, kehidupan
tergantung dari individu- dalam masyarakat yang
individu yang akan saling berbaur walaupun
berhubungan, seperti pada mereka berbeda Agama,
pola lingkaran. etnis, atau ras.
Terbatasnya hubungan
antar anggota pada pola
garis lurus ini bukan
karena otoriter pemimpin, 2. Biarawati
Jurnal Sosiologi/ 6
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

Dalam Dekrit menciptakan “para pelayan“


Perfectae Caritaris, Konsili umat yang militan. Setiap
Vatikan mengartikan hidup manusia akan selalu
membiara sebagai suatu dihadapkan pada suatu
kehidupan yang pilihan atau keputusan yang
dipersembahkan kepada harus diambil dalam mencari
Tuhan atas dasar pengikraran makna hidupnya. Beberapa
menurut nasehat-nasehat Injil perempuan telah mengambil
(Ita, 2006). Hidup membiara keputusan untuk menjadi
dalam Agama katolik yaitu, Biarawati, yakni perempuan
bahwa terdapat cara hidup yang memilih menjalani
yang menjauhkan dari kehidupannya sebagai kaum
kehidupan dunia, dimana religius dengan aturan-aturan
seluruh hidup di curahkan yang ketat. Biarawati
untuk ibadah dan mencintai umumnya tinggal di tempat
Tuhan. Karena pada dasarnya khusus, yang disebut
persoalan Agama adalah BiaraHidup membiara
persoalan yang sangat pribadi dikalangan biarawati adalah
atau individual dalam suatu tata hidup kristani yang
kaitanya hubungan seorang khas, dimana seorang
manusia yang vertikal dengan biarawati menghayati cita-
Tuhan. Agama sebagai cita mengikuti jejak kristus
pedoman hidup bagi manusia, keterlibatan public dan resmi
karena pada dasarnya setiap diakui secara tebuka oleh
Agama mengajarkan manusia Gereja. Pengakuan ini erat
untuk berbuat baik (Tom, hubunganya dengan berbagai
1987). bentuk penghayatan hidup
Lembaga Biarawati membiara sebagai ungkapan
adalah sebagai sebuah menjawab uluran tangan
lembaga kaderisasi Katolik Tuhan dalam Yesus Kristus.
bagi kaum perempuan. Gereja merupakan norma
Melalui lembaga Biarawati hidup membiara (Muclifah,
ini lah nantinya, Katolik ingin 2006).
Jurnal Sosiologi/ 7
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

Menurut Kitab Indonesia hanya bisa bersatu


Hukum Kanonik (Charlys & jika kemajemukan itu diakui.
Kurniati, 2007: 34), profesi Tokoh “Islamis” memiliki
Biarawati memiliki 3 (tiga) kebesaran hati untuk
aturan utama yang disebut menerima bahwa negara
juga dengan “kaul”. Pertama, Indonesia dimiliki oleh
kaul kemurnian, yang tidak semua warganya, tanpa
memperbolehkan Biarawati membedakan antara
untuk menikah atau memiliki mayoritas maupun minoritas,
suami (hidup selibat) selama itulah hakikat Pancasila yang
masa hidupnya. Tujuannya, sesunguhnya. Kata
Biarawati memiliki hati yang “pluralisme” yang dalam
murni dan tidak terbagi. bahasa inggris “pluralism”
Kedua, kaul ketaatan, yakni merupakan gabungan dari
setiap orang yang sudah kata plural dan isme. Kata
memutuskan untuk menjadi “plural” diartikan dengan
Biarawati harus tunduk pada menunjukkan lebih dari satu.
otoritas atau peraturan yang Sedangkan isme diartikan
diberikan oleh Gereja dan dengan sesuatu yang
biara, sembari tetap berhubungan dengan paham
mengikuti Kristus sampai atau aliran(Magnis
mati. Yang ketiga adalah kaul Suseno:2015).
kemiskinan, yang berarti para Pluralisme adalah
biarawati diwajibkan hakikat bagi bangsa
memiliki kehidupan yang Indonesia. Oleh karena itu,
sederhana namun penuh apabila pluralisme dikutuk,
semangat, sekaligus menjauhi perlu dikayakan dengan jelas
kekayaan duniawi yang apa yang dikutuk dan apa
berlebihan (Charlys & yang tidak(Magnis
Kurniati, 2007: 34). Suseno:2015). Seperti jurnal
3. Pluralisme yang dikeluarkan oleh MUI
Founding Father bahwa dalam tulisan yang
bangsa kita sepakat bahwa dimuat MUI mengharamkan
Jurnal Sosiologi/ 8
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

paham pluralisme karena tertindas. Yang menjadi


dianggap upaya pencamur- mind-set seorang pluralis
adukan berbagai agama adalah: meskipun ia meyakini
dalam satu paham. Dalam Agamanya sendiri, akan
fatwa MUI Juli 2005 tetapi ia tidak pernah akan
ditegaskan bahwa paham merendahkan Agama dan
pluralisme adalah haram. keyakinan religius orang lain,
Pengharaman tersebut dan bersedia mengakui
disebabkan karena pluralisme bahwa agama lain memiliki
adalah paham yang unsur-unsur yang benar dan
“menyamakan semua Agama. baik. Pengertian pluralisme
Frans magnis suseno berbeda dengan relativisme
menyatakan bahwa agama memang bertentangan
pluralisme merupakan sikap dengan hakikat agama agama
menerima bahwa kita relativisme justru tidak
mempunyai kepercayaan pluralistik, dan juga tidak
yang berbeda, dan meyakini toleran, karena yang
kebenaran Agamanya tetapi menuntut agar agama-agama
perbedaan itu tidak melepaskan keyakinan bahwa
memisahkan mereka karena mereka memang benar.
mereka yakin bahwa Sebaliknya, seorang pluralis
meskipun iman kita berbeda justru menerima bahwa kita
kita bersatu dalam nilai-nilai mempunyai kepercayaan
yang kita miliki bersama, yang berbeda mereka yakin
nilai-nilai pluralitas itu akan kebenaran mereka tetapi
misalnya hormat terhadap perbedan tidak memisahkan
ketuhanan setiap manusia, mereka karena mereka yakin
dan menolak tindak bahwa meskipun iman
kekerasan atas nama Agama, berbeda, kita bersatu dalam
lalu keadilan, kebebasan nilai yang kita miliki
beragama, berpendapat dan bersama. (Magnis suseno:
berekspresi, serta solidaritas 2015)
dengan kaum miskin dan
Jurnal Sosiologi/ 9
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

C. Metode Penelitian Peneliti terjun langsung ke


Penelitian ini lapangan guna memperoleh data
menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara
diskriptif. Alasan yang mendasari kepada biarawati dan masyaraka.
penelitian ini menggunakan Metode pengumpulan
metode kualitatif deskriptif yang dilakukan dalam penelitian
adalah penelitian yang dilakukan ini yakni menggunakan 4 metode
terdahulu mengunakan metode yaitu: 1). Observasi dilakukan
penelitian yang sama yakni dengan bertemu Biarawati
metode kualitatif diskriptif hal ini Susteran Fransiskanes St
tentu dapat mempermudah Elisabeth dan sekaligus meminta
penelitian yang dilakukan karena ijin penelitian. Observasi
dapat mempermudah gambaran dilakukan selama 2 kali sebelum
penelitian. Peneliti berusaha proses wawancara. 2).
melanjutkan tradisi penelitian Wawancara mendalam semi tak
terdahulu dengan menggunakan terstruktur, wawancara yang
metode yang sama yaitu dengan dilakukan dalam waktu cukup
metode kualitatif diskriptif. lama sekitar 1-2 jam dan
Penelitian dengan metode diarahkan secara terbuka (tidak
kualitatif diskriptif dirasa dapat kaku) dengan panduan atau
mempermudah penelitian. daftar pertanyaan.Observasi
Karena peneliti dapat dilakukan di Susteran
memperoleh data-data yang Fransiskanes St Elisabeth di
diinginkan, melalui berbagai cara Gang Arumndalu.3).
pengumpulan data seperti: Dokumentasi dalam penelitian ini
Observasi, Wawancara, berupa foto yang di ambil
Dokumentasi. Penelitian ini langsung mengguanakan
mengunakan pendekatan Handphone Peneliti. Foto-foto
sosiologi karena objek penelitian dan gambar yang diperoleh
ini adalah mengenai interaksi peneliti yaitu dari dokumentasi
biarawati dengan masyarakat dan pribadi dan diperoleh saat
adanya nilai-nilai pluralisme penelitian dilakukan dan
dalam kehidupan antar keduanya. bertujuan untuk memudahkan
Jurnal Sosiologi/ 10
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

pembaca dan membuktikan pemeriksan keabsahan atau valid


keabsahan penelitian.4). Studi tidaknya data dengan
pustaka digunakan untuk memanfaatkan sesuatu yang lain
kelengkapan data dan informasi di luar data tersebut untuk
dalam penelitian ini, dalam keperluan pengecekan atau
penelitian ini peneliti menambah sebagai pembanding terhadap
data dari buku-buku, karya tulis, data tersebut (Moleong,
artikel, jurnal, internet, dan 2007:330). Trianggulasi data
literatur-literatur lainya dan yang dilakukan dalam penelitian
sumber yang relevan. ini yakni peneliti menggunakan
Penelitian ini metode wawancara, observasi
menggunakan teknik Purposive dan pengamatan. Guna
sampling untuk pengambilan memperoleh kebenaran data yang
sampel dengan tujuan menjaring valid. Dalam penelitian ini
sebanyak mungkin informasi dari metode wawancara yang
berbagai macam sumber dan digunakan yakni dengan metode
bangunanya wawancara semi terstruktur dan
(Moleong,2007:224). Pemilihan observasi langsung ke lapangan.
Subjek penelitian ini dipilih Dalam proses penelitian ini
dengan menggunakan metode peneliti memilih informan yang
purposive sampling yaitu dipilih berbeda-beda untuk mengecek
berdasarkan pertimbangan - kebenaran informasi yang
pertimbangan tertentu diperoleh. Melalaui berbagai
berdasarkan tujuan penelitian. perspektif diharapkan diperoleh
Validitas data merupakan bagian hasil yang mendekati kebenaran.
penting dalam sebuah penelitian Teknik analisis data
dimana dari hasil penelitian yang Menurut Miles dan Huberman
telah dilakukan oleh sang peneliti proses analisis data dilakukan
dapat dipertanggung jawabkan melalui 4 tahap kegiatan yang
kebenaranya. Dalam pemeriksaan terjadi secara bersama-sama yaitu
keabsahan data ini, peneliti pengumpulan data, reduksi data,
menggunakan Trianggulasi data. penyajian data, penarikan
Trianggulasi adalah teknik kesimpulan atau verifikasi (Miles
Jurnal Sosiologi/ 11
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

dan Huberman,1992:15-21) pakai setelah dilakuakan


yakni: penyelesaian, membuat
1. Pengumpulan Data transkrip penelitian, untuk
Data yang diperoleh mempertegas,
dari hasil observasi, memperpendek, membuat
wawancara, dan dokumentasi fokus dan kemudian
yang kemudian dituliskan membuang data yang tidak
dalam catatan lapangan yang diperlukan agar mudah
berisi tentang apa yang menarik kesimpulan. Dalam
dilihat, didengar, dirasakan, proses reduksi ini peneliti
dialami sendiri oleh peneliti benar-benar mencari data
tanpa adanya pendapat dari yang benar-benar valid.
peneliti. Temuan tentang apa Apabila peneliti
yang dijumpai selama menyangsikan kebenaran
penelitian merupakan bahan data maka peneliti melakukan
rencana pengumpulan data perbandingan dengan
dilakukan dengan informan lain.
wawancara, observasi, studi 3. Penyajian data
pustaka dan dokumentasi. Penyajian data adalah
proses penampilan data dari
semua hasil penelitian dalam
2. Reduksi Data bentuk paparan naratif
Reduksi data diartikan representative tabular
sebagai proses pemilihan, termasuk dalam format
pemusatan perhatian, pada matriks, grafis dan
penyerdahanaan, sebagainya, yang nantinya
pengabstrakan ,dan proses dapat mempermudah peneliti
transfomasi data, yaitu dalam melihat gambaran hasil
perubahan dari data yang peneliti karena dari banyak
bersifat “kasar yang muncul data dan informasi tersebut
dari catatan-catatan tertulis di penelitian ini (Usman,
lapangan menjadi data yang 2009:85). Data-data yang
bersifat “halus” dan siap diperoleh disajikan dalam
Jurnal Sosiologi/ 12
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

format yang lebih sederhana peneliti membuat rumusan


sehingga peneliti mudah proposisi yang terkait dengan
dalam menganalisisnya dan prinsip logika,
membuat tindakan mengangkatnya sebagai
berdasarkan pemahaman temuan penelitian, kemudian
yang diperoleh dari penyajian dilajutkan dengan mengkaji
data-data tersebut. Bentuk secara berulangulang
penyajian data dalam terhadap data yang ada,
penelitian ini antara lain pengelompokkan data yang
berupa teks naratif, bagan, telah terbentuk, dan proposisi
tabel, foto agar memudahkan yang telah dirumuskan.
membaca dan menarik Kemudian selanjutnya yaitu
kesimpulan. melaporkan hasil penelitian.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan D. Hasil Penelitian
adalah usaha untuk mencari Hasil penelitian ini menunjukan bahwa :
atau memahami makna, 1. Interaksi biarawati dengan
keteraturan, pola-pola biarawati
penjelasan alur sebab dan Dalam temuan penelitian ini
akibat atau proposisi. korelasi dengan konsep yang
Tahapan ini menyangkut dipaparkan dalam kajian pustaka
penggambaran makna dari peneliti menyimpulkan adalah bahwa
data yang ditampilkan. interaksi sesama biarawati terlihat
Kesimpulan yang telah bahwa tidak ditemukan adanya
ditarik maka kemudian kesenjangan sosial yang
diverifikasi dengan cara mengakibibatkan adanya jarak sosial.
melihat dan mempertanyakan Tidak adanya kesenjangan sosial ini
kembali dan melihat catatan lah yang membuat interaksi terjadi
lapangan agar memperoleh sangat intens karena para biarawati
pemahaman yang tepat. tinggal di tempat yang sama yaitu di
Selain itu, juga dapat dengan Susteran Fransiskanes St Elisabeth.
mendiskusikanya(Usman,200 Karena interaksi yang intens ini lah
8:87). Dalam tahap ini, biarawati di Susteran Fransiskanes St
Jurnal Sosiologi/ 13
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

Eisabeth merasa hubungan diantara biarawati Susteran Fransiskanes St


mereka layaknya seperti keluarga Elisabeth kurang terlibat dalam rapat
sendiri. Meskipun masing-masing PKK tersebut. Pola ini menunjukan
Biarawati memiliki latarbelakang adanya perilaku yang didasari oleh
yang berbeda-beda namun mereka mekanisme kelompok. Harold Leavit
saling menjaga dan menghormati menggambarkan terdapat empat pola
satu sama lain. Namun interaksi yang interaksi ideal, yaitu pola lingkaran,
terjalin antara biarawati dengan pola huruf X, pola huruf Y, dan pola
warga masyarakat menunjukan garis lurus. Berdasarkan pola
bahwa interaksi yang terjalin antara interaksi individu dengan kelompok
keduanya kurang begitu intens yang digambarkan Harold Leavit,
umumnya benntuk interaksi hanya peneliti tidak menemukan adanya
lewat saling sapa ketika bertemu. korelasi sesuai paparan dalam
2. Interaksi biarawati dengan pustaka yang dipaparkan dalam
masyarakat kajian pustaka. Peneliti tidak
Dalam korelasinya dengan menemukan adanya pola seperti
pustaka yang telah dipaparkan yang dipaparkan dalam kajian
peneliti menyimpulkan bahwa pustaka. Tentu hal ini lebih
interaksi yang terjadi bersifat dikarenakan kelemahan dan
terbatas hal ini menunjukan keterbatasan peneliti dalam mencarai
mekanisme kelompok dalam hal ini informasi saat penelitian dilakuakan.
biarawati sebagai kelompok dari
Susteran dan sebagai biarawati yang
masih menempuh pendidikan 3. Interaksi Susteran dengan
mengalami keterbatasan interaksi masyarakat
karena memiliki keterbatasan dan Dalam korelasinya
kesibukan dengan kegiatan dengan pustaka yang dipaparkan
kelompoknya. Sebagai contoh bahwa peneliti menyimpulkan bahwa
dalam berbagai kesempatan sesuai dengan temuan penelitian
biarawati Susteran Fransiskanes St interaksi yang terjadi
Elisabeth sering diundang dalam menunjukan adanya interaksi
rapat PKK namun karena kesibukan yang bersifat asosiatif, meskipun
lah yang akhirnya membuat keadaan masyarakat menunjukan
Jurnal Sosiologi/ 14
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

adanya perbedaan-perbedaan suatu masyarakat agar berada


namun tidak menghalangi adanya dalam keadaan yang harmonis.ya
interaksi antara kedua kelompok hubungan yang asosiatif dalam
ini. Proses asosiatif ini terlihat kehidupan bermasyarakat.
dari kehidupan sehari-hari seperti 5. Hambatan mencapai interaksi
halnya ketika pihak Susteran yang ideal
sedang melakukan acara Interaksi sosial dapat
meskipun acara yang dilakukan diartikan sebagai suatu bentuk
hanya untuk komunitasnya saja, hubungan sosial yang dinamis.
namun kelompok warga tetap Pada dasarnya interaksi sosial
membantu kelancaran acara dapat terjadi jika memenuhi
tersebut dengan membantu adanya dua syarat yaitu kontak
memparkirkan kendaraan dan sosial dan komunikasi. Dalam
menjaga keamanan lingkungan temuan penelitian ini interaksi
sekitar. Karena kelompok yang terjalin antara Biarawati
masyarakat sadar bahwa Susteran Fransiskanes St
kehidupan bermasyarakat harus Elisabeth dengan masyarakat
didasari dengan rasa toleransi sudah menujukan adanya pola
dan saling menghargai satu sama interaksi yang baik dan mengarah
lain. terhadap pola asosiatif atau
4. Interaksi Asosiatif kerjasama. Namun frekuensi
Interaksi asosiatif intensitas interaksi antara
merupakan bentuk interaksi yang Biarawati Susteran Fransiskanes
mengarah tehadap adanya St Elisabeth dengan masyarakat
kerjasama. Secara umum inteaksi menunjukan adanya intensitas
yang terjalin antara biarawati dan yang sangat minim. Dalam
warga masyarakat menunjukan berbagai bentuk kegiatan yang
adanya hubungan yang baik dilakukan pihak masyarakat
dengan adanya interaksi asosiatif selalu melibatkan dan
ini berdampak bagi kerukunan mengundang pihak susteran
antara warga masyarakat Santren. namun karena keterbatasan dan
Kerukunan merupakan modal kesibukan akhirnya kegiatan
utama dalam menjaga keutuhan yang akan dilakukan banyak
Jurnal Sosiologi/ 15
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

tidak diikuti oleh biarawati hal masyarakat Santren. Seperti adanya


ini dikarenakan kesibukan ganda toleransi dan kerjasama, serta rasa
biarawati sebagai seorang biara saling menghormati antara sesama
dan seorang pelajar. warga yang berbeda agama.
Contohnya, ketika idul adha pihak
6. Konflik Susteran juga mendapatkan jatah
Konflik merupakan sesuatu daging dari masyarakat. Juga, ketika
yang abadi, konflik merupakan hal saat idul fitri pihak susteran pun
yang tidak dapat dihilangkan dalam berkunjung kerumah warga dan
kehidupan manusia mungkin begitu mengucapkan selamat. Saat perayaan
yang dimaksud Karl Marx bahwa natal pun sebaliknya ketika natal
memang sejatinya konflik akan masyarakat mengucapkan selamat
selalu ada dalam kehidupan manusia. dan datang ke Susteran. Bahkan
Konflik dalam penelitian ini terjadi ketika akan takbiran pasti warga
umumnya tidak pernah mengarah selalu memberi tau pihak Susteran.
terhadap pertikaian atau menuju Secara umum keadaan masyarakat
tindakan-tindakan ekstrim. Sejauh ini menunjukan adanya sikap toleransi
tidak pernah terjadi adanya konflik dan adanya kerjasama. Nilai
yang mengarah terhadap pertikaian pluralisme ini terlihat ketika
dan tindakan-tindakan ekstrim. perayaan hari raya keagamaan.
Konflik dalam hal ini dipahami Perbedaan Agama tidak menghalangi
sebagai adanya perbedaan-perbedaan adanya interaksi yang baik antara
yang tidak dapat disatukan. Tidak Biarawati Susteran Fransiskanes St
pernah terjadi adanya konflik yang Elisabeth dengan masyarakat
mengarah kepada perpecahan, Santren. Dalam kehidupan
namun konflik dapat diselesaikan bemasyarakat pluralisme secara
secara kekeluargaan sederhana dapat diartikan sebagai
7. Pluralisme paham yang mentoleransi adanya
Sesuai dengan temuan keberagaman seperti kebudayaan dan
penelitian peneliti menyimpulkan agama.
bahwa terdapat nilai-nilai pluralisme
dalam kehidupan Biarawati Susteran
Fransiskanes St Elisabeth dengan
Jurnal Sosiologi/ 16
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

dengan masyarakat. (7). Terdapat


nilai nilai pluralisme dalam
kehidupan antara biarawati dengan
masyarakat.
2. Saran
Berdasarkan hasil
E. PENUTUP penelitian peneliti memberikan saran
1. Kesimpulan bahwa:
Sesuai dengan hasil (1). Hendaknya dalam
penelitian peneli menyimpulkan kehidupan kita tidak membatasi
bahwa: (1). Interaksi biarawati interaksi dengan pihak manapun
dengan biarawati terjalin dengan atau dengan kelompok manapun.
baik dan tidak ditemukan adanya (2). Hendaknya kita menjaga dan
kesenjangan. (2). Interaksi biarawati saling bekerjasama dengan
dengan masyarakat menunjukan semua pihak tanpa melihat asal,
adanya kerajasama antara keduanya agama maupun suku tertentu. (3).
namun intensitas interaksi kurang Hendaknya semua konflik yang
begitu intens, bentuk interaksi terjadi dapat diselsaikan secara
umumnya terjadi saat bertemu musyawarah tanpa adanya
dengan cara bertegur sapa,(3). pertikaian yang berujung tindak
Interaksi susteran dengan masyarakat kekerasan. (4). Sebagai generasi
menunjukan adanya hubungan yang penerus kita diharapkan banyak
baik dan sikap saling menghargai belajar terhadap berbagai
dan terdapat kerjasama antara perbedaan-perbedaan yang ada di
keduanya.(4). Adanya hambatan dalam masyarakat. Dan perlunya
mencapai interaksi yang ideal hal ini kita melanjutkan semangat
dikarenakan kesibukan biarawati pluralisme yang telah
sebagai suster dan mahasiswa.(5). dikemukakan oleh Gus Dur. (5).
konflik umumnya terjadi namun Hendaknya semua masyarakat
tidak pernah mengarah terhadap lebih menghargai hak setiap
pertikaian dan tindak kekerasan.(6). orang dan berperilaku dengan
Terdapat bentuk interaksi menjunjung nilai toleransi dalam
asosiatif/kerjasama antara biarawati kehidupan.
Jurnal Sosiologi/ 17
Pola Interaksi dan Pluralisme(Imam Nugroho)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.

Ita, M. (2006). Proses Sosiasi Biarawati


Santa Maria Dengan Masyarakat.
Skripsi S1. Universitas Islam Negeri
Sunan Kali Jaga Yogykarta.

Leavit, J.H. (1997). Psikologi


Manajamen. Jakarta: Erlangga.

Magnis,Suseno, F. (2015).
Kebangsaan,Demokrasi, Pluralisme:
Jakarta: Kompas

Moeleong, Lexy J. (2007) Metode


Penelitian Kualitatif. Bandung:
Rosdakarya

Nawawi, H. (2007). Metode Penelitian


Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press.

Jurnal Sosiologi/ 18

You might also like