Professional Documents
Culture Documents
PDF Laporan Kasus Gerd
PDF Laporan Kasus Gerd
Disusun Oleh:
Pendamping:
KABUPATEN BREBES
JAWA TENGAH
2021
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KASUS
Oleh:
Mengetahui,
Pendamping Internship
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. GERD-Questionnaire......................................................................................22
v
BAB I
PENDAHULUAN
gejala tipikal yaitu meartburn (sensasi terbakar di dada, kadang diikuti sensasi
nyeri dan menusuk) dan/atau regurgitasi (rasa pahit atau asam di mulut) dan
gejala
dapat terjadi postprandial, sesaat, asimtomatik, dan jarang terjadi saat tidur dan
terdapat di Jepang dan Taiwan yang mencapai 13-15% dari populasi dewasa.
1
2
Indonesia sekitar 13,3% dan prevalensi GERD pada pasien dispepsia dapat
mencapai 49%.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. SS
c. Usia : 63 tahun
f. No. RM : 1927xx
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
ulu hati yang menyebar ke arah tulang dada dengan rasa seperti
terbakar. Disertai dengan rasa mual. Nyeri tidak membaik saat istirahat.
Muntah (-) sesak (-) gumoh (-) DD (-) OP (-) PND (-) BAK dalam batas
sudah sejak lama lidah dan langit-langit mulut terasa seperti melepuh.
3
4
– HMRS: bangun tidur pasien merasa mulut pahit di belakang lidah dan
nyeri dada kiri, lama > 20 menit, terasa seperti tertindih beban.
– Tahun 2017: pasien mondok kembali dengan keluhan nyeri dada kiri
2x 6,125 mg.
– Asthma : (-)
– Hipertensi : (+)
– Alergi : disangkal
– Asthma : (-)
5
– Hipertensi : (-)
– Alergi : disangkal
e. Gaya Hidup
– Merokok : (-)
– Alkohol : (-)
tangga.
hari mengonsumsi)
6
a. Umum : mual
terbakar
4. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
–Rongga mulut : bibir kering (-), pucat (-), erosi (-), terdapat eritema
dan erosi dangkal multipel pada palatum durum
–Leher : lnn. tidak teraba, JVP 5+2 cmH2O, tiroid tidak teraba
–Kulit : xerosis (-), ruam (-), turgor kulit dbn., ikterik (-)
c. Pemeriksaan Paru
d. Pemeriksaan Jantung
e. Pemeriksaan Abdomen
–Inspeksi : dinding perut datar, venektasi (-), spider nevi (-), caput
medusa (-)
8
f. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas Ekstremitas bawah
• Akral hangat (+/+) • Akral hangat (+/+)
• Akral ikterik (+/+) • Akral ikterik (+/+)
• Kuku tidak ada kelainan • Kuku tak ada kelainan
• Edema (-/-) • Edema (-/-)
• WPK < 2 detik • WPK < 2 detik
• Keterbatasan ROM (-/-) • Keterbatasan ROM (-/-)
palatum durum
c. Paru : tidak ada temuan bermakna
6. Diagnosis Kerja
GERD
CHF
7. Pemeriksaan Penunjang
Parameter
Hemoglobin L Hasil
12.7 Satuan
/µL Nilai
13.2 —Rujukan
17.3
Hematologi
Hematokrit L 36.2 % 39.6 — 51.9
Eritrosit L 4.10 106/µL 4.50 — 6.50
6
Leukosit H 14.54 103/µL 3.70 — 10.10
Trombosit 243 10 /µL 150 — 450
MCV 88.2 fL 81.0 — 96.0
MCH 31.0 pg 37.0 — 31.2
MCHC 35.2 % 31.8 — 35.4
RDW L 10.6 % 11.5 — 14.5
Neutrofil H 76.1 % 39.30 — 73.70
Limfosit L 17.23 % 18.00 — 48.30
Monosit 5.588 % 4.400 — 12.700
Eosinofil 0.659 % 0.600 — 7.300
Basofil 0.426 % 0.0 — 1.7
Kimia
BUN H 51.0 mg/dL 7 — 18
SGOT (AST) 35 U/L 0 — 50
SGPT (ALT) 36 U/L 0 — 50
Kreatinin H 2.51 mg/dL 0.60 — 1.30
Natrium
Elektrolit L 134 mEq/L 135 — 155
Kalium 4.5 mEq/L 3.5 — 5.5
Klorida 102 mEq/L 94 — 111
10
b. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgen Thorax
Kesan :
- pulmo normal
- kardiomegali
c. EKG
GERD
AKI dd ACKD
9. Manajemen
• IVFD RL 20 tpm
PERMASALAHAN
12
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi GERD
cairan lambung dan isinya menuju esofagus menyebabkan gejala tipikal yaitu
menusuk) dan/atau regurgitasi (rasa pahit atau asam di mulut) dan gejala
2. Epidemiologi GERD
13
14
dengan prevalensi tertinggi terdapat di Jepang dan Taiwan yang mencapai 13-
15% dari populasi dewasa. Penelitian mengenai prevalensi GERD di
Indonesia masih kurang namun beberapa penelitian oleh RSCM tahun 2017
esofagus. Hanya 7-22% pasien GERD di Asia masuk dalam spektrum ini
dan 50-90% dari seluruh pasien ini memiliki lesi tunggal dengan diameter
– Berdasarkan pH refluks:
- Non-acid reflux: pH > 4,0 (weakly acidic bila pH 4,0 -7,0 dan weakly
15
4. Patofisiologi GERD
spinchter)
menyebabkan inkompetensi:
16
esofagus), dan kontraksi diafragma costalis. Proses ini terjadi sering pada
distensi lambung dan posisi tubuh tegak. TLESRs tidak sama dengan
swallow-induced LES relaxation karena tidak ada kontraksi otot faring,
tidak timbul peristaltik, dan durasi > 10 detik. Pada GERD, frekuensi dan
relaksasi.
- Hypotensiνe LER
Normal resting pressure dari LES adalah > 10 mmHg dan < 29 mmHg di
memiliki LES hipotensif (< 10 mmHg) saat puasa. Kejadian ini meningkat
bila tekanan LES <4 mmHg; 2) free reflux: terjadi tanpa perubahan
17
b. Karakteristik Refluksat
terparah bila pH <2,0, keberadaan pepsin, tripsin, bile acids, dan makanan
hyperplasia dan elongasi brush border epitel. Esofagitis tidak tergantung dari
karakteristik refluksat.
dan titrasi asam dari saliva yang tertelan. Terdapat 2 bentuk gangguan: 1)
18
e. Hipersensitivitas esofagus
19
asimtomatik. Eradikasi rutin pada pasien dengan klinis GERD saja tidak
– Laki-laki
– Riwayat keluarga
– Status ekonomi tinggi
– BMI oνerweight
– Merokok
– Hiatal hernia
– Kehamilan
– Estrogen eksogen
20
– Regurgitasi: persepsi suatu aliran cairan dari gaster ke hipofaring atau mulut.
Dapat berupa sensasi rasa pahit atau asam. Biasanya muncul saat berbaring.
keganasan.
substernal dan menyebar ke punggung, leher, rahang, dan lengan. Nyeri bisa
bertahan menit hingga jam dan hilang sendiri atau hilang dengan antasida.
emosional.
21
22
gastroenterologis.
Gambar 3. GERD-Questionnaire
alarm symptoms dan pasien yang tidak responsif terhadap terapi empiris PPI
– Pemeriksaan Histopatologi
untuk
pada pasien dengan suspek non-acid reflux GERD untuk eksklusi diagnosis
Digunakan untuk evaluasi pasien GERD yang tidak responsif terhadap terapi
atau setelah gagal terapi, dan konfirmasi diagnosis GERD sebelum operasi
– Tes PPI
Dilakukan dengan pemberian double dose PPI selama 1-2 minggu. Apabila
gejala membaik setidaknya >50% dalam 1 minggu dan kembali saat PPI
spesivitas 74% pada pasien GERD disertai gejala nyeri non-kardiak tanpa
alarm symptoms
– Barium Esofagografi
– Manometri Esofageal
Juga digunakan pada pasien GERD refrakter yang akan menjalani tatalaksana
operatif.
– Tes Impedansi
Metode invasif mengukur perubahan resistensi LES terhadap arus listrik yang
dialirkan lewat 2 elektroda saat cairan dan/atau gas lewat di antaranya. Dapat
– Bilitec Test
25
dengan hasil pH-metri normal walau terdapat bukti eksposur asam pada distal
esofagus
hingga distal esofagus dan memberi HCl 0,1 N dalam waktu < 1 jam. Dapat
26
9. Manajemen GERD
a. Non-farmakologis
27
BMI <25,0 atau turun >3,5 unit) dan elevasi kepala saat tidur 15-20 cm
untuk mengikuti perubahan gaya hidup rendah. Oleh karena itu, menghindari
b. Farmakologis
– Antasida
Onset 5-30 menit dan durasi 30-60 menit. Aman untuk ibu hamil dan
therapy bila PPI tidak tersedia, on-demand therapy untuk rapid symptoms
28
add-ons therapy saat malam hari pada GERD refrakter. Onset 3 menit-3
jam dan durasi 4-12 jam. Menunjukkan sifat tachyphylaxis (muncul 2-6
– Agen Prokinetik
therapy dengan H2RA atau PPI pada kasus GERD refrakter. Penggunaan
jangka panjang agen prokinetik tidak disarankan karena efek samping
yang
29
otak;dapatmenimbulkan
efek ekstrapiramidal.
kerusakan jantung.
Itopride 50 mg 3 dd DopamineD2antagonist
acetycholinesterase inhibitor
agonist baru.
30
ATPase pada sel parietal secara ireversibel. Bekerja paling efektif bila
ATPase paling banyak tersedia saat periode puasa lama. Waktu yang
dicapai untuk maximal acid suppression minimal 5 hari. Hal ini karena
luminal sel
Mulai dengan single dose PPI setiap pagi 30-60 menit sebelum makan
pertama selama 4 minggu dan evaluasi pada minggu ke-2-4. Apabila gejala
menetap (PPI failure) tingkatkan menjadi double dose PPI sebelum makan
dihentikan.
31
Bila tidak ada perbaikan klinis, lakukan pemeriksaan endoskopi dan tentukan
(Grade A dan B), lanjutkan dengan on-demand therapy (single dose PPI
hari setelah dimulai) Apabila terdapat esofagitis berat (Grade C dan D), beri
on-demand therapy.
c. Endoskopik
d. Operatif
hernia, dan lainnya) atau operasi perbaikan komplikasi (striktur atau stenosis
dan lainnya). Efektivitas sama dengan terapi farmakologis dengan PPI namun
32
a. Step-up Approach
kelas terapi terendah dan mengurangi paparan berlebih terhadap kelas terapi
poten untuk menghindari biaya berlebih dan efek sampingnya. Target pasien
ini adalah pasien dengan gejala ringan dan intermiten (<2 kali/minggu) dan
alginat (bila gejala <1 kali/minggu) lalu monitor 4 minggu. Bila persisten,
tingkatkan dosis H2RA menjadi dosis standar dan monitor 2 minggu. Bila
b. Step-down Approach
eradikasi gejala dengan cepat menggunakan kelas terapi paling poten dan
ERD, pasien dengan gejala sering dan berulang (≥2 kali/minggu), atau
dengan gejala berat yang mengganggu kualitas hidup. Dimulai dengan terapi
minggu.
33
DISKUSI
Pasien GERD dapat dipertimbangkan untuk rawat inap bila terdapat tanda
bahaya seperti: disfagia progresif, odinofagia, berat badan turun yang tidak
esofagus, atau usia >40 tahun di area dengan prevalensi kanker gaster yang
tinggi. Rawat inap bertujuan untuk menstabilkan kondisi pasien ataupun
Indikasi terapi operatif pasien GERD antara lain: GERD refrakter yang gagal
komplikasi (esofagitis
GERD dengan long term PPI yang ingin menghentikan pengobatan. Di Asia,
hanya disarankan pada pasien GERD dengan long-term PPI dan ingin
menghentikan pengobatan.
34
35
akibat PPI yang selain secara langsung menstimulasi sel parietal, juga
induced acid secretion. Fenomena ini bisa berlangsung >4-8 minggu namun
1,3-1,5)
KESIMPULAN
Pasien ini didiagnosis GERD karena memiliki gejala tipikal GERD yaitu
pyrosis ditandai dengan rasa terbakar di tulang dada dan regurgitasi yang ditandai
dengan rasa pahit di belakang mulut terutama saat bangun dari tidur. Karena pasien
berusia >60 tahun dan curiga memiliki anemia, pasien sebaiknya di rawat inap
sambil menunggu hasil pemeriksaan lainnya. Selama rawat inap dapat dilakukan tes
PPI secara intravena ataupun peroral untuk melihat respons pasien terhadap terapi
PPI.
digunakan pendekatan terapi step-down dimulai dengan pemberian PPI dosis standar
sekali sehari diminum 30-60 menit sebelum makan pertama dan kontrol kembali 4
36
REFERENSI
Fock, K.M, Talley N.J., Fass, R., et al. 2016. Asia-Pacific consensus on the management
of the gastroesophageal reflux disease: an update focusing on refractory reflux
disease and Barretts esophagus. J Gastroenterol Hepatol 65: 1402-1415.
Fock, K.M, Talley N.J., Fass, R., et al. 2008. Asia-Pacific consensus on the management
of the gastroesophageal reflux disease: update. J Gastroenterol Hepatol 23: 8-22.
Fock, K.M, Talley N.J., Fass, R., et al. 2004. Report of the Asia-Pacific consensus on the
management of the gastroesophageal reflux disease. J Gastroenterol Hepatol 19:
357- 367.
Katz, P.O, Gerson, L.B., dan Vela, M.F. 2013. ACG Cclinical guideline: diagnosis and
management of gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol 108: 308-328.
Kahrilas, P.J., Shaheen N.J., Vaezi, M.F., et al. 2008. American Gastroenterological
Association Institute technical review on the management of gastroesophageal reflux
disease. Gastroenterology 135: 1392.
The Indonesia Society of Gastroenterology. 2014. National consensus on management of
GERD in Indonesia. Acta Med Indones-Indones J Intern Med 46(3): 263-271.
Vakul, N., Zanten, S.V., Kahrilas, P., et al. 2006. The Montreal definition and
classification of gastroesophageal reflux disease: a global evidence-based consensus.
Am J Gastroenterol 101: 1900-1920.
37