You are on page 1of 4

Ketika Sentuhan Al Quran Melahirkan Keajaiban

(Belajar Cara Interaksi Kaum Sholih dengan Al Qur'an)

Ustadz Asep Sobari, Lc.

Bagaimana generasi salafushshalih melahirkan keajaiban dengan interaksi mereka bersama Alquran?
Alquran pada dasarnya bagi kita sama sebagaimana Alquran untuk salafushshalih: yaitu sebagai
petunjuk.

Rasulullah mendidik generasi pertama Islam untuk berinteraksi secara mendalam (bermu'ayasyah)
agar Alquran menjadi sendi kehidupan:
- Kontrol kehidupan ialah Alquran,
- Salah benar berpedoman dari Alquran
- Cara pandang Alquran.

Bagaimana cara mendidik diri kita berinteraksi dengan Alquran?


Ada 3 bentuk interaksi manusia dengan Al-Qur'an :
1. Secara intelektual
2. Emosional
3. Perilaku.

Alquran ketika bersentuhan dengan mahluq


Di surah Al Hasyr disebutkan apabila diturunkan hingga menyatu dengan makhluq, gunung-gunung
dan batu sekali pun akan bergetar dan meledak karena takut pada Allah!
Maka jika Al-Qur'an bersentuhan dengan manusia harusnya terjadi ledakan luar biasa! Menimbulkan
pribadi luar biasa.

BELAJAR DARI BEBERAPA KISAH SALAFUSSHOLEH

1. Asma binti Abu Bakar

Asma binti Abu Bakar: Putri Abu Bakar dan kakak dari bunda Aisyah.

Suatu pagi 'Abbad bin Hamzah hendak menemui Asma, untuk belajar, namun menemuinya sedang
membaca Alquran, dan sampai pada Surah At Thur : 27. Maka diperhatikanlah bahwa Asma langsung
berinteraksi. Asma langsung ber-istiadzah dan memohon pada Allah, beliau tidak melewati ayat
tersebut begitu saja.

Hingga 'Abbad akhirnya pergi ke pasar terlebih dahulu, saat kembali menemukan Asma masih pada
ayat itu! Seakan tidak mau melewatinya karena terlalu menyentuh. Padahal Asma, di usia 20 tahun
saja sudah dijanjikan Surga namun menemukan ayat azab masih demikian takutnya. Bagaimana
dengan kita?

2. Abu Dahdah
Sahabat lain seorang Anshar, Abu Dahdah, ketika bertemu Al Baqarah : 245 langsung menghadap
Rasulullah SAW.
“Yaa Rasulullah apakah Allah mengkehendaki Allah kita meminjamkan sesuatu kepada-Nya?”
“Iya, betul”
“Ulurkan tanganmu, yaa Rasulullah” dan kemudian mereka ‘deal’, transaksi terjadi
Abu Dahdah melanjutkan "Kalau begitu yaa Rasulullah, aku pinjamkan kebunku kepada Allah. Kebun
dengan isinya, 600 pohon kurma.”

Padahal satu pohon kurma kira-kira 2-3 kwintal (senilai 30 juta) dan dikali 600. Bayangkan betapa
mahalnya?

Uniknya, transaksi ini terjadi tanpa sepengetahuan istri Abu Dahdah. Namun ketika pulang dan
menyampaikan bahwa kebunnya sudah diwakafkan untuk Allah, dan istrinya diminta keluar dari
kebun itu..

Respon istri Abu Dahdah, bukannya marah namun menunjukkan interaksi Alquran: sungguh
beruntung perniagaanmu Abu Dahdah! (dan kemudian mengajak anak-anaknya keluar kebun)

3. Abdullah bin Umar


Kisah lain, Nafi’ berkata bahwa setiap Abdullah bin Umar membaca 3 ayat terakhir surah Al Baqarah
pasti menangis:

Di kalimat “yang kamu sembunyikan” yang dimaksud yaitu yang biasa kita sembunyikan adalah yang
tidak pantas dilihat orang (dosa). Dan pasti Allah akan menghisabnya dan menghitungnya. Abdulllah
bin Umar selalu menangis dan berkata:
“Audit ini sangat-sangat ketat!”
bayangkan yang kecil-kecil dan bahkan yang disembunyikan saja akan Allah hisab.

Banyak kisah-kisah lain tentang bagaimana Abdullah bin Umar menghayati dan mengamalkan ayat-
ayat secara luar biasa. Misalnya perintah belum dikatakan beriman apabila belum berinfaq sesuatu
yang dicintai, perintah yang berat sekali! Di suatu kisah, Abdullah bin Umar membeli beberapa ekor
unta, dan melihat seekor yang beliau paling bagus. Dan karena ada rasa tertarik, maka dengan justru
Beliau memerintahkan untuk dimasukkan ke unta zakat.

4. Abdullah bin Abbas

Kisah ini diriwayatkan oleh Ikrimah, murid Ibnu Abbas yang diasuh dari kecil (kadang harus diikat
kakinya karena tidak bisa diam), melihat Ibnu Abbas menangis dan mushaf di pangkuannya. Ikrimah
pun merasa sungkan, berdiri mematung, mendekat kemudian duduk, lalu bertanya (dengan adab
yang luar biasa):
“Apa yang membuatmu menangis wahai Ibnu Abbas?” (tidak menyebut nama langsung, dalam
tradisi Arab adalah bentuk penghormatan) “biarlah aku menjadi tebusanmu” (maksudnya, ingin
betul-betul merasakan apa yang engkau rasakan dengan penghayatan ayat itu).
Jawaban Ibnu Abbas menunjuk pada Alquran di surah Al A’raf ayat 163

Tentang apa ayat ini? Yaitu ketika Bani Israil melanggar karena hari Sabtu banyak sekali ikan-ikan,
sehingga menjadi fasik karena itu! Kemudian Ibnu Abbas membaca:
Ketika mereka melupakan apa yang diingatkan kepada mereka, maka yang Allah selamatkan itu
adalah yang melakukan nahi mungkar. Sementara yang tidak mencegah nahi mungkar tidak
diselamatkan.
Kenapa Ibnu Abbas sampai menangis? Bukankah ayat ini 'hanya' mengisahkan kisah di masa lalu?

“Ternyata, hanya mereka yang mencegah kedzaliman itu yang selamat, sisanya diazab. Namun di
zaman kita sekarang, Ikrimah, banyak hal yang kita lihat kemungkaran. Namun kita tidak sanggup
untuk mencegahnya kan? Artinya, kita termasuk yang diazab. Kita tidak berdaya untuk mencegah
kemungkaran!”

Di zaman itu sulit untuk dibendung kemungkaran, nahi mungkar bagi beliau adalah sampai tahap
untuk menghadang, namun ternyata tidak bisa. Bagi kita, yang hidup di sekitar kedzaliman dan
kemaksiatan dengan fiqih Ibnu Abbas, tidak mungkin selamat kalau tidak bisa mencegah. Ikrimah
berkata,
“Wahai guruku, bukankah walau tidak bisa menghadang minimal membenci dan tidak
mengikutinya? Mereka menolak pada dasarnya tapi tidak menahan secara frontal. Artinya masih
ada peluang untuk selamat, wahai guruku, ada kemungkaran yang kita tidak sanggup menahan
dan hanya sanggup untuk membencinya.”
Maka untuk kita saat ini, minimal membenci dan tidak membenarkan kemungkaran!

5. Abdullah bin Umar


Suatu ketika Abdullah bin Umar dihidangkan air sejuk. Seperti Rasulullah SAW yang menyukai air
sejuk (bukan air kulkas). Begitu dihidangkan dan hendak minum, sampai ditaruh kembali lalu
menangis dengan sangat hebat!
Lantas kenapa beliau menangis? Beliau menjawab,
“Ketika hendak minum, aku teringat suatu ayat dalam Alquran (Surah Saba ayat 54)”

Siapa mereka dan apa yang mereka inginkan? Bahwa penghuni neraka itu, tidak menginginkan
sesuatu lebih dari air.

Pada Surah Al A’raf ayat 50 penghuni neraka akan berteriak pada ahli surga, salurkan air sedikit
saja… atau rizqi yang lain dari Allah… tapi telah diharamkan oleh Allah bagi orang kafir.

6. Umar bin Abdul Aziz


Umar bin Abdul Aziz Ketika hendak meninggal karena sakit di usia 41 tahun, beliau memiliki 12 anak
yang masih sangat kecil-kecil (pun anak terbesarnya 20 tahun sudah meninggal lebih awal).

Seorang menyarankan, untuk 12 anak itu "Apakah engkau tidak menuliskan sesuatu untuk
pembagian dari baitul mal agar anak-anakmu tidak miskin?"

Hal ini biasa dilakukan (bentuk korupsi) pemimpin sebelumnya.

Namun walaupun menjelang sakaratul maut, yang keluar dari mulut beliau adalah ayat Alquran (Al
A’raf:196). MasyaAllah.

“Sesungguhnya waliku pelindungku yang mengurusiku adalah Allah, dan Allah pun yang akan
mengurusi orang shalih. Aku tidak akan memberi sesuatu yang bukan hak mereka, hak rakyat! Jika
mereka miskin, anak-anakku akan menjadi satu di antara dua: shalih atau tidak shalih. Jika shalih,
akan Allah yang urus mereka. Aku tenang jika mereka shalih. Jika tidak shalih, aku tidak akan
menjadi pendukung mereka untuk fasik aku berlepas karena aku tidak berkontribusi untuk
bermaksiat.”

Silahkan gunakan yang halal dan mubah tapi jangan sampai mengubah perasaan menjadi sombong
dan angkuh.

Teladanilah sikap wara’ Abdullah bin Umar, namun jangan menjadi wara’ pada hal yang halal tapi
tidak pada hal yang haram (ghibah).

Misal, “aduh saya ragu nih beli ayam ini tukang potongnya bagaimana ya?” tapi pada ghibah biasa
saja. Harusnya lebih wara’ pada hal haram dulu. Jangan terbalik prioritasnya. Kalau level Abdullah
bin Umar sudah pada wara’ di hal yang mubah.

Ahlul Quran bukan hanya hafidz. Bahkan tidak mesti hafal. Yaitu ahlul quran menjadikan Alquran
sebagai nafas hidup. Yaitu bagaimana hidup menjadi terkontrol. Pelajari sirah sangatlah penting.
Karena Alquran dipraktekkan, Rasulullah dan para sahabat. Inilah perwujudan dari Alquran.
Anak-anak kita punya hafalan Alquran, (beliau tidak mematok juz) tapi harus punya gambaran
bagaimana Alquran diamalkan
Penutup
Di akhir Ramadhan ini, semoga Allah menerima amal shalih kita, semoga Ramadhan ini mendorong
kita agar jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Kedekatan dengan Alquran (kedekatan tilawah,
tadabbur) itu yang diharapkan. Mudah-mudahan gambaran yang dipetik dari para sahabat, tabiin,
menginspirasi kita untuk membangun target berinteraksi dengan Alquran. Agar Alquran benar-benar
menjadi huudan wa nuur. Petunjuk dan cahaya, hingga tidak tersesat sampai akhir berjumpa
dengan-Nya dan mendapat ridha-Nya.
Wallahu'alam bis shawab

You might also like