You are on page 1of 41

Literasi Digital Sektor Pemerintahan

MEMBANGUN
ETIKA
KOMUNIKASI
- Tio Bella Audina Sitorus –
Penggerak Swadaya Masyarakat
Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi
Tujuan Sosialisasi
Etika Komunikasi
Aparatur Pemerintah Paham prinsip Etika Peningkatan
Melek Media Digital Komunikasi Pelayanan Publik
•Menumbuhkan •Menjamin •Transparan
intuisi netralitas ASN, •Akuntabel
kewaspadaan di mencegah kubu-
internet dan sikap kubu ideologi dan Berkualitas, responsif
kritis akan menjaga harmoni dan relevan dengan
informasi masyarakat kebutuhan masyarakat
Pokok Pembahasan
1 2 3
Netralitas Aparatur Etika Komunikasi Netralitas Aparatur
Pemerintah Mencegah Manipulasi Pemerintah melalui
Analisis Wacana Kritis

4 5
Etika Komunikasi Netralitas Orientasi Ke
Menghadapi Tantangan Media Sosial yang
Media Sosial Reflektif -Kreatif
1
Netralitas Aparatur
Pemerintah
Menjaga Netralitas
Aparatur Pemerintah
Dalam bernegara, keadaban publik dijamin bila aparatur
1 pemerintah netral (ideologis): tidak berpihak ke politik tertentu,
politik praktis, termasuk mencegah komentar like, comment, love,
agree, thumb up, share
Tidak condong ke partai politik, kelompok agama/suku tertentu,
2 tapi mengatasi kepentingan kelompok demi menjamin pemenuhan
hak-hak dasariah setiap warganegara & masyarakat yang lebih
luas.

Penggunaan media digital: untuk pengembangan pelayanan publik


3 agar lebih berkualitas, relevan & responsif akan kebutuhan
masyarakat.
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
KEDUDUKAN ASN :
Unsur aparatur negara yang melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi pemerintah, harus
bebas dari pengaruh & intervensi semua golongan
dan partai politik

FUNGSI ASN :
1. Pelaksana Kebijakan Publik
2. Pelayan Publik
3. Perekat Pemersatu Bangsa

TUGAS ASN :
1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
3. mempererat persatuan dan kesatuan NKRI
Keamanan Data Informasi Medis
Pasien
Menjaga kerahasiaan informasi medis dan mengatur bagaimana
1 informasi kesehatan digunakan dan diungkap penyedia layanan
kesehatan.

Penyedia layanan kesehatan perlu persetujuan tertulis dari


2 pasien sebelum mengungkapkan atau menggunakan informasi
medis

Tenaga kesehatan wajib menjaga keamanan informasi medis


3 pasien, termasuk mengadopsi tindakan keamanan teknis dan
administratif; mengenkripsi data, mengatur akses terbatas,
melindungi sistem computer dari ancaman keamanan
Keamanan Data Informasi Medis
Pasien
Tenaga kesehatan harus menjaga rahiasa medis pasien, tidak
4 memberi kepada pihak ketiga tanpa persetujuan pasien, kecuali
dalam keadaan darurat atau kewajiban hukum

Penyedia layanan kesehatan diharuskan untuk menjaga


5 anonimitas pasien dan menghapus identitas pribadi mereka
dari informasi medis yang digunakan untuk tujuan penelitian
atau pelaporan statistik
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 70 :
Tentang kebijakan kerahasiaan dalam pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan wajib menjaga kerahasiaan informasi
pribadi pasien, termasuk riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan

Pasal 71
Bahwa pemberi layanan kesehatan dilarang
mengungkapkan informasi pribadi pasien kepada pihak
ketiga tanpa persetujuan kecuali dalam keadaan yang
diatur undang-undang

PerMenKes 269/Menkes/Per/III/2008 tentang


Rekam Medis
Tentang standar rekam medis, termasuk keamanan dan kerahasiaan
informasi medis pasien
2
Etika Komunikasi
Mencegah Manipulasi
Segitiga Kompetensi Profesional
dalam Pelayanan Publik
-Pengetahuan yg terspesialisasi
-Pengetahuan ttg hukum
-Manajemen Program & Strategis
Kompe -Manajemen Sumberdaya
tensi
Teknis
Pelaya
Kompetensi Leadership
Kompetensi Etika nan * Penilaian & Penetapan tujuan
 Manajemen Nilai Publik  Ketrampilan manaj. hard/soft
 Penalaran Moral
Kom-  Gaya Manajemen
 Integritas moral Kompe  Ketrampilan politik & negosiasi
 Etika Komunikasi petensi
tensi  Evaluasi
 Etika Organisasi Leader
Etika ship JJjJ.S.Bowman
2010: 23
Urgensi Etika Komunikasi
Perlu keseimbangan antara kebebasan berekspresi & tanggung jawab
1 • terutama untuk menjaga netralitas aparatur pemerintah
• mempertajam intuisi kewaspadaan (alarming intuition) di internet
Mengingatkan tanggung-jawab pembuat konten medsos di dua dunia: fisik & maya,
2 • mencegah dampak negatif terhadap psikologi pengguna
• menghindari hanya terobsesi viral dari pada moral: agar aparatur pemerintah lebih
mengunggah informasi berkualitas/etis

3 Pencitraan demi insentif instan (like, love): kebohongan jadi biasa tanpa implikasi
moral.
4 Era Pasca-Kebenaran sarat hoax, emosi sosial & desinformasi mudah menyulut konflik.

5 Rentan penyalahgunaan, peretasan & pencurian data pribadi, kelompok, organisasi,


negara (phising, carding, ransomware, SIM Swap)

6 Situs ‘darknet’: pornografi, jual-beli narkoba, prostitusi, pedofilia, perdagangan manusia


Etika bukan sekedar Etiket (aturan sopan
santun) di media sosial

Etiket merupakan langkah awal mewujudkan Etika karena


menjadi ungkapan rasa hormat terhadap orang lain.

Rasa hormat menjembatani antara perasaan dan akal


budi.

Akal budi mengarahkan pertimbangan moral untuk


memberi landasan penalaran dalam mencapai
kesejahteraan atau kebaikan bersama.
Etika: Perlu Verifikasi, Mencegah Polarisasi
Media arus utama: praktisi pegang kendali informasi, diatur deontology jurnalisme

Media sosial (FB, Instagram, Twitter, Tiktok, Youtube, Snapchat):


• kendali oleh netizen yang tidak tunduk ke deontologi jurnalisme
• sehingga lemah dalam verifikasi, independensi & akuntabilitas.

Tiadanya Deontologi Jurnalisme


(i) Media sosial  masyarakat sering mengabaikan verifikasi kebenaran informasi
(ii) Kebohongan menyelinap: sulit membedakan antara berita, opini, fakta & analisis.
(iii) Ujaran kebencian marak bersembunyi di balik kedok kebebasan berpendapat.

Akibatnya: masyarakat Indonesia yang sudah terpolarisasi oleh ideologi, ketegangan &
konflik semakin mudah dipicu.
KOMPONEN KOMUNIKASI
Lima Pertanyaan Agar
Peduli Etika
1. Apakah saya peduli terhadap reputasi/kebaikan pihak lain?
2. Apakah saya memperlakukan orang sebagai tujuan dalam hak-haknya,
bukan hanya menjadikan objek konten?
3. Apakah mereka yang diuntungkan lebih banyak dari pada yang dirugikan?
4. Apakah kegiatan saya di medsos mengarah ke kebaikan masyarakat,
membangun nilai, dan menciptakan harmoni masyarakat?
5. Apakah orang-orang yang ada dalam situasi paling tersingkir atau korban
mendapatkan sesuatu dari unggahan gambar atau informasi saya?
Lingkup Bahasan Etika Komunikasi
Apa yang seharusnya saya lakukan ketika membuat konten,
1
membagikan dan menggunakan media sosial ?
Apa batas-batas tindakan saya dalam penggunaan media sosial ?
2
Siapa diuntungkan /dirugikan dalam kegiatan atau tindakan saya
3 dalam media sosial ?
4 Nilai apa yang saya perjuangkan dalam aktivitas saya di medsos ?
Tujuan Etika Komunikasi
Etika komunikasi: refleksi kritis untuk menentukan baik/jahat, benar/salah
• dalam produksi, distribusi & penggunaan informasi oleh pengguna & penguasa
• dalam komunikasi & persuasi agar memajukan kesejahteraan bersama & membantu
• netizen menjadi warganegara kompeten & lebih bebas

Tujuan Etika Komunikasi


1. Menciptakan masyarakat yang melek informasi secara politik & tercerahkan:
masyarakat bisa menggunakan informasi kredibel untuk mengambil keputusan
(informed consent)
2. Membantu pengguna mendapat pertimbangan/informasi yang diperlukan agar bisa
ambil bagian dalam menciptakan komunitas yang baik
3. Mendorong penciptaan komunikasi terbuka agar ada transparansi &
akuntabilitas untuk mencegah konflik kepentingan & korupsi
4. Perkembangan pemahaman bersama: meningkatkan integrasi sosial, solidaritas
dan pembentukan identitas diri
Prinsip-prinsip Etika Komunikasi
(i) Kewajiban . menghormati martabat manusia :
1 “Perlakukanlah orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai sarana” (I. Kant). Jangan ada
perundungan, ujaran kebencian, manipulasi, penyesatan, konten rendahkan martabat

(ii) Anggota masyarakat “harus memperlakukan semua orang setara” (J. Rawls). Alasannya:
2 a) Setiap orang memperoleh status sosial bukan karena perjuangannya sendiri, tapi tergantung
pada banyak faktor dari masyarakat
b) ketaksamaan sosial-ekonomi menguntungkan semua pihak, terutama yang paling tidak
beruntung

Setiap orang mempunyai hak untuk tidak dihalangi mewujudkan kebebasannya untuk
3
bisa berpartisipasi mengambil keputusan dan menciptakan nilai bagi komunitasnya

Kita ikut bertanggungjawab atas nasib/penderitaan orang lain: membantu terpenuhinya


4 kebutuhan, kebahagiaan dan masa depan sesama. Jangan sampai media sosial disalahgunakan
untuk membuat orang lain menderita.
Implementasi Etika Komunikasi
• Semua harus menghormati martabat manusia: hak berekspresi dalam media, hak jawab,
jaminan atas privacy data, praduga tak bersalah, reputasi & hak perlindungan terhadap rahasia
komunikasi.
• Aparatur pemerintah ikut menjamin akses ke informasi ke semua lapisan masyarakat,
terutama yang paling tersingkir, daerah yang infrastruktur digitalnya tidak memadai (listrik, bandwith,
coding literacy).
• Semua harus menghormati hak akan informasi, sarana yang perlu untuk mendapatkannya dan
dijamin representasi riil di media.
• Perlindungan atas sumber berita, informasi dipercaya, tepat, dan jujur. Metode mendapat
informasi: jujur, pantas, bukan mencuri, bohong, menyalahgunakan kepercayaan, mengorbankan
sumber berita.
• Semua warganegara, wajib menjaga harmoni masyarakat: suasana damai, menghindari
diskriminasi, komunitas tertentu jangan dihalangi dalam memenuhi hak-hak mereka.
• regulasi jelas & tegas melarang semua bentuk provokasi ke kebencian, permusuhan.
3
Netralitas Aparatur Pemerintah
melalui Analisis Wacana Kritis
Mengapa Perlu Analisis Wacana Kritis ?
• Perlu analisis kritis terhadap penggunaan bahasa, karena:
1. Bahasa digunakan untuk beragam fungsi & konsekuensi
2. Bahasa sekaligus dikonstruksi & mengonstruksi
3. Fenomen yang sama bisa dideskripsikan dengan beragam cara:
variasi laporan/cerita/harafiah/fiksi/representasi/virtual
4. Dinamika masyarakat tidak transparan
5. Ada retorika, manipulasi, penyesatan & terutama hoax

• Asumsi: bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi dipakai sebagai


• instrumen/strategi kekuasaan. Di balik bahasa ada ideologi/kepentingan
Contoh: Analisis Informasi yang dicurigai
HOAX
“Orang yang sudah divaksin menunjukkan gelombang
bluetooth. Bagi yang sudah di vaksin coba di tes.Caranya,
jauhkan seluler/jaringan sekitar yang ada jaringan bluetooth
kemudian nyalakan browsing bluetooth. Jika muncul
angka^kode itu adalah kode vaksin Anda.
Selamat bagi Yang sudah di vaksin, Anda jadi mayat hidup
yang terkoneksi dengan signal 5G yang dikendalikan oleh
Zionis serta pemerintah RRC”

halaman selanjutnya
Contoh: Analisis Informasi yang dicurigai
HOAX
Empat Langkah Analisis Wacana Kritis (N.Fairclough, 2010: 234)
1. Mengidentifikasi ‘ketidakberesan sosial’: ketidakadilan,
diskriminasi, adu domba, abuse of power, prasangka negatif,
menyebar kebencian, memancing konflik
2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani
‘ketidakberesan sosial’.
3. Apakah tatanan sosial-politik itu ‘membutuhkan’
ketidakberesan sosial tersebut?(siapa diuntungkan & siapa
dirugikan)
4. Menemukan cara-cara yang mungkin untuk mengatasi
hambatan-hambatan
1. Mengidentifikasi ‘Ketidakberesan Sosial’
• Ketidakberesan sosial di informasi itu berupa dua ajakan provokatif:
a. menghasut agar tidak mau menerima vaksinasi
b. menebarkan kebencian terhadap Zionis dan pemerintah RRC

• Informasi itu patut dicurigai karena 5/6 komponen komunikasi tidak kredibel:
1.Pemberi Pesan Siapa? (Control Analysis): Tidak ada: instansi apa?

2. Acuan Mengatakan apa? (Content Analysis): Vaksin di tubuh anda: chip yang
dikendalikan oleh Zionis & RRC

3. Penerima Kepada siapa? (Audience Analysis): Warganegara Indonesia

4. Saluran-Kontak Melalui apa? (Media Analysis): Tidak kredibel (Sumber)


5. Efek Dampaknya apa? (Effect Analysis): Resah, menolak vaksin, anti-zionis
& anti-China

6. Kepentingan Apa tujuannya? (Ideology Analysis) Menebarkan kebencian


& sikap anti-vaksinasi
2. Identifikasi Hambatan Menangani ‘Ketidakberesan
Sosial’
1. Menolak untuk verifikasi fakta dan tidak peduli perbedaan fakta-opini
2. Rasa penasaran membuat haus berita sehingga mudah menelan hoax, yang dipicu
oleh FOMO (Fear of Missing Out)
3. Hanya mau menerima berita yang sesuai dengan ideologinya (Ilusi Muller-Lyer)
4. Echo Chamber: gagasan anggota kelompok menggema di telinga sesama (ideologi)
anggota komunitas sehingga memperteguh sistem keyakinan
membuat tidak terbuka lagi terhadap gagasan pihak lain
5. Bahasa tidak mengacu ke kebenaran: berbohong tidak menimbulkan rasa salah
6. Jurnalisme warga mengakibatkan lemahnya verifikasi, independensi & akuntabi-
litas serta tidak peduli lagi terhadap deontologi jurnalisme (praktisi/wartawan)
3. Apakah ketidakberesan sosial didukung tatanan yang
ada ?
• 1. Bagi pihak yang anti-pemerintah informasi semacam itu
menguntungkan

• 2. Kelompok-kelompok yang tidak suka dengan etnis Tionghoa


mendapatkan semacam alasan untuk semakin mengobarkan kebencian

• 3. Kelompok-kelompok yang menganggap Covid-19 sebagai ‘konspirasi’


semakin mendapat alasan untuk membenarkan pendapat mereka

• 4. Kelompok-kelompok anti-vaksin memperoleh bahan untuk


mengobarkan keresahan/ketakutan agar terus menolak vaksinasi
4. Identifikasi Cara Memecahkan Masalah
Periksalah informasi dengan menganalisis enam komponen
komunikasinya!

Sanggahan konten (Lihatlah juga langkah ke 2!): (sumber DetikInet, Senin


19 Juli 2021 18.16 WIB)
i. Tubuh yang sudah divaksin tidak mungkin dapat terkoneksi ke
bluetooth karena vaksin terdiri dari sejumlah bahan kimia yang tidak
bisa mentransmisi gelombang radio dari jarak pendek.
ii. Fullfact.org melakukan penelusuran untuk mengetahui AC dan EC
berasal, ditemukan kode ‘EC’ yang diklaim sebagai vaksin sebenarnya
adalah produk perusahaan Logitech yang membuat aksesori nirkabel,
dan kode ‘AC’ adalah produk yang dibuat oleh perusahaan Chongqing
Fegui Electronics
4. Identifikasi Cara Memecahkan Masalah

Melansir laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika


(KOMINFO) dan covid19.go.id yang mengutip Lembaga pengecekan
fakta fullfact.org, klaim tersebut tidaklah benar alias HOAX (sumber
DetikInet, Senin 19 Juli 2021 18.16 WIB)

Pecahkan gelembung yang menutupi kita agar tertarik ke perspektif


pihak lain!
Berusaha menempatkan diri pada posisi yang peduli/solider dengan
penderita

Perlu di cek apakah media arus utama memberitakannya


4
Etika Komunikasi Menghadapi
Tantangan Sosial
Teknik-Teknik Provokatif Media Sosial
Teknik-teknik agresif yang merugikan pihak lain

• Image manipulation/editing (photoshop, Gimp): teknik digital untuk memodifikasi


1
hasil fotografi yang digunakan sebagai sarana pembunuhan karakter lawan
2• Dekontekstualisasi: melepaskan suatu pernyataan dari konteksnya yang
dimaksudkan untuk menciptakan kambing hitam atau memancing emosi publik.
• Trolling berupa unggahan pesan jahil atau membakar dengan sengaja di blog,
3
kelompok, forum untuk provokasi respon kemarahan.

Teknik manipulatif menarik perhatian publik


• (i) Komunikasi phatique: gaya bahasa yang dipakai untuk menarik perhatian
audience.
• (ii) Memasang headlines berita yang sensasional, padahal menjebak karena
isinya tidak sesuai dan hanya untuk memancing perhatian audience.
Teknik Argumentasi yang Menyesatkan
Argumen Ekstrapolasi

•argumen yang mendasarkan pada data yang minim, tetapi


kesimpulannya sensasional

Argumen ad infinitum

•argumen yang diungkap dengan mengulang-ulang pernyataan


seakan menjadi benar

Weaponized Information

•informasi untuk memengaruhi persepsi penerima agar skeptis atau


berubah keyakinan/sikapnya

Skematisasi

•menyederhanakan argumen agar bisa jadi karikatur provokatif


Kerentanan Psikologi

merasa lebih bebas melakukan apa saja di situasi ketika orang merasakan takut
internet tanpa hambatan sehingga dunia berlebihan akan ketinggalan bila tidak
maya (internet) seolah menjadi ruang mengikuti perkembangan informasi
tanpa otoritas, status sosial, bahkan sampai melalui gadgetnya saat yang lain
mengabaikan norma moral dan sosial. bersosialisasi. Orang jadi impulsif,
semua harus segera dijawab tanpa
pengendapan.

Lemahnya intuisi kewaspadaan di


Yang penting viral, bukan informasi
internet sehingga rentan sekali
berkualitas atau etis. mentalitas insentif
untuk mudah dalam meyakini
instan di banyak pengguna: “love”, “share”,
sesuatu.
“like”, “comment”
Resiko Pemikiran Sempit

Mana gambar yang lebih panjang ?

Ilusi Muller - Lyer


Orang cenderung hanya mau menerima berita yang sesuai
dengan keyakinannya, fakta obyektif tidak akan mampu
mengubah keyakinan/opininya

Akan mudah terkena HOAX


Ilusi “Muller – Lyer”
Mengapa keyakinan politik sering tak mendasarkan pada fakta obyektif?

Ilusi Muller-Lyer, dua proses kognitif dalam menilai/memecahkan masalah:


(i) “melihat bahwa…” berpikir intuitif (otomatis): intuisi bisa dorong
berpikir “mengapa”, tapi tidak tergantung pada penalaran.
(ii) “berpikir mengapa…” tidak otomatis, orang harus sadar betul
Kritis terhadap Echo Chamber, Lawan
Radikalisme
Echo Chamber:
gagasan anggota kelompok yang menggema berulang di telinga sesama
anggota komunitas dianggap benar & memperteguh sistem keyakinan
membuat tidak terbuka lagi terhadap gagasan pihak lain

Gaslighting: rekayasa psikologis dalam hubungan antar-pribadi.


Perekayasa melemahkan rasa percaya diri korban yang membuat
korban mempertanyakan ingatan, sudut pandang & kewarasannya.
korban menjadi mudah dipengaruhi & diindoktrinasi
5
Netralitas: Orientasi ke Media
Sosial yang Reflektif-Kreatif
Netralitas: Kritis agar penuh Inisiatif
Netralitas Membuat Lebih Kritis
1. Aparatur pemerintah harus menelusuri sumber berita: bisa dipercaya, alamat situs,
detil visual, cek redaksi (bisa dikomplain), bila cari sensasi, sebar kebencian, perlu
dipertanyakan
2. Periksalah organisasi berita: mencek profesionalitas sumber berita. Cara verifikasi
fakta: media mainstream memberitakan/tidak. Gunakan Hoax Buster Tools!

Netralitas bukan pasif, tapi penuh inisiatif:


1. masuk dialog dengan kelompok-kelompok tertutup. Tembuslah kelompok yang
diisolasi sudut pandang sendiri. BuzzFeed News mempresentasikan pendapat berbagai
Facebooks
2. sikap terbuka terhadap pihak lain, maka perlu tahu apa pikiran pihak seberang
sebagai jembatan sehingga tidak mudah mengadili
3. bersikap skeptis terhadap narasi yang kita percaya seperti narasi orang lain yang
tidak kita percaya. Obyektivitas/rasionalitas jangan kalah dari emosi dalam opini publik.
Jurnalisme Kreatif Kendalikan Naluri Agresif

Aparatur pemerintah didorong ke jurnalisme kreatif:

 Penggunaan medsos ke verifikasi fakta. Kreativitas cara verifikasi fakta


bisa menggusur jurnalisme adu-domba & desinformasi.
 menghidupkan kembali cerita benar (feature)
 mengendalikan sentimentalisme
 menundukkan naluri agresif agar nalar lebih diutamakan dari pada
emosi yang kasar.
Terima Kasih

You might also like