You are on page 1of 15

REKAYASA IDE

PENERAPAN 5 SOFT SKILL DI LINGKUNGAN SEKOLAH


DASAR
Matkul : Keterampilan Dasar Pendidikan SD

Dosen Pengampu : Drs. Robenhart Tamba, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok VII
1. Nadia Grace Sianturi (12333111093)
2. Gnade Denalita Saragih (1233311121)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................Error! Bookmark not defined.
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Prinsip Pembelajaran pada PAUD.............................................................6
2.2 Model Pembelajaran Montessori................................................................8
2.3 Model Pembelajaran High Scope..............................................................11
2.4 Model Pembelajaran Reggio Emilia........................................................12
2.5 Model Pembelajaran Bank Street.............................................................12
2.6 Bentuk Pembelajaran di PAUD................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya yang selalu menyertai
dalam menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan 5 soft
skill di lingkungan Sekolah Dasar”
Meskipun, dalam proses penyusunan makalah tidak terlepas dari berbagai
hambatan, tetapi dengan pertolongan-Nya dan dengan kerja sama kelompok yang
baik dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, yaitu
Bapak Drs. Robenhart Tamba, M.Pd dan berbagai pihak yang telah membantu dan
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini hingga selesai.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khalayak ramai yang membacanya. Semoga makalah ini dapat
menjadi referensi kita untuk merealisasikan apapun yang ada di makalah ini dalam
kehidupan sehari-sehari terkhusus pada bidang pendidikan.
Kami tentunya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dikarenakan masih terbatasnya pengalaman dan pengalaman
yang kami miliki . Oleh karena itu, kami mengaharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak yang membaca makalah ini.
Penyusun

Kelompok VI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persoalan akan pembelajaran merupakan suatu dinamika kehidupan guru
dan murid di sekolah. Masalah itu tidak akan pernah habis untuk dikupas dan
tidak pernah tuntas dibahas. Salah satu masalah yang juga menarik untuk segera
ditangani secara mendalam salah satunya adalah permasalahan pembelajaran di
dalam kelas. Masalah-masalah tersebut antara lain guru yang kurang menguasai
materi akan membuat siswa sulit untuk memahami apa yang telah diajarkan
karena pemahaman setiap siswa berbeda-beda. Solusinya adalah guru harus sering
melatih diri untuk lebih banyak berkreasi dalam mengajar, seperti mengikuti
seminar-seminar atau workshop yang dapat menambah pengalaman baru.
Selain itu, menggunakan soft skill juga dapat menjadi solusi. Soft skill
adalah kemampuan yang berhubungan dengan cara Anda bekerja dan berinteraksi
dengan orang lain. Soft skill yang umum diperhatikan mencakup komunikasi,
kerja tim, dan keterampilan interpersonal lainnya.
Soft Skill pada dasarnya adalah tujuan yang membantu anak
menyampaikan pemikiran dan ide mereka dengan paling efektif dan jelas. Jika
memperkenalkan soft skill ini kepada anak sejak awal, ini akan membantu mereka
menonjol di tengah masyarakat. Keterampilan guru dalam menggunakan soft skill
dalam pembelajaran juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak guru yang belum
memiliki pemahaman dan ketrampilan yang cukup dalam mengintegrasikan
sepuluh top skill yang harus dimiliki seorang anak didik.
Banyak sekolah masih mengandalkan metode konvensial seperti
penggunaan yang sama terhadap semua peserta didik. Tanpa melakukan
pendekatan terlebih dahulu terhadap siswa guna untuk mengetahui bagaimana
cara, karakter, serta bakat yang dimilki oleh peserta didik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan judul yang telah ditetapkan, kami para penyusun telah
menetapkan beberapa masalah berupa pertanyaan yang akan hendak dibahas
dalam makalah ini. Berikut beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini :
1. Apa saja jenis 5 keterampilan soft skill?
2. Apa saja hambatan 5 keterampilan soft skill?
3. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun penulisan makalah ini memiliki tujuan menambah pengetahuan
bagi khalayak yang membacanya. Berikut tujuan dari penulisan makalah ini,
yaitu :
 Mengetahui 5 keterampilan soft skill
 Mengetahui hambatan dalam 5 keterampilan soft skill
 Mengetahui bagaimana cara mengatasi hambatan dalam 5
keterampilan soft skill
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. 5 keterampilan soft skill

Keterampilan soft skill yang kami ambil terdiri atas 5 keterampilan soft
skill, yaitu kreativitas, kemampuan beradaptasi, etos kerja, percaya diri,
pemecahan masalah.
 Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk menemukan ide baru yang inovatif dan
menjanjikan. Banyak aspek dalam pekerjaan yang tentunya memerlukan soft
skill ini. Kemampuan kreatif ini bisa digunakan dalam berbagai bentuk
menyesuaikan bidang pekerjaan. Biasanya, kreativitas ini dilakukan dengan soft
skill lain seperti komunikasi dan problem solving.
Kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan suatu tugas atau masalah
dengan cara yang baru atau berbeda, atau kemampuan menggunakan imajinasi
untuk menghasilkan ide-ide baru. Kreativitas memungkinkan Anda memecahkan
masalah yang kompleks atau menemukan cara menarik untuk mendekati tugas.
Jika Anda kreatif, Anda melihat sesuatu dari sudut pandang yang unik. Anda
dapat menemukan pola dan menjalin hubungan untuk menemukan peluang. Ada
beberapa risiko dalam menjadi kreatif, tetapi Anda dapat menunjukkan bahwa
Anda memiliki motivasi diri untuk mencoba hal-hal yang belum pernah dilakukan
sebelumnya.

.
Prinsip- Prinsip Usia Dini prinsip Pembelajaran Anak
Menurut Nurani (2011) mengungkapkan prinsip-prinsip pembelajaran
PAUD adalah sebagai berikut:
a) Berorientasi pada tujuan
Hal tersebut merupakan komponen yang utama, segala aktifitas
pembelajaran antara guru dan anak didik sangat penting, sebab pembelajaran
adalah proses kegiatan yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi
pembelajaran dapat dirasakan keberhasilannya bila anak didik mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian guru harus terlebih dulu
menetapkan tujuan pembelajaran sebelum memberikan pelayanan kepada anak
didik, seperti pembuatan rencana kegiatan harian, mingguan maupun bulanan atau
yang biasa disebut dengan lesson plan. Dalam lesson plan, selain menetapkan
kegiatan dan materi yang akan disampaikan, perlu juga menetapkan tujuan dari
kegiatan tersebut.
b) Aktivitas
Pembelajaran bukan saja menghafal fakta atau sekedar informasi, tetapi
pembelajaran adalah berbuat untuk memperoleh pengalaman baru. Oleh karena itu
strategi pembelajaran harus dapat mendorong anak didik untuk banyak melakukan
uji coba dan permainan-permainan baru, meliputi aktifitas yang bersifat psikis
seperti aktifitas mental.
c) Individualistis
Pembelajaran adalah usaha mengembangkan setiap individu anak didik,
sebaiknya standar keberhasilannya ditentukan oleh standar keberhasilan guru,
semakin tinggi standar keberhasilan, semakin berkualitas proses pembelajaran.

d) Integritas
Pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja,
tetapi harus mengembangkan aspek lain, yaitu afektif dan psikomotor. Oleh
karena itu strategi pembelajaran harus mengembangkan aspek-aspek tersebut
secara integrasi, salah satunya metode diskusi tidak hanya mendorong intelektual
anak didik tetapi mereka didorong secara keseluruhan untuk bersikap jujur,
tenggang rasa dan lainnya.

Di dalam peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 Bab IV pasal 19


dikatakan bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi anak didik untk berpartisipasi aktif,
berprakarasa, kreatif dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis anak didik.
a. Interaktif
Interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekedar
menyampaikan pengetahuan dari guru ke anak didik, melainkan mengajar sebagai
proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang anak untuk belajar. Dengan
demikian melalui proses interaksi memungkinkan anak berkembang baik mental
maupun intelektual.
b. Inspiratif
Inspiratif mengandung makna agar setiap anak didik selalu mencoba dan
melakukan hal-hal yang baru dengan mendapatkan Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA “PRISMA SAINS” Vol. 2. No.2 ISSN 2338-
4530\ 147 informasi dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Dengan
demikian guru harus memberikan kesempatan kepada setiap anak didik agar dapat
berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya.

c. Menyenangkan
Menyenangkan mengandung makna bahwa pembelajaran untuk anak didik
terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu guru harus
mengupayakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, dimulai dengan
penataan lingkungan main yang apik dan menarik, serta memenuhi unsur
kesehatan, mulai dari kebersihan lingkungan main, pengaturan cahaya apabila
belajar di dalam ruangan, ventilasi yang baik, dan memenuhi unsur keindahan.
Misalnya cat dinding yang segar dan bersih, lukisan dan karya-karya anak yang
tertata rapi, media dan sumber belajar yang relevan, dan bahasa tubuh guru yang
mampu membangkitkan motivasi belajar anak didik.

d. Menantang
Menantang mengandung makna bahwa pembelajaran adalah proses yang
menantang anak didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir untuk
merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan menantang dapat melalui
aktifitas kerja anak dengan mencoba berbagai kegiatan main memanfaatkan bahan
main yang berasal dari daun-daunan, tanah liat, lumpur, dan lain-lain sehingga
secara tidak langsung anak sudah berpikir secara intuitif atau bereksplorasi.
Apabila guru hendak memberikan informasi, harus mampu membangkitkan anak
didik menelan untuk memikirkan sebelum mengambil kesimpulan.
e. Motivasi
Motivasi mengandung makna dorongan dari dalam jiwa anak didik untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam
diri anak didik manakala anak didik merasa membutuhkan. Oleh karena itu guru
harus dapat menunjukkan pentingnya setiap anak mempunyai pengalaman dan
materi belajar untuk kebutuhan dirinya, dengan demikian anak didik belajar tidak
sekedar memperoleh nilai atau pujian melainkan didorong oleh rasa ingin tahu
sesuai kebutuhannya.

2.2 Model Pembelajaran Montessori


Metode pembelajaran montessori merupakan metode pendidikan yang
diperkanalkan oleh seorang penganut agama katholik. Metode montessori
mengacu pada pembelajaran yang dikembangkan oleh Maria Montessori, seorang
dokter wanita Italia pada tahun 1870. Kemahirannya di bidang pendidikan anak
dimulai setelah Montessori lulus dari sekolah kedokteran dan mulai bekerja
disebuah klinik psikiatri Universitas Roma.
Berdasarkan observasi tahap-tahap perkembangan anak yang dilakukan Maria
Montessori, esensi metode Montessori adalah sebagai berikut
1. The Absorbent Mind
Pada dasarnya pembelajaran seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Maria
Montessori menyebutnya sebagai the absorbent mind/pikiran yang mudah
menyerap. Kemampuan unik ini terjadi selama sejak lahir hingga usia 6 tahun.
Sejak lahir hingga usia 6 tahun dan terdiri atas dua fase yang berbeda: sejak lahir
hingga sekitar usia 3 tahun, anak berada dalam absorbent mind bawah sadar, dan
selama masa itu anak menjelajahi lingkungan melalui indera dan gerakan serta
menyerap bahasa budaya sekitarnya.15 Pada masa ini anak menyerap pengalaman
tapi tidak disadarinya. Contohnya, ketika anak belajar bahasa.

2. The Conscious Mind


Pada tahap kedua usia 3 hingga 6 tahun, kemampuan anak dalam menyerap tidak
lagi (absorbend mind) melainkan menjadi conscious mind.
Proses pembelajaran selama periode ini adalah aktif. Hal ini berimplikasi pada
pemberian kebebasan terhadap anak. Anak diberikan kebebasan memilih apa yang
disukainya. Kebebasan ini bertujuan agar ketika tiba masa peka terhadap suatu
kemampuan yang mendorong untuk melatih satu fungsi, anak akan dapat berlatih
sesuka hatinya. Montessori merasa bahwa kebebasan dalam lingkungan yang telah
dimodifikasi ini sangatlah penting untuk perkembangan fisik, mental, dan
spiritualnya.
3. The Sensitive Periods (Periode Sensitif)
Metode Montessori berfokus pada periode-periode sensitif yang masuk dalam
otak penyerap. Berdasarkan observasinya terhadap anak-anak, Montessori
memberitahukan bahwa melalui tahapannya ketika mereka tetap mengulang-ulang
aktivitasnya lagi dan lagi. Mereka menyerap semua yang dilakukannya secara
sadar, sesuatu yang hanya menarik baginya. Montessori membagi 6 periode
sensitif, diantaranya adalah:
a. Sensitivity to Order
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun pertama
kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap
keteraturan. Setelah anak dapat bergerak atau berpindah, mereka
suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Apabila
ada buku atau pensil yang tidak terletak di tempatnya, anak akan
mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya.
b. Sensitivity to Language
Periode kepekaan berbahasa dimulai dari kelahirannya. Setelah
kelahirannya bayi dapat mendengar suara dan melihat bibir dan
lidah (organ bicara) kemudian hal tersebut direkam ke dalam
otaknya sepanjang waktu.
c. Sensitivity to walking
Kepekaan berjalan terjadi ketika anak berusia 12-15 bulan, mereka
membutuhkan latihan untuk melangkah dari satu tempat ke tempat
lainnya. Montessori memberikan contoh untuk anak usia 2-3 tahun
yang berjalan beberapa langkah dan merangkak naik turun tangga
dengan tapak kaki untuk kesempurnaan perpindahan mereka.

d. Sensitivity to the social aspects of life


Diantara usia 2-3 tahun, anak sadar bahwamerupakan bagian dari
kelompok. Anak mulai menunjukkan interaksi yang intensif
dengan teman lainnya dan mulai bermain bersama dengan
permainan kelompok.
e. Sensitivity to small objects
Pada tahap ini, ketika anak berpindah-pindah dan mengeksplorasi
lingkungan yang lebih luas.
f. Sensitivity to learning through the senses
Sejak kelahirannya, anak mendapatkan rangsangan dari lingkungan
sekitarnya melalui semua indera ke dalam pikiran yang mennyerap.

4. Children Want to Learn (Anak-anak Ingin Belajar)


Menurut Montessori, anak-anak memiliki potensi atau kekuatan dalam dirinya
untuk berkembang sendiri. Anak-anak memiliki hasrat alami untuk belajar dan
bekerja, bersamaan dengan keinginan yang kuat untuk mendapat kesenangan.
5. Learning through Play
Banyak orang keliru tentang peran bermain dalam metode montessori,
dimana beberapa orang tampak berpikir bahwa anak-anak di taman kanak-
kanak Montessori bermain sepanjang hari dan tidak belajar apapun. Bermain
merupakan sebuah kegembiraan, kebebasan, memiliki tujuan dan secara
spontan memilih aktifitas, kreatif, menyertakan pemecahan masalah, belajar
keterampilan sosial baru, bahasa baru dan keterampilan fisik baru.
6. Stages og Development (Tahap-tahap perkembangan)
Montessori mengidentifikasikan tiga periode perkembangan utama; pertama,
dari lahir hingga usia enam tahun (tahapan “otak penyerap”); kedua, dari usia
enam hingga dua belas; ketiga dari usia dua belas hingga delapan belas.
7. Encouraging Independence (Mendorong Kemandirian)
Sejak awal, anak-anak berusaha untuk bebas dan cara terbaik untuk
membantunya mencapai itu adalah dengan menunjukkan padanya
keterampilan yang ia perlukan agar berhasil. Oleh karena itu, Montessori
menawarkan sebuah kurikulum yang disebut dengan Ecercises of Practical
Life (Latihan dari Kehidupan Praktis).

2.3 Model Pembelajaran High Scope


Model pembelajaram High Scope adalah model pembelajaran skala besar
yang memerlukan fasilitas pembelajaran dengan memperhatikan isu-isu penting
lainnya sebagai langkah implementasi model pendidikan tinggi. Ruang lingkup
yang perlu diketahui:
1. mendukung objektivitas pendidikan tertentu dan program lokal.
2. berdasarkan latar belakang budaya dan etnis anak.
3. sesuai usia, aman dan suportif kemampuan dan perkembangan
setiap anak.
4. dapat diakses, menarik dan memberi semangat minat anak-anak
terhadap penemuan.
5. lingkungan sekolah dirancang untuk menyediakan keragaman
pengalaman belajar dan mendorong setiap anak untuk
bereksperimen dan bereksplorasi.
6. lingkungan sekolah harus aman dan terjaga kondisinya.
Tujuan jangka panjang dari program High Scope adalah untuk
menyeimbangkan akademik, sosial dan aspek emosional dan fisik. Aspek sosial
emosional adalah kemampuan keterampilan pribadi. Kemampuan berkomunikasi
antar individu dinyatakan dalam suatu jenis perilaku kemampuan batin yang
dinyatakan sebagai tindakan memahami orang lain, menunjukkan empati,
kerjasama, komunikasi, tanggung jawab, percaya diri, kreativitas, semangat social
politik, kemandirian dan berpikir kritis.
Selain itu, kegiatan evaluasi menjadi salah satu kunci yang memungkinkan
memahami tingkat perkembangan mental anak, mengidentifikasi minat dan
amatilah pengalaman-pengalaman penting yang melibatkan setiap anak. Selain
itu, guru kelas tinggi/rentang mencatat perilaku, pengalaman, dan preferensi anak.
Mereka menggunakan catatan ini untuk mengevaluasi kemajuan dan
merencanakan kegiatan masa depan untuk mendukungnya pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pada saat penilaian, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:melibatkan perencanaan kelompok, catatan observasi harian, dan
pengumpulan setiap catatan.

2.4 Model Pembelajaran Reggio Emilia


Pendekatan Reggio Emilia menempatkan peran guru sebagai fasilitator atau
mediator dalam pembelajaran. Bukan sebagai sumber pengetahuan yang
menyalurkan informasi ke murid. Guru berfungsi untuk membantu anak-anak
mengungkapkan ide-ide dan pemikiran mereka. Selain itu, untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan anak-anak untuk belajar secara
alami dan mandiri. Guru dalam pendekatan Reggio Emilia juga diharapkan
mampu menciptakan lingkungan yang memotivasi, membangkitkan rasa ingin
tahu, dan memfasilitasi eksplorasi dan percobaan. Guru juga harus mampu
mengamati anak-anak secara seksama dan memahami keunikan dan kemampuan
masing-masing anak dalam memahami dan merespon lingkungan dan pengalaman
belajar mereka.
Dalam hal ini, guru berkolaborasi dengan anak-anak dan orang tua untuk
merancang pengalaman belajar yang bermakna dan relevan bagi anak-anak. Guru
juga harus terus memperkaya diri dengan pengetahuan dan keterampilan baru
untuk mendukung pengembangan dan kebutuhan belajar anak-anak.

2.5 Model Pembelajaran Bank Street


Model pembelajaran bank street merupakan model pembelajaran dimana anak
merupakan pembelajar,penjelajah dan arti yang aktif. Prinsip utama model
perkembangan bank street ialah pendidikan yang berorientasi agar anak menjadi
seorang pembelajar yang tidak melupakan hal yang sudah terjadi.
Manfaat dari model pembelajaran bank street adalah memungkinkan anak
untuk menunjukkan apa yang sudah mereka ketahui. Pengalaman pembelajaran
akan membentuk pemahaman yang dibuat oleh anak.
Tujuan dari model pembelajaran bank street adalah mengembangkan seluruh
aspek perkembangan anak mencakup fisik,emosi,social, dan berbagi tanggung
jawab kepada anak dapat mengembangkan kompetensi, memotivasi untuk
menggunakan kemampuan pada anak, mengembangkan kemandirian pribadi dan
kreativitas pada diri anak.

2.6 Bentuk Pembelajaran di PAUD

Metode pembelajaran awal merupakan cara atau teknik yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Apabila model pembelajaran merupakan
pendekatan umum dalam proses pembelajaran dan sering kali suatu model
digunakan dalam proses pembelajaran maka metode tersebut merupakan langkah
teknis dan dapat menggunakan lebih dari satu metode tergantung model
pembelajaran yang digunakan dan kebutuhan anak pada saat belajar terjadi.
Penggunaan metode pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kepribadian anak
dapat memfasilitasi berkembangnya berbagai potensi dan kemampuan anak secara
optimal serta membentuk sikap dan perilaku positif pada anak.

Secara teknis, ada beberapa metode yang sesuai untuk anak usia dini, antara
lain:

 Konferensi
 Bermain
 Ceritakan sebuah kisah
 Bernyanyi
 Talk (dialog dengan tanya jawab)
 Karya wisata
 Praktek praktis
 Permainan peran (masyarakat drama)
 Misi
 Pertunjukan
 Eksperimen
 Diskusi
 Pemecahan Masalah (troubleshoot)
 Latihan
BAB III
PENUTUP

Pembelajaran pada anak usia dini khususnya merupakan wahana untuk


mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minat masing-masing anak. Penyelenggaran PAUD dilakukan untuk
memberikan kesiapan anak usia dini sebelum memasuki pendidikan dasar.
Dijelaskan dalam Yulianti (2010:7) dalam pendidikan anak usia dini anak sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek
perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis yang meliputi
perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan sosial emosional.
Permasalahan yang banyak terjadi saat ini adalah guru dan siswa terbiasa
menggunakan metode konvensional sehingga dapat mengakibatkan siswa menjadi
kurang aktif dan hanya mendengarkan dari guru. Akan tetapi, seiring majunya
perkembangan pendidikan khusunya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah
banyak muncul berbagai metode pembelajaran, yaitu : Pembelajaran Model
Montessori, Pendidikan High Scope, Reggio Emilia, Waldorf, Bank Street.

3.2 Saran
Menurut pendapat kami, di era Globalisasi ini bangsa Indonesia perlu
melakukan berbagai perbaikan diberbagai jenjang pendidikan, khususnya pada
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD merupakan pondasi dasar dalam
jenjang pendidikan maka perlu diperhatikan secara khusus mengenai mekanisme
pembelajaran bagi anak usia dini yang masih sangat rentan terhadap sesuatu yang
baru terutama dalam belajar.

Kita juga sebagai orang tua, guru, dan komponen lainnya perlu
memperhatikan perkembangan anak terutama dalam proses pembelajaran baik i
linkungan sekolah maupun di lingkungan rumah.Semoga PAUD di Indonesia
menjadi lebih berkembang lagi untuk membentuk anak-anak generasi bangsa
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bk, N. P., Ppb, J., Kunci, K., Pembelajaran, S., Anak, D., & Dini, U. (n.d.). Jurnal Pengkajian
Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA. In PRISMA SAINS (Vol. 2, Issue 2).

Elytasari, S. (2017). ESENSI METODE MONTESSORI DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA


DINI.

Khadijah, K., Arlina, A., Hardianti, R. W., & Maisarah, M. (2021). Model Pembelajaran
Bank Street dan Sentra, serta Pengaruhnya terhadap Sosial Emosional Anak. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1960–1972.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1054

Nuraeni, L. (n.d.). EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN REGGIO EMILIA


UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DALAM KONTEKS MERDEKA BELAJAR
DI TAMAN KANAK-KANAK KOTA CIMAHI PADA MASA PANDEMI COVID 19. 6(2),
2581–0413.

Rahayu, N., Putri H, S., Nunlehu, M., Madi, M. S., & Priyanti, N. (n.d.). Model
Pembelajaran High Scope Pendidikan Anak Usia Dini. 4, 61–68.
http://jurnaledukasia.org

You might also like