You are on page 1of 13

Notulen K3

Nama : Muhammad Afuza Akbar


NIM : 22323111

Notulen “IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO PADA PROYEK RUMAH TYPE 45”

1. Pembersihan Lahan (Land Clearing):


• Bahaya: Pekerja tertimpa alat berat atau bahan material bangunan.
• Resiko: Cedera serius atau bahkan kematian.
• Pengendalian K3: Penggunaan peralatan pengaman saat bekerja,
penggunaan peralatan kerja yang benar, pemeriksaan instalasi bawah tanah
sebelum memulai pekerjaan, menjaga jarak aman antara pekerja.
2. Pekerjaan Galian Tanah:
• Bahaya: Jatuh terperosok atau terpeleset ke dalam lubang yang digali.
• Resiko: Cedera punggung atau luka serius.
• Pengendalian K3: Penggunaan peralatan pengaman, mengikuti prosedur
kerja yang benar, memeriksa keamanan lubang galian.
3. Pekerjaan Pondasi:
• Bahaya: Pekerja tergores, tertusuk, terjepit oleh material pondasi.
• Resiko: Cedera tangan, kaki, atau kepala.
• Pengendalian K3: Penggunaan pengamanan saat bekerja, pemahaman
pekerja terhadap pekerjaan yang dilakukan, menggunakan alat pelindung diri
(APD) sesuai pekerjaan.
4. Pekerjaan Resapan dan Septic Tank:
• Bahaya: Kegagalan alat perkakas yang mengakibatkan kebocoran pada pipa.
• Resiko: Potensi kebocoran limbah dan masalah sanitasi.
• Pengendalian K3: Penggunaan peralatan yang layak, safety talk sebelum
memasuki area kerja, koordinasi dengan pengawas lapangan.
5. Pekerjaan Struktur:
• Bahaya: Terkena besi saat merangkai besi kolom.
• Resiko: Cedera tangan atau bahkan cedera mata akibat percikan adonan
semen.
• Pengendalian K3: Menggunakan sarung tangan, menjauh dari truk saat
penimbunan tanah, menggunakan pelindung kepala atau helm.
6. Pekerjaan Pemasangan Bekisting Slof/Perkayuan:
• Bahaya: Bekisting roboh, pekerja terpeleset atau tersandung, cedera mata.
• Resiko: Cedera serius.
• Pengendalian K3: Pekerja harus memahami pekerjaan yang akan dilakukan,
menggunakan sarung tangan, dan melakukan briefing sebelum pekerjaan.
7. Pengecoran Slof Pondasi:
• Bahaya: Pekerja terpeleset/terjatuh, cuaca buruk, iritasi kulit akibat kontak
dengan semen.
• Resiko: Cedera fisik, ketidaknyamanan.
• Pengendalian K3: Berhati-hati saat pengecoran, pemakaian APD yang
sesuai.
8. Timbunan Slof Pondasi:
• Bahaya: Terkena alat saat timbunan/pemerataan tanah, terkena truk
pengangkut tanah.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Menggunakan APD, menjauh dari truk saat penimbunan
tanah.
9. Pekerjaan Kusen Pintu dan Kusen Jendela:
• Bahaya: Penggunaan alat-alat listrik yang dapat mengakibatkan konslet atau
kesetrum, kurangnya pengalaman dalam penggunaan alat perkakas.
• Resiko: Cedera tangan, kaki, dan akibat kecelakaan listrik.
• Pengendalian K3: Mengecek peralatan sebelum penggunaan, menggunakan
APD yang sesuai.
10. Pekerjaan Pemasangan Instalansi atau Pipa Pemasukan Air Bersih dan
Pemasangan Aliran Listrik:
• Bahaya: Cedera saat memotong pipa dengan gergaji besi, tersentrum aliran
listrik.
• Resiko: Cedera serius.
• Pengendalian K3: Penggunaan APD sesuai pekerjaan, penggunaan
peralatan dengan benar.
11. Pekerjaan Pemasangan Slof Atas:
• Bahaya: Jatuhnya pekerja saat pemasangan bekisting balok, terkena palu
saat memukul palu di papan mal, terkena besi saat mengikat besi dengan
kawat.
• Resiko: Cedera serius.
• Pengendalian K3: Menjaga fokus, pekerja harus dalam keadaan sehat.
12. Pemasangan Kuda-kuda:
• Bahaya: Terkena besi atau palu, jatuh dari ketinggian, cuaca yang
mempengaruhi pekerja.
• Resiko: Cedera serius.
• Pengendalian K3: Penggunaan APD, hati-hati saat berada di ketinggian.
13. Pekerjaan Pengecoran Lantai:
• Bahaya: Terkena alat pengaduk bahan semen.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Penggunaan APD sesuai pekerjaan.
14. Pekerjaan Plester Dinding Bata:
• Bahaya: Jatuh saat mengplester dinding di bagian atas.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Penggunaan APD yang benar, pekerja harus dalam
keadaan sehat.
15. Pemasangan Atap:
• Bahaya: Terkena alat pemotong atap, jatuh saat pemasangan atap, cuaca
yang mempengaruhi pekerja.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Pengecekan sebelum pekerjaan, berhati-hati saat
menggunakan alat, penggunaan pakaian keselamatan kerja.
16. Pemasangan Loteng:
• Bahaya: Jatuh saat membuat loteng, cedera saat menggunakan palu, cedera
mata saat pemasangan loteng.
• Resiko: Cedera serius.
• Pengendalian K3: Pastikan pekerja telah mengikuti induksi, menggunakan
APD, dan alat yang benar.
17. Pemasangan Lantai Keramik:
• Bahaya: Cedera saat memotong keramik, luka karena terkena ujung keramik
yang tajam.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Penggunaan alat pemotong keramik dengan hati-hati,
pemakaian APD yang sesuai.
18. Pengecatan Dinding:
• Bahaya: Jatuh saat mengecat dinding yang tinggi.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Pekerja harus dalam keadaan sehat, penggunaan alat
pelindung diri saat bekerja.
19. Pekerjaan Finishing - Pembersihan Sisa Pekerjaan:
• Bahaya: Terkena sisa-sisa bahan material yang berserakan seperti paku,
pecahan keramik, besi, dll.
• Resiko: Cedera fisik.
• Pengendalian K3: Menggunakan baju lengan panjang dan krim kulit, APD
sesuai pekerjaan.
Kesimpulan:
Identifikasi bahaya dan resiko pada proyek rumah tipe 45 merupakan langkah penting dalam
memastikan keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Pengendalian K3 yang tepat harus
selalu diikuti untuk mengurangi potensi cedera dan kecelakaan kerja. Pekerja juga harus
selalu memahami pekerjaan yang mereka lakukan dan menjaga kesehatan mereka agar
tetap aman saat bekerja. Dalam proyek ini, langkah-langkah keselamatan akan
diimplementasikan dengan tegas untuk mengurangi resiko yang teridentifikasi.

Sesi Diskusi
Pertanyaan : Apa yang terjadi jika pekerja bangunan terkena asam saat bekerja siapa yang
bertanggung jawab akan hal itu? (Muhammad Afuza Akbar)
Jawab : Saat pekerja terkena asama ada baiknya sebelum bekerja untuk pencegahan
menggunakan masker namun apabila terjadi komplikasi saaat bekerja maka akan dilakukan
penanganan medis dan di pertanggunng jawabkan oleh pihak asuransi yang bersangkutan.

Tambahan : Lalu bagaimana jika hal tersebut terjadi pada pekerja lepas yang tidak dicover
oleh asuransi kesehatan manapun?
Jawab : Maka akan ditanggung oleh pihak pemborong berdasarkan pengalaman pribadi (
Satria )
IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN RESIKO K3 SERTA PENGENDALIAN RESIKO K3 PADA RUMAH TIPE 45

Pekerjaan Persiapan:

Risiko dan bahaya K3 meliputi kecelakaan selama mobilisasi pekerjaan dan risiko
kendaraan melintas. Tindakan penanganan melibatkan pemasangan rambu
keselamatan.

Pekerjaan Tanah:

Risiko dan bahaya K3 mencakup tertimbun tanah, tersengat aliran listrik bawah tanah,
dan kekurangan oksigen. Tindakan penanganan melibatkan penggunaan peralatan
pengaman dan menjaga jarak yang aman.

Pekerjaan Pondasi:

Risiko dan bahaya K3 meliputi tangan atau kaki pekerja tertusuk besi dan terhirup debu.
Tindakan penanganan melibatkan penggunaan sarung tangan, masker, dan APD.
Pekerjaan Beton:

Risiko dan bahaya K3 mencakup kecelakaan saat pengoperasian alat pengaduk beton.
Tindakan penanganan melibatkan pemeriksaan alat sebelum pekerjaan dan
penggunaan peralatan pengaman.

Pekerjaan Dinding:

Risiko dan bahaya K3 termasuk luka terkena mortar dan batu jatuh. Tindakan
penanganan melibatkan metode pelaksanaan yang sesuai dan penempatan material
dengan aman.

Pekerjaan Plesteran Dinding:

Risiko dan bahaya K3 mencakup tangan terkena adukan plasteran semen. Tindakan
penanganan melibatkan penggunaan sarung tangan dan masker.

Pekerjaan Kayu:

Risiko dan bahaya K3 termasuk tertimpa material kayu dan terpotongnya tangan saat
pemotongan kayu. Tindakan penanganan melibatkan penggunaan APD dan peralatan
pengaman.

Pekerjaan Aluminium dan Kaca:

Risiko dan bahaya K3 mencakup kebisingan dan tertimpa material aluminium. Tindakan
penanganan melibatkan penggunaan APD dan penutup telinga.

Pekerjaan Penutup Atap:

Risiko dan bahaya K3 mencakup terjatuh saat memasang atap. Tindakan penanganan
melibatkan pemeriksaan peralatan pendukung kerja dan pengaturan orang di bawah.

Pekerjaan Plafon: - Risiko dan bahaya K3 meliputi jatuh saat memasang plafon.
Tindakan penanganan melibatkan pemeriksaan peralatan pendukung kerja dan
pengaturan orang di bawah.

Pekerjaan Penutup Lantai dan Keramik: - Risiko dan bahaya K3 mencakup tertimpa
material keramik. Tindakan penanganan melibatkan penggunaan APD dan memastikan
alat layak digunakan.
Pekerjaan Instalasi Listrik: - Risiko dan bahaya K3 termasuk tergores gerindra dan
tersengat listrik. Tindakan penanganan melibatkan lock out dan tag out, matikan listrik
dari sumber utama, hanya pekerja yang terampil yang melaksanakan pekerjaan ini,
penggunaan alat yang tidak menghantarkan arus listrik, dan pemeriksaan peralatan
yang digunakan.

Pekerjaan Sanitasi: - Risiko dan bahaya K3 mencakup berbagai situasi, termasuk


terkena debu dan tersengat listrik. Tindakan penanganan melibatkan matikan listrik,
penggunaan sarung tangan, pengawasan pekerjaan, penggunaan earplug, dan
pemasangan rambu peringatan serta garis pengaman (safety line).

Pekerjaan Pengecatan: - Risiko dan bahaya K3 melibatkan tersandung material,


terhirup udara kotor, tangan terkena bahan kimia, dan terjatuh dari ketinggian. Tindakan
penanganan melibatkan menempatkan material terlokalisir, penggunaan sarung tangan,
masker, sepatu kerja, helm pengaman, pemasangan rambu atau pagar, dan penerangan
yang cukup.

Catatan Tambahan:

Peserta diingatkan untuk selalu mematuhi prosedur keselamatan dan menjalankan


tindakan penanganan risiko K3 dengan ketat sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dijalankan.

Pekerjaan konstruksi yang melibatkan risiko tinggi memerlukan pengawasan yang ketat
dan pelatihan pekerjaan. Dalam situasi berisiko tinggi, perlu dilakukan inspeksi dan
pemantauan lebih lanjut oleh personel yang berpengalaman.

Penyediaan peralatan pelindung diri (APD) yang memadai dan pelatihan keselamatan
yang berkala harus menjadi prioritas dalam setiap pekerjaan konstruksi.

Penutup: Dengan demikian, pertemuan ini telah membahas dengan rinci


berbagai jenis pekerjaan konstruksi, risiko, bahaya K3 yang terkait, dan tindakan
penanganan risiko K3 yang sesuai. Keselamatan pekerja adalah prioritas utama
Sesi Diskusi

Apakah ada lembaga atau setingkat pemerintahan yang bertanggung jawab dalam
pekerjaan konstruksi ?

Jawab : Di banyak negara, termasuk Indonesia, terdapat berbagai lembaga dan badan yang
bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi pekerja konstruksi. Beberapa di
antaranya termasuk:

1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR): Biasanya, kementerian


ini memiliki peran penting dalam mengatur dan mengawasi sektor konstruksi di suatu
negara. Mereka dapat menetapkan regulasi, standar keselamatan, dan prosedur perizinan
untuk proyek konstruksi.

2. Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH): Lembaga ini bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pekerja konstruksi bekerja dalam lingkungan yang aman dan sehat.
Mereka mengeluarkan pedoman dan standar keselamatan kerja yang harus diikuti oleh
pekerja dan pengusaha konstruksi.
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO PADA PROYEK RUMAH TYPE 36

PEKERJAAN PENDAHULUAN
a. Pembersihan Lahan
Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan pembersihan lahan yaitu:
1. Pekerja tertusuk atau tergores material tajam
2. Pekerja terpapar zat bahaya
3. pekerja tertimpa alat berat
4. terjadi kecelakaan kerja yang tidak disengaja
PEKERJAAN LANJUTAN
a. Pekerjaan tanah dan pondasi
kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan tanah dan pondasi yaitu:
1. Pekerja tertimbun tanah galian
2. Pekerja tertusuk atau tergores besi
3. Pekerja terpapar gas beracun
4. Pekerja cidera anggota badan

PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pekerjaan beton
Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan beton yaitu:
1. Pekerja terpapar debu beton
2. Pekerja tertimpa material beton
3. Pekerja terjatuh saat membeton
4. Pekerja cidera anggota badan

PEKERJAAN DINDING
a. Pemasangan bata dan plesteran
kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan bata dan plesteran yaitu:
1. Pekerja mengalami gangguan iritasi kulit
2. Pekerja mengalami gangguan pernapasan akibat debu pasir/semen
3. Pekerja terjatuh saat memasang bata dan memplester
4. Pekerja tertimpa batu bata
b. Pemasangan pintu dan jendela
1. Pekerja terjepit pintu/kusen
2. Pekerja tersengat listrik saat memasang pintu dan jendela
3. pekerja tesandung kabel
4. Pekerja terkena percikan api saat mengelas
5. Pekerja mengalami cidera anggota badan saat pemotongan material pintu
dan jendela

PEKERJAAN ATAP DAN PLAFON


a. Pekerjaan plafon
kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan plafon yaitu:
1. Pekerja tertimpa reruntuhan material
2. Pekerja terjatuh saat memasang plafon
3. Pekerja tertusuk material
4. Pekerja tertimpa peralat saat memasang plafon
b. Pekerjaan pemasangan atap
1. Pekerja terjatuh dari ketinggian saat memasang atap
2. Pekerja tergores material
3. Pekerja terjepit bahan atap

PEKERJAAN PEMASANGAN LANTAI

. Pekerjaan lantai
Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan lantai yaitu:
1. Jari atau tangan pekerja terpotong oleh mesin potong keramik
2. Pekerja tergores pecahan material yang berserakan
Pekerja terhirup debu ampas potong keramik

PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI

a. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik


Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan pemasangan instalasi listrik yaitu:
1. Pekerja tersengat listrik
2. Pekerja tersandung kabel
3. Pekerja terkena percikan api dan dapat menimbulkan kebarakan
b. Pekerjaan pemasangan instalasi air bersih dan air kotor
1. Pekerja terluka saat pemotongan pipa
2. Pekerja terjatuh saat pemasangan sampungan pipa
3. Kesalahan pembuangan limbah
PEKERJAAN FINISHING

a. Pekerjaan pengecatan dan laburan


Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan pengecatan dan laburan yaitu:
1. Pekerja tertimpa material saat melakukan pengecatan
2. Pekerja terjatuh saat melakukan pengecatan dari ketinggian
3. Pekerja terpapar zat berbahaya cat
b. Pekerjaan bersih-bersih sisa material
1. Pekerja tersandung material
2. Pekerja tertusuk material yang berserakan
3. Pekerja terkena debu menyebabkan iritasi mata
4. Pekerja sesak napas karna debu

Kesimpulannya, proyek pembangunan rumah tipe 36 memiliki berbagai potensi bahaya dan
resiko yang perlu diidentifikasi dan dikelola secara hati-hati demi menjaga keamanan dan
kesehatan para pekerja. Resiko tersebut mencakup cedera fisik, paparan zat berbahaya, dan
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada berbagai tahap pekerjaan, mulai dari
pembersihan lahan hingga tahap finishing. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan dan tindakan keamanan yang tepat, serta pelatihan kepada para pekerja untuk
mengurangi risiko-risiko tersebut selama proyek berlangsung. Pengawasan yang ketat dan
pematuhan terhadap peraturan keselamatan kerja sangat penting dalam menjaga keamanan
dan kesehatan selama proyek berjalan.
SESI DISKUSI

Flo : apakah pekerjaan tipe 45 dan tipe 36 itu resiko dan bahaya K3 nya sama saja.
Jawab : K3 nya sama kecuali ada perbedaan jumlah lantai. Yang membedakan hanyalah
luas lahan yang dikelola ( Mughni)

Satria : Bagaimana seorang ahli k3 salah menganalisa resiko bahaya. Contohnya ada resiko
bahaya yang belum dipaparkan. Lalu apa dampak untuk seorang ahli K3 tersebut.
Jawab : Hukum pidana untuk kelalaian dalam analisa pekerjaan bisa bervariasi tergantung
pada yurisdiksi dan hukum yang berlaku di suatu negara atau wilayah. Kelalaian dalam
analisis pekerjaan mungkin dapat mengakibatkan konsekuensi hukum jika dapat dibuktikan
bahwa tindakan tersebut melanggar hukum yang berlaku. Namun, hukum pidana umumnya
lebih berkaitan dengan tindakan yang disengaja atau kejahatan yang lebih serius.
Penting untuk berkonsultasi dengan seorang pengacara atau ahli hukum yang kompeten di
wilayah Anda untuk mendapatkan panduan yang lebih tepat mengenai masalah ini. Mereka
dapat memberikan informasi lebih rinci tentang potensi implikasi hukum dalam kasus-kasus
kelalaian dalam analisa pekerjaan.
Pasal yang dapat digunakan dalam kasus kelalaian dalam analisa pekerjaan akan
bergantung pada perundang-undangan di negara atau yurisdiksi tertentu. Namun, sebagai
contoh, di Indonesia, beberapa pasal yang mungkin relevan dalam konteks kelalaian
pekerjaan adalah:
1. Pasal 359 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana): Pasal ini mengatur tentang
kelalaian yang mengakibatkan orang lain mengalami cedera atau kematian.
2. Pasal 363 KUHP: Pasal ini mengatur tentang kelalaian yang mengakibatkan
kebakaran atau kerusakan properti orang lain.
3. Pasal 372 KUHP: Pasal ini mengatur tentang kelalaian yang mengakibatkan
pembunuhan tanpa niat, yang disebut "pembunuhan dengan kelalaian."

You might also like