Professional Documents
Culture Documents
Notulen “IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO PADA PROYEK RUMAH TYPE 45”
Sesi Diskusi
Pertanyaan : Apa yang terjadi jika pekerja bangunan terkena asam saat bekerja siapa yang
bertanggung jawab akan hal itu? (Muhammad Afuza Akbar)
Jawab : Saat pekerja terkena asama ada baiknya sebelum bekerja untuk pencegahan
menggunakan masker namun apabila terjadi komplikasi saaat bekerja maka akan dilakukan
penanganan medis dan di pertanggunng jawabkan oleh pihak asuransi yang bersangkutan.
Tambahan : Lalu bagaimana jika hal tersebut terjadi pada pekerja lepas yang tidak dicover
oleh asuransi kesehatan manapun?
Jawab : Maka akan ditanggung oleh pihak pemborong berdasarkan pengalaman pribadi (
Satria )
IDENTIFIKASI BAHAYA
DAN RESIKO K3 SERTA PENGENDALIAN RESIKO K3 PADA RUMAH TIPE 45
Pekerjaan Persiapan:
Risiko dan bahaya K3 meliputi kecelakaan selama mobilisasi pekerjaan dan risiko
kendaraan melintas. Tindakan penanganan melibatkan pemasangan rambu
keselamatan.
Pekerjaan Tanah:
Risiko dan bahaya K3 mencakup tertimbun tanah, tersengat aliran listrik bawah tanah,
dan kekurangan oksigen. Tindakan penanganan melibatkan penggunaan peralatan
pengaman dan menjaga jarak yang aman.
Pekerjaan Pondasi:
Risiko dan bahaya K3 meliputi tangan atau kaki pekerja tertusuk besi dan terhirup debu.
Tindakan penanganan melibatkan penggunaan sarung tangan, masker, dan APD.
Pekerjaan Beton:
Risiko dan bahaya K3 mencakup kecelakaan saat pengoperasian alat pengaduk beton.
Tindakan penanganan melibatkan pemeriksaan alat sebelum pekerjaan dan
penggunaan peralatan pengaman.
Pekerjaan Dinding:
Risiko dan bahaya K3 termasuk luka terkena mortar dan batu jatuh. Tindakan
penanganan melibatkan metode pelaksanaan yang sesuai dan penempatan material
dengan aman.
Risiko dan bahaya K3 mencakup tangan terkena adukan plasteran semen. Tindakan
penanganan melibatkan penggunaan sarung tangan dan masker.
Pekerjaan Kayu:
Risiko dan bahaya K3 termasuk tertimpa material kayu dan terpotongnya tangan saat
pemotongan kayu. Tindakan penanganan melibatkan penggunaan APD dan peralatan
pengaman.
Risiko dan bahaya K3 mencakup kebisingan dan tertimpa material aluminium. Tindakan
penanganan melibatkan penggunaan APD dan penutup telinga.
Risiko dan bahaya K3 mencakup terjatuh saat memasang atap. Tindakan penanganan
melibatkan pemeriksaan peralatan pendukung kerja dan pengaturan orang di bawah.
Pekerjaan Plafon: - Risiko dan bahaya K3 meliputi jatuh saat memasang plafon.
Tindakan penanganan melibatkan pemeriksaan peralatan pendukung kerja dan
pengaturan orang di bawah.
Pekerjaan Penutup Lantai dan Keramik: - Risiko dan bahaya K3 mencakup tertimpa
material keramik. Tindakan penanganan melibatkan penggunaan APD dan memastikan
alat layak digunakan.
Pekerjaan Instalasi Listrik: - Risiko dan bahaya K3 termasuk tergores gerindra dan
tersengat listrik. Tindakan penanganan melibatkan lock out dan tag out, matikan listrik
dari sumber utama, hanya pekerja yang terampil yang melaksanakan pekerjaan ini,
penggunaan alat yang tidak menghantarkan arus listrik, dan pemeriksaan peralatan
yang digunakan.
Catatan Tambahan:
Pekerjaan konstruksi yang melibatkan risiko tinggi memerlukan pengawasan yang ketat
dan pelatihan pekerjaan. Dalam situasi berisiko tinggi, perlu dilakukan inspeksi dan
pemantauan lebih lanjut oleh personel yang berpengalaman.
Penyediaan peralatan pelindung diri (APD) yang memadai dan pelatihan keselamatan
yang berkala harus menjadi prioritas dalam setiap pekerjaan konstruksi.
Apakah ada lembaga atau setingkat pemerintahan yang bertanggung jawab dalam
pekerjaan konstruksi ?
Jawab : Di banyak negara, termasuk Indonesia, terdapat berbagai lembaga dan badan yang
bertanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi pekerja konstruksi. Beberapa di
antaranya termasuk:
2. Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH): Lembaga ini bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pekerja konstruksi bekerja dalam lingkungan yang aman dan sehat.
Mereka mengeluarkan pedoman dan standar keselamatan kerja yang harus diikuti oleh
pekerja dan pengusaha konstruksi.
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO PADA PROYEK RUMAH TYPE 36
PEKERJAAN PENDAHULUAN
a. Pembersihan Lahan
Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan pembersihan lahan yaitu:
1. Pekerja tertusuk atau tergores material tajam
2. Pekerja terpapar zat bahaya
3. pekerja tertimpa alat berat
4. terjadi kecelakaan kerja yang tidak disengaja
PEKERJAAN LANJUTAN
a. Pekerjaan tanah dan pondasi
kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan tanah dan pondasi yaitu:
1. Pekerja tertimbun tanah galian
2. Pekerja tertusuk atau tergores besi
3. Pekerja terpapar gas beracun
4. Pekerja cidera anggota badan
PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pekerjaan beton
Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan beton yaitu:
1. Pekerja terpapar debu beton
2. Pekerja tertimpa material beton
3. Pekerja terjatuh saat membeton
4. Pekerja cidera anggota badan
PEKERJAAN DINDING
a. Pemasangan bata dan plesteran
kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan bata dan plesteran yaitu:
1. Pekerja mengalami gangguan iritasi kulit
2. Pekerja mengalami gangguan pernapasan akibat debu pasir/semen
3. Pekerja terjatuh saat memasang bata dan memplester
4. Pekerja tertimpa batu bata
b. Pemasangan pintu dan jendela
1. Pekerja terjepit pintu/kusen
2. Pekerja tersengat listrik saat memasang pintu dan jendela
3. pekerja tesandung kabel
4. Pekerja terkena percikan api saat mengelas
5. Pekerja mengalami cidera anggota badan saat pemotongan material pintu
dan jendela
. Pekerjaan lantai
Kemungkinan resiko yang terjadi pada pekerjaan lantai yaitu:
1. Jari atau tangan pekerja terpotong oleh mesin potong keramik
2. Pekerja tergores pecahan material yang berserakan
Pekerja terhirup debu ampas potong keramik
Kesimpulannya, proyek pembangunan rumah tipe 36 memiliki berbagai potensi bahaya dan
resiko yang perlu diidentifikasi dan dikelola secara hati-hati demi menjaga keamanan dan
kesehatan para pekerja. Resiko tersebut mencakup cedera fisik, paparan zat berbahaya, dan
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada berbagai tahap pekerjaan, mulai dari
pembersihan lahan hingga tahap finishing. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan
pencegahan dan tindakan keamanan yang tepat, serta pelatihan kepada para pekerja untuk
mengurangi risiko-risiko tersebut selama proyek berlangsung. Pengawasan yang ketat dan
pematuhan terhadap peraturan keselamatan kerja sangat penting dalam menjaga keamanan
dan kesehatan selama proyek berjalan.
SESI DISKUSI
Flo : apakah pekerjaan tipe 45 dan tipe 36 itu resiko dan bahaya K3 nya sama saja.
Jawab : K3 nya sama kecuali ada perbedaan jumlah lantai. Yang membedakan hanyalah
luas lahan yang dikelola ( Mughni)
Satria : Bagaimana seorang ahli k3 salah menganalisa resiko bahaya. Contohnya ada resiko
bahaya yang belum dipaparkan. Lalu apa dampak untuk seorang ahli K3 tersebut.
Jawab : Hukum pidana untuk kelalaian dalam analisa pekerjaan bisa bervariasi tergantung
pada yurisdiksi dan hukum yang berlaku di suatu negara atau wilayah. Kelalaian dalam
analisis pekerjaan mungkin dapat mengakibatkan konsekuensi hukum jika dapat dibuktikan
bahwa tindakan tersebut melanggar hukum yang berlaku. Namun, hukum pidana umumnya
lebih berkaitan dengan tindakan yang disengaja atau kejahatan yang lebih serius.
Penting untuk berkonsultasi dengan seorang pengacara atau ahli hukum yang kompeten di
wilayah Anda untuk mendapatkan panduan yang lebih tepat mengenai masalah ini. Mereka
dapat memberikan informasi lebih rinci tentang potensi implikasi hukum dalam kasus-kasus
kelalaian dalam analisa pekerjaan.
Pasal yang dapat digunakan dalam kasus kelalaian dalam analisa pekerjaan akan
bergantung pada perundang-undangan di negara atau yurisdiksi tertentu. Namun, sebagai
contoh, di Indonesia, beberapa pasal yang mungkin relevan dalam konteks kelalaian
pekerjaan adalah:
1. Pasal 359 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana): Pasal ini mengatur tentang
kelalaian yang mengakibatkan orang lain mengalami cedera atau kematian.
2. Pasal 363 KUHP: Pasal ini mengatur tentang kelalaian yang mengakibatkan
kebakaran atau kerusakan properti orang lain.
3. Pasal 372 KUHP: Pasal ini mengatur tentang kelalaian yang mengakibatkan
pembunuhan tanpa niat, yang disebut "pembunuhan dengan kelalaian."