Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian Morfologi
Ramlan (1979) dalam bukunya mengatakan bahwa
“Morfologi adalah bagian dari ilmu yang mempelajari seluk
beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan
struktur kata terhadap golongan dari arti kata.”
Eugene A. Nida mengatakan Morphology is the study of
Morphenes and their arrangements in forming words. Morphemes
are the minimal meaningful units which may constitute words or
parts of words e.g.,re-,de-,un-,-ish,ly-, ceive-, mand, tie, boy, and like
in the combinations receive, demand, untie, boyish, likely.
(Morfology 1970:1).
Dari kedua definisi itu dapat kita ketahui bahwa
bukan saja terdiri dari kata-kata lepas tetapi juga kumpulan
bunyi-bunyi lain yang dapat digabungkan dengan kata-kata
itu. Oleh sebab itu maka gabungan bunyi atau sebuah bunyi
yang kita gabungkan dengan kata itu juga termasuk morfem,
seperti awalan, sisipan dan akhiran. Sedangkan iimu yang
mempelajari bagaimana struktur morfem serta seluk beluk
strukturnya itu termasuk bidang morfologi.
Morfologi atau morfemik adalah telaah morfem. Pada
dasarnya dan yang paling bermanfaat bagi kita di sini,
morfologi dapat dibagi menjadi dua tipe analisis, yaitu :
1. Morfologi sinkronik
2. Morfologi diakronik
1
Morfologi sinkronik menelaah morfem-morfem dalam
satu cakupan dalam waktu tertentu, baik waktu lalu ataupun
waktu kini. Pada hakekatnya, morfologi sinkronik adalah
suatu analisis linear, yang mempertanyakan apa-apa yang
merupakan komponen leksikal dan komponen sintaksis kata-
kata, dan bagaimana caranya komponen-komponen tersebut
menambahkan, mengurangi, atau mengatur kembali dirinya
didalam berbagai ragam konteks. Morfologi sinkronik tidak
ada sangkut pautnya atau tidak manaruh perhatian pada
sejarah atau asal usul kata dalam bahasa kita.
Morfologi diakronik menelaah sejarah atau asal kata,
dan mempermasalahkan mengapa misalnya pemakaian kata
kini berbada dengan pemakaian kata pada masa lalu.
Setiap orang yang menaruh perhatian besar terhadap
masalah kata dan morfem beserta maknanya, maka tak mau
harus menelusuri masalah sinkronik ini.
Secara singkat yang menjadi paparan morfologi
sinkronik adalah:
1. Morfologi leksikal dan morfem sintaktik
2. Morfem bebas dan morfem terikat
3. Morfem dasar dan morfem imbuhan
2
Morfologi sebagai cabang atau bagian ilmu bahasa
mengandung persamaan, disamping perbedaan, dengan
cabang atau bagian ilmu bahasa yang lain: diantaranya
leksikologi, etimologi, dan sintaksis. Morfologi dan
leksikologi keduanya sama-sama mempelajari arti kata:
morfologi mempelajari arti leksikal. Morfologi dan etimologi
mempelajari perubahan kata,baik bentuknya maupun
maknanya. Morfologi mempelajari perubahan-perubahan
yang umum yang merupakan suatu system dalam bahasa
yang bersangkutan, sedangkan Etimologi mempelajari
perubahan-perubahan yang khusus yang berlaku pada kata-
kata yang bersangkutan saja. Morfologi mempelajari kata
sebagai satuan terbesar sebagai hasil pembentukan suatu
proses, sedangkan sintaksis mempelajari kata sebagai satuan
terkecil dalam hubungannya dengan pembentukan frasa,
kalausa dan kalimat.
3
4. Mengolah, membuat penganan. Misalnya masak kue lapis,
selanjutnya diterangkan pula arti kata bentukan dari kata
tersebut, kata masak memasak berarti hal atau urusan
memasak untuk orang lain: mungkin juga berarti
menjadikan masak-memasak berarti barang apa yang
dimasak, seperti lauk pauk, makanan dan sebagiannya;
pemasak berarti orang yang memasak, mungkin juga
berarti alat untuk memasak; kemasakan berarti hal
memasak.
4
C. Morfologi dan Etimologi
Jika dibidang arti ada pendekatan antara morfologi
dan leksikologi maka dibidang bentuk ada pendekatan
anatara morfologi dan etimologi.
Disamping kata kena, terdapat kata perkenan:
disamping kata ia, terdapat kata dia, yang dan nya;
disamping kata tuan terdapat kata Tuhan. Adakah perubahan
bentuk seperti kelihatan pada kata-kata tersebut termaksud
dalam bidang morfologi?
Memang dimuka telah dikemukakan bahwa
morfologi menyelidiki seluk beluk struktur kata hanya, perlu
ditambahkan disini, bahwa yang diselidiki oleh morfologi
hanyalah peristiwa-peristiwa umum, peristiwa yang berturut-
turut terjadi, yang boleh dikatakan merupakan sistem dalam
bahasa. Soalnya di sini, apakah peristiwa perubahan bentuk
kata-kata tersebut di atas, ialah perubahan dari kata kena
meenjadi kenan pada kata berkencan, perubahan dari ia
menjadi dia, yang dan nya, dan perubahan dari tuan menjadi
Tuhan, boleh dikatakan hanya terjadi pada kata-kata tersebut.
Karena itu, tentu saja peristiwa tersebut tak dapat disebut
sebagai peristiwa umum, dan tentu aja juga tidak termaksud
dalam bidang ilmu lain yang biasa disebut etimologi, ialah
ilmu yang mempelajari seluk beluk asal sesuatu kata secara
khusus.
5
hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain,atau
tugasnya mempelajari seluk beluk prase dan kalimat. Jadi,
kata yang dalam morfologi, satuan yang paling besar, dalam
sintaksis merupakan satuan yang paling kecil.
Sebagai contoh, ia mengadakan perjalanan.
Pembicaraan tentang kata ia sebagai bentuk kompleks, yang
terdiri dari tiga morfem, ialah meN-, ada, dan –kan, tenyang
kata perjalanan sebagai bentuk kompleks yang terdiri dari
dua morfem ialah per-an dan jalan termkasuk dalam
morfologi, tetapi pembicaraan mengenai hubungan antara
kata ia sebagai subjek dan kata mengadakan sebagai predikat
serta hubungan antara kata mengadakan sebagai predikat dan
kata perjalanan sebagai objek termaksud dalam sintaksis.
Dari uaraian di atas, seolah-olah dapat dilihat adanya
batas yang tegas antara morfologi dan sintaksis. Tetapi
sebenarnya tidak selalu demikian keadaannya. Misalnya pada
kata-kata ketidak-adilan, ketidak-mampuan, ketidak-hadiran,
dan sebagainya. Pembicaraan mengenai kata-kata tersebut
sebagai bentuk kompleks yang terdiri dari unsur langsung ke-
an dan tidak adil, tidak mampu, dan tidak hadir termaksud
dalam bidang morfologi, tetapi pembicaraan mengenai
hubungan kata tidak dengan kata adil, mampu dan hadir
termasuk dalam bidang sintaksis. Pembicaraan tentang
bentuk yang salah satu dari unsur langsungnya berupa afiks
termasuk dalam bidang morfologi, sedangkan pembicaraan
tentang bentuk yang semua unsur langsungnya berupa kata
termasuk dalam bidang sintaksis.
6
Kata majemuk adalah kata yang unsure langsungnya
berupa kata atau pokok kata, misalnya tinggi hati, keras
kepala, kepala angin, daya juang, lomba tari, kolam renang,
pasukan tempur, tentu saja pembicaraan tentang bentuk-
bentuk itu mempunyai sifat sebagai kata, maka tentu saja
pembicaraannya termasuk dalam bidang morfologi.
7
BAB II
BENTUK-BENTUK LINGUISTIK
8
dapat diuraikan kedalam bentuk yang lebih kecil. Dengan
kata yang lain bentuk kuda yang tidak mempunyai bentuk
yang lebih kecil lagi. Kita dapat menguraikan bentuk kuda
menjadi „ku” dan “da” tersebut tidaklah merupakan satuan-
satuan yang mengandung arti. Jadi, bukan bentuk linguistik,
lain halnya dengan bentuk berkuda, bentuk tersebut dapat
diuraikan menjadi bentuk-bentuk kecil, yakni ber- yang
berarti “memakai” atau „memiliki” dan kuda “sebangsa
binatang berkaki empat“. Jadi dapat dikatakan bentuk
berkuda terdiri atas dua bentuk yang lebih kecil daripada
bentuk berkuda itu sendiri.
Bentuk linguistik yang tidak terdiri dari bentuk-
bentuk yang lebih kecil lagi, seperti kuda dan sebagainya,
disebut bentuk tunggal, sedangkan bentuk linguistik yang
terdiri dari bentuk-bentuknya yang lebih kecil lagi seperti
berkuda yang terdiri dari ber- dan kuda disebut bentuk
kompleks (Ramlan, 1978:7-8). Contoh lain ter-, ke, ber-ku
merupakan bentuk tunggal karena tidak terdiiri dari bentuk-
bentuk yang lebih kecil lagi, sedangkan membaca, buku baru,
ia pergi kepasar merupakan bentuk kompleks karena terdiri
dari atas bentuk-bentuk yang lebih kecil, yakni meN-, baca,
buku, baru, ia, pergi, ke dan pasar. Coba anda cari lagi contoh
yang lain.
9
apa?, engkau membeli apa? dan sebaginya. Coba Anda cari
contoh yang lain! Berbeda dengan bentuk buku misalnya
bentuk ber- bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, bentuk ini selalu terikat pada bentuk yang lain,
artinya selalu dipakai bersama-sama dalam bentuk jalan,
rumah, baju, bicara, lari dan sebagainya menjadi berjalan,
berumah, berbaju, berbicara, berlari dan sebagainya. Silahkan
Anda cari contoh yang lain.
Bentuk lingustik yang dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, seperti buku disebut bentuk bebas, sedangkan
bentuk lingustik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, seperti ber-, disebut bentuk terikat. (Ramlan
1978:8)
Bentuk-bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dalam
tuturan biasa, beberapa macam diantaranya ada yang secara
gramatis mempunyai sifat bebas seperti halnya bentuk-bentuk
yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya lah,
dari, ke, pada, daripada, kepada, tetapi, karena, dan
sebagainya. Untuk membuktikan sifat bebas bentuk-bentuk
tersebut, perhatikanlah pemakaian ke dan lah pada contoh
berikut:
ke pasar
ke sebuah pasaar
ke dua buah pasar
berkatalah
berkata jujurlah
berkata jujur sajalah
10
Bentuk ke tampaknya terikat pada bentuk pasar, tetapi
dengan adanya kelompok kata ke sebuah pasar, ke dua buah
pasar ternyata bentuk ke secara gramatikal dapat dipisahkan
dari bentuk pasar. Sama hal nya bentuk lah, pada ber-katalah.
Bentuk ini tampaknya terikat pada bentuk berkata, namun
dengan adanya kelompok kata berkata jujurlah, berkata jujur
sajalah ternyata bentuk lah secara gramatikal tidak terikat
pada bentuk berkata. Dalam illmu bahasa bentuk-bentuk yang
tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, tetapi secara
gramatikal mempunyai sifat bebas, seperti bentuk lah dan ke,
disebut bentuk terikat secara sintaksis, sedangkan bentuk-
bentuk ber-, ter-, meN-, dan sebagainya disebut bentuk terikat
morfologis.
Dalam bahasa Indonesia bentuk-bentuk ber-, ter-,meN-,
per-, -kan, -an, -i, ke-an, per-an tidak dapat berdiri sendiri, baik
dalam tuturan biasa, maupun secara gramatis. Bentuk-bentuk
tersebut bersama-sama dengan bentuk lain membentuk suatu
kata misalnya ber- “bersama” dengan kata, jalan, lari, bicara
membentuk kata berbicara, berjalan, berlari, bentuk-bentuk ber-,
ter-, meN-, dan sebagainya, itu tidak mempunyai arti leksis,
tetapi mempunyai arti gramatis yakni timbul sebagai akibat
pertemuannya dengan bentuk lain, bentuk-bentuk seperti ber-,
ter-, meN, dan sebagainya, itu disebut imbuhan dan afiks.
Di samping afiks atau imbuhan ada golongan bentuk-
bentuk ku, mu, nya, kau, isme misalnya dalam bentuk tulisan
biasa tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis tidak
dapat memiliki kebebasan, jadi tergolong kedalam bentuk
terikat seperti afiks akan tetapi ada perbedaannya dengan
afiks yakni bentuk ku, mu, nya, kau, isme memiliki arti leksis
sedangkan afiks tidak memilikinya
11
(yang memilikinya ialah arti gramatis). Bentuk-bentuk ter-
yang dapat dibedakan atas proklitik yang terletak dimuka
bentuk lain seperti ku dan kau dalam kuambil dan kauambil,
enklitik yang terletak dibelakang bentuk lain seperti ku dan
mu dalam rumahku dan rumahmu.
Bentuk lain yang juga merupakan bentuk yang tidak
dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan secara gramatis
tidak memiliki sifat bebas misalnya, bentuk juang seperti yang
terdapat dalam berjuang, perjuangan, pejuang,
memperjuangkan dan bentuk temu, seperti terdapat dalam
bertemu, pertemuan, penemuan, menemui, menemukan,
tidak dapat dimasukkan ke dalam golongan afiks maupun
klitik karenan mempunyai sifat-sifat tersendiri. Bentuk-
bentuk itu dapat dijadikan dasar bagi pembentukan kata
seperti tampak pada kata-kata berjuang, bertemu, (Ramlan
1978 :10) disebut pokok kata. Contoh lain dapat dimasukan ke
dalam golongan pokok kataantara lain ialah alir, sandal,
ketahu, puluh, rangkak.
12
-an menjadi pakaian kemudian mendapat afiks ber-, menjadi
berpakain. Bentuk berkesudahan, misalnya
terbentuk dari bentuk dasar kesudahan dengan afiks ber-, dan
bentuk kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah dengan
afiks ke-an.
Dari uraian dan contoh di atas jelas bahwa bentuk asal
selalu berupa tunggal sedangkan bentuk dasar merupakan
bentuk tunggal,seperti pakai, pada pakaian atau sudah pada
kesudahan mungkin juga merupakan bentuk kompleks,
seperti bentuk pakaian pada berpakaian dan kesudahan pada
berkesudahan. Contoh lain misalnya bentuk kedudukan
merupan bentuk dasar dari berkedudukan dan duduk
merupakan bentuk dasar dari kedudukan sedangkan bentuk
asalnya, baik bantuk kedudukan maupun berkedudukan
adalah bentuk duduk. Silahkan anda cari contoh-contoh lain .
13
semua halnya dalam bentuk-bentuk yang terdiri atas lebih
dari dua bentuk yang lebih kecil. Misalnya bentuk ber-,pakai
dan -an tidaklah sekaligus (serempak) mebentuk berpakaian,
melainkan bertahap, mulai dari pakaian setelah itu ber- pada
pakaian menjadi berpakaian . Unsur yang secara langsung
membentuk satuan yang lebih besar disebut immediate
constituent, misalnya pakai dan -an merupakan unsur
langsung bentuk pakaian , dan pakaian merupakan unsur
langsung bentuk berpakaian. Diagram pembentukan sebagai
berikut.
Bagaimana unsur langsung sebuah bentuk dapat
dituturkan?. Jika bentuk itu terdiri atas dua buah unssur,
maka keduaya itu merupakan unsur langsung. Jika bentuk itu
terdiri atas lebih dari dua unsur, penentuan unsur langsung
itu harus memperhatikan dua taraf.
Pertama, cari kemungkinan adanya bentuk yang
satu tigkat. Lebih kecil daripada bentuk yang diselidiki
misalnya berkemauan . Bentuk yang satu tingkat lebih kecil
daripadanya adalah kemauan karena tidak ada bentuk
berkemauan. Jadi, unsur langsung bentuk kemauan itu?
Bentuk kemauan jelas tidak ada, dengan demikian bentuk
mauan. Yang adalah bentuk mau . Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa unsure langsung bentuk kemauan dan ke-
an. Diagramnya sebagai berikut :
Kedua, perhatikan arti atau makna bentukan-
bentukannya, baik makna bentuk yang diselidiki maupun
makna bentuk yang satu tingkat yang lebih kecil daripadanya.
Misalnya bentuk yang satu tingkat yang lebih kecil daripada
pembacaan adalah pembaca dan bacaan. Kedua bentuk
pemakaian itu terdapat dalam pemakain bahasa. Jadi
berdasarkan pertama, unsur langsung
14
pembacaan adalah pembaca dan bacaan. Kedua bentuk
pemakaian itu terdapat dalam pemakaian bahasa. Jadi,
berdasarkan taraf pertama, unsur langsung pembacaan
mungkin pembaca dan –an, mungkin pula peN dan bacaan
manakah yang betul? untuk itu hendaknya diperhatikan
makna pembacanya. Kata pembacanya mempunyai arti “hal
membaca” atau “perbuatan pembaca”. Kalau pembaca
dianggap terdiri atas unsur langsung peN- dan bacaan maka
jelaslah makna peN- tidak sesuai dengan arti yang
dinyatakan.
Oleh kata pembacaan, karena afiks peN- pada
umunya menyatakan (1) orang yang bisa melakukan
perbuatan yang disebut bentuk dasarnya, atau menyatakan
alat yang bisa dipakai untuk melakukan perbuatan disebut
bentuk dasarnya, misalnya penulis, pemangkas, penggaris,
penghapus; (2) orang yang memiliki sifat yang tersebut pada
bentuk dasarnya, misalnya: pemalas, pemalu; (3) sesuatu
menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada dasarnya,
misalnya; penyakit, penawar (4) orang yang bisa melakukan
pernuatan yang berkaitan dengan benda tersebut pada bentuk
pada dasarnya, misalnya: peladamg, p elaut. Kalau
pembacaan tediri atas unsur langsung pembaca dan –an, jelas
makna penghubung -an tidak sesuai dengan arti yamg
dinyatakan oleh kata pembacaan karena afiks -an pada
umumnya menyatkan (1) benda perhubungan dengan
perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya, misalnya,
timbangan, tulisan, makanan (2) yang berhungan dengan
benda yang disebut oleh bentuk dasarnya misalnya, harian,
bulanan, mingguan. Oleh karena itu dicari kemungkinan lain.
Satu-satunya lagi kemungkinan adalah peN- an dan baca.
Afiks peN-an pada umumnya bermakna “hal yang
15
berhubungan dengan sesuatu yang tersebut pada bentuk
dasarnya pada bentuk dasarnya”, misalnya pemikiran,
penulisan. Diagramnya adalah sebagai berikut :
berpakaian
Bagaimana unsur langsung sebuah bentuk dapat
dituturkan? Jika bentuk itu terdiri atas dua buah unsur, maka
kedua unsur itu merupakan unsur langsung. Jika bentuk itu
terdiri lebih dari dua unsur penentuan unsur langsung itu
harus memperhatikan dua taraf.
Pertama, cari kemungkinan adanya bentuk yang satu
tingkat, lebih kecil daripada bentuk yang diselidiki misalnya,
berkemauan. Bentuk yang satu tingkat lebih kecil
daripadanya adalah kemauan karena tidak ada bentuk
berkemauan. Jadi, unsur langsung bentuk kemauan itu?
Bentuk kemau jelas tidak ada; demikian pula bentuk mauan.
Yang ada ialah bentuk mau. Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa unsur langsung bentuk kemauan adalah
mau dank ke-an. Diagramnya sebagai berikut:
berkemauan
Kedua, perhatikan arti atau makna bentukan-
bentukannya, baik makna bentuk yang diselidiki maupun
makna bentuk yang satu tingkat lebih kecil daripadanya.
Misalnya bentuk yang satu tingkat lebih kecil daripada
pembacaan adalah pembaca dan bacaan. Kedua bentuk
pemakaian itu terdapat dalam pemakaian bahasa. Jadi,
berdasarkan taraf pertama, unsur langsung pembacaan
mungkin pembaca dan –an, mungkin pula peN- dan bacaan
manakah yang betul? Untuk itu hendaknya diperhatikan
makna pembacaan. Kata pembacaan mempunyai arti “hal
16
membaca” atau “perbuatan pembaca”. Kalau pembacaan
dianggap terdiri atas unsur langsung peN- dan bacaan, maka
jelaslah makna peN- tidak sesuai ddengan arti yang
dinyatakan oleh kata pembacaan, karena. Sebab afiks peN-
pada umumnya menyatakan (1) orang yang biasa melakukan
perbuatan yang disebut bentuk dasarnya, atau menyatakan
alat yang biasa dipakai untuk melakukan perbuatan yang
disebut bentuk dasarnya. Misalnya, penulis, pemangkas,
penggaris, penghapus; (2) orang yang memiliki sifat yang
tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya, pemalas, pemalu,;
(3) sesuatu yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut
pada bentuk dasarnya. Misalnya, penyakit, penawar; (4) orang
yang biasa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan
benda yang tersebut pada bentuk dasarnya. Misalnya,
peladang, pelaut. Jika pembacaan dianggap terdiri atas unsur
langsung pembaca dan –an, jelas makna penghubung –an
tidak sesuai dengan arti yang dinyatakan oleh kata
pembacaan karena afiks –an pada umumnya menyatakan (1)
benda yang berhubungan dengan perbuatan yang tersebut
pada bentuk dasarnya. Misalnya, timbangan, tulisan,
makanan; (2) yang berhubungan dengan benda yang disebut
oleh bentuk dasarnya. Misalnya,harian, mingguan, bulanan.
Oleh karena itu, hendaknya dicari kemungkinan lain. Satu-
satunya lagi kemungkinan adalah peN-an dan baca. Dilihat
dari segi arti, jelas bahwa pembacaan terdiri atas unsur
langsung peN-an dan baca. Afiks peN-an pada umumnya
bermakna “hal yang berhubungan dengan sesuatu yang
tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya, pemikiran,
penulisan. Diagramnya dapat dilihat sebagai berikut:
Buat diagramnya….
17
Latihan BAB II
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lingusitik.
2. Bbandingkanlah bentuk tunggal dan bentuk kompleks
dengan memberikan contoh.
3. Tentukanlah kata-kata dibawah ini apakah termaksud
bentuk tunggal atau bebntuk kompeleks yaitu :
a. Makan,pergi,lari,dapat,lurus
b. Mencari,dilempar kepada,tersambar,beternak
c. Buku baru,dia pergi,membeli apa ?
4. Bandingkanlah antara bentuk bebas dengan bentuk terikat
dengan memberkan contoh.
5. Tentukanlah bentuk-bentuk dibawah ini apakah
termkasud bentuk bebas atau bentuk terikat yaitu ;
6. Jelaskanlah perbedaan antara bentuk asal dengan bentuk
dasar. Kemudian berikanlah contohnya.
7. Tentukanlah bentuk dasar dan bentuk asal dari kata-kata
dibawah ini, yaitu ;
a. Berperikemanusian,pertanian,kehutanan.
b. Kemanusiaan,perikemanusiaan,perindustrian
c. Berpakaian,dilembagakan,ditimbang
d. Berkesudahan,bersatu,berkemauan
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Immediate Constituent.
9. Buatlah unsur langsung dari kata-kata dibawah ini :
a. Berperikemanusiaan
b. Mempertanggungjawabkan
c. Ketidkadilan
d. Mempersatukan.
10. Tentukanlah bentuk terikat apa yang melekat pada soal 9.
18
BAB III
MORFEM DAN PENGENALANNYA
A. Pengertian Morfem
Prof. H. Ramlan dalam bukunya yang berjudul
“morfologi” menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
morfem ialah bentuk linguistik yang paling kecil, yakni
bentuk linguistik yang tidak mempunyai bentuk lain sebagai
unsurnya. Misalnya bentuk rumah, sepeda, jalan, bor-, di-,
maha-, juang-, dan lah- masing-masing merupakan sebuah
morfem. Block dan Tragor (1942:54) menyebutkan bahwa
morfem adalah semua bentuk, baik bentuk bebas maupun
bentuk terikat, yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk
terkecil yang mengandung arti; sedangkan sansuri (1932:170)
menyebutkan bahwa morfem adalah komposit bentuk
pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang.
Bentuk rumah adalah sebuah morfem karena tidak
dapat dibagi menjadi bentuk yang terkecil yang mengandung
makna. Bentuk meN- juga sebuah morfem karena tidak dapat
dibagi menjadi beberapa bentuk terkecil yang mengandung
makna. Dalam pemakaiannya, baik bentuk rumah maupun
bentuk meN- selalu berulang, baik bentuk yang sama atau
mirip, seperti dalam pemakaiannya pada rumahnya,
perumahan, berumah, menulis, membaca, mengarang, dan
sebagainya.
Seperti telah anda ketahui bentuk linguistik itu ada
yang merupakan bentuk bebas dan ada pula yang merupakan
bentuk terikat. Setiap bentuk linguistik yang
19
berupa bentuk tunggal, baik itu bentuk bebas maupun bentuk
terikat, merupakan morfem. Oleh karena itu morfem pun ada
yang merupakan morfem bebas dan ada pula yang
merupakan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem
yang berupa bentuk tunggal bentuk bebas. Misalnya, lari,
duduk, makan, meja, kursi, kamar; dan morfem terikat adalah
semua bentuk tunggal bentuk terikat, misalnya: di, ke, dari,
ber-, pen-, ter-.
20
itu direalisasikan dengan perubahan/ pergantian bentuk
seperti ox, ---- oxen, foot ---- feet. Bentuk-bentuk itu
merupakan alomorf morfem jamak (yang dilambangkan)
[jamak], sedangkan morf tidak lain daripada salah satu
bentuk alomorf dari satu morfem yang merupakan bentuk
yang dipilih dan dianggap mewakili secara konkrit morfem
yang bersangkutan. Misalnya dalam bahasa Inggris untuk
jamak dengan segala alomorfnya dapat diambil S sebagai
morf dan morfem lampau dengan segala alomorfnya dapat -
ed sebagai morf.
21
dari toko
dari sebuah toko
dari dua buah toko
dari hampir semua toko
berjalanlah
berjalan cepatlah
berjalan ke utaralah
berjalan ke utara sajalah
22
jar terdiri dari tiga fonem. Jadi kata belajar terdiri dari tujuh
fonem /b,e,l,a,j,a,r/.
Secara dramatis, kata terdiri dari satu atau beberapa
morfem. Kata belajar terdiri dari dua morfem ialah morfem
ber- dan morfem ajar. Kata terpelajar terdiri dari tiga morfem
ialah morfem ter-, pe- dan ajar. Kata pelajaran terdiri dari dua
morfem ialah morfem per-an dan morfem ajar. Kata
pengajaran terdiri dari dua morfem adalah peN-an dan ajar.
Ada pula kata yang terdiri dari empat morfem, misalnya
berkepimimpinan yang terdiri dari morfem-morfem ber,- ke-
an, peN; dan pimpin dan ada yang terdiri dari satu morfem
misalnya kata-kata datang, pergi, rumah, orang, dan
sebagainya.
Yang dimaksud dengan istilah kata adalah bentuk
bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satu
bentuk bebas merupakan kata. Jadi bentuk-bentuk rumah,
duduk, penduduk, pendudukan, kedudukan, negara,
negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan,
berkepemimpinan, ruang, ruangan, dan sebagainya masing-
masing merupakan kata karena masing-masing merupakan
satu bentuk bebas.
Bentuk-bentuk dari, kepada, sebagai, tentang, karena,
meskipun, lah dan sebagainya juga termasuk golongan kata.
Bentuk-bentuk tersebut, meskipun tidak merupakan bentuk
bebas, tetapi secara gramatis mempunyai sifat.
Bentuk-bentuk rumah makan, kamar mandi, kamar
tidur, mata pelajaran, kepala batu, keras hati, keras kepala,
panjang tangan, dan sebagainya. Sekalipun terdiri dari dua
bentuk bebas, juga termasuk golongan kata, karena bentuk-
23
bentuk tersebut memiliki sifat sebagai kata yang
membedakan dirinya dari frase.
Ter
Ter Gigit
Makan
Minum
24
F. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem.
Di bawah ini dikemukakan beberapa prinsip
pengenalan morfem antara lain :
1. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan
arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
Bentuk baju dalam berbaju, menjahit baju, baju biru, baju
batik merupakan satu morfem, karena bentuk itu
mempunyai struktur fonologis dan arti yang sama.
Demikian pula bentuk baca dalam membaca, dibaca,
pembaca, bentuk di- pada kata dipukul, disuruh, ditulis,
diambil, dibuat dan sebagainya.
Bentuk ke-an dalam kehujanan dan bentuk ke-an
dalam kemanusiaan, meskipun keduanya mempunyai
struktur fonologis yang sama, tetapi tidak dapat
dimasukkan dalam satu morfem, karena makna atau arti
gramatisnya tidak sama. Bentuk ke-an dalam kehujanan
menyatakan "pasif" keadaan sedangkan bentuk ke-an
dalam kemanusiaan menyatakan abstraksi hal. Demikian
pula bentuk buku dalam buku tebu dan bentuk buku
dalam ia membaca buku, keduanya tidak dapat
dimasukkan dalam satu morfem, karena artinya berbeda,
sekalipun struktur fonologisnya sama. Bentuk melihat dan
memandang juga tidak dapat dimasukkan ke dalam satu
morfem, karena struktur fonologisnya berbeda sekalipun
artinya sama.
Sesuai dengan prinsip ini jelaslah bahwa bentuk-
bentuk merupakan satu morfem apabila mempunyai
struktur fonologis dan arti atau makna yang sama. Yang
dimaksud dengan struktur fonologis disini ialah urutan
fonem. bentuk-bentuk dikatakan mempunyai struktur
fonologis yang sama apabila fonem fonem dan urutan
25
fonem nya sama. Istilah arti dimasukkan arti leksis,
sedangkan istilah makna dimasukkan arti gramatis.
2. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang
berbeda, merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk
itu mempunyai arti atau makna yang sama dan perbedaan
struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis.
Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng- dan me-
, misalnya pada kata membawa, mendukung, menyuruh,
menggali dan melerai mempunyai makna yang sama; ialah
menyatakan "aktif". Struktur fonologisnya berbeda. Yang
menjadi masalah di sini ialah apakah perbedaan struktur
fonologis. Bentuk-bentuk itu dapat dijelaskan secara
fonologis atau tidak. Jika perbedaan itu dapat dijelaskan
secara fonologis, maka bentuk-bentuk itu merupakan satu
morfem atau dengan kata lain, merupakan alomorf dari
suatu morfem yang sama, tetapi sebaliknya, jika
perbedaan itu tidak dapat dijelaskan secara fonologis,
maka bentuk-bentuk tersebut merupakan morfem-morfem
sendiri.
Dari kata-kata tersebut di atas, ialah kata-kata
membawa, mendukung, menyuruh, menggali dan melerai,
jelaslah bahwa perbedaan struktur fonologis bentuk-
bentuk mem-, men-, meny-, meng-, dan me-disebabkan
oleh konsonan awal bentuk yang mengikutinya, atau
dengan kata lain disebabkan oleh kondisi bentuk yang
mengikutinya. Terdapat mem-apabila konsonan awal
bentuk yang mengikuti berupa /b/, terdapat men-, apabila
konsonan awal yang mengikutinya berupa /d/ terdapat
meny- apabila konsonan awal bentuk yang mengikuti
berupa /a/,
26
terdapat meng- apabila konsonan awal bentuk yang
mengikutinya berupa /g/ dan terdapat me- apabila
konsonan awal bentuk yang mengikutinya berupa /i/. jadi
jelaslah bahwa perbedaan struktur fonologis dan karena itu
bentuk-bentuk tersebut merupakan satu morfem, atau
merupakan alomorf dari morfem yang sama ialah morfem
meN- yang karena kondisi bentuk yang mengikutinya
berubah menjadi mem-, men-, meny-, meng- dan me-,
bahkan juga menjadi menge- misalnya pada mengebom,
mengecat, mengepel, mengepur, mengelas dan sebagainya.
3. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang
berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan
secara fonologis, masih dianggap satu morfem, apabila
mempunyai arti atau makna yang sama, dan mempunyai
distribusi yang komplementer.
Untuk menjelaskan distribusi komplementer,
diambil contoh tiga bentuk yang ditandai dengan A, B, dan
C. Ketiga bentuk itu berdistribusi dengan ketiga bentuk
lainnya yang disini ditandai dengan 1, 2 dan 3. Bentuk A
hanya dapat berdistribusi dengan 1 dan B hanya dapat
berdistribusi dengan bentuk 2, dan bentuk C hanya dapat
berdistribusi dengan bentuk 3. Jadi diperoleh bentuk A1,
A2, dan A3 tidak ada, demikian pula B1, B3? 01,02.
Distribusi yangsemacam itulah yang dimaksud dengan
distribusi yang komplementer.
Sebagai contoh misalnya bentuk bel- pada belajar,
be- pada bekerja dan ber- pada berjalan. Bentuk ber- dan
be- berdasarkan prinsip 2 jelas merupakan suatu morfem,
karena perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan
secara fonologis. Adanya be-, disebabkan oleh kondisi
27
bentuk yang mengikutinya ialah diikuti oleh bentuk yang
suku pertamanya berakhir dengan er, misalnya pada
bekerja, beserta, beternak. Berbeda halnya dengan bel-,
bentuk ini hanya terdapat pada belajar, pada bentuk lain
selalu dipakai be; atau ber-, dan sebaliknya pada bentuk
ajar tidak pernah dipakai bentuk ber atau be. Karena itu
bel- merupakan satu morfem ber-, karena meskipun
struktur fonologisnya berbeda dan perbedaannya tidak
dapat dijelaskan secara fonologis, tetapi mempunyai
makna yang sama dan mempunyai distribusi yang
komplementer dengan morfem ber-.
4. Apabila dalam deretan struktur suatu bentuk ber paralel
dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu
merupakan morfem, ialah yang disebut morfem Zero.
Misalnya dalam bahasa Indonesia, terdapat deretan
struktur sebagai berikut:
a. Ia membeli sepeda
b. Ia menjahit baju
c. Ia membaca buku
d. Ia menulis surat
e. Ia makan roti
f. Ia minum es
28
karenanya kekosongan itu merupakan morfem yang
disebut morfem Zero.
5. Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang
sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula
merupakan morfem yang berbeda. apabila bentuk yang
mempunyai bentuk fonologis yang sama itu berbeda
artinya, tentu saja merupakan morfem yang berbeda.
Misalnya kata buku dalam ia membaca buku yang
berarti "kitab" dan kata buku dalam buku tebu yang berarti
"sendi". kedua kata buku itu merupakan morfem yang
berbeda karena artinya berbeda, sekalipun mempunyai
struktur fonologis yang sama. Demikian pula kata sedang
dalam nilainya sedang saja. Dengan kata sedang dalam ia
sedang pergi. kata sedang yang pertama berarti tidak
terlalu baik dan tidak terlalu jelek "cukupan" dan kata
sedang yang kedua berarti "baru, lagi".
Apabila bentuk-bentuk yang mempunyai struktur
fonologis yang sama itu, mempunyai arti yang
berhubungan, bentuk itu merupakan satu morfem apabila
distribusinya tidak sama. Misalnya kata duduk dalam ia
sedang duduk merupakan satu morfem dengan kata
duduk dalam "duduk orang itu sangat sopan", karena
keduanya mempunyai arti yang berhubungan dan
mempunyai distribusi yang berbeda. Kata duduk dalam ia
sedang duduk berfungsi sebagai predikat dan termasuk
golongan kata kerja, sedangkan kata duduk dalam duduk
orang itu sangat sopan berfungsi sebagai subyek; dan
termasuk dalam golongan kata benda sebagai akibat
adanya proses nominal
29
Demikian pula kata datang dalam ia belum datang,
merupakan satu morfem dengan adanya kata datang
dalam, datangnya terlambat,karena keduanya mempunyai
arti yang berhubungan dan mempunyai distribusi yang
berbeda.
Sebaliknya kata mulut pada mulut gua itu lebar
merupakan pakan morfem yang berbeda dengan kata
mulut pada mulut orang itu lebar; karena kedua kata
mulut itu mempunyai distribusi yang sama.demikian pula
kata kursi pada ia membeli kursi merupakan morfem yang
berbeda dengan kata kursi pada ia mendapat kursi di DPR
karena keduanya mempunyai distribusi yang sama.
Persamaan dan perbedaan distribusi dapat dilihat
dari kalimat-kalimat ini :
Ia tinggal di rumah
Ia tinggal di kota
Ia tinggal di kampus
Ia tinggal di kampung
30
mempunyai distribusi yang berbeda. Misalnya kata lari
dalam kalimat berikut:
Ia lari
Larinya cepat
31
Disamping prinsip-prinsip di atas masih ada lagi
prinsip-prinsip tambahan antara lain:
1. Bentuk-bentuk yang sembunyi (homofon) merupakan:
a. Morfem-morfem yang berbeda apabila pengertiannya
berbeda pula.misalnya dalam bahasa Indonesia bentuk-
bentuk seperti “bisa” yang berarti racun dan “bisa”
yang berarti dapat termasuk dua morfem yang berbeda
kata sedang yang berarti cukupan dan kata sedang yang
berarti lagi: kata buku yang berarti kitab dan kata buku
yang berarti termasuk morfem yang berbeda pula.
b. Morfem yang sama, apabila pengertiannya yang
berhubungan (atau sama) diikuti oleh distribusi yang
berlainan.misalnya kata kaki yang berdiri didepan
bentuk-bentuk kuda, amat, orang, dan yang berdiri di
depan bentuk gunung.oleh karena pengertian kaki
pertama dan kaki kedua berhubungan yaitu bagian
bahwa sesuatu, maka kedua bentuk tersebut bisa
dianggap morfem yang sama karena mempunyai
distribusi yang berbeda. Dan sebagainya
c. Morfem-morfem yang berbeda, biarpun pengertian-nya
berhubungan tetapi sama distribusinya. Dan bentuk
kursi yang berarti kedudukan.di dalam kalimat mereka
berebutan kursi itu.orang tidak tahu apa maksud
pengertian kursi itu bisa saja pengertiannya yang
pertama dan bisa saja yang kedua.oleh karena itu
bentuk-bentuk kursi itu hendaklah dianggap sebagai
dua morfem yang berlainan.
32
2. Suatu bentuk, bisa dikatakan morfem apabila
a. Berdiri sendiri. Misalnya, bentuk-bentuk seperti jelas,
yang, makan, dan sebagainya.
b. Merupakan perbedaan yang formil di dalam suatu
deretan. Misalnya bentuk -an dalam deretan struktur
tanaman tulisan makanan dan sebutan biarpun -an itu
tidak pernah berdiri sendiri dapatlah kita selesaikan
dengan mengingat bentuk-bentuk tanam, makan, tulis
dan sobut. Sehingga -an merupakan perbedaan yang
formal dari pada bentuk tanam dan tanaman, makan
dan makanan tulis dan tulisan serta sebut dan sebutan.
c. Terdapat di dalam kombinasi-kombinasi dengan unsur
lain yang terdapat berdiri sendiri atau didalam
kombinasi-kombinasi yang lain pula, misalnya,
conceivo, ricoive, porcoive, conduo, roduvo, produco,
contain, rotoin, portoin. Secara mudah dapat la
dinyatakan bentuk-bentuk di atas itu dalam kolom-
kolom berikut:
Con Coive
Roo Duce
Por Tain
Pro
Sehingga dengan demikian terdapatlah morfem-
morfem oon, roo, por, pro, cive, Duce, tain.
3. Jika suatu bentuk terdapat di dalam kombinasi satu-
satunya dengan bentuk lain, yang pada gilirannya terdapat
berdiri sendiri atau di dalam kombinasi dalam bentuk-
bentuk lain, bentuk diatas dianggap morfem juga,
misalnya, bentuk renta, yang tidak pernah berdiri sendiri
33
atau di dalam kombinasi dengan bentuk-bentuk lain
kecuali bentuk tua.
Dengan kata lain renta selalu didahului dengan
kata bentuktua. Sehingga merupakan kombinasi tua renta
yang berarti tua sekali. Karena distribusi tua renta satu-
satunya bagi bentuk renta itu, biasanya Morfem semacam
itu disebut morfem.
4. Jika di dalam satu deretan struktur terdapat perbedaan
yang tidak merupakan bentuk melainkan suatu
kekosongan maka kekosongan itu dianggap sebagai
a. Morfem tersendiri apabila deretan struktur itu
berurusan dengan morfem-morfem.
b. Alomorf dari suatu morfem apabila deretan struktur itu
berurusan dengan alomorf alomorf suatu morfem.
(Samsuri 1978:180) misalnya: dapat kita perhatikan
deretan struktur bahasa teks dialog veracruz (bahasa
bahasa Afrika) di bawah ini.
ni kwa “ aku makan”
ti kwa “engkau makan”
kwa “dia makan”
ni kwa “kami makan”
ti kwah “kita makan”
an kwah “ kamu makan”
kwah “ mereka makan”
34
Tunggal Jamak Arti
1. buk buks buku
2. bxg bxgz tas
3. rows rosiz mawar
4. siyp siyp domba
G. Wujud Morfem
Untuk mengetahui wujud morfem ini, di dalam ujaran
bentuk-bentuk yang berupa morfem itu dapat dinyatakan
dengan berbagai macam yaitu:
1. Morfem berwujud fonem fonem atau urutan-urutan fonem
Segmen. Jadi, wujud morfem itu terdiri atas sebuah fonem
atau lebih. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kita temukan
contoh-contoh seperti -i, pe, ter, (misalnya tanami, petani,
terbawa) pohon, amat, tetapi, kalau dan sebagainya.
Pada contoh ini jelas bahwa morfem tersebut terdiri
dari fonem atau fonem-fonem segmen.
2. Morfem terdiri atas gabungan fonem fonem segmental
dengan fonem fonem prosodi (suprasegmen). Misalnya
dalam bahasa batak toba urutan fonem-fonem /bottar/
35
belum mengandung pengertian yang penuh atau apa yang
dinyatakan oleh fonem-fonem itu masih meragukan.
Urutan fonem itu menjadi jelas apabila ada tekanan pada
suku pertama atau suku ke-2/ yang berarti darah yang ke-
2 berarti anggur atau putih.
Di dalam bahasa Bugis terdapat morfem-morfem
yang terdiri atas fonem-fonem segmen dan fonem-fonem
prosodi panjang, /Mabatu/ mencari batu dan /nabbatu/
berbatu-batu. Hal seperti itu terdapat juga di dalam
bahasahokano. Dalam bahasa itu terdapat kontras seperti
/ida/ mereka dan /idda/ berbaring.
Dalam bahasa Cina, misalnya morfem dapat terdiri
dari fonem fonem segmental dan fonem prosodi nada.
Bentuk /si/ belum mempunyai arti apabila belum
diketahui nadanya. Bentuk itu dalam nada datar berarti
hilang, dengan nada naik berarti 10, dengan nada turun
naik berarti sejarah, dengan nada naik turun berarti pasar.
Dari contoh-contoh tersebut jelaslah bahwa morfem
biasa berwujud gabungan antara fonem fonem segmental
dan fonem fonem prosodi
3. Morfem berwujud fonem prosodi
Dalam tuturan fonem-fonem prosodi itu selalu
bersama-sama dengan fonem prosodi, Makkah
pengertiannya menjadi rangkap,yakni fonem-fonem
segmen menyatakan pengertian atau konsep yang satu dan
fonem prosodi menyatakan konsep yang lain lagi. Amerika
dan bahasa-bahasa Afrika, yakni morfem yang berwujud
prosodi nada. Misalnya bahasa mongbandidari Kongo
mempunyai morfem prosodi nada, yakni; ngbo
36
“berenang” (subjek tunggal), ngbo berenang (subjek
jamak).
4. Morfem berupa gabungan fonem-fonem prosodi dengan
keprosodian, yakni intonasi atau lagu kalimat. Dalam hal
ini yang umum dipakai adalah gabungan antara nada dan
persendian contoh :
23 31
1. #Amat makan#
23 32
2. #amatmakan#
37
Soal Latihan Bab lll
1. Jelaskan pendapat prof. M. Ramlan dengan Samsuri
mengenai pengertian morfem.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan morf dan allomof.
Kemudian buatlah allomof dari bentuk-bentuk: men-; ber-;
pen-.
3. Morfem dapat dibagi atas dua bagian yaitu morfem bebas
dan morfem terikat. Coba bandingkan kedua-duanya
dengan memberikan contoh.
4. Tentukanlah berapa morfem bebas dan berapa morfem
terikat dalam kalimat di bawah ini yaitu
Diapun berjalanlah menuju pekarangan rumahnya di
pinggiran sungai itu.
5. Jelaskanlah perbedaan antara morfem dan kata dengan
memberikan contoh.
6. Coba jelaskan prinsip-prinsip pengenalan morfem.
7. Dalam ujaran bentuk-bentuk yang berupa morfem itu
dapat dinyatakan dengan berbagai macam coba sebutkan
dan jelaskan satu persatu dengan memberikan contoh.
8. Jelaskanlah apakah bentuk-bentuk dibawah ini
mempunyai morfem terikat atau tidak yaitu
a. Perintah; perampok; perangko; perahu; pemerintah.
b. Telunjuk; gemetar; gerigi.
c. Kelupas, kelopak, menggelepar.
38
BAB IV
PROSES MORFOLOGIS
39
mengalir, pokok kata alir mendapat bubuhan meN-, pada
ketidak adilan, prase tidak adil menjadapat bubuhan ke-an,
pada ketidak mampuan, prase tidak mampu mendapat
bubuhan ke-an. Proses pembentukan kata dengan
membubuhkan afiks atau afikssasi dan kata yang dibentuk
dengan proses ini disebut kata berafiks.
Pada kata berjalan-jalan, kata berjalan yang menjadi
bentuk dasarnya bukannya mendapat bubuhan seperti halnya
kata terjauh, melainkan diulang. Demikian pula kata-kata
rumah-rumah, berlari-larian, terbatuk-batuk, berdekat-
dekatan, mempertunjuk-tunjukkan, disodor-sodorkan dan
sebagainya. Proses pembentukan kata dengan pengulangan
bentuk dasarnya itu disebut proses pengulangan atau
reduplikasi dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut
kata ulang.
Pada kata rumah sakit, kata rumah dan kata sakit
yang merupakan bentuk dasarnya, digabungkan hingga
kedua kata itu menjadi satu kata. Demikian pula kata meja
makan, kepala batu proses pembentukan kata dengan
penggabungan semacam itu di sebut proses pemajemukan
dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata
majemuk.
40
a. Prefiks atau awalan
b. Infiks atau sisipan
c. Sufiks atau akhiran
d. Konfiks atau gabungan dua macam imbuhan
e. Simulfis atau gabungan imbuhan
41
Afiks merupakan bentuk terikat, artinya bentuk itu
dalam tuturan yang biasa tidak dapat berdiri sendiri dan
secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Misalnya
di- yang terdapat dalam dibaca, ditulis, diukir, dipandang
merupakan sebuah afiks, yang berbeda dengan di seperti
yang terdapat dalam di rumah, di sawah, di kamar dan
sebagainya. Yang terakhir tidak merupakan afiks,
melainkan kata karena sebenarnya bentuk itu secara
gramatis mempunyai sifat bebas, misalnya di rumah dapat
menjadi di sebuah rumah.
Dalam bahasa Indonesia terdapat pula bentuk-
bentuk terikat yang mirip afiks, seperti ku, mu, nya, dan
sebagainya. Bentuk-bentuk itu tidak merupakan afiks
melainkan termasuk golongan kritik karena bentuk-bentuk
itu mempunyai arti leksis, sedangkan afiks tidak
memilikinya.
Kalau afiks-afiks yang terdapat dalam bahasa
Indonesia kita teliti, ternyata diantaranya yang berasal dari
bahasa asing, seperti –wan, -man, -wati, -is dan sebagainya,
yakni afiks-afiks yang sudah sanggup keluar dari
lingkungannya atau sanggup melekat pada bentuk-bentuk
yang tidak berasal dari bahasa nya sendiri, artinya sudah
sanggup melekat pada bentuk-bentuk diluar bahasanya:
misalnya dengan –at yang ditemukan kan muslihat,
musminat yang belum mampu keluar dari lingkungannya
atau sanggup melekat pada bentuk lain yang tidak berasal
dari bahasa arab. Bentuk –at tersebut tidak dapat
digolongkan ke dalam afiks bahasa Indonesia.
42
Dari semua uraian diatas dapat lah dilihan bahwa
afiks itu sebagai berikut:
Prefiks Infiks Sufiks Konfiks Simulfiks
meN- -el- -kan ke-an di-kan
di- -em- -an per-an me-kan
ber- -er- -i se-nya ter-kan
ter- -nya diper-i
peN -wan diper-kan
per- -wati terpe-
se- -is memper-kan
ke- -man diper-an
a- -da memper-i
maha- -wi
para-
pra-
re-
2. Reduplikasi
Reduplikasi atau pengulangan adalah proses
pembentukan kata dengan jalan pengulangan bentuk, baik
seluruhnya ataupun sebagian, baik dengan fariasi fonem
maupun tidak. Hasil reduplikasi disebut kata ulang,
sedangkan bentuk yang diulan itu merupakan bentuk
dasar. Contoh kata kuda-kuda merupakan kata ulang dari
bentuk dasar berjalan, dan kata bolak-balik merupakan
kata ulang dari dasar balik.
Dalam bahasa Indonesia kerap kali ditemukan
bentuk berulang, seperti sia-sia, alun-alun, mondar-
mandir, compang-camping, hura-hura dan sebagainya.
Bentuk-bentuk tersebut tidak dapat digolongkan
43
kedalam kata ulang karena tidak terdapat bentuk dasar
yang diulang. Bentuk sia alun, mondar (mandir), camping
atau compang dan hura dalam hubungannya dengan
bentuk-bentuk berulang itu bukanlah bentuk lingustik
satu-satunya gramatis seperti misalnya bentuk juang
meskipun tidak pernah ditemukan dalam bentuk juang
terdri, bentuk itu dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk
lain seperti berjuang perjuangan, lomba juang yang
berbeda dengan bentuk ria, alun dan sebagainya itu.
44
berdesak melainkan berdasarkan karena bentuk berdesak
tidak terdapat dalam penggunaan bahasa.
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya,
reduplikasi atau pengulangan dapat dibedakan atas empat
macam sebagai berikut: a. Pengulangan seluruhnya
Pengulangan seluruhnya atau pengulangan itu
ialah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa disertai
perubahan fonem dan tidak berkomunikasi dengan
proses afiksasi.
Misalnya:
Sepeda.......................>sepeda-sepeda
Kebalikan...................>kebalikan-kebalikan
Sekali.........................> sekali-sekali
Pembangunan............>pembangunan-pembangunan
Pengertian.................> pengertian-pengertian
b. Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian ialah proses pementukan
kata yang dilakukan dengan sebagian bentuk dasarnya,
dengan kata lain pada pengulangan sebagian bentuk
dasarnya tidak diulang seluruhnya. Bentuk dasar yang
mungkin berupa bentuk tunggal tetapi dalam bahasa
Indonesia kebanyakan berupa tunggal seperti beberapa
dari berapa, pertama-tama dari pertama, segala-gala
dari segala. Jika bentuk dasarnya berupa bentuk
konplek, kemungkinan bentuk kata ulangnya sebagai
berikut:
45
1) Bentuk meN-
Contoh:
membaca...............................> membaca-baca
melambaikan.........................> melambai-lambaikan
menjalankan..........................> menjalan-jalankan
mengemasi............................> mengemas-emasi
2) Bentuk di-
Contoh:
ditarik...................................> ditarik-tari
dikemasi...............................> dikemas-kemasi
disodorkan...........................> disodor-sodorkan
diperkatan............................> diperkata-katakan
dilemparkan.........................> dilempar-lemparkan
3) Bentuk ber-
Contoh :
berkata..................................> berkata-kata
bermain.................................> bermain-main
berlari....................................> berlari-lari
bersiap..................................> bersiap-siap
berbaring...............................> berbaring-baring
4) Bentuk ter-
Contoh :
tersenyum............................> tersenyum-senyum
terbentur..............................> terbentur-bentur
terjatuh................................> terjatuh-jatuh
terlena..................................> terlena-lena
tergoncang...........................> tergoncang-goncang
5) Bentuk ber-an
Contoh:
berhamburan.......................> berhambur-hamburan
berpukulan..........................> berpukul-pukulan
46
berpelukan...........................> berpeluk-pelukan
berlarian...............................> berlari-larian
berkejaran............................> berkejar-kejaran
6) Bentuk –an
Contoh :
makanan.............................> makan-makanan
minum................................> minum-minuman
masakan.............................> masak-masakan
tumbuhan...........................> tumbuh-tumbuhan
nyanyian.............................> nyanyian-nyanyian
47
kuda-kuda, kemudian mendapat afiks -an menjadi
kuda-kudaan. Pengulangan yang serempak dengan
pengimbuhan, atau reduplikasi afiksasi, dalam bahasa
Indonesia terdapat beberapa macam antara lain R-an
(reduplikasi-afiksasi-an), ke-R-an (reduplikasi-afiksasi
ke-an), dan se-R-nya (reduplikasi-afiksasi se-nya)
contoh : anak ..............> anak-anakan rumah
...........> rumah-rumahan
hitam..............> kehitam-hitaman
putih..............> keputih-putihan
luas................> seluas-luasnya
tinggi.............> setinggi-tingginya
48
bentuk-bentuk ini dimasukkan ke dalam golongan kata
ulang, maka siur merupakan perubahan dari simpang,
senyap dari sunyi, petas dari berss. Peruabahan seperti
itu sukar dijelaskan dan secara deskriptif hal ittu tidak
mungkin, oleh karena itu kata-kata ini lebih tepat
dimasukkan kedalam golongan kata majemuk yang
akan kita bicarakan nanti.
3. Perubahan Interen.
Pada beberapa bahasa terdapat proses morfologi
yang menimbulkan perubahan-perubahan bentuk morfem.
Perubahan perubahan itu terjadi dalam morfem-morfem
itu, karenanya proses morfologis ini disebut perubahan
interen.
Contoh perubahan interen ini terdapat dalam bahasa
misalnya :
Tunggal Jamak
/fut/ /fiyt/ „kaki‟
/maws/ /mays/ „tikus‟
/man/ /men/ „orang laki-laki‟
Waktu kini Waktu Lampau
/ran/ /run/ „lari‟
/teyk/ /tuk/ „mengambil‟
/sig/ /sng/ „menyanyi‟
49
/ey/ men jadi /u/, dan /i/ menjadi /ae/, sehingga
jamak dan waktu lampau itu dapat ditandai sebagai /iy/
dan /u/ untuk feet /y/, dan aw/ un tuk mice/ dan
/untuk men, /a/ untuk ran/ u. dan .oy/ untuk
took,dan/... i/ untuk sang.
Secara teknis proses morfologis ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
fut + jamak......... ,.> fiyt
maws + jamak........... >mays
ran + waktu lampau....... >raen
teyk + waktu lampau....... >tuk.
4. Suplisi
Proses morfologis yang disebut suplisi ini
menyebabkan adanya bentuk yang samasekali baru,
antara bentuk dasar dengan banyak turunannya tidak
dapat persamaan sedikit juga. Misalnya bentuk-bentuk
kata bahasa Inggris berikut :
No Waktu kini Waktu lampau Arti
1 gow went pergi
2 am waz adalah
5. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong adalah proses morfologis yang
tidak menimbulkan bentuk. Pada proses morfologis ini
hanya terjadi diperubahan jonsep atau makna saja. Kita
ambil saja contoh kata-kata dari bahasa Inggris :
Tunggal Jamak
/siyp/ /siyp/ „domba‟
/diyr/ /diyr/ „kijang‟
50
Waktu kini Waktu lampau
/put/ /put/ „menaruh‟
/kat/ /kat/ „memotong‟
6. Kompositum (Pemajemukan)
Dalam bahasa Indonesia kerap kali ditemukan
gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.
Kata yang terjadi dari gabungan dua kata itu lazim disebut
kata majemuk. Misalnya : rumah sakit, meja makan, kepala
baru, keras hati, tangan panjang, kamar gelap, mata
pelajaran, mata kaki dan masih banyak lagi.
Kompositum atau pemajemukan adalah proses
morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dan
dua bentuk dasar (bentuk asal) atau yang lebih
menghasilkan satu kata. Hasil proses morfologis ini disebut
kata majemuk.
Bentuk kata majemuk dalam bahasa Indonesia
tampaknya sama dengan bentuk-bentuk lingusitik lain
yang unsurnya terdiri atas dua kata atau lebih, yakni
bentuk linguistik lain yang unsurnya berupa konstruktif
51
predikatif yaitu suatu konstruksi yang terdiri atas subjek
dan predikat, dan konstruksi endosentrik atributif, yaitu
fase yang mempunyai distribusi yang sama dengan salah
satu atau semua unsur langsungnya. Kita ambil contoh
meja makan, kalau dilihat sepintas lalu kelihatannya
bentuk meja makan sama dengan bentuk anak ma
keduanya terdiri atas dua kata yang termaksud golongan
kata kerja. Akan tetapi kalau kita lihat lebih jauh kedua
bentuk itu mempunyai sifat yang berbeda.
Bentuk meja makan berbeda dengan bentuk anak
makan. Bentuk meja makan tidak merupakan konstruktif
redikatif dan juga tidak merupakan fase endrosintrik yang
aributif, tetapi merupakan sebuah kata benda, seperti
tampak pada kalimat pas bunga itu ditaruhnya di meja
makan, meja makan yang bagus itu mahal sekali harganya.
Di antara kata meja dan makan tidak mungkin disisipkan
kata tidak sebagai penjelas negatif tidak mungkin pula
disisipkan kata yang sebagai penanda atributif. Bentuk
meja tidak makan dan meja yang makan tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia. Berbeda dengan bentukan anak
makan, yang mungkin disisipi dan tidak sebagai penanda
negatif menjadi anak tidak makan dan dapat pula disisipi
kata yang sebagai penanda atributif menjadi anak yang
makan (itu adik saya)
52
a. Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata .
Pokok kata adalah bentuk lingusitik yang
tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa dan
secara gramatis tidak memiliki sifat bebas, yang dapat
dijadikaan bentuk dasar bagi suatu kata misalnya,
bentuk-bentuk alir, juang, lomba, temu.
Bentuk-bentuk yang unsurnya berupa kata
pokok kata atau pokok kata semua merupakan kata
majemuk. Misalnya, kolam renang, yang unsurnya
terdiri atas kata dan pokok kata termaksud kata
majemuk. Demikian pula daya juang, yang semua
unsurnya berupa pokok kata, merupakan kata majemuk
contoh-contoh lainnya, tanggung jawab, terimakasih.
b. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak
mungkin diubah strukturnya.
Untuk menjelaskan prinsip ini, kita ambil
contoh kata majemuk kursi malas,kaki tangan, dan anak
sungai. Bentuk kursi malas tampaknya sama dengan
anak malas keduanya terdiri atas kata benda dan kata
sifat. Akan tetapi kalau kita teliti akan ternyata kedua
bentuk itu berbeda. Bentuk anak malas. Bentuk kursi
malas unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan,
misalnya menjadi kursi yang malas atau kursi itu malas.
Bentuk-bentuk itu tidak pernah ditemukan dalam
bahasa Indonesia. Jadi bentuk kursi malas merupakan
kata majemuk, sedangkan bentuk anak malas bukan
kata majemuk.
Bentuk kaki tangan tampaknya sama saja
dengan meja kursi, padahal berbeda meskipun unsur-
unsurnya yakni berupa kata benda antara unsur-
53
unsur kaki tangan tidaki dapat disisipkan kata lain,
misalnya kata dan maka maknanya akan sangat
berbeda. Bandingkan bentuk-bentuk berikut :
1) Ia menjadi kaki tuan musuh
2) Ia menjadi kaki dan tangan musuh
3) Kaki dan tangannya diikat.
54
d. Secara umum kalau diperhatikan unsur-unsur
pembentuk kata majemuk itu adalah bentuk tunggal.
Disamping bentuk tunggal yang disebutkan
diatas, unsur-unsur pembentuk kata majemuk ada juga
berupa bentuk kompleka. Misalnya meninggal dunia,
lapangan terbang, lupa daratan, buku harian. Bentuk-
bentuk tersebut sepintas lalu seperti kata majemuk yang
mendapat afiks, tetapi sebenarnya tidak demikian,
melainkan kata majemuk yang salah satu unsurnya
memang sudah berupa kata jadian.
Untuk menetapkan apakah kata majemuk
tersebut mendapat afiks atau memang salah satu
unsurnya berupa bentuk kompleks perlu diperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Jika afiks pada bentuk majemuk itu dihilangkan,
namun bentuk tanpa afiks tersebut masih berupa
kata majemuk, maka bentuk mitu adalah kata
majemuk yang mendapat afiks.
Contoh :
Memberi tahu ………..beri tahu Bertanggung
jawab……. Tanggung jawab
2) Jika afiks pada bentuk majemuk itu dihilangkan,
sehingga bentuk tanpa afiks tersebut tidak lagi
berupa kata majemuk tau menjadi bentuk yang tidak
ada artinya maka bentuk majemuk tersebut adalah
kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa kata
jadian .
Contoh :
Meninggal dunia : tidak boleh tinggal dunia
Lapangan terbang : tidak boleh : lapang terbang
Lupa daratan : tidak boleh : lupa darat
55
Buku harian : tidak boleh : buku hari
Uang harian : tidak boleh : uang hari
Angkatan Laut : tidak boleh : angkat laut
56
C. Kontruksi Morfologis
1. Konstruksi Sederhana dan Konstruksi Rumit.
Konstruksi morfologis ialah bentukan kata yang
mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan
beberapa morfem. Bentukan yng merupakan bentuk
tunggal tersebut konstruksi sederhana dan merupakan
gabungan dari beberapa morfem disebut konstruksi rumit
(Samsuri,1982 : 195).
Konstruksi sederhana ada dua masa yaitu :
a. Kata-kata yang merupakan morfem-morfem tunggal
yang disebut akar.
b. Konstruksi yang terdiri atas morfem-morfem tunggal,
pada umumnya berwujud kecil, yang secara morfologis
berdiri sendiri, tetapi sacara morfologis dapat
mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain
dengan eratnya. Bentuk yang kedua ini dapat disebut
klitik dan yang mengikuti kata-kata lain disebut
onklitik. Mengenai klitik ini biasanya selalu berasal dari
bentuk kata ganti personal. Dalam bahasa Indonesia
sama pemakainnya dengan afiks. Akar meliputi bentuk
tunggal yang berwujud, morfem bebas dan sekaligus
merupakan kata. Oleh karena itu bentukan ini bias
disebut kata morfem.
57
2. Derivasi dan Infleksi.
Derivasi adalah konstruski yang berbeda,
distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi
adalah konstruksi yang induksinya distribusi yang ama
dengan dasarnya. Kita ambil contoh konstruksi-konstruksi
pelari, makanan, pemandian, membaca, mendengar, baca,
termaksud konstruksi-konstruksi apakah bentuk-bentuk
itu? Perhatikan perbandingan berikut :
a. A. Nani ingin menjadi pelari
B. Nani ingin menjadi lari
b. A. Makanan itu mudah busuk
B. Makanan itu sudah busuk
c. A. Ia sedang membangun pemandian
B. Ia sedang mmebangun mandi
d. A. Saya membaca buku
B. Saya baca buku
e. A. Kami mendengar suara itu
B. Kami dengar suara itu
f. A. Bacai surat-surat itu.
B. Ia baca surat-surat itu
58
Bagaimana halnya dengan membaca, mendengar
dan bacai? Dari perbandingan-perbandingan itu dapat pula
kita ketahui bahwa membaca, mendengar dan bacai itu
mempunyai distribusi yang sama dengan bentuk dasarnya
yakni dengan baca, dengar, bacai. Disamping kalimat-
kalimat seperti 4b, 5b, dan 6b. Karena kenyaan itu, dapat
ditentukan bahwa pembaca, mendengar dan bacai
merupakan konstruksi infleksi.
59
1a dan 1b itu. Jadi rumah sakit termaksud konstruksi
Endrosentik, dari perbandingan 2a, 2b dan 2c dapat kita
ketahui bahwa bentuk jual beli berbeda distribusinya
daripada semua unsurnya,baik dengan jual maupun
dengan beli. Kita tidak mungkin menemukan kalimat
seperti 2b dan 2c itu.Kedua kalimat itu todak gramatis jadi
konsrruksi jual beli termkasud kedalam eksosentrik.
60
a. Afiks meN-
Afiks meN- hanya memiliki dua fungsi,yakni
sebagai pembentuk kata kerja dan pembentuk kata sifat.
Bentuk dasarnya mungkin berupa pokok (kata bakal
atau kata prakata), kata sifat, dan kata benda.
Perhatikan contoh berikut:
1) Bentuk dasar pokok kata
ambil…………….> mengambil
rundingkan……..> merundingkan
perbesar………...> memperbesar
2) Bentuk dasar kata sifat
luas…………......> meluas
lebar……….........> melebar
sempit…….…....> menyempit
3) Bentuk dasar kata benda
rokok……..........> merokok
batu…….......….> membatu
kantuk…….......> mengantuk
61
4) „dalam keadaan‟ atau menyatakan makna‟ statif‟,
misalnya mengantuk.
b. Afiks ber-
Afiks ber mempunyai sebagai mpembentuk kata
kerja dan kata sifat. Bentuk dasarnya mungin berupa
pokok kata, kata sifat kata bilangan, kata benda. Lihat
contoh berikut :
1) Bentuk dasar pokok kata:
temu……….> bertemu
sua…………> bersua
ajar…………> belajar
2) Bentik dasar kata sifat
gembira………> bergembira
bahagia……….> berbahagia
padu…………..> berpadu
3) Bentuk dasar kata bilangan :
satu…………> bersatu
dua…………> berdua
tiga…………> bertiga
4) Bentuk dasar kata benda :
alasan ……..> beralasan
kebun …….> berkebun
sepeda…….> bersepeda
62
3) „kumpulan…‟atau‟menjadi…‟: misalnya “berdua,
berempat, bersatu.
4) „melakukan perbuatan berhubung dengan apa
yangtersebutpadabentukdasarnya
mempergunakan,memakai,mengendarai,
mengeluarkan, megadakan, menuju ke,
mengusahakan dan sebagainya. Misalnya,
berkendaraan, berbaju, bersuara, berkebun, bertamu.
5) „mempunyai…‟misalnya berakar, berbahasa,
berilmu, beratap.
c. Afiks di-
Afiks di- berfungsi sebagai pembentuk kata
kerja pasif dari bentuk dasar yang pada umumnya
berupa pokok kata.
Makna afiks di- adalah menyatakan suatu
tindakan yang pasif atau „dikenal…‟misalnya, diambil,
dibangun, dibaca.
d. Afiks ter-
Afiks ter – berfungsi sebagai pembentuk (1) kata
kerja pasif, misalnya, terbawa, terbakar, tertimpa
(2) kata kerja aktif, misalnya, teringat, tersenyum,
tertidur, dan (3) kata sifat, misalnya, terbaik, terpandai,
tertinggi. Kata afiks ter- dapat digolongkan sebagai
berikut :
1) Menyatakan „aspek perfektif‟ atau „pekerjaan yang
sudah selesai dilakukan. Misalnya, terbagi,
terhukum, terbelenggu, terikat, tersimpan.
63
2) Menyatkan „ketidak sengajaan‟. Misalnya, terpijak,
tersinggung, terjahit, terpukul.
3) Menyatakan „ketiba-tibaan‟. Misalnya, terjatuh,
teringat, tersentak, terperanjat.
4) Menyatkan suatu „kemungkinan‟ atau „ dapat di…‟
biasanya didahului kata negatif tidak atau tak.
Misalnya, tidak ternilai, tidak terbaca, tak terduga,
tak terdengar.
5) Menyatakan makna „paling‟. Misalnya, tercukup,
terjatuh, terpandai.
e. Afiks peN-
Afiks peN- berfungsi sebagai pembentuk (1)
kata benda dan (2) kata sifat. Misalnya pembaca,
penulis, pengarang, pemalas, penakut.
Makna afiks peN- dapat digolongkan sebagai berikut :
1) „orang yang (biasa) melakukan tindakan yang
tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya: pembaca,
pengarang, pembela.
64
2) „alat yang dipakai melakukan tindakan yang tersebut
pada bentuk dasarnya‟. Misalnya, penolak,
penopang, penahan.
3) „yang memiliki sifat tersebut pada bentuk dasarnya‟.
Misalnya, pemberani, pengasih pendiam.
4) „yang menyebabkan adanya sifat tersebut pada
bentuk dasarnya‟. Misalnya, pengeras, penguat,
penghalas.
5) „memiliki sifat… Misalnya, pemalu, penakut,
pemurah.
f. Afiks pe-
Kalau dibandingkan dengan afiks peN- afiks pe-
, ini kadang-kadang ini mmepunyai bentuk yang sama
karena peN- dapat berubah (mempunyai alomorf)
menjadi pe-,yakni apabila melihat pada bentuk dasar
yang berawal fonem /r, i, y, w dan nasal/. Dalam hal
ini kita dapat memakai suatu petunjuk apakah
bentukaqn itu berafiks peN- sejalan dengan kata kerja
berafiks meN-, sedangkan afiks pe-berjalan dengan kata
kerja berafiks ber-. Misalnya, penulis = orang yang
menulis, pembaca = orang yang membaca, pedagang =
orang yang berdagang, petani orang yang bertani.
65
Afiks pe- mempunyai fungsi membentuk kata
benda,sedangkan maknanya mrenyatakan „orang yang
biasa /gemar/ pekerjaannya melakukan tindakan yang
tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya, pegulat,
potenis, pejuang, pegolf.
g. Afiks per-
Afiks per- mempunyai fungsi sebagai
pembentuk (1) kata benda dan (2) pokok kata (kata
kerja). Sebagai pembentuk kata benda, per- tidak
produktif, hanya terdapat pada pelajaran dan pertapa.
Sebagai pembentuk pokok kata (kata kerja) bentuk
dasar per- mungkin berupa kata sifat,kata bilangan.
Kata benda, dan pokok kata. Misalnya, perbesar,
perluas, perdua, pertiga, peristri, perhamba,
perhitungkan, perjuangkan.
Makna afiks per- menyatakan „kausatui‟ yang
berarti „membuat jadi lebih…‟, membuat jadi…‟
membuat jadi …‟ atau menggap sebagai…, misalnya
perbesar , pertinggi, perdua, peristri, perbudak.
h. Afiks se-
Afiks se- mempunyai fungsi sebagai pembentuk
kata bilangan, kata penghubung atau kata depan (kata
tugas) , misalnya sebuah, seratus, setelah, sebelum.
Makna afiks se- adalah sebagai berikut :
1) Menyatakan „satu‟ misalnya sehari, sebatang,
setahun
2) Menyatakan „seluruh‟ misalnya sedunia, sekampung,
sekotamadya
66
3) Menyatkan „sama‟ atau „seperti‟ misalnya setinggi,
sepanjang, seluas
4) Menyatakan „setelah‟ misalnya sesampainya,
sepulangku, setibamu.
i. Afiks ke-.
Afiks ke- mempunyai fun gsi sebagai
pembentuk kata bilangan, kata benda dan pokok kata.
Misalnya, kedua, ketiga, ketua, kekasih, ketahui (dalam
mengetahui).
Makna afiks ke- adalah sebagai berikut ;
1) Menyatakan „kumpulan yang terdiri dari jumlah
yang tersebut pada bentuk dasarnya‟. Misalnya
kedua (orang itu) keempat (orang itu), keseratus (
mahasiswa itu).
2) Menyatakan „urutan‟. Misalnya, (langkah) kedua,
(tahap) ketiga (bulan), kesembilan.
j. Afiks –kan
Afiks –kan mempunyai fungsi sebagai
pembentuk pokok kata dari bentuk-bentuk dasar kata
kerja, kata sifat, kata benda, kata bilangan, atau pokiok
kata. Dengan tambahan afiks meN-, di-, ter-, atau klitik
ku-, kau-, pokok kata itu men- jadi kata.
Misalnya, mendatangkan, mengembalikan,
meluaskan, membudayakan, memasyarakatkan,
membacakan, mendengarkan.
Afiks –kan mempunyai makna sebagai berikut :
1) Menyatakan makna‟benefaktif‟ yakni tindakan yang
dilakukan untuk kepentingan orang lain, misalnya,
mendoakan, membelikan, membacakan
67
2) Menyatakan makna „kuantitatif‟, yakni meyebabkan
seseorang atau sesuatu menjadi seperti…‟ „
menyebabkan atau menggap sebagai apa yang
tersebut pada bentuk dasarnya‟, membawa ketempat
tersebut pada bentuk dasarnya‟,: misalnya
mendudukan, menerbangkan, mendewakan,
menganaktirikan, menyebarkan, mengandangkan.
k. Afiks -i
Seperti afiks -kan, afiks -i berfungsi membentuk
pokok kata dan dengantambahan meN-, di-, ter-, atau
dengan tambahan ku, kau pokok kata
.Bentuk dasarnya mungkin berupa kata kerja, kata
benda, kata sifat, atau pokok kata. Misalnya,
mendatangi, menduduki, memagari, mentatapi,
memanasi, mengotori, memetiki, menulisi. Afiks -i
mengandung makna sebagai berikut :
1) Menyatakan bahwa „tindakan dilakukan berulang-
ulang‟: misalnya, mengambili, memukuli,
memotongi
2) Menyatakan, memberi…kepada objeknya‟ misalnya
mengarangi dan menomori
3) Menyatakan „tempat…‟ : misalnya menandai,
menduduki, mendatangi.
4) Menyatakan kausatif‟ atau „menjadikan :…‟ misalnya
membasahi, memanasi, mengotori.
68
l. Afiks -an
Makna afiks -an sebagai berikut :
1) Menyatakan „benda yang berhubungan dengan
tindakan yang tersebut pada bentuk dasarnya „,
yakni‟hasil tindakan…: alat tindakan…‟, sesuatu
yang bias dikenai tindakan…‟, misalnya karangan,
timbangan, makanan.
2) Menyatkan „tiap-tiap…‟: misalnya : bulanan,
tahunan, harian.
m. Afiks -wan.
Afiks -wan mempunyai fungsi sebagai
pembentuk kata benda dari bentuk dasar yang
tergolong kata benda dan kata sifat misalnya
negarawan, ilmuan, sukarelawan, cendikiawan. Makna
afiks -wan adalah sebagai berikut :
1) Mengatakan „orang yang ahli dalam hal tersebut
pada bentuk dasarnya dan tugasnya berhubungan
dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar‟ ,
misalnya negarawan, tata bahasawan, sejarawan.
2) Menyatakan „orang yang memiliki sifat tersebut
pada bentuk dasarnya „ misalnya cendikiawan,
sosiawan, sukarelawan.
n. Afiks ke-an
Afiks ke-an mempunyai dua fungsi, yakni (1)
membentuk kata gbenda dan (20 mmebentuk kata kerja
misalnya, kebaikan, ketulusan, keberangkatan,
kedatangan, kehujanan, kelihatan, kedengaran,
ketahuan.
69
Afiks ke-an mempuyai makna sebagi berikut ;
1) Menyatakan „suatu abstraksi‟ atau „hal‟ misalnya ;
kebaikan, kegembiraan, keberangkatan, kemnusiaan,
keduniaan.
2) Menyatakan „menderita atau dikenai apa yang
tersebut bentuk dasarnya‟ misalnya kepanasan,
ketakutan, kehilangan.
3) Menyatakan „tempat‟ atau „daerah‟ misalnya
kelurahan, kecamatan ,kerajaan, kepresidenan.
o. Afiks peN-an
Afiks peN-an mempunyai fungsi sebagai bentuk
kata benda misalnya pembacan, penderita, pengecilan,
peluasan, penyaringan.
p. Afiks per-an
Afiks per-an mem[unyai fungsi sebagai
pembentuk kata benda misalnya pergedungan,
persekutuan, pertambangan, persekolahan. Makna afiks
per-an adalah sebagai berikut :
1) Menyatakan‟ hal-hal yang berhubungan dengan apa
yang disebut bentuk dasarnya misalnya pertokoan,
perkapuran, pertambangan, perundang-undangan.
2) Menyatakan „ hal atau hasil tindakan atau pristiwa
dengan apa yang tersebut pada bentuk dasarnya‟
70
q. Afiks ber-an.
Afiks ber-an mempunyai fungsi sebagai
pembventuk kata kerja misalnya berjatuhan,
berloncatan, berlarian.
Makna afiks ber-an ialah sebagai berikut :
1) Menyatakan bahwa „tindakan itu dilakukan oleh
banyak pelaku‟: misalnya berdatangan,
bermunculan, berguguran.
2) Menyatakan bahwa „tindakan dilakukan berulang-
ulang‟ misalnya berloncatan, bergulingan, berlarian
3) Menyatakan bahwa „tindakan dilakukan oleh dua
pihak yang saling mengenai bersentuhan,
berpelukan, berpukulan, bersahutan.
71
d. „berulang-ulang…‟ atau „berkali-kali…‟ misalnya
berteriak-berteriak, memukul-mukul, melambai-
lambaikan.
e. „…dengan seenaknya‟ atau…‟ untuk bersenang-senang‟
misalnya berjalan-jalan, minum-minum, makan-makan
f. „saling…‟, misalnya pukul-pukulan, pandang-
pandangan dan tolong-menolong, berpandang-
pandangan.
g. „ hal-hal yang berhubungan dengan…‟ misalnya :
karang mengarang, surat-menyurat, tulis-menulis, jilid-
menjilid.
h. „sangat…‟ misalnya cepat-cepat, kecil-kecil, indah-
indah, kuat-kuat.
i. „agak…‟ misalnya kehijau-hijauan, kehitam-hitaman,
kemerah-merahan
j. Menyatakan „tindakan yang paling tinggi atau
superlatif‟ atau‟… mungkin‟ : misalnya sedalam-
dalamnya, sejauh-jauhnya, sebanyak-banyaknya,
sekuat-kuatnya.
72
b. Menyatakan penegasan maksud seperti yang tersebut
pada unsur-unsurnya.
Contoh ; susah * payah….> susah payah
Pahit * getir…..> pahit getir
Perih * pedih….> perih pedih
c. Menyatakan pembentukan arti baru arti kiasan
Contoh ; meja*hijau….> mejahijau
Panjang*tangan...> panjang tangan
Jago*merah….> jago merah
d. Menyatakan bentuk kompeks.
Contoh ; mata* hari…..> atahari
Panca* sila…..> pancasila Hulu
* balang…> hulubalang
e. Perbedaan kata majemuk dengan kata ulang
(reduplikasi)
Kata majemuk berasal dari dua kata atau lebih,
yang masing-masing mempunyai arti tersendiri
sedangkan kata ulang berasal dari satu kata yang
diulang menyebutkannya, satu diantara kedua
unsurnya hanya merupakan ulangan atau perubahan
dari unsur yang lain. Untuk lebih jelasnya marilah kita
perhatikan contoh
Kata majemuk Kata ulang
Gerak jalan Gerak-gerik
Makan hati Makan-makan
Beras pelat Beras-petar
Timbal balik Bolak-balik
Terang bulan Terang-terangan
73
E. Aneksi dan Kompositum
Dalam pemakaian bahasa sering terjadi hubungan
antara kata dengan kata lain. Hubungan kata ini dapat
menimbulkan kelompk kata. Kelompok kata ini dapat
menimbulkan pengertian baru yang disamai dengan
kompositum atau kata majemuk. Tetapi selain itu bias saja
tidak menimbulkan arti yang baru,hal ini sering disebut
aneksi.
Hubungan antara kata-kata dalam kelompok kata
kadang-kadang dinyatakan secara imlisit/batin, kadang-
kadang dinyatakan pula secara eksplesit/lahir.
Hubungan kata dalam kelompok kata dinyatakan
secara implesit/batin, jika hubungan antara kata-kata tersebut
tidak diterangkan atau disisipi dengan kata-kata yang lain.
Sebaliknya hubungan kata dalam kelompok kata dinyatakan
secara eksplisit/lahir, jika hubungan antara kata-kata tersebut
diterangkan atau disisipi dengan kata-kata lain.
Dengan memperjelas pengertian kita tentang aneksi
dan kompositum ini, kadang-kadang sangat sulit bagi kita,
misalnya pada kelompok kata orang tua, kumis kucing, kaki
tangan dan sebagainya. Kelompok kata tersebut dapat kita
katakan aneksi dan dapat pula dikatakan kompositum. Oleh
karena itu untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dilihat
dari hubungannya dengan kalimat. Misalnya :
74
3. Kaki tangan orang itu dioprasi karena kecelakaan. (aneksi)
Mereka menjadi kaki tangan musuh (kompositum).
75
7. Jelaskan perbedaan antara derivasi dengan infleksi dalam
bahasa Indonesia dan berikan contohnya!
8. Jelaskan perbedaan konstruksi sederhana dengan
konstruksi rumit dengan pemberian contoh.
9. Jelaskan perbedaan kontruksi endosentrik dengan
konstruksi eksosentrik dan berikan contohnya.
10. Tentukan proses morfologis yang manakah kata-kata
dibawah ini, yaitu:
a. Secantik-cantiknya
b. Kaki tangan
c. Pemberuan
d. Kedudukan
11. Jelaskan fungsi dan arti afiks ke-, ter-, meN dalam bahasa
Indonesia.
76
BAB V
MORFOFONETIK
A. Pengertian Morfofonetik
Samsuri (1982:201) menyebutkan bahwa
morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan
pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua
morfem atau lebih serta pemberian tanda tanyanya,
sedangkan Ramlan (1978:52) menyebutkan bahwa
morfofonemik mempelajari perubahan fonem yang timbul
sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
Misalnya pertemuan morfem ber dengan morfem ajar
menghasilkan belajar. Pada proses morfologi ini telah terjadi
perubahan fonem pada morfem ber, yakni fonem/r/
menjadi/I/ pertemuan morfem meN dengan morfem lihat
menghasilkan kata melihat. Disini telah terjadi perubahan
fonen dari dari morfem meN-, yakni fonem /N/ hilang
menjadi mo. Perubahan-perubahan fonem akibat pertemuan
dua, morfem atau lebih disebut morfofonemik. Sedangkan
tanda huruf besar (seperti pada meN-) yang pada realitasnya
fonemis bisa berupa beberapa macam fonem disebut
morfofonem.
Proses morfofonemis dalam bahasa Indonesia ada 4
macam yakni:
1. Pergantian atau perubahan fonem
2. Penambahan fonem
3. Penghilangan atau penguguran fonem
4. Peloncatan fonem
77
B. Pembangian Proses Morfofonemis
1. Proses penggantian fonem (perubahan fonem)
Proses penggantian fonem dalam bahasa Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Fonem /N/ pada morfem meN dan peN diganti
dengan /m/ apabila morfem itu dihubungkan pada
bentuk dasar yang berawal dengan /p,b,f/ misalnya,
meN- + pukul ……………..> memukul
meN- + baca ……………….> membaca
meN- + fitnah ……………..> memfitnah
peN- + pukul ………………> pemukul
peN- + bantu ………………> pembantu
peN- + fitnah ………………> pemfitnah
b. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- diganti
dengan /n/ apabila morfem itu dibutuhkan pada
bentuk dasar yang dimulai dengan /t,d,s,l/. Fonem /s/
khusus pada bentuk dasar yang berasal dari bahasa
asing misalnya:
meN- + tulis…………..> menulis meN- +
supplay………..> mensupplay meN- +
syukurin …………> mensyukurin meN- +
tulis ……………..> penulisan peN- +
supply……………> pensupply
c. Fonem /N/ pada morfem meN dan peN diganti
dengan /h/ apabila morfem itu dibubuhkan pada
bentuk dasar yang berasal dengan /s,c,j/ misalnya:
meN- + sapu…………> menyapu
peN- + sapu…………> penyapu
meN- + cari…………> mencari / mencari/ peN-
+ cari …………> pencari/ pencari/ penN- +
jawab……..> penjawab/ penjawab/
78
d. Donen /N/ pada meN- diganti dengan /ng/ apaila
morfem itu dibubuhkan pada bentuk dasar yang berwal
fonem /k, g, h/ dan vocal, misalnya:
meN- + kalau …………....> mengcau meN-
+ gaji ……………....> menggaji meN- +
khianati …………> menghianati meN- +
halau……………..> menghalau meN- +
arah……………...> mengarah peN- +
kacau……………..> pengacau peN- +
garis……………...> penggaris peN- +
halau……………..> penghalau peN- +
khianat ………….> penghianat peN- + urus
……………..> pengurus
e. Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- yang diganti
dengan /b/ apabila morfem itu dibubuhkan pada
bentuk dasar ajar
Contohnya : ber- + ajar……….> belajar
Per- + ajar……….> pelajar
f. Fonem /t/ pada akhir bentuk dasar diganti dengan /k/
apabila bentuk dasar itu mendapat afiks ke-an, pe-an, -i.
Misalanya :
ke-an + duduk…………..> kedudukan
/duduk? /………> kedudukan
Pe-an + duduk ………....> pendudukan
/duduk?/………> p dudukan -
i + petik …………….....> petiki
/ p ti ? / …………….....>/ p tiki?
79
2. Proses penambahan fonem
Proses penambahan fonem dalam bahasa Indonesia
antara lain tampak pada peristiwa-peristiwa berikut :
a. Penambahan fonem /e/ terjadi pada fonem meN- dan
peN- apabila morfem itu dibubuhkan pada bentuk
dasar yang terdiri atas suku kata. Misalnya:
80
-an + tari................> tarian/tayan/ Ke-an +
seni...........> kesenian/keseniyan peN-an +
cucul.......> pencucian/pencuciyan per-an +
api...........> pencapaian/pencapaiyan
81
c. Fonem /p, t, k, s/ pada awal bentuk dasar hilang
apabila dibubuhkan morfem meN, peN, kecuali apabila
bentuk dasar itu berasal dari bahasa asing.
82
Misalnya : meN + paksa.
meN + tulis...
meN + karan
meN + sapu..
83
Misalnya :
meN- + tulis.................> menulis
meN- + terjemah..........> menterjemah
meN- + dasar...............> mendasar
meN- + sukseskan........> mensukseskan
c. Afiks meN- akan berubah menjadi men- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /s,c. Atau j/ dimana
fonem /s/ hilang atau luluh.
Misalnya :
meN- + sapu...............> menyapu
meN + cari..................> mencari
meN + jaga.................> menjaga
d. Afiks meN- akan berubah menjadi meng- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /k,g,x,h atau vocal /.
Dimana fonem /k/ luluh.
Misalnya :
meN- + karang...............> mengarang
meN + gali.....................> menggali
meN- + khusus..............> mengkhususkan
meN- + ikat....................> mengikat
meN- + ekor...................> mengekor
meN- + ukur...................> mengukur
meN- + ambil..................> mengambil
meN- + operasi...............> mengoprasi
meN- + himpun..............> menghimpun
e. Afiks meN-akan berubah menjadi me- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /y,r,l,w atau nasal?.
Misalnya :
meN- + yakinkan............> meyakinkan
meN- + ramal..................> meramal
meN- + lipat....................> melipat
83
84
meN- + warisi................> mewarisi
meN- + nyanyian..........> menyanyi
f. Afiks meN- akan berubah menjadi menge- apabila
diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku kata.
Misalnya :
meN- + cat.......................... > mengecat
meN- + bom........................ > mengebom
meN- + lap........................... > mengelap
meN- + las............................ > mengelas
meN- + pel............................ > mengepel
85
c. Afiks peN- akan berubah menjadi pon- apabila diikuti
bentuk yang berfonem awal /s,c atau j/. Dimana fonem
/s/ luluh.
Misalnya :
peN- + simpan...................> penyimpan
peN- + curi.......................> pencuri
peN- + jahit.......................> penjahit
d. Afiks peN- akan berubah menjadi peng- apabila
diikuti bentuk dasar yang berfonem awal /k, g, h, x
atau vokal /, dimana fonem /k/ luluh. Misalnya :
86
3. Kaidah Morfofonemis Morfem Afiks ber-
a. Afiks ber- akan berubah menjadi be- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal /r/ dan beberapa
bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan
/r/.
Misalnya :
ber- + rendam......................> berendam
ber- + serta...........................> beserta
ber- + kerja...........................> bekerja
b. Afiks ber- akan berubah menjadi bel- apabila diikuti
bentuk dasar ajar. Yaitu : ber- + .............> belajar.
c. Afiks ber- akan tetap menjadi ber- apabila diikuti
bentuk dasar selain yang telah disebutkan di atas. (yaitu
a dan b).
Misalnya :
87
b. Afiks per- akan berubah menjadi pel- apabila diikuti
bentuk dasar ajar.
Misalnya : per- + ajar................> pelajar.
c. Afiks per- akan tetap menjadi per- apabila diikuti
bentuk dasar yang berfonem awal selain yang telah
disebutkan diatas, (yaitu a dan b).
Misalnya :
88
7. Uraikanlah kaidah morfofonemis morfem afiksmorfem
afiks men- dalam bahasa Indonesia jangan lupa
memberikan contoh
8. Uraikanlah dengan jelas kaidah morfofonemis morfem
afiks ber- dalam bahasa Indonesia berikan contohnya
9. Uraikanlah dengan jelas kaidah morfofonemis morfem
afiks pen- dalam bahasa Indonesia berikan contohnya
10. Uraikanlah dengan jelas kaidah morfofonemis morfem
afiks dalam bahasa Indonesia berikan contohnya.
89
90
BAB Vl
JENIS KATA BAHASA INDONESIA
91
konsep yang diberikan kepada masing-masing itu mungkin
masih dapat diterima tetapi memperhatikan kesepuluhnya
dalam suatu klasifikasi yang disebut jenis kata agak sulit
untuk diterima oleh ahli-ahli bahasa modern.
Pembicaraan mengenai jenis kata dalam bahasa
Indonesia memaparkan berbagai pembagian atau golongan.
Pembagian jenis kata yang terdapat dalam buku buku tata
bahasa dapat kita bedakan ke dalam dua golongan besar
yakni berdasarkan aliran tradisional dan aliran non
tradisional sering disebut aliran struktural.
92
Kalau pembagian itu didasarkan dari fungsi maka
kita akan mendapatkan pembagian atas yaitu:
a. Kata-kata subjek dan kata-kata objek, yaitu yang biasa
menduduki jabatan subjek dan objek.
b. Kata kerja yaitu kata-kata yang menyatakan perbuatan
atau laku.
c. Kata sifat atau keadaan yaitu kata-kata yang
menyatakan sifat atau keadaan.
d. Kata bilangan yaitu kata-kata yang menyatukan
bilangan atau jumlah
kalau pembagian itu didasarkan dari fungsi maka kita
akan mendapatkan pembagian atas 5 bagian yaitu:
1) Kata-kata subjek dan kata-kata objek yaitu kata-kata
yang biasa menduduki jabatan subjek dan objek.
2) Kata-kata predikat yaitu kata-kata yang biasa
menduduki predikat.
3) Kata-kata keterangan yaitu kata-kata yang biasa
menduduki jabatan keterangan.
4) Kata-kata penghubung yaitu kata-kata yang biasa
menghubungkan bagian-bagian kalimat.
5) Kata-kata yang tidak termasuk kedalam nomor satu
sampai nomor 4
kalau pembagian itu didasarkan dari bentuk maka
kata-kata itu dapat dibagi atas tiga bagian yaitu:
a) Kata benda yaitu kata-kata yang mengalami
perubahan bentuk yang biasa disebut doklinasi.
b) Kata kerja yaitu kata-kata yang dapat mengalami
bahan bentuk biasanya nyanya disebut kinyusasi.
93
c) vertikal yaitu kata-kata yang tetap bentuknya
secara tradisional pembagian kata ini paling
banyak ada 10 macam.
94
Misalnya berjalan, berdiri, bersisir, menangis, berlari,
meninggal.
Disamping itu ada juga dinamakan kata kerja kon
ula yaitu kata kerja yang bertindak sebagai pola misalnya
adalah jadi, menjadi, ialah.
Berdasarkan bentuknya kata kerja dapat dibagi atas
dua bagian yaitu:
a. Kata kerja kata asal atau disebut juga kata kerja
aus,karena kata kerja tersebut walaupun tidak diberi
imbuhan sudah mengandung pengertian kerja
misalnya, bangun, bangkit, mandi, minum, masuk, dan
pergi.
b. Kata kerja kata jadian,yaitu kata kerja yang sudah
mengalami proses pembentukan dari kata asal menjadi
kata ulang kata majemuk dan kata berimbuhan. Kata
kerja ini dapat dibagi atas 3 yaitu:
1) Kata kerja ulang.
Contoh: makan-makan, menari-nari, berlari-lari
terbahak-bahak, diputar-putar, kedua-
duanya.
2) Kata kerja kata majemuk.
Contoh:memberitahu, bertanggungjawab,
menandatangani, menganaktirikan
3) Kata kerja berimbuhan
Contoh:memanggil, merokok, berjalan bercatur,
dilempar, dibaca
95
atau kata sifat ini biasanya memberi jawaban atas
pertanyaan bagaimana atau keadaan apa.kata keadaan
atau sifat dapat dibagi atas:
a. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata dasar
Contoh: merah, biru, putih, hitam, besar kecil, mati,
hidup
b. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
Contoh: nakal-nakal, sebaik-baiknya, sehitam-
hitamnya, setinggi-tingginya, kemerah-
merahan, terburu-buru, kekuning-kuningan,
sebesar-besarnya
c. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
majemuk
Contoh: lemah lembut, besar kecil, panjang tangan,
keras kepala, panjang lidah mabuk laut
d. Kata keadaan atau kata sifat yang berbentuk kata
berimbuhan
Contoh: menguning, membiru, terbesar termudah,
terkaya, terendah, periang, perokok, penakut,
pembohong
96
b. Fungsi atributif atau sebagai keterangan.
Contoh:
1) kuda putih itu cepat sekali larinya
2) Iya mempergunakan penail merah
3) Mari menulis dengan tinta hijau
c. Fungsi predikatif atau sebagai predikat kalimat.
Contoh:
1) kuda itu putih
2) Rumah itu bagus
97
Kata ganti punya adalah segala kata yang dipakai
untuk menggantikan kata ganti orang dalam
kedudukannya sebagai pemilik, misalnya, ku, mudannya.
Sebetulnya kata-kata ini merupakan kata ganti orang
dalam bentuk ringkas yang berkedudukan sebagai
keterangan yang menyatakan hubungan milik. Contoh:
1) Rumahku sama dengan rumah aku
2) Bukunya sama dengan buku engkau atau buku
kamu
98
a. Sebagai penunjuk.
Contoh :
- Kitab, yang dibelinya kemarin, sudah hilang.
- Baju, yang dipakain yaitu adalah milikku.
- Tas yang dibawan yaitu adalah miliknya
99
b. Siapa (biasanya dipergunakan untuk menyatakan
orang)
c. Nana (untuk menanyakan pilihan seseorang atau
bebrapa hal, barang)
a. Masing-masing
b. Sesuatu
c. Beberapa
d. Seseorang
e. Banyak
100
sandang yang umum dikenal dalam bahasa Indonesia
seperti, yang, itu, si, sang, hang, dang. Misalnya dalam
kalimat :
a. Si pengirim surat itu tidak jelas identitasnya
b. Sang kancil sedang berlari menuju hutan
c. Joni sedang belajar di SMA Nang Keturi
101
i. Menyatakan perbandingan, misalnya, seperti, bagai,
seakan-akan
j. Menyatakan tingkah, misalnya, makin, semakin, kian,
bertambah
k. Menyatakan perlawanan, misalnya, meskipun, biarpun,
dsb
l. Menyatakan pengantar kalimat, misalnya, maka,
adapun, akan, dsb
m. Menyatakan penjelasan, yakni, umpama, yaitu, dsb
n. Sebagai penutup sesuatu, misalnya, bahwa
102
8. Kata Bilangan (Numeralia)
Yang dimaksud dengan kata bilangan atau
numeralia adalah kata-kata yang menyatakan jumlah
benda atau menyatakan tempat suatu benda dalam urutan
atau deretan benda-benda lain. Kata bilangan dalam
bahasa Indonesia biasanya dibagi atas 4 bagian, yaitu :
a. Kata bilangan utama (numeralia cardinalia), misalnya,
satu, dua, tiga, empat, lima, sepuluh, enam belas, tiga
puluh,
b. Kata bilangan tingkat (numerelia ordinalia), misalnya,
kedua, pertama, keenam, kesepuluh, dsb
c. Kata bilangan pecahan, misalnya, setengah, sperlima,
sepertiga, dua pertiga, tujuh persepuluh, dsb
d. Kata bilangan taktentu, misalnya, segala, semua,
banyak, sedikit, beberapa, para, sekalian, dsb.
e. Kata bilangan kumpulan, misalnya, keduanya,
kelimanya, keenamnya, bertiga, bertujuh, dsb.
101
103
10. Kata Keterangan (Adverbia)
Yang dimaksud dengan kata keterangan ialah kata-
kata yang biasanya member keterangan tentang kata kerja,
kata sifat, kata bilangan, dan seluruh kalimat.
Berdasarkan arti atau fungsinya, kata keterangan
ini dapat dibedakan atas.
a. Kata keterangan kualitattif
b. Kata keterangan waktu
c. Kata keterangan tempat
d. Kata keterangan modalitas
e. Kata keterangan aspek
f. Kata keterangan derajat dan keterangan kualitatif.
104
Misalnya: sekarang, kemarin, nanti, ketika itu, minggu
depan, dsb.
- Orang itu akan berangkat besok
- Di akan melanjutkan sekolahnya tahun depan
- Mereka akan kembali setelah itu.
c. Kata keterangan tempat.
Yang dimaksud dengan kata keterangan tempat
adalah kata-kata yang memberi penjelasan atau
berlangsungnya suatu peristiwa atau perbuatan dalam
ruang tertentu.
Misalnya, ke sekolah, di rumah, dari medan, di sini, di
sana, di situ, ke sini, ke sana, ke situ, dsb.
- Kakaknya sedang kuliah di pematangsiantar
- Jhonny tidak ikut ke situ
- Saya sendiri melihat dia di sana.
103
105
- Kesangsian, misalnya, agaknya, barangkali, entah,
mungkin, rasanya rupanya.
- Keinginan, misalnya, secara, mudah-mudahan,
moga-moga
- Ajakan, misalnya, baiklah, carilah, hendaknya,
kiranya.
- Larangan, misalnya, jangan
- Kebenaran, misalnya, masakan, mustahil,
manaboleh.
106
- Aspek prekuentatif, yaitu aspek yang menunjukan
bahwa suatu peristiwa sedang terjadi. Misalnya, dia
sering datang ke sini.
- Aspek habituatif, yaitu aspek yang menyatakan
bahwa suatu perbuatan terjadi karena suatu
kebiasaan. Misalnya, Dodi biasa membaca koran
pada waktu istirahat.
f. Kata keterangan derajat dan kata keterangan
kwantitatif.
Yang dimaksud dengan kata keterangan
derajatdan kata keterangan kuantitatif ialah kata-kata
yang bias menunjukan derajat berlangsungnya suatu
perisitiwa atau jumlah dan banyaknya suatu perbuatan
dilakukan.
g. Pemberian jenis kata secara nontradisional (structural)
Pembagian jenis kata dalam bentuk bahasa
Indonesia berdasarkan pandangan structural atau
nontradisional timbul seabagi akibat dari ketidak
puasan terhadap golongan jenis kata menurut
pandangan tradisional. Pada abad XVI memang sudah
ada usaha untuk menyempurnakan pembagian jenis
kata yang lebih rasional dan secara struktural dengan
diajukannya konsep penggolongan jenis kata atau
nomen, verbum, particular roleh seorang ahli tata
bahasa spanyol yang bernama Sgances de las Brogas.
Akan tetapi ahli-ahli tata bahasa barat lainya kembali ke
alam Yunani latin, dan tetap mengajukan sepuluh jenis
kata seperti yang diajukan secara tradisional.
Sejalan dengan perkembangan linguistik abad XX,
maka usaha pembagian jenis kata yang lebih rasional
itu muncul kembali, dan pada abad ini
107
pulalah muncul paham baru dalam linguistik yang
disebut dengan linguisti struktural. Mula-mula hal ini
dikembangkan oleh Ferdinan de Sausure yang
kemudian pendapat-pendapatnya ini dibukukan
dengan judul “Course de Linguistik General”. Para ahli
linusitik struktural berusaha menggolongkan kata-kata
atas berbagai jenis berdasarkan ciri-ciri struktural yang
formal dari bidang bentuk yang member cirri khusus
terhadap kata-kata itu (struktur morfologis) dan juga
Dari hubungan kata-kata yang satu dengan yang lain
dalam membagi kalimat atau bagian-bagian kalimat
(struktur sintaksi)
108
Untuk lebih memperjelas pengertian dari setiap kata-
kata di atas ini, berikut akan dijelaskan:
1. Kata benda
Yang dimaksud dengan kata benda adalah segala
macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan
kata sifat. Misalnya meja yang besar, Tuhan yang mulia,
angin yang kencang, serta pohon yang tinggi, dsb.
Di samping itu juga digolongkan segala kata yang
mengandung morfem terikat (imbuhan ke-an, pe-an, ke-ke
dalam kata benda, misalnya kata perubahan, perbuatan,
pelari, kehendak, timbangan,dsb.
Kata diganti yang oleh aliran tradisional
dimasukkan kedalam jenis kata ini sebagai sub golongan
karena kata-kata ganti tersebut dapat menduduki secara
fungsi yang dapat diduduki oleh kata benda dan
strukturnya sama dengan kata benda, tetapi mempunyai
cirri tertentu.
2. Kata kerja
Yang dimaksud dengan kata kerjaialah segala
macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
dengan kata sifat misalnya, buat dengan lambat,
pergidengancepat, turun dengan segera, minum dengan
teratur, dsb.
Disamping itu juga digolongkan kata-kata yang
berimbuhan me-, ber-, -kan, di,-, ke dalam jenis kata kerja
ini, misalnya, bercukur, dilempar, melompat menggarut,
lemparkan.
3. Kata sifat
Yang dimaksud dengan kata sifat ialah segala kata
yang dapat mengambul bentuk se + redupliaksi + nya serta
dapat diperluas dengan paling, lebih, sekali,
109
misalnya, setinggi-tingginya, secepat-cepatnya, seburuk-
buruknya, semahal-mahalnya, bagus sekali, palingbesar,
lebih murah, lebih cantik, dsb.
Kata bilangan yang termaksud dalam aliran
tradisional, dimasukkan sebagai suatu sub golongan pada
jenis kata sifat ini, karena mempunyai ciri-ciri tersendiri
dan dapat menduduki tugas-tugas kata sifat.
4. Kata tugas
Yang dimksud dengan kata tugas ialah segala kata
yang mempunyai fungsi mengubah kalimat minim
menjadi kalimat transformasi. Ciri-ciri umum dapat kita
lihat dari jenis kata ini adalah
a. Sukar sekali menjalani perubahan bentuk, meski pinada
beberapa yang dapat mengalami perubahan seperti
tidak, sudah.
b. Hanya memiliki tugas untuk memperluas atau
mengadakan transformasi kalimat, tidak bias
menduduki fungsi-fungsi pokok (subjek, predikat dan
objek dalam kalimat.
c. Umumnya tidak dapat membentuk kalimat dengan
satu patah kata kerja, meskipun diantaranya ada yang
dapat membentuk kalimatdengan satu kata. Kata
depan, kata sehubung, kata sandang yang dalam aliran
tradisional digolongkan secara tersendiri, maka dalam
aliran struktural kata-kata tersebut dapat dimasukkan
kedalam jenis kata ini
Kata-kata tugas ini dapat dibedakan atas dua bagian,
yaitu ;
1) Kata tugas monovalent (bernilai satu) yakni secara
merata bertugas untuk memper luas kalimat.
110
2) Kata tugas yang ambivalen (bernilai dua) yakni kata-
kata yang disamping berfungsi sebagai kata tugas,
juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik di dalam
membentuk kalimat minim maupun dalam
mengubah bentuknya. Misalnya, sudah, tidak, dsb.
111
112
DAFTAR PUSTAKA
113
114
BIOGRAFI PENULIS
115