You are on page 1of 3

Apakah Merdeka Belajar Itu Sudah dapat Dirasakan

Nama : Arlino Pratama

Kelompok 6-Buya Hamka

Dalam pendidikan,merdeka dalam belajar adalah kebutuhan anak. Suatu


keharusan dan pentingnya anak merasa merdeka dan tidak merasa terkekang saat
belajar. Sesuai yang diamanahkan Ki Hadjar Dewantara,pendidik itu harus
membantu,menuntun,dan memerdekakan lahir dan batin anak dalam belajar.

Masa pandemi diibaratkan masa jeda dari sekolah. Selama ini,waktu


sekolah luring hanya terpusat dalam teks buku di kelas. Demikian juga sekolah
daring hanya terpusat pada banyak penugasan tapi minim bahkan nihil
pemahaman pembelajaran sehingga pembelajaran daring terkesan semu dan hanya
formalitas. Apa yang terjadi ketika sekolah dilaksanakan secara daring ? anak-
anak malah mengalami kendala dan beban lebih daripada masa sekolah biasanya.
Sekolah hanya berisi beban tugas-tugas yang membosankan dan menyita waktu
dan perhatian dimana pemindahan pengajaran guru dialihkan ke orang tua dan
pemindahan belajar kelas di rumah. Sehingga metode pembelajaran sekolah
terkesan memaksakan. Anak yang tidak mengerjakan tugas saat daring dinilai
jelek tanpa tahu sebab anak itu memang malas atau ada faktor lain. Bisa saja
kondisi keluarga yang melatarbelakanginya,tugas yang tidak menarik atau tugas
yang tidak menarik dan kurang menumbuhkan antusiasme belajar anak.

Anak juga terbiasa percaya dan menganggap apa yang guru ajarkan selalu
benar dan baik, sehingga anak terbiasa hanya menuruti perintah guru, jarang
diberi ruang untuk berpendapat. Anak sekedar patuh mengerjakan dan
mengumpulkan beban tugas setiap hari tanpa tahu makna belajar sebenarnya.
Mereka melaksanakan perintah karena takut bukan karena kesadaran dan
tanggung jawab diri. Anak-anak di negeri ini terbiasa dengan ancaman,ketakutan,
dan menuruti semua perintah dan aturan tanpa diberi ruang dalam
berekspresi,berpendapat,dan bertanya banyak hal. Oleh sebab itu,pentingnya
untuk banyak berdiskusi kepada anak mengenai pembelajaran bukan asal
memberi tugas yang tidak bermakna. Akhirnya,anak menjadi mesin pelaksana
perintah. Mereka tidak punya kemandirian dan kreativitas dalam memutuskan
untuk melakukan apa yang diinginkan di kemudian hari karena anak bergantung
pada pemberi perintah. Ketika diberi kebebasan,tampaknya mereka masih
bingung karena mereka terbiasa tergerak oleh karena perintah orang lain. Berbeda
dengan anak yang diberi kebebasan dalam bidang yang diminati,dia mungkin
akan ada perasaan senang belajar,mencoba belajar dari kesalahan dan
kegagalan,bertanggung jawab atas pilihan yang dipilih sehingga anak tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri dan merdeka.

Guru seharusnya memacu kreativitasnya dengan mengaktifkan


kemampuan sosial dan emosional anak tidak hanya sisi akademis saja sehingga
anak tidak jadi mesin pelaksana tugas semua pelajaran di tiap harinya. Guru
seharusnya aktif dalam menumbuhkan minat belajar,memberikan kemerdekaan
dalam belajar dan aktif berperan menumbuhkan potensi anak bukan untuk
memenuhi tugas dan kompetensi saja. Berilah tugas yang bisa menciptakan
karakter anak jangan jadikan anak layaknya robot yang melaksanakan perintah
dan guru layaknya rentenir yang menagih utang tugas anak yang belum
dikumpulkan.

Pemerintah sebagai pemangku kebijakan tidak seharusnya menuntut


pemenuhan standar dan kompetensi kurikulum kepada guru selama pandemi,guru
sebagai pelaksana pendidikan seharusnya juga memaklumi kondisi dan tidak
menuntut anak didik untuk memenuhi nilai tugas jika dirasa terlalu membebani
anak. Jika terlalu banyak tuntutan dan beban tugas akan berdampak kepada anak
didik sebagai penerima pendidikan sekolah. Jika pendidikan sekolah apalagi di
masa pandemi sekedar atribut pemenuhan nilai administratif diatas kertas bukan
pemenuhan nilai pada diri anak sesungguhnya,maka angka rapor hanya
menggambarkan angka intelektualitas yang kosong tidak ada gunanya.

You might also like