You are on page 1of 111

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA OMA.D DENGAN DEMENSIA


DI SENTRA PANGUDI LUHUR BEKASI
TAHUN 2022

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :
Sri Maida Yanti, S.,Kep
21.156.03.11.008

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
2022
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA OMA.D DENGAN DEMENSIA
DI SENTRA PANGUDI LUHUR BEKASI
TAHUN 2022

TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH
GELAR PROFESI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
Sri Maida Yanti, S.,Kep
21.156.03.11.008

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA OMA.D DENGAN


DEMENSIA DI SENTRA PANGUDI LUHUR BEKASI
TAHUN 2022
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Sri Maida Yanti, S.,Kep
21.156.03.11.008

Tugas akhir ini telah disetujui


Tanggal 16 juni 2022

Penguji I Penguji II
Penguji I Penguji II

Arabta M. Peraten Pelawi,S.Kep.,Ners.,M.Kep Lisna Agustina, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN.0301096505 NIDN.0404088405
a S.Kep.,N

Mengetahui

Ketua Program Studi Profesi Ners


STIKes Medistra Indonesia

Kiki Deniati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN.0316028302
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Sri Maida Yanti, S.,Kep


NPM : 211560311008
Program Studi : Profesi Ners
Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Oma.D Dengan
Demensia Di Sentra Pangudi Luhur Bekasi Tahun 2022.

Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam seminar hasil pada Tanggal 16 Juni
2022.

Penguji I Penguji II

Arabta M. Peraten Pelawi,S.Kep.,Ners.,M.Kep Lisna Agustina, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN.0301096505 NIDN.0404088405
Penguji II

Mengetahui
Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Medistra Indonesia STIKes Medistra Indonesia

Puri Kresna Wati, SST.,MKM Kiki Deniati,S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0315078302 NIDN.0316028302

Disahkan
Ketua STIKes Medistra Indonesia

Dr.Lenny Irmawaty Sirait, SST.,M.Kes


NIDN. 0319017902

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama Mahasiswa : Sri Maida Yanti, S.,Kep


NPM : 21.156.03.11.008
Program Studi : Profesi Ners
Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Oma.D Dengan
Demensia Di Sentra Pangudi Luhur Bekasi Tahun 2022.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Bekasi, Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

(Sri Maida Yanti,


S.,Kep) Nim :
21.156.03.11.008

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan
ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Oma.D Dengan Demensia Di Sentra Pangudi Luhur
Bekasi Tahun 2022”, sesuai dengan harapan Shalawat serta salam tidak lupa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga beserta sahabat-Nya.
Penulisan Tugas Akhir yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar profesi keperawatan (Ners) pada Program Studi Profesi Ners STIKes
Medistra Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak.

Selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:

1. Safer Ompusunggu,SE selaku Ketua Yayasan STIKes Medistra Indonesia.


2. Vermona Marbun, MKM selaku BPH Yayasan STIKes Medistra
Indonesia.
3. Dr. Lenny Irmawaty, SST.,M.Kes selaku Ketua STIKes Medistra
Indonesia.
4. Puri Kresna Wati, SST.,M.Kes selaku Ketua I Bidang Akademik STIKes
Medistra Indonesia.
5. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi
STIKes Medistra Indonesia.
6. Hainun Nisa, SST.,M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
STIKes Medistra Indonesia.

iv
7. Kiki Deniati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan dan Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia.
8. Arabta M. Peraten Pelawi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing
TA yang telah banyak memberikan petunjuk dan arahan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
9. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Medistra Indonesia yang turut membantu
memberikan banyak ilmu, masukan dan arahan selama proses pendidikan.
10. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan serta doa dan semangat yang selalu menyertai penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan kelas profesi Ners angkatan IX STIKes
Medistra Indonesia yang telah banyak memberikan kenangan,
pengalaman, dan dukungan yang luar biasa serta motivasi untuk
menyelesaikan studi hingga Tugas Akhir.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap
langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan
kasih sayang-Nya untuk kita semua Aamiin.

Bekasi, 16 Juni 2022

Sri Maida Yanti,


S.,Kep

v
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 3
BAB II TINJAUAN TEORI 4
A. Konsep Lanjut Usia 4
B. Konsep Demensia 6
C. Asuhan Keperawatan Demensia 7
BAB III TINJAUAN KASUS 21
A. Pengkajian 25
B. Diagnosis Keperawatan 26
C. Rencana Asuhan Keperawatan 28
D. Implementasi Keperawatan 30
E. Evaluasi Keperawatan 32
BAB IV HASIL PEMBAHASAN 33
A. Pengkajian 33
B. Diagnosis Keperawatan 34
C. Rencana Asuhan Keperawatan 35
D. Implementasi Keperawatan 36
E. Evaluasi Keperawatan 37
BAB V PENUTUP 38
A. Kesimpulan38
B. Saran 39

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demensia (Alzheimer) adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan

kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas

(patofiologi : konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit

dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan

gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan

menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan

Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003).

Demensia (Alzemer) Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit

ini. Angka prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi

diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun,

angka ini meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia,

maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak.

Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di

Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan

penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali

dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup

wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.

1
2

Kelompok lanjut usia merupakan kelompok penduduk yang berusia 60 tahun

keatas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Seiring meningkatnya usia,

terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi pada sel, jaringan serta sistem

organ. Perubahan tersebut mempengaruhi kemunduran kesehatan fisik yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada kerentanan terhadap penyakit.(Akbar et

al., 2020).

Penyakit Alzheimer atau demensia senil dari tipe Alzheimer merupakan

penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan

diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat

diri. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling ditakutkan pada

masa modern, karena penyakit ini merupakan bencana besar yang terjadi pada

pasien dan keluarganya, dimana pengalaman pasien yang mengalaminya

merupakan akhir yang tak ada habisnya sampai kematian tiba.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik

untuk menyusun Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Oma.D Dengan

Demensia Di Sentra Pangudi Luhur Bekasi Tahun 2022.


3

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada Oma.D

dengan Demensia di sentra pangudi luhur bekasi.

2. Tujuan Khusus

Adapun Tujuan Khusus Penulisan Ini Adalah:

a. Mampu Melaksanakan Pengkajian Pada Pasien Demensia Di Sentra

Pangudi Luhur Bekasi.

b. Mampu Merumuskan Masalah Keperawatan Pada Pasien Demensia

Di Sentra Pangudi Luhur Bekasi.

c. Mampu Merencanakan Intervensi Pada Pasien Demensia Di Sentra

Pangudi Luhur Bekasi.

d. Mampu Melaksanakan Implementasi Pada Pasien Demensia Di

Sentra Pangudi Luhur Bekasi.

e. Mampu Melaksanakan Evaluasi Pada Pasien Demensia Di Sentra

Pangudi Luhur Bekasi.

f. Mampu Mengidentifikasi Kesenjangan Yang Terdapat Pada Teori

Dan Kasus Pada Pasien Demensia Di Sentra Pangudi Luhur Bekasi.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian lanjut usia

Dalam buku pendidikan keperawatan gerontik menuliskan tentang

pengertian lansia yang diungkapkan oleh (Abdul Muhith, 2016) lansia

merupakan individu yang beruisa diatas 60 tahun, pada umumnya

memiliki tanda-tanda terjadinya penuruan fungsi-fungsi biologis,

psikologis, sosial dan ekonomi.

Lansia merupakan seseorang yang telah memiliki usia > 60 tahun. Lansia

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memiliki tahapan

akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini

akan terjadi suatu proses yang disebut Aging process atau proses penuaan

(Abdul Muhith, 2016).

2. Batasan Usia Lanjut

Dalam buku pendidikan keperawatan gerontik menuliskan tantang

batasan umur pada usia lanjut yang diungkapkan oleh (Abdul Muhith,

2016) batasan usia lanjut pada lansia yaitu meliputi :

a. Lanjut usia (Eldery) anatara usia 60-70 tahun

b. Lanjut usia (Old) anatara usia 75-89 tahun

c. Usia sangat tua (Very old) diatas usia >90 tahun

Sedangkan batasan umur usia lanjut menurut Departemen Kesehatan RI

meliputi:

4
5

a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45 sampai 59

tahun.

b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi, seseorang uang berusia 70 tahun atau lebih, atau

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Dalam buku ajar keperawatan gerontik menuliskan tentang macam-

macam tipe lansia yang diungkapkan oleh (Sofia Rhosma Dewi,

S.Kep., 2014), macam- macam tipe lansia diantaranya meliputi :

a. Tipe arif bijaksana

Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, berikap ramah,

rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan

menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan

kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman

pergaulan, serta memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, mementang

proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan,


6

kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman

yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,

menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.

d. Tipe pasrah

Lansia yang selalau menerima dan menunggu nasib baik,

mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, melakukan berbagai

jenis pekerjaan.

e. Tipe bingung

Lansia yang sering kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan

diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

3. Teori-teori Proses Menua

Dalam buku ajar keperawatan gerontik menuliskan tantang teori-teori

proses menua yang diungkap kan oleh (Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.,

2014) Teori-teori menua meliputi:

a. Teori Biologis

Teori biologis adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan dan

organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,

persebaran dan takosonominya. Ada beberapa macam teori

biologis, diantaranya sebagai berikut:

Menurut (Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., 2014) mengemukakan

berbagai teori tentang proses penuaan, antara lain :

1) Teori Biologis

a) Teori Genetik
7

Teori ini menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam

biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses

penuaan. Teori genetik mengakui adanya mutasi somatik

yang mengakibatkan kegagalan pengadaan deoxyribonucleic

acid (DNA).

a) Teori Non Genetik

Teori ini terbagi lagi dalam beberapa teori :

a. Teori Radikal Bebas

1) Teori Genetik dan (Samatic Mutatie Theary)

Radikal bebas yang terdapat di lingkungan

mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan

kolagen pada proses penuaan

b. Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Molekul

kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan

dan mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku

pada proses penuaan.

c. Teori Kekebalan Perubahan pada jaringan limpoid

mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam

sel T sehingga produksi antibodi dan kekebalan

menurun.

d. Teori Menua Akibat Metabolisme Pengurangan

asupan kalori dapat memperpanjang umur,

sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan kegemukan dapat memperpendek


8

umur.

e. Teori Fisiologis Terdiri dari teori oksidasi stres

(penyebab terjadinya stress oksidasi adalah

penyakit degenerasi basal ganglion yang

menyebabkan terjadinya toksin dan menyebabkan

kematian dan pada usia dewasa terjadi fase

disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering

dipakai, bila tidak ada proses penggantian sel,

proses tersebut akan diakhiri dengan kematian).

b) Teori Sosiologis

a. Teori Interaksi Sosial

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan

statussosial nya berdasarkan kemampuan

bersosialisasi.

b. Teori Aktivitas

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif

dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut

usia akan merasakan

puas apabila dapat melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas selama mungkin.

c. Teori Kepribadian Berlanjut

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan

dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman


9

hidup seseorang pada suatu saat merupakan

gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia.

d. Teori Pembebasan/ Penarikan Diri

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya

lanjut usia maka lansia secara berangsur - angsur

mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya

atau menarik diri dari pergaulan sekitar. Keadaan

ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia

menurun. Menurut teori ini seorang lanjut usia

dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil

apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu

kemudian dapat memusatkan diri pada persoalan

pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi

kematiannya.

c) Teori Psikologis

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus

memelihara keaktifannya setelah menua Sense of integrity

yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai

tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang

sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan

pada cara hidup dari usia lanjut. Mempertahankan


10

hubungan antara sistem sosial dengan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian Berlanjut (Continulty Theory)

Menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang

yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality

yang dimilikinya.

3) Teori Pembahasan (Didengagement Theory)

Putusnya pergualan atau hubungan dengan masyarakat dan

kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori ini

menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan

sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas

sehingga sering terjadi anda kehilangan (tripleloss), yakni:

kehilangan peran (lossofrole), hambatan kontak sosial

(restriction of contacts and relationships), berkurangnya

komitmen (reduced commitment to social moes and values)

4. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Dalam buku ajar keperawatan gerontik menuliskan tantang tugas

perkembangan lanjut usia yang diungkap kan oleh (Sofia Rhosma Dewi,

S.Kep., 2014) tugas perkembangan lanjut usia yaitu kesiapan lansia

untuk beradaptasi atau menyelesikan diri terhadap perkembangan usia

lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.


11

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnnya melakukan

kegiatan sehatri-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan

yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut ia

akan tetap melakukan kegiatan yang bisa ia lakukan pada tahap

perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobbi

bercocok tanaman,dll.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya

d. Mempersiapkan kedidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat

secara santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Dalam buku pendidikan keperawatan gerontik menuliskan tantang

perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yang diungkap kan oleh

(Abdul Muhith, 2016) perubahan-perubahan pada lansia,semakin

bertambahnya umur manusia. Terjadi proses penuaan secera degeneratif

yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan sosial dan

sexsual.

a. Perubahan Fisik
12

1) Sistem indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)

oleh karena itu hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada

telinga dalam,terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada

yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50

% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem integument

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastitas kering

dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi

tipis dan bercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula

sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat

pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem musculoskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan

penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang otot dan

sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,

kartilago dan jaringan peningkat mengalami perubahan menjadi

bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada

persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga

permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung

kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan

menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnnya

kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuan


13

fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih

lanjut akan mengakibatkan nyeri deformitas dan faktur. Otot:

perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervareasi,

penurunan jumlah dan ukuran serabut oto, peningkatan jaringan

penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek

negatif. Sendi: pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti

tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas

4) Sistem kardiovaskular

Perubahan pada sistem kardiovaskular pada lansia adalah massa

jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga

peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena

perubahan jaringan ikat. Perubahaan ini disebabkan oleh

penumpukan lipofusin. Klasifikasi SA Node dan jaringan

konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahaan jaringan ikat paru,

kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru

bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang, paru, udara

yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,

kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan

terganggu dan kemampuaan peregangan tiraks berkurang.

6) Pencernaan dan metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti

penururnan produkasi sebagai kemunduran fungasi yang nyata


14

karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar

menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) maka

mengecil dan menurunya tempat penyimpanan dan

berkurangnya aliran darah.

7) Sistem perkemihan

Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.

Banyak fungasi yang megalami kemunduran, contohnya laju

filtrasi, ekskresi, dan reabsorpasi oleh ginjal.

8) Sistem persarafan

Susuanan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penuruan

koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari.

9) Sistem reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya

ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki tentis

masih dapat memperodukasi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif

1) Memory (Daya ingat, ingatan)

2) IQ (Intellegent Quotirnt)

3) Kemampuan bekajar (Learning)

4) Kemampuan pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan masalah (Problem Solving)


15

6) Pengambilan keputusan (Decision Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Perfotmance)

9) Motivasi

c. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturuan (Hereditas)

5) Lingkungan

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul krbutaan dan kematian

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

8) Rangkaian dari kehilangan yaitu, kehilangan hubungan dengan

teman dam family

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri

d. Perubahan spiritual

Agam atau kepercayaan makin terintegritas dala kehidupannya.

Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal

ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan psikososial

1) Kesepian terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat

meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan,


16

seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan, metabolisme,

atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

2) Duka cita (Bereavement) meninggalnya pasangan hidup, teman

dekat, atau bahkan hewan kesayangan sapat meruntuhkan

pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat

memicu terjadinya gangguan fisik dan keshatan.

3) Depresi

Duaka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasan kosong,

lalu diikuti dengan keinginan untuk menangis yang berlanjuy

menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan

karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

4) Gangguan cemas

Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas

umum, gangguan stres setelah trauma dan gangguan obsesif

kompulasif, gangguan- gangguan tersebut merupakan kelanjutan

dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat

penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala

penghentian mendadak dari suatu obat.

5) Parafrenia

Suatu bentuk skizofenia pada lansia, ditandai dengan waham

(curiga), lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-

barangnya atau berniat membunuhnya. Buasanya terjadi pada

lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan

social.
17

6) Sindroma Diogenes

Suatu kelainan dimana lansia menunjukan penampilan perilaku


sangat mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena
lansia bermain-main dengan feses dan urinnya, sering menumpuk
barang dengan tidak teratur. Walapun telah dibersihkan, keadaan
tersebut dapat terulang kembali.

B. Konsep Dasar Penyakit Demensia


1. Pengertian
Demensia (Alzheimer) merupakan penyakit kronik, progresif, dan
merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi
memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. ( Suddart, &
Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat
disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas
penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala
Dewi, dkk, 2008 )

Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan,


yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi :
konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan
gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan
gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun
(Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003).

Alzheimer merupakan penyakit degenerasi neuron kolinergik yang


merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang
berusia 65 tahun ke atas. Penyakit Alzheimer ditandai dengan hilangnya
ingatan dan fungsi kognitif secara progresif (Arif Mutaqqin, 2008).
18

2. Epidemiologi / Insiden kasus


Di Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi
berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun
menderita penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini
meningkat sampai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka
penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin bertambah banyak.
Insiden kasus alzheimer meningkat pesat sehingga menjadi epidemi di
Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan
penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali


dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup
wanita lebih lama dibandingkan laki-laki.

3. Etiologi Penyakit Demensia


Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang
telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,
infeksi flament, predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit
Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik
jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan
penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif
neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan
metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi
protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer adalah penyakit
genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor
non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan
hanya sebagai pencetus faktor genetika.
19

Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan


dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami
degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler,
kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau
terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit
alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut
terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.

4. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang
dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut
(masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis
(deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein
prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer
pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.

Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan


kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan
amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat
perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron.
Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.
Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan neurofibrilaris yaitu struktur
intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein
“tau”.

Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk


structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan
komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi
fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan
20

perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara
bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks
ganda yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya
system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali
tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron
yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan
Alzheimer.

Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-
beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan
dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP)
yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang
berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi
fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket
yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut
akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril
– fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini
beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta
menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler
dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin
rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia
dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak
21

PATHWAY

Faktor Genetik Infeksi Virus Lingkungan Imunologi Trauma Kelainan


Neurotransmiter

Kekusutan neurofibliar yang Hilangnya serat kolinergik


difus dan plak senilis dicortex Cerebelum

Atropi Otak Penurunan sel neuron kolinergik yang


berproyeksi di himogcapus & amigdala
Degenerasi Neuron Ireversible

Kelainan neurotransmiter

ALZHEIMER Asetilkolin ↓

↓ Daya Gg Kognitif Memori ↓ Gg Fungsi Perubahan Perubahan Kehilangan


Ingat bahasa intelektual perilaku neurologi
tonus otot

Penuunan Perilaku
Mudah Muncul gejala Perubahan Pola
Melakukan aneh,
Lupa neuropsikiatrik 1. Kehilangan Eliminasi
aktivitas memiliki
kemampuan
dorongan
menyelesaikan
melakukan
Perubahan nafsu masalah
kekerasan Koping individu
makan 2. Berpikir abstrak
3. Emosi labil, In Efektif
Deficit
Perawatan Diri pelupa, apatis,
Deficit Nutrisi loss memory Risiko Trauma
22

5. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak
menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit.erjadi pada usia 40-90
tahun.
a. Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
b. Tidak ada gangguan kesadaran.
c. Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
d. Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan
kelenjar tiroid.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
a. Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu
orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja
lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah
tetangganya.
b. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-
urutan menyiapkan makanan.
c. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata
yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang
sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa.
d. Disorientasi waktu dan tempat
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi
penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar
untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai
di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
e. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk
cuaca dingin atau sebaliknya.
23

f. Salah menempatkan barang


Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan dompet atau kunci.
Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat yang tidak
biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
g. Perubahan tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu ke waktu.
Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa
tanpa alasan yang dapat diterima.
h. Perubahan perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari biasanya, ia akan menjadi
mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau mudah
mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan
melakukan sesuatu.
i. Kehilangan inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari biasanya atau
tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya
(Yulfran, 2009).

6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai
berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan :
1) Atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital,
korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
2) Berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari
:
a) Neurofibrillary tangles (NFT): Merupakan sitoplasma neuronal yang
terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein
24

neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan


beratnya demensia.
b) Senile plaque (SP): Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat
degenerasi nerve ending yang berisi filamen-filamen abnormal, serat
amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia. Amiloid prekusor protein
yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan kromosom 21.
Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala,
hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks
motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan
auditorik. Senile plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer.
densitas Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik.
Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan
gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
c) Degenerasi neuron: Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan
kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat selektif. Kematian
neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron piramidal
lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus,
amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe
nukleus dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik
terutama pada nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik
terutama pada lokus seruleus serta sel serotogenik pada nukleus
raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah ditemukan faktor
pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi pada
lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
d) Perubahan vakuoler: Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang
berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini
berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP ,
perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial,
amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis,
parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak
e) Lewy body: Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang
banyak terdapat pada enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan
25

amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis, temporal, parietalis,


oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan immunoreaktivitas
yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran
histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy
body merupakan variant dari penyakit alzheimer.

b. Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau
tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara
rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan
pengertian berbahasa.
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik
yang penting karena :
a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan
yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit
selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan
gangguan psikiatri
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang
diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.

c. CT Scan dan MRI


Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat
kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer
antemortem, berfungsi untuk:
1) Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya
selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi
26

kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan


gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
2) Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel
berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan hasil pemeriksaan
status mini mental

d. MRI
Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler
(Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan
predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal,
gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan
fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit
alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran
(atropi) dari hipokampus.

e. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.
Sedang pada penyakit alzheimer didapatka perubahan gelombang
lambat pada lobus frontalis yang non spesifik

f. PET (Positron Emission Tomography) dan SPECT (Single Photon


Emission Computed Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan :
1) penurunan aliran darah
2) metabolisme O2
3) glukosa didaerah serebral
4) Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan
defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak
digunakan secara rutin.
27

g. Laboratorium Darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita
alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan
penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12,
Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis,
skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)

7. Tindakan Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif
seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
a. Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat
digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil
(Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan
apraksia selama pemberian berlangsung
ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan
penderita Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu
makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin
pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan
transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada
nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan
placebo selama periode yang sama.
3) Nootropik
28

Nootropik merupakan obat psikotropik.


Tujuan: memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi
pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak menunjukkan
perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin: Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer
dapat disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal.
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2
reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif

5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian
oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki
gejala tersebut.
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti
depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam
mitokondria dengan bantuan enzym ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin
asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi
kognitif (Yulfran, 2009)
29

8. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer,
yaitu: usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang
terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang
elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih
hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil
penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit
Alzheimer, di antaranya yaitu :
a. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok
maupun mengkonsumsi alkohol.
b. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan
buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat
radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
c. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih
jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap
aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
9. Prognosis

Dari pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai


prognostik tergantung pada 3 faktor yaitu :

a. Derajat beratnya penyakit

b. Variabilitas gambaran klinis

c. Perbedaan individual seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin

Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita alzheimer.

Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata


4-10 tahun sesudah diagnosis. Biasanya meninggal dunia akibat infeksi
sekunder.
30

10. Komplikasi

a. Infeksi

b. Malnutrisi

c. Kematian

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Anamnesa
Adapun pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi,
ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/
mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal
yang telah biasa yang dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.

b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode
emboli (merupakan factor predisposisi).

c. Pengkajian psikososial
1) Sosialisasi lansia pada saat sekarang.
Pada umumnya lansia dengan alzheimer memiliki sosialisasi yang
menurun dikarenakan fungsi kognitif yang melemah dan
memunculkan prilaku, tanda-tanda tidak menyenangkan dalam
sosialisasi.
2) Sikap pada orang lain
31

Sikap lansia dengan alzheimer biasanya berubah menjadi buruk,


gangguan kognitif, binggung serta mengingat menyebabkan sikap
curiga, bermusuhan dan prilaku tidak tepat yang lebih sering.

3) Harapan dalam melakukan sosialisasi


d. Masalah emosional/ Integritas ego dengan Deppresion Scale
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan
persepsi terhadap lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan
orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah
penempatannya telah dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh
dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak
mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin juga tangan membuka
buku namun tanpa membacanya) , sering khawatir, menunjukakan
kegelisahan, kecendrungan mengurung diri, menyatakan banyak pikiran
atau ada masalah keluarga.

e. Pengkajian spiritual
1) Kegiatan keagamaan, mungkin akan terlihat berubah pada lansia.
Lansia akan cenderung mendalami spiritual keagamaannya, namun
terkadang berlebihan karena terjadinya disorientasi waktu.
2) Konsep/keyakinan klien tentang kematiann.
Lansia umumnya cenderung pasrah dan menyerahkan semuanya kepada
Tuhan tentang kematiannya.
3) Harapan klien
f. Pengkajian Fungsional lansia dengan Indeks Katz atau Modifikasi Dari
Barthel Indeks.penhgkajian uini berfungsi menilai kemampuan lansia
dalam melakukan ADL
1) Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi
dengan diare.
32

2) Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor
predisposisi) perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan
berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak
makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan
tampak semakin kurus (tahap lanjut).
3) Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar
mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan
kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:
tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.

g. Status mental dengan SPSMQ dan MMSE SPSMQ


No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa sekarang?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini?
4 Alamat anda
5 Berapa umur anda
6 Kapan anda lahir (minimal tahun)
7 Siapa nama presiden sekarang
8 Siapa nama presiden sebelumnya
9 Siapa nama ibu anda
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun
33

Kesimpulan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

Pada klien dengan Alzheimer biasanya memiliki hasil SPSMQ dari


kerusakan intelektual ringan hingga kerusakan intelektual berat, tergantung
keparahan kerusakan otak.
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
kognitif maksimal klien
klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:
tahun/musim/tanggal/hari/bulan
2 Orientasi 5 Dimana anda sekarang?
Negara Indo/provinsi/kota/panti
werda/wisma
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 objek (oleh
pemeriksa) 1detik utk
mengatakan masing2 objek,
kemudian tanyakan kepada klien
ketiga objek tadi (utk
disebutkan)
4 Perhatian 5 Minta klien utk memulai dari
dan angka 100 kemudian dikurangi 7
kalkulasi sampai 5 kali (93, 86,79,72,65)
5 Mengingat 3 Minta klien utk mengulangi
ketiga objek pada no 2
(registrasi) tadi, bila benar 1
point utk masing2 objek
6 Bahasa 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
34

pada klien (misal jam tangan


atau pensil)
Minta kepada klien utk
mengulang kata berikut “tdk ada,
jika, dan, atau,tetapi” bila benar
nilai 2 point. Bila pertanyaan
benar 2-3 buah, misal : tidak ada,
tetapi maka nilai 1 point.
Minta klien utk mengikuti
perintah berikut yg tdd 3
langkah: “ambil kertas di tangan
anda, lipat dua dan taruh di
lantai”
Ambil kertas
Lipat dua
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien utk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point).
Tutup mata anda
Perintahkan pada klien utk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar.
Tulis satu kalimant
Menyalin gambar

Total nilai
Kesimpulan MMSE:
> 23 : aspek koqnitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
35

Gejala : Pengingkayan terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,


dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing
atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif,
mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku
(diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh
atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral
vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic
( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat
sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan
kata- kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau
percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal,
atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan
menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus).

h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain

i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh
personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.

2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran
sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan
36

a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas,
aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
nafas.
1) Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot
Bantu nafas.
2) Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
3) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
4) Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi,
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.

b. B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.

c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pengkajian pada sistem lainnya.
1) Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran:Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga
bergantung pada perubahan status kognitif klien.
3) Pengkajian fungsi serebral
a) Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b) Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial
I-XII :
· Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman
37

· Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan
keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan
ketajaman penglihatan
· Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
· Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
· Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
· Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis
serta penurunan aliran darah regional
· Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif
· Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
· Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada vasikulasi dan indera pengecapan normal
c) Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan
pada fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan
mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan
ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
d) Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks
postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan
dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat
menyebabkan klien sering jatuh.
e) Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada
merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum.
38

3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron
iriversibel
b. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus
temporal atau frontal sekunder akibat penyakit Alzheimer.
e. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan komunikasi
sekunder akibat penyakit mental kronis.
f. Perubahan pola tidur berhubungan dengan Perubahan lingkungan, tekanan
psikologis, kerusakan neurologis, perubahan aktivitas
g. Inkontinensia berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis / tonus
otot.
h. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan kemampuan ADL, faktor psikologis.
i. Kurang pengetahuan klien dan keluarga berhubungan dengan keterbatasan
kognitif, daya ingat.
39

4. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Perubahan proses pikir Setelah diberikan askep Mandiri Mandiri
berhubungan dengan selama …x24 jam diharapkan 1. Kaji derajat gangguan 1. Memberikan dasar untuk
degeneration neuron gangguan proses pikir tidak kognitif, seperti perubahan evaluasi/perbandingan yang akan
iriversibel. bertambah buruk, dengan out orientasi terhadap orang, datang dan mempengaruhi pilihan
come : tempat waktu, rentang terhadap intervensi.
1. Klien mampu perhatian dan kemampuan 2. Keramaian biasanya merupakan
menginterpretasikan berpikir sensori yang berlebihan yang
stimulus sedikit demi 2. Pertahankan lingkungan meningkatkan gangguan neuron
sedikit yang menyenangkan dan 3. Pendekatan yang terburu-buru dapat
2. Klien mampu tenang. mengancam pasien bingung yang
mengakomodasikan 3. Lakukan pendekatan dengan mengalami kesalahan persepsi.
sedikit demi sedikit suatu cara perlahan dan tenang. 4. Menimbulkan perhatian, terutama
ide/perintah 4. Tatap wajah ketika pada orang-orang dengan gangguan
3. Klien mampu mengenali bercakap-cakap dengan perceptual
orang-orang terdekatnya, pasien 5. Sesuai dengan berkembangnya
seperti nama 5. Ajarkan klien dalam penyakit, pusat komunikasi dalam
keluarganya. mengingat tempat, dan otak mungkin saja terganggu.
4. Klien mampu mengenali bendan. Gunakan kata-kata
tempat-tempat yang pendek dan kalimat
40

disekitarnya, seperti yang sederhana dan berikan 6. Keluarga memiliki pera penting
alamat rumah. instruksi sederhana. Ulangi komunikasi serta pemulihan klien.
5. Klien ampu mengenali instruksi tersebut sesuai
waktu seperti pagi, siang, dengan kebutuhan.
dan malam. 6. Ajarkan dan
libatkan keluarga dalam
perawatan klien

Kolaborasi Kolaborasi

1. Antisiklotik, seperti 1. Dapat digunakan untuk mengontrol

halopiridol (Haldol) ; agitasi, halusinasi.

tioridazin (Mallril) 2. Dapat meningkatkan kesadaran

2. Vasodilator, seperti mental tetapi memerlukan penelitian

siklandelat (Cyclospasmol) lebih lanjut.


3. 3. Lebih bermanfaat pada fase awal
3. Agen ansiolitik, seperti
diazepam, lorazepam, dan/atau fase sedang untuk

oksazepam menghilangkan kecemasan

2 Risiko cedera Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


41

berhubungan dengan keperawatan selama ....x 24 1. Awasi klien secara ketat 1. Untuk mengkaji keamanan klien.
kerusakan fungsi jam, diharapkan klien tidak selama beberapa malam 2. Untuk menghindarkan risiko cedera
memori. mengalami cedera dengan pertama. akbat suasana gelap. 3. Untuk
kriteria hasil: 2. Anjurkan individu untuk menghindari risiko cedera/terpapar
1. Klien dapat meminta bantuan selama benda-benda berbahaya.
meningkatkan tingkat malam hari. 3. Untuk menghindari terpleset di
aktivitas 3. Singkirkan benda-benda kamar mandi.
2. Klien dapat beradaptasi berbahaya dari klien. 4. Untuk memudahkan klien
dengan lingkungan menginstruksikan keadaan bahaya
4. Pasang pegangan tangan di pada dirinya.
kamar mandi.
5. Pertimbangkan penggunaan
sistem alarm.

3 Defisit perawatan diri Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


berhubungan dengan keperawatan selama ...x 24 1. Identifikasi kesulitan 1. Memahami penyebab yang
deficit kognitif. jam, diharapkan terdapat berpakaian/perawatan diri, mempengaruhi pilihan intervensi/
perilaku peningkatan dalam seperti keterbatasan fisik; strategi
pemenuhan perawatan diri apatis/depresi atau
dengan kriteria hasil : temperatur ruangan.
1. klien tampak bersih dan 2. Identifikasi kebutuhan akan 2. Sesuai dengan perkembangan
42

segar kebersihan diri dan berikan penyakit, kebutuhan akan


bantuan sesuai kebutuhan kebersihan dasar mungkin
dengan perawatan dilupakan.
rambut/kuku/kulit, 3. Mempertahankan kebutuhan rutin
bersihkan kacamata dan dapat mencegah kebingungan yang
gosok gigi. semakin memburuk dan
3. Gabungkan kegiatan sehari- meningkatkan partisipasi pasien.
hari kedalam jadwal 4. Membantu dalam mengantisipasi
aktivitas jika mungkin. dan merencanakan pertemuan
kebutuhan individual.
4. Kaji kemampuan dan tingkat 5. Klien akan mampu melakukan
itaspenurunan kemampuan aktivitas sendiri untuk memenuhi
ADL dalam skala 0 – 4. perawatan dirinya.
5. Rencanakan tindakan untuk 6. Ketidakmampuanberkomunikasi
defisit motorik seperti dengan perawat dapat menimbulkan
tempatkan makanan dan masalah pengososngan kandung
peralatan di dekat klien agar kemih oleh karena masalah
mampu sendiri neurogenik.
mengambilnya. 7. Meningkatkan latihan dan
6. aji kemampuan komnikasi mencegah terjadinya konstipasi
untuk BAK. Kemampuan
menggunakan urinal pispot. 8. Pengetahuan untuk meminimalkan
43

Antarkan ke kamar mandi risiko infeksi.


bila kondisi memungkinkan. 9. Meningkatkanlatihan dan menolong
7. Identifikasi kebiasaan BAB. mencegah konstip
anjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas. Kolaborasi :
8. Berikan informasi kepada 1. Pertolongan utama terhadap fungsi
klien dan keluarga mengenai bowell atau BAB
pentingnya kebutuhan akan 2. Untuk mengembangkan terapi dan
kebersihan diri. melengkapi kebutuhan khusus.

Kolaborasi :
1. Pemberian suppositoria dan
pelumas faeces / pencahar.
2. Konsul ke dokter terapi
okupasi.

4 Kerusakan komunikasi Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


verbal berhubungan keperawatan selama ... x 24 1. Kaji kemampuan klien 1. Untuk menentukan tingkat
dengan iskemia lobus jam, diharapkan klien tidak untuk berkomunikasi. kemampuan klien dalam
44

temporal atau frontal mengalami hambatan 2. Menentukan cara-cara berkomunikasi.


sekunder akibat penyakit komunikasi verbal dengan berkomunikasi seperti 2. Untuk membantu proses
Alzheimer. kriteria hasil : mempertahankan kontak berkomunikasi dengan klien, dan
· Membuat mata, pertanyaan dengan agar tidak terjadi miskomunikasi.
teknik/metode komunikasi jawaban ya atau tidak, 3. Untuk memudahkan klien dalam
yang dapat dimengerti menggunakan kertas dan memanggil perawat saat
sesuai kebutuhan dan pensil/bolpoint, gambar, membutuhkan bantuan.
meningkatkan kemampuan atau papan tulis; bahasa 4. Memberikan terapi bicara pada
berkomunikasi isyarat, penjelas arti dari klien.
komunikasi yang
disampaikan.
3. Letakkan bel/lampu
panggilan di tempat mudah
dijangkau dan berikan
penjelasan cara
menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan
segera. Penuhi kebutuhan
klien. Katakan kepada klien
bahwa perawat siap
membantu jika dibutuhkan.
45

4. Kolaborasi dengan ahli


wicara bahasa.
5 Kerusakan interaksi Setelah diberikan Asuhan Mandiri Mandiri
sosial berhubungan Keperawatan selama ….x24 1. Beri individu hubungan 1. Agar individu terstimulasi untuk
dengan hambatan jam, diharapkan kliem mampu suportif. melakukan interaksi social.
komunikasi sekunder melakukan interaksi sosial, 2. Bantu mengidentifikasi 2. Agar klien mampu mengidentifikasi
akibat penyakit mental dengan criteria hasil : alternative tindakan. tindakan yang baik.
kronis. 1. klien mampu berinteraksi 3. Bantu menganalisis 3. Agar klien mampu melakukan
dengan orang disekitarnya pendekatan yang berfungsi interaksi dengan orang lain dengan
dengan baik. paling baik. baik.
2. klien tidak memiliki rasa 4. Gunakan pertanyaan dan 4. Untuk merangsang klien untuk
bermusuhan/menyerang observasi untuk mendorong menjawab pertanyaan perawat
orang. individu dengan secara tidak langsung menstimulasi
keterbatasan keterampilan klien untuk berinteraksi.
interaksi 5. Dukungan keluarga sangat
5. Bantu anggota keluarga membantu dalam melakukan
dalam memahami dan interaksi social.
memberi dukungan.

6 Perubahan pola tidur b.d Setelah diberikan asuhan Mandiri : Rasional :


perubahan lingkungan, keperawatan diharapkan 1. Berikan lingkungan yang 1. Hambatan kortikal pada informasi
46

tekanan perubahan pola tidur klien nyaman untuk meningkatkan reticular akan berkurang selama
psikologis,kerusakan dapat teratasi dengan kriteria tidur (mematikan lampu, tidur, meningkatkan respons
neurologis, perubahan hasil : ventilasi ruang adekuat, otomatik, karenanya respons
pola aktivitas 1. Tidak terjadi perubahan suhu yang sesuai. kardiovaskular terhadap suara
tingkah laku dan Menghindari kebisingan) meningkat selama tidur
penampilan (gelisah) 2. Anjurkan latihan saat siang 2. Aktivitas fisik dan mental yang
2. Mampu menciptakan pola hari dan turunkan aktivitas lama mengakibatkan kelelahan yang
tidur yang adekuat dengan mental/fisik pada sore hari dapat meningkatkan kebingungan ,
penurunan terhadap 3. Berikan makanan kecil sore aktivitas yang terprogram tanpa
pikiran yang melayang- hari, susu hangat, mandi, stimulasi berlebihan meningkatkan
layang (melamun) dan masase punggung waktu tidur.
3. Mampu menentukan 4. Turunkan jumlah minuman 3. Meningkatkan relaksasi dengan
penyebab tidur inadekuat sore hari. Lakukan berkemih perasaan mengantuk
sebelum tidur 4. Menurunkan kebutuhan akan
5. Anjurkan klien untuk bangun untuk berkemih selama
mendengarkan musik yang malam hari
lembut 5. Menurunkan stimulasi sensori
dengan menghambat suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan
menghambat tidur.
Kolaborasi :
47

1. Berikan obat sesuai indikasi


a. Antidepresi, seperti ;
Kolaborasi :
amitriptilin (elavil),
1. Efektif menangani pseudodemensia
doksepin (senequan),
atau depresi, meningkatkan
trasolon (desyrel)
kemampuan untuk tidur, tetapi
b. Oksazepam (serax),
antikolinergik dapat mencetuskan
triazolam (halcion)
bingung, memperburuk kognitif dan
2. Hindari penggunaan
efek samping hipotensi ortostatik
difenhidramin (benadryl)
2. Gunakan dengan hemat, hipnotik
dosis rendah efektif mengatasi
insomnia
3. Kontraindikasi karena
mempengaruhi produksi assetilkolin
yang sudah dihambat dalam otak.
48

7 Inkontinensia b.d Setelah diberikan asuhan Mandiri : Mandiri :


kehilangan fungsi keperawatan diharapkan 1. Letakkan tempat tidur dekat 1. Meningkatkan orientasi/penemuan
neurologis/ tonus otot inkontinensia dapat teratasi dengan kamar mandi jika kamar mandi dan mencegah cedera
dengan kriteria hasil : memungkinkan, buatkan 2. Menstimulasi kesadaran klien,
1. Mampu menciptakan tanda/pintu khusus. Berikan meningkatkan pengaturan fungsi
pola eliminasi yang cahaya yang cukup tubuh dan membantu menghindari
adekuat/ sesuai 2. Buat program latihan kecelakaan
kandung kemih, tingkatkan 3. Menurunkan risiko dehidrasi.
partisipasi klien sesuai Pembatasan minum pada sore
tingkat kemampuannya menjelang malam hari menurunkan
3. Anjurkan minum adekuat seringnya berkemih/inkontinensia
selama siang hari (minimal 2 selama malam hari
liter sesuai toleransi), batasi 4. Pendeteksian suatu perubahan
minum saat menjelang memberikan kesempatan untuk
malam dan waktu tidur mengubah intervensi, mencegah
4. Pantau warna urine, komplikasi/ penanganan sesuai
konsistensi dengan kebutuhan
5. Ajarkan dan dukung klien 5. Meminimalkan inkontinensia.
melakukan senam otot
system urinari secara
49

berkala
8 Risiko perubahan nutrisi Setelah diberikan asuhan Mandiri : Mandiri :
kurang dari kebutuhan keperawatan diharapkan tidak 1. Kaji pengetahuan 1. Identifikasi kebutuhan untuk
tubuh b.d perubahan terjadi perubahan nutrisi klien/keluarga mengenai membantu perencanaan pendidikan
diet/ pemasukan kurang dari kebutuhan dengan kebutuhan makan 2. Klien tidak mampu menentukan
makanan menurun kriteria hasil : 2. Usahakan/ berikan bantuan pilihan kebutuhan nutrisi
1. Klien mendapat diet dalam memilih menu 3. Makan makanan kecil
nutrisi yang seimbang 3. Berikan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai
2. Mempertahankan/ setiap jam sesuai kebutuhan 4. Makan panas mengakibatkan mulut
mendapat kembali BB 4. Hindari makanan yang terbakar atau menolak untuk makan
yang sesuai terlalu panas
3. Klien dapat mengubah
pola asupan yang benar Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Rujuk atau konsultasikan 1. Bantuan diperlukan untuk
dengan ahli gizi mengembangkan keseimbangan diet
dan menemukan kebutuhan / makan
yang disukai
50

5. Evaluasi

No. Dx Diagnosa Keperawatan Evaluasi

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration Proses pikir klien tidak bertambah buruk
neuron iriversibel.

2. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi Tidak terjadi cedera.


memori.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit Defisit perawatan diri teratasi
kognitif.

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal
iskemia lobus temporal atau frontal sekunder akibat
penyakit Alzheimer.

5. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan Kerusakan interaksi sosial teratasi
komunikasi sekunder akibat penyakit mental kronis.
51

6 Perubahan pola tidur b.d perubahan lingkungan, tekanan perubahan pola tidur klien dapat teratasi
psikologis,kerusakan neurologis, perubahan pola aktivitas

7 Inkontinensia b.d kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot inkontinensia dapat teratasi

8 Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat.
perubahan diet/ pemasukan makanan menurun

9 Kurang pengetahuan klien dan keluarga berhubungan klien dan keluarga dapat memahami penyakit serta perawatan klien.
dengan keterbatasan kognitif, daya ingat.
52

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama : Oma D
b. Tempat/tanggal Lahir : Cirebon, 18 April 1932
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Single Perent
e. Agama : Islam
f. Suku : Sunda
g. Tangga masuk PSTW : 14 april 2020
h. Tanggal Pengkajian : 18 mei 2022

2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja


b. Pekerjaan sebelum nya : Ibu Rumah Tangga
c. Sumber pendapatan : Dari panti
d. Kecukupan Pendapatan :-

3. Lingkungan Dan Tempat Tinggal


Kebersihan dan kerapihan ruangan klien. cukup bersih tidak terdapat lawa-
lawa, tetapi bagian kerapihan ruangan terlihat kurang rapih, masih banyak
barang-barang yang disimpan dibawah tempat tidur sehingga terlihat
sumpek. Penerangan ventilasi dikamar terlihat terang. Sirkulasi udara di
dalam kamar klien cukup baik, Keadaan kamar mandi dan WC menjadi
satu dalam sebuah ruangan, kamar mandi dan WC cukup bersih.
Pembuangan air kotor melalui septic tank
Sumber air minum adalah air isi ulang. Pembuangan sampah klien dengan
cara menampung sampah di tong sampah.
53

4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat ini
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir, klien mengatakan sakit lambung
gejala yang dirasakan satu tahun terakhir yaitu mengalami pusing
kepala serta mata terasa berkunang-kunang dan saat di periksa tensi
Klien TTV: 100/70 mmHg. Gejala yang dirasakan klien sering
mengeluh pusing kepala, klien klien sering lupa makan. Timbulnya
keluhan, klien mengatakan timbulnya keluhan secara mendadak. Upaya
mengatasi, minum obat rutin dan beristirahat.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu

1. Penyakit yang diderita : Sakit Lambung sejak 2 tahun yang


lalu
2. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, dan debu) : tidak
mempunyai riwayat alergi seperti ( obat, makanan,binatang, dan
debu)
3. Riwayat kecelakan, : Tidak mempunyai riwayat
kecelakanan
4. Riwayat pernah dirawat di RS : Tidak pernah di rawat di rumah
sakit.
5. Riwayat pemakaian obat : Novamag Tablet
c. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum
Keadaan umum klien composmentis
b. TTV
Tekanan darah klien 100/70 mmHg, Suhu klien 36,5 0c, Nadi klien
80x/menit, dan Respirasi klien 20x/menit
c. BB/TB
IMT: 1,55x1,55=2,402
50:2,402= 20,8 Normal
54

d. Kepala
Bentuk kepala klien mesosefal, dan tidak terdapat bekas luka atau
jahitan dibagian kepala. Rambut klien sebagian berwarna putih
(uban),bersih, dan tidak rontok. Kedua mata klien tidak anemis,
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, dan fungsi penglihatan
klien menurun dan memakai kacamata minum. Telinga klien simetris
kiri dan kanan, bersih, eritema negatif dan fungsi pendengaran dalam
batas normal. Bentuk mulut dan tenggorokan simetris, mukosa
lembab, kesulitan menelan negatif dan tidak terdapat peradangan
dalam tenggorokan. warna rambut memutih/ beruban, keadaan
rambut rontok, kulit kepala kotor dan bau.

e. Payudara
Letak payudara klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat benjolan
dan tidak ada keluhan.
f. Sistem pernafasan
Pergerakan dada klien simetris, tidak terdapat dispea, ronki negatif,
dan wheezing negatif. Bunyi jantung dalam batas normal, sianosis
pada bibir negatif, CRT <3 detik, meningkatnya retensi pembuluh
darah perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Tidak
ada pembengkakan vena jugularis.
g. Sistem gastrointestinal
Nyeri tekan negatif, anoreksia negatif dan tidak mengalami
pengecilan lambung.
h. Sistem perkemihan
Tidak ada Nyeri tekan pada kandung kemih negatif, BAB1x/hari,
BAK 6-7hari

i. Sistem genitoreproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan.

j. Sistem muskuloskeletal
Otot kaku
kekuatan otot 4,4|4,4
55

Postur tubuh : Lordosis

Rentang gerak : Terbatas

Tremor : Tidak

Edema kaki : Tidak

Penggunaan alat bantu : Ya

Tidak terdapat kelainan pada sistem muskuloskeletal

k. Sistem saraf pusat


Tidak ada kelainan pada sistem saraf pusat
l. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun, klien sudah mengalami monopouse

m. Integumen
Kebersihan kulit baik, warna pucat, kelembaban kulit kering,turgo
kulit tidak elastis tidak ada gangguan pada kulit.

5. Pengkajian Pisikososial dan Spiritual

a. Pisikososial
Oma D. masih sering bertegur sapa dengan teman teman di panti.
Sikap oma D sangatlah ramah. Oma D merasa senang bersosialisasi
dan suka mengikuti berbagai kegiatan di panti dan berharap dapat
terus bersosialisasi bersama orang orang di sekitar panti
b. Identitas masalah emosional
1) Oma D. mengeluh sukar tidur, gelisah, dan sering merasa was-
was atau khawatir.
2) Oma S. mengalami keluhan lebih dari 2 tahun dan mengeluh
banyak pikiran.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Oma D. Emosional
positif.
56

c. Spiritual
Oma D. beragama islam , klien sholat di kamar panti ketika sedang
kambuh sakit lambung atau pusing dia hanya di tempat tidur saja.
Oma D mengatakan kematian itu di atur oleh Allah, berharap
ditempatkan di tempat yang baik dan meninggal dengan keadaan
khusnul khotimah.

6. Pengkajian Fungsional Klien


a. KARTZ Indeks

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1. Mandi
Mandiri:
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi (seperti punggung atau
ekstermitas yang tidak mampu)
atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk dan √
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri
2. Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat √
pakaian
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau Sebagian
3. Ke kamar kecil
57

Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar
kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan √
menggunakan pispot

4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat
tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri √
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun
dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri:
BAB dan BAK seluruhnya
terkontrol sendiri
Bergantung: √
Inkontinensia parsial atau total;
pengginaan kateter, pispot,
pembalut/pempers
6. Makan
Mandiri:
Mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya sendiri
Bergantung : √
58

Bantuan dalam hal mengambil


makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan melalui
parenteral (NGT)

7. Modifikasi dari barthel indeks

No. Kriteria Dengan Mandiri Keterangan


Bantuan
1 Makan 5 10 Frekuesi : 3x/hari
√ Jumlah : 1 porsi
tidak habis
Jenis : nasi
putih, lauk pauk
dan buah
2 Minum 5 10 Frekuensi: sering
√ Jumlah : sering
Jenis : air
putih
3 Berpindah dari 5 – 10 15 Oma D tidak memakai
kursi roda ke √ kursi roda
tempat tidur dan
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi : 5x/hari
muka, menyisir √ untuk berwudhu
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10 Oma D sering keluar
(membuka pakaian, √ masuk toilet untuk
menyeka tubuh, menyeka tubuh
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi : 2x/hari
59

7 Jalan di permukaan 0 5 Oma D berjalan sendiri


datar √ dengan menggunakan
alat bantu berjalan
8 Naik turun tangga 5 10 Oma D naik turun
√ tangga tanpa bantuan

9 Mengenakan 5 10 Oma D mengenakan


pakaian √ pakaian secara mandiri

10 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi : lembek


(BAB) √
Konsistensi : kuning
kecoklatan
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi : jernih
(BAK) √
Warna : kuning

12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
√ 5x/minggu

Jenis : senam Lansia


13 Rekreasi/ 5 10 Jenis : mengobrol
pemanfaatan waktu √
luang

Keterangan :

Didapatkan skor 115 dengan kategori Oma D sangat tergantung


melakukan aktivitas dengan bantuan
60

8. Pengkajian Status Mental Gerontik

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama Ibu Anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara menurun.

Penilaian:

0-2 kesalahan : baik

3-4 kesalahan : demensia ringan

5-7 kesalahan : demensia sedang

8-10 kesalahan: demensia berat

Keterangan : Oma D mengalami demensia sedang

9. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan


menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

No. Aspek Nilai Nilai Kriteria


kongnitif maks klien
Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :

◘ Tahun
61

◘ Musim

◘ Tanggal

◘ Hari

◘ Bulan
Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang berada?

◘ Negara Indonesia

◘ Propinsi Jawa Barat

◘ Kabupaten Bekasi

◘ Kecamatan Ciracas

◘ Desa kelapa dua wetan


Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi.
(Untuk disebutkan)
◘ Meja (√)

◘ Jam tangan (√)

◘ Buku (√)
Perhatian 5 3 Minta klien mengeja 5
dan kata dari belakang, misal
kalkulasi “BAPAK”
 K

 A

 P

 A

 B
62

Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi


ketiga obyek pada No.2
(registrasi) tadi. Bila benar, 1
poin untuk masing-masing
obyek.
◘ Meja (√)

◘ Jam Tangan (√)

◘ Buku (√)
Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien.
◘ (lemari ) (√)

◘ (kursi ) (√)
Minta klien untuk mengulang kata
1
berikut: “Tak ada jika, dan, atau,
tetapi.” Bila benar, nilai satu poin.
◘ Pernyataan
benar 2
buah:“ tetapi,
atau” (√)
2
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang tediri dari 3
langkah: Ambil kertas di tangan
anda, lipat dua, dan taruh di
lantai.”
◘ Ambil kertas di tangan anda
(√)
0
◘ Lipat dua (√)

◘ Taruh di lantai (√)


0
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
63

perintah nilai 1 point)


◘ “Tutup mata anda” (√)
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan menyalin
gambar.
◘ Tulis satu kalimat (X)
◘ Menyalin gambar (X)

TOTAL NILAI 30 18 Kerusakan kognitif sedang


Interprestasi hasil: aspek kognitif dan fungsi mental baik

10. Pengkajian Keseimbangan

1) Pengkajian keseimbangan dinilai dari dari dua


komponen utama dalam bergerak, dari kedua komponen
tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang perlu di
observasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut
adalah :

a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan


Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi di
bawah ini, dan 1 bila menunjukkan kondisi berikut
ini.
a. Bangun dari tempat duduk (dimasukkan
dalam analisis) dengan mata terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali
gerakan, akan tetapi lansia mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak
ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak
64

stabil pada saat berdiri pertama kali (0)


b. Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam
analisis) dengan mata terbuka Menjatuhkan
diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi (1)
c. Bangun dari tempat duduk (dimasukkan ke
dalam analisis) dengan mata tertutup
Tidak bangun dari tempat duduk dengan
sekali gerakan, akan tetapi lansia mendorong
tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak
ke bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak
stabil pada saat berdiri pertama kali (0)
d. Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam
analisis) dengan mata tertutup Menjatuhkan
diri ke kursi, tidak duduk ke tengah kursi
Keterangan : Kursi harus yang keras tanpa
lengan (0)
e. Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa
mendorong sternum sebanyak 3 kali dengan
hati-hati) dengan mata terbuka
Klien menggerakkan kaki, memegang objek
untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya. (1)
f. Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa
mendorong sternum sebanyak 3 kali dengan
hati-hati) dengan mata tertutup

Klien menggerakkan kaki, memegang objek


untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-
sisinya. (0)

g. Perputaran leher (klien sambil berdiri)


Menggerakkan kaki, menggenggam objek
untuk dukungan kaki; keluhan vertigo, pusing,
atau keadaan tidak stabil (0)
65

h. Gerakan menggapai sesuatu


Tidak mampu untuk menggapai sesuatu
dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara
berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan (0)
i. Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil
objek-objek kecil (misalnya pulpen) dari
lantai, memegang objek untuk bias berdiri
lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras
untuk bangun (1)
2) Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan kondisi
di bawah ini, atau beri nilai 1 jika klien menunjukkan
salah satu dari kondisi di bawah ini :
a. Minta klien untuk berjalan ke tempat yang
ditentukan Ragu-ragu, tersandung, memegang
objek untuk pegangan (0)
b. Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki
saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten
(menggeser atau menyeret kaki), mengangkat
kaki terlalu tinggi (> 5 cm) (0)
c. Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di
observasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak
konsisten, memulai mengangkat satu kaki
sementara kaki yang lain menyentuh lantai (1)
d. Kesimetrisan langkah (lebih baik di observasi
dari samping klien) Langkah tidak simetris,
terutama pada bagian yang sakit (1)
e. Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih
66

baik di observasi dari samping kiri klien)


Tidak berjalan dalam garis lurus,
bergelombang dari sisi ke sisi (0)
f. Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan
sempoyongan, bergoyang, memegang objek
untuk dukungan. (0)
10
Interpertasi hasil: 5
Didapatkan skor 5 dengan kategori oma S mengalami
resiko jatuh rendah

The timed up and go (tug) Test

No Langkah
1. Posisi klien duduk di kursi
2. Minta klien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali
ke kursi,

ukur waktu dalam detik


Interpretasi :
Didapatkan skor <20 detik dengan kategori oma S mengalami
jatuh sedang

11. Penilaian potensi dekubitus (Skor NORTON)

Nama Penderita : Oma D


Kondisi fisik umum : Compos Mentis
a. Baik 4
b. Lumyan 3
c. Buruk 2
d. Sangat buruk 1
Kesadaran :
67

a. Kompos mentis 4
b. Apatis 3
c. Sopor 2
d. Koma 1
Aktivitas :

a. Ambulan 4
b. Ambulan bantuan 3
c. Hanya bisa duduk 2
d. Tiduran 1
Inkontinen

a. Tidak 4
b. Kadang-kadang 3
c. Sering inkontinensia urin 2
d. Inkontinensia alvi dan urin 1
Interpretasi:

Didapatkan skor 15-20 dengan kategori Oma D mengalami kecil


sekali/ tak terjadi

12. Apgar Keluarga (klien tidak memiliki keluarga/sebatang kara)

Tidak
Selalau Kadang-kadang
No Item Penilaian pernah
(2) (1)
(0)
1. A: Adaptasi 0
Saya puasa bahwa
saya dapat kembali
pada keluarga karena
mereka akan
membantu saya pada
waktu saya
membutuhkan
68

pertolongan
2. P: Partnership 0
Saya puas dengan
cara keluarga
membicarakan
sesuatu dengan saya
mengungkapkan
masalah saya
3. G: Growth 0
Saya puas dengan
keluarga menerima
dan mendukung
keinginan saya dalam
melakukan aktivitas
4. A: Afek 0
Saya puas dengan
cara keluarga
merespon saat saya
emosi, seperti marah,
sedih ataupun jatuh
cinta
5. R: Resolve 0
Saya puas dengan
cara keluarga
menyediakan waktu
bersama-sama
untukmenyelesaikan
masalah

Jumlah 0
69

Interpestasi:
Nilai 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4-6 : Disfungsi keluarga sedang

13. Geriatric Depression Scale (GDS)

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan Tidak
kehidupan anda
2 Apakah anda telah Ya
meninggalkan banyak
kegiatan dan
minat/kesenangan anda
3 Apakah anda merasa Tidak
kehidupan anda kosong
4 Apakah anda sering merasa Ya
bosan

5 Apakah anda mempunyai Ya


semangat yang baik setiap
saat
6 Apakah anda mersa takut Tidak
sesuatu yang buruk akan
terjadi pada anda
7 Apakah anda merasa bahagia Tidak
untuk sebagian besar hidup
anda
8 Apakah anda sering merasa Ya
tidak berdaya
9 Apakah anda sering dirumah Tidak
dari pada pergi keluar dan
mengerjakan sesuatu hal yang
baru
70

10 Apakah anda mersa Ya


mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat anda
dibandingkan kebanyakan
orang
11 Apakah anda pikir kehidupan Tidak
anda saat ini menyenangkan
12 Apakah anda merasa tidak Tidak
berharga seperti perasaan
anda saat ini
13 Apakah anda merasa penuh Tidak
semangat

14 Apakah anda merasa bahwa Tidak


keadaan anda tidak ada
harapan
15 Apakah anda pikir bahwa Ya
orang lain, lebih baik
keadaanya dari pada anda
Kesimpulan : Skala Depresi Oma D (depresi sedang)

A. Resume Pengkajian
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Usia Gangguan
1. Klien mengatakan Memori
sering lupa Keruakan neuro fibrial
DO:
1. Pengkajian status Atropi otak
mental Oma D
mengalami Kelainan neuro
71

demensia sedang irreversible


2. Skala Depresi Oma
D (depresi sedang) Perubahan Persepsi
3. Interpretasi MMSE Memori
(Mini Mental Status
Exam) Oma D
Mengalami
Kerusakan kognitif
sedang
4. TTV :
TD:100/70
S: 36,7C
RR: 24x/m
N: 82 x/m
2 Ds : Usia Gangguan
1. Klien mengatakan badan Mobilitas Fisik
lemas Hilangnya serat-serat
2. Do : kolinergik di kotrex
1. Tangan dan kaki
kaku Penurunan sel neuron
2. Tonus otot 44|44 kolinergrik
3. Aktivitas klien
hanya ditempat Kelainan neuro
tidur saja tranmiter irreversible
4. Mandi, berpakaian
dibantu Kehilangan tonus otot

- Gangguan Mobilitas
Fisik

3 Ds : Usia Defisit
72

1. Klien mengatakan Perawatan Diri


mandi hanya 1 kali Hilangnya serat-serat
sehari kolinergik di kotrex

Do : Penurunan sel neuron


1. Klien terlihat kotor kolinergrik
dan tidak rapih
2. Mulut klien tercium Kelainan neuro
bau, terdapat carises tranmiter irreversible
gigi dan ompong
3. Tercium bau tidak Kehilangan tonus otot
sedap
Menurunnya
kemampuan
melakukan aktivitas

Defisit Perawatan Diri

4 Ds : Usia Resiko Jatuh


1. Klien mengatakan
berjalan Hilangnya serat-serat
menggunakan alat kolinergik di kotrex
bantu
Penurunan sel neuron
Do : kolinergrik
1. Skala resiko jatuh
sedang Kelainan neuro
2. Cara berjalan klien tranmiter irreversible
menggunakan alat
bantu Kehilangan tonus otot
73

Kelainan pada jaringan


ekstra articular

Miopati

Atrofi otot
Kelemahan pada fisik

Resiko jatuh

Diagnosis Keperawatan

1. Gangguan Memori Berhubungan Dengan Demensia


2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan tonus otot
3. Resiko Jatuh Berhubungan Dengan Osteoporosis
4. Defisit Perawatan Diri Mandi Berhubungan Dengan Demensia
74

Rencana Asuhan Keperawatan

Nama Klien : Oma . D

Diagnosa : Demensia

Hari, tanggal No DX Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


19 Mei 2022 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Observasi
x 24 kemampuan mengingat meningkat 1. Identifikasi masalah memori yang dialami
Dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
1. Verbalisasi kemampuan mengigat 3. Monitor perilaku dan perubaan memori
meningkat Terapeutik
2. Verbalisasi pengalaman lupa menurun 1. Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan
3. Identifikasi diri sendiri meningkat pasien
4. Identifikasi orang terdekat meningkat 2. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang
5. Identifikasi tempat,waktu meningkat terakhir
3. Koreksi kesalahan orienasi
4. Fasilitasi mengungat kembali pengalaman masa lalu
5. Fasilitasi tugas pembelajaran
6. Fasilitasi kemampuan konsentrasi
7. Stimulasti menggunakan memori pada peristiwa yang
baru
Edukasi
75

1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan


2. Ajarkan rekhnik memori yang tepat mis. senam otak
3. Rujuk terapi okupasi jika perlu

19 Mei 2022 2 Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Observasi


2 X 24 mobilitas fisik meningkat dengan kriteria 1. Indentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
hasil : 2. Identifikasi toleriransi fisik melakukan pergerakan
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
2. Kekuatan otot meningkat memulai mobilisasi
3. Rentang gerak ROM meningkat 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilitas
4. Nyeri menurun Terapeutik
5. Kaku sendi menurun 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
6. Gerakan tidak terkoordinasi menurun (mis.pagar tempat tidur)
7. Gerakan terbatas menurun 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
8. Kelemahan fisik menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi aktif
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
(mis.duduk di tempat tidur duduk di sisi tempat tidur,
76

pindah dari tempat tidur ke kursi)

19 Mei 2022 3 Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Observasi


3 X 24 Resiko Jatuh Menurun dengan kriteria 1. Identifikasi faktor resiko jatuh (mis, usia >65 tahun,
hasil : penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi
1. Factor resiko jatuh menurun ortostatik, gangguan keseimbangan, gangguan
2. Jatuh dari tempat tidur menurun penglihatan, neuropati )
3. Jatuh saat dikamar mandi menurun 2. Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
4. Jatuh saat berjalan menurun jatuh saat berdiri atau sesuai kebijakan institusi.
menurun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
5. Jatuh saat duduk menurun resiko jatuh (mis, lantai licin, penerangan kurang ).
4. Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala (mis,
Fall Morse Scall) jika perlu.
5. Monitor kemammpuan berpindah dari tempat tidur ke
kursi roda dan sebaliknya.

Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga.
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci.
77

3. Pasang handrail tempat tidur


4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan
pemantauan perawat dari nurs e station.
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis, kursi roda, walker)
7. Dekatkan bell pemanggil dalam jangkauan pasien

Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat / Care Giver jika
membutuhkan bantuan un tuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan
tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri.
5. Ajarkan cara menggunakan bell pemanggil untuk
memanggil perawat
4 Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Observasi
2 X 24 perawatan diri meningkat dengan kriteria 1. Mengidentifikasi usia dan budaya dalam membantu
hasil : kebersihan diri
1. Pasien tampak bersih 2. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3. Memonitor kebersihan tubuh ( mis. Rambut, mulut,
78

2. Pasien wangi kuku dan kulit)


3. Pasien tampak rapi 4. Memonitor integritas kulit

Terapeutik
1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat gigi,
sampo, pelembab kulit )
2. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3. Fasilitasi mengosok gigi sesuai kebutuhan
4. Fasilitas mandi sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian

Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepadak care giver cara memandikan pasien

Catatan Perkembangan
79

Nama Klien : Oma . D

Diagnosa : Demensia

Hari Ke :1

Tanggal Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam Keperawatan
18 Mei Gangguan Observasi S:
2022 Memori Mengidentifikasi masalah memori yang Klien mengatakan suka lupa
Berhubungan dialami O:
Dengan RH : Klien mengatakan sering lupa akan 1. Klien tidak mampu mengingat waktu
Demensia sesuatu 2. Klien lupa makan
Mengidentifikasi kesalahan terhadap 3. Klien tampak bisa menyebutkan nama
orientasi tempat
RH : Klien tidak bisa mengigat waktu A:
Monitor perilaku dan perubaan memori Gangguan memori teratasi sebagian
RH : Klien sering lupa P:
Intervensi dilanjutkan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan rekhnik memori yang tepat mis.
senam otak
3. Rujuk terapi okupasi jika perlu
80

Terapeutik
Merencanakan metode mengajar sesuai
kemampuan pasien
RH : klien tampak menyimak
menstimulasi memori dengan mengulang
pikiran yang terakhir
RH : Klien lupa mengingat hari
Koreksi kesalahan orienasi
RH: Klien bisa menyebutkan nama tempat
Fasilitasi mengungat kembali pengalaman
masa lalu
RH : Klien tidak ingat masa lalunya

18 Mei Gangguan Observasi S:


2022 Mobilitas Fisik Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan Klien mengatakan tidak bisa berjalan kaerna
fisik lemas
RH: Klien mengatakan hanya lemas saja O:
Mengindentifikasi toleriransi fisik melakukan 1. Klien tampek berbaring d tempat tidur
pergerakan 2. Aktivitas klien dibantu
RH: Klien hanya berbaring A:
Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah Mobilitas fisik teratasi sebagian
sebelum memulai mobilisasi
81

RH : P:
TD: 100/70 mmHg Intervensi dilanjutkan
N: 82x/menit 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
S: 36,7 C bantu (mis.pagar tempat tidur)
Terapeutik 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat perlu
bantu (mis.pagar tempat tidur) 3. Libatkan keluarga untuk membantu
RH: Klien hanya mobilisasi di tempat tidur pasien dalam meningkatkan pergerakan
Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
RH: Klien belum bayak mobilisasi
18 Mei Resiko Jatuh Observasi S:
2022 Mengidentifikasi faktor resiko jatuh (mis, usia Klien mengatakan jika ke kemar mandi
>65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit bergeser atau memakai alat batnu
kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan O :
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati 1. Cara berjalan klien bergeser dan
) berpindah dengan alat bantu
RH: Klien beresiko jatuh 2. Klien memakai alat bantu jalan
Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap 3. Tempat tidur dekat kamar mandi
shift atau sesuai kebijakan institusi. A:
Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala Resiko jatuh teratasi sebagian
(mis, Fall Morse Scall).
82

RH: Score resiko jatuh 80 P:


Intervensi dilanjutkan
Monitor kemammpuan berpindah dari tempat 1. Atur tempat tidur mekanis pada posisi
tidur ke kursi roda dan sebaliknya. terendah
RH : Klien hanya duduk di tempat tidur 2. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
Terapeutik dekat dengan pemantauan perawat dari
Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah nurs e station.
RH: Klien tampat tertidur 3. Gunakan alat bantu berjalan (mis, kursi
roda, walker)
4. Dekatkan bell pemanggil dalam
jangkauan pasien

18 Mei Defisit Observasi S:


2022 Perawatan Diri Mengidentifikasi usia dan budaya dalam Care Giver mengatakan klien tidak bisa mandi
membantu kebersihan diri sendiri
RH: Klien mengatakan tidak ada pantangan Klien mengtakan kalau sedang sakit tidak bisa
Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan mandi sendiri
RH: Klien hanya duduk di tempat tidur O:
Memonitor kebersihan tubuh (mis. Rambut, Klien tampak kotor dan lengket
mulut, kuku dan kulit) A:
Memonitor integritas kulit Masalah deficit perawatan diri belum teratasi
83

RH: Kulit klien tampak lengket P:


Intervensi dilanjutkan
Terapeutik 1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun,
Menyediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat gigi, sampo, pelembab kulit )
sikat gigi, sampo) 2. Sediakan lingkungan yang aman dan
RH: Klien mau di fasilitasi untuk mandi nyaman
Memfasilitasi mandi sesuai kebutuhan 3. Fasilitasi mengosok gigi sesuai kebutuhan
Mempertahankan kebiasaan kebersihan diri 4. Fasilitas mandi sesuai kebutuhan
Memberikan bantuan sesuai tingkat 5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
kemandirian 6. berikan bantuan sesuai tingkat
RH : Klien mau d lap kemandirian

Edukasi
Menjelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi terhadap kesehatan
RH : Klien tampak memperhatikan
84

Catatan Perkembangan

Nama Klien : Oma . D

Diagnosa : Demensia

Hari Ke :2

19 Mei Gangguan Terapeutik S:


2022 Memori mengoreksi kesalahan orienasi Klien mengatakan suka lupa dengan nama
Berhubungan RH: Klien mampu mengingat kembali nama orang
Dengan peawat O:
Demensia memfasilitasi mengungat kembali pengalaman 1. Klien tidak mampu mengingat nama
masa lalu perawat
RH : klien mampu mengingat 2. Klien lupa makan
memfasilitasi kemampuan konsentrasi 3. Klien tampak bisa menyebutkan nama
RH : Klien mampu Brkonsntrasi tempat
menstimulasti menggunakan memori pada A :
peristiwa yang baru Gangguan memori teratasi sebagian
RH : Klien mampu mengingat hal yang P :
dilakukan kemarin Intervensi dilanjutkan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan rekhnik memori yang tepat mis.
85

senam otak
3. Rujuk terapi okupasi jika perlu
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur latihan senam
otak
RH :Klien tidak mengingat gerakan dasar
Ajarkan rekhnik memori yang tepat mis.
senam otak
RH : Klien lupa gerakan

19 Mei Gangguan Mengajarkan latihan gerak sendi ROM pada S :


2022 Mobilitas Fisik pasien 1. Care Giver mengatakan pasien tidur dari
RH : klien tampak bisa melakukan pagi
Melakukan edukasi tentang latihan ROM 2. Pasien mengatakan akan mempraktekan
RH :klien mengerti O:
Memasukan kedalam jadual latihan ROM 1. pasien bisa melakukan
RH : klien akan latihan pagi hari 2. pasien kooperatif
Mengevaluasi latihan yang diajarkan 3. Pasien bisa latihan dengan di bimbing
RH : klien bisa memperagakan A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
86

Intervensi Dilanjutkan
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga atau car giver untuk
membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

19 Mei Resiko Jatuh Merapikan hal yang akan menimbulkan resiko S :


2022 jatuh 1. Care Giver mengatakan aktivitas hanya di
RH : lantai sudah tidak licin tempat tidur saja
Memodifikasi lantai agar tidak licin 2. Pasien mengatakan tidak bisa berjalan
RH : sekitar tempat tidur sudah tidak licin kalau tidak ada alat bantu
O:
1. Klien tampak tidur
2. Klien tampak lebih tenang
3. Pasien tampak bergeser ketika bererak
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
87

Intervensi Dilanjutkan
1. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pemantauan
2. Gunakan alat bantu berjalan (mis, kursi
roda, walker)
3. Dekatkan bell pemanggil dalam
jangkauan pasien

19 Mei Defisit Memfasilitasi Pasien untuk mandi S:


2022 Perawatan Diri RH : klien bersih 1. Pasien mengatakan pasien sudah
Memfasilitasi pasien untuk berhias/memakai dimandikan
baju 2. Pasien mengatakan sudah mandi
RH : klien rapi O:
Memfasilitasi kebersihan tempat tidur klien 1. Pasien tampak bersih
RH : tempat tidur tampak bersih 2. Pasien tampak wangi
Memfasilitasi pasien untuk BAK 3. Pasien tampak rapih
RH : klien tampak nyaman pake pempers A:
Masalah Teratasi Sebagian

P:
88

Intervensi Dilanjutkan
1. Fasilitasi mengosok gigi sesuai kebutuhan
2. Fasilitas mandi sesuai kebutuhan
3. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
4. berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
89

Catatan Perkembangan

Nama Klien : Oma . D

Diagnosa : Demensia

Hari Ke :3

20 Mei Gangguan Menstimulus kemampuan mengingat pasien S:


2022 Memori RH : Klien mampu mengingat nama perawat Klien mengatakan ingat nama perawat
Berhubungan menJelaskan kembali tujuan dan prosedur O :
Dengan latihan senam otak 1. Klien mampu mengingat gerakan senam
Demensia RH :Klien mengingat gerakan dasar otak
mengjarkan rekhnik memori yang tepat mis. 2. Klien mampu mempraktekan dengan di
senam otak bantu
RH : Klien lupa gerakan A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi Dilanjutkan
20 Mei Gangguan Mengajarkan latihan gerak sendi ROM pada S :
2022 Mobilitas Fisik pasien 1. Care Giver mengatakan pasien tidur
90

RH : klien tampak bisa melakukan dari pagi


Melakukan edukasi tentang latihan ROM 2. Pasien mengatakan akan mempraktekan
RH :klien mengerti O:
Memasukan kedalam jadual latihan ROM 1. pasien bisa melakukan
RH : klien akan latihan pagi hari 2. pasien kooperatif
Mengevaluasi latihan yang diajarkan 3. Pasien bisa latihan sendiri
RH : klien bisa memperagakan A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
Intervensi Dilanjutkan
20 Mei Resiko Jatuh Merapikan hal yang akan menimbulkan resiko S :
2022 jatuh 1. Care Giver mengatakan aktivitas hanya
RH : lantai sudah tidak licin di tempat tidur saja
Memodifikasi lantai agar tidak licin 2. Pasien mengatakan tidak bisa berjalan
RH : sekitar tempat tidur sudah tidak licin O:
1. Klien tampak tidur
2. Klien tampak lebih tenang
3. Pasien tampak bergeser ketika bererak
A:
Masalah Teratasi Sebagian
P:
91

Intervensi Dilanjutkan
20 Mei Defisit Memfasilitasi Pasien untuk mandi S:
2022 Perawatan Diri RH : klien bersih 1. Pasien mengatakan pasien sudah
Memfasilitasi pasien untuk berhias/memakai dimandikan
baju 2. Pasien mengatakan sudah mandi
RH : klien rapi O:
Memfasilitasi kebersihan tempat tidur klien 1. Pasien tampak bersih
RH : tempat tidur tampak bersih 2. Pasien tampak wangi
Memfasilitasi pasien untuk BAK 3. Pasien tampak rapih
RH : klien tampak nyaman pake pempers A:
Masalah Teratasi
P:
Intervensi Dipertahankan
1. Sediakan peralatan mandi klien
2. Awasi aktivitas klien di kamar mandi
BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membandingkan antara teori dengan kasus Asuhan Keperawatan
Gerontik pada OMA.D dengan demensia alzheimer yang dilaksanakan selama 3 hari
implementasi dimulai dari tanggal 18 mei 2022 sampai dengan tanggal 20 mei 2022 di
Sentra Pangudi Luhur Bekasi. Perbandinannya antara lain adalah :

A. Pengkajian
Proses pengakajian adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien agar dapat mengidentifikasi masalah-
masalah, kebutuhan dan keperawatan baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Metode
pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi observasi (Sumaryati, 2019).

Penulis melakukan pengkajian dan implementasi selama 3 hari yaitu pada tanggal 18 mei
2022 sampai dengan 20 mei 2022 pada Keluhan utama klien mengatakan sering lupa
akan hal sesuatu klien memiliki riwayat penyakit asam lambung sejak lama. Sesuai
dengan teori bahwa Demensia Alzheimer memiliki tanda dan gejala mencakup
penurunan daya ingat dan penurunan kognitif. Maka Dari hasil itu hasil pengkajian dan
pemeriksaan fisik tersebut diperoleh data wawancara dan observasi pada klien tidak
ditemukan kesenjangan manisfestasi klinis teori dan kasus.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan tanda gejala mayor dan minor serta
respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan
klien mengakami masalah kesehatan, maka dari itu Penulis merumuskan diagnosis
keperawatan pada klien yang meliputi Gangguan memori, Gangguan Mobilitas Fisik,
Resiko Jatuh, dan Defisit Perawatan Diri, sedangkan menurut teori diagnosa keperawatan
yang muncul adalah :
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron iriversibel
2. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.
93

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iskemia lobus temporal atau


frontal sekunder akibat penyakit Alzheimer.
5. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan komunikasi sekunder
akibat penyakit mental kronis.
6. Perubahan pola tidur berhubungan dengan Perubahan lingkungan, tekanan
psikologis, kerusakan neurologis, perubahan aktivitas
7. Inkontinensia berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologis / tonus otot.
8. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan kemampuan ADL, faktor psikologis.
9. Kurang pengetahuan klien dan keluarga berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
daya ingat.
Maka dari itu terdapat perbedaan yang signifikan antara teori dan kasus. Ada beberapa
diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam kasus seperti yang telah disebutkan
diatas.

C. Intervensi Keperawatan
Pengklasifikasian intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan analisis kesehatan
(similsrity analysis) dan penilaian klinis (Clinical Judgement). Intervensi keperawatan
yang bersifat multikategori atau dapat di klasifikasikan ke dalam lebih dari satu kategori,
maka di klasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang paling dominan pada salah satu
kategori atau sub kategori pada proses pengklasifikasian dihindari terjadinya rujukan
silang (cros referencing) sehingga setiap satu intervensi keperawatan hanya
diklasifikasikann ke dalam satu kategori saja.
Perbandingan antara intervensi yang ada diteori dengan intervensi yang dapat dilakukan
dikasus tidak ada perbedaan karena pada dasarnya intervensi yang dilakukan kepada
OMA.D berdasarkan dari teori yang diterapkan pada intervensi SLKI dan SIKI, dengan
penentuan intervensi berdasarkan prioritas yang dilihat dari pasien sendiri.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
implementasi keperawatan pada kasus ini dilakukan selama 3 hari. Dimana mengacu
pada teori yaitu tndakan-tindakan pada intervensi keperawatan yang terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
94

Implementasi yang dilakukan pada OMA.D adalah memberikan edukasi terkait penyakit
yang di derita nya. Dan mengajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi nyeri pada
bagian perut pada pasien gastritis.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan pada kasus ini dilakukan selama 3 hari. Dimana mengacu pada
teori menggunakan SOAP dan sesuai dengan tujuan pada perencanaan keparawatan serta
kriteria hasil yang diharapkan, Setelah melakukan intervensi kepada pasien selama 3 hari
maka evaluasi yang didapatkan untuk diagnose keperawatan gangguan memori yaitu
masalah teratasi sebagian dengan kriteria hasil yang di capai klien mampu mengingat
nama perawat dan melakukan senam otak..

Penulis menilai setiap masalah yang telah dibuat, apakah masalah tersebut teratasi sesuai
tujuan yang telah dibuat atau tidak serta telah mencapai kriteria hasil yang diinginkan
atau tidak. Setelah dikaji terdapat masalah pada OMA.D dan dilakukan tindakan
keperawatan seperti dijelaskan diatas maka evaluasi yang dapat dalam Diagnosa Nyeri
Akut, Gangguan Mobilitas Fisik, Risiko Jatuh Dan Deficit Perawatan Diri Teratasi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif
otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat
diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008 )

Penulis menegakan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien demensia yaitu
Gangguan Memori Berhubungan Dengan Demensia, Gangguan Mobilitas Fisik
Berhubungan Dengan Penurunan tonus otot, Resiko Jatuh Berhubungan Dengan
Osteoporosis, Defisit Perawatan Diri Mandi Berhubungan Dengan Demensia. Evaluasi
yang di dapatkan dalam setiap diagnose yaitu masalah teratasi sebagian, sehingga
intervensi harus tetap dilanjutkan agar masalah keperawatan dapat teratasi sesuai dengan
kriteria hasil.

B. Saran
1. Bagi Klien
Penulis berharap dalam penulisan ini dapat dijadikan dasar bagi OMA.D untuk
meningkatkan derajat pada klien. Demensia alzheimer dengan latihan latihan relaksasi
dapat bermanfaat untuk kegiatan yang dapat dilakukan di panti agar tidak terjadi
peningkatan nyeri lambung.
96

2. Bagi Institusi Pendidikan


Adanya laporan kasus ini diharapkan dapat menambahkan masukan dan memberikan
informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan
Demensia Alzheimer, sehingga pada mahasiswa yang akan melakukan praktek klinik
keperawatan dapat mengetahui gambaran dan informasi mengenai asuhan
keperawatan keluarga pada pasien dengan Demensia Alzheimer.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Indonesia : Elseiver.
Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine McCarty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W., et.al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing.
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N dengan Gastritis di Ruang Cempaka Dewasa
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.).
Deepublish.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018 . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta :
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI.
98

Lampiran 1

LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Tanggal
Catatan
Bimbinga Kegiatan Paraf Pembimbing
Pembimbing
n
21 Mei Pengajuan Judul Revisi judul
2022 Tugas Akhir
30 Mei Konsul TA Ke-2 ACC judul
2022
31 Juni Konsul BAB 1-3 Revisi
2022
14 juni Revisi BAB 1-3 Revisi
2022 dan Konsul BAB
4-5
15 Juni Revisi BAB 1-5 ACC dan Ajukan
2022 sidang
20 Juni Revisi BAB 1-5 Revisi
2022
Lampiran 2 99

SENAM OTAK 2022

PENGERTIAN

Senam otak adalah serangkaian MANFAAT

latihan berbasis gerakan tubuh 1. Memperlambat kepikunan,

sederhana. Gerakan itu dibuat 2. Menghilangkan stres,

untuk merangsang otak kiri dan 3. Meningkatkan konsentrasi,

kanan (dimensi lateralitas); 4. Membuat emosi lebih tenang

meringankan atau merelaksasi

belakang otak dan bagian depan

otak (dimensi pemfokusan);

DISUSUN OLEH : merangsang sistem yang terkait


Sri Maida Yanti, S.,Kep dengan perasaan/emosional, yakni
21.156.03.11.008
otak tengah (limbis) serta otak

besar (dimensi pemusatan).

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
100

GERAKAN DASAR dipijat dengan satu tangan, sementara Menguap Berenergi


tangan yang lain memegang pusar. Gerakan memijat otot-otot di sekitar
persendian rahang sambil membuka
mulut seperti hendak menguap. Dapat
menolong menyeimbangkan tulang
tengkorak dan menghilangkan
ketegangan di kepala dan rahang

Mengaktifkan Tangan
Mengaktifkan tangan untuk mengaktifkan
Pasang Telinga
gerakan motorik kasar dan halus:
Gerakan ini menolong anda memusatkan
 Aktifkan satu tangan (lihat gambar)
perhatian pada pendengaran. Dengan ibu
dan kepala tetap rileks
 Pada saat melakukan gerakan, jari dan telunjuk, pijat secara lembut
hembuskan napas dalam hitungan
daun telinga sambil menariknya keluar,
delapan atau lebih. Luncuran
mulai dari ujung atas, menurun sepanjang Gravitasi
Gerakan ini untuk merelakskan daerah
lengkungan dan berakhir di cuping
pinggang, pinggul dan sekitarnya.:
 Dapat dilakukan dengan berdiri atau
duduk yang nyaman
 Duduk dengan menyilangkan kaki
dipergelangannya dan merentangkan
Sakelar Otak tangan depan, lalu meluncurkannya ke
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang daerah kaki

selangka dan di kiri dan kanan tulang dada)


101

Gerakan tangan mulai dari titik tengah mata, bernapas dalam dan relaks selama
ke arah kiri atas, melingkar ke kiri
1 menit
bawah naik ke titik titik tengah lagi dan
terus ke kanan atas, berputar ke kanan
bawah, kembali ke titik tengah, demikian
seterusnya

Olengan
Pinggul
 Olengan pinggul mengendorkan
punggung bawah dan tulang
kelangkang, juga merangsang saraf di
pinggul yang melemah karena
terlalu lama duduk.
 Untuk melindungi tulang ekor,
lakukan olengan pinggul di atas alas
(bantal/matras) dengan tangan atau
lengan sebagai penyangga badan

Kait Relaks
Sambil duduk, silangkan pergelangan kaki

kiri ke atas kaki kanan. Silangkan

pergelangan tangan kirinya ke atas

tangan kanan, lalu menjalinkan jari-jari,

menarik kedua tangan, dan

8 Tidur meletakkannya di dada. Sambil menutup


Angka 8 digambar dalam posisi tidur
dengan titik tengah yang jelas :
102

Lampiran 3

Nama :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat :.
Nama Orang Tua
Ayah :
Ibu :
Jumlah Saudara Kandung :
Riwayat Pendidikan :

2004-2005 :

2005-2011 :

2011-2014 :

2014-2017 :

2017-2022 :

You might also like