Professional Documents
Culture Documents
TUGAS ILMIAH AKHIR DEMENSIA Fix 2023 NEW (TERBARU)
TUGAS ILMIAH AKHIR DEMENSIA Fix 2023 NEW (TERBARU)
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH :
Sri Maida Yanti, S.,Kep
21.156.03.11.008
TUGAS AKHIR
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH
GELAR PROFESI KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
Sri Maida Yanti, S.,Kep
21.156.03.11.008
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Penguji I Penguji II
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Kiki Deniati,S.Kep.,Ners.,M.Kep
NIDN.0316028302
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam seminar hasil pada Tanggal 16 Juni
2022.
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Program Studi Profesi Ners
STIKes Medistra Indonesia STIKes Medistra Indonesia
Disahkan
Ketua STIKes Medistra Indonesia
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Bekasi, Juni 2022
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan
ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Oma.D Dengan Demensia Di Sentra Pangudi Luhur
Bekasi Tahun 2022”, sesuai dengan harapan Shalawat serta salam tidak lupa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga beserta sahabat-Nya.
Penulisan Tugas Akhir yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar profesi keperawatan (Ners) pada Program Studi Profesi Ners STIKes
Medistra Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak.
Selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa
hormat mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai,
terutama kepada yang saya hormati:
iv
7. Kiki Deniati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan dan Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra Indonesia.
8. Arabta M. Peraten Pelawi, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing
TA yang telah banyak memberikan petunjuk dan arahan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
9. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Medistra Indonesia yang turut membantu
memberikan banyak ilmu, masukan dan arahan selama proses pendidikan.
10. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak membantu dan memberikan
dorongan serta doa dan semangat yang selalu menyertai penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
11. Rekan-rekan seperjuangan kelas profesi Ners angkatan IX STIKes
Medistra Indonesia yang telah banyak memberikan kenangan,
pengalaman, dan dukungan yang luar biasa serta motivasi untuk
menyelesaikan studi hingga Tugas Akhir.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap
langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan
kasih sayang-Nya untuk kita semua Aamiin.
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 3
BAB II TINJAUAN TEORI 4
A. Konsep Lanjut Usia 4
B. Konsep Demensia 6
C. Asuhan Keperawatan Demensia 7
BAB III TINJAUAN KASUS 21
A. Pengkajian 25
B. Diagnosis Keperawatan 26
C. Rencana Asuhan Keperawatan 28
D. Implementasi Keperawatan 30
E. Evaluasi Keperawatan 32
BAB IV HASIL PEMBAHASAN 33
A. Pengkajian 33
B. Diagnosis Keperawatan 34
C. Rencana Asuhan Keperawatan 35
D. Implementasi Keperawatan 36
E. Evaluasi Keperawatan 37
BAB V PENUTUP 38
A. Kesimpulan38
B. Saran 39
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun (Perawatan
ini. Angka prevalansi berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi
diatas 65 tahun menderita penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun,
Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 : 100.000 per tahun dan
dibandingkan laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup
1
2
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi pada sel, jaringan serta sistem
al., 2020).
diri. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling ditakutkan pada
masa modern, karena penyakit ini merupakan bencana besar yang terjadi pada
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan pada Oma.D
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN TEORI
Lansia merupakan seseorang yang telah memiliki usia > 60 tahun. Lansia
akan terjadi suatu proses yang disebut Aging process atau proses penuaan
batasan umur pada usia lanjut yang diungkapkan oleh (Abdul Muhith,
meliputi:
4
5
tahun.
c. Lansia resiko tinggi, seseorang uang berusia 70 tahun atau lebih, atau
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
d. Tipe pasrah
jenis pekerjaan.
e. Tipe bingung
proses menua yang diungkap kan oleh (Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.,
a. Teori Biologis
1) Teori Biologis
a) Teori Genetik
7
acid (DNA).
menurun.
umur.
b) Teori Sosiologis
bersosialisasi.
b. Teori Aktivitas
kematiannya.
c) Teori Psikologis
yang dimilikinya.
perkembangan lanjut usia yang diungkap kan oleh (Sofia Rhosma Dewi,
bercocok tanaman,dll.
secara santai
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan sosial dan
sexsual.
a. Perubahan Fisik
12
1) Sistem indra
2) Sistem integument
3) Sistem musculoskeletal
4) Sistem kardiovaskular
5) Sistem respirasi
7) Sistem perkemihan
8) Sistem persarafan
hari.
9) Sistem reproduksi
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotirnt)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Perfotmance)
9) Motivasi
c. Perubahan Mental
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturuan (Hereditas)
5) Lingkungan
d. Perubahan spiritual
e. Perubahan psikososial
pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
3) Depresi
4) Gangguan cemas
5) Parafrenia
social.
17
6) Sindroma Diogenes
4. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang
dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut
(masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis
(deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein
prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer
pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara
bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks
ganda yang sekelilingnya masing – masing terluka. Dengan kolapsnya
system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali
tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron
yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan
Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-
beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan
dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP)
yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang
berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi
fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket
yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut
akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril
– fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini
beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta
menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan intraseluler
dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin
rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia
dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada
otak
21
PATHWAY
Kelainan neurotransmiter
ALZHEIMER Asetilkolin ↓
Penuunan Perilaku
Mudah Muncul gejala Perubahan Pola
Melakukan aneh,
Lupa neuropsikiatrik 1. Kehilangan Eliminasi
aktivitas memiliki
kemampuan
dorongan
menyelesaikan
melakukan
Perubahan nafsu masalah
kekerasan Koping individu
makan 2. Berpikir abstrak
3. Emosi labil, In Efektif
Deficit
Perawatan Diri pelupa, apatis,
Deficit Nutrisi loss memory Risiko Trauma
22
5. Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga pasien dan keluarga tidak
menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit.erjadi pada usia 40-90
tahun.
a. Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit otak lainnya.
b. Tidak ada gangguan kesadaran.
c. Perburukan progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
d. Riwayat keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan
kelenjar tiroid.
(Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai berikut :
a. Kehilangan daya ingat/memori, terutama memori jangka pendek.
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama tetangganya, tetapi dia tahu
orang itu adalah tetangganya. Pada penderita Alzheimer, dia bukan saja
lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang itu adalah
tetangganya.
b. Kesulitan melakukan aktivitas rutin yang biasa.
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau tidak tahu urutan-
urutan menyiapkan makanan.
c. Kesulitan berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk menemukan kata
yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang
sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa.
d. Disorientasi waktu dan tempat
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari apa saat ini, tetapi
penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah familiar
untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia sampai
di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
e. Penurunan dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju hangat untuk
cuaca dingin atau sebaliknya.
23
6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai
berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan :
1) Atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus
temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital,
korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh
2) Berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari
:
a) Neurofibrillary tangles (NFT): Merupakan sitoplasma neuronal yang
terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi protein
24
b. Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau
tidak adanya gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara
rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang
ditampilkan oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti
gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian dan
pengertian berbahasa.
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik
yang penting karena :
a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat
diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan
yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk
membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit
selektif yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan
gangguan psikiatri
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang
diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.
d. MRI
Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler
(Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan
predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di kortikal,
gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan
fissura sylvii.
MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit
alzheimer dengan penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran
(atropi) dari hipokampus.
e. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis.
Sedang pada penyakit alzheimer didapatka perubahan gelombang
lambat pada lobus frontalis yang non spesifik
g. Laboratorium Darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita
alzheimer. Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan
penyebab penyakit demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12,
Calsium, Posfor, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis,
skrining antibody yang dilakukan secara selektif. (Yulfran, 2009)
7. Tindakan Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif
seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
a. Pengobatan simptomatik:
1) Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat
digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil
(Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigmin
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan
apraksia selama pemberian berlangsung
ESO: memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan
penderita Alzheimer, mual & muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu
makan.
2) Thiamin
Pada penderita alzheimer didapatkan penurunan thiamin
pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan
transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan neuronal pada
nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan: perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan
placebo selama periode yang sama.
3) Nootropik
28
5) Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku: Pemberian
oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki
gejala tersebut.
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic anti
depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam
mitokondria dengan bantuan enzym ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin
asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi
kognitif (Yulfran, 2009)
29
8. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer,
yaitu: usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang
terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang
elektromagnetic, riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih
hormon pada wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil
penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit
Alzheimer, di antaranya yaitu :
a. Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok
maupun mengkonsumsi alkohol.
b. Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan
buah segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat
radikal bebas. Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
c. Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih
jarang terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap
aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
9. Prognosis
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
mempengaruhi prognostik penderita alzheimer.
10. Komplikasi
a. Infeksi
b. Malnutrisi
c. Kematian
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode
emboli (merupakan factor predisposisi).
c. Pengkajian psikososial
1) Sosialisasi lansia pada saat sekarang.
Pada umumnya lansia dengan alzheimer memiliki sosialisasi yang
menurun dikarenakan fungsi kognitif yang melemah dan
memunculkan prilaku, tanda-tanda tidak menyenangkan dalam
sosialisasi.
2) Sikap pada orang lain
31
e. Pengkajian spiritual
1) Kegiatan keagamaan, mungkin akan terlihat berubah pada lansia.
Lansia akan cenderung mendalami spiritual keagamaannya, namun
terkadang berlebihan karena terjadinya disorientasi waktu.
2) Konsep/keyakinan klien tentang kematiann.
Lansia umumnya cenderung pasrah dan menyerahkan semuanya kepada
Tuhan tentang kematiannya.
3) Harapan klien
f. Pengkajian Fungsional lansia dengan Indeks Katz atau Modifikasi Dari
Barthel Indeks.penhgkajian uini berfungsi menilai kemampuan lansia
dalam melakukan ADL
1) Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi
dengan diare.
32
2) Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor
predisposisi) perubahan dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan
berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak
makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan). dan
tampak semakin kurus (tahap lanjut).
3) Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal
yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar
mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan
kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan:
tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya
dimeja, makan, menggunakan alat makan.
Kesimpulan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Total nilai
Kesimpulan MMSE:
> 23 : aspek koqnitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
35
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh
personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran
sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernafasan
36
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernafasan :Berkaitan dengan hipoventilasi inaktifitas,
aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
nafas.
1) Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot
Bantu nafas.
2) Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan dan kiri
3) Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
4) Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor, ronkhi,
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom.
c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
dengan pengkajian pada sistem lainnya.
1) Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
2) Pengkajian Tingkat Kesadaran:Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga
bergantung pada perubahan status kognitif klien.
3) Pengkajian fungsi serebral
a) Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b) Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf kranial
I-XII :
· Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada kelaianan fungsi
penciuman
37
· Saraf II. Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan
keadaan usia lanjut biasanya klien dengan alzheimer mengalami keturunan
ketajaman penglihatan
· Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
· Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
· Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal
· Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan proses senilis
serta penurunan aliran darah regional
· Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif
· Saraf XI. Tidak atrofi otot strenokleidomastoideus dan trapezius.
· Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada vasikulasi dan indera pengecapan normal
c) Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan penurunan
pada fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat. Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan
mengalami gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan
ketidakkooperatifan klien dengan metode pemeriksaan.
d) Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering mengalami kehilangan refleks
postural, apabila klien mencoba untuk berdiri dengan kepala cenderung ke depan
dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan
hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat
menyebabkan klien sering jatuh.
e) Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensori yang ada
merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum.
38
disekitarnya, seperti yang sederhana dan berikan 6. Keluarga memiliki pera penting
alamat rumah. instruksi sederhana. Ulangi komunikasi serta pemulihan klien.
5. Klien ampu mengenali instruksi tersebut sesuai
waktu seperti pagi, siang, dengan kebutuhan.
dan malam. 6. Ajarkan dan
libatkan keluarga dalam
perawatan klien
Kolaborasi Kolaborasi
berhubungan dengan keperawatan selama ....x 24 1. Awasi klien secara ketat 1. Untuk mengkaji keamanan klien.
kerusakan fungsi jam, diharapkan klien tidak selama beberapa malam 2. Untuk menghindarkan risiko cedera
memori. mengalami cedera dengan pertama. akbat suasana gelap. 3. Untuk
kriteria hasil: 2. Anjurkan individu untuk menghindari risiko cedera/terpapar
1. Klien dapat meminta bantuan selama benda-benda berbahaya.
meningkatkan tingkat malam hari. 3. Untuk menghindari terpleset di
aktivitas 3. Singkirkan benda-benda kamar mandi.
2. Klien dapat beradaptasi berbahaya dari klien. 4. Untuk memudahkan klien
dengan lingkungan menginstruksikan keadaan bahaya
4. Pasang pegangan tangan di pada dirinya.
kamar mandi.
5. Pertimbangkan penggunaan
sistem alarm.
Kolaborasi :
1. Pemberian suppositoria dan
pelumas faeces / pencahar.
2. Konsul ke dokter terapi
okupasi.
tekanan perubahan pola tidur klien nyaman untuk meningkatkan reticular akan berkurang selama
psikologis,kerusakan dapat teratasi dengan kriteria tidur (mematikan lampu, tidur, meningkatkan respons
neurologis, perubahan hasil : ventilasi ruang adekuat, otomatik, karenanya respons
pola aktivitas 1. Tidak terjadi perubahan suhu yang sesuai. kardiovaskular terhadap suara
tingkah laku dan Menghindari kebisingan) meningkat selama tidur
penampilan (gelisah) 2. Anjurkan latihan saat siang 2. Aktivitas fisik dan mental yang
2. Mampu menciptakan pola hari dan turunkan aktivitas lama mengakibatkan kelelahan yang
tidur yang adekuat dengan mental/fisik pada sore hari dapat meningkatkan kebingungan ,
penurunan terhadap 3. Berikan makanan kecil sore aktivitas yang terprogram tanpa
pikiran yang melayang- hari, susu hangat, mandi, stimulasi berlebihan meningkatkan
layang (melamun) dan masase punggung waktu tidur.
3. Mampu menentukan 4. Turunkan jumlah minuman 3. Meningkatkan relaksasi dengan
penyebab tidur inadekuat sore hari. Lakukan berkemih perasaan mengantuk
sebelum tidur 4. Menurunkan kebutuhan akan
5. Anjurkan klien untuk bangun untuk berkemih selama
mendengarkan musik yang malam hari
lembut 5. Menurunkan stimulasi sensori
dengan menghambat suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan
menghambat tidur.
Kolaborasi :
47
berkala
8 Risiko perubahan nutrisi Setelah diberikan asuhan Mandiri : Mandiri :
kurang dari kebutuhan keperawatan diharapkan tidak 1. Kaji pengetahuan 1. Identifikasi kebutuhan untuk
tubuh b.d perubahan terjadi perubahan nutrisi klien/keluarga mengenai membantu perencanaan pendidikan
diet/ pemasukan kurang dari kebutuhan dengan kebutuhan makan 2. Klien tidak mampu menentukan
makanan menurun kriteria hasil : 2. Usahakan/ berikan bantuan pilihan kebutuhan nutrisi
1. Klien mendapat diet dalam memilih menu 3. Makan makanan kecil
nutrisi yang seimbang 3. Berikan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai
2. Mempertahankan/ setiap jam sesuai kebutuhan 4. Makan panas mengakibatkan mulut
mendapat kembali BB 4. Hindari makanan yang terbakar atau menolak untuk makan
yang sesuai terlalu panas
3. Klien dapat mengubah
pola asupan yang benar Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Rujuk atau konsultasikan 1. Bantuan diperlukan untuk
dengan ahli gizi mengembangkan keseimbangan diet
dan menemukan kebutuhan / makan
yang disukai
50
5. Evaluasi
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration Proses pikir klien tidak bertambah buruk
neuron iriversibel.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal
iskemia lobus temporal atau frontal sekunder akibat
penyakit Alzheimer.
5. Kerusakan interaksi social berhubungan dengan hambatan Kerusakan interaksi sosial teratasi
komunikasi sekunder akibat penyakit mental kronis.
51
6 Perubahan pola tidur b.d perubahan lingkungan, tekanan perubahan pola tidur klien dapat teratasi
psikologis,kerusakan neurologis, perubahan pola aktivitas
7 Inkontinensia b.d kehilangan fungsi neurologis/ tonus otot inkontinensia dapat teratasi
8 Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat.
perubahan diet/ pemasukan makanan menurun
9 Kurang pengetahuan klien dan keluarga berhubungan klien dan keluarga dapat memahami penyakit serta perawatan klien.
dengan keterbatasan kognitif, daya ingat.
52
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Nama : Oma D
b. Tempat/tanggal Lahir : Cirebon, 18 April 1932
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Single Perent
e. Agama : Islam
f. Suku : Sunda
g. Tangga masuk PSTW : 14 april 2020
h. Tanggal Pengkajian : 18 mei 2022
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat ini
Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir, klien mengatakan sakit lambung
gejala yang dirasakan satu tahun terakhir yaitu mengalami pusing
kepala serta mata terasa berkunang-kunang dan saat di periksa tensi
Klien TTV: 100/70 mmHg. Gejala yang dirasakan klien sering
mengeluh pusing kepala, klien klien sering lupa makan. Timbulnya
keluhan, klien mengatakan timbulnya keluhan secara mendadak. Upaya
mengatasi, minum obat rutin dan beristirahat.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien composmentis
b. TTV
Tekanan darah klien 100/70 mmHg, Suhu klien 36,5 0c, Nadi klien
80x/menit, dan Respirasi klien 20x/menit
c. BB/TB
IMT: 1,55x1,55=2,402
50:2,402= 20,8 Normal
54
d. Kepala
Bentuk kepala klien mesosefal, dan tidak terdapat bekas luka atau
jahitan dibagian kepala. Rambut klien sebagian berwarna putih
(uban),bersih, dan tidak rontok. Kedua mata klien tidak anemis,
sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, dan fungsi penglihatan
klien menurun dan memakai kacamata minum. Telinga klien simetris
kiri dan kanan, bersih, eritema negatif dan fungsi pendengaran dalam
batas normal. Bentuk mulut dan tenggorokan simetris, mukosa
lembab, kesulitan menelan negatif dan tidak terdapat peradangan
dalam tenggorokan. warna rambut memutih/ beruban, keadaan
rambut rontok, kulit kepala kotor dan bau.
e. Payudara
Letak payudara klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat benjolan
dan tidak ada keluhan.
f. Sistem pernafasan
Pergerakan dada klien simetris, tidak terdapat dispea, ronki negatif,
dan wheezing negatif. Bunyi jantung dalam batas normal, sianosis
pada bibir negatif, CRT <3 detik, meningkatnya retensi pembuluh
darah perifer yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Tidak
ada pembengkakan vena jugularis.
g. Sistem gastrointestinal
Nyeri tekan negatif, anoreksia negatif dan tidak mengalami
pengecilan lambung.
h. Sistem perkemihan
Tidak ada Nyeri tekan pada kandung kemih negatif, BAB1x/hari,
BAK 6-7hari
i. Sistem genitoreproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan.
j. Sistem muskuloskeletal
Otot kaku
kekuatan otot 4,4|4,4
55
Tremor : Tidak
m. Integumen
Kebersihan kulit baik, warna pucat, kelembaban kulit kering,turgo
kulit tidak elastis tidak ada gangguan pada kulit.
a. Pisikososial
Oma D. masih sering bertegur sapa dengan teman teman di panti.
Sikap oma D sangatlah ramah. Oma D merasa senang bersosialisasi
dan suka mengikuti berbagai kegiatan di panti dan berharap dapat
terus bersosialisasi bersama orang orang di sekitar panti
b. Identitas masalah emosional
1) Oma D. mengeluh sukar tidur, gelisah, dan sering merasa was-
was atau khawatir.
2) Oma S. mengalami keluhan lebih dari 2 tahun dan mengeluh
banyak pikiran.
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Oma D. Emosional
positif.
56
c. Spiritual
Oma D. beragama islam , klien sholat di kamar panti ketika sedang
kambuh sakit lambung atau pusing dia hanya di tempat tidur saja.
Oma D mengatakan kematian itu di atur oleh Allah, berharap
ditempatkan di tempat yang baik dan meninggal dengan keadaan
khusnul khotimah.
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar
kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk
masuk ke kamar kecil dan √
menggunakan pispot
4. Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat
tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri √
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun
dari tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5. Kontinen
Mandiri:
BAB dan BAK seluruhnya
terkontrol sendiri
Bergantung: √
Inkontinensia parsial atau total;
pengginaan kateter, pispot,
pembalut/pempers
6. Makan
Mandiri:
Mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya sendiri
Bergantung : √
58
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
√ 5x/minggu
Keterangan :
Penilaian:
◘ Tahun
61
◘ Musim
◘ Tanggal
◘ Hari
◘ Bulan
Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang berada?
◘ Negara Indonesia
◘ Kabupaten Bekasi
◘ Kecamatan Ciracas
◘ Buku (√)
Perhatian 5 3 Minta klien mengeja 5
dan kata dari belakang, misal
kalkulasi “BAPAK”
K
A
P
A
B
62
◘ Buku (√)
Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda
dan tanyakan namanya pada klien.
◘ (lemari ) (√)
◘ (kursi ) (√)
Minta klien untuk mengulang kata
1
berikut: “Tak ada jika, dan, atau,
tetapi.” Bila benar, nilai satu poin.
◘ Pernyataan
benar 2
buah:“ tetapi,
atau” (√)
2
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang tediri dari 3
langkah: Ambil kertas di tangan
anda, lipat dua, dan taruh di
lantai.”
◘ Ambil kertas di tangan anda
(√)
0
◘ Lipat dua (√)
No Langkah
1. Posisi klien duduk di kursi
2. Minta klien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali
ke kursi,
a. Kompos mentis 4
b. Apatis 3
c. Sopor 2
d. Koma 1
Aktivitas :
a. Ambulan 4
b. Ambulan bantuan 3
c. Hanya bisa duduk 2
d. Tiduran 1
Inkontinen
a. Tidak 4
b. Kadang-kadang 3
c. Sering inkontinensia urin 2
d. Inkontinensia alvi dan urin 1
Interpretasi:
Tidak
Selalau Kadang-kadang
No Item Penilaian pernah
(2) (1)
(0)
1. A: Adaptasi 0
Saya puasa bahwa
saya dapat kembali
pada keluarga karena
mereka akan
membantu saya pada
waktu saya
membutuhkan
68
pertolongan
2. P: Partnership 0
Saya puas dengan
cara keluarga
membicarakan
sesuatu dengan saya
mengungkapkan
masalah saya
3. G: Growth 0
Saya puas dengan
keluarga menerima
dan mendukung
keinginan saya dalam
melakukan aktivitas
4. A: Afek 0
Saya puas dengan
cara keluarga
merespon saat saya
emosi, seperti marah,
sedih ataupun jatuh
cinta
5. R: Resolve 0
Saya puas dengan
cara keluarga
menyediakan waktu
bersama-sama
untukmenyelesaikan
masalah
Jumlah 0
69
Interpestasi:
Nilai 0-3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi
Nilai 4-6 : Disfungsi keluarga sedang
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan Tidak
kehidupan anda
2 Apakah anda telah Ya
meninggalkan banyak
kegiatan dan
minat/kesenangan anda
3 Apakah anda merasa Tidak
kehidupan anda kosong
4 Apakah anda sering merasa Ya
bosan
A. Resume Pengkajian
Analisa Data
- Gangguan Mobilitas
Fisik
3 Ds : Usia Defisit
72
Miopati
Atrofi otot
Kelemahan pada fisik
Resiko jatuh
Diagnosis Keperawatan
Diagnosa : Demensia
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga.
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci.
77
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat / Care Giver jika
membutuhkan bantuan un tuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan
tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri.
5. Ajarkan cara menggunakan bell pemanggil untuk
memanggil perawat
4 Setelah Dilakukan Tindakan Keperawatan Selama Observasi
2 X 24 perawatan diri meningkat dengan kriteria 1. Mengidentifikasi usia dan budaya dalam membantu
hasil : kebersihan diri
1. Pasien tampak bersih 2. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3. Memonitor kebersihan tubuh ( mis. Rambut, mulut,
78
Terapeutik
1. Sediakan peralatan mandi (mis. Sabun, sikat gigi,
sampo, pelembab kulit )
2. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3. Fasilitasi mengosok gigi sesuai kebutuhan
4. Fasilitas mandi sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepadak care giver cara memandikan pasien
Catatan Perkembangan
79
Diagnosa : Demensia
Hari Ke :1
Tanggal Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
& Jam Keperawatan
18 Mei Gangguan Observasi S:
2022 Memori Mengidentifikasi masalah memori yang Klien mengatakan suka lupa
Berhubungan dialami O:
Dengan RH : Klien mengatakan sering lupa akan 1. Klien tidak mampu mengingat waktu
Demensia sesuatu 2. Klien lupa makan
Mengidentifikasi kesalahan terhadap 3. Klien tampak bisa menyebutkan nama
orientasi tempat
RH : Klien tidak bisa mengigat waktu A:
Monitor perilaku dan perubaan memori Gangguan memori teratasi sebagian
RH : Klien sering lupa P:
Intervensi dilanjutkan
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan rekhnik memori yang tepat mis.
senam otak
3. Rujuk terapi okupasi jika perlu
80
Terapeutik
Merencanakan metode mengajar sesuai
kemampuan pasien
RH : klien tampak menyimak
menstimulasi memori dengan mengulang
pikiran yang terakhir
RH : Klien lupa mengingat hari
Koreksi kesalahan orienasi
RH: Klien bisa menyebutkan nama tempat
Fasilitasi mengungat kembali pengalaman
masa lalu
RH : Klien tidak ingat masa lalunya
RH : P:
TD: 100/70 mmHg Intervensi dilanjutkan
N: 82x/menit 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
S: 36,7 C bantu (mis.pagar tempat tidur)
Terapeutik 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat perlu
bantu (mis.pagar tempat tidur) 3. Libatkan keluarga untuk membantu
RH: Klien hanya mobilisasi di tempat tidur pasien dalam meningkatkan pergerakan
Memfasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
RH: Klien belum bayak mobilisasi
18 Mei Resiko Jatuh Observasi S:
2022 Mengidentifikasi faktor resiko jatuh (mis, usia Klien mengatakan jika ke kemar mandi
>65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit bergeser atau memakai alat batnu
kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan O :
keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati 1. Cara berjalan klien bergeser dan
) berpindah dengan alat bantu
RH: Klien beresiko jatuh 2. Klien memakai alat bantu jalan
Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap 3. Tempat tidur dekat kamar mandi
shift atau sesuai kebijakan institusi. A:
Hitung resiko jatuh dengan menggunakan skala Resiko jatuh teratasi sebagian
(mis, Fall Morse Scall).
82
Edukasi
Menjelaskan manfaat mandi dan dampak tidak
mandi terhadap kesehatan
RH : Klien tampak memperhatikan
84
Catatan Perkembangan
Diagnosa : Demensia
Hari Ke :2
senam otak
3. Rujuk terapi okupasi jika perlu
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur latihan senam
otak
RH :Klien tidak mengingat gerakan dasar
Ajarkan rekhnik memori yang tepat mis.
senam otak
RH : Klien lupa gerakan
Intervensi Dilanjutkan
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (mis.pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga atau car giver untuk
membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Intervensi Dilanjutkan
1. Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pemantauan
2. Gunakan alat bantu berjalan (mis, kursi
roda, walker)
3. Dekatkan bell pemanggil dalam
jangkauan pasien
P:
88
Intervensi Dilanjutkan
1. Fasilitasi mengosok gigi sesuai kebutuhan
2. Fasilitas mandi sesuai kebutuhan
3. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
4. berikan bantuan sesuai tingkat
kemandirian
89
Catatan Perkembangan
Diagnosa : Demensia
Hari Ke :3
Intervensi Dilanjutkan
20 Mei Defisit Memfasilitasi Pasien untuk mandi S:
2022 Perawatan Diri RH : klien bersih 1. Pasien mengatakan pasien sudah
Memfasilitasi pasien untuk berhias/memakai dimandikan
baju 2. Pasien mengatakan sudah mandi
RH : klien rapi O:
Memfasilitasi kebersihan tempat tidur klien 1. Pasien tampak bersih
RH : tempat tidur tampak bersih 2. Pasien tampak wangi
Memfasilitasi pasien untuk BAK 3. Pasien tampak rapih
RH : klien tampak nyaman pake pempers A:
Masalah Teratasi
P:
Intervensi Dipertahankan
1. Sediakan peralatan mandi klien
2. Awasi aktivitas klien di kamar mandi
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis membandingkan antara teori dengan kasus Asuhan Keperawatan
Gerontik pada OMA.D dengan demensia alzheimer yang dilaksanakan selama 3 hari
implementasi dimulai dari tanggal 18 mei 2022 sampai dengan tanggal 20 mei 2022 di
Sentra Pangudi Luhur Bekasi. Perbandinannya antara lain adalah :
A. Pengkajian
Proses pengakajian adalah tahap dasar dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien agar dapat mengidentifikasi masalah-
masalah, kebutuhan dan keperawatan baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Metode
pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan studi observasi (Sumaryati, 2019).
Penulis melakukan pengkajian dan implementasi selama 3 hari yaitu pada tanggal 18 mei
2022 sampai dengan 20 mei 2022 pada Keluhan utama klien mengatakan sering lupa
akan hal sesuatu klien memiliki riwayat penyakit asam lambung sejak lama. Sesuai
dengan teori bahwa Demensia Alzheimer memiliki tanda dan gejala mencakup
penurunan daya ingat dan penurunan kognitif. Maka Dari hasil itu hasil pengkajian dan
pemeriksaan fisik tersebut diperoleh data wawancara dan observasi pada klien tidak
ditemukan kesenjangan manisfestasi klinis teori dan kasus.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan tanda gejala mayor dan minor serta
respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang menyebabkan
klien mengakami masalah kesehatan, maka dari itu Penulis merumuskan diagnosis
keperawatan pada klien yang meliputi Gangguan memori, Gangguan Mobilitas Fisik,
Resiko Jatuh, dan Defisit Perawatan Diri, sedangkan menurut teori diagnosa keperawatan
yang muncul adalah :
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan degeneration neuron iriversibel
2. Risiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi memori.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan deficit kognitif.
93
C. Intervensi Keperawatan
Pengklasifikasian intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan analisis kesehatan
(similsrity analysis) dan penilaian klinis (Clinical Judgement). Intervensi keperawatan
yang bersifat multikategori atau dapat di klasifikasikan ke dalam lebih dari satu kategori,
maka di klasifikasikan berdasarkan kecenderungan yang paling dominan pada salah satu
kategori atau sub kategori pada proses pengklasifikasian dihindari terjadinya rujukan
silang (cros referencing) sehingga setiap satu intervensi keperawatan hanya
diklasifikasikann ke dalam satu kategori saja.
Perbandingan antara intervensi yang ada diteori dengan intervensi yang dapat dilakukan
dikasus tidak ada perbedaan karena pada dasarnya intervensi yang dilakukan kepada
OMA.D berdasarkan dari teori yang diterapkan pada intervensi SLKI dan SIKI, dengan
penentuan intervensi berdasarkan prioritas yang dilihat dari pasien sendiri.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
implementasi keperawatan pada kasus ini dilakukan selama 3 hari. Dimana mengacu
pada teori yaitu tndakan-tindakan pada intervensi keperawatan yang terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.
94
Implementasi yang dilakukan pada OMA.D adalah memberikan edukasi terkait penyakit
yang di derita nya. Dan mengajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi nyeri pada
bagian perut pada pasien gastritis.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada kasus ini dilakukan selama 3 hari. Dimana mengacu pada
teori menggunakan SOAP dan sesuai dengan tujuan pada perencanaan keparawatan serta
kriteria hasil yang diharapkan, Setelah melakukan intervensi kepada pasien selama 3 hari
maka evaluasi yang didapatkan untuk diagnose keperawatan gangguan memori yaitu
masalah teratasi sebagian dengan kriteria hasil yang di capai klien mampu mengingat
nama perawat dan melakukan senam otak..
Penulis menilai setiap masalah yang telah dibuat, apakah masalah tersebut teratasi sesuai
tujuan yang telah dibuat atau tidak serta telah mencapai kriteria hasil yang diinginkan
atau tidak. Setelah dikaji terdapat masalah pada OMA.D dan dilakukan tindakan
keperawatan seperti dijelaskan diatas maka evaluasi yang dapat dalam Diagnosa Nyeri
Akut, Gangguan Mobilitas Fisik, Risiko Jatuh Dan Deficit Perawatan Diri Teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alzheimer merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif
otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat
diri. ( Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan, pengobatan ditujukan untuk
menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan kemandirian penderita. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Penulis menegakan diagnose keperawatan yang muncul pada pasien demensia yaitu
Gangguan Memori Berhubungan Dengan Demensia, Gangguan Mobilitas Fisik
Berhubungan Dengan Penurunan tonus otot, Resiko Jatuh Berhubungan Dengan
Osteoporosis, Defisit Perawatan Diri Mandi Berhubungan Dengan Demensia. Evaluasi
yang di dapatkan dalam setiap diagnose yaitu masalah teratasi sebagian, sehingga
intervensi harus tetap dilanjutkan agar masalah keperawatan dapat teratasi sesuai dengan
kriteria hasil.
B. Saran
1. Bagi Klien
Penulis berharap dalam penulisan ini dapat dijadikan dasar bagi OMA.D untuk
meningkatkan derajat pada klien. Demensia alzheimer dengan latihan latihan relaksasi
dapat bermanfaat untuk kegiatan yang dapat dilakukan di panti agar tidak terjadi
peningkatan nyeri lambung.
96
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Indonesia : Elseiver.
Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine McCarty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W., et.al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing.
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N dengan Gastritis di Ruang Cempaka Dewasa
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Sofia Rhosma Dewi, S.Kep., N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.).
Deepublish.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018 . Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Jakarta :
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI.
98
Lampiran 1
Tanggal
Catatan
Bimbinga Kegiatan Paraf Pembimbing
Pembimbing
n
21 Mei Pengajuan Judul Revisi judul
2022 Tugas Akhir
30 Mei Konsul TA Ke-2 ACC judul
2022
31 Juni Konsul BAB 1-3 Revisi
2022
14 juni Revisi BAB 1-3 Revisi
2022 dan Konsul BAB
4-5
15 Juni Revisi BAB 1-5 ACC dan Ajukan
2022 sidang
20 Juni Revisi BAB 1-5 Revisi
2022
Lampiran 2 99
PENGERTIAN
Mengaktifkan Tangan
Mengaktifkan tangan untuk mengaktifkan
Pasang Telinga
gerakan motorik kasar dan halus:
Gerakan ini menolong anda memusatkan
Aktifkan satu tangan (lihat gambar)
perhatian pada pendengaran. Dengan ibu
dan kepala tetap rileks
Pada saat melakukan gerakan, jari dan telunjuk, pijat secara lembut
hembuskan napas dalam hitungan
daun telinga sambil menariknya keluar,
delapan atau lebih. Luncuran
mulai dari ujung atas, menurun sepanjang Gravitasi
Gerakan ini untuk merelakskan daerah
lengkungan dan berakhir di cuping
pinggang, pinggul dan sekitarnya.:
Dapat dilakukan dengan berdiri atau
duduk yang nyaman
Duduk dengan menyilangkan kaki
dipergelangannya dan merentangkan
Sakelar Otak tangan depan, lalu meluncurkannya ke
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang daerah kaki
Gerakan tangan mulai dari titik tengah mata, bernapas dalam dan relaks selama
ke arah kiri atas, melingkar ke kiri
1 menit
bawah naik ke titik titik tengah lagi dan
terus ke kanan atas, berputar ke kanan
bawah, kembali ke titik tengah, demikian
seterusnya
Olengan
Pinggul
Olengan pinggul mengendorkan
punggung bawah dan tulang
kelangkang, juga merangsang saraf di
pinggul yang melemah karena
terlalu lama duduk.
Untuk melindungi tulang ekor,
lakukan olengan pinggul di atas alas
(bantal/matras) dengan tangan atau
lengan sebagai penyangga badan
Kait Relaks
Sambil duduk, silangkan pergelangan kaki
Lampiran 3
Nama :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat :.
Nama Orang Tua
Ayah :
Ibu :
Jumlah Saudara Kandung :
Riwayat Pendidikan :
2004-2005 :
2005-2011 :
2011-2014 :
2014-2017 :
2017-2022 :