You are on page 1of 5

Penerapan Pendekatan Behavioral Teknik Modeling Terhadap Pemahaman Siswa ...

97

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL TEKNIK


MODELING TERHADAP PEMAHAMAN SISWA
DALAM PILIHAN SEKOLAH LANJUTAN (SMA/SMK/
MADRASAH ALIYAH) SMPN 281 JAKARTA (KELAS
VIII-D)

Oleh:
Tangguh Wibisono1)
Dra. Louise B Siwabessy, M.Pd2)
Drs. Fahmi Idris, MM3)

Abstrak
Tujuan penelitian menggunakan metode mod-
el yang sesuai untuk membantu siswa dalan memilih sekolah lanjutan.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 281 Jakarta, pengambilan sampel dimulai
bulan September 2012 – Januari 2013. Metode penelitian yang digunakan eksperimen,
dan teknik cluster sampling design pra eksperimen dengan model pre-post test one group.
Tes dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, dengan memberikan tes pemahaman
berbentuk pilihan ganda. Tes dipakai untuk mengetahui pemahaman siswa dan pemben-
tukan perilaku. Instrumen diuji coba kepada responden dan di validitas dan reliabilitas.
Implikasi. penelitian penerapan pendekatan behavior-
al teknik modeling pada pemahaman siswa dalam pilihan sekolah, cuk-
up signifikan. Kesimpulan, pendekatan behavioral teknik modeling sebagai
cara memberi arahan untuk pemahaman siswa dalam pilihan sekolah lanjutan.
Disarankan menggunakan teknik modeling pada layanan bimbingan konseling
sekolah untuk pemahaman dasar pembentukan perilaku dan pilihan sekolah lanjutan

Kata Kunci: Pemahaman diri, Pendekatan Behavioral Teknik Modeling Pembentukan


Perilaku.

Pendahuluan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mu-


Pemerintah dengan kebijakannya membantu da- lia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan men-
lam membentuk perilaku individu untuk kepribadi- jadi warga negera yang demokratis, serta bertang-
annya di dalam tujuan pendidikan, sebagaimana ter- gung jawab.
cantum dalam pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Pilihan pendidikan diambil sesuai dengan kesem-
tentang Sisdiknas, “berkembangnya potensi peserta patan yang ada berdasarkan pemahaman diri dalam
didik agar menjadi manusia yang beriman dan ber- memilih pendidikan, seperti memilih pekerjaan se-

1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, tangguhW@gmail.com


2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, louise_bessy@yahoo.co.id
3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, fahmiidris@yahoo.com
98 Penerapan Pendekatan Behavioral Teknik Modeling Terhadap Pemahaman Siswa ...

suai dengan bidang, kemampuan, minat dan bakat. tan behaviorism. Behaviorism adalah sebuah aliran
Jika pendidikan dipilih sesuai dengan potensi, ma- dalam psikologi yang didirikan oleh John B Watson
ka akan terbentuk perilaku yang sesuai. Pendidikan pada tahun 1900-an dan lebih tepatnya 1913. Skin-
yang tidak sesuai akan membentuk perilaku indivi- ner dengan Watson sebagai aliran behaviorism yang
du menjadi tidak bertanggung jawab, dikarenakan berperan dalam pengembangan bentuk psikologi pa-
individu yang tidak paham sehingga tidak disiplin da pertengahan abad 20 dan cabang perkembangan-
dan tidak professional dalam pekerjaan. nya. Behaviorism berkembang pada ilmu psikologi
Pembentukan perilaku sebagai langkah dasar sebagai stimulus – respond, dengan fokus sebagai
dalam memilih sekolah lanjutan. Pemahaman siswa pengaruh dalam menimbulkan bentuk perilaku, gan-
berikan dengan benar, diarahkan dan di bimbing jaran/akibat, dan hukuman yang mempertahankan
dalam pembentukan perilaku dimulai dari pilihan respon. Kemudian mempelajari perubahan perilaku
pendidikan mengenai sekolah lanjutan bertujuan. karena adanya pengaruh pola ganjaran dan huku-
Pemahaman diri pada siswa adalah sebagai awal man (Atkinson. 1997).
pembentukan perilaku dan dilakukan dan dibantu Di dalam bukunya “Counseling & Practice of
kemudian diarahkan dengan memberikan layanan Counseling and Psychotherapy” menjelaskan bah-
BK di sekolah pada layanan informasi dan orientasi. wa pendekatan behavioral dalam terapi behavior-
Pilihan pendidikan sekolah lanjutan atau pendidikan al kontemporer, dan dijelaskan dalam tiga kawasan
ke jenjang yang lebih tinggi, bukan berdasarkan dari perkembangan utama, yaitu; classical conditioning,
orang lain akan tetapi harus dari diri sendiri. operant conditioning, dan Therapy Cognitive (Co-
Layanan BK di sekolah yang digunakan untuk rey. 2012) .
mengacu pada pendekatan pembentukan perilaku, Prinsip pendekatan ini ada dua, yaitu; pengkon-
yaitu: pendekatan behavioral dengan teknik yang disian klasik (classic conditioning), dan pengkon-
ada didalamnya. Teknik pada pendeketan behavior- disian operant (operant conditioning) (Flannegan.
al adalah teknik modeling. 2004). Prinsip yang ada pada peng-kondisian klasik
Alasannya, permasalahan pembentukan perilaku (classic conditioning) yaitu; generalisasi rangsang-
dalam pemahaman diri pada siswa menjadikan an (stimulus generalization), diskriminasi rangsan-
topik yang menarik untuk dikaji oleh peneliti. Se- gan (stimulus discrimination), kepunahan (extinc-
lanjutnya peneliti mengambil judul dalam penelitian tion), mengatasi keadaan (counter conditioning atau
adalah “Penerapan Pendekatan Behavioral Teknik deconditioning), pemulihan secara alami (sponta-
Modeling Terhadap Pemahaman Siswa Dalam Pi- neous recovery) (Komalasari, dkk. 2011). Prinsip
lihan Sekolah Lanjutan (SMA/SMK/Madrasah Ali- pengkondisian klasik (operant conditioning), yaitu;
yah) SMPN 281 Jakarta (Kelas VIIID, Tahun Ajaran penguatan (reinforcement), jadwal penguatan (rein-
2012-2013). Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP forcement) (Kartadinata. 2007).
Negeri 281 Jakarta. Bagian pemodelan/modeling ini, pada pendekat-
Rumusan penelitian ini adalah bagaimana pener- an behavioral terdapat 5 fungsi yang digabung-
apan pendekatan behavioral teknik modeling terha- kan pada konsep atau tingkatannya, diantaranya;
dap pemahaman siswa dalam pilihan sekolah lanju- pemodelan hidup (live modeling), pemodelan sim-
tan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sebera- bolis (symbolic modeling), pemodelan peserta (par-
pa penerapan pendekatan behavioral teknik model- ticipant modeling), dan pemodelan rahasia (convert
ing terhadap pemahaman siswa dalam pilihan seko- modeling) (Sharf. 2012). Teknik dalam pendeka-
lah (SMA/SMK/Madrasah Aliyah) di SMP Negeri tan ini memiliki gambaran secara umum menge-
281 Jakarta. nai pemahaman dari eksplorasi, komunikasi, valida-
si, dan implementasi yang terdapat pada teori teknik
modeling sendiri dalam pembahasan system model-
Pembahasan Teori based definition of modeling language semantics
Pendekatan Behavioral Teknik Modeling (Gronniger, dkk. 2009). Pendekatan ini menjelas-
Behavioral dikenal pertama kali dengan sebu- kan tahapan dalam 6 teknik pada terapi behavior-
Penerapan Pendekatan Behavioral Teknik Modeling Terhadap Pemahaman Siswa ... 99

al, dan menekankan dengan satu individu atau dise- Hipotesis


but sebagai proses konseling individual, yaitu; lati- H1 : µ1 ≥ µ2 : terdapat pengaruh model pener-
han Asertif, desensitisasi sistematis, pengkondisian apan pendekatan behavioral teknik modeling terha-
aversi, pembentukan tingkah laku model, sensitisa- dap pemahaman siswa dalam pilihan sekolah lanjut-
si rahasia (covert sensitization), berhenti berpikir an (Tim Penyusun).
(thought stopping) (Sharf. 2012).
Metode
Kerangka Berpikir Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 281 Ja-
Pengertian pemahaman dalam konteks pada in- karta Model yang digunakan dalam penelitian ini
dividu terhadap masa perkembangan remaja bahwa adalah metode pre- eksperimen dengan desain one
pemahaman diri (self understanding) adalah repre- group pretest postest design (Sugiyono. 2008). Sam-
sentasi kognitif remaja mengenai diri, substansi dan pel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteli-
isi konsep diri remaja (Santrok. 2007). Masa rema- ti.
ja diketahui memiliki rasa ingin tahu yang besar, Teknik digunakan adalah teknik cluster sampling
serta keinginan untuk mencoba - coba hal yang ba- atau sampel berkelompok (Furchan. 2004). Instru-
ru, dalam hal ini individu ingin memutuskan untuk men penelitian berbentuk pilihan majemuk dengan
melanjutkan sekolah atau pun berhenti sekolah (Tim pilihan jawaban sebanyak 4 (empat) buah. Setiap
Penyusun). Pada masa tahapan pendidikan ini, ju- dari jawaban yang salah akan diberikan skor 0 se-
ga sebagai masa tahapan mencari identitas sehing- dangkan untuk jawaban yang benar diberikan skor
ga pemahaman dirinya sebatas keingintahuan yang 1 (Arikunto. 2005). Teknik pengumpulan data pa-
tinggi dengan hal ingin mencoba hal-hal baru tetapi da analisis butir instrument dan teknik analisis da-
tidak ditunjang dengan nilai-nilai moral dan spiritu- ta statistik. Teknik analisis butir instrument, yaitu;
al, pemahaman diri yang tinggi, kematangan emosi uji kesukaran, uji beda, pengujian validitas, pengu-
yang cukup, dan informasi yang benar dapat mem- jian reliabilitas. Teknik analisis data statistik, yaitu;
bawa remaja ke arah gaya hidup yang beresiko (Tim analisis deskriptif, uji persyaratan analisis (normali-
Penyusun). tas, homogenitas, uji hipotesis).
Berkaitan pendekatan behavioral teknik model-
ing terhadap pemilihan sekolah menjadikan salah
satu teknik dalam pemberian bantuan belajar pa- Pembahasan Penelitian
da layanan orientasi, informasi dan cara pemben- Hasil pengukuran untuk melakukan tes, sebe-
tuk tingkah laku. Agar individu dapat membentuk lum dan sesudah perlakuan adalah berbentuk pili-
perilaku yang baik, menghilangkan perilaku yang han ganda. Tes dipakai untuk mengetahui pemaha-
tidak baik, mampu bersikap sesuai dengan norma- man siswa dan pembentukan perilaku. Instrumen
norma yang ada. diuji coba kepada 34 responden, kemudian di va-
liditas dan reliabilitas. Hasil validitas dan reliabili-
tas adalah 30 butir valid dan 30 butir drop dari 60
Skema 1 Penelitian (Tim Penyusun) butir, dan reliabilitasnya adalah 0.9436 dengan ru-
Pilihan Sekolah Lanjutan mus KR-20 (Sugiyono. 2005). Kesimpulan bahwa
setelah SMP
instrumen penelitian reliabel.
Pembentukan
Hasil analisis dari data yang didapat dengan nilai
Perilaku untuk per- Pemahaman Siswa Faktor yang tertinggi 19 dan nilai terendah 10 dari 30 item yang
Pilihan Pendidikan
timbangan yang
digunakan. (SMA/SMK/
mempengaruhi disediakan untuk dijawab dengan benar. Dan hasil
perilaku
Pendekatan MK/MA) (pemahaman) yang diperoleh melalui mean sebesar 14.5, modus
behavioral
dengan jumlah 17, median dengan jumalh14.5. Dan
pada simpangan baku sebesar 6.34 dan variannya
Pemahaman Keputusan Pada Pilihan Sekolah Lanjutan adalah 6.43 yang diperoleh dari pre test untuk pema-
(SMA/SMK/MK/MA, beserta Jurusan-jurusan) tertentu haman siswa dalam pilihan sekolah lanjutan adalah
100 Penerapan Pendekatan Behavioral Teknik Modeling Terhadap Pemahaman Siswa ...

tertinggi 4 siswa, sedang 25 siswa dan terendah 5 ran dengan penerapan pendeketan behavioral teknik
siswa. Hasil data pre test dibentuk dalam 3 katego- modeling terhadap pemahaman siswa dalam pilihan
ri 4 siswa dengan persentase tinggi sebesar 11.8%, sekolah lanjutan (SMA/SMK/ Madrasah Aliyah),
sedang 25 siswa dengan persentase sebesar 73.52% dan dengan hasil cukup signifikan.
dan rendah 5 siswa dengan persentase 14.7%. Selanjutnya pada hasil penggunaan treatmen
Hasil data post test, yaitu nilai tertinggi 26 dan yang dilakukan dalam pertemuan. Pertemuan per-
terendah 12 dari 30 item yang dijawab dengan tama dan kedua adalah perkenalan dan pemberian
benar, melalui ;mean sebesar 21.32, modus sebe- awal tes. Treatmen pembentukan perilaku dilakukan
sar 23, median sebesar 22, kemudian simpang baku pada pertemuan ke tiga sampai ke enam dan belum
10.89 dan varian 10.65. Dan setalah dilakukan per- terlihat adanya peningkatan atau pun perubahan. Pe-
lakuan pada siswa kelas VIIID ada peningkatan ha- rubahan perilaku dalam pembentukan perilaku ter-
sil yang didapat sebasar 14.7% atau 5 siswa bera- lihat dan ada peningkatan pada pertemuan ketu-
da dengan katagori tinggi, sedang dengan presentase juh dan kedelapan, yang dimana informasi individu
70.6% atau 24 siswa dan rendah dengan presentase mengalami perkembangan dalam wawasan dan per-
14.7% atau 5 siswa. encanaannya. Pertemuan ke sembilan dan ke sepu-
Skor rata-rata dari hasil pre test dan post test un- luh adalah pertemuan sebagai pemberian motiviasi
tuk mengetahui pemahaman siswa mengalami pening- kepada siswa dalam menghadapi ujian semester dan
katan dari sebelum diberikan perlakuan (pre test) sebe- pertemuan terakhir sebagai pemberian tes akhir un-
sar 14.59 dan meningkat setelah diberikan perlakuan tuk melihat perubahan perilaku.
(post test) menjadi 21.32. Hasil data antara pre test dan post test yaitu; hasil
sebelum diberikan perlakuan mengenai pemahaman
25
siswa dalam memilih sekolah, persentasi yang di-
21.32
peroleh siswa yang tinggi sebanyak 26% dan rendah
20
14.59 Skor sebanyak 74% dan hasil setelah diberikan perlakuan
15 rata-rata pada pemahaman siswa meningkat menjadi tinggi
10 53% dan rendah 47%, dan hasil data statistik sesuai
5 dengan observasi terakhir walau dilihat dalam ben-
0 tuk kelompok. Dengan kata lain, pemahaman siswa
Sebelum Sesudah
sekolah menengah pertama (SMP) mengenai pemi-
Gambar 1: Skor Rata-Rata Pemahaman Siswa lihan pada sekolah lanjutan pada tingkat yang lebih
tinggi, terdapat peningkatan setelah diberikan per-
Berdasarkan distribusi frekuensi, tingkat pema- lakuan dengan pendekatan behavioral teknik model-
haman siswa pada pilihan sekolah lanjutan (SMA/ ing. Dan hasil data statistik menjadikan individu so-
SMK/Madrasah Aliyah) sebelum dan sesudah per- sok yang mandiri dalam hidupnya dan bisa menjadi-
lakuan. Bahwa kategori sebelum diberikan per- kan contoh bagi individu lain.
lakuan mendapatkan skor paling rendah sebesar Berdasarkan dari latar belakang penelitian dan
10.5 dan skor paling tinggi 18.5, dan setelah diberi- teori yang digunakan untuk mengetahui, apakah ada
kan perlakuan mengalami kenaikan skor menjadi pengaruh dalam penerapan pendekatan behavioral
paling rendah 12.5 dan paling tinggi 26.5. teknik modeling terhadap pemahaman siswa dalam
Untuk hasil data hipotesis, peneliti mengguna- pilihan sekolah lanjutan (SMA/SMK/Madrasah Ali-
kan uji- t kemudian diperoleh hasil thitung sebesar yah) pada siswa kelas VIII-D di SMP Negeri 281
11.16 dan ttabel sebesar 1.67. dengan membanding- Jakarta, maka dapat dibuktikan ada pengaruh dari
kan thitung dan ttabel, maka thitung = 21,6 > ttabel = 1,68 se- penerapan pendekatan dan teknik kepada pema-
hingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Hasil hipo- haman siswa dalam memilih sekolah lanjutan dan
tesis menyatakan Ho ditolak sedangkan H1 diterima. pembentukan perilaku untuk pemahaman individu
Berarti hasil hipotesis yang dilakukan dalam pene- yang diberikan.
litian menyatakan ada pengaruh model pembelaja- Kekurangan penelitian yang telah dilakukan ma-
Penerapan Pendekatan Behavioral Teknik Modeling Terhadap Pemahaman Siswa ... 101

sih jauh dari sempurna, sehingga perlu dicermati 2. Bagi Siswa, hendaknya banyak mencari infor-
berbagai kelemahannya, seperti: hasil penelitian ti- masi untuk menambah wawasannya kemudi-
dak ada kelompok kontrol untuk mengontrol faktor- an mengkonsultasikan kepada guru BK atau gu-
faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil data, dan ru-guru bahkan orang dilingkungannya dalam
hasil penelitian ini belum bisa diinterpretasikan de- memilih sekolah lanjutan. Siswa memberikan
ngan rinci dikarenakan hasil yang diperoleh secara pengertian kepada orang tua mengenai kesempa-
kelompok. Hasil dari penelitian tidak dapat digene- tan agar bisa mandiri dalam menggapai cita-ci-
ralisasikan secara terperinci, dikarenakan mengin- tanya.
terpretasi hasilnya dalam kelompok besar berdasar-
kan data yang diperoleh sehingga peneliti kurang Daftar Pustaka
bisa untuk menginterpretasi per-individu secara ter- Arikunto, Suharsimi, “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan
perinci dalam perubahan perilaku (Tim Penyusun). Edisi Revisi”, Jakarta : Bumi Aksara , 2005.
Atkinson, Rita L. Richard C Atkinson. Ernest R. Hilgard,
“Pengantar Psikologi Jilid 1, Edisi 8, Jakarta: Erlang-
Simpulan dan Saran ga, 1997.
Kesimpulannya, bahwa teknik modeling pada Corey, Gerald. ”Theory & Practice of Counseling and
pendekatan behavioral menjadikan perilaku siswa Psychotherapy”. California State University: Thom-
positif dan mencoba menerapkan kehidupan diri un- son brooks/cole, 2012.
tuk lingkungan sekitar sebagai sosok disiplin dan Depdiknas Dirjen Dikti. Modul Sertifikasi Guru BK
mandiri dalam melanjutkan sekolah lanjutan lebih dalam jabatan. Jakarta , 2008.
tinggi setelah lulus SMP. Teknik ini juga mambantu Flannagan, John Sommers & Rita Sommers Flanagan,
siswa dalam melatih belajar perilaku yang sesuai ke- “Counseling and Psychotherapy Theories in Context
tika mau mengambilan keputusan sesuai dengan po- and Practice (skill, strategies, techniques)”, New Jer-
tensi yang ada. Pembentukan perilaku yang sesuai sey: Wiley & Sons. Inc, 2004.
terlihat dimulai, bagaimana memilih pilihan seko- Gronniger, Hans. Jan Oliver Ringert and Bernhard
Rumpe, “System Model-Based definition of Model-
lah lanjutan sehingga siswa menjadi mandiri, disip-
ing Language Semantics”, Germany: IFIP, 2009.
lin dan berkepribadian baik (Tim Penyusun). Santrok, John W, “Remaja.” Edisi 11, Jilid 1. Dallas: Uni-
Hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat verity of Texas / Erlangga, 2007.
diajukan saran sebagai berikut: Sharf. Richard S, “Theories of Psychotherapy and Coun-
1. Bagi Sekolah dan Masyarakat, agar dapat seling (concept and case ) 5th edition”, Belmont :
mengembangkan, mengoptimalkan kemampuan Brooks/Cole. 2012.
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
yang dimiliki siswa, dan juga member peran
Dan R&D Edisi Revisi”. Bandung : Alfabeta, 2005.
dalam keberhasilan siswa dalam membantu mem- Surya. Darma, “Bimbingan dan Konseling Di Sekolah”,
berikan saran dan prasarana yang berkenaan de- Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ngan kehidupan dalam pemahaman siswa. Bah-
wa pemahaman siswa adalah awal pembentukan
perilaku siswa agar bisa mandiri dan berkepri-
badian baik, dikarenakan siswa sebagai generasi .
penerus bangsa.

You might also like