You are on page 1of 17

IBLAM LAW REVIEW

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM


Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

ANALISIS KASUS RATNA SARUMPAET DALAM MENYEBAR


BERITA BOHONG DARI PERSPEKTIF
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

CASE ANALYSIS OF RATNA SARUMPAET IN SPREADING FAKE


NEWS FROM CRIMINAL LIABILITY PERSPECTIVE

Wiend Sakti Myharto

Program Studi Ilmu Hukum, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum BLAM,


Jl. Kramat Raya No.25, Kramat, Kec. Senen, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
Email: wiendsaktimyharto1985@gmail.com
Abstract
Ratna Sarumpaet lied to the public and to herself as if she was being mistreated by
someone else which caused her face to become bruised. It was later discovered that it
was the effect of plastic surgery. There are 2 formulations of the problems discussed
including: 1) What is the criminal responsibility for the perpetrators of the crime of
spreading false news? and 2) What is the responsibility for the fake news that Ratna
Sarumpaet has committed? The research method used by the author is a normative
juridical method, literature review which collects primary secondary and tertiary legal
materials to be analyzed in perspective. There are two laws regulated in the Criminal
Code in general and the ITE Law in particular in ensnaring Ratna Sarumpaet.
Keywords: Fake News, Ratna Sarumpaet, Legal Cases.

Absstrak
Ratna Sarumpaet berbohong kepada public dan atas dirinya sendiri seolah-olah ia
dianiaya oleh orang lain yang menyebabkan mukanya lebam. Belakangan diketahui itu
efek dari operasi plasitik. Ada 2 Rumusan masalah yang dibahas diantaranya: 1)
Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penyebaran
berita bohong? dan 2) Bagaimana pertanggungjawaban atas berita bohong yang
dilakukan Ratna Sarumpaet? Adapun metode penelitian yang digunakan penulis
adalah metode yurudis normatif, Kajian pustaka yang menghimpun bahan hukum
Primer sekunder dan tersier untuk dianalisis secara perspektif. Ada dua hukum yang
diatur dalam KUHP secara umum dan UU ITE Secara khusus dalam menjerat Ratna
Sarumpaet.

Kata Kunci: Berita Bohong, Ratna Sarumpaet, Kasus Hukum.

63
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

A. Pendahuluan bohong hanya berorientasi di media


Undang-Undang Dasar Republik cetak saja.3
Indonesia pada hakikatnya mengatur Seiring berkembangnya teknologi
bahwa setiap orang berhak untuk maka semakin berkembang pula
berkomunikasi dan memperoleh penyebaran berita bohong itu melalaui
informasi dengan menggunakan segala internet dan merambat ke media
jenis saluran yang tersedia, termasuk elektronik yang menjadi konsumsi
media sosial melalui saluran teknologi masyarakat sekarang ini, namun
informasi.1 Namun beberapa tahun perbedaan yang sangat mencolok
terakhir ini masyarakat di Indonesia adalah berita bohong menjadi sangat
dihebohkan dengan isu berita bohong tidak terkontrol.4 Saat ini faktanya
atau yang lebih dikenal dengan istilah masyarakat kita masih banyak sekali
“Hoax”.2 Sejarah dari berita bohong yang belum bisa membedakan antara
sendiri sudah bisa ditelusuri sebelum berita bohong dan yang benar. Ada
tahun 1600-an. Kebanyakan informasi memang sebagian yang ikut
pada era tersebut disebarkan tanpa menyebarkan berita bohong tetapi
komentar. Para pembaca bebas sebenarnya mereka di satu sisi juga
menentukan validitas atau kebenaran korban karena Mereka menganggap
informasi berdasarkan pemahaman, informasi palsu yang mereka sebarkan
kepercayaan atau agama, serta itu benar karena ketidaktahuan dalam
penemuan ilmiah terbaru pada masa menyaring informasi.5 Pada dasarnya
itu. Kebanyakan hoax pada masa itu informasi merupakan suatu hal yang
terbentuk karena spekulasi. Berita sangat fundamental di kehidupan
bohong memiliki beberapa perbedaan sehari- hari untuk mengetahui apa saja
antara abad yang lalu dengan zaman yang telah terjadi di sekitarnya dan
modern sekarang, dimana berita
3
Choiroh Lailatul Utiya, Pemberitaan Hoax
perspektif Hukum Pidana Islam, Al-Jinayah: Jurnal
Hukum Pidana Islam, Vol. 3, No. 2, 2017, hlm.11
4
Reni Julani, Media Sosial Ramah Sosial VS Hoax,
dalam jurnal Program Studi Komunikasi Fakultas
1
Asril Sitompul, Hukum Internet, Citra Aditya Bakti, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 8, Nomor 2,
Bandung, 2001, hlm. 7 2017, hlm. 142 - 143
2 5
Ibid., hlm. 8 Ibid.
64
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

untuk memenuhi kebutuhan serta Contoh kasus tentang penyebaran


kekurangan pengetahuan untuk berita bohong seperti pada aktivis
menjawab suatu pertanyaan yang tidak Ratna Sarumpaet yang telah
diketahui. Istilah informasi secara memberitakan bahwa dirinya
harfiah memiliki makna sebagai mengalami pemukulan yang dilakukan
penerangan, pemberitahuan, kabar, atau oleh dua orang yang tidak dikenal
berita tentang sesuatu.6 sehingga mengakibatkan dirinya
Masyarakat perlu menyadari bahwa lebam-lebam. Akibat penyebaran
pelaku pembuat informasi yang informasi tersebut publik menjadi onar,
berpotensi menimbulkan keonaran bisa karena peristiwanya bersamaan dengan
dilakukan oleh siapapun, dan ia bisa menjelang pemilihan presiden (tahun
dijerat dengan pidana yang ancaman 2019) sedangkan Ratna Sarumpaet
hukumannya tidak ringan. Tindak menjadi salah satu tim sukses salah
pidana penyebaran berita bohong di satu pasangan calon presiden. Padahal
media sosial faktanya masih menuai sebenarnya tidak demikian, wajah
permasalahan disisi penegakan hukum. lebam-lebam ternyata sebagai akibat
Salah satu proses fundamental terkait dari pengobatan atau operasi plastik di
dengan proses penegakan hukum sebuah rumah sakit di Jakarta.8
pidana adalah proses penyidikan. Perbuatan tersangka yang
Penyidikan dalam hukum acara pidana meyebarkan berita bohong alias Hoax
adalah serangkaian tindakan penyidik untuk membuat keonaran telah
untuk mencari dan mengumpulkan memenuhi unsur pidana sebagaimana
bukti. Bukti ini nantinya membuat jelas tertuang dalam dakwaan ke-1 yakin
suatu tindak pidana dan menemukan pasal 14 ayat (1) Undang-undang
tersangkanya serta guna proses Nomor 1 tahun 1946 tentang peraturan
pembuktian.7 Hukum Pidana atau Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP).

6
Putu Laxman Pendit, Makna Informasi: Lanjutan Pembangunan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
dalam Sebuah Perdebatan, KesaintBlanc, Jakarta, Bandung, 2005, hlm. 61
8
2002, hlm. 64 https://www.cnnindonesia.com/nasional/201907111
7
Koeswadji, Hermien Hadiati, Perkembangan 04617-12-411153/ratna-sarumpaet-divonis-2-tahun-
Macam-Macam Pidana Dalam Rangka penjara/diakses-12Desember-2019
65
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

Dalam proses persidangan Majelis B. Metode Penelitian


Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Metode penelitian berperan penting
Selatan dalam putusannya yang untuk mendapatkan data yang akurat
dibacakan dalam sidang vonis dan terpercaya. Metode penelitian yang
menyatakan terdakwa Ratna Sarumpaet digunakan adalah yuridis normatif
bersalah menyebarkan berita bohong yaitu menganalisis kaitan antara
(hoax) penganiayaan dan menjatuhkan peraturan perundang-undangan yang
sanksi pidana dua tahun penjara. Ratna berlaku dengan teori-teori hukum dan
Sarumpaet terbukti secara sah dan praktek pelaksanaan hukum positif
meyakinkan bersalah melakukan tindak yang menyangkut permasalahan yang
pidana menyiarkan pemberitahuan dibahas. Penelitian ini akan
bohong dengan sengaja menerbitkan menganalisis masalah hukum,fakta, dan
keonaran rakyat, dengan sanksi pidana gejala hukum lainnya yang berkaitan
penjara selama 2 (dua) tahun.9 dengan pendekatan hukum, kemudian
Adapun rumusan masalah yang di peroleh gambaran yang menyeluruh
akan dibahas dalam penelitian ini mengenai masalah yang akan di teliti.
adalah : Penelitian yang berbentuk deskriftif
1. Bagaimana pertanggungjawaban analisis ini hanya akan
pidana terhadap pelaku tindak menggambarkan keadaan objek atau
pidana penyebaran berita bohong? persoalan dan tidak dimaksudkan
2. Bagaimana pertanggungjawaban mengambil atau menarik kesimpulan
atas berita bohong yang dilakukan yang berlaku umum mengenai
Ratna Sarumpaet? pertanggungjawaban hukum tindak
pidana penyebaran berita bohong.10

9
https://www.kejari-
jaksel.go.id/read/news/2019/07/11/907/sidang-
lanjutan-ke-17-tujuh-belas-pembacaan-putusan-
perkara-penyebaran-berita-bohong-alias-hoax-untuk-
10
membuat-keonaran-dengan-terdakwa-ratna- Soerjono, Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,
sarumpaet-di-pn-jaksel/diakses-12-Desember-2019 UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 81
66
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

Bahan-bahan hukum yang akan penelitian dan penulisan penelitian ini


digunakan meliputi : meliputi bahan-bahan bacaan yang ada
hubungannya dengan masalah
a. Bahan Hukum Primer
pertanggungjawaban pelaku tindak
Bahan–bahan hukum yang
pidana penyebaran berita bohong,
digunakan dalam penelitian dengan
sebagai objek yang teliti yaitu literatur
kekuatan yang mengikat meliputi
dan karya ilmiah yang berkaitan
norma dan kaidah dasar seperti,
dengan masalah yang akan di teliti.
peraturan perundang-undangan
c. Bahan Hukum Tersier
catatancatatan resmi atau risalah dalam
Bahan hukum yang memberikan
pembuatan perundangundangan, dan
penjelasan lebih lanjut dari bahan
putusan hakim, dalam penelitian dan
hukum primer dan sekunder yaitu,
penulisan penelitian ini, meliputi :11
kamus, baik kamus terjemahan maupun
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
kamus hukum, majalah dan internet
(KUHP), Undang-Undang No. 11
(virtual research). 12
tahun 2008 yang telah diperbarui
dengan Undang-Undang Nomor 19
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tahun 2016 tentang Informasi dan
Van Hamel memberikan pengertian
Transaksi Elektronik, dan Peraturan-
pertanggungjawaban pidana adalah
peraturan lainnya yang berkaitan
suatu keadaan normal psikis dan
dengan judul penelitian.
kemahiran yang membawa tiga macam
b. Bahan Hukum Sekunder
kemampuan, yaitu pertama, mampu
Bahan-bahan yang memberikan
untuk dapat mengerti makna serta
penjelasan mengenai bahan hukum
akibat sungguh-sungguh dari
primer dan implementasinya, seperti
perbuatanperbuatan sendiri. Kedua,
hasil-hasil penelitian, hasil karya dari
mampu untuk menginsyafi bahwa
kalangan hukum, makalahmakalah
perbuatanperbuatan itu bertentangan
seminar, dan lain-lain. Dalam
dengan ketertiban masyarakat. Ketiga,

11 12
Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Jakarta, 2010, hlm. 141 Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT
RajaGrafindo Persada, 1995, hlm. 62
67
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

mampu untuk menentukan kehendak pertanggungjawaban pidana


berbuat.13. berdasarkan kesalahan, namun
dalam beberapa hal tidak menutup
1. Pompe memberikan
kemungkinan adanya
pertanggungjawaban pidana dalam
pertanggungjawaban pengganti
batasan unsur-unsur yaitu
(vicarious liability) dan
kemampuan berpikir pada pelaku
ertanggungjawaban yang ketat
yang memungkinkan menguasai
(strict liability). Masalah kesesatan
pikirannya dan menentukan
(error) baik kesesatan mengenai
kehendaknya, pelaku dapat
keadaannya (error facti) maupun
mengerti makna dan akibat dari
kesesatan mengenai hukumnya
tingkah lakunya serta pelaku dapat
sesuai dengan konsep merupakan
menentukan kehendaknya sesuai
salah satu alasan pemaaf sehingga
dengan pendapatnya (tentang
pelaku tidak dipidana kecuali
makna dan akibat tingkah
kesesatannya itu patut
lakunya).14 15
dipersalahkan kepadanya.
2. Adapun teori pertanggungjawaban
3. Pertanggungjawaban pidana
pidana, yang disampaikan oleh
(criminal responsibility) adalah
Roscoe Pound mengandung asas
suatu mekanisme untuk
kesalahan (asas culpabilitas), yang
menentukan apakah seseorang
didasarkan pada keseimbangan
terdakwa atau tersangka
monodualistik bahwa asas
dipertanggungjawabkan atas suatu
kesalahan yang didasarkan pada
tindakan pidana yang terjadi atau
nilai keadilan harus disejajarkan
tidak. Untuk dapat dipidananya si
berpasangan dengan asas legalitas
pelaku, disyaratkan bahwa tindak
yang didasarkan pada nilai
pidana yang dilakukannya itu
kepastian. Walaupun Konsep
memenuhi unsur-unsur yang telah
berprinsip bahwa

13 15
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum
Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2014, dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
hlm 121. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 23
14
Teguh Prasetyo, Op. Cit, hlm. 86.
68
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

ditentukan dalam Undang-undang. hukum demi pengayoman


Pertanggungjawaban pidana masyarakat; menyelesaikan konflik
mengandung makna bahwa setiap yang ditimbulkan tindak pidana;
orang yang melakukan tindak memulihkan keseimbangan;
pidana atau melawan hukum, mendatangkan rasa damai dalam
sebagaimana dirumuskan dalam masyarakat; memasyarakatkan
undang-undang, maka orang terpidana dengan mengadakan
tersebut patut pembinaan sehingga menjadi orang
mempertanggungjawabkan baik dan membebaskan rasa
perbuatan sesuai dengan bersalah pada terpidana.
kesalahannya. Dengan kata lain Pertanggungjawaban pidana harus
orang yang melakukan perbuatan memperhatikan bahwa hukum
pidana akan pidana harus digunakan untuk
mempertanggungjawabkan mewujudkan masyarakat adil dan
perbuatan tersebut dengan pidana makmur merata materiil dan
apabila ia mempunyai kesalahan, spirituil. Hukum pidana tersebut
seseorang mempunyai kesalahan digunakan untuk mencegah atau
apabila pada waktu melakukan menanggulangi perbuatan yang
perbuatan dilihat dari segi tidak dikehendaki. Selain itu
masyarakat menunjukan penggunaan sarana hukum pidana
pandangan normatif mengenai dengan sanksi yang negatif harus
kesalahan yang telah dilakukan memperhatikan biaya dan
orang tersebut.16 kemampuan daya kerja dari
4. Pertanggungjawaban pidana insitusi terkait, sehingga jangan
diterapkan dengan pemidanaan, sampai ada kelampauan beban
yang bertujuan untuk untuk tugas (overbelasting) dalam
17
mencegah dilakukannya tindak melaksanakannya.
pidana dengan menegakkan norma

16
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 41.
17
Ibid., hlm. 23
69
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

a. Pertanggungjawaban Pidana “Barangsiapa dengan maksud


Terhadap Pelaku Tindak Pidana untuk menguntungkan diri sendiri atau
Penyebaran Berita Bohong orang lain secara melawan hukum,
dengan memakai nama hukum palsu
Selain di dalam Undang-Undang
atau martabat palsu, dengan tipu
Tentang Informasi dan Transaksi
muslihat, atau rangkaian kebohongan,
Elektronik berita bohong (hoax) juga
menggerakkan orang lain untuk
diatur dilam KUHP, beberapa peraturan
menyerahkan barang sesuatu
yang dibuat oleh pemerintah Republik
kepadanya atau supaya memberi utang
Indonesia sebagai dasar acuan untuk
maupun menghapuskan piutang,
memidanakan para pelaku penyebar
diancam karena penipuan dengan
berita bohong (hoax), di dalam Kitab
pidana penjara paling lama empat
Undang-Undang Hukum Pidana:18
tahun.”
1. Pasal 311 ayat (1)
3. Pasal 390
“Jika yang melakukan kejahatan
“Barang siapa dengan maksud
pencemaran atau pencemaran tertulis
untuk menguntungkan diri sendiri atau
dibolehkan untuk membuktikan apa
orang lain secara melawan hukum,
yang dituduhkan itu benar, tidak
dengan menyiarkan kabar bohong yang
membuktikannya, dan tuduhan
menyebabkan harga barang-barang
dilakukan bertentangan dengan apa
dagangan, dana-dana atau surat-surat
yang diketahui, maka dia diancam
berharga menjadi turun atau naik
melakukan fitnah dengan pidana
diancam dengan pidana penjara paling
penjara paling lama empat tahun.”
lama dua tahun delapan bulan.”19
2. Pasal 378
Dalam pasal 390 KUHP ini
terdapat frasa yang sama seperti di

18
dalam Undang-Undang Nomor 11
Abigail Sekar Ayu Asmara, Bambang Dwi
Baskoro, Sukinta, Pemidanaan Terhadap tahun 2008 Tentang Informasi dan
Pelaku“Hoax” dan Kaitany Dengan Konsep
Keadilan Restoratif, dalam Diponegoro Law
19
Journal,Volume 7, Nomor 2, 2018, hlm.152 Ibid., hlm. 153

70
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

Transaksi Elektronik yaitu, menyiarkan Berita bohong (hoax) mempunyai


kabar bohong. Di dalam buku R. beberapa jenis diantara lain adalah:21
Soesilo terdapat beberapa poin dari
a. Fake news: Berita yang
pasal 390 KUHP yaitu:
menggantikan atau membuat
a. Terdakwa hanya dapat dihukum kebohongan dari berita yang asli.
menurut pasal ini apabila, ternyata Berita ini bertujuan untuk memalsukan
kabar yang disiarkan itu adalah kabar atau memasukkan ketidak benaran
bohong. kabar bohong tidak hanya dalam suatu berita. Penulis berita
dipandang sebagai memberitahukan bohong biasanya menambahkan hal –
suatu kabar yang kosong, akan tetapi hal yang tidak benar dan membuat
juga menceritakan secara tidak benar suatu berita itu semakin baik serta
tentang suatu kejadian. semakin buruk.

b. Menaikkan atau menurunkan harga b. Clickbait (Tautan jebakan): Tautan


barang – barang dan sebagainya, yang diletakkan secara strategis di
dengan menyiarkan kabar bohong itu dalam suatu situs dengan tujuan untuk
hanya dapat hukum, bahwa penyiaran menarik orang masuk ke situs lainnya.
kabar bohong itu dilakukan dengan Konten di dalam tautan ini sesuai fakta
maksud untuk menguntungkan diri namun judulnya dibuat berlebihan atau
sendiri atau orang lain. dipasang gambar yang menarik untuk
memancing pembaca untuk membuka
Orang yang menaikkan harga
suatu konten yang muncul.
barang-barang dagangan atau surat-
surat berharga dengan jalan c. Confirmation bias (Bias konfirmasi):
memborong atau membeli secara besar- adalah kecenderungan untuk
20
besaran, itu tidak dihukum. menginterpretasikan kejadian yang
baru terjadi sebagai bukti dari
3. Jenis-Jenis Berita Bohong (Hoax)
kepercayaan yang sudah ada.

20
Firmansyah R, Web Klarifikasi Berita Untuk
21
Meminimalisir Penyebaran Berita Hoax, Jurnal Ibid, hlm. 62
Informatika, Vol. 4, No. 2, 2017, hlm. 61
71
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

d. Misinformation: Informasi yang 2. Setiap orang dengan sengaja dan


salah atau tidak akurat, terutama yang tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menipu. ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu
e. Satire: Sebuah tulisan yang
dan/atau kelompok masyarakat tertentu
menggunakan humor (lelucon), hal
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
yang dibesar-besarkan untuk
antargolongan (SARA).
mengkomentari kejadian yang sedang
hangat. Ada dua bentuk perbuatan pidana ITE
dalam pasal 28, masing-masing
f. Post-truth (Pasca-kebenaran):
dirumuskan dalam ayat (1) dan ayat
Kejadian dimana emosi lebih berperan
(2).Perbuatan pidana ITE dalam ayat
daripada fakta untuk membentuk opini
(1) terdiri dari unsur sebagai berikut:23
publik.
1. Keasalahan : dengan segaja
g. Propaganda: adalah aktifitas
menyebar luaskan informasi, fakta, 2. Melawan hukum : tanpa hak
argumen, gosip, setengah kebenaran,
3. Perbuatan : menyebarkan
atau bahkan kebohongan untuk
mempengaruhi opini publik.22 4. Objek : berita bohong dan
menyesatkan
Di dalam UU ITE pasal 28 yang
berbunyi: 5. Akibat kontitutif : mengakibatkan
kerugian konsumen dalam transaksi
1. Setiap orang dengan sengaja dan
elekrtonik. Yang mengakibatkan
tanpa hak menyebarkan berita bohong
kerugian konsumen dalam transaksi
dan menyesatkan yang mengakibatkan
elektronik adalah semua bentuk
kerugian konsumen dalam Transaksi
kerugian, tidak saja kerugian yang
Elektronik
dapat dinilai uang, tetapi segala bentuk

22
Siswoko, Kurniawan Hari, Kebijakan Pemerintah
23
Menangkal PenyebaranBerita Palsu atau „Hoax‟, Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Tindak Pidana
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, Informasi dan Transaksi Elektronik, Citra Aditya
Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 29 Bakti, Bandung, 2006, hlm. 128.

72
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

kerugian. Missalnya, timbulnya diatur di dalam Pasal 45A ayat (1) dan
perasaan cemas, malu, kesusahan, ayat (2) UU ITE sebagai berikut :26
hilangnya harapan mendapatkan
(1) Setiap orang yang dengan sengaja
kesenangan atau keuntungan
dan tanpa hak menyebarkan berita
sebagainya.24
bohong dan menyesatkan yang
Unsur-unsur perbuatan pidana mengakibatkan kerugian konsumen
dalam ayat (2) adalah sebagai berikut dalam Transaksi Elektronik
:25 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1) dipidana dengan pidana
1. Kesalahan : dengan segaja
penjara paling lama 6 (enam) tahun
2. Melawan hukum : tanpa hak dan/atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. Perbuatan : menyebarkan
(2) Setiap orang dengan sengaja dan
4. Objek : informasi
tanpa hak menyebarkan informasi yang
5. Tujuan : untuk menimbulkan rasa ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, ras, dan berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA). antargolongan (SARA) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2)
Jadi jika dilihat dari unsur-unsur
dipidana dengan pidana penjara paling
tersebut seseorang dapat dimintai
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
pertanggungjawaban pidana yang
paling banyak Rp 1.000.000.000.00,
24
Cheny Berlian, Sanksi Pidana Pelaku (satu miliar rupiah).
Penyebaran Berita Bohong Dan Menyesatkan
(Hoax) Melalui Media Online, Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Riau, Volume 2
Nomor. 2 November 2017, hlm. 49.
25
Nur Aisyah Siddiq, Penegakan Hukum Pidana
Islam Dalam Penanggulangan Berita Palsu (Hoax)
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Yang
Telah Dirubah Menjadi Undang-Undang No. 19
Tahun 2016 Tentang Infrmasi Dan Transaksi
26
Elektronik, Jurnal Lex Et Societatis, Volume V Ibid., hlm. 77
Nomor. 10 Desember 2017, hlm.76
73
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

b. Pertanggungjawaban Atas Hoax untuk membuat Keonaran dengan


Berita Bohong Yang Dilakukan terdakwa atas nama Ratna Sarumpaet
Ratna Sarumpaet (No.perkara 203/Pid.sus/
2019/PN.JKT.SEL) dengan agenda
a. Kronologis Singkat
Sidang Pembacaan Putusan (Vonis)
Berkas perkara Ratna telah
Majelis Hakim.
dilimpahkan Jaksa Penuntut Umum ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan per Dalam tuntutannya, jaksa
Rabu, 21 Februari 2019. Humas PN membacakan hal-hal yang
Jaksel memastikan Ratna mulai memberatkan hukuman Ratna seperti
disidang pada hari Kamis tanggal 28 sebagai sosok yang berusia lanjut,
Februari tahun 2019. Persidangan intelektual dan publik figur tetapi tidak
dipimpin Wakil Ketua Pengadilan berperilaku baik. Selain itu perbuatan
Negeri Jakarta Selatan Joni dan dua Ratna membuat keresahan dan
hakim Anggota yakni Krisnugroho dan kegaduhan, serta berbelit-belit dalam
Mery Taat Anggarasih.27 memberikan keterangan. Jaksa
mendakwa Ratna dengan Pasal 14 ayat
b. Ringkasan Pertimbangan Hakim
(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
dan Putusan Pengadilan Negeri
1946 tentang Hukum Pidana karena
Jakarta Selatan Nomor :
dianggap telah menyebarkan berita
203/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Sel.
bohong untuk membuat keonaran.
Pada hari Kamis tanggal 11 Juli
Jaksa pun meminta supaya majelis
2019 Sekira pukul 10.00 WIB s/d 17.00
memutuskan bahwa Ratna terbukti
WIB bertempat di Ruang Sidang
bersalah dalam menyiarkan berita
Utama Prof.H.Oemar Seno Adji, SH
bohong dan sengaja menerbitkan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jl. 28
keonaran.
Ampera Raya No.133 Ragunan Pasar
Minggu Jakarta Selatan telah Dalam sidang ke-17 (tujuh belas)
berlangsung sidang ke-17 (tujuh belas) pembacaan Putusannya Majelis hakim
perkara penyebaran berita bohong alias
28
https://www.kejarijaksel.go.id/News?page=7/diaks
27
Ibid. es Januari 2021
74
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

menimbang berdasarkan barang bukti keadilan yang tumbuh dan berkembang


dan fakta-fakta terungkap di dalam masyarakat.29
persidangan dari keterangan saksi ahli,
Amar putusan yang telah
maka Majelis Hakim menimbang
dibacakan oleh majelis hakim
perbuatan terdakwa Ratna Sarumpaet
dipersidangan adalah sebagai berikut :
yang meyebarkan berita bohong alias
Hoax untuk membuat keonaran telah 1. Mengadili menyatakan terdakwa
memenuhi unsur pidana sebagaimana telah terbukti bersalah menyiarkan
tertuang dalam dakwaan ke-1 yakin berita bohong sebagaimana perkara.
pasal 14 ayat (1) Undang-undang 2. Menjatuhkan penjara kepada
nomor 1 tahun 1946 tentang peraturan terdakwa selama 2 (dua) Tahun
Hukum Pidana. Dengan ini maka penjara.
Majelis hakim menjatuhkan Hukuman 3. Terdakwa menjalankan hukuman
selama 2 (dua) tahun dikurangi masa dikurangi masa tahanan.
tahanan kepada terdakwa Ratna 4. Memerintahkan JPU melakukan
Sarumpaet. penahanan terhadap terdakwa.
5. Barang Bukti dikembalikan
Pertimbangan Majelis Hakim
kepada JPU.
didalam memberikan putusan tersebut,
6. Membebankan kepada terdakwa
berpendapat selama dalam persidangan
biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-.
berlangsung pada diri terdakwa tidak
Terhadap Putusan Majelis Hakim
ditemukan adanya alasan pembenar
tersebut penasehat Hukum menyatakan
atau alasan pemaaf, maka kepada diri
pikir-pikir, kemudian sikap JPU atas
terdakwa haruslah dianggap orang yang
Putusan tersebut yakni pikir-pikir,
mampu bertanggung jawab menurut
setelah pembacaan putusan selesai
hukum dan perbuatnya itu dipandang
kemudian Majelis Hakim menyatakan
sebagai perbuatan melawan Hukum,
sidang dinyatakan selesai.30
sehingga kepada terdakwa haruslah
dijatuhi pidana sesuai dengan
kesalahannya dengan mengingat rasa 29
Ibid.
30
Ibid.
75
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

Penyebaran berita bohong tentang unsur pasal yang disangkakan


penganiayaan yang dialami aktivis terutama unsur yang menimbulkan
Ratna Sarumpaet akhirnya diungkap keonaran dalam masyarakat. “Tetapi,
sendiri melalui konperensi pers di perbuatannya hanya menimbulkan
rumahnya. Ratna mengaku tidak keonaran di kalangan netizen, tidak
dianiaya dan membenarkan luka lebam menyebabkan matinya seseorang dan
di wajahnya karena prosedur bedah hilangnya harta benda seseorang.
plastik. Sehari kemudian, Ratna Sehingga, kasus ini masih jauh dari
ditetapkan sebagai tersangka dan perbuatan yang dapat dipidana.
ditahan Polda Metro Jaya atas laporan
Harus diakui dengan diterapkannya
Ketua Umum Cyber Indonesia,
Undang-undang nomor 1 Tahun 1946
beberapa komunitas advokat. Ratna dan
yang menjerat Ratna Sarumpaet dengan
beberapa pihak lain dijerat Pasal 28
kasus keonaran, Maka berita Hoax
ayat (2) jo Pasal 45A ayat (2) dan/atau
yang menjadi isu hangat sebelumnya
Pasal 35 jo Pasal 51 ayat (1) UU No.19
dapat dipatahkan. Dan undang-undang
Tahun 2016 tentang Informasi dan
ITE maupun KUHP ternyata tidak
Transaksi Elektronik (ITE), dan/atau
dijadikan referensi hakim dalam
Pasal 14 dan/atau Pasal 15 UU No. 1
menjatuhkan putusannya. Seharusnya
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum
dengan status Publik Figur Ratna dapat
Pidana (KUHP) atas tuduhan
dihukum lebih berat karena dia sendiri
menyebarkan berita bohong alias
mempunyai sejumlah pengikut fanatik.
hoak yang dinilai menimbulkan
Sehingga dapat menimbulkan efek jera.
keonaran di masyarakat.
D. Kesimpulan
Terlepas dari persoalan politik
1. Pertanggungjawaban pidana
yang melingkupi kasus ini, pasal yang
terhadap pelaku tindak pidana
disangkakan terhadap Ratna Sarumpaet
penyebaran berita bohong, dapat
rentan dipersoalkan. Sebab, melihat
dikenakan dengan 2 (dua) aturan
kasus posisi yang dialami Ratna
hukum yaitu KUHP dan Undang-
Sarumpaet belum memenuhi unsur-
undang ITE.

76
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

2. Ratna Sarumpaet tidak dikenakan Budi Rizki Husin, Studi Lembaga


Penegak Hukum, Rineka cipta,
Pasal pada KUHP dan Undang-
Jakarta, 2009
undang ITE tentang berita hoax, Chairul Huda, Dari Tindak Pidana
Tanpa Kesalahan Menuju
Namun justru dikenakan pasal 14
Kepada Tiada Pertanggung
ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 jawab Pidana Tanpa
Kesalahan, Cetakan ke-2,
Tahun 1946 karena dianggap telah
Jakarta, Kencana, 2006
membuat keonaran. Eddy O.S. Hiarij, Prinsip-Prinsip
Hukum Pidana, Cahaya Atma
Pustaka, Yogyakarta, 2014
E. DAFTAR PUSTAKA Eva Achjani Zulfa, Gugurnya Hak
Menuntut: Dasar Penghapus,
Buku Peringan, dan Pemberat
Adami Chazawi dan Ardi Ferdian, Pidana, Bogor: Ghalia
Tindak Pidana Informasi dan Indonesia, 2010
Transaksi Elektronik, Citra Hanafi, Mahrus, Sisitem Pertanggung
Aditya Bakti, Bandung, 2006 Jawaban Pidana, Cetakan
Ani Nursalikah, Cyber Crime Polri pertama, Jakarta, Rajawali Pers,
Kini Menjadi Direktorat 2015
Tersendiri, dalam Irwan Hafid, Pertanggungjawaban
https://www.republika.co.id/ber Pidana Jurnalis Warga Yang
ita/nasional/hukum/17/01/07/oj Melakukan Tindak Pidana Pers,
e73i366-cyber-crime-polri- Penelitian Jurusan Ilmu Hukum,
kinimenjadi-direktorat- Universitas Islam Indonesia,
tersendiri. Yogyakarta, 2010
Anto Satriyo Nugroho, Tips Koeswadji, Hermien Hadiati,
Menghadapi Hoax dan Spam. Perkembangan Macam-Macam
www.ilmukomputer.com. PidanaDalam Rangka
Asril Sitompul, Hukum Internet, Citra Pembangunan Hukum Pidana,
Aditya Bakti, Bandung, 2001. Citra Aditya Bakti, Bandung,
Bambang Mudjianto, Petunjuk Praktis 2005.
Metode Penelitian Kualitatif, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,
Tiarana Lokus, yogyakarta, Kencana, Jakarta, 2010
2014 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana,
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Rineka Cipta, Jakarta, 2009.
Pidana, Ghalia Indonesia, Nurudin. Media Sosial Baru dan
Jakarta,2002. Munculnya Revolusi Proses
Barda Nawawi Arief, Masalah Komunikasi. Yogyakarta. Buku
Penegakan Hukum dan Litera, 2012
Kebijakan Hukum Pidana Putu Laxman Pendit, Makna Informasi:
Dalam Penanggulangan Lanjutan dalam Sebuah
Kejahatan, Kencana, 2014. Perdebatan, KesaintBlanc,
Jakarta, 2002
77
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian ---------------- dan Sri Mamudji,


Hukum, Kencana prenada, Penelitian Hukum Normatif
Jakarta, 2005. Suatu Tinjauan Singkat, PT
Petrus Reinhard Golose, Makalah pada RajaGrafindo Persada, 1995
Seminar Nasional yang Sudarto, Hukum Pidana Jilid II,
diselenggarakan di Menara Fakultas Hukum UNDIP,
Sjafruddin Prawiranegara Semarang, 2001
Kompleks Perkantoran Bank S.R.Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana
Indonesia, tentang Di Indonesia dan
PerkembanganCybercrime Dan Penerapannya, Cet. 4, Jakarta:
Upaya Penanganannya Di Percetakan BPK Gunung Mulia,
Indonesia Oleh Polri, Jakarta, 2006
10 Agustus 2006 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Raja
Prodjodikoro, Wirjono, Tindak-Tindak Grafindo Persada, Depok, 2010
Pidana Tertentu di Indonesia, Warsito Hadi Utomo, Hukum
Bandung: Refika Aditama, Kepolisian di Indonesi, Prestasi
2003, Pustaka, Jakarta, 2005
Resa Raditio, Aspek Hukum Transaksi Jurnal
Elektronik, Graha ilmu, Jakarta, Cheny Berlian, Sanksi Pidana Pelaku
2014. Penyebaran Berita Bohong Dan
Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Menyesatkan (Hoax) Melalui
Hukum, Jakarta : Ghalia Media Online, Jurnal Fakultas
Indonesia, 2000 Hukum Universitas
Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran Muhammadiyah Riau, Volume
Tentang Pertanggung Jawaban 2 Nomor. 2 November 2017
Pidana, Cetakan Pertama, Choiroh Lailatul Utiya, Pemberitaan
Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004 Hoax perspektif Hukum Pidana
Sadjijono. Memahami Hukum Islam, Al-Jinayah: Jurnal
Kepolisian. Laksbang Hukum Pidana Islam, Vol. 3,
PRESSindo. Yogyakarta. 2002 No. 2, 2017.
Saleh, Wantjik K. Tindak Pidana Firmansyah R, Web Klarifikasi Berita
Korupsi dan Suap, Jakarta: Untuk Meminimalisir
Paramestika, 2006 Penyebaran Berita Hoax, Jurnal
Scharavendijk, van H.J, Buku Informatika, Vol. 4, No. 2,
Pelajaran tentang Hukum 2017.
Pidana di Indonesia, Jakarta, Nur Aisyah Siddiq, Penegakan Hukum
J.B. Wolters, 2006 Pidana Islam Dalam
Siswanto Sunarso, Hukum Informasi Penanggulangan Berita Palsu
dan Transaksi Elektronik (Hoax) Menurut Undang-
(StudiKasus; Prita Mulyasari), Undang No. 11 Tahun 2008
Rineka cipta, Jakarta, 2009. Yang Telah Dirubah Menjadi
Soerjono, Soekanto, Pengantar Undang-Undang No. 19 Tahun
Penelitian Hukum, UI Press, 2016 Tentang Infrmasi Dan
Jakarta, 2010 Transaksi Elektronik, Jurnal

78
IBLAM LAW REVIEW
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM IBLAM
Vol 1 No 2 2021, Hal 63-79

Lex Et Societatis, Volume V


Nomor. 10 Desember 2017
Ricky Irawan Sitepu, Eksistensi Unit
Cyber Crime Kepolisian
Daerah DIY dalam
Penanggulangan Tindak
Pidana yang Berbasis
Teknologi Informasi, Penelitian
Jurusan Ilmu Hukum dan
program kekhususan Pradilan
dan Penyelesaian Sengketa
Hukum, Universitas Atmajaya,
Yogyakarta, 2015
Peraturan Perundang-undangan
KItab Undang-undang Hukum Pidana.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946
Tentang Peraturan Hukum
Pidana.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Jo
Undang-Undang No. 19 tahun
2016 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.

79

You might also like