You are on page 1of 29

PORTOFOLIO

PI5001 – Kode Etik dan Etika Profesi Insinyur

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi


Insinyur

Disusun Oleh

Muhammad Fakhri Hadiyanto


93223020

PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI INSINYUR

DIREKTORAT PENDIDIKAN NON REGULER

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2023
LEMBAR PENGESAHAN

PI5001 – Kode Etik dan Etika Profesi Insinyur

Disusun Oleh:

Muhammad Fakhri Hadiyanto


93223020

Program Studi Program Profesi Insinyur

Direktorat Pendidikan Non Reguler

Institut Teknologi Bandung

Disetujui pada tanggal:

Pembimbing/Koordinator Sub-Prodi

Dr. Ir. Umar Khayam, S.T, M.T.,IPM.


NIP.197509082008011006
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi Robbil ‘Alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,

Karunia, Ridho serta Petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Portofolio PI5001 tentang Kode Etik dan Etika Keinsinyuran. Laporan

portofolio ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk untuk menyelesaikan

pendidikan profesi keinsinyuran (Ir), Direktorat Pendidikan Non Reguler,

Institut Teknologi Bandung. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini

penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar

besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Umar Khayam, S.T, M.T., IPM. atas bimbingan, arahan

dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis untuk berdiskusi

guna menyelesaikan tugas portofolio ini.

2. Rekan rekan staf dan pimpinan UP Muara Tawar PT. PLN Nusantara

Power atas ilmu dan dukungannya.

3. Isteri dan seluruh keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan

dan doa.

4. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Laporan Portofolio ini tentu saja masih memiliki kelemahan dan

kekurangan, untuk itu demi kesempurnaan penulisan dan isinya dalam

tujuan memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan terutama dalam

hal ke Insinyuran. Maka kami mengharapkan kritik dan saran seluruh

pembaca Laporan ini.

Atas perhatian, saran dan kritikannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, 11 Oktober 2023

Muhammad Fakhri Hadiyanto


RINGKASAN

Penulis bekerja di salah satu perusahaan BUMN yaitu PT PLN Nusantara

Power dengan jabatan Technician PLTGU Blok 3-4D Unit Pembangkitan (UP)

Muara Tawar. Dengan jabatan tersebut kompetensi penulis yaitu di bidang

pengoperasian, pengujian dan perencanaan pembangkit PLTGU UP Muara

Tawar.

Dalam kepenulisan portofolio kode etik dan etika profesi insinyur, penulis

menyertakan lima studi kasus sesuai dengan pengalaman keinsinyuran

yang telah didapatkan. Lima prinsip dasar KEI (Kode Etik Insinyur) sejalan

dengan core values BUMN saat ini yaitu AKHLAK (Amanah, Kompeten,

Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif). Dengan prinsip-prinsip keinsinyuran

yang telah ditetapkan penulis dituntut berpraktik dan berperilaku sebagai

seorang insinyur dengan tujuan lebih luas yaitu kebermanfaatan bagi

masyarakat .

Prinsip dasar KEI (Kode Etik Insinyur) yang diterapkan antara lain, prinsip

dasar pertama yang mengedepankan budi luhur dan keselamatan dalam

berpraktik keinsinyuran dengan tujuan kemaslahatan bagi masyarakat dan

lingkungan. Prinsip dasar kedua yaitu berpraktik di bidang kompetensinya,

yang dibuktikan dengan sertifikasi yang penulis dapatkan untuk

pengoperasian pembangkit listrik serta selalu adaptif terhadap kompetensi

baru untuk menunjang tantangan bisnis pembangkitan di masa depan.

Prinsip selanjutnya yaitu senantiasa memegang kejujuran dalam bekerja

dan menghindari perbuatan mengelabui, prinsip dasar ini selalu penulis

pegang sebagai salah satu core values BUMN yaitu Amanah. Dengan

menjalankan Amanah dengan baik terciptalah kolaborasi yang baik

antarbidang untuk menunjang kinerja pembangkit yang aman, handal dan

iii
efisien.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
RINGKASAN............................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Tujuan Praktik Keinsinyuran.........................................................................................2
1.3. Ruang Lingkup Praktik Keinsinyuran..........................................................................3
1.4. Permasalahan.....................................................................................................................3
BAB II. PENGERTIAN MORAL, ETIK, DAN ETIKA KEINSINYURAN..............................................4
2.1. Prinsip Dasar Kode Etik Insinyur..................................................................................4
2.2. Contoh Uraian Kode Etik Profesi..................................................................................4
BAB III. STUDI KASUS............................................................................................................................6
3.1. Studi Kasus 1 - Change Over Battery Charger BTL10/20 saat Major
Inspection Gas Turbine Generator (GTG) 4.3.............................................................6
3.2. Studi Kasus 2 - Safety Valve Popping Test pada Commisioning Steam
Turbine Generator 3.0.....................................................................................................8
3.3. Studi Kasus 3 - House Load GTG 3.1..........................................................................10
3.4. Studi Kasus 4 - Permasalahan Static Frequency Converter...............................12
3.5. Studi Kasus 5 - Performance Test di Beban Base Load GTG 3.2.........................14
3.6. Studi Kasus 6 – Kegiatan Shifting Pengoperasian PLTGU di Masa Pandemi
Covid-19...............................................................................................................................15
BAB IV. PENUTUP.................................................................................................................................17
4.1. Umum..................................................................................................................................17
4.2. Kesimpulan........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
LAMPIRAN.............................................................................................................................................21

iv
v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengisolasian Sistem DC

Gambar 2 Safety Popping Test Control Room & Lokal

Gambar 3 Kegiatan House Load di Control Room

Gambar 4 Pengambilan data Earth Fault alarm pada SFC

Gambar 5 Start Up Gas Turbine di Control Room

Gambar 6 Pemakaian Hazmat di Pembangkit Listrik

vi
DAFTAR TABEL

vii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Insinyur atau rekayasawan merupakan profesi yang menggunakan

pengetahuannya yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman serta pelatihan

untuk mengubah dan mengembangkan suatu bahan, energi dan berbagai sumber

daya menjadi produk yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Seorang

insinyur diharapkan dapat kompeten dalam bidangnya dengan selalu menjaga

integritas dan akuntabilitasnya, memiliki komunikasi efektif sehingga dapat

berkolaborasi aktif dalam mengidentifikasi, memformulasi dan memecahkan

masalah dalam bidang keinsinyuran. Dengan mengenal prinsip dasar dalam

keinsinyuran yang tertuang pada KEI (KEI) pada Program Studi Pendidikan Profesi

Insinyur (PS PPI), para insinyur dapat meningkatkan nilai tambah dan daya guna

dalam praktik keinsinyurannya agar dapat bermanfaat lebih luas bagi masyarakat.

Profesi insinyur diatur oleh Undang-Undang No. 11 Tahun 2014 tentang

Keinsinyuran, disebutkan bahwa insinyur adalah seseorang yang memiliki gelar

profesi di bidang keinsinyuran. Untuk memperoleh gelar profesi tersebut,

seseorang harus lulus dari Program Profesi Insinyur. Sejak 9 februari 1993 dalam

keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia NO

036/U/1993 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi mengubah

Sebagian besar gelar akademik di Indonesia. Sebelum tahun tersebut, setiap

mahasiswa lulusan Teknik disebut insinyur (Ir.) hal ini berdampak pada jumlah

Satuan Kredit Semester (SKS) yang lebih banyak dari saat ini. Setelah penetapan

keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia NO

036/U/1993, Undang-Undang No.12 tahun 2012 tentang Dikti, Perpres No.8 tahun

2012 tentang KKNI, Undang-Undang nomor 11 tahun 2014 tentang Keinsinyuran

serta Permenristekdikti No.44 tahun 2015 tentang SNDIKTI, Insinyur (Ir.) dinaikkan

statusnya menjadi gelar keprofesian sebagaimana gelar keprofesian lain seperti

dokter (dr.), Bidan(Bd.), apoteker (Apt.), akuntan (Akt.),dan psikolog (Psi.)

1
Program Studi Profesi Insinyur Institut Teknologi Bandung (PSPPI ITB) menetapkan

tiga portofolio yang wajib diselesaikan sebagai syarat untuk menyelesaikan

program keinsinyurannya. Ketiga portofolio ini antara lain Portofolio Kode Etik dan

Etika Profesi, Portofolio Profesionalisme Keinsinyuran, dan Portofolio Keamanan,

Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L). Terdapat masing-masing lima

studi kasus pada portfolio tersebut yang memperlihatkan etika profesi dan praktik

keinsinyuran yang telah penulis lakukan.

1.2. Tujuan Praktik Keinsinyuran

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 pasal

3 tentang Keinsinyuran, tujuan praktik keinsinyuran antara lain:

a. Memberikan landasan dan kepastian hukum bagi penyelenggaraan


Keinsinyuran yang bertanggung jawab.
b. Memberikan pelindungan kepada Pengguna Keinsinyuran dan
Pemanfaat Keinsinyuran dari malapraktik Keinsinyuran melalui
penjaminan kompetensi dan mutu kerja Insinyur.
c. Memberikan arah pertumbuhan dan peningkatan profesionalisme
Insinyur sebagai pelaku profesi yang andal dan berdaya saing tinggi,
dengan hasil pekerjaan yang bermutu serta terjaminnya kemaslahatan
masyarakat.
d. Meletakkan keinsinyuran Indonesia pada peran dalam
pembangunan nasional melalui peningkatan nilai tambah kekayaan
tanah air dengan menguasai dan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta membangun kemandirian Indonesia.
e. Menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keinsinyuran Indonesia
dengan tatakelola yang baik, beretika, bermartabat, dan memiliki jati
diri kebangsaan.

2
Dengan adanya praktik keinsinyuran diharapkan para insinyur dapat
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas keinsinyurannya dengan
memegang teguh nilai budi yang luhur, bertanggung jawab serta moralitas
yang tinggi sesuai dengan nilai-nilai yang tertuang pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2014.

1.3. Ruang Lingkup Praktik Keinsinyuran

Pada praktik keinsinyurannya ruang lingkup penulis yaitu pada bidang

pembangkitan dengan sub pembangkitannya yaitu Pembangkit Listrik Tenaga

Gas Uap (PLTGU) dengan ranah pengoperasian PLTGU.

1.4. Permasalahan

Pengalaman penulis berkarir dimulai tahun 2018 hingga 2023. Penulis

memulai berkarir di sebuah perusahaan BUMN, PT PLN Nusantara Power

dengan jabatan teknisi operasi pembangkit PLTGU. Potensi pelanggaran

yang penulis amati begitu minim dikarenakan sistem manajemen yang

transparan dan terintegrasi. Namun terdapat beberapa permasalahan

yang berkaitan dengan pengimplementasian Kode Etik dan Etika Profesi

Insinyur, sebagai berikut:

a. Masih adanya karakter pribadi yang berakhlak kurang baik, yang


memanfaatkan situasi dan kondisi untuk bertindak tidak profesional
memenuhi tugasnya yang mengakibatkan mengganggu keharmonisan
dalam satu bidang.

b. Kurang meratanya kompetensi sumber daya manusia dalam satu


tempat yang menyebabkan adanya kesenjangan dalam bersosial
dalam beberapa bidang.

c. Komunikasi dan kolaborasi sesama ataupun antar bidang yang


belum baik dalam pengoperasian unit PLTGU sehingga kinerja unit
terganggu.

3
BAB II. PENGERTIAN MORAL, ETIK, DAN ETIKA KEINSINYURAN

2.1. Prinsip Dasar Kode Etik Insinyur

Kode etik profesi adalah sistem norma,nilai dan perilaku yang mengikat bagi

para insinyur dalam praktik keinsinyurannya. Dengan memegang nilai dan

memahami kode etik profesi diharapkan para insinyur dapat berperilaku

berbudi luhur dan penuh tanggung jawab sesuai norma yang tertuang pada

Kode Etik Insinyur (KEI). Praktik Keinsinyuran mempersyaratkan kejujuran,

ketidakberpihakan, kewajaran, dan kesetaraan serta keadilan. Oleh karena itu,

Insinyur wajib berpijak pada prinsip-prinsip perilaku etis dan standar integritas

tertinggi, yang disusun dalam Kode Etik Insinyur sebagai berikut.

Prinsip Dasar Kode Etik Insinyur (KEI) :

1. Mengutamakan keluhuran budi, keamanan, keselamatan, kesehatan,


dan kemaslahatan masyarakat serta lingkungan.

2. Berpraktik hanya di bidang kompetensinya.

3. Menyatakan pendapat kepada publik hanya secara objektif dan


berdasarkan kebenaran menyeluruh.

4. Bertindak sebagai pihak yang jujur dan dapat dipercaya kepada


Pemberi Tugas atau Pemberi Pekerjaan.

5. Menghindari perbuatan yang mengelabui

6. Berperilaku terhormat, penuh tanggung jawab, berbudi luhur, dan taat


hukum demi menjunjung tinggi martabat, reputasi, dan kedayagunaan
profesi.

2.2. Contoh Uraian Kode Etik Profesi


Sebagai tindak lanjut dalam memahami dan mempraktikkan Prinsip Dasar

Kode Etik Insinyur yaitu melaksanakan kegiatan keinsinyuran sesuai

kompetensi yang dimiliki, dengan kompetensi pengoperasian peralatan PLTGU

pada area local maupun control room PLTGU. Teknisi control room harus

4
dapat berkoordinasi dengan baik dengan pihak luar dan teknisi operasi local.

Teknisi control room harus dapat memetakan lokasi masing-masing sistem

peralatan sesuai dengan kompetensi sumber daya manusia. Operator control

room juga diharuskan selalu memastikan kondisi di lapangan selalu aman

dalam melakukan manuver operasi maupun pekerjaan lain pada aranah

pembangkitan. Operator control room dituntut selalu berpikir cepat dalam

mengambil keputusan, maka dibutuhkan kompetensi yang baik, kejujuran

dan komunikasi aktif dalam menyelesaikan segala bentuk aktivitas

pekerjaan agar pengoperasian pembangkit berjalan denga naman, handal,

dan efisien. Selanjutnya sebagai operator local PLTGU harus selalu

mengutamakan keselamatan dalam bekerja, saling percaya satu sama lain,

menjunjung tinggi kejujuran dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dalam pekerjaan yang bersifat team work atau kerja sama tim, Kode Etik

Insinyur harus dijunjung tinggi dalam praktiknya. Berbudi luhur, jujur,

saling percaya harus dikedepankan untukmenjawab kepercayaan

masyarakat dalam memproduksi listrik bagi masyarakat. Hal ini sesuai

dengan core values BUMN yaitu AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis,

Loyal, Adaptif, Kolaboratif) sebagai tata nilai moral dan perilaku di

lingkungan BUMN. Dalam ranah keinsinyuran penulis, prinsip dasar kode

etik keinsinyuran yang penting diterapkan antara lain:

a. Mengutamakan keluhuran budi, keamanan, keselamatan, kesehatan,


dan kemaslahatan masyarakat serta lingkungan.

b. Berpraktik hanya di bidang kompetensinya.

c. Bertindak sebagai pihak yang jujur dan dapat dipercaya kepada Pemberi
Tugas atau Pemberi Pekerjaan.

d. Berperilaku terhormat, penuh tanggung jawab, berbudi luhur, dan taat


hukum demi menjunjung tinggi martabat, reputasi, dan kedayagunaan
profesi.

5
BAB III. STUDI KASUS

3.1. Studi Kasus 1 - Change Over Battery Charger BTL10/20 saat Major
Inspection Gas Turbine Generator (GTG) 4.3

Judul Proyek : C/O Battery Charger BTL10/20 GTG 4.3


Perusahaan : PT PLN Nusantara Power
Jangka Waktu Proyek : 25 Juli 2022
Nama Mentor : Ferdy Hardiyanto - Senior Staff Produksi
PLTGU Blok 3-4 A, Unit Pembangkitan
Muara Tawar
Tanggung Jawab Penulis : Local Operator Gas Turbine Generator

Pekerjaan ini terkait dengan kegiatan overhaul GTG 4.3 berdasarkan jadwal PO

(Planned Outage) yang telah direncanakan ketepatan waktu dalam overhaul sangat

penting untuk tercapainya kinerja pembangkit yang baik atau EAF (Equivalent

Availability Factor) yang diterima pembangkit. Maka dalam proses overhaul

dibutuhkan kemampuan yang baik agar pekerjaan overhaul tidak terhambat,

dalam hal ini pada sub pekerjaan overhaul yaitu C/O Battery Charger BTL10/20 GTG

4.3. Pekerjaan ini bersinggungan dengan bidang lain yaitu tim UMRO (Unit

Maintenance, Repair, Overhaul) sebagai pihak yang akan melakukan pemeliharaan

battery charger. Berikut tugas yang harus dilakukan Local Operator GTG.

1. Melaksanakan pengisolasian sistem DC agar terhindar dari kecelakaan kerja

saat aktivitas pemeliharaan

2. Membuat tagging management. Pencatatan dan pelaporan peralatan DC

sistem yang telah di tagging ke Control Room dan pihak PTW (Permit To

Work)

3. Melaksanakan PT (Performance Test) sebelum & sesudah pemeliharaan

Battery Charger.

4. Trouble Shooting apabila terdapat keabnormalan dalam sistem DC

6
KEI yang utama diterapkan adalah:

 Mengutamakan keluhuran budi, keamanan, keselamatan, kesehatan,

dan kemaslahatan masyarakat serta lingkungan.

Bertanggung jawab penuh untuk menjaga dan mengawal kegiatan overhaul,

dalam hal ini yaitu C/O Battery Charger BTL10/20 GTG 4.3. Local Operator

harus memastikan sistem DC terisolasi dengan baik agar aktivitas

pemeliharaan peralatan DC sistem berjalan aman dan lancar. Dengan

kelancaran pekerjaan overhaul GTG 4.3 diharapkan produksi listrik dapat

berjalan dengan lancar sehingga kebutuhan listrik masyarakat dapat

terpenuhi dengan aman dan efisien.

 Berpraktik hanya di bidang kompetensinya

Sebagai Local Operator Gas Turbine diwajibkan memahami sistem operasi,

lokasi peralatan dan prinsip kerja peralatan untuk mengawal setiap

pekerjaan overhaul. Maka dari itu operator local Gas Turbine wajib

tersertifikasi “Operator Lokal Peralatan Bantu Level 2”, Lembaga Sertifikasi.

 Bertindak sebagai pihak yang jujur dan dapat dipercaya kepada

Pemberi Tugas atau Pemberi Pekerjaan

Pada saat proses pekerjaan C/O Battery Charger BTL10/20 terdapat

kerusakan card control sistem yang diakibatkan kesalahan manuver yaitu

mengosongkan supply DC pada sistem. Penulis sebagai pihak yang

bertanggung jawab dalam manuver peralatan tersebut menjelaskan

kronologi yang terjadi sejujurnya kepada pihak central control room (CCR)

dan pemeliharaan control instrument yaitu dengan alasan di lapangan

terdapat pihak tim UMRO yang telah memulai pekerjaan cleaning di sistem

DC dan untuk mengamankan pekerjaan tersebut sehingga supply DC di off

kan sesaat. Dengan kejadian tersebut penulis berkonsultasi kepada Rendal

7
(Perencanaan Kehandalan) Operasi untuk membuat Instruksi Kerja C/O

Battery

Gambar 1. Pengisolasian Sistem DC

3.2. Studi Kasus 2 - Safety Valve Popping Test pada Commisioning Steam
Turbine Generator 3.0

Judul Proyek : Commisioning test add on project STG 3.0


Unit Pembangkitan Muara Tawar

Perusahaan : PT PLN Nusantara Power


Jangka Waktu Proyek : Januari - Desember 2023
Nama Mentor : Sukarto – Specialist Enjiniring & Quality
Assurance / PIC STG add ON to Unit Existing
Tanggung Jawab Penulis : Commisioning Team

Safety valve popping test merupakan salah satu pengetestan pada commisioning

test add on project STG 3.0. Pengetestan ini bertujuan untuk mengetahui apakah

safety valve bekerja Ketika terjadi overpressure pada line Steam turbine,Pressure

Steam turbine harus maksimum dengan menaikkan beban Gas Turbine. Tugas saya

antara lain :

1. Berkoordinasi dengan pihak vendor project (Doosan) untuk pengetestan

safety valve terjadwal dengan baik sesuai load profile

2. Berkoordinasi dengan Central Control Room (CCR) terkait pekerjaan safety

valve test yang mengharuskan naik turun beban dan akan mempengaruhi

8
frekuensi jaringan. Pekerjaan naik turun beban harus dikoordinasikan

dengan PLN Pusat Pengatur Beban (P2B). (Minimum Load 75 MW dilanjutkan

beban naik bertahap ke Base Load 140 MW)

3. Pemantauan pressure HP, IP ,LP Steam sesuai parameter operasi di Main

Control Room (MCR) STG 3.0

4. Pengawasan pekerjaan safety valve popping test berjalan dengan aman

Beberapa contoh prinsip dasar KEI yang dilaksanakan adalah:

 Mengutamakan keluhuran budi, keamanan, keselamatan, kesehatan,

dan kemaslahatan masyarakat serta lingkungan.

Pekerjaan ini berkaitan dengan frekuensi jaringan. Maka dibutuhkan

komunikasi yang baik antara main control room STG 3.0 dengan central

control room untuk selanjutnya berkoordinasi dengan pusat pengatur beban

(P2B). Apabila naik turun beban tanpa koordinasi memungkinkan frekuensi

jaringan tidak stabil yang akan mentrigger pembangkit lain untuk trip,

sehingga supply listrik kepada masyarakat terganggu

 Berpraktik hanya di bidang kompetensinya

Scope pekerjaan saya sebagai team commissioning dalam pengetestan ini

hanya dari sisi operasi sesuai dengan sertifikasi “Pengoperasian Peralatan

Turbin Gas Generator”. Dalam hal ini yaitu kesesuaian jadwal commissioning

test, pengamatan parameter operasi (HP, IP, LP), serta koordinasi load Gas

turbine. Manuver operasi yang lain belum bisa dilakukan terkait kontrak

commissioning test yang masih dilakukan oleh pihak vendor terkait (Hutama

Karya & Doosan)

9
Gambar 2. Safety Popping Test Control Room & Lokal

3.3. Studi Kasus 3 - House Load GTG 3.1

Judul Proyek : Uji House Load Gas Turbine 3.1

Perusahaan : PT PLN Nusantara Power


Jangka Waktu Proyek : Februari 2021
Nama Mentor : Ahmad Choiruz Zaman -Assistant Manager
Produksi PLTGU Blok 3-4 D, Unit
Pembangkitan Muara Tawar
Tanggung Jawab Penulis : Operator Central Control Room

Pekerjaan ini terkait dengan 4 goals PLN (Green, Lean, Innovative dan Customer

Focused) yaitu program anti blackout yang tertuang pada Lean (Memastikan

pengadaan listrik yang andal dan efisien). Uji house load ini dilakukan dengan

resetting OFR agar proteksi GT bekerja dan GT melakukan house load.

Tanggung jawab saya antara lain:

1. Berkoordinasi dengan dispatcher P2B untuk melakukan proses pekerjaan uji

house load

2. Berkoordinasi dengan Gas booster phase 2 terkait ketersediaan gas

3. Berkoordinasi dengan GITET Muara Tawar untuk persiapan sinkron

4. Berkoordinasi dengan operator local gas turbine dan team pemeliharaan

terkait resetting Under Frequency Relay (UFR) dan pindah supply 400 V to

Emergency Diesel Generator (EDG)

10
5. Melakukan start up dan shut down GT 3.2

Beberapa contoh prinsip dasar KEI yang dilaksanakan adalah:

 Berpraktik hanya di bidang kompetensinya

Sesuai dengan sertifikasi “Pengoperasian Peralatan Turbin Gas

Generator”,Kementerian ESDM. Pengoperasian gas turbine via control room

dapat saya lakukan antara lain Pengoperasian Start up-Shutdown unit,

pengamatan parameter operasi, serta manuver operasi apabila terjadi

keabnormalan sistem. Namun, tidak hanya pengoperasian, koordinasi

dengan bidang lain secara cepat dan tepat sangat diperlukan. Yaitu

koordinasi dengan P2B, Gas booster phase 2, operator GITET, operator local

Gas Turbine dan team pemeliharaan

 Berperilaku terhormat, penuh tanggung jawab, berbudi luhur, dan taat

hukum demi menjunjung tinggi martabat, reputasi, dan kedayagunaan

profesi.

Pada uji house load terdapat kendala teknis yaitu pasca house load GT tidak

bisa sinkron Kembali ke jaringan. Sedangkan salah satu syarat berhasil uji

house load adalah dapat sinron Kembali ke jaringan. Dengan target tersebut,

maka saya bertanggung jawab untuk mensinkronkan kembali ke jaringan

yaitu dengan manuver operasi dengan cara sinkron GT secara manual via

HMI control room. Dengan kondisi tersebut Uji House Load berhasil

dilaksanakan dengan catatan tertentu. Dengan berakhirnya uji house load

tersebut maka GT 32 dapat menunjang program anti blackout yang

diprogramkan oleh PLN.

11
Gambar 3. Kegiatan House Load di Control Room

3.4. Studi Kasus 4 - Permasalahan Static Frequency Converter

Judul Proyek : Earth Fault Alarm pada Static Frequency


Converter
Perusahaan : PT PLN Nusantara Power
Jangka Waktu Proyek : April 2020
Nama Mentor : Ahmad Choiruz Zaman - Assistant
Manager Produksi PLTGU Blok 3-4 D, Unit
Pembangkitan Muara Tawar
Tanggung Jawab Penulis : Operator Central Control Room

Pekerjaan ini terjadi setelah kegagalan start up gas turbine yang berulang

dikarenakan static frequency converter (SFC) mengalami alarm earth fault. SFC

adalah penggerak awal pada saat startup gas turbine sebelum gas turbine

digerakkan oleh hasil pembakaran di chamber. Maka fungsi SFC sangatlah penting.

Pada saat terjadi masalah tersebut tanggung jawab saya antara lain:

1. Melakukan startup Gas Turbine 31

2. Berkoordinasi dengan P2B terkait kegagalan dalam startup Gas Turbine

3. Berkoordinasi dengan team pemeliharaan dan operator local Gas turbine

untuk melakukan pengecekan area local. Antara lain panel SFC, breaker 6kv

SFC, area Generator Circuit Breaker, area kabel tray

4. Mencari data yang dibutuhkan pada pola operasi SFC

5. Melakukan pengetestan SFC

12
Beberapa contoh prinsip dasar KEI yang dilaksanakan adalah:

 Berpraktik hanya di bidang kompetensinya

Sesuai dengan sertifikasi “Pengoperasian Peralatan Turbin Gas

Generator”,Kementerian ESDM. Pengoperasian gas turbine via control room

dapat saya lakukan antara lain Pengoperasian Start up-Shutdown unit,

pengamatan parameter operasi, serta manuver operasi apabila terjadi

keabnormalan sistem. Namun, tidak hanya pengoperasian, koordinasi

dengan bidang lain secara cepat dan tepat sangat diperlukan. Yaitu

koordinasi dengan P2B, Gas booster phase 2, operator GITET, operator local

Gas Turbine dan team pemeliharaan.

 Menghindari perbuatan yang mengelabui

Dalam mencari penyebab utama dalam masalah dibutuhkan data yang

akurat. Dalam scope pengoperasian Gas Turbine pengambilan data dapat

dilakukan di HMI (Human Machine Interface) CCR. Saya bertanggung jawab

sepenuhnya untuk pengambilan data tanpa mengelabuhi pihak manapun.

Pengambilan Data yang saya ambil harus sesuai dengan jam startup hingga

SFC mengalami kegagalan sesuai dengan parameter yang dibutuhkan.

Sehingga root cause analysis semakin mudah ditemukan dan menjadi

pertimbangan pengambilan keputusan.

13
Gambar 4. Pengambilan data Earth Fault alarm pada SFC

3.5. Studi Kasus 5 - Performance Test di Beban Base Load GTG 3.2

Judul Proyek : Performance Test Gas Turbine 3.2

Perusahaan : PT PLN Nusantara Power


Jangka Waktu Proyek : Juli 2023
Nama Mentor : Ahmad Choiruz Zaman - Assistant Manager
Produksi PLTGU Blok 3-4 D, Unit
Pembangkitan Muara Tawar
Tanggung Jawab Penulis : Operator Central Control Room

Pekerjaan ini merupakan pengujian performa Gas Turbine 3.2 dengan mencapai

base load atau beban maksimum dengan melihat parameter operasi yang

diperlukan. Proses pengujian harus berkoordinasi dengan P2B untuk mendapatkan

izin untuk mencapai beban maksimum. Penulis memiliki tanggung jawab sebagai

operator Central Control Room.

Beberapa contoh prinsip dasar KEI yang dilaksanakan adalah:

 Berpraktik hanya di bidang kompetensinya

a. Operator CCR berkoordinasi dengan pihak P2B, pihak gas booster phase 2
sebagai penyedia bahan bakar gas, serta operator local PLTGU. Sebagai

operator control room PLTGU kita diharuskan memonitoring parameter

operasi Ketika kegiatan performance test berlangsung. Ketika terdapat


14
keabnormalan dalam sistem operasi, operator control room harus segera

melakukan manuver operasi untuk mengamankan pembangkit. Dengan

tanggung jawab tersebut dibutuhkan kompetensi yang baik di bidang

pengoperasian pembangkit.

b. Pada saat performance test karena kebutuhan jaringan P2B tidak jarang
diminta 2 unit Gas Turbine untuk startup diluar perencanaan awal ROH

(Rencana Operasi Harian). Sebagai operator CCR kita harus segera

memastikan unit siap untuk dioperasikan dan memetakan personil di

lapangn untuk proses startup Gas Turbine dengan kontrak durasi startup

hingga sinkron selama 30 menit sesuai kontrak DKIKP (Deklarasi Kondisi dan

Indeks Kinerja Pembangkit)

Gambar 5. Start Up Gas Turbine di Control Room

15
3.6. Studi Kasus 6 – Kegiatan Shifting Pengoperasian PLTGU di Masa
Pandemi Covid-19

Pada masa pandemi Covid-19 kami selaku penyedia kelistrikan diwajibkan selalu

hadir on site untuk pengoperasian pembangkit listrik. Apalagi demand atau

kebutuhan kelistrikan masyarakat semakin meningkat dikarenakan mayoritas

aktivitas masyarakat di rumah masing-masing dan menggunakan metode dalam

jaringan/daring pada kegiatan pekerjaan maupun pendidikan.

Implikasi pada Aspek Kode Etik dan Etika Profesi, antara lain:

 Pada saat pandemic Covid-19 varian Omicron terdapat kebijakan

manajemen yang mengharuskan teknisi operasi/operator pembangkit untuk

dikarantina selama satu bulan, tidak bertemu keluarga dan menetap di

lokasi yang telah disiapkan. Kebijakan tersebut sangat berat, dikarenakan

hanya bidang operasi saja yang diharuskan karantina di mess tersebut.

 Namun melihat kebutuhan masyarakat pada bidang kelistrikan yang

semakin meningkat dikarenakan kegiatan Work From Home. Merupakan

tugas kami untuk selalu menyediakan listrik bagi masyarakat

 Dari pengalaman tersebut maka dapat saya ambil pelajaran bahwa setiap

profesi wajib didasari dengan kemoralan dan kemanusian melalui kepatuhan

terhadap peraturan dan konstitusi yang berlaku.

Gambar 6. Pemakaian Hazmat di Pembangkit Listrik

16
BAB IV. PENUTUP

4.1. Umum

Penulis dalam rentang kerja periode 2018-2023 melaksanakan kemampuan profesi

dibidang pembangkitan dengan menerapkan dan menjunjung tinggi kode etik dan

etika profesi insinyur serta profesionalisme untuk kepentingan lingkungan sosial

dan masyarakat secara amanah dan penuh rasa tanggung jawab.

Sebagai teknisi pembangkit pekerjaan yang dilakukan bersifat teknis dan penuh

resiko, sehingga pengoptimalan semua anggota dan resources sangat penting

untuk memastikan proses produksi pembangkit listrik dan penunjangnya termasuk

di dalamnya Balance of plant atau sistem peralatan penunjang pada pembangkit,

sumber daya manusia serta bahan bakar yang digunakan dapat dioptimalkan

dengan mengutamakan prinsip keselamatan kerja K3L. Adapun tugas utama

sebagai teknisi operasi pembangkit antara lain:

a. Mengendalikan pengoperasian pembangkit sesuai rencana operasi harian,


untuk memenuhi rencana produksi energi listrik dengan tingkat keandalan &

efisiensi maksimum.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan operasi sesuai dengan program


KLK3 untuk mendukung upaya tercapainya sasaran kinerja operasi unit PLTGU

BLOK 3-4.

c. Memastikan pelaksanaan identifikasi dan mitigasi risiko yang menjadi


kewenangannya.

d. Mengendalikan keandalan dan efisiensi operasi peralatan-peralatan pembangkit


PLTGU BLOK 3-4.

e. Melaporkan dan mengevaluasi terjadinya gangguan unit PLTGU BLOK 3-4, untuk
tercapainya suatu langkah perbaikan dari penyebab gangguan secara tepat,

cepat dan benar.

17
f. Membuat laporan operasi secara berkala sebagai bahan masukan dan
pengambilan keputusan lebih lanjut.

g. Melaksanakan Routine Work peralatan & pelaksanaan First Line Maintenance


(FLM) untuk tercapainya keandalan operasi peralatan yang maksimal.

h. Melaksanakan tugas-tugas yang didelegasikan oleh manajemen dalam rangka


pencapaian kinerja unit.

i. Memastikan dukungan resources terhadap pengembangan bisnis kepada fungsi


yang mengelola pengembangan bisnis.

j. Memastikan implementasi budaya Perusahaan, kepatuhan, Kesehatan dan


Keselamatan Kerja, Keamanan dan Lingkungan (K3KL) serta sistem manajemen

yang diterapkan Perusahaan sesuai visi dan misi Perusahaan.

18
4.2. Kesimpulan

Insinyur atau rekayasawan merupakan profesi yang menggunakan

pengetahuannya yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman serta pelatihan

untuk mengubah dan mengembangkan suatu bahan, energi dan berbagai sumber

daya menjadi produk yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Seorang

insinyur diharapkan dapat kompeten dalam bidangnya dengan selalu menjaga

integritas dan akuntabilitasnya, memiliki komunikasi efektif sehingga dapat

berkolaborasi aktif dalam mengidentifikasi, memformulasi dan memecahkan

masalah dalam bidang keinsinyuran.

Dalam praktik Keinsinyuran mempersyaratkan kejujuran, ketidakberpihakan,

kewajaran, dan kesetaraan serta keadilan. Oleh karena itu, Insinyur wajib berpijak

pada prinsip-prinsip perilaku etis dan standar integritas tertinggi, yang disusun

dalam Kode Etik Insinyur (KEI).

Dalam praktik keinsinyurannya selama 4 tahun, Prinsip dasar KEI (Kode Etik

Insinyur) yang diterapkan antara lain, prinsip dasar pertama yang mengedepankan

budi luhur dan keselamatan dalam berpraktik keinsinyuran dengan tujuan

kemaslahatan bagi masyarakat dan lingkungan. Prinsip dasar kedua yaitu

berpraktik di bidang kompetensinya, yang dibuktikan dengan sertifikasi yang

penulis dapatkan untuk pengoperasian pembangkit listrik serta selalu adaptif

terhadap kompetensi baru untuk menunjang tantangan bisnis pembangkitan di

masa depan. Prinsip selanjutnya yaitu senantiasa memegang kejujuran dalam

bekerja dan menghindari perbuatan mengelabui, prinsip dasar ini selalu penulis

pegang sebagai salah satu core values BUMN yaitu Amanah. Dengan menjalankan

Amanah dengan baik terciptalah kolaborasi yang baik antarbidang untuk

menunjang kinerja pembangkit yang aman, handal dan efisien.

19
DAFTAR PUSTAKA

20
LAMPIRAN

Instruksi Kerja Change Over Battery Berita Acara Line Charging


Charger BTL

Single Line Diagram UP Muara Tawar

21

You might also like