You are on page 1of 14

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by eprints umsida
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL


ANCAK-ANCAK ALIS SEBAGAI PEMERKUAT KARAKTER BANGSA DI
ERA AEC

Aditya Toni Setiawan (1), Dwi Handayani (2)


Universitas Negeri Malang
Email: aditya.terate@gmail.com1

ABSTRAK

Pembentukan karakter bangsa sabagai modal menghadapi era AEC perlu digalakkan demi
terciptanya SDM yang berkualitas. Manusia yang cerdas, terampil dan kompetitif dapat dibentuk
melaui pembelajaran di tingkat SD dengan memanfaatkan kekayaan budaya Indonesia berupa
permainan tradisional. Permainan tradisioanal dirasa sangat cocok digunakan dalam pembelajaran
di SD karena sesuai dengan taraf usia anak yaitu usia bermain. Tujuan dari penulisan artikel ini
yaitu: (1) mengkaji model pembelajaran berbasis permainan tradisional ancak-ancak alis di SD;
(2) menjelaskan manfaat penerapan model pembelajaran berbasis permainan tradisonal ancak-
ancak alis terhadap pembentukan karakter bangsa. Pembelajaran berbasis permainan tradisonal
ancak-ancak alis merupakan salah satu pembelajaran yang mengintegrasikan permainan
tradisional ancak-ancak alis ke dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini mampu memperkuat
karakter anak Indonesia yaitu menjadikan anak yang tertib, mampu bekerjasama, jujur,
bertanggung jawab, bertoleransi, aktif, berkomunikasi aktif, berani, serta sikap berfikir secara
kritis terhadap sesuatu. Penerapan model pembelajaran berbasis permainan tradisional ancak-
ancak alis mampu memperkuat karakter bangsa dalam mempersiapkan SDM berkualitas di era
AEC.
Kata kunci : model pembelajaran, permainan tradisional ancak-ancak alis, karakter bangsa

PENDAHULUAN
Perkembangan peradaban manusia memasarkan hasil produksinya
yang terus menerus menuju kemajuan, dinegara ASEAN. Keadaan yang
perkembangan ilmu pengetahuan dan demikian menimbulkan permasalahan
teknologi yang semakin pesat, pada negara anggota ASEAN,
menuntut manusia terus berlari khusunya Indonesia, berkaitan dengan
mengikuti perkembangan untuk kesiapan sumber daya manusia (SDM)
mampu bertahan. Kesepakatan negara- dalam menghadapai era
negara ASEAN membentuk kerjasama AEC. Persaingan pasar yang semakin
Asean Economic Community (AEC) sengit membutuhkan sumber daya
merupakan salah satu upaya negara manusia yang cerdas, terampil dan
ASEAN menghadapi perkembangan kompetitif.
dunia. AEC memberikan kesempatan Pembentukan manusia yang
untuk negara ASEAN bebas cerdas, terampil, dan kompetitif dapat
dilalui dengan adanya pendidikan.

Page | 58
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Berdasarkan Undang-undang Sistem pembelajaran pada jenjang SD


Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003, berhasil, maka anak tidak akan
pendidikan diartikan sebagai usaha mengalami kesulitan yang besar di
sadar dan terencana untuk jenjang-jenjang pendidikan berikutnya.
mewujudkan suasana Sebaliknya, jika pendidikan di jenjang
belajar dan proses pembelajaran agar SD tidak berhasil maka kesulitan anak
peserta didik secara aktif akan muncul dalam menjalani
mengembangkan potensi dirinya pembelajaran di jenjang pendidikan
untuk memiliki kekuatan spiritual selanjutnya.
keagamaan, pengendalian diri, Usia anak SD berada pada taraf
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, usia bermain (Hurlock (1980:146)).
serta keterampilan yang diperlukan Hal tersebutlah yang mengakibatkan
dirinya, masyarakat, bangsa dan anak suka sekali bergerak sesuai
negara. Amanah pendidikan bangsa dengan pendapat Desmita (2009:35)
Indonesia yang telah termaktub yang menyatakan bahwa anak-anak SD
meberikan gambaran yang jelas bahwa senang bermain, senang bergerak,
manusia Indonesia yang dicita-citakan senang bekerja dalam kelompok, dan
merupakan manusia yang tangguh baik senang melakukan sesuatu secara
dari segi intelektual, spiritual, dan langsung. Namun, pembelajaran yang
emosional. berlangsung saat ini banyak yang
Pembelajaran yang berlangsung mengabaikan segi perkembangan anak
dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, tersebut. Berdalih dengan adanya
sampai pada perguruan tinggi kecanggihan teknologi dan manusia
mengindikasikan kesungguhan bangsa harus terus mengikuti perkembangan
Indonesia dalam membentuk SDM teknologi, aspek perkembangan anak
yang tangguh. Pembelajaran pada sebagai hal terpenting penunjang
jenjang SD merupakan pembelajaran keberhasilan pembelajaran terabaikan.
yang penting untuk menjadikan Pembelajaran tidak memberikan ruang
sorotan. Pada masa usia SD, anak kepada peserta didiknya untuk dapat
dibekali ilmu, sikap, dan keterampilan belajar sesuai dengan taraf
yang paling dasar untuk menuju perkembangannya. Diam
jenjang berikutnya. Apabila memperhatikan tayangan yang

Page | 59
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

diberikan oleh guru dirasa sangat terbaik. Indonesia memiliki kekayaan


efektif dalam mencapai tujuan budaya yang bisa mengatasi
pembelajaran. Anak akan mampu permasalahan tersebut. Memanfaatkan
menguasai kemampuan kognitifnya, salah satu permainan tradisional
namun dari segi sikap dan sebagai model perbelajaran di SD
keterampilan masih perlu merupakan solusi yang tepat mengatasi
dipertanyakan. Munculnya fenomena permasalahan karakter bangsa yang
anak yang lebih tertarik dengan semakin melemah. Anak SD suka
gagetnya dari pada orang bermain dan permainan, sehingga
disampingnya, anak yang lebih suka pembelajran dengan bermain dirasa
menghabiskan waktunya di warnet tepat untuk dilaksanakan.
untuk game online daripada bermain Permainan tradisional ancak-
dengan temannya, anak yang rela ancak alis merupakan salah satu
menghabiskan uang sakunya untuk permainan tradisional yang berasal dari
menyewa plays station daripada untuk Yogjakarta. Permainan ini merupakan
tabungannya, sudah tidak asing lagi permainan kelompok yang
ditemui saat ini. Dampak yang membutuhkan pemain dalam jumlah
ditimbulkan dari hal tersebut besar, membutuhkan ruang bermain
diantaranya terbentuklah manusia yang yang luas, serta beberapa peraturan
lemah akan karakter baik. yang harus disepakati. Permainan ini
Terbentuklah anak dengan karakter memerlukan kerjasama yang tinggi,
yang acuh terhadap sesama, tidak jiwa kompetisi yang tinggi, serta
mampu bekerja sama dengan baik, ketapatan dan kecepatan yang tinggi.
kurang teliti menghapi persoalan, Hal tersebut merupakan nilai positif
memiliki jiwa kompetisi yang kurang yang dimiliki oleh permainan
baik, mudah putus asa terhadap tradisional ancak-ancak alis bila
masalah yang dihadapi, kurang bisa diterapkan dalam pembelajaran karena
menghargai waktu, bahkan merambah selain mampu mencapai tujuan
pada kurangnya jiwa kejujuran pada pembelajaran yang maksimal juga
diri anak. dapat mengembangkan karakter positif
Hal yang tersebut di atas patut bagi peserta didik SD.
menjadi perhatian dan dicarikan solusi

Page | 60
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Karakter peserta didik yang beberapa pendapat di atas dapat ditarik


cerdas, terampil, dan kompetitif kesimpulan bahwa model
sangatlah penting untuk diciptakan pembelajaran adalah kerangka yang
sejak usia dini. Pengembangan berisi langkah-langkah pembelajaran
karakter bangsa yang baik akan yang terlukis dari awal sampai akhir
mendukung terbentuknya manusia yang dibawakan dengan khas oleh guru
berkemajuan yang siap menghadapi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
era AEC dan perkembangan dunia Terdapat beberapa konsep untuk
lainnya. Mengintegrasikan permainan menjelaskan model pembelajaran yang
tradisional kedalam pembelajaran akan dikemukanan oleh Joyce & Weil
menunjang keberhasilan pendidikan (1980:14-17), yaitu: (a) syntax, yaitu
Indonesia. menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran yang dilakukan;(b)
PEMBAHASAN social system, menggambarkan peran
A. Model Pembelajaran dan hubungan siswa dan guru, serta
Model pembelajaran adalah berbagai aturan/norma yang dianjurkan
sebuah rancangan atau pola yang untuk digunakan pada saat penerapan
dibentuk berdasarkan kurikulum untuk model; (c) principles of reaction,
merancang bahan ajar, dan sebagai menggambarkan bagaimana
panduan dalam melaksanakan seharusnya guru memandang,
pembelajaran di kelas maupun tempat memperlakukan, dan merespon siswa;
belajar lain (Joyce & Weil (1980:1). (d) support system, menjelaskan
Gunter et al (1990:67) mendefinisikan tambahan segala sarana, bahan, alat,
“an instructional model is a step-by- atau lingkungan belajar yang
step procedure that leads to specific mendukung pembelajaran; (e)
learning outcomes”. Pendapat Gunter instructional and naturant effects,
tersebut menjelaskan model menjelaskan akibat/hasil belajar yang
pembelajaran merupakan kerangka diperoleh secara langsung berdasarkan
konseptual yang melukiskan prosedur tujuan yang menjadi sasarna
yang sistematis dalam (instructional effects) dan hasil belajar
mengorganisasikan pengalaman belajar di luar yang menjadi sasaran
untuk mencapai tujuan belajar. Dari pembelajaran yang biasanya datang

Page | 61
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

dari pengalaman hasil penerapan nyanyian, dialog, atau keduanya;


model pembelajaran (naturant effects). nyanyian atau dialog menjadi induk
dalam permainan tersebut. Permainan
B. Permainan Tradisional Ancak- ancak-ancak alis bersifat rekreatif,
Ancak Alis interaktif, yang mengekspresikan
Permainan ancak-ancak alis pengenalan tentang lingkungan,
berasal dari Daerah Istimewa hubungan sosial, tebak-tebakan, dan
Yogyakarta. Permaianan ini sebagainya.
menggambarkan kehidupan petani
sehingga pada masa dulu permainan ini C. Model Pembelajaran Berbasis
sangat disenangi oleh anak-anak di Permainan Tradisional Ancak-
pedesaan. Permainan dimainkan oleh Ancak Alis
anak-anak berusia 6-13 tahun dengan Model pembelajaran berbasis
tidak mengenal jenis kelamin. Area permainan tradisional ancak-ancak alis
bermain yang diperlukan adalah merupakan model pembelajaran yang
sebidang tanah sesuai dengan jumlah mengintegrasikan permainan
pemain sehingga semakin banyak tradisional ancak-ancak alis dalam
pemain maka arena permainan yang model pembelajaran. Pengintegrasian
dibutuhkan semakin luas. dilakukan dengan mengembangkan
Permainan ancak-ancak alis tidak langkah-langkah permainan sehingga
memerlukan peraralatan dan sesuai dengan langkah model
perlengkapan permainan. Permainan pembelajaran yang memenuhi prinsip-
hanya menggunakan lagu pengiring prinsip model pembelajaran yakni
tanpa iringan instrumental. memiliki syntax (sistak), social system
Dharmamulya (2005: 41-40) (sistem sosial), prinsiples of reaction
memberikan penjelasan mengenai (prinsip reaksi), support system (sistem
permaianan ancak-ancak alis. pendukung), dan instructional and
Permainan ancak-ancak alis termasuk natural effects (dampak instruksional
pada jenis permainan bermain dan dan penggiring). Berikut disajian
bernyanyi dan atau berdialog. model pembelajarn berbasis permainan
Permainan jenis ini dimainakan tradisional ancak-ancak alis dalam
diawali atau diselingi dengan pembelajaran (Handayani, 2013:64-72)

Page | 62
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

tradisional ancak-ancak alis sebagai


Sintak berikut.
Sintak model pembelajaran Tahap pra permainan
berbasis permainan tradisional ancak- Persiapan siswa siap mengikuti
ancak alis pada dapat dilihat pada tabel pembelajaran
berikut.  Penataan situasi untuk
Tabel 1 Tahap Model Permainan Ancak- mempersiapkan siswa mengikuti
ancak Alis untuk Pembelajaran
pembelajaran.
Tahapan Kegiatan yang
dilakukan  Penyampaian kompetensi dasar
Tahap pra Penataan situasi untuk
permainan mempersiapkan siswa dan tujuan pembelajaran.
Persiapan siswa mengikuti pembelajaran
siap mengikuti dengan penyampaian
 Penjelasan langkah-langkah
pembelajaran tema, kompetensi dasar pembelajaran oleh guru kepada
dan tujuan
pembelajaran serta siswa.
langkah-langkah
pembelajaran yang akan Tahap persiapan
dilakukan.
Tahap persiapan Penyampaian materi Membimbing siswa untuk menggali
Membimbing siswa oleh guru.
materi dan pengorganisasian siswa
untuk menggali
materi dan Pengorganisasian siswa dalam kegiatan
pengorganisasian untuk siap dalam
siswa dalam kegiatan permainan pembelajaran
kegiatan ancak-ancak alis.
pembelajaran 1. Penggalian kemampuan awal
Tahap permainan Permainan ancak-ancak
Mengkontruksi alis, kegiatan siswa oleh guru.
pengetahuan dan diskusi,serta game adu 2. Pengkondisian siswa siap
kemampuan kecepatan dan
ketepatan dilaksanakan. melaksanakan permainan di dalam
Siswa mengkonstruk
pengetahuannya dari ruangan.
proses permainan,
kegiatan diskusi dan 3. Dipilihlah dua siswa yang
game.
Tahap penutup Pemberian penghargaan memiliki badan sama besar, sama
Menganalisis dan kelompok pemenang. tinggi dan sama kuatnya (siswa A
mengevaluasi hasil
kegiatan Penarikan kesimpulan dan B). Siswa A dan B disebut
pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. sebagai pemain induk.
Secara rinci, langkah-langkah
4. Kedua pemain induk memisahkan
pembelajaran menggunakan model
diri untuk mengadakan
pembelajaran berbasis permainan
perundingan yang tidak boleh
diketahui oleh pemain lain

Page | 63
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

(pemain anak semang). Dalam pundak pemain yang berada di


perundingan tersebut mereka depannya. Keadaan pemain dan
memilih nama untuk dirinya jalannya permain dalam permainan
masing-masing. Nama ini dapat dilihat pada gambar 1 dan 2
disesuaikan dengan kata-kata yang berikut.
berhubungan dengan materi
pelajaran.
5. Berkumpul kembali ke tempat
yang sudah ditentukan untuk
melakukan permainan

Tahap permainan
Mengkontruksi pengetahuan dan Gambar 1 Posisi Pemain Saat
Permainan Berlangsung
kemampuan
1. Kedua pemain induk (A dan B)
berdiri berhadap-hadapan
(misalnya menghadap ke Utara
dan Selatan). Keempat tangan
mereka diangkat ke atas dan
keempat telapak tangannya saling
menempel sehingga seolah-olah
membentuk sebuah pintu gapura.
Pemain induk tersebut selalu
Gambar 2 Jalannya Pemain Saat
menggerakkan tangannya dan
Permainan Ancak-ancak Alis
saling bertepuk satu dengan Berlangsung (Dharmamulya,
lainnya sambil menyanyikan lagu. 2005: 41, 44)
Lirik lagu disesuaikan dengan
materi yang dipelajari. 3. Setelah lagu selesai dinyanyikan,
2. Seluruh pemain menyanyikan lagu, anak yang tepat berada di depan
pemain anak semang berjalan berderet pemain induk ditangkap dan
urut ke belakang berputar-putar diberikan pertanyaan. Pertanyaan
mengitari A dan B dengan memegang disesuaikan dengan kompetensi

Page | 64
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

yang akan dicapai. Apabila 2. Penarikan kesimpulan dari


jawaban yang diberikan benar, pembelajaran yang telah
maka pemain yang tertangkap tadi dilakukan.
berhak memilih kata yang 3. Pemberian evaluasi terhadap
dirahasiakan oleh pemain induk. pembelajaran.
Setelah memilih, pemain tadi 4. Pemberian tindak lanjut
menjadi anak semang dari salah 5. Penutup pembelajaran.
satu pemain induk.
4. Permainan ini diulangi berkali-kali Sistem Sosial
hingga anggota barisan telah Sistem sosial yang terjadi pada
memilih kata yang mengartikan model dibangun berdasarkan interaksi
dia pada anak semang pemain antara siswa dengan siswa, dan antara
induk tertentu. Pada akhirnya siswa dan guru. Siswa bersama-sama
pemain induk mempunyai anak membangun pengetahuannya secara
semang yang mungkin memiliki individu maupun kelompok. Dalam
perbedaan jumlah. permainan kelompok besar siswa
5. Permainan dilanjutkan dengan mampu menggali kemampuan
mengadakan game adu kecepatan individunya. Setelah terbentuk
dan ketepatan untuk menentukan kelompok kecil, siswa dalam
kelompok yang menang atau kelompokknya membangun
kalah. pengetahuaannya dengan berdiskusi.
6. Presentasi kelompok tentang hasil Game adu kecepatan dan ketepatan
game adu kecepatan dan berlangsung, dan disinilah siswa
ketepatan. kembali menggali kemampuannya
secara individu. Guru berperan sebagai
Tahap penutup fasilitator dan pengatur pembelajaran
Menganalisis dan mengevaluasi dan permainan berlangsung. Siswa
hasil kegiatan pembelajaran memperhatikan petunjuk dan peraturan
1. Menentukan tim yang menjadi yang dijelaskan oleh guru. Dalam
pemenang dan pemberian permainan terdapat aturan-aturan yang
penghargaan kepada tim yang berlaku yaitu tertib pada saat
menang. pembelajaran dan permainan, bekerja

Page | 65
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

sama dalam kelompok besar maupun kelompok, buku dan lingkungan


kecil, berlaku jujur, mampu sekitar. Media yang digunakan dalam
bertanggung jawab terhadap tugas- pembelajaran yaitu papan tempel dan
tugas yang diberikan, dan memiliki kartu pernyataan.
rasa toleransi terhadap teman.
Dampak Pembelajaran dan Dampak
Prinsip Reaksi Pengiring
Pada pembelajaran ini diperlukan Penerapan model permainan
guru sebagai fasilitator yang mampu ancak-ancak alis pada pembelajaran
mengarahkan dan membantu proses memiliki dampak yang dirasakan
belajar dalam seluruh kegiatan langsung (direct effect) dan dampak
pembelajaran. Guru diarahkan sebagai pengiring (nurturant effect). Dampak
pembimbing siswa dalam penemuan langsung yang dihasilkan oleh model
konsep dalam diri siswa dan dapat permainan ancak-ancak alis yakni
merespon tingkah laku dan siswa dapat mencapai tujuan
pemikiran/konsep siswa dengan tepat. pembelajaran secara maksimal. Model
Guru diletakkan sebagai aktor yang permainan ancak-ancak alis memiliki
berperan mampu memverifikasi dampak pengiring (nurturant effect)
kegiatan pembelajaran berupa setelah diterapkan. Model mampu
penguatan pengetahuan, refleksi menggali karakter positif yang dimiliki
kegiatan pembelajaran, pemberian siswa.
pesan moral yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang dirancang. D. Peran Model Pembelajaran
Ancak-Ancak Alis Terhadap
Sistem Pendukung Pembentukan Karakter Bangsa
Sistem pendukung dalam model Secara etimologis, kata karakter
permainan ancak-ancak alis berupa berasal dari bahasa inggis, character,
lapangan/halaman, sumber belajar, dan yang berarti watak atau sifat. Karakter
media pembelajaran. adalah nilai-nilai yang khas, baik
lapangan/halaman digunakan sebagai watak, akhlak atau kepribadian
tempat jalannya permainan. Sumber seseorang yang terbentuk dari hasil
belajar siswa berupa lembar kegiatan internalisasi berbagai kebijakan yang

Page | 66
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

diyakini dan dipergunakan sebagai Dalam Kebijakan Nasional


cara pandang, berpikir, bersikap, Pembangunan Karakter Bangsa,
berucap dan bertingkah laku dalam karakter didefinisikan sebagai nilai-
kehidupan sehari-hari. Orang nilai yang khas-baik (tahu nilai
berkarakter berarti orang yang kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkepribadian, berperilaku, bersifat, berkehidupan baik, dan berdampak
bertabiat, atau berwatak. Dengan baik terhadap lingkungan) yang
makna seperti itu berarti karakter terpateri dalam diri dan
identik dengan kepribadian atau terejawantahkan dalam perilaku.
akhlak. Kepribadian merupakan ciri, Karakter secara koheren memancar
karakteristik, atau sifat khas diri dari hasil olah pikir, olah hati, olah
seseorang yang bersumber dari raga, serta olah rasa dan karsa
bentukan-bentukan yang diterima dari seseorang atau sekelompok orang.
lingkungan, misalnya keluarga pada Karakter merupakan ciri khas
masa kecil dan bawaan sejak lahir seseorang atau sekelompok orang yang
(Koesoema, 2007). mengandung nilai, kemampuan,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun kapasitas moral, dan ketegaran dalam
2003 tentang Sistem Pendidikan menghadapi kesulitan dan tantangan
Nasional pasal 3 menyebutkan bahwa (Pemerintah Republik Indonesia,
pendidikan nasional berfungsi 2010).
mengembangkan kemampuan dan Menurut Kemendiknas Badan
membentuk karakter serta peradaban Penelitian dan Pengembangan
bangsa yang bermartabat dalam rangka Kurikulum (2010: 6) untuk lebih
mencerdaskan kehidupan bangsa. memperkuat pelaksanaan pendidikan
Pendidikan nasional bertujuan untuk karakter pada satuan pendidikan telah
berkembangnya potensi peserta didik teridentifikasi 18 nilai yang bersumber
agar menjadi manusia yang beriman dari agama, Pancasila, budaya, dan
dan bertakwa kepada Tuhan Yang tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1)
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7)
menjadi warga negara yang demokratis mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin
serta bertanggung jawab.

Page | 67
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) Langkah Karakter Keterangan


pembelajaran yang
diperkuat
cinta tanah air, mengakui kelebihan
orang lain
(12) menghargai prestasi, (13) 2.4 Mandiri Memilih keputusan
untuk dirinya sendiri
bersahabat/ komunikatif, (14) cinta tanpa masukan dari
orang lain
damai, (15) gemar membaca, (16) Jujur Tidak memberi tahu
pemain lainnya tentang
peduli lingkungan, (17) peduli sosial, nama dirinya untuk
mencari pendukung
2.5 - -
(18) tanggung jawab. Tahap permainan
Mengkontruksi pengetahuan dan kemampuan
Pendidikan melalui aspek 3.1 Kerja keras Kerja karas dan
(kerjasama) kerjasama antar kedua
pembelajarannya diharapkan mampu pemain
3.2 Disiplin Tertib disaat mengikuti
memberikan kontribusi yang positif barisan dan tidak
tercerai atau saling
mendahului
terhadap pembentukan karakter 3.3 Mandiri Mandiridisaat
menjawab pertanyaan
bangsa. Model pembelajaran berbasis dari pemain induk oleh
anak semang
permainan tradisional ancak-anak alis Jujur Pemain induk tetap
merahasiakan namanya
mampu menghadirkan pembelajaran masing-masing
Tanggung Bertanggung jawab
yang dapat memperkuat karakter jawab tentang perannya
masing-masing sebagai
anak semang dan
bangsa. Hal tersebut dapat dilihat pada pemain induk
3.4 Disiplin Tertib dengan peraturan
tabel 2 berikut. yang disepakati
Toleransi Menghargai pilihan
Tabel 2 Analisis Langkah Pembelajaran anak semang
Model Pembelajaran Berbasis 3.5 Kerja keras Menyelesaikan game
Permainan Trasional Ancak-Ancak (kerjasama) adu ketepatan dan
kecepatan
Alis Sebagai Pemerkuat Karakter
Mandiri Secara mandiri siswa
Bangsa menentukan sikap
Langkah Karakter Keterangan menyelesaikan game
pembelajaran yang Bersahabat/ Menyelesaikan game
diperkuat komunikatif dengan terus
Tahap pra permainan berkomunikasi dengan
Persiapan siswa siap mengikuti pembelajaran anggota kelompok yang
1.1 Religius Terbentuk dari kegiatan lain
berdoa Kreatif Game adu kecepatan
Disiplin Tertib saat pelajaran dan ketepatan
1.2 Disiplin Tertib saat pelajaran menentukan kreatifitas
Rasa ingin Penyampaian individu maupun
tahu kompetensi dan tujuan kelompok
pembelajaran Menghargai Penentuan kelompok
1.3 Disiplin Tertib saat pelajaran prestasi yang menang dan kalah
Tahap persiapan 3.6 Bersahabat/ Presentasi
Membimbing siswa untuk menggali materi dan komunikatif mengharuskan
pengorganisasian siswa dalam kegiatan pembelajaran komunikasi yang
2.1 2.1 Rasa ingin Pertanyaan yang bersahabat antar
tahu diberikan guru anggota kelompok
Gemar Menggali kemampuan Tanggung Mempresentasikan
membaca bisa dengan meminta jawab hasil game dengan
siswa membaca materi tanggung jawab
pelajaran Tahap penutup
2.2 Disiplin Tertib dalam setiap Menganalisis dan mengevaluasi hasil kegiatan
arahan yang diberikan pembelajaran
guru 4.1 Menghargai Menghargai segala
2.3 Demokratis Memahami kondisi prestasi keputusan akhir tim
masing-masing dan yang menang dan kalah

Page | 68
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Langkah Karakter Keterangan pembelajaran, senang dalam


pembelajaran yang
diperkuat
Demokratis Menerima segala hasil
pembelajaran, kemampuan komunikasi
yang dicapai dalam
permainan siswa berkembang dengan baik, sikap
4.2 Mandiri Secara individu peserta
didik menyimpulkan berani berkembang, dan siswa mampu
materi pelajaan
4.3 Jujur Menyelesaikan evaluasi berfikir secara kritis terhadap sesuatu.
tanpa mencontek dan
percaya diri Dampak pembelajaran yang
Mandiri Menyelesiakan evaluasi
secara mandiri
4.4 Tanggung Tindak lanjut yang terbentuk tersebut sejalan dengan teori
jawab diberikan bisa berupa
pemberian tugas rumah, belajar sosial dari Vygotsky (dalam
siswa diminta
mengerjakan secara Trianto, 2009:38) yang mengusulkan
tanggung jawab.
4.5 Religius Mengakhiri pelajaran bahwa untuk mendapatkan
dengan berdoa
Disiplin Menyelesaikan
pembelajaran dengan
pengetahuan baru, anak-anak
tertib
membutuhkan interaksi penuh dengan
orang lain. Hurlock (1980:146)
Penerapan model pembelajaran
menyatakan bahwa usia sekolah dasar
berbasis permainan tradisional ancak-
merupakan usia bermain, anak akan
ancak alis memberikan dampak
aktif bergerak dan mencari sendiri
pengiring yang positif terhadap
pengetahuannya dengan bermain.
pengembangan karakter bangsa.
Desmita (2009:35) menyatakan bahwa
Handayani (2013:154) menjelaskan
anak-anak SD senang bermain, senang
hasil penelitiannya bahwa selain
bergerak, senang bekerja dalam
dampak instruktional yang mampu
kelompok, dan senang melakukan
memaksimalkan tercapainya tujuan
sesuatu secara langsung. Dengan
pembelajaran, penerapan model
bermain pula, siswa akan aktif
tersebut mampu memberikan dampak
bergerak berinteraksi dengan teman
penggiring yaitu meningkatkan
dan mampu membangun
ketertiban dalam pembelajaran, siswa
pengetahuannya sendiri.
memiliki nilai kerjasama yang baik,
Model pembalajarn bernbasis
meningkatnya sikap jujur, bertanggung
permainan tradisional ancak-ancak alis
jawab terhada tugas yang ditugaskan,
yang kental dengan nuansa bermain
dan mampu bertoleransi dengan
dan permainan, ttelah memenuhi
temannya. Selain itu, dampak
syarat-syarat permainan untuk
pengiring yang muncul yaitu siswa
pendidikan. Ki Hajar Dewantara dalam
menjadi aktif dalam kegiatan

Page | 69
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Dhamarmulya (1992:53) di usia SD akan mampu menghasilkan


mengungkapkan syarat-syarat yang SDM yang berkualitas dan siap
perlu dimiliki permainan anak untuk menghadapi era AEC dengan cerdas,
tujuan pendidikan, yaitu (a) harus terampil, dan kompetitif tanpa harus
menyenangkan, (b) harus memberikan kehilangan jati dirinya sebagai bangsa
kesempatan kepada anak-anak untuk Indonesia.
berfantasi, (c) permainan jangan terlalu
mudah sehingga anak bisa merasakan DAFTAR PUSTAKA
kemenangan dan kekalahan, (d) Badan Penelitian dan Pengembangan
mengandung unsur kesenian misalnya Kurikulum. (2010).
warna-warna dan bentuk yang indah, Pengembangan Pendidikan
(e) mengandung isi yang dapat Budaya dan Karakter Bangsa
mendidik anak-anak kearah ketertiban, Pedoman Sekolah. Jakarta:
misalnya menyulam, menggambar, Kemendiknas.
berbaris, dan bernyanyi. Syarat-syarat Badan Penelitian dan Pengembangan
tersebut mampu dimunculkan dalam Pusat Kurikulum dan
model permainan ancak-ancak alis Perbukuan. (2011). Panduan
yang dirancang sebagai model Pelaksanaan Pendidikan
pembelajaran. Karakter. Jakarta:
Kemendiknas.
KESIMPULAN Desmita. 2009. Psikologi
Model pembelajaran berbasis Perkembangan Peserta Didik.
permainan tradiional ancak-ancak alis Bandung: PT Remaja
memiliki langkah pembelajran yang Rosdakarya.
terdiri dari empat tahap yaitu tahap Dharmamulya, S. 2005. Permainan
persiapan, pra permainan, permainan, Tradisional Jawa. Jogjakarta:
dan penutup. Melalui langkah Kepel Press.
pembelajarannya, model pembelajaran Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab,
berbasis model permainan ancak-ancak J. H. 1990. Instruction: A
alis mampu memperkuat karakter models approach. Boston:
bangsa anak SD. Karakter yang Allyn and Bacon.
terbentuk baik disaat anak-anak berada

Page | 70
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Handayani, D. 2011. Penggunaan


Permainan Tradisional
Pasaran untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Jual Beli
Siswa Kelas III SDN Bareng 1
Malang. Skripsi tidak
diterbitkan, Malang: FIP UM.
Hurlock, E B. 1980. Psikologi
Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Terjemahan
Istiwidiyanti & Soedjarwo.
2008.
Jakarta: Erlangga.
Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of
teaching. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc. Kuhn, T. S.
2002. The structure of scientific
revolution. Diterjemahkan oleh:
Tjun Surjaman. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Koesoema, D. A. (2007). Pendidikan
Karakter: Strategi Mendidik Anak
di Zaman Global. Grasindo.
Jakarta.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta: Kencana.

Page | 71

You might also like