Professional Documents
Culture Documents
Pencegahan Infeksi TOT Kemenkes
Pencegahan Infeksi TOT Kemenkes
&
PERLINDUNGAN
SPESIFIK
6-1
6-2
HASIL BELAJAR
6-3
INDIKATOR HASIL BELAJAR :
6-4
A. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Pentingnya Pencegahan Infeksi dan Siklus Penularan
Penyakit
6-5
Gambar
Siklus
Penularan
penyakit
6-6
2. Membuat Program Pencegahan Infeksi dapat berjalan
Kepatuhan pada panduan PI dapat ditingkatkan jika ada dukungan yang konsisten dari
pengelola program terhadap upaya meningkatkan keselamatan. Dukungan tersebut
termasuk memastikan bahwa praktik-praktik yang berbahaya dihilangkan, kelemahan
yang ditemui diperbaiki, dan staf secara aktif didorong untuk mau memberikan saran
mengenai praktik keselamatan yang lebih baik. Penting juga bagi supervisor untuk
memberikan umpan balik dan penghargaan untuk praktik PI yang tepat, dan yang menjadi
tauladan, khususnya dokter dan staf senior, mendukung praktik PI yang dianjurkan dan
memberi contoh perilaku yang sesuai (Lipscomb and Rosenstock 1997).
6-7
B. PERLINDUNGAN
SPESIFIK
1. MEMBUAT TENAGA KESEHATAN LEBIH AMAN
Sebagian besar agen infeksius ditularkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh, dan
sebagian besar infeksi dapat disebarkan sebelum muncul gejala. Oleh karena itu, sangat penting bagi
tenaga kesehatan untuk memperlakukan semua klien dan pasien seakan terinfeksi (Blumenthal and
McIntosh 1996). Kewaspadaan di bawah ini harus selalu digunakan oleh semua tenaga kesehatan:
Cuci tangan rutin selama 10-15 detik sebelum dan setelah kontak dengan klien atau pasien, satu cara
yang paling praktis untuk mencegah penyebaran infeksi.
Pakai sarung tangan ketika menyentuh yang basah, kulit pecah, selaput mukosa, darah atau cairan
tubuh lain (sekresi atau ekskresi), peralatan dan sarung tangan yang terkontaminasi, dan sampah medis.
Gunakan alat pelindung diri (pelindung mata, pelindung wajah dan Apron atau Hazmat yang tidak
tembus air).
Gunakan praktik kerja yang aman seperti memberikan alat tajam dengan aman; membuang sampah
medis dengan benar; dan tidak menutup kembali, mematahkan, atau membengkokkan jarum, atau
melepas jarum dari alat suntik sebelum dibuang.
6-8
Tips Pencegahan Infeksi
Kewaspadaan PI harus menjadi bagian dari setiap prosedur. Pada klinik KIA dan
KB, contohnya, tindakan ginekologi, pemeriksaan dalam, dapat menyebabkan petugas
terpapar cairan tubuh. Di bawah ini adalah daftar praktik PI yang harus diikuti pada saat
melakukan tes IVA atau krioterapi:
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara merata setiap akan melakukan
pemeriksaan.
Bila mungkin, minta klien membersihkan bagian genitalnya sebelum dilakukan
pemeriksaan dalam.
Gunakan peralatan dan sarung tangan DTT (atau steril). Sebagai alternatif, sarung tangan
periksa yang masih baru dapat digunakan.
Buang sampah dengan benar (kassa, kapas, sarung tangan sekali pakai).
Dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang segera setelah digunakan
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir secara merata setelah melepas sarung tangan.
6-9
Apa yang harus dilakukan ketika terpapar
Jika terjadi paparan darah atau cairan tubuh lain, langkah-langkah berikut
dapat mengurangi risiko infeksi HBV, HIV dan patogen lain yang ditularkan melalui
darah.
Untuk paparan pada kulit atau selaput mukosa, cuci bagian yang terpapar segera
dengan sabun dan air, kemudian bilas sampai bersih untuk menghilangkan partikel
yang berpotensi menularkan.
Jika terjadi luka tusuk atau tersayat, biarkan darah mengalir. Bersihkan dan bilas luka
dengan air dan sabun. (Irigasi dengan saline, alkohol atau iodine belum terbukti dapat
menurunkan risiko infeksi HBV atau HIV, dan bahkan dapat menyebabkan iritasi dan
bekas luka.)
Untuk paparan pada mata, cuci mata segera dengan air, kemudian lakukan irigasi
selama 30 menit dengan saline normal.
6-10
Tenaga kesehatan yang terpapar darah atau cairan tubuh lain harus diberi
informasi lengkap tentang pilihan pengobatan sehingga mereka bisa melakukan
pilihan. Jika tersedia, agen antiretroviral, seperti zidovudine (ZDV atau AZT),
harus diberikan dalam waktu 1-2 jam setelah paparan dengan risiko penularan
tertinggi. Tenaga kesehatan harus mengetahui agen antiretroviral apa yang tersedia
dan dimana bisa memperolehnya.
6-11
Menjaga Tempat Kerja yang nyaman
Menjaga lingkungan kerja yang aman dan bebas infeksi merupakan
proses terus menerus yang memerlukan supervisi ketat dan perlu
sering diingatkan kepada petugas kesehatan. Dengan menerapkan
praktik-praktik yang dianjurkan dan telah dijabarkan dalam bab ini,
sebagian besar infeksi dan penularan penyakit, seperti hepatitis B dan
HIV/AIDS, dapat dihindari.
6-12
Pengertian APD
Alat Perlindungan Diri (APD) adalah perlengkapan yang wajib
digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan
cedera atau penyakit serius terkait pekerjaannya. Alat pelindung diri telah
didesain khusus sesuai dengan jenis pekerjaannya.
6-13
Standar APD pada pelayanan IVA SADANIS
Untuk pelayanan IVA, APD yang digunakan mengacu pada Standar APD
untuk penanganan covid-19 di Indonesia, yaitu:
a. Kelompok Tenaga Kesehatan
Dokter
Perawat
Petugas laboratorium.
b. Lokasi/cakupan
Pengambilan sampel non pernafasan yang tidak menimbulkan aerosol.
c. Jenis APD:
Masker 3 Ply
Gown
Pelindung mata (pada risiko percikan cairan sampel)
Sarung tangan karet sekali pakai
Headcap
Sepatu Pelindung
6-14
d. Cara Pemakaian APD
Ganti baju dengan baju kerja
Kenakan sepatu pelindung
Pakai Gown/jubah bersih
Gunakan masker bedah/masker N95
Pasang google
Pasang pelindung kepala (bila perlu pasang faceshield)
Pasang sarung tangan
e. Cara pelepasan APD
Buka sarung tangan
Buka gown (jubah)
Buka pelindung kepala (face shield)
Buka google
Buka pelindung sepatu (sepatu boots)
Buka masker bedah/masker N95
Buka sarung tangan
6-15
4. Skema Pemasangan dan Pelepasan APD COVID-19
6-17
PROSES PENCEGAHAN INFEKSI
6-18
Urutan langkah tiap proses sebagai berikut:
STEP 1 Setelah selesai melakukan IVA atau krioterapi pada serviks, dan saat masih memakai
sarung tangan, buang benda-benda yang terkontaminasi ke dalam wadah tahan bocor
(yang memiliki tutup kencang) atau kantung plastik
STEP 2 Rendam spekulum dalam wadah plastik berisi larutan klorin 0,5% selama 10
menit sebelum mengijinkan petugas kebersihan menangani atau membersihkan
alat tersebut dengan larutan klorin. (Langkah ini perlu untuk mencegah
penularan HBV dan HIV/AIDS kepada staf klinik.)
STEP 3 Semua permukaan (seperti meja tindakan atau meja alat) yang mungkin telah
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lain harus didekontaminasi dengan
menggunakan lap yang telah dibasahi larutan klorin.
STEP 4 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam ember
berisi larutan klorin 0,5% kemudian dengan hati-hati melepas sarung tangan
dengan membalik bagian dalam keluar. Jika sarung tangan dibuang, letakkan
ke dalam wadah tahan bocor atau kantung plastik kuning (tempat sampah
medis). Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan
merendam ke dalam larutan klorin tersebut selama 10 menit.
6-19
TUJUAN PENCEGAHAN INFEKSI
Bagian dari kualitas pelayanan kesehatan
Mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik seperti episiotomi,
menyuntik, periksa dalam atau Seksio Sesaria, termasuk
pemeriksaan IVA dan Papsmear
Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B,
Hepatitis C dan AIDS
6-20
ISTILAH-ISTILAH TINDAKAN PI
(HIDUP) (MATI)
DEKONTAMINASI
CUCI-BILAS (80%)
DTT(95%)
STERILISASI (100%)
6-21
Aplikasi Kewaspadaan Standar
6-22
Mengelola benda tajam
Cuci tangan Memproses peralatan
Mengelola limbah
Barier Protektif
6-23
Beberapa cara mengurangi
risiko transmisi penyakit
Diantara klien-petugas
◦ Cuci tangan
◦ Gunakan Barier Protektif
◦ Sarung tangan
◦ Pelindung mata (kacamata, masker)
◦ Apron/Celemek
6-24
CUCI TANGAN
Saat datang dan pulang dari tempat kerja
Sebelum dan setelah memeriksa klien
Sebelum dan setelah pakai sarung tangan
Setelah terpapar darah atau sekret tubuh
Setelah tersentuh benda berbahaya/toksik
Sebelum dan setelah makan
Setelah menggunakan toilet/buang air
6-25
Mencuci tangan
6-26
6-27
6-28
Larutan Alkohol/Gliserin
Formula
Tambahkan 2 ml gliserin kedalam 100 ml
larutan alkohol 60-90%.
Tuangkan sebanyak 3 to 5 ml dan gosokkan
pada kedua belah tangan.
6-29
6-30
6-31
Cuci tangan pra-bedah
Gunakan larutan
antiseptik (bila tersedia)
dan bilas dengan air
bersih mengalir
Gunakan sikat halus
untuk membersihkan
kuku
Gunakan spons untuk
membersihkan kulit
Keringkan tangan dan
lengan dengan handuk
6-32
INGAT !
•Klien kontrasepsi dengan klien yang dilakukan IVA, umumnya adalah
orang yang sehat dan status tersebut harus tetap terjaga saat dan
setelah pelayanan diberikan
•Setiap tindakan dengan risiko infeksi harus dilaksanakan secara hati-
hati dan benar.
•Tingginya angka infeksi pasca tindakan menunjukkan rendahnya mutu
pelayanan
6-33
Barier Protektif
Gunakan kacamata pelindung,
masker, celemek dan sepatu tertutup.
6-34
Gunakan Sarung Tangan
•Saat melakukan prosedur bedah
•Ketika melakukan periksa dalam
•Saat mengambil sampel darah
•Jika menangani peralatan/linen yang terkontaminasi bahan/sekret
menular
•Saat mengelola dan membuang limbah
•Membersihkan percikan darah/sekret tubuh di peralatan,
permukaan meja bedah, lantai
6-35
Gunakan sarung tangan
Saat melakukan Saat memegang atau menyentuh
tindakan bedah peralatan bekas pakai
6-36
PERLINDUNGAN TRANSMISI PENYAKIT BAGI
PETUGAS KESEHATAN
•Kebanyakan infeksi terjadi akibat paparan dengan darah atau cairan
tubuh pasien yang secara klinis belum menunjukkan gejala adanya
penyakit
•Aplikasikan budaya bersih dan aman seperti cuci tangan dan memakai
sarung tangan.
•Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan melakukan prosedur
antisepsis
•Proses peralatan dan sarana kesehatan
6-37
Risiko Transmisi Penyakit
Risiko transmisi HIV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan
HIV positif adalah 4 : 1000
Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan
HBV positif adalah 27 - 37 : 100
6-38
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan teknik zona aman untuk membawa atau
memindah-tangankan benda/instrumen tajam
Pilih media/penghantar instrumen tajam yang
sesuai (misalnya: wadah logam)
Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum
atau memasang skalpel/pisau bedah
Beritahukan pada operator bahwa anda akan
memberikan instrumen tajam yang diminta
6-39
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan pinset saat mengambil jarum dan zona
aman sebagai penghantar instrumen tajam
6-40
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan klem atau
pemegang jarum saat
memasang atau
melepaskan pisau
bedah atau instrumen
tajam lain yang harus
disatukan atau
dipisahkan
6-41
Memproses peralatan bekas pakai:
◦ Dekontaminasi
◦ Cuci dan Bilas
◦ Desinfeksi Tingkat Tinggi
◦ Sterilisasi
6-42
Dekontaminasi
Tahapan Proses
peralatan
Keringkan,dinginkan,
simpan atau siap pakai
Dekontaminasi
•Masukkan peralatan bekas
pakai yang akan digunakan
kembali ke dalam larutan klorin
0,5% segera setelah
digunakan.
•Rendam selama 10 menit dan
segera lakukan pembilasan.
•Lakukan pula pembersihan
permukaan peralatan (misalnya
meja bedah) dengan larutan
klorin 0,5%.
6-44
Cara membuat klorin 0,5% dari konsentrat atau
sediaan yang mengandung 5% klorin
Formula :
% konsentrat yang tersedia
Bagian air digunakan sebagai pelarut : -- 1 = ....... bagian air
% yang diinginkan
Bila ingin membuat klorin 0,5% dari konsentrat / sediaan yang mengandung
5% klorin, caranya adalah sebagai berikut:
5% klorin (Bayclin®) 5 X 10 1 = 9 bagian air
:
0,5% (yg diinginkan) 5
6-45
Cara membuat klorin 0,1% dari konsentrat atau sediaan
yang mengandung 5% klorin
Formula :
% konsentrat yang tersedia
Bagian air digunakan sebagai pelarut : -- 1 = ....... bagian air
% yang diinginkan
Bila ingin membuat klorin 0,1 dari konsentrat / sediaan yang mengandung 5%
klorin, caranya adalah sebagai berikut:
5% klorin (Bayclin®) 5 X 10 1 = 49 bagian air
:
0,1% (yg diinginkan) 1
6-46
Pencucian
Cuci dengan air bersih
dan sabun atau deterjen
Sikat dengan sikat halus
hingga tampak bersih
Lakukan penyikatan
dalam air pencuci untuk
menghindarkan percikan
Buka engsel atau
sambungan peralatan
Bilas merata dengan air
bersih.
6-47
Desinfeksi Tingkat Tinggi
(Perebusan)
•Susun peralatan hingga
terendam dalam air
•Rebus hingga mendidih dalam
panci bertutup.
•Hitung waktu dari saat air
mulai mendidih hingga 20
menit untuk proses DTT
•Jangan menambah sesuatu ke
dalam panci setelah
penghitungan waktu dimulai
•Keringkan di udara terbuka
sebelum disimpan.
6-48
Desinfeksi Tingkat Tinggi (Pengukusan)
Susun peralatan/sarung tangan agar
semua bagian terpapar uap dan tak
terendam air pengukus
Kukus hingga keluar uap air dari
pengukus dan mulai saat itu, hitung
hingga 20 menit
6-50
DTT Kimiawi
Sebelum tingkat DTT harus dilakukan dulu
dekontaminasi, cuci-bilas dan keringkan
Gunakan larutan Klorin 0,1 % atau Glutaraldehida 2%
Gunakan larutan baru atau belum kadaluarsa
Pakai wadah berpenutup, bahan non-korosif
Digunakan untuk instrumen tidak tahan panas atau
peralatan optik
Instrumen harus terendam dengan baik
Waktu DTT 20 menit dan bilas dengan air DTT sebelum
digunakan
6-51
DTT Kimiawi
Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan Menggunakan larutan Kimia.
Saat ini, hanya empat bahan kimia yang diijinkan untuk digunakan dalam DTT di seluruh dunia:
klorin,
glutaraldehid,
hydrogen peroxide
Walaupun alkohol dan iodophors tidak mahal dan mudah didapat, keduanya tidak lagi dianggap
sebagai bahan Desinfeksi Tingkat Tinggi (Rutala 1997). Alkohol tidak membunuh beberapa virus, dan
spesies Pseudomonas telah diketahui dapat berkembang di dalam iodophors.
Bahan-bahan kimia tersebut hanya digunakan untuk desinfeksi jika bahan DTT yang tersebut di atas
tidak tersedia atau tidak sesuai.
6-52
Autoklaf
Sterilisasi
106 kPa, 121°C, 20 menit & 30 menit
(tanpa bungkus & terbungkus) Rendam dalam Glutaraldehida
selama 10 jam
Panas kering
170°C selama 60 menit atau
160°C selama 120 menit
6-53
Sterilisasi
Peralatan dan sarung tangan bedah dapat disterilisasi dengan otoklaf. Jika perlu, peralatan berbahan metal
dapat disterilisasi dengan panas kering. Sterilisasi uap/otoklaf : 121°C (250 °F) dengan tekanan 106 kPa (15
lb/in2) selama 20 menit untuk alat/bahan yang tidak dibungkus; 30 menit untuk alat/bahan yang dibungkus.
Biarkan semua alat/bahan hingga benar-benar kering sebelum dikeluarkan.
Catatan: Sterilisasi panas kering (170⁰C selama 60 menit) dapat digunakan hanya untuk peralatan berbahan
metal.
Penyimpanan : peralatan yang tidak dibungkus harus digunakan segera atau di simpan dalam wadah steril dan
kering (hanya 1 minggu). Peralatan yang dibungkus, seperti sarung tangan bedah, dapat disimpan maksimal
selama 1 minggu jika paket tetap kering dan utuh dan maksimal selama 1 bulan jika disimpan rapat dalam
kantung plastik.
6-54
Mengamankan atau membuang
instrumen tajam
Masukkan dalam wadah khusus yang tahan bocor
atau tusukan
Lakukan dekontaminasi sebelum di buang atau
dimasukkan ke dalam wadah tersebut
Jangan menekuk atau mematahkan jarum dengan
tangan
6-55
Mengelola Limbah
•Untuk mencegah infeksi atau cedera
berbahaya akibat benda tajam pada
petugas pengelola limbah
•Menghindarkan penularan penyakit
ke masyarakat sekitar
•Pisahkan limbah terkontaminasi dan
non-kontaminasi
•Masukkan bahan-bahan
terkontaminasi kedalam pembungkus
tahan bocor atau kantong plastik.
•Dibuang secara dibakar atau
ditanam.
6-56
Cara Pengelolaan Limbah
•Gunakan sarung tangan rumah tangga
•Tempatkan limbah berbahaya dalam wadah tertutup dan aman
•Masukkan instrumen/benda tajam ke dalam tempat khusus/tahan
tusuk
•Buang limbah cair pada saluran khusus
•Bakar/tanam limbah padat yang terkontaminasi
•Cuci tangan, sarung tangan dan wadah yang telah digunakan
untuk mengelola limbah
6-57
Rangkuman
Pencegahan Infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi
silang dan diterapkan dengan mengacu pada kewaspadaan
standar
Proses peralatan atau instrumen harus dilakukan secara benar
dan taat azaz agar diperoleh hasil maksimal dan memenuhi
syarat
Pencegahan Infeksi tidak selalu berarti penambahan biaya, yang
paling penting adalah pembudayaan lingkungan bersih dan aman
serta menumbuhkan perilaku bekerja secara standar dan selalu
menjaga kualitas pelayanan
6-58
CUCI TANGAN
(Disini senang, Disana senang) by Teh Dewi
6-60
Daftar Pustaka
Bagg J, S Jenkins and GR Barker. 1990. A laboratory assessment of the antimicrobial effectiveness of
glove washing and re-use in dental practice. Journal of Hospital Infection 15(1): 73–82.
Block SS. 2000. Disinfection, Sterilization and Preservation, Fifth edition. Lippincott Williams &
Wilkins: Baltimore, Maryland.
Daschner F. 1993. The hospital and pollution: Role of the hospital epidemiologist in protecting the
environment, in Prevention and Control of Nosocomial Infections, Second edition. Wenzel RP (ed).
Williams & Wilkins: Baltimore, Maryland.
Department of Health and Human Services (DHHS). 2000. Ninth Report on Carcinogens. DHHS:
Washington, DC.
Favero M. 1985. Sterilization, disinfection and antisepsis in the hospital, in Manual of Clinical
Microbiology, Fourth edition. Lennette EH et al.(eds). American Society for Clinical Microbiology:
Washington, DC.
IPAS. 1993. Boiling IPAS Cannulae to Achieve High Level Disinfection. IPAS: Carrboro, North Carolina.
Daftar Pustaka
Martin MV et al. 1988. A physical and microbial evaluation of the re-use of non-sterile gloves. British Dental
Journal 165(9): 321–324.
McIntosh N et al. 1994. Practical Methods for High Level Disinfection of Surgical Gloves. Paper presented at
American Public Health Association Annual Meeting. Washington DC, 31 October–4 November.
Perkins JJ. 1983. Principles and Methods of Sterilization in Health Sciences, Second edition, 338–402.
Charles C. Thomas: Springfield, Illinois.
Porter CW. 1987. Prevention of infection in voluntary surgical contraception. Biomedical Bulletin 6(1): 1–7
Rutala WA. 1997. Disinfection, sterilization and waste disposal, in Prevention and Control of Nosocomial
Infections, Third edition. Wenzel RP (ed). Lippincott Williams & Wilkins Baltimore, Maryland.
Salle AJ. 1973. Fundamental Principles of Bacteriology, Seventh edition. McGraw-Hill Book Company:
New York.
Sorensen KC and J Luckman. 1979. Basic Nursing: A Psychophysiologic Approach, 934–938. WB Saunders
Co.: Philadelphia, Pennsylvania.
Daftar Pustaka
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba Medika : Jakarta
Nasronudin. (2011). Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Airlangga University
Press : Surabaya
Nadyah. (2014). Pengelolaan Limbah Medis dan Pencegahan Infeksi.Alaudin University Press: Jakarta
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Buku Acuan Pencegahan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.D
2-22.
Ratnasari, Evy. (2018). Bakteriologi Mikroorganisme Penyebab Infeksi. CV Budi Utama : Sleman
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Indonesia.2020.Standar alat Pelindung Diri (APD)
untuk Penanganan COVID-19. Jakarta, Indonesia.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dalam menghadapi wabah Covid-19. Jakarta, Indonesia.
Handayani, Deasy. Dkk. (2021). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Yayasan Kita Menulis :
Jakarta
Fairus, Martini. (2021). Modul Pratikum Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Global Aksara Press :
Jawa Timur