You are on page 1of 9

Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 10, No. 2, Desember 2021, pp.

1-8
ISSN 2303 – 1093

Pengetahuan, Kebijakan, dan Pengendalian Penyakit Antraks pada Ternak di


Indonesia
Knowledge, Policy, and Control of Anthrax in Livestock in Indonesia
Robithul Islami, Siti Fatimatus Zahra, Pramiasih Yuniastuti, Putra Eka Awang Pranata,
Mohammad Sefi, Desy Cahya Widianingrum*
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Jember, Jl. Diponegoro, Bondowoso, East
Java, Indonesia
*corresponding email: dsycahya312@gmail.com

ABSTRAK
Sistem keamanan peternakan terhadap penyakit antraks perlu ditekankan dengan memberikan
pengetahuan dan pola sikap masyarakat dalam menghadapi endemi penyakit antraks. Pengetahuan
dan pola sikap masyarakat tersebut, dapat dimulai dengan pengenalan penyakit baik dari munculnya
penyakit antraks, gejala awal dan akibat ternak yang terinfeksi penyakit antraks, perkembangbiakkan
bakteri antraks, penyebaran atau penularan penyakit antrak, pencegahan dan pengobatan penyakit
antraks. Bacillus anthracis merupakan penyebab penyakit ini. Penularan terjadi saat ternak terpapar
oleh spora bakteri. Bakteri maupun spora dapat bertahan dalam cuaca ekstrim dalam jangka waktu
puluhan tahun. Pengendalian penyakit antraks dapat dilakukam secara efektif dengan pemeriksaan
kesehatan ternak secara rutin, pengawasan distribusi ternak antar wilayah, program vaksinasi, serta
diagnosis penyakit yang akurat sehingga tindakan pengobatan dapat segera dilakukan.
Kata kunci: Antraks, Bacillus anthracis, Penyakit Ternak.

ABSTRACT
Animal husbandry security system against anthrax needs to be emphasized by providing
knowledge and patterns of attitude of the community in dealing with endemic anthrax. Knowledge
and attitude patterns of the community, can be started with the introduction of the disease from the
emergence of anthrax disease, the initial symptoms and effects of livestock infected with anthrax
disease, the proliferation of anthrax bacteria, the spread or transmission of anthrax disease, also
prevention and treatment of anthrax disease. Bacillus anthracis is the cause of this disease.
Transmission occurs when animals are exposed to bacterial spores. Both bacteria and spores can
survive in extreme weather for decades. Anthrax disease control can be carried out effectively with
routine animal health checks, supervision of distribution of animals between regions, vaccination
programs, and accurate disease diagnosis so that treatment can be taken immediately.
Keywords: Animal Desease, Antraks, Bacillus anthracis
______________________________________________________________________________

PENDAHULUAN penting dalam pemenuhan protein hewani


Pangan merupakan kebutuhan yang masyarakat (Winarsih, 2018). Jumlah populasi
paling penting dan utama bagi setiap manusia. ternak menentukan kemampuan pemenuhan
Ternak ruminansia seperti sapi berperan sangat konsumsi daging di kalangan masyarakat. Jika

1
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

populasi sapi sedikit maka tingkat kontribusi tubuh, menggigil, kolaps, kejang, dan konvulsi
untuk pemenuhan konsumsi daging (Djajang, 2018).
dikalangan masyarakat akan menurun. Oleh Sistem keamanan peternakan terhadap
sebab itu produk pangan harus tersedia dengan penyakit antraks perlu ditekankan dengan
cukup, baik dari segi kualitas maupun memberikan pengetahuan dan pola sikap
kuntitasnya. Pemerintah hingga saat ini terus masyarakat dalam menghadapi endemi
mengupayakan program ketahanan pangan, penyakit antraks. Pengetahuan dan pola sikap
demi mencapai ketersediaan pangan yang masyarakat tersebut, dapat dimulai dengan
cukup, aman, bergizi, sehat, serta jaminan pengenalan penyakit baik dari munculnya
halal (Suryana, 2014). penyakit antraks, gejala awal dan akibat ternak
Faktor penujang keberhasilan usaha yang terinfeksi penyakit antraks,
peternakan diantaranya faktor genetik, perkembangbiakkan bakteri antraks,
manajemen pemeliharaan dan nutrisi pakan. penyebaran atau penularan penyakit antrak,
Manajemen pemeliharaan secara detail terdiri pencegahan dan pengobatan penyakit antraks.
dari manajemen kesehatan ternak, kondisi Selain memberikan pengetahuan terkait
lingkungan kandang, pengolahan limbah, dan penyakit antraks, peternak harus selalu
aspek lain yang memerlukan strategi menjaga kesehatan ternak dari penyakit
pengelolaan (Kementerian Pertanian, 2016). antraks yaitu dengan mengembangkan cara
Aspek tersebut diatas dalam dunia peternak pengendalian penyakit antraks yang efektif
sering digambarkan sebagai segitiga penentu dengan diagnosis penyakit yang akurat
usaha peternakan (breading, feeding, dan sehingga tindakan pengobatan dapat segera
management) (Amam dan Harsita, 2019). dilakukan (Albert dan Sri, 2018).
Gangguan kesehatan dapat
menyebabkan penurunan produksi ternak. Bacillus anthracis
Kerugian peternak dan resiko kesehatan Bakteri Bacillus anthracis termasuk
konsumen menjadi fokus utama dalam kedalam kingdom Bacteria, dengan kelas
pengendalian penyakit ternak. Salah satu Bacilli, gen Bacillus, family Bacillaceae dan
penyakit ternak yang sangat berbahaya dan spesies Bacillus anthracis. Bakteri ini
bersifat zoonosis adalah antraks. Penularan berkembangbiak dengan membentuk rantai
penyakit ini dapat terjadi saat ternak makan panjang dalam jaringan tubuh (In vivo) dan
atau minum yang mengandung spora Bacillus biasanya tersusun dengan cara rantai tunggal
anthracis. Bakteri ini menghasilkan toksin (Gambar 1) (Murwani, 2017). Bakteri ini
yang dapat menyebabkan kematian (Bagenda termasuk Gram positif, bersifat fakultatif
et al., 2018). Penyebab kasus kematian hewan anaerob, dan membentuk spora (Fatmawari,
ternak sapi karena kasus antraks sangatlah 2018). Spora yang dihasilkan bakteri ini
tinggi sehingga menyebabkan kerugian secara berada di sentral dan tidak memiliki warna
ekonomis bagi para peternak serta mengancam (Clarasinta dan Tri, 2017). Panjang Bacillus
keselamatan bagi manusia. Gejala umum anthracis 3-5 µm dan lebar 1-1,2 µm. Kapsula
penyakit ini ditandai dengan peningkatan suhu bakteri terbentuk pada saat berada di dalam

2
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

jaringan hospes dan dapat di deteksi hari. Kasus kematian akibat penyakit ini
menggunakan pewarnaan Giemsa, media dilaporkan mencapai 10–20% pada pasien tanpa
Colombia Agar dan M’Fadyean reaction pengobatan dan 1% dengan perawatan intensif.
(polychrome methylene blue staining) Antraks tipe pencernaan masuk melalui
(Muwarni et al., 2017). makanan yang mengandung spora dengan lama
inkubasi 2-5 hari (Mebratu, 2015). Kasus
kematian yang dilaporkan pada tipe ini sekitar
25–60%. Infeksi bakteri pada intestinal
menimbulkan gejala spesifik yaitu asites, diare
berdarah, perut sakit, dan toksemia. Infeksi pada
oropharingeal menimbulkan gejala sakit
tenggorokan dan pembesaran limfoglandula
regional. Spora yang terhirup pada tipe
pulmonal, rata-rata memiliki masa inkubasi 2–6
Gambar 1. Bacillus anthraciss dengan bentuk beruas hari. Gejala khas yang ditimbulkan adalah sesak
seperti batang bambu, spora terletak pada sentral tidak nafas dengan tingkat mortalitas hingga 86%.
bewarna (Murwani, 2017)
Tipe meningitis memiliki gejala gabungan dari
ke-3 tipe diatas dan terjadi perdarahan otak. Pada
Bacillus anthracis dapat hidup pada
tipe ini kasus mortalitas sangat tinggi hingga
lingkungan yang tidak menguntungkan dan
100%. Kementerian Kesehatan Republik
ketika memperoleh jumlah oksigen yang cukup
Indonesia melaporkan pada tahun 2010-2016
akan membentuk spora. Pada suhu panas
terjadi kasus penyakit antraks sebanyak 172
maupun dingin spora dapat bertahan sehingga
kasus dengan perincian 97% untuk antraks tipe
kontaminasi sulit dikendalikan. Spora dapat
kulit dan sisanya 3% untuk antraks tipe
bertahan hidup sampai berpuluh-puluh tahun di
pencernaan (Kementrian Kesehatan, 2017).
dalam tanah maupun pada hasil produksi hewan
Infeksi antraks pada hewan hampir mirip
seperti wol, kulit dan olahan-olahan lainnya
dengan yang terjadi pada manusia yakni secara
(Parwanto, 2019). Hewan ternak yang mati
peroral, inhalasi, maupun melalui lesi kulit. Pada
akibat penyakit antraks tidak boleh dilakukan
karnivora, kasus ini dapat terjadi ketika hewan
pembedahan karena mencegah penyebaran
tersebut memangsa hewan lain yang terinfeksi
spora. Lingkungan yang terkontaminasi spora
antraks (Abdelrahman, 2013). Gejala yang di
antraks akan mengakibatkan penyakit endemik
timbulkan akibat dari terkena penyakit antraks
jika tidak ditangani dengan baik (Damayanti et
pada hewan diawali dengan peningkatan suhu
al., 2012).
tubuh yang relatif tinggi yaitu berkisar pada suhu
Infeksi spora antraks pada manusia terdiri
41-42℃. Pada kondisi ini biasanya peternak
dari beberapa tipe diantaranya tipe kulit, tipe
tidak menyadari peningkatan suhu yang terjadi.
pencernaan, tipe pernafasan dan tipe meningitis.
Hilangnya nafsu makan mengakibatkan ternak
Lesi pada kulit memudahkan spora bakteri
menjadi lemas, gemetar, dan menurunkan
dimana masa inkubasi pada jalur ini berjalan 2-7
produksi susu pada sapi perah (Martidah, 2017;

3
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

Aksono, 2017). Pembengkakan leher dapat edema, nekrosis, dan limfadentis hemorhagik
terjadi dan berlanjut menjadi faringitis. Busung (Gambar 2) (Tanzil, 2013).
di sekitar glotis menyebabkan sesak napas pada Penyebaran spora dalam tubuh terjadi
ternak. Gejala klinis lain yaitu terdapat edema melalui dua cara yaitu secara hematogen dan
pada sekitar leher, hidung, kepala, dan scrotum. limfogen. Dampak dari penyebaran tersebut
Hewan yang telah terinfeksi dapat mati dalam menyebabkan septikemia dan toksemia. Di
waktu 1 hingga 10 hari tergantung jumlah spora dalam darah kuman dapat berkembang hingga
(biasanya mengandung kurang lebih 109 bakteri/ puluhan bahkan ratusan juta per milimeter
ml darah) (World Organization for Animal darah. Spora yang masuk ke selaput otak dapat
Health/ OIE, 2008). Ternak babi dan kuda menyebabkan meningitis. Proses limfadenitis
dilaporkan cenderung resisten terhadap infeksi hemorhagik peribronkhial menyebabkan
ini. Pada sapi yang terinfeksi biasanya edama paru hingga terjadi komplikasi dan
mengalami gangguan pada saluran pembuangan menyebabkan kematian. Patogenesis
urin dan feses, sehingga sering ditemukan tanda berlangsung sekitar 10 hari sejak terpapar
rektum yang menyembul di karenakan sembelit spora (Tanzil, 2014).
sebelum terjadinya kematian (Aksono, 2017).
Antraks pada ternak ruminansia berjalan secara
perakut dan akut, sedangkan pada monogastrik
biasanya terjadi secara subakut hingga kronis.
Ternak yang mati akibat antraks akan
mengeluarkan cairan darah dari seluruh lubang
tubuhnya (Djajang, 2018). Darah yang keluar
berwarna gelap dan sukar membeku. Gejala khas
pada infeksi akut adalah kolaps, sedangkan pada
subakut adalah terjadi pembengkakan pada
lymphoglandula pharyngeal (OIE, 2008).
Gambar 2. Skema patogenesis bakteri Bacillus anhtracis
Skema Patogenesis Antraks (https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-
infeksi/anthrax/patofisiologi)
Infeksi dimulai dari masuknya
endospora ke dalam tubuh baik peroral, Penyakit Antraks di Indonesia
melalui luka, atau inhalasi. Spora dalam
saluran pencernaan berubah dalam bentuk Daerah yang berpotensi terinfeksi
vegetatif subkutan. Endospora akan penyakit antraks adalah daerah yang yang
difagositosis oleh sel makrofag, dimana di memiliki karakteristik alkalin, berkapur, dan
dalam makrofag spora berubah menjadi bentuk beriklim tropis. Spora bakteri di lingkungan ini
vegetatif. Spora yang telah berada di kelenjar mengalami sporulasi dan akan menjadi infektif
getah bening akan aktif membelah dan (Megawati, 2019). Penyakit antraks sudah
memproduksi toksin sehingga menimbulkan banyak ditemukan dan seringkali muncul di
sektor peternakan Indonesia. Kejadian antraks di

4
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun Kejadian penyakit antraks pada hewan ternak
1832 yaitu di Kolaka, Sulawesi Tenggara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu curah
(Kementrian Kesehatan, 2017). Pada tahun 1884 hujan, musim, iklim, dan suhu lingkungan.
kembali dilaporkan kasus antraks dan terjadi Antraks sering muncul ketika suatu daerah
wabah di daerah Teluk betung, Lampung. Kasus mengalami musim hujan dan dengan produksi
ini erat kaitan dengan adanya perdagangan dari hijauan yang tinggi. Ternak yang digembalakan
eropa ke asia dan importasi ternak. Penyebaran di padang rumput memiliki potensi besar
penyakit antraks ini dapat di sebabkan dengan terinfeksi spora saat makan. Kasus antraks di
adanya laju penularan dari bakteri spora ini negara dengan empat musim umumnya terjadi
(Bagenda et al., 2018). pada musim semi (Martindah, 2017).
Kasus antraks di Indonesia merupakan
kejadian penyakit yang alami yang sering Kebijakan Pemerintah Terhadap Penyakit
muncul ditempat yang sama. Wilayah distribusi Antraks
terkait kasus antraks pada periode 2008-2017 Penyakit antraks termasuk kedalam
berdasarkan data yang tersebar di 9 provinsi di penyakit strategis berdasar Keputusan Menteri
indonesia yaitu Daerah Istimewah Yogyakarta Pertanian Nomor 4026/Kpts./OT.140/3/2013
(DIY), Gorontalo, Jawa Timur, Jawa Tengah, tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan
NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah Menular Strategis (Kementerian Kesehatan,
dan Sulawesi Barat (Pudjiatmoko, 2017). 2017). Penyakit ini dapat terjadi akibat
Wilayah yang mengalami endemis antraks kurangnya langkah preventif dan kuratif
tentunya akan membahayakan manusia di terhadap penyakit hewan menular strategis
daerah tersebut. Kontaminasi penyakit antraks (PHMS) di sentra peternakan. Kebijakan
dari ternak ke manusia dapat melalui kontak pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi
langsung dan tidak langsung (Masdiana et al., penyakit ini terutama mengenai lalu lintas
2018). Menurut data dari Kementerian Pertanian ternak. Pengawasan ketat pemasukan ternak ke
menunjukkan data kematian sapi akibat penyakit daerah bebas antraks dapat dilakukan untuk
antraks sejak tahun 2007 terdapat di 5 kabupaten menekan penyebaran infeksi.
yang berlokasi di Jawa Tengah. Salah satu Penyakit antraks dinilai dapat memperkeruh
daerah yang terkena endemis antraks adalah nilai perekonomian peternak dan memiliki
Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali dampak yang cukup bahaya bagi kesehatan
memang dikenal dengan populasi ternak sapi (Abawi dan Arulita, 2019). Berdasarkan data
yang tinggi, sehingga menjadikan Kabupaten penyakit antraks termasuk kedalam penyakit
Boyolali sebagai alur perdagangan ternak sapi di yang menjadi perhatian secara global mengenai
Jawa Tengah. Distribusi hewan ternak di kegiatan importasi ternak yang telah dialami
Kabupaten Boyolali mengakibatkan tingginya oleh 94 negara dalam kurun waktu 5 tahun
kemungkinan penularan antraks secara cepat (Kementerian Pertanian, 2016) terjadi kasus
apabila pengawasan terhadap hewan tidak mencapai 2,000-20,000/ tahun di seluruh dunia
diawasi secara optimal (Abawi dan Arulita, (Shadomy et al., 2016). Akibat penyakit antraks
2019). perdagangan internasional mengalami kerugian

5
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

ekonomi yang besar baik dari kematian ternak ternak mati karena penyakit antraks maka harus
atau kehilangan mata pencaharian bagi pihak dikubur dalam dengan kedalaman minimal dua
yang bergantung pada lingkup pertanian meter agar tidak menular pada ternak yang masih
pastoralisme (Molyneux et al, 2011). hidup (Bagenda et al., 2018).
Pengobatan antraks pada sapi dilakukan
Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian dengan memberikan antibiotik berspektrum luas
penyakit Antraks seperti procain penisilin G, streptomicyn, dan
Program pengobatan, pencegahan dan Oksitetrasiklin. Pemberian obat ini diberikan
pengendalian antraks oleh Dinas Kesehatan pada dua kali sehari selama 5 hari berturut-turut
Kabupaten Boyolali dan Dinas Peternakan (Fikar, 2010). Terapi lainnya bisa dengan
Kabupaten Boyolali meliputi penyelidikan memberikan benzil Penicilin 2500 UI secara IM
epidemiologi, koleksi sampel positif, pengujian selama kurang lebih 6 jam (Clarasinta dan
sampel, penyuluhan bagi masyarakat, tindakan Soleha, 2017). Antibiotik efektif jika diberikan
pengobatan terhadap hewan yang terinfeksi, pada saat ternak terpapar spora. Pemberian
serta analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). antibiotik juga harus dengan dosis yang tinggi.
Analisis SIG digunakan untuk mengendalikan Pada infeksi lanjut pengobatan dengan antibiotik
penyakit berdasar resiko wiilayah (Dinas tidak dapat menyembuhkan penyakit antraks
Kesehatan dan Dinas Peternakan Kabupaten (Aksono, 2009). Penggunaan antibiotik dengan
Boyolali, 2017). dosis tinggi dapat berbahaya karena dapat
Bakteri antraks tahan terhadap panas dan mengakibatkan resistensi terhadap bakteri dan
menghasilkan spora yang juga tahan terhadap menimbulkan residu pada produk ternak (Alian
cekaman lingkungan (Tanzil, 2014), sehingga et al., 2012; Widianingrum et al., 2016).
perlu pemberian vaksin secara teratur pada Penggunaan bahan alami sebagai antibakteri
ternak (Ira, 2019). Pada tahun 1879, Seorang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
peneliti bernama Leuis Pasteur melakukan (Widianingrum et al., 2019a). Penggunaan
sebuah percobaan yaitu dengan membuat vaksin bahan alami sebagai agen antibakteri atau
antraks untuk pertama kalinya. Percobaannya imunomodulator dapat diberikan dalam satu
ternyata berkembang pesat dibidang produksi formulasi bersama pakan basal ternak
vaksin dan antigen dengan memanfaatkan (Widianingrum et al., 2019b).
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengendalian penyakit antraks dapat
Vaksin antraks tersebut berhasil mengobati babi, ditunjang dari kegiatan diagnosis penyakit
anjing bahkan manusia. Pencegahan lainnya antraks. Salah satu metode diagnosis yaitu
yang bisa dilakukan yaitu dengan melakukan identifikasi agen, uji serologis, molekuler dan
pengawasan yang ketat terhadap lalu lintas Ascoli, dan untuk teknis diagosis dapat
ternak atau keluar masuknya hewan ternak dilakukan dengan berbagai teknis antara lain
didalam kandang maupun suatu peternakan. Immunochromatographic Assay, Lysis Gamma
Apabila ternak tersebut terkena penyakit antraks Phage, Direct Flourescence Assay (DFA) dan
segera mengkarantina ternak tersebut agar tidak Polymerase Chain Reaction (PCR). Diagnosis
menyebarkan penyakit kepada ternak lain. Jika terhadap penyakit antraks harus dilakukan secara

6
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

rutin karena spora antraks mampu bertahan dilaksanakan mulai dari hulu sampai hilir dengan
hidup hingga puluhan tahun sehingga berdasarkan prinsip kesehatan ternak.
mengakibatkan pembasmian terhadap penyakit Biosekuriti yang tepat mampu mencegah atau
antraks merupakan hal yang mustahil terjadi. mengeliminasi penyakit untuk masuk ke
Selain diagnosis penyakit antraks, terdapat kawasan perkandangan ternak (Sarini et al.,
macam-macam kegiatan yang dapat 2018).
mengendalikan penyakit antraks yaitu dengan Penerapan biosekuriti pada peternakan
pengecekan berskala, vaksinisasi, deteksi dini, ruminansia harus sesuai dengan dapartemen
pengobatan terhadap ternak yang terjangkit pengawasan kesehatan (Health Control)
penyakit antraks, penyelidikan epidemiologi, (Kuswati dan Trinil, 2016). Program biosekuriti
penyuluhan terkait penyakit antraks dan secara keseluruhan meliputi tata letak dan
keamanan pangan asal ternak ruminansia kondisi kandang kandang, pemisahan umur
(Martidah, 2017). ternak, pengontrolan populasi ternak atau
Budidaya ternak ruminansia pada kepadatan ternak, isolasi, pemisahan gudang
dasarnya harus dapat melindungi ternaknya dari pakan dengan kandang, sanitasi, penyediaan alat
segala bentuk ancaman, antara lain ancaman sterilisasi, ruang ganti pakaian dan gudang
penyakit, cemaran kimiawi, residu obat dan peralatan kandang (Daryono dan Ayudha, 2019).
mikroba patogenik. Keamanan pangan telah Komponen utama yang harus diperhatikan dari
menjadi bagian penting dalam produk biosekuriti yaitu isolasi, sanitasi dan
peternakan. Untuk mencegah adanya pangan pengendalian jalur perkandangan (Ida et al.,
yang terinfeksi antraks yaitu dengan 2017). Isolasi merupakan upaya menjauhkan
menghindari daging ternak yang belum matang kawasan ternak dari lingkungan pemukiman,
atau kurang matang (Clarasinta dan Tri, 2017). jalan raya dan segala bentuk yang berpotensi
Hal tersebut dikarenakan, memasak daging membawa bakteri patogen dan parasit. Kegiatan
sampai matang dapat membunuh kuman dan isolasi dapat terwujud dengan tata letak dan
bakteri secara keseluruhan (Willa, 2010). lokasi kandang yang strategis dengan
Budidaya dalam peternakan harus mempertimbangkan jalur transportasi dan
memiliki kesinambungan yang erat antara tiga saluran listrik guna memenuhi kebutuhan pokok
pilar peternakan yaitu breeding, feeding dan ternak, seperti pakan, air dan lain-lain. Sanitasi
management dengan kaidah kesehatan ternak merupakan kegiatan pembersihan kawasan
yang mencakup pengendalian situasi ternak, perkandangan dari bakteri, virus dan cendawan
tindakan pencegahan dan pengobatan pada (Mappanganro et al., 2018).
ternak dan penerapan biosekuriti yang baik
merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan
KESIMPULAN
guna pengendalian terhadap penyakit antraks
Antraks merupakan salah satu penyakit
pada ternak (Romadona, 2019). Hal tersebut,
bakterial akut yang terdapat pada manusia dan
bertujuan untuk mengurangi tingkat resiko yang
hewan yang di sebabkan oleh bakteri Bacillus
diakibatkan oleh parasit, penyakit dan predator
anthracis. Penularan penyakit tersebut bersifat
(Kusumastuti, 2018). Penerapan biosekuriti

7
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

zoonosis sehingga memerlukan perhatian kabupaten polewali mandar tahun 2016.


khusus untuk proses pengendaliannya. Jurnal Jurnal Litbang. 1 (3).
Clarasinta, C., Soleha, T.U. 2017. Penyakit
Pemeriksaan kesehatan ternak secara rutin dan
antraks: ancaman untuk petani dan
kebijakan pemerintah diperlukan guna peternak. Jurnal Majority. 7 (1), 158-
menekan kejadian penularan dan penyebaran 163.
penyakit ini. Vaksinasi secara teratur dapat Clarasinta, C., Tri, U.S. 2017. Penyakit antraks
ancaman untuk petani dan peternak.
mencegah infeksi antraks. Pengobatan
Jurnal Majority. 7 (1).
menggunakan antibiotik akan efektif jika Damayanti, R.S., Saraswati, L.D., Wuryanto,
dilakukan sedini mungkin sehingga diperlukan M.A. 2012. Gambaran faktor faktor yang
identifikasi penyakit yang cepat dan akurat. terkait dengan antraks pada manusia di
desa karangmojo kecamatan klego
kabupaten boyolali tahun 2011. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro. 1 (2), 1-13.
Abawi, I., Arulita., I.F. 2019. Analisis Spasial Daryono, B.S., Ayudha, B.I.P. 2019.
Faktor Lingkungan Fisik Daerah Karakteristik dan Keragaman Genetik
Endemik Antraks. Jurnal Higeia. 3 (2). Ayam Lokal Indonesia. Gadjah Mada
Abdelrahman. 2013. A Review of the University Press. Yogyakarta.
Egyyptian Society of Parasitology. 56 Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. 2017.
(1), 147-66. Data Mengenai Antraks Bagian P2P
Aksono, B.T. 2009. Epidemiologi & Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.
Pengendalian Anthrax. Kanisius. Boyolali : Dinas Kesehatan Kabupaten
Yogyakarta. Boyolali.
Aksono, B.T. 2017. Budidaya Sapi Perah Jilid Dinas Peternakan Kabupaten Boyolali. 2017.
2. Surabaya. Airlangga University press. Data Menegenai Antraks Bagian
Albert, J., Podung., dan Sri, A. 2018. Upaya Keswan Dinas Peternakan Kabupaten
peningkatan pengetahuan peternak babi Boyolali. Boyolali : Dinas Peternakan
terhadap penyakit hog cholera di Kabupaten Boyolali.
kelurahan kalasey satu kecamatan Djajang, R. 2018. Beberapa Kendala Bahan
mandolang kabupaten minahasa provinsi Pangan Asal Ternak Untuk Mencapai
sulawesi utara. Jurnal LPPM Bidang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
Sains dan Teknologi. 5 (2). Prosiding Seminar Teknologi dan
Alian, F., Rahimi, E., Shakerian, A., Momtaz, Agribisnis Peternakan VI:
H., Riahi, M., Momeni, M. 2012. Pengembangan Sumber Daya Genetik
Antimicrobial resistance of Ternak Lokal Menuju Swasembada
Staphylococcus aureus isolated from Pangan Hewani ASUH, Fakultas
bovine, sheep and goat raw milk. Glob Peternakan Universitas Jenderal
Veterinaria. 8, 111-114. Soedriman.
Amam, A., Harsita, P.A. 2019. Efek domino Fatmawati, Mira., Ani S., herawati.,
performa kelembagaan, aspek risiko, dan Aulanni’am., Masdiana C.P. 2018.
pengembangan usaha terhadap sdm Penyakit Zoonosis Strategi di Indonesi
peternak sapi perah. Sains Peternakan: (Aspek kesehatan Masyarakat
Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 17 Veleterine). Penerbit UB Press. Malang.
(1), 5-11. Fikar, Samsul., Dadi Ruhyadi. 2010. Beternak
Bagenda, I., wiwik D., Dini, W.Y. 2018. dan Bisnis Sapi Potong. PT. Agromedia
Investigasi outbreak penyakit antraks di Pustaka. Jakarta.

8
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 10, No.2, 2021, pp. 1-8 R. Islami et al

Ida., Bagus., Ngurah., Swacita. 2017. Bahan


Ajar Kesehatan Masyarakat Veteriner
Biosekuriti. Universitas Udayana. Bali.
Kementrian kesehatan Republik Indonesia.
2017. Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Antraks di Indonesia. Subdit
Zoonosis.
Kementrian Pertanian. 2016. Pedoman
Pengendalian dan Pemberantasan
Penyakit Hewan Menular (PHM) Seri
Penyakit Anthrax. Jakarta: Kementerian
Pertanian.
Kusumastuti, A., Cahyadi, E, R., Sarma, M, S.
2018. Asessing biosecurity management
practice along layer chicken chain in
bogor and sukabumi. Jurnal Manajemen
dan Agribisnis. 15 (3).
Kuswati., Trinil, S. 2016. Industri Sapi Potong.
UB Press. Malang.
Mappanganro, R., Jumriah, S., Chaedar, A.
2018. Tingkat penerapan biosekuriti
pada peternakan ayam petelur di
kecamatan panca rijang kabupaten
sidrap. Jurnal Ilmu dan Industri
Peternakan. 4 (1), 60-73.

You might also like