You are on page 1of 9

ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN


KRITERIA TAK TERUKUR PADA KAWASAN KAMPUNG BATIK KAUMAN
SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA KOTA PEKALONGAN
Nofa Martina Ariani 1), Muhammad Indra Hadi Wijaya 2), Bagus Nuari Priambudi 3)
1,2,3
Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro
Email: nofa.ariani@live.undip.ac.id, 2 indrahadiwijaya@live.undip.ac.id,
1
3
bagusnuaripriambudi@live.undip.ac.id3

Abstrak

Pekalongan City is one of the cities with a batik cultural heritage preserved from tens or even
hundreds of years ago. Most of the batik has been done by the community at home. Batik work,
which has become the community's livelihood, slowly forms the peculiarities of regional spaces
that can give an impression to visitors. This can be felt in an area known as Kampung Batik, one of
which is Kampung Batik Kauman. Kauman Batik Village has now transformed into one of the
cultural tourism destinations offered by the Pekalongan City Government. The uniqueness of the
city space which is thick with culture and community activities is an attraction that is considered
capable of providing tourist experiences and education related to batik production. This study
analyzes the spatial area in Kampung Batik Kauman by using an unmeasured criteria analysis
approach as a strong supporter to give an impression to observers. The results of the analysis show
that Kampung Batik Kauman has met 6 (six) indicators of the unmeasured criteria although it
needs improvement in several parts. The most powerful indicators are access, identity, and
livability. The description of this analysis can be used as input for the Pekalongan City
Government to increase its attractiveness and at the same time foster a love for urban space that
has history and culture.

Keyword: Kampung batik, cultural heritage, unmeasured criteria

1. PENDAHULUAN kerja, 50 unit usaha kain mori mempunyai 250


1.1. Latar Belakang tenaga kerja, 25 unit usaha zat pewarna
Budaya merupakan suatu kaidah hidup mempunyai 250 tenaga kerja, terdapat 525 unit
yang selalu berkembang, pun dimiliki bersama usaha konveksi mempunyai 2.100 tenaga kerja,
oleh suatu kelompok atau masyarakat tertentu, pada aksesoris konveksi mempunyai 50 tenaga
dan turun temurun pada suatu generasi. Budaya kerja, produksi printing mempunyai 200 tenaga
terbentuk dari beberapa unsur, di antaranya adat kerja, bordir mempunyai 50 tenaga kerja,
istiadat, sistem agama, perkakas, bangunan, terdapat 1.037 kios perdagangan batik
karya seni, pakaian, dan bahasa (Tubbs, 2005). mempunyai 3.111 tenaga kerja, limbah
Budaya batik juga menjadi salah satu bagian kain/perca mempunyai 125 tenaga kerja, 29
budaya di Indonesia yang juga telah mendunia. lembaga keuangan mikro mempunyai 145
Kota Pekalongan merupakan kota kreatif tenaga kerja, serta ekspedisi mempunyai 250
di Indonesia dalam kategori kerajinan dan tenaga kerja (Listiyaningrum, Rustiana, &
kesenian rakyat yang telah dinobatkan oleh Saeroji, 2020).
UNESCO kemudian disusul Kota Bandung Kota Pekalongan dalam mengembangkan
yang menjadi kota kreatif kedua dalam kategori budaya dan kerajinan batik didukung dengan
design. Kota Pekalongan terkenal sebagai kota adanya kampung batik, salah satunya adalah
perdagangan batik dan sentra batik. Ekosistem Kampung Wisata Batik Kauman. Kampung
ekonomi batik di Kota Pekalongan mempunyai Wisata Batik Kauman sangat unik karena
12.104 tenaga kerja yang tersebar di 760 unit sebagian besar dimukim oleh pengrajin batik
usaha, pada industri canting terdapat 125 tenaga dan penjual batik, baik itu batik tulis ataupun

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 39


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

batik cap, Pekalongan merupakan salah satu masyarakat sampai mencoba pengalaman baru
daerah produksi utama batik dengan desain untuk menjadi pembatik.
utara Jawa pesisir, batik Pekalongan sudah Daya tarik yang diinginkan oleh wisatawan
dikenal antara abad XIV-XVI (Nasution, 2018). menjadi salah satu indikator dalam
Berbagai sejarah dan budaya yang ada pada memperbaiki kualitas ruang fisik dan non fisik
Kampung Batik Kauman tersebut, mendorong pada Kampung Batik Kauman. Aspek non fisik
Pemerintah Kota Pekalongan untuk menetapkan yang lebih menekankan kepada “rasa” juga
kawasan Kampung Batik Kauman menjadi cukup penting untuk ditingkatkan. Potensi
destinasi wisata budaya. bangunan kuno, wajah kawasan, sampai tradisi
Pengembangan destinasi wisata budaya membatik masyarakat belum terlihat menonjol.
tidak terlepas dari adanya perhatian terhadap Salah satu analisis yang dapat dilakukan untuk
kualitas ruang itu sendiri. Adanya “value” yang meningkatkan aspek non fisik kawasan adalah
ditawarkan pada sebuah kawasan akan dengan mengkaji nilai dan kualitas ruang pada
memberikan dampak tersendiri yang Kampung Batik Kauman. Berdasarkan latar
membedakan dengan kawasan lainnya. belakang yang telah dijabarkan sebelumnya,
Penelitian ini akan mempelajari tentang sejauh maka muncul pertanyaan penelitian
mana kualitas ruang Kampung Batik Kauman “Bagaimana nilai dan kualitas ruang kawasan
yang akan dianalisis menggunakan analisis Kampung Batik Kauman Kota Pekalongan
kriteria tak terukur. sebagai kawasan wisata budaya?”
1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian
Kota Pekalongan merupakan salah satu Pengembangan kawasan wisata pada suatu
kota dengan industri kreatif yang berkembang daerah tidak lepas dari berbagai faktor terhadap
melalui industri dan kerajinan batik, sehingga lokasi wisata itu sendiri. Faktor yang dimaksud
Kota Pekalongan telah ditetapkan menjadi kota dapat berupa faktor fisik dan non fisik.
kreatif dunia (Iglesias, 2014). Berdasarkan hal Kampung Batik Kauman menjadi salah satu
tersebut maka Kota Pekalongan telah kawasan bersejarah yang mampu memberikan
menggabungkan industri batik dengan aktivitas kontribusi terhadap perkembangan Kota
wisata melalui pariwisata kreatif (Damayanti & Pekalongan, baik secara ekonomi, sejarah,
Latifah, 2015). Kawasan yang identik dengan maupun budaya. Permasalahan yang muncul
perkembangan industri batik yang mengarah ke terkait potensi Kampung Batik Kauman untuk
pariwisata kreatif salah satunya adalah berkembang menjadi pariwisata budaya yang
Kampung Batik Kauman. Sentra industri Batik kreatif, mendorong peneliti untuk mengkaji
Kauman juga merupakan sentra batik tertua di secara lebih jauh aspek non fisik kawasan.
Kota Pekalongan yang mendorong bangkitnya Penelitian ini bertujuan untuk
sentra batik yang ada di sekitar seperti Sentra mengevaluasi nilai dan kualitas ruang kawasan
Batik Medono atau Kampung ATBM Medono wisata budaya Kampung Batik Kauman yang
(Andriani, Astuti, & Putri, 2020). dapat memberikan “value” yang tidak hanya
Perkembangan pariwisata terutama di menyangkut daya tarik wisata tetapi juga
Indonesia telah mengalami pergeseran mengangkat nilai sejarah kawasan. Diharapkan
paradigma. Perubahan paradigma pariwisata dengan hasil studi ini dapat memberikan
salah satunya disebabkan oleh wisatawan yang pandangan guna meningkatkan potensi
membutuhkan untuk dapat lebih interaktif dan Kampung Batik Kauman.
berusaha memenuhi pengalaman bukan hanya
sekedar menjadi wisatawan yang dilayani oleh 2. METODE PENELITIAN
industri pariwisata (Tan, Luh, & Kung, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk melihat
Kampung Batik Kauman seakan memenuhi sejauh mana ruang-ruang kawasan yang
keinginan para wisatawan yang ingin terbentuk jika dilihat dari aspek non fisik.
pengalaman lebih dalam melakukan perjalanan Metode penelitian berupa deskriptif kualitatif
wisata. Pengalaman ini didapatkan dari berdasarkan pengamatan lapangan dan data
pengamatan kawasan, interaksi dengan sekunder. Kendala yang dihadapi pada

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 40


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

penelitian ini terkait dengan metode 6) Livability (Kehidupan). Merupakan


pengumpulan data yang tidak bisa dilakukan kenyamanan untuk tinggal di dalamnya
secara primer, mengingat kondisi pandemi dan bagi banyak orang yang masuk di
pemberlakuan PPKM (Pemberlakuan dalamnya. Untuk mengetahui tingkat
Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Data yang kenyamanan tinggal di dalamnya,
didapatkan berdasarkan pengalaman peneliti dibutuhkan indikator kenyamanan agar
pada kawasan Kampung Batik Kauman memiliki persepsi yang sama.
dilengkapi dengan data sekunder melalui
Google Steet View. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini melihat kualitas ruang 3.1. Peran Kampung Batik Kauman
kawasan menggunakan indikator yang Terhadap Kota Pekalongan
diungkapkan oleh Hamid Shirvani (1985) Pekalongan merupakan salah satu daerah
tentang kriteria tak terukur: produksi utama batik dengan desain utara Jawa
1) Access (Pencapaian). Pencapaian dapat pesisir, batik Pekalongan sudah dikenal antara
ditunjukkan dari kemudahan, kenyamanan, abad XIV-XVI dengan diketemukannya pola
dan keamanan dalam mencapai tujuan. grinsing dan banji, sebagian besar batik yang
2) Compatibility (Kecocokan). Compatibility diproduksi dalam motif warna-warni
merupakan kecocokan tata letak dengan dipengaruhi oleh Cina Arab dan Belanda. Ada
topografi, bentuk dan massa bangunan, dan lebih dari 100 desain Batik yang sudah
skala. Compatibility terfokus pada estetika dikembangkan sejak 1802. Para seniman
dan arsitektur. Di samping itu, aspek lain memiliki ribuan ide-ide dalam mendesain motif
yang harus diperhatikan adalah sejarah, batik tanpa sesuai pakem motif tradisional,
budaya, dan komponen yang cocok dengan misalnya, selama pendudukan Jepang mereka
nilai bangunan. menciptakan Javanese Kokokai yaitu motif
3) Views (Pemandangan). Views merupakan batik yang cocok untuk jaket kimono. Pada
kejelasan antara orientasi manusia terhadap tahun enam puluhan mereka menciptakan
massa bangunan yang dapat ditunjukkan Tritura Batik (Nasution, 2018).
oleh adanya suatu landmark yang dapat Kawasan Kampung Batik Kauman
menjadi ciri khas atau sesuatu yang merupakan kampung tertua, yang ada di
menarik pada kawasan tertentu. Evaluasi kawasan Pekalongan mengingat di Kampung
estetika dapat dilihat dari skala dan pola Kauman banyak ditemukan rumah-rumah kuno
bangunan, penggunaan warna, tekstur, peninggalan di masa lalu dan Masjid Jami' yang
tinggi, besaran dan bentuk dari objek yang didirikan tahun 1852 (Center, 2021). Selain itu,
diamati. arsitektur rumah-rumah lawas tempat tinggal
4) Identity (Identitas). Identity merupakan perajin dari generasi ke generasi juga menjadi
suatu ciri yang dapat dikenali oleh daya tarik tersendiri. Dugaan Kampung Batik
pengamat (citra). Elemen ini dapat dikenali Kauman sebagai kampung tertua di Kota
melalui landmark dari suatu kawasan yang Pekalongan makin kuat setelah ditemukan batik
dapat mencirikan identitas dari kawasan yang merupakan perpaduan batik Arab dengan
tersebut. India yang disebut Batik Jlampang dan batik
5) Sense (Rasa). Sense adalah suasana yang pengaruh dari Cina yang disebut Batik Encim
ditimbulkan masih berhubungan dengan yang telah lama di Kampung Batik Kauman
aspek budaya. Kriteria ini dapat dicapai (Center, 2021).
dengan desain bentuk yang khusus atau Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa
suatu kegiatan yang dapat menyentuh hati Kampung Batik Kauman memiliki peran yang
masyarakat, merupakan rangkaian ruang sangat kuat terhadap Kota Pekalongan.
yang memiliki fungsi erat, dan berkaitan Kampung Batik Kauman menjadi identitas,
dengan kegiatan sosial maupun proses sekaligus menjadi destinasi wisata yang dapat
alami. dikembangkan. Pada sisi lainnya, produksi
kerajinan batik dapat memberikan nilai

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 41


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

ekonomi baik untuk masyarakat maupun untuk


Kota Pekalongan.
3.2. Analisis Nilai dan Kualitas Ruang
Menggunakan Pendekatan Kriteria Tak
Terukur
Pengamatan nilai dan kualitas ruang juga
sejalan dengan makna dari human space, di
mana ruang dilihat dari sisi “rasa”, karena ada
ikatan kuat antara ruang dan makna. Kota
merupakan wadah aktivitas penduduk yang
memiliki nilai budaya, sejarah maupun hal-hal
lain yang sifatnya kontekstual. Keunikan, ciri Sumber: Identifikasi Penyusun, 2021
khas suatu kota tidak lepas dari perkembangan Gambar 1 Pencapaian Menuju Kampung
sejarah, budaya dan nilai sosial yang ada dalam Batik Kauman
komunitas kota tersebut. Bentukan/rancangan 8) Compatibility (Kecocokan)
kota harus dapat merespon dan mewadahi nilai Kampung Kauman yang merupakan
sosial, budaya, persepsi visual, sehingga kota kampung dengan sejarah dan budaya yang
tidak hanya hadir dan dirasakan sebagai space, turun temurun, ditunjukkan dengan adanya
namun juga dapat dirasakan keberadaannya bangunan-bangunan lawas peninggalan
sebagai sebuah place (Trancik, 1986). zaman penjajahan (Gambar 2). Bangunan-
Pengamatan terhadap kualitas ruang bangunan tersebut sampai sekarang masih
Kampung Batik Kauman, akan menjabarkan terawat, dan berdampingan dengan
makna dari kawasan, kekhasan serta nilai permukiman modern milik masyarakat saat
budaya yang ada dan melekat. Terdapat 6 ini. Walaupun bangunan lawas hanya
(enam) indikator untuk menilai ruang kawasan tampak pada beberapa tempat, namun letak
pada Kampung Batik Kauman: bangunan ini tidak terasa asing walaupun
7) Access (Pencapaian) disandingkan dengan permukiman warga.
Kampung Batik Kauman terletak di Terdapat kecocokan dan “rasa khas” yang
Kelurahan Kauman, yang merupakan salah muncul karena menunjukkan bahwa
satu kelurahan yang masuk dalam budaya sekaligus gaya arsitektur lawas
administrasi Kecamatan Pekalongan sangat melekat dengan kawasan ini.
Timur, Kota Pekalongan. Letak kampung
ini sangat strategis, karena berada pada
pusat Kota Pekalongan dan terletak di
sebelah barat Alun-alun Kota Pekalongan.
Kampung ini bisa diakses dari Jalur
Pantura dan permukiman masyarakat
Kampung Batik Kauman tepat berada di
belakang masjid bersejarah, yaitu Masjid
Jami’ Pekalongan. Terdapat 2 (dua) pintu Sumber: Survey Sekunder Google Street View, 2021
masuk untuk menuju Kampung Batik Gambar 2 Bangunan Lawas Pada Kampung
Kauman (Gambar 1). Batik Kauman
9) Views (Pemandangan)
Pemandangan pada Kawasan Kampung
Batik Kauman terlihat hampir pada seluruh
kawasan. Pemandangan ini berupa adanya
permukiman-permukiman warga dengan
banner atau papan penanda toko pakaian
batik, kain batik, tas, sandal, dan produk
kerajinan batik lainnya (Gambar 3).

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 42


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

Banyaknya toko dan produsen batik


menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk
melihat atau pun membeli hasil-hasil
kerajinan batik. Pemandangan ini menjadi
sangat berarti karena Kampung Batik
Kauman adalah kampung wisata budaya
dengan peninggalan batiknya.

Sumber: Survey Sekunder Google Street View, 2021


Gambar 4 Identitas Kampung Batik Kauman
11) Sense (Rasa)
Sense adalah suasana yang ditimbulkan
masih berhubungan dengan aspek budaya.
Rasa yang dimunculkan ketika masuk ke
dalam kawasan ini dirasa belum cukup
kuat, karena sebagian besar permukiman
sudah mencirikan permukiman modern dan
aktivitas pengrajin tidak secara terbuka
tampak. Namun rasa adanya budaya batik
ini cukup terasa pada beberapa bagian
Sumber: Survey Sekunder Google Street View, 2021 kawasan yang ditunjukkan dengan adanya
Gambar 3 Toko Penjualan Produk mural-mural dan corak-corak batik pada
Kerajinan Batik dinding-dinding kawasan (Gambar 5).
Sayangnya, mural atau lukisan batik ini
10) Identity (Identitas)
sudah mulai memudar sehingga perlu
Kampung Batik Kauman yang diduga
adanya kreasi dan inovasi lagi untuk
sebagai kampung tertua yang ada di Kota
memunculkan tampilan ini sebagai daya
Pekalongan memiliki identitas yang sangat
tarik khususnya untuk kaum millennial
kuat. Identitas ini ditunjukkan dengan
yang sangat tertarik dengan sosial media.
adanya Masjid Jami’ Pekalongan yang
merupakan masjid bersejarah dan menjadi
icon sekaligus identitas Kampung Kauman
bahkan Kota Pekalongan. Identitas lain
yang ditunjukkan adalah adanya
“Showroom Bersama Kampung Batik
Kauman” yang merupakan penciri bahwa
batik telah menjadi bagian dari
masyarakatnya yang sebagian besar
merupakan pengrajin. Kedua identitas
tersebut ditunjukkan pada gambar berikut.

Sumber: Survey Sekunder Google Street View, 2021


Gambar 5 Mural dan Corak Batik Pada
Dinding Bangunan

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 43


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

12) Livability (Kehidupan) Kegiatan industri batik di Kampung Batik


Daya tarik yang sekaligus dapat Kauman pada umumnya masih dikelola
menggambarkan kehidupan masyarakat dengan sistem tradisional dan
Kampung Batik Kauman adalah kegiatan kekeluargaan. Kebiasaan ini berpadu
masyarakat dalam memproduksi batik. dengan pengerjaan Batik Pekalongan yang
Saat ini, pengunjung maupun wisatawan tersebar di rumah-rumah penduduk
diberi kesempatan untuk mengunjungi membuat Batik Pekalongan menyatu erat
lokasi-lokasi para pengrajin batik untuk dan menjadi bagian dari kehidupan
melihat dan belajar membatik (Gambar 6). masyarakatnya. Batik juga menjadi salah
Hal ini tentu saja menjadi daya tarik satu penopang perekonomian utama bagi
penting yang ditawarkan, dan berbeda masyarakat Kampung Kauman (Isnaeni,
dengan kampung batik lainnya. Kehidupan 2020).
masyarakat yang sebagian besar
merupakan para pengrajin batik membuat Kampung Batik Kauman, sebagai salah
kehidupan masyarakat Kauman mencirikan satu kampung batik yang sekaligus menjadi
budaya yang terampil dan juga religius. Di destinasi wisata budaya dapat dikembangkan
samping para pengrajin batik, masyakat menjadi pusat destinasi unggul di Kota
juga sangat kental dengan kegiatan- Pekalongan. Analisis ini dapat menjadi rujukan
kegiatan masyarakat seperti pengajian atau dan masukan terhadap berbagai kekurangan
acara keagamaan lainnya. terutama dari segi kualitas ruang untuk
menghasilkan “value” agar lebih banyak
wisatawan yang dapat berkunjung. Keberadaan
dan eksistensi Kampung Batik Kauman tidak
terlepas dari berbagai peran stakeholder baik
dari pemerintah, investor, media, dan
masyarakat.
Gambaran tentang evaluasi analisis kriteria
tak terukur dapat disimpulkan dengan mengkaji
potensi permasalahan pada setiap aspek
sehingga dapat dirumuskan program yang tepat
untuk meningkatkan setiap aspeknya. Tabel 1
merupakan sintesis dari evaluasi di setiap aspek
pada kriteria tak terukur Kampung Batik
Kauman Kota Pekalongan.

Sumber: Tukang Ngider, 2020


Gambar 6 Kegiatan Pengrajin Batik

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 44


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

Tabel 1 Sintesis Analisis Kriteria Tak Terukur


Aspek Kriteria Tak Rujukan Program
No Aspek Menonjol Kelemahan
Terukur Pengembangan
1 Access (Pencapaian) Letak kampung ini sangat Tidak ada kelemahan Pengembangan rute
strategis, karena berada pada dari aspek ini, tidak angkutan dari dan menuju
pusat Kota Pekalongan dan ada hambatan yang lokasi dengan peta destinasi
terletak di sebelah barat berarti dalam wisata agar memudahkan
Alun-alun Kota Pekalongan. mencapai lokasi para wisatawan untuk
Kampung ini bisa diakses berkunjung
dari Jalur Pantura
2 Compatibility Adanya kecocokan yang Perlunya perawatan Pemugaran dan perawatan
(Kecocokan) tampak pada lokasi studi dan konservasi terhadap bangunan-
yang ditunjukkan dengan terhadap bangunan- bangunan lawas serta
adanya bangunan-bangunan bangunan yang bangunan lain yang dapat
lawas peninggalan sejarah dianggap mencirikan meningkatkan nilai sejarah
yang sesuai dengan tema sejarah kawasan kawasan
wisata budaya
3 Views (Pemandangan) Pemandangan yang Pemandangan ini perlu Penataan bangunan dan
ditunjukkan pada Kampung lebih ditata melalui kegiatan kawasan dengan
Batik Kauman ini cukup kuat. pengaturan bangunan penyusunan dokumen
Pemandangan yang dimaksud dan jenis kegiatannya RTBL Kampung Batik
berupa adanya permukiman- agar para pengunjung Kauman
permukiman warga dengan mendapatkan
banner atau papan penanda pengalaman yang
toko pakaian batik, kain lengkap saat masuk ke
batik, tas, sandal, dan produk kawasan.
kerajinan batik lainnya
4 Identity (Identitas) Terdapat 2 (dua) identitas Tidak ada kelemahan Penggunaan identitas
yang kuat yaitu Masjid Jami’ pada aspek ini, kedua sebagai landmark kawasan
Pekalongan dan “Showroom identitas telah dalam pengembangan
Bersama Kampung Batik menggambarkan kawasan wisata budaya
Kauman” wilayah studi Kampung Batik Kauman
5 Sense (Rasa) Rasa yang menggambarkan Mural dan corak-corak Perawatan dan
budaya batik ini cukup terasa batik ini hanya terlihat pengembangan karya seni
pada beberapa bagian pada beberapa bagian batik melalui mural dan
kawasan yang ditunjukkan kawasan saja dan kerajinan batik lainnya
dengan adanya mural-mural sudah tampak dapat dimunculkan pada
dan corak-corak batik pada memudar. Dominasi sebagian besar kawasan
dinding-dinding kawasan nuansa perkotaan dengan mengangkat tema-
perlahan membuat rasa tema tertentu. Hal tersebut
budaya yang ada sebagai upaya
perlahan hilang menumbuhkan kecintaan
terhadap batik dan para
pengrajinnya.
6 Livability Kehidupan masyarakat yang Tidak ada kelemahan Pengembangan paguyuban
(Kehidupan) sebagian besar merupakan dalam aspek ini, pengrajin dan peningkatan
para pengrajin batik membuat karena aspek ini partisipasi masyarakat
kehidupan masyarakat termasuk yang cukup pengrajin dalam
Kauman mencirikan budaya kuat di Kampung meningkatkan daya tarik
yang terampil dan juga Batik Kauman wisata budaya Kampung
religius. Di samping para Batik Kauman.
pengrajin batik, masyarakat
juga sangat kental dengan
kegiatan-kegiatan masyarakat
seperti pengajian atau acara
keagamaan lainnya.
Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2021

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 45


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

4. SIMPULAN DAN SARAN Pekalongan. Adapun saran untuk penelitian


4.1. Simpulan lanjutan antara lain:
Berdasarkan penjabaran dari analisis yang 1) Studi kajian partisipasi masyarakat
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan Kampung Batik Kauman terhadap
berbagai hal antara lain: perkembangan wisata Kota Pekalongan;
1) Indikator kriteria tak terukur yang paling 2) Analisis faktor daya tarik wisata Kampung
kuat adalah access, identity dan livability. Batik Kauman;
Access dalam hal ini sangat kuat, karena 3) Analisis pola ruang dan zonasi Kampung
letak Kampung Batik Kauman yang ada Batik Kauman; dan
tepat di sebelah barat alun-alun kota, 4) Analisis arahan Urban Design kawasan
terletak di pusat kota dan sangat mudah Kampung Batik Kauman.
dicapai dari berbagai penjuru kota. Identity 4.3. Rekomendasi
merupakan identitas penciri warisan Pengembangan sebuah kawasan wisata
budaya sekaligus bukti peninggalan tidak lepas dari peran stakeholder, di antaranya
sejarah berupa masjid dan identitas adalah pemerintah, swasta, masyarakat serta
kampung batik berupa showroom. media. Berdasarkan penelitian terhadap nilai
Livability merupakan kehidupan yang dan kualitas ruang yang ada di Kampung Batik
tentunya sangat melekat dengan Kauman, maka rekomendasi yang dapat
masyarakat yaitu membatik dan diberikan kepada pemerintah Kota Pekalongan
memproduksi kerajinan batik, serta adalah:
kegiatan kemasyarakatan lainnya yang 1) Program Penataan Kawasan Kampung
menunjukkan sisi religius masyarakat. Batik Kauman sebagai Kawasan Wisata
2) Indikator lain yang dapat menjadi masukan Budaya
dalam meningkatkan nilai kualitas ruang 2) Penyusunan dokumen RTBL (Rencana
pada Kampung Batik Kauman adalah Tata Bangunan dan Lingkungan) Kawasan
compatibility, views, dan sense. Kampung Batik Kauman
Compatibility terkait dengan kecocokan 3) Penyusunan Masterplan Kawasan Wisata
bangunan bersejarah dengan permukiman Kota Pekalongan;
warga saat ini. Kecocokan ini akan lebih 4) Program Peningkatan Kualitas Daya Tarik
kuat jika bangunan-bangunan lama dipugar Wisata Kampung Batik Kauman melalui
dan dirawat agar tampilan tetap terlihat CSR; dan
menarik dan tidak timpang dengan 5) Pembentukan Pokdarwis (Kelompok Sadar
bangunan modern. Pada views, dirasa perlu Wisata) Kampung Batik Kauman.
adanya penyeragaman karakter papan
penanda agar rasa tertata, teratur dan indah
5. REFERENSI
didapatkan. Pada sense, diperlukan lebih
banyak mural-mural atau inovasi-inovasi Andriani, R., Astuti, W., & Putri, R. A. (2020).
pada kawasan yang mencirikan kawasan Peran Sentra Batik Kauman Dan Pesindon
sekaligus dapat menciptakan rasa Untuk Mencapai Kota Pekalongan Sebagai
“menyatu” dengan kawasan. Kota Kreatif Kerajinan. Desa Kota, 203 -
4.2. Saran 216.
Pengamatan terhadap nilai dan kualitas Center, B. &. (2021, Juli 23). Kampung Batik
ruang memberikan gambaran awal terhadap Kauman. Retrieved from Badan Promosi
potensi yang dimiliki oleh Kampung Batik Pariwisata Kota Pekalongan:
Kauman untuk berkembang menjadi destinasi http://tourism.pekalongankota.go.id/destin
wisata budaya. Pada perjalanannya, diperlukan asi/2-Kampung%20Batik%20Kauman
studi-studi lanjutan untuk memperkaya muatan
dan indikator lain untuk merumuskan program Damayanti, M., & Latifah. (2015). Strategi
yang dapat dilakukan Pemerintah Kota Kota Pekalongan Dalam Pengembangan

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 46


ANALISIS NILAI DAN KUALITAS RUANG MENGGUNAKAN PENDEKATAN KRITERIA TAK TERUKUR ........

Wisata Kreatif Berbasis Industri Batik.


Jurnal Pengembangan Kota, 100-111.
Iglesias, L. (2014). www. unesco.org. Retrieved
from 28 cities join the UNESCO Creative
Cities Network:
http://www.unesco.org/new/en/media-
services/single-
view/news/28_cities_join_the_unesco_cre
ative_cities_network/#.VPx6g-EVT3t
Isnaeni, I. (2020, Agustus 21). Sejarah
Kampung Batik Kauman, Kota
Pekalongan. Retrieved from Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/iinisnaeni10
99/5f3f699d097f36541955f5c4/sejarah-
kampung-batik-kauman-kota-
pekalongan?page=all
________. Kampung Batik Kauman: Tertua Di
Pekalongan. (2020, Juli 29). Retrieved
from Tukang Ngider:
https://tukangngider.com/kampung-batik-
kauman-tertua-di-pekalongan/
Listiyaningrum, A., Rustiana, A., & Saeroji, A.
(2020). Strategi Pengembangan Batik
Berbasis Ekonomi Kreatif Kampung Batik
Kauman Pekalongan. Business and
Accounting Education Journal, 116-127.
Nasution, D. Z. (2018). Citra Destinasi Melalui
Film: (Studi Kasus Kampung Wisata Batik
Kauman Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Pariwisata, 10-20.
Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design
Process. Van Nostrand Reinhold: New
York.
Tan, S. K., Luh, D. B., & Kung, S. F. (2014). A
taxonomy of creative tourists in creative
tourism. Tourism Management, 248-259.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.tourman.20
13.11.008
Trancik, R. (1986). Finding Lost Spaces:
Theories of Urban Design. USA: John
Wiiley and Sons.
Tubbs, S. L. (2005). Human Communication,
Buku 2: Konteks-konteks Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 19 NO. 1 TAHUN 2021 | 47

You might also like