Professional Documents
Culture Documents
143-Article Text-273-2-10-20220405
143-Article Text-273-2-10-20220405
Abstrak
Pekalongan City is one of the cities with a batik cultural heritage preserved from tens or even
hundreds of years ago. Most of the batik has been done by the community at home. Batik work,
which has become the community's livelihood, slowly forms the peculiarities of regional spaces
that can give an impression to visitors. This can be felt in an area known as Kampung Batik, one of
which is Kampung Batik Kauman. Kauman Batik Village has now transformed into one of the
cultural tourism destinations offered by the Pekalongan City Government. The uniqueness of the
city space which is thick with culture and community activities is an attraction that is considered
capable of providing tourist experiences and education related to batik production. This study
analyzes the spatial area in Kampung Batik Kauman by using an unmeasured criteria analysis
approach as a strong supporter to give an impression to observers. The results of the analysis show
that Kampung Batik Kauman has met 6 (six) indicators of the unmeasured criteria although it
needs improvement in several parts. The most powerful indicators are access, identity, and
livability. The description of this analysis can be used as input for the Pekalongan City
Government to increase its attractiveness and at the same time foster a love for urban space that
has history and culture.
batik cap, Pekalongan merupakan salah satu masyarakat sampai mencoba pengalaman baru
daerah produksi utama batik dengan desain untuk menjadi pembatik.
utara Jawa pesisir, batik Pekalongan sudah Daya tarik yang diinginkan oleh wisatawan
dikenal antara abad XIV-XVI (Nasution, 2018). menjadi salah satu indikator dalam
Berbagai sejarah dan budaya yang ada pada memperbaiki kualitas ruang fisik dan non fisik
Kampung Batik Kauman tersebut, mendorong pada Kampung Batik Kauman. Aspek non fisik
Pemerintah Kota Pekalongan untuk menetapkan yang lebih menekankan kepada “rasa” juga
kawasan Kampung Batik Kauman menjadi cukup penting untuk ditingkatkan. Potensi
destinasi wisata budaya. bangunan kuno, wajah kawasan, sampai tradisi
Pengembangan destinasi wisata budaya membatik masyarakat belum terlihat menonjol.
tidak terlepas dari adanya perhatian terhadap Salah satu analisis yang dapat dilakukan untuk
kualitas ruang itu sendiri. Adanya “value” yang meningkatkan aspek non fisik kawasan adalah
ditawarkan pada sebuah kawasan akan dengan mengkaji nilai dan kualitas ruang pada
memberikan dampak tersendiri yang Kampung Batik Kauman. Berdasarkan latar
membedakan dengan kawasan lainnya. belakang yang telah dijabarkan sebelumnya,
Penelitian ini akan mempelajari tentang sejauh maka muncul pertanyaan penelitian
mana kualitas ruang Kampung Batik Kauman “Bagaimana nilai dan kualitas ruang kawasan
yang akan dianalisis menggunakan analisis Kampung Batik Kauman Kota Pekalongan
kriteria tak terukur. sebagai kawasan wisata budaya?”
1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian
Kota Pekalongan merupakan salah satu Pengembangan kawasan wisata pada suatu
kota dengan industri kreatif yang berkembang daerah tidak lepas dari berbagai faktor terhadap
melalui industri dan kerajinan batik, sehingga lokasi wisata itu sendiri. Faktor yang dimaksud
Kota Pekalongan telah ditetapkan menjadi kota dapat berupa faktor fisik dan non fisik.
kreatif dunia (Iglesias, 2014). Berdasarkan hal Kampung Batik Kauman menjadi salah satu
tersebut maka Kota Pekalongan telah kawasan bersejarah yang mampu memberikan
menggabungkan industri batik dengan aktivitas kontribusi terhadap perkembangan Kota
wisata melalui pariwisata kreatif (Damayanti & Pekalongan, baik secara ekonomi, sejarah,
Latifah, 2015). Kawasan yang identik dengan maupun budaya. Permasalahan yang muncul
perkembangan industri batik yang mengarah ke terkait potensi Kampung Batik Kauman untuk
pariwisata kreatif salah satunya adalah berkembang menjadi pariwisata budaya yang
Kampung Batik Kauman. Sentra industri Batik kreatif, mendorong peneliti untuk mengkaji
Kauman juga merupakan sentra batik tertua di secara lebih jauh aspek non fisik kawasan.
Kota Pekalongan yang mendorong bangkitnya Penelitian ini bertujuan untuk
sentra batik yang ada di sekitar seperti Sentra mengevaluasi nilai dan kualitas ruang kawasan
Batik Medono atau Kampung ATBM Medono wisata budaya Kampung Batik Kauman yang
(Andriani, Astuti, & Putri, 2020). dapat memberikan “value” yang tidak hanya
Perkembangan pariwisata terutama di menyangkut daya tarik wisata tetapi juga
Indonesia telah mengalami pergeseran mengangkat nilai sejarah kawasan. Diharapkan
paradigma. Perubahan paradigma pariwisata dengan hasil studi ini dapat memberikan
salah satunya disebabkan oleh wisatawan yang pandangan guna meningkatkan potensi
membutuhkan untuk dapat lebih interaktif dan Kampung Batik Kauman.
berusaha memenuhi pengalaman bukan hanya
sekedar menjadi wisatawan yang dilayani oleh 2. METODE PENELITIAN
industri pariwisata (Tan, Luh, & Kung, 2014). Penelitian ini bertujuan untuk melihat
Kampung Batik Kauman seakan memenuhi sejauh mana ruang-ruang kawasan yang
keinginan para wisatawan yang ingin terbentuk jika dilihat dari aspek non fisik.
pengalaman lebih dalam melakukan perjalanan Metode penelitian berupa deskriptif kualitatif
wisata. Pengalaman ini didapatkan dari berdasarkan pengamatan lapangan dan data
pengamatan kawasan, interaksi dengan sekunder. Kendala yang dihadapi pada