You are on page 1of 14

BAB 2

MINERAL OPTIK

2.1 Pengenalan Mikroskop Polarisasi


Mikroskop polarisasi adalah alat yang digunakan untuk dapat melakukan
pengamatan secara optis atau petrografi analisis sayatan tipis batuan-batuan yang
dilakukan karena sifat-sifat fisik seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-
mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsikan secara megaskopis di
lapangan.Ada beberapa jenis mikroskop polarisasi yaitu binokuler dan triokuler
baik nondigital maupun yang digital.
Untuk dapat melakukan pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan
alat yang disebut mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik
pembacaan data yang dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi objek
pengamatan. Hasil polarisasi objek selanjutnya dikirim melalui lensa objektif dan
lensa okuler ke mata (pengamat). Ada beberapa jenis mikroskop polarisasi, yaitu
mikroskop terpolarisasi binokuler dan trilokuler, baik non-digital maupun yang
digital.
Lampu terpisah dari mikroskup. Sinar lampu dipantulkan melalui cermin
(mirror) lalu dilanjutkan ke lensa polarizer. Sinar menembus objek yang diletakkan
di atas meja objektif. Sinar membawa data dari objek (sayatan tipis) dikirimkan ke
lensa objektif, ditangkap oleh okuler dan diterima mata.

Gambar 2.1 Mikroskop polarisasi


(Sumber: Laporan praktikum biologi pertaniaan Universitas lambung Mangkurat
Banjarbaru//2014)

A. Bagian-bagian mikroskop polarisasi


1. Lensa Okuler

3
4

Lensa okuler disebut juga dengan lensa okuler Huygens. Terdiri dari
dua lensa simple plane-convex yang terletak berhadapan langsung dengan
mata. Lensa bagian atas berupa lensa mata dan lensa bagian bawah
berfungsi untuk mengumpulkan data. Vocal length dari lensa mata adalah
1/3-nya dari lensa pengumpul (field length). Sinar sinar ini yang
menyebabkan kelelahan pada mata saat pengamatan. Pada okuler juga
dijumpai benang silang, berbentuk jaring laba-laba dan mengikatkan tali
tersebut pada perutnya.

Gambar 2.2 Lensa Okuler


(Sumber: Laporan Praktikum biologi pertaniaan Universitas lambung Mangkurat Banjarbaru//2014)

2. Lensa Objektif
Lensa objektif diklasifikaskan berdasarkan nilai perbesarannya.
Untuk objektif yang memiliki power rendah, maka vocal length-nya di
atas 13 mm dan perbesarannya kurang dari 15 x; untuk power menengah
vocal length antara 12- 5 mm dan perbesarannya 40 x; dan power tinggi
vocal length kurang dari 4,5 mm dan perbesarannya mencapai 40 x. Lensa
objektif yang sering digunakan adalah yang berukuran 3 dan 7 mm. Dalam
satu sayatan tipis sering terdiri atas suatu seri bidang yang saling
menumpang, dan hanya salah satunya saja yang dapat diamati. Dalam
lensa objektif low-power, dapat dilihat objek yang menumpang bidang
yang berbeda lainnya, tetapi dengan lensa high-power hal itu tidak
mungkin dilakukan. Tingkat kecerahan (brightness) dari image akan
meningkat jika hitungan aperturenya dapat diketahui dalam luasan pesegi.
5

Gambar 2.3 Lensa Objektif


(Sumber: Laporan Praktikum biologi pertaniaan Universitas lambung Mangkurat Banjarbaru//2014)

3. Prisma Nikol
Jika polarizer dipindahkan dari mikroskop dan sinar direfleksikan
dari permukaan ke bidang horizontal, maka bidang terpolarisasi menjadi
gelap jika diputar ke kanan (Gambar 5). Biotit yang disayat memotong
belahannya memiliki absorpsi terbaik jika bidang belahan sejajar dengan
bidang vibrasi terpolarisasi. Pada posisi ini mineral menjadi gelap
maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai pada mineral tourmaline yang
diputar ke kanan dari sumbu C. Kedudukan normal dari vibrasi sinar yang
melalui prisma (sinar extra-ordinary) dijumpai maksimum pada kanada
balsam. Prisma nikol digunakan untuk melakukan pengamatan pada posisi
nikol silang.

Gambar 2.4 Penggunaan Prisma Nikol untuk Pengamatan Nikol Silang


(Sumber: bemmelen-r-w-van-1949-the-geology-of-indonesia-vol-i-a-gov-printed.html)

4. Lensa lampu konvergen


Mikroskop dioperasikan pada sinar lampu yang searah dengan tube
dan objek. Sehingga lensa konvergen menangkap sinar tersebut secara
maksimal dan melanjutkannya melalui tube ke lensa polarizer. Sinar
tersebut membawa data dari objek yang selanjutnya dikirimkan ke lensa
objektif dan ditangkap oleh lensa okuler. Lensa lampu konvergen yaitu
6

dengan menaikkan nikol bagian bawah yang terletak di bawah meja


objektif, sehingga permukaan polarizer dapat menyentuh gelas preparat.
5. Meja objektif (meja putar)
Meja objektif berbentuk melingkar, kotak, dan kebanyakan bulat.
Meja ini terletak di atas polarizer dan di bawah lensa objektif yang
merupakan tempat meletakkan sayatan tipis untuk diamati. Pada meja
dilengkapi dengan sekala besaran (mikrometer) yang melintang meja dan
koordinat sumbu hingga 360°. Bagian pusat meja harus satu garis dengan
pusat optis dari tube. Centering dilakukan dengan memutar scroll
(screws), centering 90° berada di bawah tube. Setelah posisinya centering,
sayatan tipis diletakkan di atas meja objektif, agar tidak bergeser-geser
maka dapat dijepit dengan kedua penjepit. Meja objektif dapat dinaik-
turunkan sesuai dengan kebutuhan dan posisi centeringnya.
6. Cermin Pantul (Mirror)
Cermin pantul berfungsi untuk mengirimkan sinar dari lampu ke
sumber objek. Berbentuk bidang datar pada sisi belakang dan cekung pada
sisi depan. Pembentuk yang pertama digunakan untuk perbesaran rendah,
sedangkan yang terakhir untuk perbesaran yang lebih tinggi. Cermin ini
berfungsi mengumpulkan sinar lampu dengan aperture yang menyudut
pada sekitar 40
7. Benang Silang (Cross Hair)
Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke
kanan-kiri dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah. Benang
silang berfungsi untuk mengetahui kedudukan koordinat bidang sumbu
mineral, atau sudut interfacial kristal.
8. Resolving Power
Bagian dari mikroskop yang berfungsi untuk pengaturan ketelitian
alat. Dengan meningkatkan resolving power untuk mempertajam objek
pengamatan maka dapat mengurangi masa pemakaian alat. Dalam praktik
petrografis, dibutuhkan ketelitian maksimal sehingga sifat terkecil pun
terdeteksi.Mata hanya mampu membedakan 250 garis dalam 1 inci.
7

Ketika dua titik berpindah dari posisi 6.876x dari mata, maka yang terlihat
hanya satu titik. Dengan bantuan resolving power dan okuler, mata
mampu membedakan pleurosigma angulatum sebanyak 50.000 garis.
9. Lensa Bertrand
Digunakan sebagai mikroskop kecil bersama-sama dengan okuler
untuk memperbesar gambaran interference. Terutama digunakan untuk
mengetahui warna birefringence, sehingga dapat diketahui ketebalan
sayatannya. Pada penggunaan alat ini, juga dilengkapi dengan tabel warna
interference
10. Mikrometer
Mikrometer berfungsi untuk mengukur jarak dalam sekala yang
sempit, contoh: diameter mineral. Terletak di atas meja objektif, pada
pembacaan langsung dalam meja objektif, skala dalam ratusan mm. Jadi,
dalam suatu pengamatan sayatan tipis dapat diketahui seberapa ratus mm
dalam suatu divisi kristal. Agar familier dalam penggunaannya,
praktikan dapat membuat sendiri mikrometer tersebut.
11. Adjustment Screws
Adjustment screw berfungsi untuk mengatur dan menghaluskannya
kefokusan lensa okuler dan objektif .Metodenya yaitu dengan memutar ke
kanan untuk memperbesar dan ke kiri untuk memperkecil. Terletak pada
gagang mikroskop (tube). Akurasi kerja Adjustment screw mencapai
0,001 mm.
12. Penggunaan mikroskop polarisasi
Pencahayaan mikroskop sangat baik jika berasal dari arah utara; jika
tidak mampu dari timur. Jangan menggunakan sinar matahari langsung.
Meja (bangku) harus kuat, dan pengamat harus nyaman menggunakannya.
Mikroskop harus terletak tepat di depan pengamat, kedua tangan leluasa
mengoperasikannya. Pada mineral tak-berwarna (contoh kuarsa),
sebaiknya mengurangi pencahayaannya, dan memperhatikan adanya
rongga atau inklusi. Rongga / inklusi memiliki kenampakan yang hampir
sama. Sebaiknya menjaga betul-betul agar lensa dan nikol dapat awet dan
8

meningkat efisiensinya. Jangan membiarkan lensa mikroskop terkena


sinar matahari langsung dan / uap radiator.
13. Sayatan Tipis
Sayatan tipis juga merupakan alat atau bahan yang digunakan di
laboratorium sebagai bahan untuk pengamatan mineralogi optic dan
petrografi menggunakan mikroskop polarisasi.

2.2 Sifat-Sifat Optis Mineral


Setiap mineral memiliki sifat optik yang berbeda-beda, dalam pengamatan
secara mikroskopis terdiri dari dua pengamatan yaitu pengamatan secara nikol
sejajar dan nikol silang. Berikut ini adalah bebera sifat optis mineral dalam
pengamatan mikroskopis, yaitu:
A. Sifat Optis Mineral Pada Nikol Sejajar
Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik
(sumbu a = sumbu b = sumbu c; < = < = <); rhombik (sumbu a  sumbu
b  sumbu c; <   <   < ); triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan
lain-lain. Setiap sistem kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang
dibentuk oleh masing-masing sumbu kristal antara sistem kristal yang satu
terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap mineral memiliki sifat optis
tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau diagonal terhadap
sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan mikroskopis yang dilakukan
pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol sejajar.
1. Warna
Warna mineral adalah pencerminan dari data serap atau absorpsi
panjang gelombang tertentu dari cahaya atau sinar yang masuk khususnya
untuk mineral yang teransparant yang bersifat anisotropik, jenis warna:
a. Opak yaitu mineral warna hitam pada nikol sejajar ataupun nikol silang
b. Mineral tembus cahaya, apabila diberi cahaya akan menampilkan
bermacam warna. Dengan mikroskop polarisasi.
1). Isotrop: dipantulkan kesegala arah dengan kecepatan sama.
2). Anisotrop: dipantulkan kesegala arah dengan kecepatan berbeda.
9

c. Semua objek yang warna putih akan memantulkan seluruh warna yang
datang dan hanya sebagian kecil yang terpantulkan, ssehingga tampak
memperlihatkan warna kelabu.
2. Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan
tingkat/besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin
besar sinar yang dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh
lensa polarisasi, maka makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya.
Jadi, relief mineral berhubungan erat dengan sifat indek biasnya; N gelas <
Nobjek. Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi
mineral yang satu dengan yang lain. Relief dibedakan menjadi 3, yaitu:
(1) Kuat/tinggi; (2) Sedang; (3) Lemah/rendah

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah


Gambar 2.5 Relief
(Sumber: http://lib.ui.ac.file=digital/127260-RB03W184i-Identifikasi-Relief)

3. Indeks Bias
Indeks bias adalah suatu angka (konstanta) yang menunjukan
perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul (n = sin
i/sin r = l/v). Indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar di dalam
medium yang berbeda. Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara
relatif dengan memperhatikan relief dan dibandingkan dengan pergerakan
garis becke atau secara absolute dengan menggunakan minyak imersi.
4. Pleokroisme
Pleokroisme yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam
menyerap sinar mengikuti sistem kristalografinya. Ditunjukkan oleh
beberapa kali perubahan warna kristal setelah diputar hingga 360 O. Dapat
10

diamati pada posisi terpolarisasi maupun nikol sejajar. Mineral uniaxial


disebut dichroic: dua warna yang berbeda dari vibrasi sinar yang parallel
terhadap sumbu vertikal dan sumbu dasar. Mineral biaksial: trichroic, 3
perubahan warna berhubungan dengan 3 sumbu elastisitas utama.
Contohnya: hornblend pleokrois kuat dan piroksen tak-pleokrois
5. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem
kristalnya. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari
suatu sistem kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya.
Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa
mineral juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan
mineral dapat diamati di bawah mikroskop. Belahan dibedakan menjadi
3, yaitu: (1) Belahan satu arah; (2) Belahan dua arah; dan (3) Tidak
memiliki belahan.
6. Bentuk Mineral
Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk
mineral adalah bentuk secara fisik, seperti tak teratur (irregular),
memanjang, prismatik, fibrous, membulat dan lain-lain bentuk-bentuk
mineral tersebut tidak berhubungan dengan tingkat kristalisasinya. Bentuk
mineral secara sempurna dapat mengikuti bentuk pertumbuhan kristalnya,
namun tidak dapat digunakan sebagai parameter tingkat kristalisasi.
B. Sifat Optis Mineral Pada Nikol Silang
Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal
sumbu C, yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat
optis mineral yang diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence
(interference ganda), twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah
orientasinya dan sudut gelapan: sejajar atau miring pada sudut berapa.
1. Sifat Birefringence
Standardisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,003 mm. Dalam
sayatan tipis, interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat
dalam sayatan tipis 0,003 mm. Warna interference dapat dilihat dari posisi
11

horizontal sayatan. Setelah warna interference diketahui, pengamatan


dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga didapatkan sifat
birefringence (BF). Orde warna interference dan birefringence
menggunakan tabel warna Michel-Levy.

Gambar 2.6 Diagram warna interferensi Michel Levy


(Sumber: https://pdf/34962230/modula mineralojia e petrografia

2. Sifat Kembaran (Twinning)


Sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat pertumbuhan bersama
kristal saat pengkristalannya. Berbentuk kisi-kisi yang dibentuk oleh
orientasi pertumbuhan kristalografi. Sifat ini dapat diamati pada posisi
pengamatan nikol silang. Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai
dalam beberapa mineral adalah:
a. Kembaran Albit
Terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar plagioklas dengan
sistem kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang umum dijumpai
pada plagioklas pada 010.

Gambar 2.7 Kembaran albit


(Sumber: alfaruka.wordpress.com/2010/11/15/materi-mineral-optik/)
12

b. Kembaran Carlsbad

Gambar 2.8 Kembaran Carlsbad


(Sumber: alfaruka.wordpress.com/2010/11/15/materi-mineral-optik/)

c. Kembaran Polisentik

Gambar 2.9 Kembaran Polisintetik


(Sumber: alfaruka.wordpress.com/2010/11/15/materi-mineral-optik/)

d. Kembaran Carlsbad-Albit

Gambar 2.10 Kembaran Carlsbad-albit


(Sumber: alfaruka.wordpress.com/2010/11/15/materi-mineral-optik/)

3. Sifat Gelapan (Extinction)


Sifat Gelapan adalah fungsi hubungan orientasi indikatrik dan
orientasi kristalografik. Mineral anisotropik menunjukkan gelapan pada
posisi nikol silang dengan rotasi tiap 90°. Gelapan muncul ketika kedudukan
salah satu vibrasi sejajar polarizer bawah. Dampaknya adalah seluruh sinar
datang ditahan oleh polarizer atas sehingga tidak membentuk getaran.
Seluruh sinar yang melalui mineral terserap pada polarizer atas, dan mineral
13

terlihat gelap. Pada putaran posisi 45°, komponen maximum dari sinar cepat
dan sinar lambat mampu dirubah menjadi vibrasi pada polarizer atas. Hanya
perubahan warna interference saja yang menjadi lebih terang atau lebih
gelap saja, warna sebenarnya tidak berubah.
Banyak mineral secara umum membentuk butiran memanjang dan
dengan mudah dikenali kedudukan belahannya, contoh biotit, hornblend,
plagioklas. Sudut pemadaman adalah sudut antara panjang atau belahan
mineral dan kedudukan vibrasi mineral. Nilai sudut pemadaman masing-
masing mineral bervariasi mengikuti arah orientasi butirannya. Adapun
Tipe Pemadaman adalah sebagai berikut:
a. Pemadaman Paralel; mineral menjadi gelap ketika belahannya atau
sumbu panjang searah terhadap salah satu benang silangnya. Sudut
pemadaman (EA) = 0°; contoh: Orthopiroksen dan Biotite
b. Pemadaman Miring; mineral gelap ketika belahan membentuk sudut
dengan benang silang, (EA) > 0°; contoh: Klinopiroksen dan Hornblend
c. Pemadaman Simetri; mineral menunjukkan belahan 2 arah atau dua
perbedaan muka kristalmemungkinkan untuk mengukur dua sudut
gelapan antara masing-masing belahan atau muka dan kedudukan
vibrasi. Jika 2 sudut sama maka akan dijumpai pemadaman simetri,
(EA1 = EA2); contoh: Amfibol dan Kalsit.
d. Tanpa belahan: mineral yang tidak memanjang atau tidak
memperlihatkan belahan yang mencolok, akan memberikan
pemadaman setiap diputar 90°, tetapi tidak dapat diukur sudut
pemadamannya; contoh: Kuarsa dan olivin

4. Orientasi Optis
Orientasi optik merupakan hubungan antara sumbu panjang
kristalografi mineral dengan sumbu indikatriknya (arah getar sinar). Pada
umumnya sumbu panjang kristalografi pada mineral merupakan sumbu c
kristalografi. Tetapi pada kelompok filosilikat umumnya sumbu C
kristalografi merupakan sumbu terpendek, sedang yang paling panjang
14

adalah sumbu a kritalografi. Untuk mempermudah pemahaman dalam


pembahasan lebih lanjut, kita anggap bahwa sumbu panjang kristalografi
adalah sumbu kristalogarfi C. Tetapi anggapan ini tidak berlaku untuk
perkecualian seperti pada filosilikat. Orientasi optik "Length Slow" apabila
sumbu panjang mineral (C) sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik
sinar lambat (Z). Orientasi optik “Length Fast” apabila sumbu panjang
mineral (C) sejajar atau hampir sejajar sumbu indikatrik sinar cepat (X).

2.3 Mineral-Mineral Pembentukan Batuan


Mineral pembentuk batuan adalah mineral-mineral yang menyusun suatu
batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral.
A. Mineral pembentuk batuan beku
Mineral-mineral pembentuk batuan beku berasal dari hasil pendinginan
magma, Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan
bahkan mungkin cepat. Penurunan temperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya.
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen (seri reaksi Bowen).
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan
bahkan mungkin cepat. Penurunan temperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya.
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen (seri reaksi Bowen)
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk
dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksen
merupakan pasangan “Ingcongruent melting” dimana setelah pembentukan Olivin
akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus
15

dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang


terakhir terbentuk adalah Biotit.
Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas (mineral
felsik). Anorthit adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi
dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin
terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku Diorit atau Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit, mineral ini
tersebar pada batuan asam seperti Granit dan Riolit. Reaksi berubahnya komposisi
Plagioklas ini merupakan deret “Solid Solution” yang merupakan reaksi continue,
artinya kristalisasi Plagioklas Ca (Anortit) sampai Plagioklas Na (Albit) akan
berjalan terus jika reaksi setimbang.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar (Orthoklas), ke Muskovit dan terakhir Kwarsa, maka mineral kwarsa
merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral mafik atau mineral
felsik.Sehingga dengan memperhatikan reaksi Bowen, kita memperoleh berbagai
kemungkinan himpunan mineral utama didalam batuan beku diantaranya:
1. Kelompok batuan Ultrabasa dan Basa, mineralnya antara lain:
a. Olivin
b. Olivin – Plagioklas
c. Piroksen
d. Olivin – Piroksen
e. Olivin – Plagioklas - Piroksen
f. Piroksen - Plagioklas
2. Kelompok batuan Intermediet, mineralnya antara lain:
a. Piroksen – Horblend - Plagioklas
b. Hornblend – Plagioklas
c. Hornblend – Plagioklas – Biotit – Kwarsa
3. Kelompok batuan Asam, mineralnya antara lain:
a. Hornblend – Plagioklas – Biotit – Orthoklas
b. Hornblend – Plagioklas – Biotit – Muskovit
c. Muskovit – Biotit – Orthoklas
16

B. Mineral Pembentuk batuan sedimen


Mineral-mineral pembentuk batuan sedimen berasal dari hasil rombakan
batuan asal yang telah terbentuk terlebih dahulu, sedangkan untuk mineral
pembentuk batuan sedimen nonklastik terdiri dari mineral-mineral karbonatan
seperti kalsit dan dolomit.

C. Mineral-mineral pembentuk batuan metamorf


Mineral-mineral pembentuk batuan metamorf terdiri dari Mineral anti stress
(Non- foliasi) Mineral Stress (foliasi), Seperti kuarsa, mineral mika, feldspar, klorit,
amphibol dan piroksin.

You might also like