You are on page 1of 17

MAKALAH

Hukum Perjanjian dan Jaminan

Sewa Menyewa

Nama : Risma Novia Damayanti

Nim : 202210110311407

Kelas : B

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk
itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 19 Oktober 2022

Risma Novia Damayanti

1
DAFTAR ISI

BAB I................................................................................................................................3

Pendahuluan....................................................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................4

C. Tujuan......................................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

Pembahasan.....................................................................................................................5

A. Definisi Sewa Menyewa menurut KUHPerdata...................................................5

B. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian sewa menyewa menurut
Pasal 1548 KUHPerdata..............................................................................................7

C. Mekanisme Perjanjian Sewa-Menyewa................................................................9

D. Pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa.............................................................10

BAB III...........................................................................................................................13

PENUTUP......................................................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15

2
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam KUH Perdata yang berjudul “Tentang Sewa-
Menyewa” yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata.

Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata menyebutkan


bahwa: “Perjanjian sewa-menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya kenikmatan dari
suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh
pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayaranya.”

Dalam perjanjian sewa-menyewa, terdapat beberapa pihak yang biasanya terlibat dalam
perjanjian sewa-menyewa, yaitu:

1. Pihak yang melakukan penyewaan, yaitu orang atau badan hukum yang menyewakan
barang atau benda kepada pihak lainnya dengan tujuan untuk dinikmati kegunaan dari
benda tersebut kepada penyewa. Pihak yang melakukan benda tersebut kepada
penyewa. Pihak yang melakukan penyewaan barang atau benda tidak harus pihak yang
memiliki benda sendiri tetapi semua pihak yang atas dasar hak penguasaan
penguasaan ditujukan ditujukan untuk memindahkan memindahkan pemakaian
pemakaian barang ke tangan orang lain. Hal tersebut disebabkan di dalam sewa-
menyewa yang dilimpahkan kepada pihak penyewa penyewa bukanlah bukanlah hak
milik atas suatu barang melainkan melainkan hanya kegunaan kegunaan atau
pemungutan atas hasil dari barang yang disewakan.

2. Pihak penyewa melakukan penyewaan terhadap barang atau benda yang berasal dari
pihak yang menyewakan.

Akan tetapi, pihak yang menyewakan belum tentu menjadi pihak yang memiliki barang
atau jasa yang disewakan disewakan kepada pihak penyewa. penyewa. Terdapat
Terdapat tujuan dari dilakukannya dilakukannya perjanjian perjanjian sewa-menyewa,
yaitu untuk melimpahkan hak pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda yang
bukan memiliki memiliki status hak milik dapat disewakan disewakan kepada pihak

3
penyewa penyewa sehingga benda yang bukan bestatus hak milik dapat disewakan oleh
pihak yang memiliki hak atas benda tersebut.

Berdasarkan ketentuan yang disebutkan dalam Pasal 1559 ayat (1) KUHPerdata, dapat
dijelaskan bahwa:

1. Melakukan pengulangan sewa kepada pihak ketiga hanya dapat dilakukan oleh
seorang penyewa jikalau diperbolehkan dalam perjanjian sewa-menyewa atau disetujui
oleh para pihak.

2. Apabila pihak pihak penyewa melakukan pengulangan sewa obyek se byek sewa
dalam m wa dalam masa sewa, asa sewa, maka pihak yang menyewakan obyek sewa
dapat membatalkan perjanjian sewamenyewa dan melakukan penuntutan berupa ganti
rugi. Terdapat akibat dari pembatalan pembatalan perjanjian perjanjian sewa-menyewa
sewa-menyewa tersebut tersebut yaitu berupa batal demi hukumnya hukumnya
perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan oleh pihak penyewa dengan pihak ketiga.
enyewa dengan pihak ketiga.

Pasal 1559 ayat (1) KUHPerdata tersebut dapat dipahami tentang pengertian mengenai
mengulang sewakan dan melepas sewa. Pada hakikatnya, kedua perbuatan tersebut
dilarang dilakukan bagi para pihak penyewa. Meskipun demikian perbuatan-perbuatan
tersebut dapat dilakukan oleh penyewa jika sebelumnya telah diperjanjikan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebaga


berikut:

1. Apakah pengertian dari perjanjian sewa menyewa?

2. Hal apa saja yang m menjadi hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
sewa menyewa menurut Pasal 1548 KUHPerdata?

3. Bagaimana mekanisme dan tata cara pelaksanaan perjanjian sewa menyewa?

C. Tujuan

4
Tujuan umum dari kajian ini adalah untuk meneliti pembahasan mengenai perjanjian
sewa menyewa berdasarakan Pasal 1548 KUHPerdata beserta mekanisme dan tata cara
pelaksanaan dari perjanjian sewa menyewa.

BAB II

Pembahasan

A. Definisi Sewa Menyewa menurut KUHPerdata

Menurut istilah Bahasa Indonesia, sewa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar
utang. Bab VII Buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur tentang
Perjanjian sewa-menyewa yang berjudul “Tentang Sewa-Menyewa” yang meliputi pasal
1548 sampai dengan pasal 1600. Menurut Pasal 1548 KUHPerdata, perjanjian sewa-
menyewa didefinisikan sebagai suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya erikan kepada pihak lainnya
kenikmatan dari matan dari suatu barang selama suatu barang selama waktu tertentu dan
waktu tertentu dan dengan pembayaran.

Dengan itu perjanjian sewa-menyewa harus disesuaikan dengan syarat sahnya


perjanjian sesuai Pasal 1320 KUHPerdata antara lain:

1) Sepakat mereka yang mengikat dirinya

2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3) Suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal

Sesuai uraian diatas dapat disimpulkan beberapa unsur yang harus ada dalam perjanjian
sewa-menyewa antara lain:

a. Memberikan kenikmatan suatu barang

5
Dalam perjanjian sewa-menyewa penyerahan barang yang menjadi obyek
perjnajian hanya bersifat bersifat penyerahan penyerahan kekuasaan kekuasaan belaka,
belaka, dengan demikian demikian barang yang diserahkan diserahkan kepada penyewa
penyewa bukan untuk dimiliki dimiliki seperti seperti layaknya layaknya jual-beli, jual-
beli, melainkan melainkan hanya untuk dipakai/dinikmati kegunaannya.

b. Adanya suatu barang

Adanya suatu barang Menurut Prof. Dr. R. Wijono Prodjodikoro, SH mengenai barang
yang dapat menjadi obyek sewa-menyewa disebutkan “oleh karena maksud dari sewa
menyewa adalah untuk kemudian hari mengembalikan barang kepada pihak yang
menyewakan, maka tidak mungkin ada persewaan barang yang pemakainya berakibat
musnahnya barang ya barang itu misalnya barang-barang itu misalnya barang-barang
makanan”. Benda berwujud terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilihat, dipegang,
ataupun diukur, sedangkan benda tidak berwujud mencakup semua jenis hak. Selain itu
benda juga dibedakan menjadi akan menjadi benda bergerak yaitu benda yaitu benda
yang sifatnya dapat yang sifatnya dapat dipindah tempatkan dah tempatkan seperti
mobil, motor, sepeda, dll, sedangkan benda tidak bergerak yaitu benda yang karena
sifatnya sendiri atau karena tujuan pemanfaatannya iidak dapat atau tidak untuk
dipindag tempatkan yang contohnya seperti lahan tanah, rumah, mesin tertentu dalam
pabrik, ataupun karena penentuan hukum (penetapan undang-undang) dinyatakan
sebagai benda tidak bergerak.

c. Selama/dalam jangka waktu tertentu

Kata “waktu tertentu” berarti jangka waktu yang dihitung menurut kelaziman Pasal
1579 KUHPerdata, pihak yang menyewakan tidak dapat menghentikan sewa-menyewa
dengan menyatakan hendak memakai atakan hendak memakai sendiri benda yang benda
yang disewakan, kecuali akan, kecuali telah diperjanji telah diperjanjikan sebelumnya.
Pasal ini ditujukan dan hanya dapat diberlakukan pada sewa-menyewa dalam waktu
tertentu.

6
d. Pembayaran suatu harga

Dalam perjanjian sewa-menyewa, harga sewa yang harus dibayarkan oleh penyewa
berwujud dalam bentuk uang (pembayaran harga s dalam bentuk uang (pembayaran
harga sewa yang palin ewa yang paling umum).

B. Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian sewa menyewa menurut Pasal
1548 KUHPerdata

Berdasarkan ketentuan Pasal 1550 KUHPerdata, pihak yang menyewakan mempunyai


tiga kewajiban yang wajib dipenuhi, yaitu :

1. Menyerahkan benda sewaan kepada penyewa

Penyerahan benda sewaan bertujuan bertujuan untuk memberikan memberikan


kenikmatan kepada pihak penyewa. Menurut ketentuan Pasal 155i KUHPerdata, pihak
yang menyewakan wajib menyerahkan benda sewaan benda sewaan dalam keadaan
terpelihara dengan baik. dalam keadaan terpelihara dengan baik. Selain itu, selama
waktu sewa, pihak yang menyewakan juga wajib melakukan perbaikan- perbaikan
perbaikan pada benda sewaan, kecuali perbaikan perbaikan ringan yang dibebankan
dibebankan kepada pihak penyewa. penyewa. Menurut Menurut Pasal 1583
KUHPerdata, KUHPerdata, perbaikan perbaikan ringan yang dimaksud, dimaksud,
antara lain, perbaikan lemari, tutupan perbaikan lemari, tutupan jendela, kunci dalam,
jendela, kunci dalam, kaca jendela, dan kaca jendela, dan yang semacam itu yang
semacam itu menurut menurut kebiasaan setempat. Dalam praktek sewa menyewa,
penyerahan benda sewaan bergantung pada sifat sewa menyewa, menyewa, yaitu
secara harian, harian, bulanan, bulanan, tahunan, tahunan, atau jangka waktu, yang
sudah ditentukan. Apabila sewa menyewa itu secara bulanan atau tahunan, penyerahan
terjadi pada waktu yang bersamaan bersamaan dengan pembayaran pembayaran sewa,
bulan pertama pertama atau tahun pertama. pertama. Pada sewa menyewa yang sudah
ditentukan jangka waktunya, penyerahan terjadi ketika pembayaran sewa dilunasi.

7
2. Pemeliharaan Benda Sewaan

Kewajiban kedua yang wajib dipenuhi oleh pihak yang menyewakan adalah
pemeliharaan benda sewaan. Menurut ketentuan Pasal 1550 KUHPerdata butir 2
KUHPerdata, pihak yang menyewakan wajib memelihara benda sewaan sedemikian
rupa sehingga benda itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksud. Dalam
melaksanakan kewajiban pemeliharaan tersebut, Pasal 1551 ayat 2 KUHPerdata
menentukan, selama berlakunya sewa menyewa, pihak yang menyewakan wajib
menyuruh melakukan perbaikan-perbaikan perbaikan-perbaikan yang perlu terhadap
terhadap benda sewaan, sewaan, kecuali kecuali perbaikan perbaikan kecil yang
menjadi kewajiban penyewa. Pemeliharaan ini berlangsung sejak diadakan sewa
menyewa sampai berakhirnya sewa menyewa tersebut. Tujuan utama pemeliharaan ama
pemeliharaan adalah keselamatan, adalah keselamatan, keamanan dan kenikmatan
penyewaan. Jika dalam pemeliharaan itu ditentukan perbaikan- perbaikan, perbaikan,
sifat perbaikan perbaikan itu tidak boleh sampai mengganggu mengganggu kenikmatan
kenikmatan penyewa, penyewa, justru sebaliknya untuk memberikan kenikmatan yang
tenteram kepada penyewa selama berlangsungnya berlangsungnya sewa menyewa
menyewa Akan tetapi, tetapi, menurut menurut Pasal 1555 ayat 1 KUHPerdata,
KUHPerdata, jika benda sewaan terpaksa terpaksa diperbaiki diperbaiki tanpa
menunggu menunggu sampai berakhirnya berakhirnya sewa menyewa, menyewa,
penyewa penyewa harus menerima menerima perbaikan perbaikan tersebut tersebut
meskipun meskipun menyusahkannya menyusahkannya dan selama perbaikan
perbaikan dilakukan dilakukan terpaksa terpaksa kehilangan kehilangan sebagian
sebagian dari benda sewaan itu. Jika perbaikan perbaikan itu berlangsung berlangsung
lebih dari empat puluh hari, harga sewa harus dikurangi dikurangi menurut menurut
perimbangan perimbangan waktu dan bagian dari benda sewaan yang tidak dapat
ditempati oleh penyewa. Jika perbaikan perbaikan sedemikian sedemikian sifatnya
sifatnya sehingga sehingga benda sewaan yang perlu ditempati ditempati oleh penyewa
penyewa dan keluarganya yang mengakibatkan benda tersebut tidak dapat didiami,
penyewa dapat memutuskan sewa menyewa, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1555 ayat 3
KUHPerdata. Selama sewa menyewa berlangsung, pihak yang menyewakan tidak
diperkenankan mengubah bentuk atau tata letak benda sewaan, hal ini tercantum dalam
Pasal 1554 KUHPerdata.

8
3. Penjaminan Benda Sewaan

Kewajiban ketiga pihak yang menyewakan adalah wajib menjamin pihak penyewa
terhadap cacat benda sewaan yang mengganggu pemakaian meskipun pihak yang
menyewakan itu sendiri tidak mengetahuinya ketika sewa menyewa itu dibuat. Apabila
cacat itu telah mengakibatkan kerugian bagi pihak penyewa, pihak yang menyewakan
wajib memberikan ganti kerugian, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1552 KUHPerdata.
Akan tetapi, pihak yang menyewakan tidak wajib menjamin pihak penyewa terhadap
gangguan pemakaiannya oleh pihak ketiga tanpa mengajukan suatu hak atas benda yang
disewa, dengan tidak mengurangi hak pihak penyewa untuk menuntut sendiri pihak
ketiga tersebut. Tuntutan itu sendiri, misalnya dapat menggugat pihak ketiga yang
mengganggu kenikmatan penggunaan benda sewaan dengan alasan perbuatan melawan
hukum. Sebaliknya, apabila pihak penyewa diganggu dalam pemakaian benda sewaan
karena gugatan mengenai hak milik atas benda, pihak penyewa berhak menuntut
pengurangan harga sewa menurut perimbangan, asalkan gangguan itu telah
diberitahukan secara sah kepada pemiliknya. pemiliknya. Penjaminan Penjaminan
pihak penyewa penyewa bebas dari gangguan gangguan pihak ketiga merupakan
merupakan kewajiban pihak yang menyewakan untuk menangkis gugatan pihak ketiga,
misalnya, membantah hak pihak penyewa untuk memakai benda yang disewanya.
Kewajiban tersebut tidak meliputi pengamanan terhadap gangguan fisik, misalnya,
orang melempari rumah dengan batu atau tetangg dengan batu atau tetangga membuang
sampah di pekara a membuang sampah di pekarangan rumah sewaan. ngan rumah
sewaan. Hal tersebut di Hal tersebut di luar jaminan pihak yang menyewakan dan harus
ditanggulangi sendiri oleh pihak penyewa. Pihak yang menyewakan tidak dapat
menghentikan sewa menyewa dengan menyatakan hendak memakai sen hendak
memakai sendiri benda sewaan, diri benda sewaan, kecuali jika telah dip kecuali jika
telah diperjanjikan sebaliknya. erjanjikan sebaliknya. Pasal ini Pasal ini merupakan
peringatan dini kepada pihak yang menyewakan bahwa alasan untuk memakai sendiri
benda, tidak boleh dijadikan alasan tidak boleh dijadikan alasan untuk memutuskan
sewa uskan sewa menyewa sampai sewa menyewa itu berakhir sesuai dengan ketentuan
dalam perjanjian sewa menyewa. Akan tetapi, jika dalam perjanjian perjanjian sewa
menyewa menyewa telah disepakati disepakati lebih dulu, pihak yang menyewakan

9
menyewakan boleh memberitahukan kehendakn boleh memberitahukan kehendaknya
itu kepada pihak ya itu kepada pihak penyewa. penyewa.

C. Mekanisme Perjanjian Sewa-Menyewa

Salah satu aspek yang amat penting dalam perjanjian sewa-menyewa rumah adalah
mekanisme pelaksanaan perjanjian itu sendiri, bahkan pelaksanaan perjanjian inilah
yang menjadi tujuan orang-orang yang mengadakan perjanjian, baik itu dilakukannya
perjanjian secara lisan maupun perjanjian secara tertulis. Dalam undang-undang
menentukan bahwa perjanjian perjanjian yang sah berkekuatan berkekuatan sebagai
sebagai Undang-Undang Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.
membuatnya. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali, selain
kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan oleh Undang-Undang dinyatakan
cukup untuk itu. Dalam hal ini, persetujuanpersetujuan tersebut haruslah
dilaksanakan dengan itikad baik. Setiap orang diberi kesempatan untuk mengatakan
keinginannya, yang rasanya baik untuk menciptakan perjanjian perjanjian asas ini
sangat erat hubungannya hubungannya dengan asas kebebasan kebebasan
mengadakan mengadakan suatu perjanjian. perjanjian. Perbuatan Perbuatan
perjanjian perjanjian harus mengikuti apa mengikuti apa yang ditentukan yang
ditentukan oleh Pasal 1320 KUH 1320 KUH Perdata.

Dalam hal ini, yang dimaksudkan undang-undang adalah undang-undang sebagai


pelengkap suatu perjanjian, undang-undang yang bersifat memaksa tidak dapat
dilanggar para pihak yang membuat perjanjian perjanjian tersebut tersebut termasuk
termasuk para pihak dalam perjanjian perjanjian sewa-menyewa sewa-menyewa
rumah kos atau indekos secara lisan.

Urutan yang terdapat dalam isi perjanjian pada Pasal 1339 KUH Perdata, mengenai
keputusan peradilan mengalami perubahan sehingga urutan dari elemen isi
perjanjian menjadi, sebagai berikut:

1) Isi Perjanjian

2) Undang-Undang

10
3) Kebiasaan

4) Kepatuhan

D. Pelaksanaan perjanjian sewa-menyewa

Dari segi penerapan perjanjian termasuk ke dalam perjanjian atas beban, yang mana di
dalamnya terdapat kewajiban untuk melakukan prestasi antara satu sama lain, yang di
dalam sewa-menyewa pihak yang pihak yang menyewakan harus wakan harus
menyerahkan objek rahkan objek perjanjian dan penyewa harus membayar uang sewa.

Dalam pelaksanaan perjanjian secara lisan harus diimbangi dengan berdasarkan asas
itikad baik antar pihak penyewa dan pihak pemilik, yang dimaksud dengan asas itikad
baik adalah sebagai pribadi yang baik. Itikad baik dalam pengertian subjektif dapat
diartikan sebagai kejujuran seseorang pa dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang
pada saat diadakan perbuatan hukum, kan perbuatan hukum, sedangkan itikad baik
dalam pengertian objektif yaitu bahwa pelaksanaan suatu perjanjian haruslah didasarkan
pada norma kepatutan atau apa-apa saja yang dirasa sesuai dalam masyarakat.

Selain itu, perjanjian sewa-menyewa termasuk perjanjian konsensuil, yang dimana


sewa-menyewa itu mengikat sejak itu mengikat sejak adanya kata sepakat. Dimana kata
sepakat. Dimana yang menyewak yang menyewakan harus menyerahkan kunci kamar
kepada pihak penyewa, memelihara barang yang disewakan, memberikan pihak erikan
pihak penyewa kenikamatan yang amatan yang tentram darpada barang yang disewakan
yang disewakan selama berlangsung sewa-menyewa tersebut.

Dalam perbuatan Dalam perbuatan sewa-me sewa-menyewa, melingkupi lima unsur


yaitu, persetu persetujuan; penyerahan benda sewaan; sewaan; pembayaran
pembayaran uang sewa; waktu sewa; dan persyaratan persyaratan sewa-menyewa;
sewa-menyewa; yang artinya:

a. Persetujuan ialah perbuatan yang menyatakan tercapainya kata sepakat antara pihak
yang menyewakan dan pihak penyewa mengenai benda sewaan, uang sewa, waktu
sewa, dan persyaratan persyaratan sewa-menyewa. sewa-menyewa. perjanjian
perjanjian sewa-menyewa sewa-menyewa apabila apabila tercapainya tercapainya kata

11
sepakat sepakat kedua belah pihak telah mengadakan perundingan atau diskusi bersama
mengenai kamar kos yang disewa, jumlah uang sewa, waktu sewa, dan persyaratan atau
aturan yang dibertihau secara langsung.

b. Penyerahan Penyerahan ialah perbuatan perbuatan mengalihkan mengalihkan hak


penguasaan penguasaan benda sewaan dari pihak yang mnyewakan kepada pihak
penyewa untuk dinikmati. Di dalam penjelasan tersebut, dapat dikaitkan dengan
dikaitkan dengan hasil penelitian dalam hasil penelitian dalam perjanjian sewa-
menyewa sete perjanjian sewa-menyewa setelah dilakukan setelah lah dilakukan setelah
adanya pembayaran uang sewa yang sudah dirundingkan atau ditentukan antara pihak
pemilik/pengelola dengan pihak peny pemilik/pengelola dengan pihak penyewa.

c. Pembayaran uang sewa ialah perbuatan memberikan sejumlah uang dari pihak
penyewa kepada pihak yang menyewakan (pemilik/pengelola) sebagai kontra prestasi
atas benda yang dikuasai untuk dinikmati oleh pihak penyewa.

d. Persyaratan sewa-menyewa ialah ketentuan yang disepakati bersama untuk


memungkinkan pemenuhan kewajiban dan memp pemenuhan kewajiban dan
memperoleh pihak yang menyewakan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perjanjian sewa-menyewa adalah salah satu bentuk perjanjian bernama. Dalam bahasa
Belanda, perjanjian sewa-menyewa disebut dengan istilah huurenverhuur sedangkan
dalam bahasa bahasa Inggris Inggris dikenal dikenal dengan istilah istilah rent atau
hire. Pengaturan tentang perjanjian sewamenyewa dalam hukum perdata, tercantum di
dalam Buku III tepatnya pada Bab VIII Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), mulai dari Pasal 1548 sampai Pasal 1600. Ketika ingin melakukan
perjanjian sewa-menyewa, terdapat beberapa kriteria khusus yang harus dipenu harus
dipenuhi yakni hi yakni adanya dua pihak yang dua pihak yang saling mengikatkan diri
serta diri serta ada unsur pokok ada unsur pokok dalam kegiatan sewa-menyewa
tersebut berupa barang, harga, dan jangka waktu sewa.

Pihak- pihak yang terlibat terlibat dalam perjanjian perjanjian sewa-menyewa sewa-
menyewa terdiri terdiri dari pihak yang melakukan, penyewaan, yaitu orang atau badan
hukum yang menyewakan menyewakan barang atau benda kepada pihak la pihak
lainnya dengan tujuan dengan tujuan untuk dinikmati untuk dinikmati kegunaan dari
kegunaan dari benda tersebut tersebut kepada penyewa penyewa dan pihak penyewa,
yaitu orang atau badan hukum yang melakukan penyewaan terhadap barang barang
atau benda yang berasal berasal dari pihak yang menyewakan. menyewakan.

Walaupun memiliki memiliki kriteria kriteria khusus yang harus dipenuhi, pada
dasarnya perjanjian sewa-menyewa tetap harus mengikuti dan mematuhi syarat sahnya
perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata yakni:

13
1) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2) kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3) suatu hal tertentu

4) suatu sebab yang halal.

Maka, dapat disimpulkan unsur-unsur yang harus ada harus ada di dalam di dalam
perjanjian sewa-menyewa antara lain:

1) memberikan kenikmatan suatu barang

2) adanya suatu barang

3) selama/dalam selama/dalam jangka waktu tertentu

4) pembayaran suatu harga.

Selain syarat dan unsur yang harus dipenuhi para pihak dalam perjanjian sewa-
menyewa, kewajiban dari para pihak berdasarkan Pasal 1548 KUHPerdata adalah
sebagai berikut:

1) menyerahkan benda sewaan kepada penyewa yaitu berupa penguasaan benda (bezit),
bukan hak milik

2) pemeliharaan benda yang disewakan oleh pihak yang menyewakan dan wajib
dipenuhi

3) cacat yang terdapat pada benda yang disewakan dan mengganggu pemaiakan
meskipun pihak yang menyewakan tidak mengetahui, maka menjadi tanggungjawabnya

4) adanya Klausula Eksonerasi yaitu pihak yang menyewakan berusaha membatasi atau
meniadakan kewajibannya dengan membuat ketentuan khusus sewa menyewa tertulis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H., Suprijatna, D., & Hakim, A. L. (2016). Analisis Yuridis Tindak Pidana
Penggelapan Yang Timbul Dari Hubungan Sewa Menyewa Mobil Dikaitkan
Dengan Pasal 372 Kuhp. Jurnal Hukum De'rechtsstaat, 2(2), 201-216.

Kondo, C. (2013). Tanggung Jawab Hukum Dalam Perjanjian Sewa Menyewa Rumah
Toko (Ruko). Lex Privatum, 1(3).

Meliala, D. S. (2012). Penuntun Praktis Hukum Perjanjian Khusus: Jual-Beli, Sewa-


Menyewa, Pinjam-Meminjam.
Pohan, M. N., & Hidayani, S. (2020). Aspek Hukum Terhadap Wanprestasi Dalam
Perjanjian Sewa Menyewa Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Jurnal Perspektif Hukum, 1(1), 45-58.

Pradnyaswari, A. A. (2013). Upaya Hukum Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian


Sewa Menyewa Kendaraan (Rent A Car). Jurnal Advokasi, 3(2), 29380.

Rouf, A., Saepudin, A., & Rohmat, S. (2021). Praktik Sewa Menyewa Rental Mobil
Dump Truck Ditinjau Dari Ekonomi Syari’ah Di Cv. Tunggal Perkasa
Purwakarta. Eksisbank (Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan), 5(1), 57-71.

Soleman, C. (2018). Perjanjian Sewa Menyewa Sebagai Perjanjian Bernama


Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Lex Privatum, 6(5).

Wijokangko, M. R. W., & Djajaputra, G. (2022). Peran Pemerintah Daerah Dalam


Masalah Perdata Terkait Sewa-Menyewa Pribadi Ditinjau Dari Peraturan
Perundang-Undangan (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

15
51 Tahun 1960 Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Jurnal Hukum
Adigama, 5(1), 325-348.

Yakin, M. A. (2022). Analisis Prosedur Sewa Aset Tanah Sebagai Rumah Usaha Pada
Pt Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya (Doctoral
Dissertation, Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya).

16

You might also like