You are on page 1of 5

Nama : Dwi Juniardi

Kelas : R2C
NPM : 202215500120
“HUBUNGAN ILMU BANTU ARKELOGI DENGAN ILMU
ARKEOLOGI”
1. Ilmu Arsitektur dengan Arkeologi

Pada dasarnya arkeologi adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa material dari
generasi yang lalu. Seperti penemuan bebatuan yang berbentuk arsitektur
bangunan situs kerajaan pada zaman klasik Hindu Budha. Nah dalam meneliti,
mengkaji penemuan tersebut yang dilakukan para arkeologi membutuhkan
namanya ilmu bantu arkeologi salah satunya ialah ilmu arsitektur. Ilmu
arsitektur ini mengkaji bagaimana struktur bangunan tersebut, nantinya dikaji
kembali untuk mengetahui penemuan struktur bangunan tersebut dari zaman
manakah bangunan tersebut berasal.

Contohnya ialah : Penemuan bebatuan yang berbentuk pondasi bangunan di


Medang kamulan Banjar Rejo, kecamatan gabus Jawa tengah pada Oktober
2015. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dan Balai
Arkeologi Yogyakarta. Bahkan, pada akhir 2016, Guru Besar dan Arkeolog
Museum National d'Histoire Naturelle Prancis, Profesor Francois sempat
berkunjung ke Desa Banjarejo. Ia mengutarakan niatnya akan menggelar
penelitian di Desa Banjarejo. Balai Arkeologi Yogyakarta akhirnya menamai
lokasi penemuan fondasi bangunan dengan struktur batu bata berukuran besar
itu sebagai "Situs Medang". Hingga saat ini para peneliti terus mengkaji
penemuan situs Medang kamulan tersebut.
Sumber : Artikel website, kebudayaan Kemendikbud,
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/nasib-arkeologi-dan-arsitektur-2/
Dan artikel website kompas.com, situs Medang kamulan
https://amp.kompas.com/regional/read/2017/05/01/08410451/menyusuri-jejak-
kerajaan-medang-kamulan-hingga-hewan-purba-di-banjarejo-grobogan

2. Ilmu Paleontologi dengan Arkeologi

Ilmu paleontologi adalah studi tentang fosil-fosil organisme yang telah punah,
seperti dinosaurus, mamalia purba, atau tumbuhan purba. Paleontolog
mempelajari fosil-fosil ini untuk memahami evolusi makhluk hidup dan
kehidupan di masa lalu. Sementara itu, ilmu arkeologi adalah studi tentang
sisa-sisa materi dan budaya manusia yang telah meninggalkan jejak di masa
lalu. Arkeolog menggali dan mempelajari artefak, bangunan, dan struktur
tubuh manusia atau hewan purba, serta mengkaji konteks sejarah dan budaya
di sekitarnya.

Meskipun, Paleontologi hanya membahas tentang mengungkap sisa-sisa


biologis hewan dan tumbuhan purba dan punah untuk mengetahui bagaimana
mereka hidup dan berperilaku. Akan tetapi, Ilmu paleontologi dan ilmu
arkeologi memiliki hubungan erat, meskipun fokus kajiannya berbeda.
Menurut koentjaraningrat, Ilmu paleontologi yang mempelajari dan meneliti
tentang fosil-fosil makhluk dari zaman dahulu, serta memiliki tujuan membuat
suatu rekontruksi tentang evousi-evolusi makhluk secara fisik dari zaman
dahulu hinga sekarang, koentjaraningrat (2009).
Hubungan antara kedua ilmu ini terletak pada penelitian dan pemahaman
tentang masa lalu. Paleontologi memberikan informasi tentang kehidupan
organisme purba, sedangkan arkeologi menyediakan wawasan tentang
kehidupan manusia atau hewan purba. Dalam beberapa kasus, fosil-fosil
tertanam dalam situs arkeologi, atau artefak manusia purba ditemukan bersama
dengan fosil-fosil hewan purba. Ini menciptakan kesempatan bagi para
ilmuwan untuk bekerja sama dan memadukan pengetahuan dari kedua bidang
tersebut.

Contoh : Penemuan fosil gajah purba stegodon di banjarrejo Grobogan pada


2017. Komunitas Peduli Fosil Banjarejo melakukan konservasi fosil di bawah
pengawasan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran. Kepala
Seksi Perlindungan BPSMP Sangiran, Budi Sancoyo, menuturkan, dari tahap
awal pengamatan pihaknya, Kemungkinan besar ini adalah gajah Stegodon,
namun kami akan mengkaji lagi. Dijelaskan Budi, pada tahap awal penelitian,
pihaknya akan melakukan dokumentasi baik melalui foto dan lukisan. Setelah
itu, sambung Budi, pihaknya akan melaksanakan upaya penyelamatan fosil.
Kami akan menggelar riset selama tiga hari dan mengoleksi fosil dengan bahan
kimia untuk memperkuat fosil agar terhindar dari kerusakan. Kami juga akan
tutup dengan terpal, karena upaya pengangkatan masih belum bisa kami
lakukan secepatnya. Kami akan gandeng Pemkab Grobogan juga, jelas Budi.

Dari penemuan tersebut, nantinya para arkeolog akan mengkaji penemuan


tersebut dengan menggunakan kajian ilmu paleontologi dan ilmu arkelogi yang
kemudian dari kajian tersebut akan mengungkap bagaimana evolusi fosil
tersebut dan kehidupan disekitarnya. Hingga akhirnya, dari penemuan tersebut
juga akan mengungkap bahwasanya daerah penemuan fosil tersebut memang
dulunya pernah ada kehidupan hewan purba.
SUMBER:
Artikel website, Earth Home
https://earthathome-org.translate.goog/quick-faqs/paleontology-vs-
archaeology/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
dan kompas
https://regional.kompas.com/read/2017/06/12/20034741/
fosil.gajah.raksasa.ditemukan.di.banjarejo.grobogan?page=all.

3. Ilmu Epigrafi dengan Arkeologi

Ilmu Epigrafi adalah salah satu cabang ilmu arkeologi yang meneliti tentang
benda-benda tertulis dari masa lampau. Salah satu sumber yang menjadi objek
kajian epigrafi adalah prasasti. Menurut Bakker prasasti adalah suatu putusan
resmi atau dokumen yang ditulis diatas batu atau logam, dirumuskan menurut
kaidah-kaidah tertentu, berisikan anugrah dan hak yang dikaruniakan dengan
beberapa upacara (Bakker, 1972:10)

Penggunaan epigrafi itu sendiri terdiri dari rekonstruksi peristiwa masa lalu
yang dikaitkan dengan kondisi ekonomi, sosial, politik, hukum dan keamanan.
Informasi yang terdapat dalam keterangan prasasti dapat mengungkap
informasi dimasa lalu. Informasi tersebut dapat digunakan oleh para sejarawan
dan para arkeolog untuk mengungkap tabir sejarah khususnya yang berkaitan
dengan zaman klasik hindu budha.

Contoh : Penemuan Prasasti tugu, Prasasti Tugu adalah sebuah prasasti batu
yang berasal dari abad ke-5 Masehi peninggalan kerajaan tarumanegara. Isi-
prasasti ini salah satunya ialah menceritakan bagaimana kehidupan ekonomi
pada masa raja punawarman, yang menyebutkan bahwasanya usaha
pembuatan saluran air. Para ahli mengatakan kegunaan saluran air itu sebagai
usaha untuk mengatasi banjir yang selalu melanda usaha pertanian masyarakat
tarumanegara dan juga sebagai saluran perairan pertanian bagi masyarakat.

Prasasti Tugu telah menjadi objek penelitian oleh ahli epigrafi dan arkeologi.
Dalam penelitian ini, prasasti tersebut dianalisis secara epigrafi untuk membaca
dan menerjemahkan isi tulisannya. Tulisan di dalam prasasti ini terdiri dari
aksara Pallawa, yaitu sistem penulisan kuno yang umum digunakan pada masa
itu. Dengan menggunakan ilmu epigrafi, para ahli dapat membaca dan
mengartikan isi prasasti, termasuk identifikasi penulisnya, tujuan pembuatan
prasasti tersebut, dan konteks sejarahnya. Selain itu, studi arkeologi juga
dilakukan untuk mempelajari konteks fisik dan lingkungan sekitar penemuan
prasasti.

Sumber : Artikel Jurnal, (Shalihah Sri Prabrani, FIB, UI, 2009, Prasasti Mataji
973, Jurnal FIB UI, https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127255-RB03S161p-
Prasasti%20Mataji-Pendahuluan.pdf , diakses pada 23 Oktober 2023)

You might also like