You are on page 1of 7

RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PERADILAN DI

INDONESIA

Di
S
U
S
U
N
OLEH:

1. DARA ASRIYANI (KETUA)


2. MUHAMMAD WANDANI (ANGGOTA)
3. SITI SUVIA (ANGGOTA)

GURU PENDAMPING: CHARINA ULFA, S.Pd

SMA NEGERI 5 ACEH BARAT DAYA


PROVINSI ACEH
RESTORATIVE JUSTICE DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia sudah semestinya mengetahui pentingnya pilar dan sistem
hukum yang berlaku di Indonesia. Hal ini bertujuan agar masyarakat tahu proses peradilan
yang adil dan kepastian hukum di dalam pengambilan keputusan tindak suatu pidana. Akan
tetapi, sampai saat ini masih banyak sistem hukum peradilan di Indonesia yang masih banyak
masalah dan masih diperlukannya pembenahan serta perbaikan. Bersumber dari Media
Indonesia, salah satu contoh kasus yang terjadi pada seorang nenek yang dikenal dengan
panggilan nenek Asyani yang dituntut dengan hukuman 5 tahun penjara karena telah mencuri
kayu jati dari kawasan hutan produksi pada tahun 2014 silam. Sama seperti kasus yang juga
diketahui masyarakat luas, dimana seorang siswa SMP mencuri voucher dan seorang nenek
yang mencuri 3 buah kakao milik majikannya, sehingga mereka diadili dengan proses
peradilan yang formal yaitu melalui persidangan pidana di pengadilan. Hal ini tidak berlaku
adil dengan kasus korupsi yang terkadang tuntutan hukuman yang diberikan lebih ringan dan
kadang bersifat tertutup.
Hukum di Indonesia masih banyak meninggalkan kecacatan, dimana sistem hukum
tindak pidana di Indonesia hanya berfokus pada pelaku kejahatan tanpa melihat kepentingan
dan kebutuhan korban dari tindak pidana. Seperti Arief & Ambarsari (2018) yang
mengatakan bahwa sistem peradilan pidana di Indonesia tidak banyak mengatur tentang
korban sehingga rasa keadilan dari penegakkan hukum belum bisa dinikmati oleh
masyarakat.
Sistem pengadilan di Indonesia yang diharapkan oleh banyak lapisan masyarakat
adalah sistem yang dapat menghasilkan keputusan yang adil dan bijak baik untuk korban
ataupun pelaku tindak pidana dengan melibatkan masyarakat yang terkait didalam suatu
lingkungan. Dimana hal ini bertujuan agar kepentingan korban dapat terpenuhi dan pelaku
mendapatkan sanksi yang sesuai. Keadilan yang selama ini berlangsung dalam sistem
peradilan pidana di Indonesia adalah keadilan retributive. Sedangkan yang diharapkan adalah
keadilan restoratif, yaitu keadilan ini adalah suatu proses dimana semua pihak yang terlibat
dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan masalah bagaimana
menangani akibatnya dimasa yang akan datang (Arief & Ambarsari, 2018).
Dengan adanya keadilan restorative ini, diharapkan dapat membantu masyarakat agar
mendapatkan keadilan yang adil dari sistem hukum yang berlaku. Dimana dengan adanya
keadilan restorative ini dapat membantu memenuhi kepentingan korban setelah adanya
tindakan kerugian dari pihak pelaku. Seperti contoh kasus yang memberlakukan keadilan
restoratif yang bersumber dari news.detik.com (26 Juni 2022) bahwa jaksa memberhentikan
kasus seorang pria yang mencuri untuk membayar tunggakan kontrakan. Pria tersebut
disangka telah melanggar pasal 362 KUHP tentang pencurian, akan tetapi jaksa memberikan
keadilan restorative dengan mempertimbangkan desakan dan keterpaksaan karena faktor
ekonomi dan kebutuhan hidup dan korban dari tindak pidana memaafkan pelaku dan hanya
meminta ganti rugi atas apa yang telah dicuri.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan masyarakat dalam proses restorative justice?
2. Bagaimana penerapan restorative justice di dalam sistem peradilan Indonesia?

2. Kajian Pustaka
a. Restorative Justice
Keadilan restoratif merupakan filosofi hukum baru yang merupakan gabungan dari
teori pemidanaan yang ada. Keadilan restoratif yang berorientasi pada penyelesaian perkara
yang memfokuskan perhatian kepada pelaku, korban maupun masyarakat. Di sini keadilan
restoratif mengandung nilai teori pemidanaan yang klasik yang terfokus pada upaya
pemulihan korban yang terdapat dalam teori pemidanaan retributif, deterrence,
rehabilitation, resocialization (Flora, 2018). Hal yang sama juga disampaikan oleh Syahrin
(2018) yang mengatakan bahwa keadilan restoratif adalah model penghukuman yang
dijatuhkan oleh pengadilan berdasarkan pemulihan hak korban. Hukuman yang dijatuhkan
pengadilan kepada pelaku bertujuan untuk semaksimal mungkin mengembalikan keadaan
korban tindak pidana sebelum terjadinya peristiwa pidana.
Arief & Ambarsari (2018) mengatakan bahwa keadilan restoratif atau restorative
justice mengandung arti suatu pemulihan hubungan dan penebusan kesalahan yang ingin
dilakukan oleh pelaku tindak pidana (keluarganya) terhadap korban tindak pidana tersebut
(keluarganya) (upaya perdamaian) di luar pengadilan dengan maksud dan tujuan agar
permasalahan hukum yang timbul akibat terjadinya perbuatan pidana tersebut dapat di
selesaikan dengan baik dengan tercapainya persetujuan dan kesepakatan di antara para pihak.
Keadilan restorative juga bertujuan untuk memberdayakan para korban, pelaku, keluarga dan
masyarakat untuk memperbaiki suatu perbuatan melawan hukum dengan menggunakan
kesadaran dan keinsyafan sebagai landasan untuk memperbaiki kehidupan bermasyarakat
(Flora, 2018).
Sehingga dapat dikatakan bahwa keadilan restoratif atau restorative justice
merupakan suatu pendekatan upaya peradilan dalam penyelesaian perkara pidana dengan
mengedepankan pemulihan terhadap korban, pelaku, dan masyarakat. Prinsip utama
restorative justice adalah adanya partisipasi korban dan pelaku, serta partisipasi masyarakat
sebagai fasilator dalam penyelesaian kasus tindak pindana, sehingga akan ada jaminan bahwa
pelaku tidak lagi mengganggu harmoni yang sudah tercipta di masyarakat.

b. Penerapan Prinsip Keadilan Restoratif.


Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum tahun 2020
tentang pedoman penerapan restorative justice di lingkungan peradilan umum menyatakan
bahwa prinsip peradilan restoratif adalah salah satu prinsip penegakan hukum dalam
penyelesaian perkara yang dapat dijadikan instrument pemulihan dan sudah dilaksanakan
oleh Mahkamah Agung dalam bentuk pemberlakuan kebijakan. Prinsip dasar keadilan
restoratif yang dimaksudkan dalam surat keputusan ini adalah dengan adanya pemulihan
kepada korban yang menderita akibat kejahatan dengan memberikan ganti rugi kepada
korban, perdamaian, pelaku melakukan kerja sosial maupun kesepakatan lainnya.
Prinsip dari restorative justice adalah dengan memperhatikan mekanisme dari tata
cara dan peradilan pidana yang berfokus pada pemidanaan diubah menjadi proses dialog dan
mediasi untuk menciptakan kesepakatan atas penyelesaian perkara pidana yang lebih adil dan
seimbang bagi pihak korban dan pelaku (Andriyanti, 2020). Hal senada juga disampaikan
oleh Flora (2018) yang menyatakan bahwa mekanisme penyelesaian perkara berdasarkan
keadilan restoratif didasarkan pada musyawarah mufakat dimana para pihak diminta
berkompromi untuk mencapai sebuah kesepakatan. Oleh karena itu, setiap individu diminta
untuk mengalah dan menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi demi
menjaga keharmonisan bersama.
Lebih lanjut Flora (2018) juga menambahkan bahwa prinsip-prinsip keadilan
restoratif secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah model penyelesaian perkara di luar
lembaga pengadilan atau atau sering disebut dengan out of court settlement yang lebih
memperhatikan keadilan, tujuan dan keinginan para pihak dengan konsep victim awareness
work.
Hukum yang adil dalam peradilan restoratif memiliki syarat yang adil yaitu dengan
tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang, dan sudah seharusnya berpihak
pada nilai kebenaran yang berlaku sesuai dengan undang-undang serta mempertimbangkan
kesetaraan hak kompensasi dan keseimbangan dalam setiap aspek hidup. Keadilan restoratif
dapat dilaksanakan melalui: mediasi korban, musyawarah kelompok keluarga, pelayanan di
masyarakat yang bersifat pemulihan baik bagi korban maupun pelaku (Arief & Ambarsari,
2018). Sehingga dapat dikatakan bahwa keadilan restotratif tidak hanya mementingkan
hukuman atau sanksi terhadap pelaku tindak pidana, tetapi juga mementingkan kebutuhan
dari para korban tindak pidana sesuai dengan hukum keadilan yang disesuaikan dengan
undang-undang yang berlaku.

3. Metode Penulisan/Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode penelitian kajian
literature terhadap sistem hukum peradilan di Indonesia. Metode penelitian kajian literature
atau juga dikenal dengan studi kepustakaan adalah metode penelitian yang melakukan kajian
dan telaah terhadap teori-teori yang berkaitan dengan topik yang berkaitan (Nazir, 1998:
112). Jenis pendekatan yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang bersifat
kualitatif. Sehingga penelitian ini dapat menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, serta
mengembangkan konstruksi hukum penerapan prinsip keadilan restoratif dalam sistem
peradilan pidana di Indonesia
Teknik pengumpulan data dalam penelitian studi literatur yang digunakan adalah dengan
mengumpulkan beberapa sumber buku, literature review, artikel ilmiah dan jurnal-jurnal
ilmiah tentang restorative justice. Menurut Darmadi (2011), penelitian studi literature
dilakukan setelah peneliti menentukan topic penelitian yang akan dikaji dan ditetapkan
rumusan masalah sebelum melakukan pengumpulan data yang diperlukan.

4. Isi
Indonesia merupakan negara yang memiliki aturan atau undang-undang yang telah
mengatur tata cara pelaksaan hukum peradilan formal tentang hukum pidana. Akan tetapi,
dikatakan dalam sebuah uraian menurut Bagir Manan (Rudi, 2008) bahwa penegakan hukum
indonesia bisa dikatakan “communis opinio doctorum”, yang artinya bahwa penegakan
hukum yang sekarang dianggap telah gagal dalam mencapai tujuan yang diisyaratkan oleh
Undang-Undang. Oleh karena itu, diperkenankanlah sebuah alternatif peradilan hukum, yaitu
sistem peradilan restoratif atau Restorative Justice, dimana pendekatan yang digunakan ini
merupakan pendekatan sosiokultural dan bukan hanya pendekatan normatif.
Pendekatan keadilan restoratif dengan persyaratan tertentu wajib mendayagunakan,
membuka kesempatan dan kemungkinan seluas-luasnya bagi korban tindakan pidana untuk
memperoleh restitusi atau reparasi, rasa aman, memungkinkan pelaku tindak pidana untuk
memahami sebab dan akibat dari perilakunya dan bertanggungjawab dengan cara yang berarti
dan memungkinkan masyarakat untuk memahami sebab utama terjadinya kejahatan, untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencegah kejahatan terulang kembali (Muladi,
2019).
Menurut pandangan konsep restorative justice penanganan kejahatan yang terjadi
bukan hanya menjadi tanggung jawab negara akan tetapi juga merupakan tanggung jawab
masyarakat. Oleh karena itu konsep restorative justice dibangun berdasarkan pengertian
bahwa kejahatan yang telah menimbulkan kerugian harus dipulihkan kembali baik kerugian
yang diderita oleh korban tindak pidana maupun kerugian maupun yang di tanggung oleh
masyarakat. Keterlibatan anggota masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu
memperbaiki kesalahan dan penyimpangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat.
Pemberian penghargaan dan penghormatan pada korban tindak kejahatan dengan mewajibkan
pelaku kejahatan dengan melakukan pemulihan terhadap tindakan kejahatan yang telah
dilakukannya. Pemulihan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana ini bisa berupa ganti rugi,
pekerjaan sosial atau melakukan sesuatu perbaikan atau kegiatan tertentu sesuai dengan
keputusan bersama yang telah disepakati (Arief & Ambarsari, 2018lora (2018) yang
menyampaikan bahwa penyelesaian perkara dengan pendekatan keadilan restoratif pada
umumnya dilakukan dengan menerapkan ganti rugi oleh pelaku dan keluarganya kepada
korban dan/atau keluarganya serta kepada masyarakat (Flora, 2018).
Model penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif merupakan suatu proses di
luar peradilan formal yang dijalankan dengan memperhitungkan pengaruh yang lebih luas
terhadap korban tindak kejahatan, pelaku tindak kejahatan dan masyarakat yang berada dalam
lingkungan yang bersangkutan. Dapat disimpulkan bahwa pelaku tindak kejahatan memiliki
kesempatan untuk terlibat dalam pemulihan keadaan (restorasi), kemudian masyarakat juga
ikut berperan penting dalam melestarikan perdamaian dengan membantu memperbaiki
kesalahan dan pihak pengadilan memiliki peran dalam menjaga ketertiban umum sebagai
bentuk upaya kepastian hukum dalam sistem peradilan di Indonesia.

5. Penutup
Negara Indonesia adalah negara hukum. Penegakan hukum pidana di Indonesia harus
dilaksanakan secara terintegrasi yakni dalam koridor sistem peradilan pidana yang terpadu
sebagaimana diatur secara tegas dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Salah satu
pendekatan keadilan yang dapat bersifat adil adalah restorative justice. Restoratif justice
merupakan suatu pendekatan keadilan yang memfokuskan kepada kebutuhan dari pada para
korban, pelaku tindak kejahatan, dan juga melibatkan peran masyarakat, bukan hanya semata-
mata memenuhi ketentuan hukum atau semata-mata penjatuhan pidana terhadap pelaku.
Masyarakat yang berada dalam lingkungan bersangkutan memiliki peranan penting dalam
membantu proses keadilan restoratif ini.
Dalam proses penerapan keadilan restoratif ini, meliputi kegiatan mediasi anatara
korban dan pelaku tindak kejahatan, dimana masyarakat ikut terlibat dalam proses keadilan
restorative, dan pengadilan sebagai tempat atau wadah dalam proses mediasi yang
berlangsung. Di dalam restorative justice focus penyelesaiannya kasus bukan hanya kepada
pelaku kejahatan, tetapi juga terhadap kepentingan dan kerugian dari pihak korban.

Daftar Pustaka
Andriyanti, Eka F. (2020). Urgensitas implementasi restorative justice dalam hukum pidana
Indonesia. Jurnal Education and Development, vol 8 (4).
Arief, H dan Ambarsari, N. (2018). Penerapan prinsip restorative justice dalam sistem
peradilan pidana di Indonesia. Al-Adl: Jurnal Hukum, vol X (2).
Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Flora, Henni Saida. (2018). Keadilan restoratif sebagai alternatif dalam penyelesaian tindak
pidana dan pengaruhnya dalam sistem peradilan pidana di Indonesia. UBELAJ, vol 3
(2).
Muladi. (2019). Implementasi Pendekatan “Restorative Justice” dalam Sistem Peradilan
Anak, Semarang.
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rudi, Rizky. (2008) (ed), Refleksi Dinamika Hukum (Rangkaian Pemikiran dalam Dekade
Terakhir), Perum Percetakan Negara Indonesia, Jakarta.
Syahrin, M. Alvin. (2018). Penerapan prinsip keadilan restoratif dalam sistem peradilan
pidana terpadu. Majalah Hukum Nasional, No 1.

You might also like