You are on page 1of 15

JENIS-JENIS PASAR, HUKUM ANTI MONOPOLI DAN PERSAINGAN

TIDAK SEHAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis


Dosen Pengampu: Ibu Istianah Asas, S.E.,M.Ec.,Dev.

Kelompok 8

Tika Damayanti (2022210077)

Nabila Titanea Arum (2022210177)

Yunita Anggraini Imtiyaz Efendi (2022210265)

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MADURA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Jenis-jenis pasar, Hukum Anti
Monopoli dan Persaingan Tidak sehat.” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hukum Bisnis . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Istianah Asas, S.E.,M.Ec.,Dev. selaku
dosen mata kuliah Hukum Bisnis program S1 Manajemen.. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, penulis selaku penyusun makalah ini menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar makalah ini bisa tersusun lebih baik lagi. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Pamekasan, 02 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB 2...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
1. Bentuk Struktur Pasar............................................................................................................5
2. Ruang Lingkup Hukum Anti Monopoli.................................................................................8
3. Tujuan Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Diciptakan.......................................10
4. Sanksi Yang Akan Dikenakan Dalam Masalah Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat...11
BAB 3..................................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Indonesia merupakan salah satu negara besar di Asia Tenggara
dan juga negara Indonesia merupakan negara berkembang di kawasan Asia Tenggara
yang memiliki tingkat populasi penduduk yang tinggi sehingga perekonomian di
Indonesia harus selalu baik guna dapat meningkatkan taraf hidup penduduknya.
Semakin banyaknya bermunculan pelaku-pelaku bisnis baru maka dipastikan makin
ketatnya persaingan diantara pelaku bisnis tersebut. sehingga diharapkan terjadinya
pembangunan dalam bidang ekonomi yang mengarah terwujudnya kesejahteraan
rakyat.
Sejak dahulu juga masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat senang dan
mudah gotong-royong. Terkadang tindakan bersaing atau berkompetisi secara tidak
sehat tidak memiliki tempat di masyarakat kita suka bergotong-royong Namun pada
kenyataannya, pada era globalisasi dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi membuat semakin banyak pelaku usaha berlomba-lomba meningkatkan
taraf hidup masing-masing, semakin banyak timbul persaingan usaha yang tidak
sehat. Salah satu hal yang terjadi mengenai timbulnya persaingan usaha yang tidak
sehat contohnya para pengusaha yang dekat dengan atau memiliki koneksi dengan elit
kekuasaan memiliki kemudahan- kemudahan yang berlebihan sehingga berdampak
kesenjangan sosial. Munculnya sekelompok kecil pengusaha kuat yang tidak
didukung dengan semangat kewirausahaan sejati merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan. perekonomian menjadi sangat rapuh dan tidak mampu bersaing
secara sehat.
Melihat kondisi tersebut diatas, kita dituntut untuk mencermati dan menata
kembali kegiatan usaha di Indonesia yang sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan
tujuan perekonomian Indonesia yaitu yang tertera dalam Undang-undang no.5 tahun
1999 yaitu tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
agar dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan benar sehingga
terciptanya iklim persaingan yang sehat sehingga terhindar dari bentuk praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang di atas, maka permasalahannya sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk struktur pasar?
2. Apa saja ruang lingkup hukum anti monopoli?
3. Bagaimana tujuan anti monopoli dan persaingan usaha tidak sehat diciptakan?
4. Sanksi apa saja yang akan dikenakan dalam masalah monopoli dan persaingan tidak
sehat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bentuk struktur pasar
2. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup anti monopoli
3. Untuk mengetahui dan memahami tujuan anti monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat diciptakan
4. Untuk mengetahui dan memahami sanksi yang akan dikenakan dalam masalah
monopoli dan persaingan tidak sehat

BAB 2

PEMBAHASAN

1. Bentuk Struktur Pasar


Dalam ketentuan pasal 1 butir (11) UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk
tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha
dan kinerja pasar, antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan
keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.
Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar dapat diklasifikasikan menjadi dua macam
yaitu
Struktur dari pasar dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna merupakan suatu bentuk interaksi antara permintaan
dengan penawaran dimana jumlah pembeli dan penjual tidak terbatas. Dalam
pasar persaingan sempurna, jumlah perusahaan sangat banyak dan kemampuan
setiap perusahaan dianggap sedemikian kecilnya, sehingga tidak mampu
mempengaruhi pasar. Teori pasar persaingan sempurna dibuat atas dasar dua
asumsi penting yang berkenaan dengan perilaku perusahaan individual dan yang
berkenaan dengan industri. Dalam kaitan dengan perusahaan, diasumsikan bahwa
perusahaan dalam pasar persaingan sempurna merupakan perusahaan penerima
harga pasar (price taker). Artinya ,Pasar persaingan sempurna ini memiliki
banyak penjual atau pembeli yang sama-sama mengerti keadaan pasar. Barang
yang diperjualbelikan dalam pasar sempurna adalah sejenis (homogen). Selain
itu, penjual atau pembeli tidak bebas menentukan harga karena sudah ditentukan
oleh pasar itu sendiri (keseluruhan permintaan dan penawaran). contoh dari pasar
persaingan sempurna yang ada di Indonesia yaitu; Pasar beras,karena jumlah
penjual dan pembeli beras sangat banyak. Selain itu di pasar beras juga seluruh
penjualnya. menjual yang seragam yaitu beras yang sudah menjadi kebutuhan
pokok masyarakat Indonesia. Selain itu di pasar beras juga para penjual atau
pembeli tidak bisa mempengaruhi harga beras, karena sama-sama tidak memiliki
kekuatan untuk mengendalikan harga dan hanya mengikuti harga pasar yang
berlaku. Biasanya untuk pasar jenis ini mudah ditemukan. di dalam kehidupan
sehari-hari dan bisa dibilang berada disekitar Anda. Karena sebenarnya sistem
seperti ini sudah lama diadopsi oleh para pelaku usaha di Indonesia.. Bentuk
pasar dengan persaingan sempurna (perfect competition) ditandai oleh sifat-sifat
berikut:
1. Jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak.
2. Komoditas yang diperjual belikan adalah homogen.
3. Perusahaan adalah penerima harga (price taker).
4. Tidak adanya penetapan-penetapan dari luar yang bersifat memaksa baik
terhadap permintaan, penawaran ataupun terhadap harga dari komoditas yang
diperjualbelikan.
5. Setiap perusahaan mudah keluar atau masuk industri
b. Pasar Persaingan Tidak Sempurna
Pasar persaingan tidak sempurna sebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan
pembeli yang tidak sebanding atau tidak seimbang. Bentuk-bentuk pasar
persaingan tidak sempurna yaitu;
1. Monopoli
Pengertian monopoli berdasarkan pasal 1 butir (1) undang-undang anti
monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan
atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok
pelaku usaha. Pasar monopoli murni adalah pasar dengan pengusaha tunggal,
sehingga tidak dimungkinkan terjadinya substitusi yang sempurna terhadap
komoditas yang ditawarkan oleh si peng-usaha monopoli (monopolis). Hal ini
bukan berarti barang substitusi tidak mungkin ada dalam struktur pasar
monopoli, namun harga produk lain dapat turun secara signifikan tanpa
menyebabkan produk monopolis menjadi tidak laku karena penurunan harga
berarti permintaan produk monopolis tidak akan dipengaruhi oleh penurunan
harga barang lain.Dengan demikian monopolis tersebut tidak memiliki
pesaing. Pengusaha tunggal tersebut menetapkan kebijakan harga jual,
kuantitas produksi serta kebijakan-kebijakan lainnya. Dalam pasar monopoli
pengusahanya adalah tunggal tetapi penjual dari komoditas monopoli bisa saja
banyak. Pasar monopoli dicirikan oleh kondisi berikut:
1. Industri yang terdiri dari satu perusahaan.
2. Tidak memiliki komoditas pengganti yang mirip (close substi-tute).
3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk kedalam industri
4. Promosi atau iklan kurang diperlukan.
Contoh dari pasar monopoli yaitu PT Pertamina,PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN),Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),Badan Usaha Logistik
(Bulog),PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), merupakan penyedia
layanan transportasi laut.
2. Monopolistik
Pasar persaingan monopolistik didefinisikan sebagai pasar dengan banyak
produsen yang menghasilkan komoditas yang berbeda karakteristik
(differentiated product). Pasar persaingan monopolistik lebih mendekati
struktur pasar per-saingan sempurna yang dicirikan dengan banyak perusahaan
yang ber-partisipasi di pasar, tanpa batasan masuk industri yang serius tetapi
perusahaan-perusahaan yang berkiprah di pasar tersebut menghasilkan
komoditas yang berbeda karakteristik. Jenis pasar ini juga seringkali hanya
menawarkan satu jenis produk namun dengan kualitas, bentuk,
ukuran ,pengemasan dan pemasaran produk yang berbeda. Di dalam pasar
monopolistik, para konsumen akan merasakan adanya sebuah perbedaan dari
ciri khas pada setiap produk yang ditawarkan oleh satu produsen dengan
produsen lainnya.Dengan adanya perbedaan pada setiap produk yang
ditawarkan, itu akan mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya diantara
produk-produk yang akan dibeli. Tapi mungkin saja, perbedaan yang tercipta
hanyalah persepsi dari masing-masing konsumen saja. Dimana produk yang
ditawarkan oleh berbagai produsen yang ada di pasar memang berbeda.
Misalnya saja, shampoo,air mineral,kosmetik dan lainnya. Meskipun fungsi
shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut akan tetapi setiap produk
yang dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus misalnya
perbedaan aroma,perbedaan warna ,kemasan dan sebagainya.
Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut:
1. Terdapat banyak penjual dan pembeli.
2. Barang produksinya bersifat berbeda corak (differentiated product).
3. Adanya kemudahan untuk masuk dan keluar pasar.
4. Promosi iklan sangat diperlukan.
3. Oligopoli
Pasar oligopoli adalah tempat jual beli yang terdiri dari beberapa macam jenis
perusahaan sehingga perilaku dari salah satu perusahaan cenderung akan
berpengaruh secara drastis terhadap pengusaha yang lain yang ikut
didalamnya dan akhirnya akan ada sifat yang saling ketergantungan diantara
perusahaan satu dengan perusahaan yang lainya yang ikut didalam pasar
oligopoli. Dibeberapa macam bentuk pasar persaingan tidak sempurna, para
pelaku dalam pasar oligopoli cenderung menunjukkan perilaku berkompetitif
yang paling berat. Secara harfiah “oligopoli“ berarti hanya ada beberapa
penjual di pasar boleh dikatakan oligopoli merupakan bagian tengah dari
monopolystyc competition. Dalam monopolistyc competition, perusahaan atau
pengusaha hanya dapat menentukan nominal harga pada angka tertentu karena
bila ia kedapatan menjual di luar harga kisaran tersebut, pengusaha atau
perusahan lain yang menjual barang atau jasa yang sejenis akan merebut
customernya.
Faktor lahirnya pasar oligopoli
terbentuknya pasar oligopoli disebabkan karena beberapa sebab. Berikut
faktornya
1. Adanya penerapan efisiensi skala besar-besaran
Penerapan efisiensi skala besar erat hubungannya dengan adanya efisiensi
teknis atau teknologi dan efisiensi ekonomi atau biaya produksi. Adanya
hal ini akan berpengaruh pada faktor keuntungan yang didapat oleh
pengusaha sesuai dengan tingkat efisiensi yang diterapkan.
2. Adanya kompetensi manajemen yang lebih komplek
Dengan adanya persaingan yang lebih leluasa dalam transaksi di pasar,
maka dengan ini adanya ini produsen akan melakukan langkah-langkah
strategis untuk dapat berkompetisi dengan produsen lainnya.Dalam hal
ini tentu akan sangat penting apalagi dengan keadaan pasar yang
memberikan kebebasan bersaing antara satu dengan yang lain dengan
tingkat yang lebih kompleks. Akibat dari persaingan yang kalah dan tidak
mampu dalam menentukan strategi yang lebih benar dalam hal aktivitas
produksi akan berdmpak dan terlihat pada sedikitnya jumlah pengusaha
yang terjun ke pasar ini dan inilah mengapa alasan jumlah perusahaan
dalam pasar ini (oligopoli) sedikit.
Ciri-ciri pasar oligopoly
1. Barang yang dijual belikan biasanya yaitu homogen atau seragam akan
tetapi berbeda atau terdiferensiasi Contohnya yaitu rokok dengan
berbagai aneka rasa, telepon seluler dengan adanya berbagai macam
teknologi canggih dengan berbagai macam tampilan dan lain lain
2. Pengusaha di pasar oligopoli biasanya memiliki ketrampilan dalam
menentukan nominal harga suatu barang atau jasa karena dengan
adanya perbedaan antarai peroduk satu dengan produk lain yang
ditawarkan
3. Para pengusaha bersaing sangat komplek antara pengusaha satu dengan
pengusaha lainnya.Persaingan terutama melalui gerakan marketing
secara bombastis dengan tentunya perang harga. Perang harga yang
dimaksud disini yaitu terjadi ketika perusahaan pertama bermaksud
untuk menurunkan nominal harga agar memperoleh konsumen atau
pembeli pasar yang lebih besar, namun diikuti dengan penurunan
nominal harga oleh perusahaan pesaing, Sehingga pada akhirnya
konsumen atau pembeli pada pasar yang diperoleh oleh para
perusahaan adalah tetap, namun dengan harga jual yang lebih rendah.
4. Pengusaha baru dapat terjun kedalam pasar oligopoli ini meskipun sulit
dalam bersaing.Didalam pasar oligopoli dibutuhkan modal besar untuk
bersaing. Apabila perusahaan yg lebih dulu berada dipasar ini
kemudian perusahaan ini menurunkan nominal harga secara signifikan
(predatory pricing) hal inilah yang membuat perusahaan baru ini sulit
bertahan dalam pasar ini.
5. Sistem harga yang kaku
Karena sifat yang hanya terdiri dari berbagai macam pengusaha saja
dalam pasar ini, maka dari itu sifat antara satu perusahaan dengan
perusahaan lain akan menjadi sangat terasa berpengaruh bagi produsen
lain, sehingga menimbulkan ketergantungan dari masing-masing
strategi atau tindakan yang diambil. Ketergantungan utamanya terjadi
dalam hal penetapan nominal harga, dimana penetapan harga yang
dilakukan oleh satu perusahaan akan segera diikuti oleh perusahaan
lain, asehingga pada akhirnya memunculkan kekakuan atau hampir
sama dalam nominal harga di tingkat tertentu yang terjadi pada pasar
oligopoli.
2. Ruang Lingkup Hukum Anti Monopoli
Berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1999, maka ruang lingkup antimonopoli
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perjanjian yang dilarang. Perjanjian yang dilarang sebagaimana dimaksud
dalam UU No. 5 Tahun 1999 mencakup
a. Oligopoli,Pasal 4 UU No. 5 Tahun 1999 melarang pelaku usaha membuat
perjanjian yang dibuat antara pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Penetapan
harga,
Dalam hal ini, hukum melarang perjanjian yang menetapkan harga sebagai
berikut.
b. Penetapan harga,diatur dalam UU No.5 Tahun 1999. Perjanjian untuk
menetapkan harga antara satu pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya
juga dapat mengakibatkan persaingan tidak sehat, oleh karenanya hukum anti
monopoli melarang perjanjian ini. Akibat dari perbuatan price fixing tersebut
dapat berdampak buruk dalam dunia usaha karena tidak hanya merugikan
para pesaing lainnya, tetapi juga konsumen. Dalam hal ini,hukum melarang
perjanjian yang menetapkan harga sebagai berikut:
1. Penetapan harga yang sama antara pelaku usaha dengan pesaingnya,
kecuali (Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999):
a) suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b) suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
2. Penetapan harga yang berbeda terhadap barang dan/atau jasa yang sama
(Pasal 6 UU No. 5 Tahun 1999). Perjanjian penentuan harga yang berbeda
terhadap beberapa pembeli tetap mengakibatkan harga barang dan jasa itu
tidak diserahkan kepada kekuatan pasar dan masuk ke dalam persaingan
usaha tidak sehat
3. Penetapan harga di bawah harga pasar dengan pelaku usaha lain (Pasal 7
UU No. 5 Tahun 1999). Larangan pembuatan perjanjian yang berisikan
penetapan harga barang atau jasa di bawah harga pasar atau yang dikenal
dengan istilah "anti dumping" atau banting harga.
4. Penetapan minimum harga jual kembali (Pasal 8 UU No. 5 Tahun
1999).
c. Pembagian wilayah, Diatur dalam pasal 9 UU No.5 Tahun 1999. Yaitu
membagi wilayah untuk memasok pasar terhadap barang dan atau jasa
memeroleh atau memasok barang dan/atau jasa.
d. Pemboikotan, Diatur dalam pasal 10 UU No.5 Tahun 1999. Pemboikotan
dianggap menghambat persaingan usaha karena menghalangi pesaing atau
pihak ketiga membeli atau menjual barang dan jasa
e. Kartel, Diatur dalam pasal 11 UU No.5 Tahun 1999. Kartel adalah suatu kerja
sama di antara produsen/pedagang, yang bertujuan untuk mengawasi
produksi, penjualan harga, untuk melakukan monopoli terhadap komoditas
atau industri tertentu.
f. Trust, Diatur dalam pasal 12 UU No.5 Tahun 1999. adalah kerja sama dengan
membentuk gabungan perusahaan atau membentuk perusahaan yang lebih
besar, tetapi dengan tetap mempertahankan eksistensi dari masing-masing
perusahaan anggota tersebut,
g. Oligopsoni, Diatur dalam pasal 13 UU No.5 Tahun 1999. Yang hanya
dikuasai oleh dua atau tiga pembeli
h. Integrasi vertikal,Diatur dalam pasal 14 UU No.5 Tahun 1999. Integrasi
vertical adalah penguasaan serangkaian proses produksi mulai dari hulu
sampai hilir, atau proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh
seorang pelaku usaha tertentu.
i. Perjanjian tertutup, Diatur dalam pasal 15 UU No.5 Tahun 1999. Perjanjian
tertutup adalah perjanjian yang dapat membatasi kebebasan pelaku usaha
tertentu untuk memilih sendiri pembeli, penjual, atau pemasok.
j. Perjanjian dengan pihak luar negeri,Diatur dalam pasal 16 UU No.5 Tahun
1999, Perjanjian dengan pihak di luar negeri yang dilarang adalah apabila
perjanjian dengan pihak di luar negeri memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak
seha
2. Kegiatan yang dilarang. Kegiatan yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam
UU No.5 Tahun 1999 mencakup
a. Monopoli,Pasal 17 17 UU No. 5 Tahun 1999) melarang pelaku usaha
melakukan monopoli yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
b. monopsoni, ketentuan Pasal 18 dapat ditarik kesimpulan bahwa monopsoni
adalah penguasaan penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan/atau jasa dalam pasar yang bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak
sehat.
c. Penguasaan pasar,Di bawah judul "Penguasaan Pasar" UU No. 5 Tahun 1999
melarang pelaku usaha, baik sendiri ataupun secara bersama-sama melakukan
kegiatan-kegiatan yang diuraikan dalam Pasal 19 - Pasal 24.
d. Persekongkolan, Mengingat bahwa UU No. 5 Tahun 1999) persekongkolan
(conspiracy) selalu dilakukan oleh dari satu pelaku, sebenarnya tindakan ini
bisa diatur di dalam kategori "perjanjian yang dilarang".
3. Penyalahgunaan posisi dominan. Dikemukakan dalam Penyelahgunaan posisi
dominan (pasal 25 UU No. 5 Tahun 1999) jabatan rangkap(Pasal 26 UU No.5
Tahun 1999), kepemilikan saham (pasal 27 UU No. 5 Tahun 1999) dan merger,
akuisisi, dan konsolidasi.( pasal 28-pasal 29 UU No.5 Tahun 1999)
4. Hal-hal yang dikecualikan, UU No. 5 Tahun 1999. Beberapa hal yang
dikecualikan sebagai berikut.
a. Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual
c. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa yang tidak
mengekang dan atau menghalangi persaingan.
d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat ketentuan untuk
memasok kembali barang dan atau jasa dengan harga yang lebih rendah
daripada harga yang telah diperjanjikan.
e. Perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar
hidup masyarakat luas.
f. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
g. Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri.
5. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Merupakan Lembaga negara yang
dibentuk secara khusus untuk mengawasi UU No.5 tahun 1999serta menangani
praktik monopoli dan persaigan usaha tidak sehat
3. Tujuan Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Diciptakan
Dalam melakukan usaha di Indonesia, pelaku usaha harus berasaskan demokrasi
ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan umum dan pelaku
usaha. Sementara itu tujuannya yakni sebagai berikut:
a. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
b. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi
pelaku usaha besar, menengah, dan kecil.
c. Mencegah praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan
oleh pelaku usaha.
d. Menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.

4. Sanksi Yang Akan Dikenakan Dalam Masalah Monopoli dan Persaingan


Tidak Sehat
peranan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam melakukan pengawasan
terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan bagaimana sanksi
hukum terhadap pelaku praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, di mana dengan metode
penelitian hukum normatif disimpulkan:
1. Peranan KPPU (pasal 36 UU Anti Monopoli ) dalam pengawasan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah Undang – Undang Anti
Monopoli dengan tugas dan wewenang yang begitu yang begitu luas mulai dari
menerima laporan dari masyarakat atau dari pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, melakukan
penelitian tentang dugaan adanya praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat, melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan praktek
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, memutuskan dan menetapkan ada
tidaknya dipihak pelaku usaha lain atau masyarakat, dan menjatuhkan sanksi
terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan.
2. Sanksi hukum terhadap pelaku praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
adalah sanksi administrasi sanksi pidana pokok dan sanksi pidana tambahan.
– Sanksi administrasi ( pasal 47 ayat (2) ) berupa penetapan pembatalan perjanjian,
perintah untuk menghentikan kegiatan praktik monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat yang dan menetapkan pembatalan atas penggabungan badan usaha dan
pengambil alihan saham.
– Sanksi pidana pokok ( pasal 48) berupa pidana denda dan pidana kurungan
pengganti
denda paling lama eneam bulan.
- Sanksi pidana tambahan ( pasal 49 ) berupa pencabutan izin usaha larangan
menduduki jabatan direksi atau komisaris paling sedikit 2 tahun dan paling lama 5
tahun dan penghentian kegiatan usaha.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Struktur pasar terdiri dari 2 macam pasar utama yaitu Pasar Persaingan Sempurna
dan Pasar Persaingan Tidak Sempurna. Pasar Persaingan Sempurna ditandai oleh
banyak penjual, komoditas homogen, perusahaan sebagai penerima harga, dan
kemudahan masuk atau keluar pasar Sementara Pasar Persaingan Tidak Sempurna
mencakup Monopoli, Monopolistik, dan Oligopoli, yang masing-masing memiliki ciri
khas dan dampak yang berbeda tergantung pada jumlah penjual, jenis produk, dan
tingkat persaingan di pasar. Adanya larangan terhadap berbagai jenis perjanjian dan
kegiatan yang dapat mengakibatkan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak
sehat, Hal ini meliputi larangan terhadap perjanjian penetapan harga, pembagian
wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian
tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar negeri. Selain itu, hukum juga melarang
berbagai kegiatan seperti monopoli, monopsoni, penguasaan pasar, persekongkolan,
penyalahgunaan posisi dominan, dan berbagai tindakan yang dapat merugikan
persaingan usaha. Hukum Anti Monopoli dan Persaingan Usaha menciptakan
lingkungan usaha yang adil, sehat, dan efisien di Indonesia. Tujuan tersebut
mencerminkan komitmen untuk menciptakan demokrasi ekonomi yang seimbang
dan berdaya guna dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat serta sanksi yang dapat
diterapkan termasuk sanksi administrasi, seperti pembatalan perjanjian dan
perintah untuk menghentikan kegiatan yang melanggar, serta sanksi pidana pokok
berupa pidana denda dan pidana kurungan pengganti denda. Selain itu, terdapat
sanksi pidana tambahan, seperti pencabutan izin usaha, larangan menduduki
jabatan direksi atau komisaris, dan penghentian kegiatan usaha. Sanksi ini bertujuan
untuk memberikan efek jera dan memastikan kepatuhan terhadap aturan
persaingan usaha yang sehat.

B. Saran
Dalam konteks ini, pelaku usaha disarankan untuk menjauhi praktik-praktik yang
dapat mengakibatkan monopoli atau persaingan usaha tidak sehat, termasuk
perjanjian harga, pembagian wilayah, dan tindakan lain yang melanggar hukum.
Pentingnya menciptakan iklim usaha yang sehat dan kondusif juga disoroti, dengan
menekankan perlunya persaingan yang adil dan kesempatan berusaha yang sama
bagi semua pelaku usaha. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mendukung efisiensi ekonomi nasional. Dalam praktiknya,
perusahaan perlu memahami karakteristik pasar di mana mereka beroperasi, baik
sebagai pesaing dalam pasar persaingan sempurna maupun dalam situasi pasar tidak
sempurna seperti monopoli, monopolistik, atau oligopoli. Pemahaman ini akan
membantu mereka menghindari pelanggaran hukum dan menjaga keberlanjutan
usaha mereka.

Selain itu, pelaku usaha diingatkan untuk memahami sanksi yang mungkin dikenakan
oleh KPPU jika terjadi pelanggaran. Sanksi administrasi, pidana pokok, dan pidana
tambahan dapat memiliki dampak serius terhadap operasional perusahaan Oleh
karena itu, kepatuhan terhadap regulasi dan etika bisnis yang baik sangat diperlukan.
Terakhir, kerjasama dan komunikasi yang baik dengan KPPU serta pemahaman
mendalam terkait undang-undang yang berlaku akan membantu mencegah konflik
dan memastikan bahwa kegiatan usaha dilakukan dengan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/52767-ID-analisis-struktur-pasar-dan-perilaku-
ind.pdf
https://www.academia.edu/download/33615505/M7_noPW.pdf
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_1999_5.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Struktur_pasar
Pramono,Nindyo. (2020). Hukum Bisnis. Jakarta : Universitas Terbuka

You might also like