You are on page 1of 27

TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Chrisdianto Eko Purnomo, SH.,MH.

DISUSUN OLEH:

Dwindra Damanika Asti (D1A022392)

Fathiyah Trisnawati Hauliya (D1A022402)

Ira Munirah (D1A022426)

Ida Ayu Indira Prameswari (D1A022165)

Kurniati (D1A022442)

Vriska Regita Wijayanti (D1A022081)

Valencia Audry Cahyani (D1A22310019)

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6

2.1 Konsep Dasar Good Governance ........................................................................... 6

2.2 Substansi Good Governance .................................................................................. 7

2.3 Prinsip Good Governance ..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 27

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Pembahasan makalah ini yaitu penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Jika kita

dalami pada dasarnya good governance menuntut keterlibatan seluruh komponen

pemangku kepentingan, baik di lingkungan birokrasi maupun di lingkungan

masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang

dekat dengan masyarakat dan dalam memberikan pelayanan harus sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Esensi kepemerintahan yang baik (good governance)

dicirikan dengan terselenggaranya pelayanan publik yang baik. Maka dari itu

makalah ini kami susun agar kita bisa memahami lebih jauh lagi terkait

pemerintahan yang baik itu seperti apa.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan membuka cakrawala berpikir lebih luas lagi. Kami sebagai penyusun merasa

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 30 Oktober 2023

Kelompok 2

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian good governance secara sekilas bisa diartikan sebagai

pemerintahan yang baik. Secara umum penyelenggaraan pemerintahan yang

dimaksud dalam good governance itu berkaitan dengan isu transparansi,

akuntabilitas publik, dan sebagainya. Untuk memahami dan mewujudkan

pemahaman tentang good governance sebenarnya cukup pelik dan kompleks,

tidak hanya menyangkut transparansi dan akuntabilitas. Secara konseptual dapat

dipahami bahwa good governance menunjukkan suatu proses yang memposisikan

rakyat dapat mengatur ekonominya, institusi, serta sumber sosial dan politiknya

tidak hanya sekedar dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk

menciptakan integrasi bagi kesejahteraan rakyat. Good governance juga dipahami

sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang solid dan

bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar,

pemerintahan yang efisien, serta pemerintahan yang bebas dan bersih dari

kegiatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Sementara itu ada juga yang memahami good governance sebagai suatu

kondisi yang menjamin tentang adanya proses kesejajaran, kesamaan, dan

keseimbangan peran, serta saling mengontrol yang dilakukan oleh komponen-

komponen seperti pemerintahan (government), rakyat (citizen), dan usahawan

4
(business). Ketiga komponen itu mempunyai tata hubungan yang sama dan

sederajat. Yang menjadi permasalahan adalah kesenjangan pada ketiga komponen

itu sangat tinggi. Maka tidak ada pilihan, pemerintah harus melakukan upaya

dalam pemberdayaan menuju kemandirian melalui suatu sistem pelayanan yang

optimal. Selain itu makalah ini akan membahas terkait apa saja substansi

governance secara lebih rinci, begitu pula dengan prinsipnya, karena good

governance ini sangat diperlukan dalam suatu pemerintahan baik di tingkat pusat

maupun ditingkat dearah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana konsep dasar dari good governance?

1.2.2. Bagaimana susbstansi good governance?

1.2.3. Bagaimana prinsip good governance?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Good Governance

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu

kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat

dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai

oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan

pemerintahaan dalam suatu negara. Good governance pada dasarnya tidak diatur

dalam sebuah undang-undang (UU), tetapi dapat dimaknai bahwa governance

adalah tata pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau management

(pengelolaan) yang artinya kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau

menjadi urusan pemerintah1.

Konsep “governance” lebih inklusif daripada “government”. Konsep

“government” menunjuk pada suatu organisasi pengelolaan berdasarkan

kewenangan tertinggi(negara dan pemerintah). Konsep governance melibatkan

tidak sekedar pemerintah dan negara tapi juga peran berbagai aktor di luar

pemerintah dan negara, sehingga pihak-pihak yang terlibat juga sangat luas2.

Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan

diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah

1
Kuswanto, Goto. 2012. Di akses di https://www.banyumaskab.go.id/read/15538/pelaksanaan-
good-governance-di-indonesia.
2
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh. Hlm. 86

6
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang

bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang

mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Konsep good governance di

Indonesia mulai muncul setelah era reformasi dimulai yang dilatarbelakangi oleh

masalah-masalah peninggalan pemerintah orde baru. Seperti pemerintahan yang

berpusat pada presiden, lembaga tinggi negara yang tidak berjalan baik, serta

kurangnya partisipasi masyarakat dalam pemerintahan3.

Good governance timbul karena adanya penyimpangan dalam dalam

penyelenggaraan negara dari nilai demokratis sehingga mendorong kesadaran

warga negara untuk menciptakan sistem atau paradigma baru untuk mengawasi

jalannya pemerintahan agar tidak melenceng dari tujuan semula. Tuntutan untuk

mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan

keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara

dan pembangunan dapat diwujudkan dengan mempraktekkan good governance.

2.2. Substansi Good Governance

Substansi Governance adalah konsep yang melibatkan tiga institusi utama:

negara (state), sektor swasta (private sector), dan lembaga swadaya masyarakat

(civil society) dalam mengatur kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat. Negara menciptakan kerangka politik dan hukum, sektor swasta

3
Yusuf, Mochammad Aris. Di akses di https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-good-
governance/#

7
menciptakan lapangan kerja dan pendapatan, kemudian lembaga swadaya

masyarakat berperan dalam interaksi sosial, ekonomi, dan politik, termasuk

mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai aktivitas.

Konsep good governance adalah tipe ideal tata kelola yang dirumuskan

untuk membangun hubungan positif antara negara, masyarakat, dan pasar. Good

governance mendorong administrasi negara yang efisien untuk mendukung

pembangunan dan melibatkan tiga domain yaitu negara, sektor swasta, dan

masyarakat. Sektor pemerintahan berperan dalam pembuatan kebijakan,

pengendalian, dan pengawasan, sementara sektor swasta aktif dalam aspek

ekonomi. Dan sektor masyarakat merupakan objek sekaligus subjek dari sektor

pemerintahan maupun swasta yang mana di dalamnya terdapat interaksi politik,

ekonomi, dan budaya.

Esensi dari konsep good governance sebagaimana diuraikan diatas adalah

kekuatan konsep governance terletak pada keaktifan sektor negara, masyarakat

dan pasar untuk berinteraksi. Dalam pelaksanakan prinsip good governance,

negara merupakan pihak yang paling berperan penting dalam merealisasikan

prinsip tersebut. Hal ini disebabkan fungsi regulasi yang memfasilitasi sektor

dunia usaha swasta dan masyarakat serta fungsi admisnistratif penyelenggaraan

pemerintahaan melekat pada negara (pemerintah).

Peran pemerintah melalui fungsi regulasi ini sangat penting dalam

memfasilitasi berjalannya perikehidupaan kebangsaan secara keseluruhan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,

8
perwujudan good governance lebih tepat bila dimulai dengan membangun

landasan penyelenggaraan negara.yang baik berpedoman pada hukum dan

peraturan perundang-undangan.

Tiga teori kunci dalam good governance: Political society (masyarakat

politik), Economic society (masyarakat ekonomi), dan Civil society (masyarakat

sipil/masyarakat madani). Political society adalah kumpulan organisasi-organisasi

dalam masyarakat yang tujuan pendirian dan aktivitas utamanya adalah untuk

memperoleh dan menjalankan kekuasaan politik. Economic society adalah

kumpulan organisasi-organisasi-organisasi di dalam masyarakat yang tujuan

pendirian dan aktivitas utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan finansial.

Dan Civil society memiliki karakteristik khusus, seperti non-politis, inisiatif

berasal dari bawah, mendukung pluralitas, dan mengembangkan demokrasi

egaliter 4.

2.3. Prinsip Good Governance

Prinsip-prinsip Good Governance yaitu seperangkat prinsip yang

digunakan untuk mengukur kualitas tata kelola suatu organisasi atau

pemerintahan. Adapun prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu

akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan transparansi.

1). Akuntabilitas (Accountability)

4
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh.

9
Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang baik dan bersih (good governance dan clean government)

telah mendorong pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang

jelas, tepat, teratur, dan efektif yang dikenal dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP). Penerapan sistem tersebut bertujuan agar

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara

berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab dan bebas dari praktik-praktik

kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN)5.

Terdapat definisi akuntabilitas berdasarkan pendapat para ahli:

1. Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan secara

sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang

lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau “sekelompok orang” terhadap

masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. Dalam konteks

institusi pemerintah, “seseorang” tersebut adalah pimpinan instansi

pemerintah sebagai penerima amanat yang harus memberikan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada masyarakat

atau publik sebagai pemberi amanat.

2. Prof Miriam Budiardjo mendefinisikan akuntabilitas sebagai

“pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada

mereka yang memberi mandat itu.”

5
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh

10
Dari kedua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas

merupakan perwujudan dari sebuah pertanggungjawaban mengenai sumber daya

dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban

berupa laporan akuntabilitas kinerja secara periodik.

Hal-hal yang telah dijelaskan di atas merupakan peristilahanperistilahan untuk

menjelaskan pengertian akuntabilitas dari berbagai sudut pandang. Menurut

Sirajudin H Saleh dan rekan, akuntabilitas sebenarnya merupakan sisi-sisi sikap

dan watak kehidupan manusia yang meliputi; akuntabilitas internal dan eksternal.

Dari sisi internal, akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban seseorang

kepada Tuhannya. Oleh karena itu, akuntabilitas internal ini disebut juga sebagai

akuntabilitas spiritual. Akuntabilitas yang satu ini sangat sulit untuk diukur karena

tidak adanya indikator yang jelas dan diterima oleh semua orang serta tidak ada

yang melakukan pengecekan, pengevaluasian, dan pemantauan baik sejak tahap

proses sampai dengan tahap pertanggungjawaban kegiatan itu sendiri.

Akuntabilitas eksternal terdiri atas 2 pembagian, diantaranya;

1. Akuntabilitas Eksternal untuk Pelayanan Publik pada Organisasi Sendiri.

Dalam akuntabilitas ini, setiap tingkatan pada hierarki organisasi diwajibkan

untuk accountable kepada atasannya dan kepada yang mengontrol

pekerjaannya. Untuk itu, diperlukan komitmen untuk memenuhi kriteria

pengetahuan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sesuai dengan

posisi tersebut. Akuntabilitas eksternal lebih mudah diukur mengingat

11
norma dan standar yang tersedia memang sudah jelas. Kontrol dan penilaian

dari pihak eksternal sudah ada dalam mekanisme yang terbentuk dalam

suatu sistem dan prosedur kerja.

2. Akuntabilitas eksternal untuk individu dan organisasi pelayanan publik di

luar organisasi sendiri.

Akuntabilitas ini mengandung pengertian akan kemampuan untuk menjawab

setiap pertanyaan yang berhubungan dengan capaian kinerja atas pelaksanaan

tugas dan wewenang. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan, keahlian dan juga

komitmen untuk melaksanakan kebijakan mengenai program-program yang

telah telah dijanjikan/dipersyaratkan sebelum dia memangku jabatan tersebut.

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Dalam Instansi

Pemerintahan

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah yang ditetapkan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara,

pelaksanaan AKIP harus berdasarkan antara lain pada prinsip-prinsip sebagai

berikut6:

1. Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang

bersangkutan.

2. Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-

sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan

yang berlaku.

6
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh

12
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah

ditetapkan.

4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan

manfaat yang diperoleh

5. Jujur, objektif, transparan, dan akurat.

2). Prinsip Partisipasi Masyarakat

Partispasi masyarakat merupakan suatu proses yangdapat mendukung

masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta

berupaya mencari jalan keluar yangdapat dipakai untuk mengatasi masalah

mereka (memiliki kesadaran kritis). Partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai

proses yang melibatkan masyarakat umum dalampengambilan keputusan,

perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan serta pembinaan masyarakat.

Adisasmita (dalam Solekhan, 2014: 141) mengemukakan bahwa

partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan

pembangunan, meliputi kegiatan perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan

yang dikerjakan di dalam masyarakat. Partisipasi masyarakat mempunyai

karakteristik yang proaktif dan reaktif (dalam artian masyarakat berpikirkemudian

baru bertindak), ada persetujuan yang disepakati oleh semua masyarakat yang

terlibat, ada perbuatan yang mengisi suatu kesepakatan, ada pembagian tugas dan

tanggung jawab dalam kedudukan yang adil(Kholifah R and Mustanir 2019).

13
Solekhan (2014: 153) (A. Mustanir, Abadi, and Nasri 2016)mengatakan bahwa

bentuk-bentuk partisipasi masyarakat pada intinya ada (empat) macam, yaitu:

a. Partisipasi dalam pembuatan keputusan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan.

c. Partisipasi dalam menerima manfaat.

d. Partisipasi dalam evaluasi.

Tidak ada jaminan bahwa suatu kegiatan akan tetap berlanjut melalui

keikutsertaan masyarakat semata. Kesuksesannya tergantung pada jenis apa

partisipasi masyarakat dalam proses keterlibatannya. Artinya, sejauh mana

masyarakat dapat paham terhadap suatu kegiatan sehingga ia turut serta di

dalamnya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tipe

partisipasi masyarakat dapat kita sebut sebagai tingkatan/ jenjang keikutsertaan

yang dilakukan oleh masyarakat dalam suatu kegiatan maka seharusnya

masyarakat dapat paham dalam kegiatan mana mereka harus ikut serta. Terdapat

faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu pelaksanaan

kegiatan, faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan suatu

kegiatan tetapi ada juga yang dapat menghambat kesuksesan suatu kegiatan.

Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan.

14
Permasalahan mengenai partisipasi masyarakat ternyata tidak cukup hanya

dengan membatasinya pada luas tidaknya porsi yang diberikan pemerintah

terhadap keterlibatan masyarakat. Walaupun pandangan objektif mengatakan

bahwa penempatan masyarakat dalam setiap program pemerintah adalah cara

yang baik dan mulia. Sebagaimana dikatakan oleh S.P Siagian (1972); partisipasi

dari masyarakat mutlak diperlukan, oleh karena meraka itulah yang pada akhirnya

melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan, rakyat banyak memegang peranan

sekaligus objek dan subjek pembangunan. Namun seperti yang diungkapkan

diatas,permasalahannya ternyata sangat kompleks, pertimbangan secara politik

(terutama politik lokal), ekonomis (biaya dan manfaat serta efisiensi), dan

administratif perlu diperhitungkan.

UNDP juga mengklasifikasikan partisipasi masyarakat ke dalam beberapa

tingkatan yaitu:

a. Manipulasi (manipulation) merupakan tingkat terendah dimana partisipasi

dirancang sebagai kesempatan untuk memberi doktrin kepada masyarakat.

b. Informasi (information); dimana pihak-pihak terkait diberitahu tentang hak-hak,

tanggung jawab, pilihan-pilihan, yang merupakan tahap penting untuk langkah

partisipasi selanjutnya.

c. Konsultasi (consultation); dimana pihak-pihak terkait mempunyai kesempatan

untuk menyatakan usulan dan kepeduliannya, tapi tidak menjamin bahwa

masukan dan kepeduliannya akan digunakan.

15
d. Membangun kesempatan (consensus building); disini pihak-pihak terkait

berinteraksi untuk bisa memahami satu sama lain dan akhirnya sampai pada

sesuatu yang disepakati.

e. Pengambilan keputusan (decision making); masyarakat terlibat dalam

penentuan keputusan bersama.

f. Pembagian resiko (risk sharing); lebih dari sekedar mengambil keputusan,

tetapi juga untuk mengatasi akibat berupa keuntungan, bahaya atau konsekuensi

lain.

g. Kemitraan (partnership); hubungan ini termasuk pertukaran pekerjaan yang

setara dalam rangka tujuan yang menguntungkan semua pihak.

h. Self-Management; ini merupakan tujuan puncak dari upaya partisipasi dimana

semua pihak berinteraksi dalam suatu proses belajar untuk meningkatkan

kepuasan semua pihak yang terlibat.

Pemantapan peran serta atau partisipasi masyarakat bisa dilakukan

kedalam berbagai macam cara. Salah satu cara yang konkrit untuk mewujudkan

hal tersebut adalah pelembagaan (institusionalisasi peran) peran serta masyarakat.

Bentuk atau cara yang bisa dilakukan dalam pelembagaan peran tersebut adalah

salah satunya, memberi legitimasi terhadap peran serta tersebut melalui aturan

hukum. Hal ini merupakan realisasi dari salah satu azas hukum, bahwa hukum

dipandang sebagai pembangun kehidupan sosial masyarakat. Ini juga salah satu

perwujudan asas rule of law dalam konsep good governance.

16
Partisipasi sebagai salah satu prinsip good governance dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah, dimaksud adalah semua warga Negara

mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun

melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah yang mewakili kepentingan

mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan

berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi

secara konstruktif. Secara konkrit (operasional) ini dapat diamati melalui beberapa

komponen sebagai berikut :

1. Adanya ruang partisipasi dari lembaga-lembaga politik dan sosial

kemasyarakatan dalam pelaksanaan pemerintahan serta penentuan keputusan

publik;

2. Adanya upaya-upaya konkrit untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat

secara menyeluruh dan kontinyu

3. Melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya pemberdayaan terhadap

perempuan dalam pelaksanaan pemerintahan serta dalam kehidupan masyarakat;

4. Menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangakan kebebasan pers dan

dalam hal mengemukakan pendapat bagi seluruh komponen masyarakat,

sepanjang dilakukan dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai etika dan

profesionalisme kerja yang tinggi.

Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan

17
sah yang mewakili kepentingan mereka. (DPR, DPD, DPRD). Partisipasi

menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan beberapa aspek :

1. Kebebasan berkumpul

2. Mengungkapkan pendapat,

3. Mapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif.

Prinsip partisipasi mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak

dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang

menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun tidak

langsung7.

Jewell & Siegall (1998: 67) partisipasi adalah “keterlibatan anggota

organisasi di dalam semua kegiatan organisasi”. Handoko (1998: 31) menyatakan

partisipasi “tindakan ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

kegiatan di dalam organisasi”.

Tujuan Partisipasi :

1. Untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan

aspirasi masyarakat.

2. Mengantisipasi berbagai isu yang ada.

7
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh

18
3. Menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan

pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara,

konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis.

4. Untuk merangsang keterlibatan masyarakat

Cara Merangsang Keterlibatan Masyarakat :

1. Melalui perencanaan partisipatif

2. Menyiapkan agenda pembangunan

3. Pemantauan

4. Evaluasi dan pengawasan secara partisipatif

5. Mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral.

Instrumen dasar partisipasi adalah peraturan yang menjamin hak untuk

menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan.Sedangkan

instrumen-instrumen pendukung adalah pedoman-pedoman pemerintahan

partisipatif yang mengakomodasi hak penyampaian pendapat dalam segala proses

perumusan kebijakan dan peraturan, proses penyusunan strategi pembangunan,

tata-ruang, program pembangunan, penganggaran, pengadaan dan pemantauan 8 .

Menurut Jeff dan Shah (1998: 67) good governance digunakan untuk melihat

partisipasi melalui:

1. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah,

8
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh

19
2. Jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerah,

3. Tingkat kuantitas dan kualitas masukan (kritik dan saran) untuk

pembangunan daerah dan

4. Terjadinya perubahan sikap masyarakat menjadi lebih peduli terhadap

setiap langkah pembangunan.

3). Prinsip Transparansi

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi

setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,

yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta

hasil-hasil yang dicapai. Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi

pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi

mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.

Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang

sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik 9. Prinsip

ini memiliki 2 aspek yaitu :

1. Komunikasi publik oleh pemerintah,

2. Hak masyarakat terhadap akses informasi.

Keduanya akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan

baik kinerjanya. Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari
9
Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan Tujuh

20
transparansi.Tetapi secara ringkas dapat disebutkan bahwa, prinsip transparasi

paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti :

a). Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua

proses-proses pelayanan public

b). Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang

berbagai kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses didalam

sector publik.

c). Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi

maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani

Prinsip good governance menurut musyawarah konferensi nasional

kepemerintahan daerah yang baik, disepakati anggota :

1. ASOSIASI PEMERINTAH KABUPATEN SELURUH INDONESIA

(APKASI),

2. ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA (APEKSI),

3. ASOSIASI DPRD KABUPATEN SELURUH INDONESIA (ADKASI),

DAN

4. ASOSIASI DPRD KABUPATEN SELURUH INDONESIA (ADKASI)

5. ASOSIASI DPRD KOTA SELURUH INDONESIA (ADEKSI)

21
NO. Prinsip Indikator Minimal

1. Prinsip Partisipasi  Meningkatkan kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah

 Meningkatnya jumlah masyarakat

yang berpartisipasi dalam

pembangunan daerah

 Meningkatnya kuantitas dan kualitas

masukan (kritik dan saran ) untuk

pembangunan daerah.

 Terjadinya perubahan sikap

masyarakat menjadi lebih peduli

terhadap setiap langkah

pembangunan.

2. Prinsip penegakan  Berkurangnya praktek KKN dan

Hukum pelanggaran hukum

 Meningkatnya (kecepatan dan

kepastian) proses penegakan hokum

 Berlakunya nilai/norma di

masyarakat (living law)

 Adanya kepercayaan masyarakat

pada aparat penegak hukum sebagai

pembela kebenaran.

22
3. Prinsip transparansi  Bertambahnya wawasan dan

pengetahuan masyarakat terhadap

peyelenggaraan pemerintahan daerah

 Meningkatnya kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintahan.

 Meningkatnya jumlah masyarakat

yang berpartisipasi dalam

pembangunan daerah

 Berkurangnya pelanggaran terhadap

peraturan perundang-undangan.

4. Prinsip kesetaraan  Berkurangnya kasus diskriminasi

 Meningkatnya kesetaraan gender

 Meningkatnya pengisian jabatan

sesuai ketentuan mengenai kesetaraan

gender

5. Prinsip daya tanggap  Menigkatnya kepercayaan

masyarakat terhadap pemerintahan

 Tumbuhnya kesadaran masyarakat

 Meningkatnya jumlah masyarakat

yang berpartisipasi dalam

pembangunan daerah dan

berkurangnya jumlah pengaduan.

23
6. Prinsip wawasan ke  Adanya visi dan strategi yang jelas

depan dan mapan dengan kekuatan hukum

yang sesuai.

 Adanya dukungan dari pelaku dalam

pelaksanaan visi dan strategi

 Adanya kesesuaian dan konsistensi

antara perencanaan dan anggaran.

7. Prinsip Akuntabilitas  Meningkatnya kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah

daerah

 Tumbuhnya kesadaran masyrakat

Meningkatnya keterwakilan

berdasarkan pilihan dan kepentingan

masyarakat.

 Berkurangnya kasus-kasus KKN

8. Prinsip Pengawasan  Meningkatnya masukan dari

masyarakat terhadap penyimpangan

(kebocoran, pemborosan, penyalah

gunaan wewenang dan lain-lain)

melalui medi masa

 Berkurangnya penyimpangan.

24
9. Prinsip efesiensi dan  Meningkatnya kesejahteraan dan nilai

efektivitas  tambah dari pelayanan masyarakat

 Berkurangnya penyimpangan

 pembelanjaan

 Berkurangnya biaya operasional

pelayanan

 Prospek memperoleh strandart ISO

 pelayanan

 Dilakukannya swastanisasi

pelayanan.

10. Prinsip profesionalisme  Meningkatnya kesejahteraan dan nilai

tambah dari pelayanan masyarakat

 Berkurangnya pengaduan masyarakat

 Berkurangnya KKN

 Prospek mendapatkan ISO pelayanan

 Dilaksanakannya “Fit and Proper”

test terhadap PNS

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu

kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat

dipertanggungjawabkan secara bersama. Good governance tidak diatur dalam

sebuah undang-undang (UU), tetapi dapat dimaknai bahwa governance adalah tata

pemerintahan, penyelenggaraan negara, atau management (pengelolaan) yang

artinya kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan

pemerintah. Kemudian terkait substansi, maka Governance memiliki konsep yang

melibatkan tiga institusi utama yaitu negara (state), sektor swasta (private sector),

dan lembaga swadaya masyarakat (civil society). Adapun prinsip utama yang

melandasi good governance meliputi akuntabilitas, partisipasi masyarakat, dan

transparansi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto, Goto. 2012. Di akses pada tanggal 31 Oktober 2023, pada website

https://www.banyumaskab.go.id/read/15538/pelaksanaan-good-governance-

di-indonesia.

Lay, M. (2022). Partisipasi Masyarakat Sebagai Salah Satu Pilar Dalam

Mewujudkan Good Governance. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 10(1), 522-523.

Diakses 1 November 2023, dari Universitas nusa cendana kupang.

Munaf, Yusri. 2016. HUKUM ADMINISTRASI NEGARA. Pekanbaru: Marpoyan

Tujuh

Resky, M. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Good

Governance. Diakses pada 1 November 2023, dari

https://econpapers.repec.org/paper/osfosfxxx/hqxu5.htm

Samad, Z., Mustanir, A., & Pratama, M. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam

Musyawarah Rencana Pembangunan Untuk Mewujudkan Good Governance

Kabupaten Enrekang. Jurnal MODERAT, 5(4), 382. Diakses 1 November

2023, dari Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang.

Tomuka, S. (2013). Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance Dalam

Pelayanan Publik Di Kecamatan Girian Kota Bitung (Studi Tentang

Pelayanan Akte Jual Beli). Jurnal Ilmu Politik, 2(2), 9-10. Diakses 1

November 2023, dari Universitas Sam Ratulangi.

Yusuf, Mochammad Aris. Di akses pada tanggal 31 Oktober 2023, pada website

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-good-governance/#

27

You might also like