You are on page 1of 9

JIKO (Jurnal Informatika dan Komputer) Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI, No.

105/E/KPT/2022
Vol. 5, No. 3, Desember 2022, hlm. 215-223 p-ISSN: 2614-8897
DOI: 10.33387/jiko e-ISSN: 2656-1948
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM IMPLEMETASI LAYANAN SISTEM
PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK (SPBE) PADA PEMERINTAH
DAERAH
Arifin La Adu1, Rudy Hartanto2, Silmi Fauziati3
1,2,3
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: 1arifinlaadu@mail.ugm.ac.id, 2rudy@ugm.ac.id, 3silmi@ugm.ac.id

(Naskah masuk: 10 November 2022, diterima untuk diterbitkan: 21 November 2022)

Abstrak

Pemanfaatan teknologi digital dalam proses penyelenggaraan pemerintahan saat ini menjadi skala prioritas
yang terus dikembangkan oleh pemerintah daerah. Untuk mewujudkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
pemerintahan yang transparan, akuntabel, efisien, dan efektif, maka pemerintah daerah berusaha menerapkan
kebijakan inovatif berbasis sistem pemerintahan elektronik (SPBE) sehingga mempermudah masyarakat
mendapatkan pelayanan publik yang optimal. Namun dalam prakteknya, penerapan layanan SPBE pada
pemerintah daerah biasanya akan menghadapi banyak hambatan yang dapat berujung pada kegagalan. Penelitian
sebelumnya lebih banyak membahas tentang kendala-kendala penerapan E-Government pada negara-negara
berkembang. Jenis Penelitian ini yaitu penelitian kualitatif deskriptif. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara 10 responden, melakukan observasi, dan pengumpulan dokumen berdasarkan kuesioner Pemantauan
dan Evaluasi SPBE sesuai Permenpan RB No 59 Tahun 2020 pada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah dan
dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan pengelompokkan data-data yang menjadi hambatan dalam penerapan
layanan SPBE. Hasil penelitian menunjukan bahwa hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Maluku
Tengah dalam menerapkan layanan SPBE dapat dikategorikan ke dalam 4 hambatan / aspek, yaitu
kebijakan/regulasi, perencanaan dan anggaran, sumber daya manusia, serta infrastruktur TI. Hambatan-hambatan
tersebut dapat menjadi rujukan bagi pemerintah daerah untuk melakukan perbaikan dalam implemetasi layanan
SPBE sehingga kualitas pelayanan publik pada masyarakat menjadi lebih baik.

Kata kunci: Hambatan, Evaluasi, SPBE, E-Government,

OBSTACLES IN IMPLEMENTATION OF ELECTRONIC-BASED GOVERNMENT


SYSTEM (SPBE) SERVICES IN LOCAL GOVERNMENTS

Abstract

The use of digital technology in the current government administration process is a priority scale that
continues to be developed by local governments. To realize the quality of governance that is transparent,
accountable, efficient, and practical, local governments are trying to implement innovative policies based on the
electronic government system (SPBE) to make it easier for the community to get optimal public services. However,
in practice, the implementation of SPBE services in local governments will usually face many obstacles that can
lead to failure. Previous research has discussed the obstacles to implementing E-Government in developing
countries. This type of research is descriptive qualitative research. The data in this study were obtained by
interviewing ten respondents, making observations, and collecting documents based on the SPBE Monitoring and
Evaluation questionnaire according to Permenpan RB No. 59 of 2020. The results showed that the obstacles faced
by the Central Maluku District Government in implementing SPBE services could be categorized into four
obstacles/aspects, namely policies/regulations, planning and budgeting, human resources, and IT infrastructure.
These obstacles can be a reference for local governments to make improvements in the implementation of SPBE
services so that the quality of public services to the community becomes better.

Keywords: Obstacles, Evaluation, SPBE, E-Government,

215
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …216

1. PENDAHULUAN Implementasi e-government juga dimungkinkan oleh


perkembangan teknologi komunikasi yang kian
Digitalisasi merupakan lompatan besar dalam
mengubah bentuk komunikasi yang awalnya searah
dunia industri teknologi informasi dan komunikasi
menjadi dua arah yang dilengkapi dengan umpan
yang memiliki tugas penting dalam membantu
balik (feedback) yang bersifat real time sehingga hal
manusia untuk menyelesaikan berbagai macam
ini turut mengubah paradigma masyarakat kepada
permasalahan yang ada. Untuk itu pemerintah
pemerintah [5].
Indonesia yang bertugas sebagai pelayan publik
Komunikasi yang dilakukan dengan cara ini
terdorong untuk memperbaiki kualitas layanan publik
lebih interaktif karena pengirim dan penerima aktif
masyarakat dengan membangun sebuah sistem
berpartisipasi secara bersama. Pengungkapan
pemerintahan yang berbasiskan teknologi informasi
dianggap sebagai jenis komunikasi dua arah dalam
sehingga memudahkan masyarakat dalam berbagai
kerangka e-government karena Publik diberikan
bidang [1]. Tugas tersebut terbilang kompleks
informasi oleh pemerintah, kemudian publik diberi
sehingga pemerintah memerlukan sistem pelayanan
kesempatan untuk menanggapi informasi tersebut.
yang efektif yang dapat menjangkau berbagai
Pemerintah memperhitungkan masukan dan
kebutuhan masyarakat. Seiring berkembangnya
menyesuaikan informasi yang diterimanya karena
zaman, kini segala informasi dapat diakses melalui
pemerintah ingin menunjukkan bahwa informasi
gawai. Pemerintah memandang hal tersebut sebagai
yang diberikan oleh publik sangat penting. Oleh
peluang untuk memberikan akses pelayanan publik
karena itu, mendengarkan publik seringkali menjadi
yang efektif, yakni dengan menggunakan sistem
kunci untuk menciptakan lingkungan komunikasi
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) atau yang
yang dinamis dan saling percaya sehingga
disebut e-government [2].
menghasilkan hubungan antara pemerintah dan
Teknologi Informasi (TI) memainkan peran
publik yang lebih kuat [6].
penting dalam membantu inisiatif perubahan
Pengungkapan dan keterbukaan dapat
organisasi melalui transisi dari layanan pemerintah
memberikan banyak keuntungan bagi pemerintah,
konvensional ke layanan berbasis elektronik di
tetapi agar ini berhasil, kedua belah pihak harus
banyak negara yang telah menerapkan e-government.
menetapkan keaslian dan kepercayaannya. Ketika
Tujuan utama dari e-government adalah memberikan
kepercayaan dapat dibangun secara efektif melalui
akses elektronik kepada masyarakat untuk
komunikasi yang transparan dan nyata, itu akan
mendistribusikan layanan dan informasi publik
membantu pemerintah dalam membangun koneksi
pemerintah kepada masyarakat maupun pihak swasta
dengan masyarakat umum. Masyarakat umum dapat
[3]. Implementasi e-government yang benar akan
berdialog, berpartisipasi secara langsung, dan
memberikan tingkat keberhasilan program
memiliki dorongan untuk menjadi bagian dari mitra
pemerintah jauh lebih besar dengan meningkatkan
pemerintah dalam proses pengambilan keputusan atas
efektivitas, proses dan prosedur penyelesaian tugas
kebijakan-kebijakan publik, sehingga dengan e-
pemerintah. hal ini tentu memberikan efek positif
government dapat mengubah karakteristik publik,
terhadap kualiatas layanan publik yang lebih baik dan
dari yang semula pasif hanya sebagai penerima
meningkatkan penggunaan informasi dalam proses
informasi, kini menjadi aktif dalam menyumbangkan
pengambilan keputusan dengan melibatkan
informasi yang berguna dalam pengambilan
masyarakat di dalamnya.
keputusan [7].
Lebih lanjut, penerapan e-government
Penerapan e-government di Indonesia telah
merupakan salah satu langkah yang mendukung
membentuk jaringan informasi dan transaksi layanan
kebijakan pembangunan berkelanjutan [4].
publik yang dapat diakses secara fleksibel sehingga
Pemanfaatan e-government secara efektif akan
masyarakat dapat menikmati fasilitas publik dengan
membantu pemerintah dalam menciptakan ekosistem
nyaman. Misal, pada layanan pengadaan barang dan
tata Kelola pemerintahan yang baik (good
jasa (LPSE) yang memungkinkan masyarakat
governance) sekaligus sesuai dengan prinsip
(UMKM) atau pihak swasta (Perusahaan) melakukan
digitalisasi. Di Indonesia sendiri, e-government telah
transaksi jual beli dengan pemerintah tanpa harus
mencapai tingkat penerapan lebih lanjut, yakni
mendatangi instansi terkait. Transaksi sepenuhnya
dengan terintegrasinya informasi melalui aplikasi
dilakukan secara daring dan memanfaatkan teknologi
mobile dan laman resmi dinas-dinas terkait. Fasilitas
smart payment. Dalam layanan pengadaan barang dan
tersebut dapat diakses publik secara gratis dengan
jasa (LPSE) pengguna juga akan mendapatkan
mendaftarkan diri terlebih dahulu pada halaman
informasi mengenai informasi tambahan terkait
registrasi. Kemudian publik dapat menggunakan
regulasi terbaru. Pengguna juga dapat memberikan
aplikasi tersebut sesuai dengan kebutuhannya
feedback berupa penilaian pada aplikasi dan
masing-masing, seperti mengurus dokumen atau
memberikan komentar terkait performa layanan serta
sekadar mengakses informasi terkini terkait
aplikasi. Keberhasilkan aplikasi-aplikasi besutan
kebijakan publik.
pemerintah pusat kemudian menggugah pemerintah
Tidak hanya pelayanan publik, e-government
daerah untuk mengembangkan aplikasi serupa yang
juga dapat diwujudkan sebagai inovasi pemerintah
diperuntukkan khusus bagi warga daerah tertentu.
dalam menjalin komunikasi dengan publik.
216
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …217

Untuk memperkuat penerapan SPBE di daerah penelitian ini dan hasilnya menjelaskan bahwa
maka pemerintah pusat melalui Perpres RI Nomor 95 agenda pelaksanaan SPBE masih bersifat sektoral
Tahun 2018 tentang pelaksanaan Sistem (parsial). Pemda Provinsi Lampung perlu mendengar
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) maka masukan dan melibatkan para stakeholder untuk
setiap instansi pemerintah pusat maupun pemerintah mengatasi kecenderungan ego sektoral yang masih
daerah harus menerapkan SPBE pada pelayanannya terjadi dalam penyelenggaraan SPBE. Dengan
dan melakukan evaluasi implementasi SPBE secara adanya SPBE, pengembangan aplikasi pada masing-
berkala [8]. masing instansi pemerintah daerah diharapkan
Evaluasi pemantauan dan penyelenggaran semakin berkurang dan semakin terintegrasi. salah
SPBE telah dilakukan Kemenpan-RB pada tahun satu kendala utama bagi pemerintah daerah untuk
2020. Tujuan dari evaluasi ini untuk mengetahui mengembangkan SPBE yakni minimnya SDM yang
permasalahan-permasalahan yang dihadapi instansi memiliki kompetensi di bidang TIK [11].
pemerintah pusat maupun daerah dalam Penelitian [12] implementasi SPBE untuk
penyelenggaran SPBE. berdasarkan hasil penilaian, meningkatkan pelayanan publik dan mengefisienkan
tingkat kematangan yang diperoleh dalam transmisi informasi, sebagaimana diamanatkan oleh
penyelenggaran SPBE secara nasional tahun 2020 Perpres Nomor 95 Tahun 2018. Berdasarkan hasil
adalah 2,26 dari skala 5 dan berada dalam kategori penilaian SPBE yang dilakukan oleh KemenPAN-
cukup. Hasil ini menunjukan bahwa penyelenggaran RB, Pemerintah Kabupaten Kuningan termasuk
SPBE nasional masih terdapat banyak masalah yang dalam kategori cukup dan standardisasi layanan
harus diselesaikan. Dari Hasil penilaian ini juga SPBE belum dilakukan. Tujuan dari penelitian ini
masih terdapat beberapa pemerintah daerah adalah untuk mengoptimalkan layanan SPBE yang
kabupaten yang belum mengikuti evaluasi yang diarahkan pada proses bisnis dan aplikasi layanan.
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, salah satunya Solusi dari penelitian ini adalah perancangan
yaitu Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Enterprise Architecture SPBE pada domain layanan
Penelitian sebelumnya tentang kendala yang dengan memanfaatkan perpaduan antara TOGAF
dihadapi oleh negara-negara berkembang dalam ADM framework dan SPBE architecture sehingga
implementasi e-government /SPBE telah. Penelitian dapat memberikan beberapa output dalam tiga tahap
ini berbasis Tinjauan pustaka sistematis (SLR) yang yaitu tahap awal, visi arsitektur, dan arsitektur
berdasarkan metode Kitchenham. Materi penelitian layanan.
ini bersumber dari sejumlah repositori digital, Penelitian lain [13] mengevaluasi faktor-faktor
termasuk IEEE Xplore, Science Direct, ACM Digital yang berkontribusi terhadap kegagalan sistem
Library, dan Scopus. Menurut temuan penelitian ini, informasi dalam hal kesiapan pemerintah untuk
kendala dalam implementasi e-government terbagi menerapkan e-government. Dimensi kegagalan,
dalam 7 kategori: Prasarana TI, regulasi/kebijakan, indikator, dan model evaluasi sistem informasi
sumber daya manusia (SDM), Ekonomi, Geografi, dikembangkan melalui tinjauan literatur terhadap 36
Politik, dan budaya. Kendala tersebut dapat dijadikan jurnal ilmiah dan artikel internasional yang berfokus
acuan bagi pemerintah dalam meningkatkan pada penyebab kegagalan sistem informasi di
pelaksanaan dan penyelenggaraan SPBE sehingga lembaga pemerintah. Penelitian menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan menjadi lebih baik [9]. ada 5 jenis kategori kegagalan sistem informasi yakni
Penelitian lain [10] mengenai SPBE pada Kota organisasi, sumber daya manusia, teknologi, layanan,
Dumai yang bertujuan untuk mengukur kebijakan dan proses, yang masing-masing dapat dievaluasi
inovasi dalam penyelenggaran SPBE dengan menggunakan serangkaian indikator. Berdasarkan
memanfaatkan 3 dimensi kebijakan inovasi berikut : literatur yang ditinjau, penelitian ini menghasilkan 7
1) dimensi tata kelola kebijakan pemerintah, 2) model untuk mengevaluasi sistem informasi, yakni
dimensi sectoral dan 3) dimensi interactive. Hasil yakni Fokus penggunaan yang didalamnya ada TAM,
dari penelitian ini yaitu kebijakan inovatif Kota TRA, dan UTAUT, Fokus kemanfaatan yang
Dumai dalam penerapan sistem e-government didalamnya ada HOT-Fit dan ITPOSMO, serta fokus
(SPBE) berjalan dengan baik. Adapun kendala yang kepuasan pengguna yang didalamnya ada EUCS dan
di hadapi yakni sumber daya manusia dengan EIM.
kompetensi TIK yang terbatas, integrasi aplikasi dan SPBE yang diharapkan dapat meningkatkan
layanan yang tidak lengkap, serta dukungan anggaran kualitas layanan pemerintah daerah kepada
yang tidak memadai untuk inovasi SPBE. masyarakat. Namun dalam prakteknya, penerapan
Penelitian lainnya mengenai optimalisasi SPBE pada pemerintah daerah menghadapi banyak
implementasi SPBE memerlukan pembentukan hambatan yang dapat berujung pada kegagalan.
kerangka kebijakan yang tepat untuk mewujudkan Beberapa penelitian sebelumnya telah banyak
visi SPBE. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas mengenai kendala-kendala penerapan
menetapkan seberapa sukses implementasi SPBE SPBE di negara berkembang dan maju dengan
serta untuk mengembangkan desain kebijakan SPBE menggunakan metode Systematic literature review
yang sesuai untuk Pemerintah Provinsi Lampung. (SLR). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam melakukan penelitian dengan mengambil tema
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …218

hambatan-hambatan dalam penerapan layanan SPBE


melalui penilaian tingkat kematangan SPBE pada
pemerintah daerah terkhususnya Kabupaten Maluku
Tengah.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengidentifikasi hambatan-hambatan penerapan
layanan SPBE pada pemerintah daerah Kabupaten
Maluku Tengah. sehingga diharapkan kualitas
layanan SPBE dapat diperbaiki dan ditingkatkan guna
mempermudah masyarakat mendapatkan layanan
publik yang optimal.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif
deskriptif. metode Penelitian deskriptif kualitatif
adalah metode penelitian yang menggunakan data
kualitatif dan diuraikan secara deskriptif. Metode
penelitian ini berkaitan tentang studi suatu objek,
suatu kondisi, sekelompok orang, atau fenomena lain
dengan kondisi secara nyata. Tujuan metode
penelitian ini adalah untuk mengungkapkan peristiwa
atau fakta, situasi, fenomena, variabel dan situasi
yang terjadi selama waktu penelitian dengan
menyajikan data sebagaimana adanya tanpa
manipulasi atau perlakuan lainnya[14]. Penelitian ini Gambar 1. Tahapan Penelitian
juga menggunakan pendekatan studi literatur untuk
memperdalam wawasan mengenai sistem a. Studi Pustaka
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE). Studi pustaka adalah langkah pertama dalam
Kemudian metode pengumpulan data yang mengumpulkan informasi dan pengetahuan yang
dilakukan dengan wawancara langsung kepada Dinas berkaitan dengan penelitian ini. Setelah menentukan
Kominfo Kabupaten Maluku Tengah sebagai leading ide dasar penelitian, tahap berikutnya adalah
sector dalam penerapan teknologi informasi dan mengidentifikasi teori yang mendasari dan teori
komunikasi. Metode purposive sampling digunakan pendukung yang akan digunakan sebagai bahan
untuk memilih narasumber untuk mengisi kuesioner. referensi dari berbagai kumpulan referensi yang
Narasumber dipilih berdasarkan keterkaitan dengan dikumpulkan dan data perpustakaan yang digunakan.
indikator yang akan dinilai, narasumber harus Pada tahap ini studi Pustaka dilakukan untuk
memahami tata kerja dan pelaksanaan SPBE di mengumpulkan landasan teoritis, hipotesis penelitian,
lingkungan kerjanya. Sampel yang dipilih yaitu dan kerangka kerja konseptual sebagai landasan
sebanyak 10 responden. Observasi dan validasi data teoritis untuk penelitian. Berdasarkan tinjauan
pendukung merupakan bagian dari penelitian yang pustaka yang dilakukan maka diperoleh jenis-jenis
dirancang untuk memastikan bahwa data yang hambatan pelaksanaan e-government yaitu Prasarana
diperoleh melalui wawancara telah valid dan benar. TI, regulasi/kebijakan, sumber daya manusia (SDM),
Adapun Tahapan peneltian dapat di tunjukan Ekonomi, Geografi, Birokrasi, Politik, dan budaya.
pada gambar 1. b. Persiapan Instrumen Evaluasi
Instrument evaluasi dibutuhkan untuk
memperoleh data atau informasi yang sesuai dengan
tujuan penelitian, maka perlu disiapkan perangkat
penelitian. Adapun perangkat penelitian yang
digunakan mengacu pada pedoman penilaian SPBE
yang diatur dalam Permen PAN-RB No. 59 Tahun
2020[15].
c. Pengumpulan Data
Pada tahap ini, prosedur tanya jawab dan
kunjungan lapangan digunakan untuk mengumpulkan
data yang akan digunakan dalam proses evaluasi
tingkat kematangan SPBE sesuai dengan kriteria
yang telah ditetap dalam PermenPAN-RB No. 59
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …219

untuk tahun 2020. untuk memperoleh data penelitian mengelompokkan hambatan penerapan layanan
digunakan metode sebagai berikut: SPBE Sebagai Berikut.
1. Wawancara merupakan metode 3.1. Kebijakan/Regulasi
pengumpulan data dengan melakukan
Pembentukan kebijakan terkait implementasi
tanya jawab secara langsung dan sistematis
sistem pemerintahan berbasis elektronik pada
dengan sumber informasi. Wawancara
Kabupaten Maluku Tengah yang diharapkan dapat
dipandang sebagai metode untuk
diselesaikan pada tahun 2021 belum juga
mengumpulkan item informasi yang
terealisasikan. Hal ini dapat diketahui dari layanan
dilakukan secara lisan dan tatap muka
SPBE yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten
dengan tujuan yang telah ditentukan.
Maluku Tengah tidak mengalami perbaikan secara
2. Pelaksanaan visitasi dan pengumpulan data signifikan. Rata-rata keadaan layanan SPBE di
dalam prosedur ini dengan mengunjungi Maluku Tengah masih bersifat pemberian informasi
instansi / dinas terkait yang menjadi kepada pengguna apalagi yang berkaitan dengan
responden untuk proses validasi setelah layanan publik berbasis elektronik. Hambatan ini
wawancara dilakukan. terlihat jelas pada hasil evaluasi mengenai
kebijakan/regulasi dan dapat dilihat pada Tabel 1.
d. Verifikasi Data Dukung dan Penilaian
Tingkat Kematangan Tabel 1. Nilai Tingkat kematangan Indikator Kebijakan
Pada proses ini penilaian tingkat kematangan Tingkat
Domain Aspek Indikator kematangan
dilakukan setelah pengumpulan data dan melakukan Indikator
verifikasi data dukung, sehingga diperoleh tingkat
kematangan masing-masing indikator. Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Internal Internal Internal
1
e. Identifikasi dan Pengelompokkan Data SPBE Tata Kelola Arsitektur
SPBE SPBE
Identifikasi dan Pengelompokkan data
dilakukan setelah penilaiain tingkat kematangan Kebijakan
masing-masing indikator selesai dilakukan. Hasil ini Internal Peta 1
Rencana SPBE
berisikan tabel-tabel tingkat kematangan Indikator
yang bernilai 1 dan 2. Nilai 1 menunjukkan bahwa Kebijakan
indikator tersebut belum dilaksanakan sedangkan Internal
1
Manajemen
nilai 2 menunjukkan indikator tersebut telah Data
dilaksanakan tetapi hanya sebatas pada dinas tertentu
Kebijakan
saja. Setiap indikator yang bernilai rendah ini akan Internal
dikelompokkan dan dijadikan hambatan dalam 1
Pembangunan
penerapan layanan SPBE yang disesuaikan dengan Aplikasi SPBE
jenis hambatan e-government pada studi pustaka. Kebijakan
Internal
f. Kesimpulan dan Rekomendasi Perbaikan Layanan Pusat
1
Kesimpulan dan rekomendasi diperoleh setelah Data
mengidentifikasi dan mengelompokkan hambatan-
Kebijakan
hambatan pada implementasi layanan SPBE Internal
berdasarkan hasil penilaian tingkat kematangan pada 1
Layanan
setiap indikator yang dilakukan. Berdasarkan Jaringan Intra
pedoman teknis pemantauan dan evaluasi SPBE yang Kebijakan
dikeluarkan oleh Menpan RB No 962 tahun 2021 Internal
maka evaluator wajib menyusun rekomendasi Penggunaan
1
Sistem
perbaikan yang akan digunakan untuk memperbaiki
Penghubung
dan meningkatkan kualiatas SPBE. Dengan Layanan
demikian, kondisi hambatan-hambatan dalam
Kebijakan
implementasi layanan SPBE yang telah diketahui dan Internal
dapat ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah untuk Manajemen 1
memperbaiki penyelenggaraan layanan SPBE. Keamanan
Informasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kebijakan
Untuk dapat mengidentifikasi hambatan- Internal Audit 1
TIK
hambatan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten
Maluku Tengah dalam implementasi layanan sistem Kebijakan
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) maka Internal Tim
1
Koordinasi
dilakukanlah pengelompokkan data dari hasil SPBE
penilaian level kematangan SPBE berdasarkan
Permen PAN-RB No. 59 Tahun 2020. Penelitian ini
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …220

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa semua nilai 3.3. Sumber Daya Manusia
tingkat kematangan Indikator Kebijakan SPBE
Sumber daya manusia yang terkait dengan
memiliki nilai tingkat kematangan 1. hal ini
layanan SPBE pada Pemerintah Kabupaten Maluku
menunjukan bahwa kebijakan atau regulasi yang
Tengah sangat terbatas. Hal ini diperparah dengan
terkait dengan SPBE belum juga terbentuk sehingga
banyaknya pegawai yang memiliki latar belakang
implementasi layanan SPBE pada organisasi
yang bukan dari kompetensi teknologi informasi yang
perangkat daerah (OPD) terhambat.
menangani bagian layanan SPBE, sehingga layanan
3.2. Perencanaan dan Anggaran SPBE pada Kabupaten Maluku Tengah kurang
mengalami perbaikan dan peningkatan fungsi
Pengadaan dan pengembangan layanan SPBE layanan SPBE. Hambatan ini terlihat jelas pada hasil
sangat bergantung pada perencanaan dan anggaran evaluasi mengenai SDM pada Pemerintah Daerah
yang tersedia. Perencanaan layanan SPBE yang Maluku Tengah Dan dapat dilihat pada Tabel 3.
matang akan sangat berpengaruh baik terhadap
Tabel 3. Nilai Tingkat kematangan Indikator Sumber Daya
kualitas layanan SPBE itu kedepannya, Adapun
Manusia
perencanaan yang buruk menyebabkan layanan Tingkat
SPBE tidak ada perkembangan dan perbaikan. Domain Aspek Indikator kematangan
Indikator
Implementasi dan pengembangan layanan
SPBE pada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah Tata Kelola Penyelenggara Pelaksanaan
SPBE SPBE Tim
terhambat karena terbatasnya anggaran pada Koordinasi
1
Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah. Hal ini SPBE
diperparah juga dengan pembatasan penggunaan
Kolaborasi
anggaran yang diakibatkan oleh covid-19. Anggaran Penerapan 1
yang tadinya direncanakan akan digunakan untuk SPBE
pelaksanaan kegiatan SPBE terpaksa harus Manajemen Penerapan Penerapan
ditiadakan dan dialihkan untuk penanganan pandemi SPBE Manajemen Kompetensi
covid-19. Selama ini pemerintah pusat hanya SPBE Sumber 1
menawarkan kebijakan dan panduan pelaksanaan Daya
Manusia
SPBE namun tidak disertai dengan alokasi anggaran
yang digunakan sehingga harus ditanggung oleh
masing-masing pemerintah daerah. Hal ini terlihat Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa semua nilai
jelas pada hasil evaluasi mengenai perencanaan dan Tingkat kematangan yang terkait dengan Indikator
anggaran yang dapat dilihat pada Tabel 2. sumber daya manusia sebesar 1. Nilai ini menunjukan
bahwa pelaksanaan tim koordinasi spbe belum juga
Tabel 2. Nilai Tingkat kematangan Indikator Perencanaan dibentuk, kolaborasi penerapan spbe belum
dan Anggaran terlaksana dengan baik, serta penerapan kompetensi
Tingkat
Domain Aspek Indikator kematangan sumber daya manusia sesuai dengan pengelolaan
Indikator layanan SPBE belum dilaksanakan sehingga layanan
SPBE yang sudah ada tidak ada perbaikan signifikan.
Tata Perencanaan
Arsitektur
Kelola Strategis 1 3.4. Infrastruktur
SPBE
SPBE SPBE
Peta Rencana
Infrastruktur layanan SPBE pada Pemerintah
1 Kabupaten Maluku Tengah memang belum tersebar
SPBE
secara merata. Hal ini dibuktikan dengan adanya
Keterpaduan
Rencana dan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan
1 Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Kabupaten
Anggaran
SPBE Maluku Tengah yang belum terhubung dengan
Inovasi Proses jaringan internet sehingga sampai saat ini masih ada
1
Bisnis SPBE OPD dan UPT yang belum memiliki layanan SPBE
baik itu berupa aplikasi maupun website pada OPD
dan UPT tersebut.
Pada Tabel 2, terlihat bahwa semua nilai tingkat Dari segi masyarakat, di berbagai wilayah yang
kematangan yang terkait dengan Indikator ada pada Kabupaten Maluku Tengah masih ada
Perencanaan dan Anggaran sebesar 1. Nilai ini wilayah yang belum memiliki layanan internet
termasuk dalam kategori sangat rendah jika walaupun semua fasilitas itu ada tentunya harganya
dibandingkan dengan nilai maksimal yaitu 5. Hal ini masih relatif mahal sehingga akses penggunaan
menunjukan bahwa indikator Arsitektur SPBE, Peta internet masih terbatas pada kalangan tertentu saja.
Rencana SPBE, Keterpaduan Rencana dan Anggaran Hambatan mengenai infrastruktur dapat dilihat pada
SPBE serta Inovasi Proses Bisnis SPBE belum juga tabel 4.
dilaksanakan sehingga menghambat pengadaan dan
pengembangan layanan SPBE
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …221

Tabel 4. Nilai Tingkat kematangan Indikator Infrastruktur Untuk mengatasi hambatan pada perencanaan
Tingkat SPBE Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah perlu
Domain Aspek Indikator kematangan
Indikator
membuat masterplan, strategi implementasi layanan
SPBE dan juga pedoman pelaksanaannya yang
Tata Kelola Teknologi dituangkan dalam bentuk peraturan daerah maupun
Pembangunan
SPBE Informasi
dan
Aplikasi 1 peraturan bupati sehingga sistem pemerintahan
SPBE berbasis elektronik pada Kabupaten Maluku Tengah
Komunikasi
dapat dijadikan prioritas utama dalam hal menunjang
Layanan
1 kinerja pemerintah daerah yang bersih, efektif,
Pusat Data
transparan, dan akuntabel sehingga tingkat
Layanan
Jaringan Intra
2 kepercayaan masyarakat kepada pemerintah daerah
dapat meningkat.
Penggunaan Implementasi layanan SPBE pada Pemerintah
Sistem
Penghubung
2 Kabupaten Maluku Tengah memang memerlukan
Layanan anggaran operasional dan pemeliharaan yang
memadai. Hal ini bertujuan untuk perbaikan dan
Manajemen Penerapan Penerapan
SPBE Manajemen Manajemen 1 evaluasi implementasi layanan SPBE dapat berjalan
SPBE Risiko SPBE dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditekankan
Penerapan
kepada Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah
Manajemen bahwa anggaran SPBE harus dimasukkan dalam
1
Keamanan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Informasi serta program SPBE harus ditempatkan sebagai skala
Penerapan prioritas dalam proses pembangunan daerahnya.
Manajemen 1 c. Sumber Daya Manusia
Data Untuk mengatasi permasalahan sumber daya
Penerapan manusia dalam pengelolaan layanan SPBE maka
Manajemen 1 Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah perlu
Aset TIK
melakukan perekrutan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) yang memiliki kemampuan
Tabel 4, menunjukan bahwa nilai tingkat terkait dengan layanan SPBE misalnya memiliki latar
kematangan indikator infrastruktur yang terkait belakang programmer, web engineer/web
dengan aspek teknologi informasi dan komunikasi, administrator, computer network, dan juga konsultan
dan juga aspek penerapan manajemen SPBE IT. Hal ini diperlukan agar pegawai tersebut dapat
memiliki nilai 1. hal ini tentu menjadi hambatan memperbaiki dan mengembangkan layanan SPBE
besar dalam pengembangan layanan SPBE pada Kabupaten Maluku Tengah.
kedepannya. Selain itu indikator layanan jaringan Bagi pegawai yang telah menempati posisi
intra dan penggunaan sistem penghubung layanan tertentu terkait pengelolaan layanan SPBE maka
memiliki nilai 2, artinya indikator infrastruktur masih perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan SDM di
berfokus pada masing-masing OPD. bidang TIK yang terintegrasi. Pendidikan dan
3.5. Rekomendasi Perbaikan pelatihan ini hendaknya bersifat in house training
sehingga semua kalangan pegawai pada Pemerintah
Untuk menyelesaikan hambatan-hambatan Kabupaten Maluku Tengah memperoleh pengetahuan
dalam penyelenggaraan implementasi layanan SPBE dan pemahaman secara menyeluruh mengenai
maka Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah perlu layanan SPBE. In house training tersebut dapat
melakukan beberapa hal yaitu. dilaksanakan dengan melibatkan para pakar di daerah
a. Kebijakan maupun pusat dan juga bekerjasama dengan pihak
Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah perguruan tinggi yang ada. Selain itu pendidikan dan
Kabupaten Maluku Tengah perlu secepatnya untuk pelatihan ini juga dapat dilakukan secara mandiri oleh
mengesahkan kebijakan yang terkait dengan Sistem Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah yang lebih
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) sehingga mengetahui kebutuhannya sendiri berkaitan dengan
mempermudah koordinasi dan komunikasi antar implementasi layanan SPBE. Untuk itu perlu
OPD terkait guna menselaraskan informasi terkait penanganan yang serius dan dilakukan secara
SPBE sehingga pembentukan tim koordinasi SPBE bersama-sama baik itu oleh pemerintah pusat, daerah
dapat segera terbentuk dan mengurangi hambatan maupun perguruan tinggi.
pada masing-masing OPD dalam melaksanakan d. Infrastruktur
operasional layanan SPBE sehingga hal-hal yang Keterbatasan infrastruktur layanan SPBE pada
menyangkut permasalahan teknis pelaksanaan di Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah perlu menjadi
lapangan dapat segera diketahui dan diselesaikan perhatian sehingga dibutuhkan untuk membentuk
secara bersama. suatu kebijakan yang merangkul pihak swasta
b. Perencanaan dan Anggaran khususnya internet service provider (ISP) dalam
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …222

bentuk kerjasama terpadu yang tentunya Understanding (MoU) untuk mengatasi hambatan
menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya infrastruktur layanan SPBE.
Memorandum of Understanding (MoU) yang dibuat
5. DAFTAR PUSTAKA
oleh pemerintah daerah dengan pihak telkom yang
tertuang dalam kebijakan bahwa akan dilakukan [1] N. Nuriyanto. 2014. “Penyelenggaraan
pengembangan infrastruktur jaringan untuk Pelayanan Publik Di Indonesia, Sudahkah
memenuhi kebutuhan implementasi layanan SPBE di Berlandaskan Konsep ‘Welfare State’?,” J.
lingkup Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah Konstitusi, vol. 11. no. 3, pp. 428–453
dengan Telkom sebagai penyedia jasa internet. [2] M. Silalahi, D. Napitupulu, and G. Patria. 2015.
Kebijakan ini juga akan mengatur berbagai “Kajian Konsep dan Kondisi E-Government di
infrastruktur layanan SPBE yang terhubung antar Indonesia,” Teknol. Inf. dan Komun., vol. 1. no.
masing-masing OPD dan UPT secara lebih efektif 1, pp. 10–16
sehingga kebijakan ini menjadi terobosan untuk [3] R. Meiyanti, B. Utomo, D. I. Sensuse, and R.
mengatasi infrastruktur yang mahal. Wahyuni, “E-Government Challenges in
Bagi konsumen dari kalangan masyarakat, Developing Countries: A Literature Review,”
pemerintah daerah perlu berkolaborasi dengan 2018 6th Int. Conf. Cyber IT Serv. Manag.
pemerintah pusat dan dibantu oleh pihak swasta untuk CITSM 2018, no. Citsm, pp. 1–6, 2019.
memperluas aksesibilitas dan jangkauan infrastruktur [4] E. E. Supriyanto. 2016. “Kebijakan Inovasi
internet bagi semua kalangan masyarakat dari atas Teknologi Informasi (IT) Melalui Program
hingga bawah. Termasuk menetapkan tarif yang Elektronik Goverment dalam Meningkatkan
terjangkau dan transparan untuk semua masyarakat, Kualitas Pelayanan Publik di Indonesia,” J. Ilmu
Pemerintah. Kaji. Ilmu Pemerintah. dan Polit.
4. KESIMPULAN
Drh., vol. 1. no. 1, p. 141. Doi:
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah 10.24905/jip.v1i1.438.
dijelaskan, penerapan layanan SPBE pada [5] Ihsanira Dhevina E. (2018). E- Government :
Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah banyak Inovasi dalam Strategi Komunikasi.
menghadapi hambatan-hambatan dalam KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
pelaksanaannya. Hambatan tersebut antara lain, REPUBLIK INDONESIA.
kebijakan/regulasi mengenai SPBE yang sampai saat https://www.setneg.go.id/baca/index/e_governm
ini belum terbentuk. penyusunan rencana/masterplan ent_inovasi_dalam_strategi_komunikasi
SPBE, strategi implementasi layanan SPBE dan juga [Diakses 3 Oktober 2022]
pedoman pelaksanaannya belum dilakukan. [6] Kriyantono. (2014). Teori Public Relations
Anggaran penyelenggaran SPBE yang tidak tersedia. Perspektif Barat dan Lokal : Aplikasi Penelitian
sumber daya manusia (SDM) terkait pengelolaan dan Praktik. Jakarta: Prenada Media
layanan SPBE yang terbatas dan banyaknya [7] Yulisprianto, A. R., & Aji, G. G. (2018).
banyaknya pegawai yang memiliki latar belakang Implementasi Government Public Relations
yang bukan dari kompetensi teknologi informasi yang Digital Untuk Membangun Komunikasi Dua
menangani bagian layanan SPBE. Infrastruktur Arah (Studi Kasus Program Sapawarga
layanan SPBE pada Pemerintah Kabupaten Maluku Pemerintah Kota Surabaya). Commercium, 1(2)
Tengah memang belum tersebar secara merata. [8] Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 95
Upaya perbaikan layanan SPBE harus menjadi tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan
perhatian serius Pemerintah Kabupaten Maluku Berbasis Elektronik. Jakarta: Kementerian
Tengah dalam mewujudkan layanan publik yang Sekretariat Negara Republik Indonesia.
optimal. Untuk itu perlu dilakukan berbagai cara [9] A. Arief and M. Yunus Abbas. 2021 “Kajian
untuk mengatasi hambatan dalam penyelenggaran Literatur (Systematic Literature Review):
layanan SPBE. Upaya yang perlu dilakukan yaitu Kendala Penerapan Sistem Pemerintahan
mengesahkan kebijakan yang terkait dengan Sistem Berbasis Elektronik (SPBE),” J. Ilm. Tek.
pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) sehingga Elektro, vol. 8, no. 1, pp. 1–6, doi:
mempermudah koordinasi dan komunikasi antar 10.33387/protk.v8i1.1978.
OPD terkait. Membuat masterplan, strategi [10] U. Amri, Adianto, and H. As’ari. 2022.
implementasi layanan SPBE dan juga pedoman “Kebijakan Inovasi dalam Penyelenggaraan
pelaksanaannya yang dituangkan dalam bentuk Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
peraturan daerah maupun peraturan bupati. (SPBE) di Kota Dumai,” J. Pendidik. Tambusai,
Memasukkan anggaran SPBE pada Anggaran vol. 6, no. 2, pp. 12201–12207,
Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) serta [11] Khaidarmansyah and R. Saifuddin.2022.
menempatkan program SPBE sebagai skala prioritas. “Optimalisasi Penyelenggaraan Sistem
Melakukan pendidikan dan pelatihan SDM di bidang Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di
teknologi informasi dan komunikasi yang Provinsi Lampung,” Deriv. J. Manaj., vol. 16,
terintegrasi. Bekerjasama dengan pihak swasta yang no. 1, pp. 85–95
dituangkan dalam bentuk Memorandum of [12] A. S. Qotrunnisa. 2021. “Model Arsitektur
Arifin, dkk, Hambatan SPBE …223

Layanan Administrasi Pemerintahan Sistem


Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
Pemerintah Daerah Kuningan,” JIKO (Jurnal
Inform. dan Komputer), vol. 4. no. 3, pp. 187–
192. Doi: 10.33387/jiko.
[13] A. R Pamungkas, L. Edi Nugroho, and S.
Sulistyo. 2020. “Evaluasi Faktor Kegagalan
Sistem Informasi Pada Kesiapan Penerapan E-
Government: Studi Literatur,” JIKO (Jurnal
Inform. dan Komputer), vol. 3, no. 3, pp. 143–
152, doi: 10.33387/jiko.v3i3.2176.
[14] Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
[15] Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia nomor 59 tahun 2020 tentang
Pemantauan Dan Evaluasi Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik. Jakarta: Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia.

You might also like