You are on page 1of 20

1

JARINGAN PERDAGANGAN SENJATA PAD MASA GERAKAN DI/TII


SULAWESI SELATAN 1950-1965

Weapons Trafficking on The DI/TII South Sulawesi 1950-1965


Ahmad Subair
Pendidikan IPS, Kekhususan Pendidikan Sejarah
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar
e-mail : Baircool4@gmail.com

ABSTRAK
Gerakan DI/TII di Sulawesi-Selatan adalah salah satu gerakan subversif terlama di Indonesia.
Awalnya gerakan ini merupakan gerakan protes terhadap pemerintah pusat. Dari aksi protes tersebut
hingga akhirnya lahirlah DI/TII. Gerakan ini berawal pada tahun 1950 dengan nama KGSS, kemudian
berganti menjadi CTN tahun 1951. Setelah kegagalan integrasi Gerilya ke TNI, gerakan ini berganti
nama menjadi DI/TII hingga berakhir pada tahun 1965.Gerakan DI/TII Sulawesi-Selatan selalu
menarik untuk diteliti lebih dalam. Khususnya tentang pengendalian ekonomi yang sangat berkaitan
erat dengan pasokan persenjataan dan logistik DI/TII. Untuk mengungkap pengendalian ekonomi dan
pasokan persenjataan DI/TII terdapat tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu (i) untuk mengetahui
bagaimana gerakan ini bertahan dan mendapatkan senjata? (ii) untuk mengetahui bagaimana gerakan
ini dapat mengendalikan perekonomian Sulawesi Selatan (iii) untuk mengetahui kepentingan
perjuangan DI/TII dan kepentingan perekonomian bekerja bersama?
Dalam mengungkap peristiwa DI/TII di masa lalu, penelitian ini menggunakan metode
penelitian sejarah yaitu (i) Heuristik (ii) Kritik (iii) Interpretasi (iv) Historiografi. Dibantu dengan
pendekatan teori ilmu bantu lain, seperti (i) teori konflik (ii) Teori jaringan (iii) Taktik Gerilya.
Hasil penelitian Ini menunjukkan bahwa (i) Gerakan DI/TII dapat bertahan lama disebabkan
oleh adanya pasokan senjata yang cukup kuat untuk Gerakan ini. (ii) untuk menguasai perekonomian
Sulawesi selatan DI/TII melakukan gerakan blokade ekonomi. Dengan cara menguasai daerah-daerah
penghasil komoditas yang laku di pasaran khususnya kopra (iii) untuk memperjuangkan tujuannya
Gerakan DI/TII butuh senjata. Oleh sebab itu DI/TII kemudian yang menguasai hasil bumi di daerah
pelosok Sulawesi-Selatan melakukan barter dengan senjata. DI/TII secara. Dalam usaha-usaha
tersebut, DI/TII di lindungi oleh “ Alat Negara” yang berkuasa d daerah-daerah Sulawesi-Selatan.

Keywords: DI/TII, South Sulawesi, Perdangangan Senjata, Penyeludupan Senjata, Gerakan


Subversif, Qahhar Mudzakkar.
2

ABSTRACT

The DI/TII Movement in South Sulawesi is one of longest subversive movement in


Indonesian. Initially in the movement is a protest on central government. From the protes action,
DI/TII was then existed. The movement was started in the 1950 under the name KGSS. Then it
challenged to CTN in 1951. After the integration of Guerilla to TNI (Army) failed, the movement was
changed under the name DI/TII to the end of the movement in 1965. The DI/TII movement in South
Sulawesi has always been interesting to be examined comprehensively, particularly on economic
control which is closely related to weaponry supply and logistic of the DI/TII. In order discover the
economic control and weaponry supply of DI/TII, there are research objective to be achieved, namely
(i) to examine how the movement survive and obtain the weapon, (ii) to examine how the movement
can control the economic in South Sulawesi, and (iii) to examine significance of the struggle of the
DI/TII and significance of economy collaboratively.
In order to reveal DI/TII in the past, the study employed history research method, namely (i)
heuristic (ii) critique (iii) interpretation (iv) historiography, assisted with other theories, namely (i)
conflict theory, (ii) networking theory, (iii) and guerilla tactic.
The results of the study revel that (i) in the DI/TII movement was able survive due to a strong
weaponry supply for the movement, (ii) to take control the economy in South Sulawesi, DI/TII
conducted economy blokade movement by controlling the commodity-producing regions the sell well,
particularly copra (iii) to fight for its purpose, the DI/TII movement needed weapon. Thus the DI/TII
that controlled crops the remote areas in South Sulawesi conducted barter with weapons. DI/TII
efforts were protected by apparatus state who controlled the regions in South Sulawesi.
Keywords: DI/TII, South Sulawesi, Weaponry, Supply, Survive Movement.
3

PENDAHULUAN harus kembali mengamankan “Hak-nya”, baik


Sejak proklamasi kemerdekaan di daratan Eropa maupun di Hindia Belanda
Indonesia tahun 1945 situasi tanah air tidak (Indonesia). Usaha Belanda untuk kembali
langsung menjadi kondusif dari berbagai mengukuhkan kekuasaanya di Indonesia
kondisi. Khususnya kondisi keamanan negara mengalami berbagai masalah. Masalah tersebut
merupakan point tersendiri yang menjadi fokus diantaranya, Indonesia telah memproklamirkan
penyelesaian oleh pemerintah. Kondisi diri sebagai negara yang merdeka dan meresa
keamanan yang tidak pasti tersebut sangat tidak terikat apapun dengan pemerintah
berpengaruh terhadap sektor lainnya yang Belanda. Akhirnya rencana Belanda untuk
bermuara pada kesejahteraan rakyat pasca kembali ke tanah Koloninya menuai jalan
kemerdekaan. terjal yang sangat panjang dan memakan
Setali dengan isu keamanan negara banyak korban dari berbagai pihak.
yang tidak kondusif. Pemerintah Belanda Di sisi lain Indonesia sebagai negara
pasca perang dunia II belum “ikhlas” merdeka dengan situasi politik dan keamanan
sepenuhnya dengan kemerdekaan Indonesia. yang tidak kondusif harus menghadapi
Berangkat dari rasa tidak ikhlas tersebut Belanda dengan cara apapun, baik dengan cara
pemerintah Belanda menjawabnya dengan peperangan maupun dangan cara diplomasi.
agresi militer yang disebutnya sebagai aksi Untuk menjalankan rencanya kembali ke
polisioner terhadap daerah koloninya Indonesia, Belanda menggunakan siasat perang
Indonesia. (Tactic of War). Oleh pihak Indonesia yang
tidak menerima kedatangan bangsa Belanda
Agresi militer Belanda terhdap tersebut mengadakan perlawanan sengit
kawasan Indonesia hingga tahun 1949 di dasari (Guerilla of Tactic). Hingga Akhirya kedua
oleh konstalasi pilitik internasional pasca belah pihak, Indonesia dan Belanda oleh
perang dunia II. Belanda di daratan Eropa yang Komuniatas Internasioanal dipaksa duduk
luluh lantak akibat keganasan pemerintahan bersama di meja perundingan yang dikenal
Nazi Jerman berusaha merajut kembali sisa- dengan Konferensi Linggarjati . Perundingan
sisa kekuatan. Berakhirnya perang dunia II tersebut menghasilkan suatu kesepakatan yang
yang dimenangkan oleh pihak sekutu mengharuskan Belanda mengakui
(termasuk Belanda) membuat Belanda merasa

kemerdekaan Indonesia atas Pulau


Jawa, Sumatra, dan Madura (JSM).
Hasil perundingan tersebut belakangan pejuang berinisiatif untuk memberitahukan
menjadi masalah baru, karena pengakuan situasi di Sulawesi Selatan kepada pimpinan di
Belanda terhadap berdirinya negara Republik Jawa. Pada saat itu Qahhar Mudzakkar berada
Indonesia berlaku hanya untuk ketiga pulau di Jakarta dan menjadi sekretaris Kesatuan
tersebut. Tidak berlaku untuk Indonesia- Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) kemudian
Timur, artinya Belanda dengan niatan untuk membentuk Barisan Berani Mati (BBM) dan
menguasai kembali tanah koloninya masih Kelaskaran KRIS yang beranggotakan bekas
terus berlangsung. Di Indonesia-Timur yang tahanan Nusakambangan dan para pejuang asal
menjadi sasaran pendudukan Belanda Sulawesi di Jawa.
mengalami situasi sulit, karena jaranknya yang Setiba di Yogyakarta utusan dari
jauh dari Ibukota, sehingga bantuan materil Sulawesi-Selatan yaitu Andi Mattalata beserta
untuk menghalau tindakan represif Belanda rombongan mengadakan pertemuan dengan
susah diperoleh. Presiden Soekarno. Dalam pertemuan tersebut
Untuk kawasan Indonesia-Timur Presiden Soekarno memberikan perintah agar
khususnya di Sulawesi-Selatan telah terjadi para pejuang Sulawesi menuju Jakarta untuk
gerakan mempertahankan kemerdekaan dari menemui Perdana Menteri Sjahrir. Selain
agresi militer Belanda yang diprakarsai oleh menemui Sjahrir beberapa rombongan lainnya
para kaum bangsawan dan pejuang menemui Panglima Besar Jenderal Sudirman.
kemerdekaan. Situasi sulit dan kekuatan yang Pada saat itulah terjadi komunikasi antara
tidak berimbang dalam menghadapi aksi Qahhar Mudzakkar dengan rombongan
militer Belanda membuat beberapa kelompok
4

pejuang dari Sulawesi-Selatan (Gonggong Komando Pasukan Seberang berhasil


2004:178 ) merealisasikan rencananya me-reorganisasi
Pertemuan antara rombongan pejuang pasukan-pasukan kelaskaran gerilya di
dengan Panglima Besar Jenderal Sudirman Sulawesi-Selatan melalui sebuah konferensi di
membicarakan usul pembentukan Tentara Maros. Hasil konferensi tersebut membentuk
Republik Indonesia Persiapan Sulawesi Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS)
(TRIPS) untuk diberangkatkan ke Sulawesi, dan ditaksir memiliki kekuatan sebanyak 10
dan Abdul Qahhar Mudzakkar ditugaskan batalion dan Kolonel Abdul Qahhar
membentuk kesatuan tersebut. Itulah rencana Mudzakkar sebagai komandan KGSS dengan
awal kepulangan Qahhar Mudzakkar ke alasan dianggap berjasa karena telah mengatur
kampung halamannya Sulawesi-Selatan pasukan perlawanan dari Jawa (Gonggong
sebagai tentara dengan pangkat Letnan 2004:191).
Kolonel, didampingi Andi Matalatta sebagai Pada perkembangan selanjutnya pada
wakil komandan dan Muhammad Saleh tahun 1950 lahirlah masalah yang lebih rumit
Lahade sebagai kepala staf (Gonggong disebabkan oleh pertentangan antara pejuang
2004:78). pada masa revolusi fisik yang telah berubah
Dengan menggunakan nama menjadi KGSS dengan Alex Evert (AE).
“Ekspedisi Sulawesi” pasukan TRI (PS) atas Kawilarang komandan T.T. VII. Disebabkan
perintah Abdul Qahhar Mudzakkar karena Abdul Qahhar Mudzakkar menuntut
diberangkatkan menuju Sulawesi. Namun agar seluruh pasukan gerilya Sulawesi-Selatan
ekspedisi tersebut tidak berjalan mulus, karena dapat diterima menjadi anggota Angkatan
beberapa pasukannya tertangkap oleh Belanda, Perang Republik Indonesia (APRI) tanpa
sebagian lainnya sebanyak sepuluh ekspedisi syarat.
berhasil mendarat di Sulawesi. Menurut Van Pertentangan inilah di kemudian hari
Dijk (1983) jumlah prajurit yang dikirim ke makin besar hingga menciptakan konflik
Sulawesi sebanyak ± 12.000 prajurit. Abdul antara KGSS dengan Pemerintah Indonesia
Qahhar Mudzakkar sendiri masih berada di yang dikenal dengan gerakan DI/TII di
Jawa hingga tahun 1949 memimpin pasukan Sulawesi-Selatan. Oleh Anhar Gonggong
berani mati bersama sisa anggota Pasukan (1990: 35) membaginya menjadi beberapa
TRIPS untuk melawan agresi militer Belanda. perubahan: diawali oleh KGSS berubah
Adapun sepuluh ekspedisi yang menjadi TKR, dan kemudian menjadi DI/TII
berhasil mendarat di Sulawesi inilah di yang berafiliasi dengan gerakan Kartosuwiryo
kemudian hari membentuk pasukan TRI Divisi di Jawa-Barat, dan kemudian menjadi RPII
Hasanuddin pada Konferensi Pacceke di Barru (Republik Persatuan Islam Indonesia) namun
pada tahun 1947. Dalam konferensi tersebut Gerakan Abdul Qahhar Mudzakkar lazim
bergabung beberapa kelompok kelaskaran di dikenal dengan nama DI/TII Sulawesi-Selatan.
Sulawesi dengan tujuan melawan dan Gerakan pemberontakan DI/TII
menghalau rencana Belanda kembali Sulawesi adalah pemberontakan yang paling
menduduki palau Sulawesi dan Indonesia lama di Indonesia. Diantara sekian banyak
Timur pada umumnya (Provinsi Sulawesi, pemberontakan menentang pemerintah yang
1953). sezaman dan mengakibatkan banyak kerugian
Menjelang berakhirnya perang di berbagai bidang. Pemberontakan ini
mempertahankan kemerdekaan, yang di tandai berlangsung selama 15 tahun dalam beberapa
dengan kesiapan Indonesia-Belanda periode:
menghadapi KMB (Konferensi Meja Bundar) Periode I, tahun 1950-1953 di
muncullah beberapa masalah baru. Masalah dalamnya terjadi kerumitan
tersebut adalah nasib gerilya di Sulawesi- penyelesaian masalah gerilya yang
Selatan yang diprediksi akan kehilangan berjuang pada masa perang
tempat di kemudian hari. Untuk mengatasi hal mempertahankan kemerdekaan.
tersebut Qahhar Mudzakkar kemudian Periode II, 1953–1959 di dalamnya
menugaskan Saleh Sjahban untuk melakukan terdapat pemberontakan DI/TII dengan
persiapan reorganisasi kelaskaran di Sulawesi berbagai kegiatan yang hampir
Selatan tahun 1949. (Gonggong, 1990) mencakup seluruh daerah Sulawesi-
Abdul Qahhar Mudzakkar pada tahun Selatan. Periode III, 1959-1962
1949 berkedudukan sebagai Komandan ditandai oleh makin berhasilnya
5

langkah-langkah pemerintah dalam Sangat banyak mobilisasi manusia


usaha penyelesaian keamanan dalam pada masa Gerakan DI/TII Sulawesi Selatan
negeri, kemudian juga terlihat makin antara tahun 1950 hingga tahun 1965. Ada
melemahnya kekuatan DI/TII yang bergerak karena kondisi perang, dan ada
Sulawesi-Selatan sebagai akibat terjadi yang bergerak karena ekonomi yang berafiliasi
perpecahan dalam gerakan ini. Periode dengan kepentingan perang. Semua aktivitas
IV, ialah 1962-1965 tampak adanya subversif (perang) membutuhkan dukungan
usaha Abdul Qahhar Mudzakkar materi khususnya senjata dan itulah yang
sebagai pimpinan DI/TII di Sulawesi- penting untuk diketahui karena selama ini
Selatan untuk bertahan dalam informasi mengenai gerakan DI/TII Sulawesi-
kesendiriannya, ia justru berusaha Selatan hanya mengungkap “iconic” dari
merealisasikan idenya mendirikan gerakan. Sangat jarang yang menyajikan
Negara Islam yang dicita-citakan. Ia informasi bagaimana suatu gerakan subversif
membentuk negara dengan nama yang besar dan jaringan kepentingan ekonomi
Republik Persatuan Islam Indonesia bekerja bersama.
(RPII), akhir periode ini adalah Jaringan ekonomi dan perang (gerilya)
tertembak matinya Kolonel TII Abdul sering dipisahkan, begitupula dengan Icon
Qahhar Mudzakkar yang menyebut sebuah gerakan dan grassroots sehingga kita
dirinya sebagai Chalifah/ Pejabat kerap hanya mengetahui puncak dari suatu
Presiden RPII (Gonggong: 1990: 35) peristiwa, termasuk peristiwa DI/TII Sulawesi-
Selatan yang terjadi sangat lama tersebut.
Gerakan DI/TII Sulawesi-Selatan yang Rasanya tidak adil jika hanya menyorot orang-
sangat besar adalah sebuah akumulasi dari orang yang berperan memobilisasi manusia
berbagai kekuatan kecil yang menyokongnya, untuk perang sehingga faktor lain luput dari
hingga perjuangan untuk merealisasikan perhatian. Faktor tersebut seperti persenjataan
idenya tersebut dapat terlaksana. Suatu hal untuk perang, dan bagaimana cara
yang sangat penting untuk diketahui adalah memperolehnya. Semua itu menurut peneliti
bagaimana sebuah gerakan dengan orientasi adalah sesuatu yang sangat menentukan arus
konfrontasi bisa berlangsung lama. Dari mana gerak perlawanan DI/TII hingga bisa bertahan
sebuah gerakan besar dan terlama memperoleh begitu lama.
dukungan dana, dan tentu dana yang sangat Berangkat dari latar belakang di atas
besar dapat menggerakkan ribuan orang untuk peneliti hendak mengungkap bagaimana
berperang. Kemudaian yang tidak kalah kepentingan ekonomi dan kepentingan perang
pentingnya untuk diketahui adalah bagaimana (Senjata) bekerja bersama pada masa Gerakan
sebuah gerakan memperoleh suplai DI/TII di Sulawesi-Selatan dengan judul:
persenjataan, karena persenjataan sangat erat Jaringan Perdagangan Senjata pada Masa
kaitannya dengan regulasi dari suatu Gerakan DI/TII Di Sulawesi-Selatan Tahun
pemerintahan yang resmi. 1950-1965.
Senjata dan prajurit merupakan dua hal
yang tidak bisa dipisahkan. keduanya adalah Berdasarkan latar belakang masalah,
sesuatu yang saling melengkapi dengan tujuan maka penelitian ini memfokuskan diri untuk
memperoleh kemenangan, senjata merupakan mengulas kepentingan persenjataan pada masa
nyawa dalam medan tempur apapun jenis Gerakan DI/TII Sulawesi-Selatan tahun 1950-
pertempurannya dan bagaimanapun kondisi 1965.
medan tempurnya. Senjata menjadi sesuatu Dengan demikian permasalahan dalam
yang harus dimiliki oleh segenap struktur penelitian ini dapat dirumuskan dalam
prajurit untuk menghadapi perang, begitulah pertanyaan-pertanyaan berikut:
pentingnya persenjataan dalam peperangan. 1. Bagaimana jaringan perdagangan senjata
Demikian pula dengan Gerakan DI/TII di DII/TII Sulawesi-Selatan berkolaborasi dengan
Sulawesi-Selatan agar tetap bisa bertahan dan jaringan perekonomian selama tahun 1950-
menyerang musuh, mereka butuh senjata, 1965?
bagaimanapun baiknya strategi perang yang 2. Bagaimana dampak intervensi DI/TII
dimiliki oleh prajurit jika tidak didukung oleh Sulawesi-Selatan terhadap perekonomian di
senjata yang sepadan, maka mustahil bisa Sulawesi pada tahun 1950-1965 ?
bertahan lama.
6

Analisis Teori jaringan bisa saja individu dan bisa pula


kelompok, perusahaan, dan masyarakat”.
1. Teori Jaringan Hubungan dapat terjadi dalam tingkat skala
Dalam mengungkap jaringan luas maupun yang lebih sempit. Granoveter
perdagangan pada masa Gerakan DI/TII di (dalam Ritzer et. Al 2003) lebih spesifik
Sulawesi-Selatan diperlukan pendekatan yang menjelaskan bahwa
sesuai dengan objek kajian. Pendekatan yang Hubungan atau jaringan yang terjadi
digunakan dalam penelitian ini adalah dalam skala kecil yaitu dalam lingkup
pendekatan analisis jaringan. Analisis jaringan hubungan pribadi dalam struktur
relatif memfokuskan diri pada pola objek yang jaringan itu. Hubungan ini
menghubungkan anggota masyarakat, berlandaskan bahwa setiap aktor
individual terhadap kelompok (Ritzier at al. (individu atau kolektivitas)
2003: 385). Lebih lanjut Wellman (dalam mempunyai akses berbeda terhadap
Ritzier 2003: 283) menjelaskan sasaran utama sumber daya yang bernilai (kekayaan,
teori jaringan sebagai berikut : kekuasaan, informasi).
Analisis jaringan memulai dengan
gagasan sederhana namun sangat kuat, Lebih dalam teori jaringan melihat
usaha utama sosiolog adalah suatu ikatan atau hubungan yang kuat dan
mempelajari struktur sosial … cara lemah dalam suatu analisis sosial, Granoveter
paling langsung mempelajari struktur (1985) menjalakan ikatan kuat dan ikatan
sosial adalah menganalisis pola ikatan lemah dalam jaringan sebagai berikut:
yang menghubungkan anggotanya. “… Misalnya ikatan kuat, hubungan antara
Pakar analisis jaringan menelusuri seorang dengan teman karibnya, dan
struktur bagian yang berbeda di bawah ikatan yang lemah adalah misalnya
pola jaringan biasa, yang sering hubungan antara seorang dengan
muncul ke permukaan sebagai sistem kenalannya. Sosiolog cenderung
sosial yang kompleks… aktor dan memusatkan perhatian terhadap orang
perilakunya dipandang sebagai yang mempunyai ikatan yang kuat atau
paksaan oleh struktur sosial ini. Jadi, kelompok sosial. Mereka mengatakan
sasaran perhatian analisis ini bukan ikatan yang kuat itu lebih penting
pada aktor sukarela, tetapi pada sedangkan ikatan yang lemah itu tidak
paksaan struktural. penting dijadikan sasaran studi… lebih
lanjut Granoveter menjelaskan ikatan
Secara sederhana analisis jaringan lemah dapat menjadi sangat penting
merupakan suatu gagasan yang dapat di contoh ikatan lemah antara dua aktor
gunakan dalam mengungkap jaringan dapat menjadi jembatan antara dua
perdagangan senjata pada masa DI/TII di kelompok yang kuat ikatan
Sulawesi-Selatan, akan tetapi dalam hal ini internalnya. Tanpa ikatan yang lemah
peneliti tidak hanya melihat aktor paksaan itu kedua kelompok kemungkinan
dalam melihat peristiwa. Misalnya pada masa terisolasi secara total. Isolasi ini
DI/TII Sulawesi Selatan terdapat banyak sekali selanjutnya dapat menyebabkan sistem
aktor yang memainkan peran vital dalam sosial semakin trefragmentasi. Seorang
sebuah gerakan. Aktor sukarela yang dibantah individu tanpa ikatan lemah akan
oleh Wellman dalam beberapa hal justru merasa dirinya terisolasi dalam sebuah
merupakan bagian inti yang banyak kelompok yang ikatannya sangat kuat
mempengaruhi arus gerak sejarah. Khususnya dan akan kekurangan informasi
dalam hal logistik, meskipun demikian peneliti tentang apa yang terjadi di kelompok
tidak menafikan bahwa terdapat aktor paksaan lain maupun masyarakat luas. Karena
yang turut terjalin dalam sebuah jaringan. itu ikatan lemah mencegah isolasi dan
Ciri khas teori jaringan yaitu memungkinkan individu
pemusatan perhatian dilakukan pada struktur mengintegrasikan dirinya dengan lebih
makro dan mikro, untuk mengetahui segala baik dalam masyarakat lebih lua.”
sesuatu lebih dalam terkait dengan jaringan. (Granover dalam Ritzier 2003:
Oleh Wellman dan Wortley (dalam Ritzer, 283,284)
2003) mengungkapkan bahwa “aktor dalam
7

Selain pentingnya ikatan lemah dalam bukan saja untuk dibinasakan angkatan
teori jaringan Granoveter, (dalam Ritzier bersenjatanya, melainkan harus
2003:284) juga tidak mengingkari ikatan yang demikian semua susunan dan lembaga
kuat sebagai faktor penggerak dalam teori politik dan sosial ekonominya. Perang
jaringan, hubungan kuat menurutnya saat ini bergejolak sekaligus di sektor
mempunyai nilai penting. Orang yang militer, psikologis dam sosial-
memiliki ikatan kuat memiliki motivasi lebih ekonomis...” ( Nasution, 2012: 1)
besar untuk saling membantu dan lebih
memberi bantuan. Menelisik sedikit tentang Teknik
Prinsip teori jaringan yaitu ikatan Gerilya maka dapat kita lihat arah pemikiran
antara aktor biasanya simetris baik dalam A.H Nasution bahwa gerilya memiliki prinsip
kadar maupun intensitasnya. Aktor saling yang harus dimengerti yaitu pemanfaatan
memasok dengan sesuatu yang berbeda dan sumber daya yang dimiliki. Sekecil apapun
mereka berbuat demikian dengan intensitas sumber daya akan sangat berguna dalam
yang makin besar atau makin kecil, sehingga peperangan yang menggunakan Teknik
ikatan antara individu harus dianalisis dalam Gerilya. Hal yang menarik lainnya adalah
konteks jaringan yang lebih luas. Selanjutnya ketika kita ingin menghancurkan pihak lawan
prinsip jaringan adalah menciptakan pola maka jangan serang sektor militernya saja,
jaringan yang non acak yang biasanya akan tetapi berusahalah menyerang sektor
berakibat pada terbentuknya kelompok psikologinya dan sektor sosial-ekonomis, jika
jaringan terbatas. Selain dari pola jaringan itu dapat dilakukan hingga berhasil maka
tersebut juga memungkinkan menciptakan peperangan akan dimenangkan.
kelompok jaringan silang dari biasanya, Hal fundamental lainnya yang perlu
hubungan silang tersebut terjadi antara diketahui tentang gerilya adalah cara
kelompok jaringan maupun individu. mengalahkan musuh di saat persediaan
Analisis tentang jaringan dalam kekuatan tidak memadai, sehingga di perlukan
mengamati struktur makro dan mikro pada strategi untuk menang. Strategi tersebut
hubungan kuat maupun lemah sangat menurut Jenderal Nasution (2012:2-3) sebagai
diperlukan dalam mengungkap jaringan berikut:
perdagangan senjata pada masa Gerakan Perang Gerilya adalah perang si
DI/TII Sulawesi-Selatan, karena keterlibatan Kecil melawan si Basar...
aktor dalam menyuplai senjata kepada pihak- ... Jika suatu bangsa diserang dari
pihak DI/TII sangat berperan penting dalam luar, maka ia berusaha membela diri.
eksistensi sebuah organisasi gerakan bersenjata Membela diri tidak berarti menangkis
dalam arus konflik underground maupun saja, menghindari diri dari pukulan-
konflik ofensif. pukulan, bukan, dengan cara demikian
cuma dengan cara pasif, musuh yang
2. Teknik Grilya menyerang masih akan tetap kuat, dan
Sebagai pembuka pada bagian ini, mampu untuk terus sepanjang masa
maka perlu dijabarkan apa yang di maksud menyerang. Membela diri itu berarti
dengan teknik Gerilya. Oleh Jenderal A.H. harus meniadakan ancaman dan
Nasution menjabarkannya sebagai berikut: pukulan selanjutnya, jadi untuk si
Pokok-pokok Gerilya. penyerang dihancurkan pokoknya di
“... Dalam peperangan bukan hanya kalahkan.
kedua belah pihak angkatan bersenjata
yang berperang. Peperangan telah Taktik Gerilya sejatinya mengajarkan
menjadi lebih luas dan lebih dalam, bagaimana berperang dengan penuh
antara lain pula karena kemajuan perhitungan dan strategi. Indonesia walaupun
teknik. Peperangan yang dewasa ini bukan negara agresor yang memiliki kekuatan
meminta sifat yang semesta seantero bersenjata yang kuat ketika perang
rakyat baik harta dan tenaganya kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, akan
tersedia untuk diolah, untuk mencapai tetapi terbilang cukup sukses menggunakan
kemenangan. Semua sumber-sumber teknik perang gerilya. Hal yang menarik untuk
yang tersedia harus dipergunakan. diamati tentang DI/TII Sulawesi-Selatan yang
Untuk mengalahkan bangsa lawan, melakukan konfrontasi terhadap pemerintah
8

juga menggunakan taktik gerilya. senjata pada masa DI/TII Sulawesi-Selatan.


Pertanyaannya sejauh manakah taktik gerilya Untuk menguatkan data-data penelitian yang
berhasil diterapkan oleh DI/TII di Sulawesi- bersumber dari dokumen (Arsip), maka di
Selatan, dan apa saja yang menyebabkan perlukan Wawancara. Untuk penelitian ini
kegagalan penerapan taktik gerilya oleh DI/TII wawancara dilakukan kepada orang-orang
Sulawesi-Selatan (Apabila dikatakan gagal). yang menyaksikan satu kejadian terkait dengan
peristiwa Gerakan DI/TII Sulawesi-Selatan.
Sumber-sumber data yang telah
METODE PENELITIAN dikumpulkan tersebut baik berupa benda
Penelitian ini menggunakan penelitian sumber tertulis maupun sumber lisan kemudian
sejarah yang bersifat deskriptif analitis, diversifikasi atau diuji melalui serangkaian
menjadikan sumber-sumber tertulis sebagai Kritik Sumber, baik yang bersifat intern
sumber utama penulisan yang menekankan maupun ekstern (Madjid dan Wahyudi 2014:
pada aspek kronologis sebuah peristiwa. Jenis 223). Setelah melawati tahap kritik, fakta-fakta
penelitian ini memberikan perhatian khusus yang berhasil dikumpulkan belum banyak
mengenai hubungan jaringan perekonomian bercerita. Fakta tersebut harus disusun dan
dengan kebutuhan persenjataan pada masa digabungkan satu sama lain sehingga
Gerakan DI/TII Sulawesi-Selatan tahun 1950- membentuk cerita peristiwa sejarah. Tahapan
1965. Penelitian ini juga berusaha ini dikenal dengan Interpretasi.
menggambarkan suatu peristiwa yang
kompleks tentang usaha DI/TII Sulawesi- Dalam penulisan sejarah, wujud dari
Selatan dalam mengintervensi perekonomian penulisan (historiografi) itu merupakan
di daerah Sulawesi agar gerakan subversif paparan, penyajian, presentasi atau penampilan
tetap bisa berjalan sesuai tujuan mereka. (eksposisi) yang sampai kepada dan dibaca
Dalam penelitian sejarah pada bagian oleh para pembaca atau pemerhati sejarah
pengumpulan data disebut juga dengan (Sjamsuddin, 236: 2007). Dalam penelitian ini
Heuristik. Heuristic merupakan langkah awal peneliti berusaha menyampaikan informasi-
sebagai sebuah kegiatan mencari sumber- informasi yang bersifat kebaruan dan dengan
sumber, mendapatkan data, atau materi sejarah bahasa komunikatif.
atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007:86). Historiografi dalam artian akademik
Penelitian ini masih termasuk kedalam juga dapat dikatakan sebagai laporan
penelitian sejarah kontemporer, sehingga penelitian. Untuk laporan penelitian ini,
penelitian ini menggunakan beberapa teknik peneliti berusaha untuk memberikan gambaran
pengumpulan data: tentang Gerakan DI/TII Sulawesi-Selatan
Mengingat Gerakan DI/TII Sulawesi- Tahun 1950-1965 berbeda dengan hasil
Selatan merupakan gerakan subversif yang penelitian sebelumnya dengan bahasa yang
paling panjang sejak Indonesia mudah dipahami pembaca.
diproklamasikan maka tidak heran jika banyak
peneliti yang ingin mengupas dan menyajikan
informasi tentang Gerakan DI/TII Sulawesi- HASIL PENELITIAN
Selatan, ada berbagai macam jenis penelitian A. Ekspedisi Tentara Republik Indonesia
seperti biografi Abdul Qahhar Mudzakkar, Persiapan Sulawesi (TRI-PS)
hingga aturan yang berlaku saat itu seperti Situasi Sulawesi-Selatan semenjak
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 pendaratan pasukan NICA tidak pernah aman.
(UUDS) dan Undang-Undang, yang secara Para pejuang pendukung Republik mengangkat
langsung berdampak pada Gerakan DI/TII senjata hampir di seluruh daerah. Keberadaan
Sulawesi-Selatan. Semua objek penelitian tentara pendudukan NICA tidak pernah
tersebut merupakan studi kepustakaan untuk berhenti menindas rakyat Sulawesi-Selatan,
penelitian ini. malah aksi-aksi represif semakin menjadi-jadi.
Selain penelitian kepustakaan Beberapa pimpinan perjuangan dieksekusi
penelitian berbasis dokumentasi juga mati tanpa peradilan, seperti Andi Bau
diperlukan. Adapun dokumentasi terkait Maseppe dan Andi Makkasau. Kondisi ini
penelitian berupa foto-foto dan video yang mendorong beberapa tokoh Sulawesi-Selatan
dianggap penting dalam merekonstruksi Seperti Andi Matalatta dan Saleh Lahade
peristiwa sejarah tentang jaringan perdagangan untuk berangkat ke Jawa. Dengan tujuan
9

meminta bantuan kepada pimpinan Republik. Panglima Divisi : Andi Abdullah Bau
(Gonggong, 2004: 78) Maseppe
Berdasar atas laporan keamanan Kepala Staf : Mayor Matalatta
dari Sulawesi-Selatan Panglima perang Wakil Kepala Staf : Mayor Saleh Lahade
Jenderal Besar Sudirman menginstruksikan Seksi I :Kapten
pembentukan pasukan ekspedisi ke Muhammadsjah
Sulawesi. Pasukan Ekspedisi ini juga Seksi II : Mualwi Saelan
bertujuan membentuk Tentara Republik Seksi III : Kapten Andi Sapada
Indonesia Persiapan Sulawesi (TRIPS). Seksi IV : Kapten Andi Oddang
Jumlah pasukan yang akan dikirim ke
Sulawesi dengan sebanyak 12 ekspedisi. Dalam konferensi itu juga telah
Pasukan ini di pimpin oleh Qahhar ditentukan Tiga Resimen yang masing-masing
Mudzakkar seorang anak Sulawesi. Qahhar mempunyai daerah operasi yang di bawahinya.
diberi tanggungjawab untuk memimpin Ketiga resimen tersebut adalah:
pasukan ekspedisi dengan pangkat Kolonel. 1. Resimen I Mempunyai daerah
Dalam rangka pengiriman pasukan ke kekuasaan Pare-Pare, Mandar, dan
Sulawesi Qahhar mengordinir putra-putra Komandan Resimennya Andi
Sulawesi untuk diberangkatkan. Pasukan- Selle Mattola.
pasukan yang dikirim ke Sulawesi berhasil 2. Resimen II Mempunyai daerah
mendarat di berbagai daerah di Sulawesi. kekuasaan Makassar dan daerah-
“ Ada sebuah tulisan dalam koran daerah sebelah Selatan komandan
Pedoman Rakyat (1980) yang ditulis Resimennya Andi Padjonga.
Oleh La Megasara yang menyebutkan 3. Resimen III Mempunyai daerah
bahwa panglima Perang Jenderal besar sebelah tenggara, Komandan
Sudirman memberikan surat mandat Resimennya Andi Djemma.”
kepada Tiga orang yaitu KM (Kahar (Gonggong 1990: 187)
Mudzakkar), AM (Andi Matalatta), SL
(Seleh Lahade) yang konsepnya dibuat Antara tahun 1945-1949 merupakan
oleh Soeprapto dan dipersiapkan di tahun-tahun yang tidak stabil secara politik dan
MBO (Markas Besar Oemoem) Sie keamanan. Rakyat Sulawesi-Selatan masih
KLD (Ketentaraan Luar Djawa). berjuang untuk mempertahankan
Namun belakangan nama KM di kemerdekaan. Kembalinya Belanda ke
hilangkan dalam surat mandat karena Sulawesi-Selatan kemudian melakukan
ada seseorang yang tidak sepaham tindakan-tindakan represif, sesungguhnya telah
dengan KM. Akan tetapi lebih dari itu memperkuat semangat nasionalisme rakyat
KM adalah orang yang mengatur Sulawesi-Selatan. Tindakan Belanda tersebut
(Latihan dan peralatan) pasukan merupakan bom waktu, berupa kebencian
ekspedisi ke Sulawesi.” (pedoman rakyat kepada Belanda. Rakyat yang tertindas
rakyat jumat 11 Januari 1980) merasa perlu mendirikan Badan perjuangan
(Laskar). Disisi lain pemerintah pusat berusaha
Kedatangan pasukan ekspedisi mengamankan wilayah Indonesia-Timur.
Sulawesi menambah kuat semangat Khususnya Sulawesi dari hegemoni Belanda.
perlawanan. Bergabungnya dua kekuatan Kesamaan tujuan ini merupakan modal
perjuangan antara pasukan ekspedisi dengan bersatunya para Laskar Pejuang dengan
Laskar tentu semakin membuat pihak lawan pasukan Ekspedisi dari Jawa.
semakin khawatir. Untuk membentuk suatu Sesungguhnya pada masa-masa
koordinasi antar para pejuang yang sedang revolusi kekuatan rakyat yang diorganisir oleh
menghadapi Belanda maka diadakan sebuah kaum bangsawan memang sangat kuat. Peran
konferensi di daerah Pacekke pada tanggal 20 kaum bangsawan cukup banyak menentukan
Januari 1957. arah perjuangan. Sedang pasukan-pasukan
“Konferensi pacekke berhasil menyusun Ekspedisi yang dikirim dari Jawa juga sangat
struktur dan personalia satu Divisi TRI di besar artinya dalam perjuangan. Dalam hal ini
Sulawesi-Selatan/ Tenggara yang terdiri Qahhar Mudzakkar Selaku komandan pasukan
dari: Ekspedisi cukup mampu dalam mengorganisir
pasukan dari Jawa.
10

Peran Qahhar pada masa revolusi tidak sesungguhnya salah satu benih lahirnya Krisis
dapat dinafikkan, Dia adalah salah satu putra gerilya di berbagai daerah Khususnya di
terbaik Sulawesi yang berada di Jawa pada Sulawesi.
masa revolusi. Membentuk badan tempur yang Menjelang Konferensi Meja Bundar (
bernama BBM (Barisan Berani Mati ), serta KMB) pada bulan April 1949, Qahhar
memimpin dalam beberapa front pertempuran berinisiatif melakukan reorganisasi terhadap
di Jawa. Saat berada Jakarta Qahhar para pejuang Gerilya di Sulawesi-Selatan.
Mudzakkar mendirikan Organisasi bernama Melalui staf kepercayaannya yang bernama
KRIS (Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi) Lettu Saleh Sjahban Qahhar berusaha
dengan tujuan menghimpun orang-orang dari menemui komandan-komandan kelaskaran di
Sulawesi. Kemudian untuk menambah Sulawesi-Selatan dan mengadakan suatu
kekuatan pasukan Ekspedisi, Qahhar Konferensi di Maros. Hasil Konferensi
memimpin pembebasan tahanan dari tersebut membentuk suatu organisasi Gerilya
Nusakambangan dan selanjutnya diberi latihan yang bernama KGSS (Kesatuan Gerilya
militer. Setelah itu diberangkatkan menuju Sulawesi-Selatan) dan menunjuk Abdul
Sulawesi dengan nama “Ekspedisi Sulawesi”. Qahhar Mudzakkar sebagai komandan KGSS.
Beberapa ekspedisi terhitung berhasil, namun (Gonggong, 1990: 194)
beberapa juga gagal dan tertangkap di Bali. Masalah mulai lahir ketika KMB
(Harvey, 1989: 142) selesai. Dimana salah satu klausul perjanjian
Perhatian Qahhar hampir sepenuhnya KMB mengharuskan pasukan KNIL Hindia-
di tujukan ke Sulawesi. Memikirkan Belanda dapat diintegrasikan kedalam APRIS
kemungkinan-kemungkinan kembali ke (Angkatan Perang Indonesia Serikat).
Sulawesi memimpin langsung pasukan TRIPS. Pembentukan tentara reguler yang semestinya
Hingga akhir tahun 1949 Qahhar masih berada menurut para pejuang adalah terdiri dari unsur
di MBAD (Markas Besar Angkatan Darat). pejuang Gerilya dan bukan bekas Opsir KNIL.
Baru kemudian diberi mandat sebagai (Aqamuz, 2009: 63)
Komandan Group Seberang (KGS) yang
berada di bawah perintah Kolonel Bambang Isi Konferensi Meja Bundar (KMB)
Supeno. (Harvey 1989:149-150)
“Malang bagi Kahar, bambang Supeno - Belanda mengakui RIS sebagai negara
berada pada pihak yang kalah dalam yang merdeka dan berdaulat.
perbedaan pandangan di kalangan - Pengakuan kedaulatan dilakukan
angkatan bersenjata mengenai watak selambat-lambatnya tanggal 30 Desember
dan peranan TNI. Sebagai orang Peta 1949.
lama, Bambang Supeno pentingnya - Masalah Irian Barat akan diadakan
semangat revolusioner dan hubungan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun
erat dengan rakyat; Menteri setelah pengakuan kedaulatan RIS.
pertahanan dan Kepala Staf Angkatan - Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan
Darat (KSAD) memimpin orang-orang diadakan hubungan Uni Indonesia
yang berpendapat bahwa Angkatan Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
Darat harus terdiri dari orang-orang - Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik
cakap secara teknis dan profesional, dari Indonesia dengan catatan beberapa
dan harus diorganisasikan atas dasar korvet (kapal perang kecil) akan
hierarki yang jelas…” (Harvey diserahkan kepada RIS.
1989:149-150) - Tentara Kerajaan Belanda selekas
Dalam perkembangannya terjadi mungkin ditarik mundur, sedang Tentara
perbedaan pendapat di dalam tubuh Angkatan Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan
Darat. Pertentangan-pertentangan di MBAD dibubarkan dengan catatan bahwa para
mulai terasa pada tahun 1949. Terdapat dua anggotanya yang diperlukan akan
golongan besar yang berbeda pendapat. dimasukkan dalam kesatuan
Pertama mereka yang menginginkan sebuah TNI.(Indonesia Dalam Arus Sejarah,
struktur dalam tubuh tentara yang profesional. 2012: 553)
Kedua mereka yang hanya menginginkan
pentingnya semangat revolusioner bagi
pasukan Angkatan Darat. Perpecahan ini
11

Upaya integrasi pasukan KNIL Sukowati dari MBAD. Penempatan dislokasi


kedalam Angkatan Perang menimbulkan tersebut menurut TNI tidak menguntungkan
gesekan yang besar. Penyebabnya adalah pihak bagi Qahhar. Dipihak Qahhar mengatakan TNI
yang menjadi lawan dalam perang telah melanggar ketentuan perjanjian damai.
mempertahankan kemerdekaan, diakomdir Menjelang waktu yang ditentukan untuk
lebih dulu oleh pemerintah ketimbang para melakukan integrasi ke TNI 17 Agustus 1951,
pejuang Gerilya. Nasib mereka yang tidak jelas ternyata CTN sudah meninggalkan rayon
dalam Angkatan Perang. Hingga dari sinilah penampungan. Pelantikan CTN menjadi TNI
lahir konflik yang besar antara KGGS dan gagal karena Qahhar kembali masuk hutan.
Angkatan Perang (TNI). Tindakan Qahhar untuk tidak menghadiri
pelantikan tersebut membuat penyelesaian
Gerilya semakin jauh dari kata sepakat.
B. Krisis Gerilya: KGSS-CTN-TKR-DI/TII (Corhas, 1982: 44, Dijk, 1993: 171)
Tahun 1950 Let. Kol. Qahhar Di tengah pelariannya, Qahhar
Mudzakkar dan Let. Kol. Mursito ditugaskan kemudian mendirikan pasukan yang bernama
oleh MBAD berangkat ke Sulawesi-Selatan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebenarnya
untuk menyelesaikan masalah Gerilya. Di inti pasukan tersebut adalah para pejuang
makassar hal sebaliknya terjadi, yaitu Qahhar gerilya di masa revolusi fisik. Beberapa bulan
Mudzakkar kemudian berbalik memimpin kemudian tiga komandan batalion anak buah
perlawanan kepada Teritorium VII Indonesia- Qahhar bersedia dilantik menjadi TNI.
Timur (TT VII). Tindakan Qahhar yang Beberapa orang tersebut antara lain: Andi
berbeda pendapat dengan panglima Selle, And Sose, Aziz Taba. Akibat masuknya
Kawilarang didasari oleh keinginannya agar beberapa batalion tersebut ke TNI telah
KGGS diintegrasikan secara utuh kedalam mengurangi kekuatan pasukan TKR nya
wadah TNI. sementara dipihak pimpinan Qahhar. (Gonggong 1990: 1, Mattalioe 1994:
Teritorium VII menginginkan agar integrasi 166-167)
dilakukan perseorangan dengan syarat-syarat Qahhar yang tersingkir dari percaturan
tertentu. (Mattalioe, 1965: 35) politik di Angkatan Darat mencari jalan lain
Perselisihan yang terjadi antara KGSS untuk tetap mempertahankan posisinya sebagai
dengan Teritorium VII Wirabuana semakin pimpinan Gerilya. Qahhar tidak mau
meruncing, ketika Panglima TT. VII dipisahkan dengan anak buahnya. Apabila
Kawilarang memerintahkan untuk melucuti integrasi terlaksana, maka Qahhar akan
senjata KGSS. Sehingga ketegangan kedua kehilangan pengaruh terhadap pasukannya.
belah pihak tidak dapat terhindarkan. Pada Pada dasarnya integrasi tersebut akan
akhir tahun 1950 TNI kemudian mengeluarkan menyalurkan pasukan gerilya ke berbagai
sebuah kebijakan untuk memasukkan KGGS batalion, dan itu bisa merubah kedudukan yang
kedalam wadah TNI. Sebelum itu, semua harus sudah ada. Keinginan Qahhar agar tetap bisa
pasukan diintegrasikan dahulu menjadi Corp berada di pucuk pimpinan Tentara juga
Tjadangan Nasional (CTN). Lebih awal menjadi penyebab kekecewaannya. Ini
komandan batalion-batalion tersebut dilantik terungkap dari kesediaan Qahhar untuk
lebih dahulu. (Corhas, 1982: 41) integrasi asal petinggi TT VII Wirabuana
ditarik. (Dijk, 1993: 172)
Komposisi Corps Tjadangan Nasional Berselang dua tahun kemudian
- Batalion Bau Maseppe di Daerah Pinrang. tepatnya pada tanggal 7 Agustus 1953 TKR
- Batalion Batu Putih dipusatkan di daerah berubah menjadi DI/TII. Qahhar memilih
Makale-Rantepao bergabung dengan gerakan Kartosuwiryo di
- Batalion Arif Rate di Daerah Limbung Jawa-barat dengan berbagai pertimbangan.
- Batalion Wolter Moginsidi dan Batalion Salah satu faktor yang menyebabkan
40.000 Jiwa berpusat di Enrekang menyeberangnya Qahhar adalah faktor
kekecewaan terhadap integrasi TNI. Qahhar
Komandan-Komandan Gerilya yang menganggap bahwa bergabung dengan DI/TII
dilantik yaitu, Qahhar Mudzakkar, Aziz Taba, dapat memperjuangkan nasib dirinya, dan
Andi Sele, Andi Sose, Saleh Syakban, Andi Gerilya di Sulawesi-selatan. Kekecewaan
Tendriajeng, Syamsul Bachri. Dihadiri oleh Qahhar yang semula hanya kepada TT VII
pimpinan TT VII Let. Kol A Kosasi, Let. Kol. berkembang menjadi kekecewaan terhadap
12

Soekarno dan pemerintah Indonesia (Qahhar, keinginannya adalah bergabung dengan


2013: 33-50) Kartosuwiryo (DI/TII) dengan syarat bantuan
senjata.
Komunikasi antara Qahhar dan
C. Sekitar Proklamasi DI/TII (1952-1954) Kartosuwiryo telah lama terbangun. Hal ini
Bergabungnya Qahhar Mudzakkar terungkap dari kurir Qahhar yang membawa
dengan DI/TII Kartosuwiryo sebenarnya pesan kepada Kartosuwiryo (Proses Verbal).
memiliki banyak latar belakang. Keduanya Kurir tersebut mengungkapkan bahwa Qahhar
sama-sama tersingkir akibat kebijakan yang meminta bantuan kepada Kartosuwiryo, pada
dijalankan oleh Angkatan Darat. Awalnya saat sedang terjadi krisis Gerilya di Sulawesi
Qahhar Mudzakkar adalah perwira menengah Selatan (proses verbal). Pesan-pesan ini
yang kalah bersaing dengan Kol. Lembong dan kemungkinan besar terjadi antara awal tahun
Let. Kol. J.F. Warouw (Eks KNIL) di Brigade 1952 atau akhir 1951. (Arsip Saleh Lahade
XVI (Gonggong, 1990: 212). Reg. 188) Berdasarkan pesan tersebut, artinya
Perkembangannya selanjutnya Qahhar Qahhar sudah memiliki rencana bergabung
hanyalah menjadi orang nomor dua di brigade dengan DI selepas kegagalan penyaluran CTN
XVI. Hal ini tentu membuat Qahhar semakin (Corps Tjadangan Nasional) ke dalam tubuh
tersisih dari brigade XVI, hingga kemudian TNI. Itulah sebabnya Qahhar pada tahun 1952
Qahhar meletakkan jabatannya sebagai Wakil menahan diri untuk terlibat kontak langsung
Komandan Brigade XVI. dengan TNI. Alasannya karena pasukan
Kartosuwiryo juga memiliki nasib Qahhar masih minim persenjataan.
hampir sama dengan Qahhar. Pada masa Kondisi kekuatan persenjataan Qahhar
perjanjian Renville Kartosuwiryo adalah pihak selepas kegagalan Integrasi CTN (1951) tidak
yang tidak sepakat dengan pemindahan begitu kuat. Jumlah Senjata KGGS pada tahun
pasukan Gerilya ke Jawa-Tengah. Atas 1951 hanya sebanyak 86 pucuk saja. (Arsip
pilihannya tersebut membuat Panglima Saleh Lahade Reg. 188) Sebuah kenyataan
tertinggi Jenderal Besar Sudirman mengangkat yang disadari oleh Qahhar, bahwa kekuatan
Sutoko sebagai pimpinan Gerilya Jawa-Barat bersenjatanya cukup lemah. Sementara
(Siliwangi, 1968:346). Pada saat itulah awal pasukan yang berada di bawah pengaruhnya
perpecahan antara Pasukan Gerilya (Sabilillah cukup besar yaitu sekitar 10.000 orang. (Arsip
dan Hisbullah) pimpinan Kartosuwiryo dan Saleh Lahade 188) Jalan Satu-satunya untuk
Tentara Republik. Qahhar dan Kartosuwiryo mempertahankan kedudukan pasukan Gerilya
adalah dua orang yang tidak mudah berubah yang tersebar di berbagai daerah adalah
pendirian. Apa yang menurutnya benar akan dengan memperoleh senjata. Dalam kondisi
terus diperjuangkan. Hal itu bisa dilihat dari seperti ini Qahhar berusaha melakukan kontak
sikap keduanya yang terus-menerus menentang dengan daerah luar yang potensial untuk
kebijakan Angkatan Darat terkait posisi mendapatkan senjata, termasuk Kartosuwiryo.
Gerilya di dalam TNI (Tentara Nasional Disisi lain hasrat Kartosuwiryo untuk
Indonesia). menjadikan Qahhar bagian dari DI/TI sudah
Dugaan kerja sama Kartosuwiryo dan ada sejak 1951(Proses verbal), namun Qahhar
Qahhar Mudzakkar, tidak hanya disebabkan masih menolak untuk bergabung dengan
alasan oleh ideologis semata. Sebab Qahhar di DI/TII (Proses Verbal). Alasannya pada waktu
Sulawesi-Selatan memiliki pasukan fanatik. itu, karena Qahhar masih mempertimbangkan
Qahhar ingin menjadi orang nomor satu di posisi pasukannya yang fanatik Republik
pasukannya (Mattata, 1962: 494). Sementara Indonesia. Pertimbangan lainnya adalah
keinginannya bertentangan dengan kebijakan potensi dukungan rakyat Sulawesi-Selatan, jika
yang dijalankan oleh Angkatan Darat.(Dekrit 1 kelak bergabung dengan DI/TII. Hal ini bisa
juli 1950) Jalan satu-satunya untuk tetap dilihat dari orientasi perjuangan Qahhar
memperjuangkan keinginannya adalah dengan sebelum bergabung dengan DI/TII. Pada saat
melakukan perlawanan. Qahhar memilih jalan itu Qahhar menggunakan Pancasila sebagai
Konfrontasi dengan Teritorium VII. Dengan ideologi perjuangan (Mattalioe,1965:37),
begitu Qahhar harus berfikir untuk Qahhar bahkan menuduh TNI sebagai pejuang
mendapatkan persenjataan yang kuat untuk pancasila gadungan. Sikap tersebut lebih
mengimbangi kekuatan TNI. Pilihan dengan kepada tindakan hati-hati Qahhar, karena
peluang besar untuk mewujudkan mayoritas Rakyat Sulawesi-Selatan pada masa
13

revolusi fisik adalah pendukung Republik pilihan yang sangat berat. Antara
Indonesia. memperjuangkan posisinya sebagai Komandan
Dari gambaran di atas menunjukkan Gerilya, atau menyerah dan pasukannya akan
bahwa Qahhar adalah orang yang penuh dilebur kedalam berbagai batalion di TT VII.
perhitungan terhadap kondisi yang sedang Apabila Qahhar menerima CTN dilebur ke
terjadi. Situasi masyarakat Sulawesi-Selatan TNI, maka Qahhar perlahan akan dipisahkan
pada masa Revolusi Fisik hingga krisis gerilya, dari pasukannya. Hal itu tentu merupakan
sangat tidak menentu. Hal tersebut menjadi sesuatu yang merugikan bagi Qahhar.
alasan Qahhar menunda bergabung dengan Sementara jika Qahhar ingin tetap berkuasa
Kartosuwiryo. Qahhar merasa perlu atas pasukannya, Dia butuh persenjataan yang
mendapatkan dukungan dari rakyat terlebih kuat untuk melawan TNI. Itulah pilihan-pilah
dahulu, sambil menyusun kekuatan yang berat bagi Qahhar saat itu.
persenjataan. Di sisi lain respon masyarakat Sementara di tengah ketegangan antara
Sulawesi-Selatan terhadap di bentuknya Qahhar dan TT VII, hal yang tidak disangka-
Teritorium VII Indonesia Timur (TT VII) tidak sangka terjadi. Panglima TT VII Kol. Gatot
begitu baik. Penyebabnya karena sebagian Subroto berhasil membujuk Andi Selle dan
besar para perwira TT VII adalah bakas KNIL Andi Sose masuk ke TNI (Corhas: 1982: 53).
(Aqamuz, 2007: 199), yang dulu pernah Dua orang ini bisa dikatakan memiliki
menjadi lawan dari rakyat yang pro Republik pengaruh yang cukup kuat bagi pasukannya.
Indonesia. Menyerahnya kedua orang tersebut
Aspirasi Qahhar untuk bertahan di merupakan pukulan berat bagi Qahhar yang
posisinya sebagai komandan Gerilya sedang menata kembali pasukannya. Muncul
sepertinya akan sulit terealisasi. Hal ini kekhawatiran di benak Qahhar apabila kondisi
disebabkan oleh kebijakan rasionalisasi tentara ini di biarkan berlarut-larut akan
yang mengharuskan integrasi gerilya per- mempengaruhi psikologis pasukan Gerilya
orang, bukan per Divisi, seperti kehendak yang lain, yang menyebabkan kondisi Qahhar
Qahhar. Di tambah lagi keadaan yang ada di semakin sulit.
Angkatan Darat misalnya. Pada Nasution yang Tidak ada lagi pilihan bagi Qahhar
baru menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan setelah dua orang kepercayaannya
Darat (KSAD) lebih berkeinginan untuk menyeberang ke TNI. Posisi terjepit dan
melepas kekuatan gerilya dari TNI pasca kekurangan persenjataan adalah kondisi yang
Revolusi fisik. harus cepat diatasi kalau tidak ingin kelah telak
Menurut Nasution: Mereka (Gerilya) dari TNI. Satu-satunya jalan bisa ditempuh
… perlu berangsur-angsur setelah oleh Qahhar adalah kembali
lewat puncak-puncak kesibukan 1950- mempertimbangkan tawaran Kartosuwiryo.
1951 dipulangkan ke daerah asalnya, Sekitar bulan Februari 1953 datang
dimana mereka lebih tepat menjaga utusan Kartosuwiryo di Sulawesi-Selatan
keamanan karena telah mengenal untuk menemui Qahhar Mudzakkar (Mattalioe
daerah dan rakyatnya: dimana pula 1994:177). Tujuan utusan Kartosuwiryo
mereka berangsur-angsur menemui Qahhar untuk menanyakan kembali
dikembalikan ke dalam masyarakat. . kesiapan Qahhar menerima tawaran bergabung
.(Nasution 2012: 124) dengan DI/TII. Sepertinya Qahhar masih
mempertimbangkan dengan sangat teliti
Berkuasanya Nasution sebagai tawaran yang kedua kalinya terebut. Melihat
pimpinan TNI perlahan mengubah haluan kondisi yang terjadi pada pasukannya, Qahhar
kebijakan Angkatan Darat, termasuk juga tampaknya mengajukan suatu syarat terhadap
haluan TT VII, tempat Qahhar Kartosuwiryo yakni berupa permintaan
memperjuangkan nasib pasukannya. Kondisi bantuan persenjataan. Sebab Qahhar baru
yang terjadi di Angkatan Darat tersebut tidak memutuskan bergabung dengan DI/TII pada
banyak bisa diharapkan oleh Qahhar, sehingga bulan Agustus 1953 (Proklamasi NII). Rentan
keadaan yang kemudian menuntun Qahhar enam bulan tersebut digunakan oleh Qahhar
mempertimbangkan Tawaran Kartosuwiryo untuk mengajukan bantuan persenjataan
tentang DI/TII. kepada Kartosuwiryo. Tidak mungkin Qahhar
Kerasnya persaingan CTN dengan TT dengan mudah bergabung dengan DI/TII jika
VII membuat kondisi Qahhar berada dalam
14

Kartosuwiryo tidak bersedia membantu dilihat pada pesan Qahhar untuk Kartosuwiryo
Qahhar yang sedang mengalami kesulitan. pada tahun 1952, yang menyatakan tidak
Sebelumnya Qahhar memang sempat bersedia bergabung dengan DI/TII. Atas alasan
meminta bantuan kepada Kartosuwiryo pada masih banyak rakyat Sulawesi-Selatan yang
tahun 1952(Proses verbal), namun Qahhar fanatik Republik Indonesia (Proses verbal)
belum bersedia menjadi bagian dari DI/TII (Arsip Saleh Lahade Reg. 188). Seandainya
(Proses verbal). Tentu bagi Kartosuwiryo, Qahhar bergabung ke DI/TII atas dasar
memberi bantuan kepada Qahhar tanpa kesamaan Ideologi, maka Qahhar telah
menjadikannya bagian dari DI/TII merupakan menggabungkan pasukannya DI/TII pada
hal yang mustahil, tapi perkembangan situasi tahun 1951 bukan tahun 1953.
berkata lain. Semakin hari posisi Qahhar Kenyataannya bahwa Gerakan Qahhar
semakin terdesak. Pasukan-pasukannya jika Mudzakkar baru bergabung dengan DI/TII
tidak memiliki persenjataan yang tangguh pada tanggal 7 Agustus 1953 (Mattalioe, 199:
perlahan akan menyeberang ke TNI. Ditambah 185). Tahun dimana pasukan Qahhar cukup
lagi Panglima TT VII Kolonel Gatot Subroto lemah selepas menyeberangnya Andi Sose dan
yang bersedia menerima pasukan Gerilya Andi Selle ke TNI. Qahhar juga tidak mungkin
dalam bentuk batalion (Uitholling’s Taktik) masuk ke TNI, sebab jika Qahhar Mudzakkar
(Dam XIV Hasanuddin: 53) jika tidak cepat masuk TNI, Dia Akan kehilangan posisinya
direspon maka Qahhar akan kehilangan sebagai komandan. Satu-satunya jalan keluar
kekuatannya di Sulawesi-Selatan. Itulah adalah membuka kran komunikasi dengan
mengapa Qahhar menerima tawaran Kartosuwiryo dengan beberapa syarat.
Kartosuwiryo menjadi bagian dari NII (Negara Sejarawan lain yang membahas alasan
Islam Indonesia). Qahhar memilih DI/TII lebih disebabkan
kecenderungan kesamaan ideologi (Agama)
Penyebab bergabungnya Qahhar adalah Harvey.
dengan Kartosuwiryo banyak diungkap oleh Keputusan untuk mendasarkan
beberapa sejarawan. Mayoritas mereka pemberontakan pada Islam dan bukan
menulis kesamaan ideologi(Agama) yang pada marxisme, tidak hanya
membuat Qahhar memilih bergabung dengan merupakan masalah kepercayaan tapi
DI/TII. Kondisi masyarakat di Sulawesi- dapat dimengerti menurut situasi
Selatan yang mayoritas beragama Islam juga khusus yang di hadapi oleh kaum
mempengaruhi pilihan Qahhar bergabung pemberontak watak masyarakat
dengan DI. Sulawesi-Selatan, sumber-sumber
Seperti yang diungkapkan oleh Anhar dukungan mereka, dan watak saingan
Gonggong dalam disertasinya yang berjudul serta lawan mereka. (Harvey, 1989:
Abdul Qahhar dan Gerakan DI/TII sebagai 199)
berikut:
“…Mengingat kondisi masyarakat Pertimbangan Qahhar memilih Islam
Sulawesi-Selatan yang mayoritas sebagai Ideologi perjuangan memang banyak
beragama Islam, telah membuka jalan dipengaruhi oleh kondisi masyarakat Sulawesi-
bagi Qahhar Mudzakkar memilih Selatan yang beragama Islam, tapi kita jarang
alternatif menggabungkan diri dalam melihat dari sisi yang berbeda. Perkembangan
gerakan DI/TII itu, dengan harapan internal pasukan Gerilya yang berubah begitu
akan mendapatkan dukungan dari cepat selepas kegagalan CTN, adalah faktor
masyarakat Sulawesi-Selatan baik itu yang paling menentukan penggabungan
dengan langsung aktif atau dengan pasukan TKR(Tentara Keamanan Rakyat)
langsung pasif… dengan perubahan Qahhar ke DI/TII. Kondisi persenjataan yang
dan tujuan gerakannya itu, nampak lemah, memaksa Qahhar mencari jalan keluar
perubahan sikap terhadap pancasila dengan menggabungkan diri dengan
dan Islam sebagai ideologi” Kartosuwiryo.
(Gonggong, 1990: 244). Berdasarkan uraian di atas, peneliti
berpandangan lain dengan mereka yang
Alasan lain yang dapat menjadi menulis alasan Qahhar berafiliasi dengan
pertimbangan mengapa Qahhar bergabung DI/TII karena faktor ideologis (Agama) dan
dengan DI/TII bukan karena Ideologis, dapat kesamaan tujuan. Untuk tetap bertahan sebagai
15

pimpinan atas pasukannya, Qahhar butuh bahwa setelah bergabungnya Qahhar dengan
senjata. Sementara Kartosuwiryo bersedia DI/TII maka penataan Angkatan persenjataan
membantu asal Qahhar mau bergabung dengan TII semakin baik dari sebelumnya. Beberapa
DI/TII. Sebelumnya Qahhar menyatakan diri faktor yang mempengaruhi sebagai berikut:
sebagai pejuang pancasila sejati bahkan sempat yaitu masuknya bantuan persenjataan untuk
mendirikan Partai Pancasila Indonesia bagi Qahhar. Sebelumnya TKR pimpinan Qahhar
pasukannya. Aktivitas Qahhar tersebut memiliki senjata hanya sekitar kurang lebih
sesungguhnya sangat pro terhadap Indonesia, 250 senjata yang terdiri dari 86 (Arsip Saleh
cuma kecewa dengan TNI sehingga lari ke Lahade Reg. 188) senjata mesin ringan dan
hutan . Bahkan sangat sulit berfikir bahwa sisanya merupakan senjata rampasan. Setelah
Qahhar punya ide mendirikan sebuah negara bergabung dengan DI/TII jumlah
jika tidak ada tawaran menguntungkan dari persenjataannya tidak kurang 4500 pucuk
DI/TII. senjata. Terdiri dari 2056 senjata pasukan
Sekitar Januari hingga Maret pada Selatan, yang pimpinan oleh Bahar Mattalioe.
tahun 1954, Qahhar berhasil mendapatkan 800 senjata berat dari Gerungan (1957), dan
pasokan senjata dari daerah Timur-Timur sisanya milik momoc yang berada langsung di
melaui perantara seorang bangsa Arab. (Keng- bawah Qahhar Mudzakkar. (Dam XIV
Po 24 Maret 1954) Pasokan senjata ini besar Hasanuddin, 1982: 296, 301, 325, 351, 321,)
dugaan adalah bantuan dari Kartosuwiryo. Hal Artinya terjadi peningkatan jumlah senjata
yang menguatkan alasan ini adalah, antara yang dimiliki oleh DI/TII. Hal itu terjadi
tahun 1951 hingga 1954 sebanyak empat kali setelah bergabungnya Qahhar dengan DI/TII.
Qahhar melakukan komunikasi dengan
Kartosuwiyo (Arsip Saleh Lahade Reg. 188,
Mattalioe 1994: 185, Harvey 1989: 208). D. Jaringan Perdagangan Senjata DI/TII
Selain Kartosuwiryo tidak ada lagi pihak yang DI Jawa-barat memperoleh senjata
dimintai bantuan oleh Qahhar (1951-1954), dari Eropa. Hal tersebut sepertinya baru
dengan demikian tidak mungkin ada pihak lain terdengar bahwa DI (Daroel Islam) telah
yang mau membatu kalau tidak ada menjalin hubungan dengan bangsa asing.
komunikasi dengan Qahhar sebelumnya. Sebuah laporan dari Marechaussee
Selama tahun 1954 tidak ada bukti menyebutkan keterlibatan Pangeran Bernhard
kuat yang menunjukkan bahwa senjata-senjata dalam masalah perdagangan senjata kepada
Qahhar didatangkan dari bagian Kalimantan- separatis di Indonesia (Masdijk et al., 2009:
Utara (Tawao). Bantuan Senjata Qahhar hanya 79). Pangeran Bernhard melalui orang
berasal dari Timor-Portugis (Keng-Po 24 dekatnya yang bernama Prof Duyff
Maret 1954) Artinya, jika kabar mengenai menghubungi beberapa orang kepercayaannya
bantuan senjata kepada Qahhar dari Timor di Indonesia. Salah satu yang terkenal adalah
benar terjadi, maka itu adalah bantuan Shidar Ali seorang diplomat Pakistan di
Kartosuwiryo melaui rute Jawa ke Timor- Indonesia.
Portugis. Kemudian menunggu situasi yang Shidar Ali bukanlah diplomat biasa,
tepat masuk ke Sulawesi pada awal tahun Dia sangat berpengaruh di Eropa, termasuk
1954. dalam mempengaruhi sang pangeran.
Dari kejadian tahun 1951 hingga 1954, Setidaknya dalam catatan harian Van Masdijk
dapat dilihat tawar-menawar terjadi antara (asisten Pangeran Bernhard) sang diplomat
Qahhar dan Kartosuwiryo. Tawaran-tawaran pernah melakukan penyeludupan senjata ke
itu tentunya memiliki syarat yang cukup berat Jogjakarta dan Pakistan melalui London dan
bagi kedua belah pihak. Walau akhirnya Paris. Tidak tanggung-tanggung angka tersebut
keduanya sepakat bekerja sama, tapi kerja mencapai 200 juta gulden. Indikasi lain
sama tersebut sesungguhnya bukanlah atas menyebutkan bahwa pangeran Bernhard
bentuk kesamaan ideologi dan tujuan bersama. terpaksa bekerja sama dengan Shidar Ali
Mereka bekerja sama lebih atas dasar karena sedang berada dalam kondisi kesulitan
kebutuhan masing-masing. Qahhar butuh keuangan, sehingga penyeludupan senjata
senjata, Kartosuwiryo butuh perluasan dilakukan. Hal ini diperkuat oleh laporan
wilayah. Marechaussee mengenai temuannya:
Terlepas dari latar belakang keduanya “Deze aantekeningen komen overeen
bekerja sama. Satu hal yang perlu dicacat met de rapporten van de
16

marechaussee: ‘Duitse bankiers Sebuah kebijakan yang memberikan izin untuk


vestigen de aandacht van hun relaties memproduksi senjata secara massal. Masuknya
op de reis van Fritsche met Prins Amerika kedalam arena perang dunia II juga
Bernhard naar Amerika. Zij verklaren, membawa serta produk persenjataannya, pada
dat Fritsche reeds vele jaren de saat itulah Lockheed berkembang.
financiele belangen mede behartigt “Land Lase adalah kebijakan yang di
van Prins Bernhard en Prinses terapkan oleh Amerika setelah
Armgard. Het zou hun bekend zijn, dat hancurnya pearl harbor. Sebelumnya
zowel Prins BErnhard als Prinses bangsa amerika menganut doktrin
Armgard in geldnood verkeren. Duitse monroe yaitu semacam politik isolasi.
bankiers vermoeden, dat Fritsche in Tidak boleh ikut campur dal urusan
Amerika transacties zal trachten aan te negara lain termasuk dalam hal
gaan ter versteviging van zijn fortuin persenjataan. Doktrin monroe di
en dat van Prins Bernhard. Door perkenalkan oleh presiden ke 5
voornoemde bankiers werd eveneens Amerika James Monroe. Akan tetapi
de veronderstelling geuit, dat door menghadapi situasi yang panas pada
Fritsche ook gesproken zou warden perang dunia II memaksa amerika
over de verkoop van de 200 millioen masuk ke arena peperangan. Akhirnya
Soekarno guldens tegen 4 millioen Amerika mengesahkan land Lase
dollars.” (Maasdijk et al., 2009: 77) melalui kongres pada tanggal 14 maret
1941. Land Lase merupakan dasar
Dalam laporan tersebut ada nama yang pemerintah amerika dalam produksi
mengatur keuangan pangeran, dia adalah van senjata dan penjualan senjata kepada
Fritsche. Angka transaksi penjualan senjata sekutu-sekutunya. (Nur: 2003: 34-35).
oleh pangeran Bernhard sebesar 200 juta
gulden di Amerika, merupakan jumlah yang Ekspansi Lockheed ke eropa dimulai
tidak sedikit. Tampaknya bukan hanya oleh seoarang yang bernama Bob Gros. Dia
kesulitan keuangan yang memaksa sang adalah petinggi Lockheed yang menjabat
pangeran melakukan penyeludupan senjata, sebagai ketua direksi. Dalam ekspansinya ke
tapi lebih dari itu ada keuntungan besar pada Eropa, dia memiliki koneksi dengan seorang
perdagangan senjata. agen yang bernama Fred Mauser. Rupanya
Laporan lain yang juga mengungkap agen ini mempunyai kontak dengan para
bagaimana sepak terjang para penyeludup ini. pejabat tinggi di Eropa. Untuk membantu
Dijelaskan bahwa dalam dekade lima puluhan memuluskan penjualan senjata kepada orang-
sang pangeran berhasil melakukan kontak orang Eropa, Mauser memilih teman lamanya
dengan pabrik senjata Amerika, yaitu yang bernama Huber Wisbort, seorang warga
Lockheed (Simpson 1987:178). Pabrik senjata negara Swiss. Wisbor merupakan satu saluran
Lockheed sendiri bukan pemain baru dalam dana rahasia ke Eropa. Wisbor berprofesi
penjualan senjata dengan orang Eropa. Selepas sebagai pengacara di Swiss, dimana profesi ini
perang dunia II perusahaan ini tengah gencar seperti bankir yang dilindungi oleh
melakukan kontak dengan penguasa-penguasa penyelidikan. Wisbor dan Mauser juga
Eropa termasuk pangeran Bernhard. memiliki rekening rahasia di Swiss, juga
Bagaimana senjata tersebut bisa merupakan pusat aliran dana Lockheed yang
sampai kepada DI/TII. Hal tersebut merupakan membentang antara Jakarta , Geneva, dan
pembahasan cukup panjang sekaligus rumit. Di Johannesburg. Sungguh suatu jaringan yang
awali setelah perang dunia II berakhir luar biasa. (Simpson 1987: 177)
perusahaan senjata kenamaan yaitu Lockheed Di eropa Mauser tidak hanya
mengalami masa-masa sulit akibat persaingan mempekerjakan Wisbor. Ada agen lain yang
keras dengan Northop. Pada saat itu turut berperan, yaitu Teengs Gerriston seorang
pemerintah Amerika Serikat sangat mendorong pahlawan Perlawanan, Dia pernah bekerja
ekspansi pembuatan senjata masa perang. Hal sebagai agen Inggris, pernah ditangkap dan
ini terjadi setelah pangkalannya di hawai di hampir di bunuh pada masa pendudukan Nazi.
hancurkan oleh Jepang. Amerika yang awalnya Badannya pernah dipakai untuk eksperimen.
enggan terlibat dalam perang dan produksi Gerriston secara rahasia disewa sebagai
senjata mengeluarkan kebijakan Land Lase. konsultan khusus Lockheed dengan gaji
17

sebesar $ 18.000 setahun (Simpson 1987: 178). oleh Westerling. Memang ini adalah asumsi
Griston mempunyai beberapa teman lama pada baru, tapi indikasi kerja sama keduanya cukup
kementerian perekonomian di Den Hag, tidak kuat. Perkebunan Pieter Riener Van Motman
hanya itu Griston memiliki hubungan dekat di kawasan Dramaga Bogor (kini IPB Land
dengan Pangeran Bernhard. Hubungan antara Huis) ditengarai sebagai tempat keluar
Pangeran Bernhard dan Griston dimulai masuknya senjata, amunisi, dan logistik untuk
sebelum perang dunia II. Setelah perang sang Gerombolan bersenjata DI/TII Jawa-Barat .
pangeran mencari-cari Griston sebagai Seorang Belanda bernama Van Klef
pahlawan perlawanan. Lebih dari itu Ia adalah disebut-sebut sebagai penghubung penting
teman bermain Ratu Juliana waktu kanak- antara Kartosuwiryo dan pihak Belanda di
kanak. Lewat ratu Juliana Griston telah Indonesia. Di Sisi lain tokoh yang dituduh ikut
menjadi orang kepercayaan pangeran dalam jaringan pengadaan Senjata DI/TII
Bernhard. Pada akhirnya Mauser dan adalah yaitu Sultan Hamid II juga memiliki
Lockheed membangun kontak dengan kedekatan dengan Ratu Juliana (Maasdijk et
pangeran Bernhard. Lockheed merasa sangat al., 2009: 73). Bahkan Marechaussee dalam
penting untuk menjalin hubungan dengan laporannya menyatakan Shidar Ali bekerja
Pangeran, karena posisi pangeran sangat sama dengan Sultan Hamid II (Al Qadrie)
penting di Belanda. Pada saat itu pangeran dalam suplai senjata kepada kelompok Islam
menjabat sebagai direktur penerbangan KLM Jawa-Barat. Artinya kalaupun kontak yang
dan juga menjadi Inspektur Jenderal dari dibangun tersebut benar adanya berarti
angkatan bersenjata (Semacam duta besar yang penjualan senjata oleh Pangeran Bernard ke
berkuasa penuh). Wajar jika Lockheed sangat Indonesia yang ditujukan kepada kelompok
membutuhkan tangan pangeran Bernhard di Islam Hisbullah dan Sabilillah telah tercapai.
Eropa. Pada saat terjadi penyelundupan
Jaringan internasional tersebut senjata yang dilakukan oleh Pangeran Bernard
memainkan peran penjualan senjata dalam ke DI/TII saat itu di Sulawesi-Selatan masih
skala besar. Shidar Ali dan Pangeran Bernhard dalam keadaan krisis Gerilya. DI/TII Sulawesi
adalah dua orang pebisnis yang sangat Selatan belum diproklamirkan. Antara tahun
ambisius. Mereka tidak terikat kepentingan 1950 hingga 1953 Qahhar belum pernah
ideologis, mereka hanya membangun menyatakan bergabung dengan DI/TII, tetapi
hubungan bisnis belaka. Sang pangeran masih komunikasinya dengan Kartosuwiryo telah di
selalu terkesan akan kejayaan kolonialisme di bangun sejak tahun 1951. Komunikasi Qahhar
masa lalu. Usahanya menjual senjata ke untuk Kartosuwiryo bertujuan meminta
Indonesia sepertinya masih terkait dengan bantuan. Jelas pada saat-saat itu Qahhar telah
nostalgia kejayaan kolonialisme. Bagi Shidar menaruh perhatian lebih kepada NII Pimpinan
Ali sebagai seorang diplomat yang berada di Kartosuwiryo. Hal ini didasari oleh kondisi
Indonesia, bukanlah sesuatu yang aneh ketika yang sulit yang sedang dihadapi oleh Qahhar.
harus menjual senjata kepada separatis (Dalam Tidak berselang beberapa lama kemudian
hal ini Gerilya DI/TII). Dalam pembicaraannya bantuan persenjataan untuk Qahhar di
yang disadap di sebuah bar di Amsterdam Sulawesi-Selatan tiba melalui daerah Mandar
mengungkap bahwa Shidar Ali telah memasok bagian utara. Senjata-senjata itu di datangkan
sekitar 10.000.000 senjata ke Pakistan. menggunakan perahu kecil agar tidak dicurigai
Menurut laporan Marechaussee pada oleh TNI (Arsip Sulawesi Reg. 515, Keng-Po
1949 terdapat permintaan uang 25.000 Gulden 27 Maret 1954). Hal tersebut tentu
dari pangeran untuk pekerjaan Shidar Ali menunjukkan bahwa Qahhar berhasil
(Maasdijk 2009). Dalam hal ini untuk memperoleh senjata dari Kartosuwiryo dan
mendistribusikan senjata beserta amunisinya posisinya semakin kuat. Setidaknya
kepada DI Jawa-Barat. Distribusi ini komunikasi Qahhar untuk mendapatkan
menggunakan kapal dagang Belanda yang senjata secara rahasia terpenuhi.
bernama Batasfche petroleum Maatshappij Pasokan senjata untuk DI/TII Sulawesi
(Maasdijk 2009). Kapal ini adalah kapal Selatan tidak hanya berasal dari DI Jawa Barat.
minyak yang dipergunakan untuk distribusi Dalam perkembangannya DI/TII Sulawesi-
senjata. Di duga Kartosuwiryo telah berhasil Selatan Banyak mendapatkan senjata dari
melakukan kesepakatan dengan APRA pasar gelap di Tawao dan Singapura. Senjata-
(Angkatan Perang Ratu Adil) yang dipimpin senjata yang di beli oleh DI/TII di Singapura
18

dan Tawao kemudian diselundupkan memberi tanda dengan membentangkan kain


menggunakan kapal dagang yang hilir mudik menyerupai bendera kecil. Selain itu sandi-
dari Tawao dan Singapura ke Sulawesi- sandi juga digunakan dalam aksi penyeludupan
Selatan. Terdapat dua tempat masuk senjata ke dan pengantar surat-surat rahasia. Seperti tanda
daerah de facto DI/TII Sulawesi-Selatan. flash light yang menggunakan pola panjang
pertama daerah Mandar meliputi Pambuang, dan pendek pada malam hari. (Arsip Rahasia
Mamuju, Tapalang, Kalukku, Sampaga, Saleh Lahade Reg. 188)
Budong-Budong, Bambaloka, dan Pasangkayu. Penyeludupan senjata yang masuk
Kedua daerah sekitar Luwu yang meliputi daerah DI/TII sangat erat kaitannya dengan
daerah Bone Pute, Kolaka, Palopo, perdangangan kopra. Perahu-perahu yang
Salabangka, dan secara khusus pulau Menui di lintas mudik di lautan. Itulah yang digunakan
sekitar daerah tenggara. (Arsip Sulawesi oleh pedagang DI/TII untuk melakukan
Rahasia Reg. 470, 515, 526, Saleh Lahade penyeludupan. Tidak hanya senjata yang
Reg. 582) diselundupkan. Berbagai macam komoditas
Untuk wilayah Mandar terdapat rute- yang dibutuhkan DI/TII di seludupkan, seperti
rute khusus DI/TII dalam distribusi senjata. beras, makanan dan lain-lain. (Laporan KPN
Ketika senjata sudah berada di pinggir pantai, Mamuju tahun 1955)
senjata tersebut di bawah menuju ke kampung
Simulu atau Batu-batu, dari sini dapat PENUTUP
ditempuh jalan menuju kampung Parau, A. Kesimpulan
Limboro, Tandasura, Renggaeng, Tangan
Baru, kemudian terdapat sungai Tinambung- Berdasarkan pembahasan tentang DI/TII
Balanipa. Perjalanan bisa di tempuh dengan Sulawesi-Selatan dan jaringan perdagangan
menyusuri sungai tersebut ke hulu hingga senjata yang telah dijelaskan pada bagian
mendapat pos DI/TII di kampung Peteosang. sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa
Perjalanan bisa di lanjut ke arah Allu, Pao, kesimpulan sebagai berikut:
Poda-Poda dan terakhir Pumbidjagi. Di daerah 1. Bergabungnya Qahhar Mudzakkar beserta
inilah terdapat maskas TII daerah Mandar. pasukannya ke DI/TII didasari oleh janji
Sebenarnya rute ini bisa saja di awali langsung bantuan persenjataan dari Kartosuwiryo.
dari muara sungai Tinambung-Balanipa, tapi Selain itu kondisi sulit yang dihadapi oleh
rute tersebut berbahaya, karena ada TNI di Gerilya di Sulawesi-Selatan membuat
sana. Markas ini cukup strategis karena jika Qahhar menerima tawaran Kartosuwiryo
terdesak pasukan TII bisa mundur ke daerah bergabung dengan DI/TII.
Mamasa kemudian masuk ke Toraja dan 2. Usaha DI/TII untuk menguasai
Enrekang (Arsip Rahasia Sulawesi Reg. 526). perdagangan di Sulawesi-Selatan cukup
Senjata-senjata yang masuk melalui ampuh untuk mendanai perjuangan
Mandar sebenarnya sudah bermacam-macam mereka. Awalnya DI/TII melakukan
jenisnya. Semua hasil pabrikan senjata seperti , blokade ekonomi terhadap pemerintah
Owen, Bren, Sten, dan Karabin sudah pernah dengan membeli kopra lebih mahal dari
masuk ke Mandar. Senjata-senjata tersebut harga Yayasan Kopra (Pembeli
mendarat melalui pelabuhan-pelabuhan di pemerintah). Selanjutnya DI/TII
daerah Mandar yang belum di kuasai TNI, memanfaatkan tingginya harga kopra di
antara Pambuang dan Mamuju. Menurut pasaran untuk ditukar (Barter) dengan
informasi senjata tersebut di bawah oleh senjata. Beberapa lokasi penjualan kopra
seorang yang bernama Pua Habo yang tinggal sekaligus menjadi tempat memperoleh
di Galung dekat kota Mandar (Arsip Rahasia senjata adalah Tawao, Singapura, Filipina,
Sulawesi Reg. 526). Pua Habo dan Timor. Untuk memperlancar usaha
mendistribusikan senjata-senjata tersebut ke perdagangan DI/TII di daerah penjualan
markas DI/TII menggunakan perahu dari kopra, maka ditempatkan perwakilan
Kampong Pangale. dagang di tempat tersebut. Perwakilan
Untuk memperlancar penyeludupan dagang tersebut juga berfungsi sebagai
kurir-kurir tersebut menggunakan sandi-sandi pembeli senjata untuk perjuangan DI/TII.
yang sangat rahasia, dan tidak banyak Faktor lain yang memperlancar
diketahui saat itu. Misalnya untuk mengetahui penyeludupan senjata untuk DI/TII adalah
di mana daerah TII di hutan belantara mereka keterlibatan dagang Bn. 710 dalam
19

melindungi kepentingan Gerilya. DI/TII


menyiapkan hasil bumi, sedangkan Bn. DAFTAR PUSTAKA
710 menukarnya dengan senjata dan
amunisi. Sistem barter ini berlangsung Buku
atas dasar kepentingan ekonomi. Aqamus Erli (Siti Maesaroh).2007. Profil
Bergabungnya Permesta (Gerungan) ke Abdul Qahhar Mudzakkar Patriot
DI/TII juga merupakan suntikan Pejuang Kemerdekaan Indonesia
persenjataan yang cukup kuat bagi DI/TII. dan Syahid NII/TII. Tangerang: Al
3. Faktor yang menyebabkan DI/TII dapat Abrar.
berkuasa begitu lama, yaitu DI/TII
mendapatkan pasokan senjata yang begitu Dijk Van. 1993. Darul Silam Islam Sebuah
kuat dari berbagai pihak. Pihak-pihak Pemberontakan. Jakarta: Gravity
yang menjadi penyuplai senjata DI/TII Press.
adalah DI/ TII di daerah lain, Barter
dengan kopra di luar negeri, dan terakhir Indonesia Dalam Arus Sejarah, 2012: 553
dari oknum TNI sendiri yang menjual
senjata pihak DI/TII. Sehingga dalam Jarah Dam VII Hasanuddin/ Corhas. 1982. 25
upaya penyelesaian gerilya Sulawesi- tahun Kodam Hasanuddin.
Selatan TNI lebih dulu menyingkirkan Makassar: Kodam Hasanuddin.
pihak-pihak yang terdeteksi sebagai Kementerian Penerangan. 1953. Republik
penyuplai senjata Qahhar. Kemudian Indonesia Provinsi Sulawesi.
setelah itu Panglima Kodam (M. Jusuf)
melakukan taktik isolir total terhadap Keng- Po 24 Maret 1954 Jakarta.
Gerakan DI/TII. Hingga akhirnya DI/TII
terjepit dan berhasil ditumpas pada Kodam Siliawangi. 1968. Kodam Siliwangi.
tanggal 3 Februari 1965. Bandung: Kodam Siliwangi

B. Saran Madjid Dian M dan Johan Wahyudi. Ilmu


1. Penelitian ini adalah bagian yang sangat sejarah sebuah pengantar. Jakarta:
kecil dari peristiwa DI/TII Sulawesi- Prenada media Group.
Selatan. Khususnya jalur logistik
persenjataan DI/II Sulawesi-Selatan yang Mattalioe Bahar. 1965. Kahar Musakkar Dan
begitu kompleks, sehingga peristiwa Perjuangannya. Jakarta: Penerbit
pergolakan bersenjata DI/TII tidak dapat Delegasi.
dilihat secara hitam putih. Ada banyak
kepentingan yang bermain di dalamnya, _____________.1994. Pemberontakan Meniti
dan semua itu mempengaruhi kehidupan Jalur Kanan. Jakarta: Gresindo.
seluruh lapisan masyarakat pada waktu
itu. Olehnya itu penelitian-penelitian Mattata Sanusi. 1967. Luwu dalam Revolusi.
tentang jalur logistik DI/TII pada masa Ipmil: Makassar.
akan datang masih sangat aktual untuk
dilakukan. Tjatatan Batin Seorang Pejuang Islam
2. Penelitian sejarah mengenai perdagangan Revolusioner.
senjata, suplai senjata, dan blokade
ekonomi pada masa gerakan DI/TII pada Nasution. 2012. Pokok-Pokok Gerilya
dasarnya sangat dekat dengan bidang (Fundamentals Of Guerilla) dan
pertahanan negara. Sehingga penelitian pertahan republik indonesia di
dengan tema serupa bukan saja menjadi masa lalu dan masa mendatang.
objek kajian sejarah. Lebih dari pada itu Jogjakarta: Penerbit Narasi.
penelitian serupa untuk pertahan sebuah
negara masih sangat penting untuk dikaji Sjamsuddin Helius. 2007. Metodologi Sejarah.
lebih dalam. Tujuannya agar di masa Jogjakarta: Ombak.
depan dapat dijadikan referensi dalam
usaha ketahanan/keberlangsungan sebuah
negara.
20

Harvey, B.S., 1989. Pemberontakan Kahar


Muzakkar: dari tradisi ke DI/TII.
Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.

Simpson 1987. Bazar Senjata The arms of


bazar.
Ritzier 2003. Teori Sosiologi Modern

Dokumen/ Arsip

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi


Sulawesi-Selatan. Inventaris Arsip
Rahasia Provinsi Sulawesi Register
470.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi


Sulawesi-Selatan. Inventaris Arsip
Rahasia Provinsi Sulawesi Register
515.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi


Sulawesi-Selatan. Inventaris Arsip
Rahasia Provinsi Sulawesi Register
526.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi


Sulawesi-Selatan. Inventaris Arsip
Pribadi Muhammad Selah Lahade
Register 582. Dos 25.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi


Sulawesi-Selatan. Inventaris Arsip
Pribadi Muhammad Selah Lahade .
Register 188.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi


Sulawesi-Selatan. Inventaris Arsip
Rahasia Provinsi Sulawesi. Reg.
470.
Gonggong Anhar. 1990. Abdul Qahar
Mudzakkar dan DI/TII Sulawesi-
Selatan. Depok: UI

Iswandi Nur. 2003. Kebijakan Pemerintah


Amrika Serikat dalam pernjulan
Senjata pada masa perang dunia II.
Depok: Universitas Indonesia

You might also like