You are on page 1of 27

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM

KAJIAN HUKUM TERHADAP PERSAINGAN USAHA PADA INDUSTRI


BERBASIS EKONOMI DIGITAL (PERBANDINGAN ANTARA
INDONESIA DAN SINGAPURA

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Hukum Persaingan


Usaha pada Program Studi Magister Hukum Bisnis dan Kenegaraan

Oleh:
Egi Hadi Kusnadi (...)
Tobias (
Bimo
Aqil
Rifqi Ridlwan Nasir (22/500795/PHK/11968)

YOGYAKARTA
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi digital telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini didukung oleh perkembangan teknologi,
peningkatan aksesibilitas internet, dan peningkatan kepercayaan masyarakat
terhadap transaksi online. Pertumbuhan ekonomi digital tercermin pada
perkembangan industri berbasis digital, khususnya terkait perdagangan elektronik
atau e-commerce. Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan, E-Commerce adalah perdagangan yang transaksinya dilakukan
melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik. 1 Perdagangan melalui e-
commerce sangat memudahkan transaksi jual beli dengan adanya kemampuan
untuk melakukan transaksi tanpa harus hadir di tempat atau mengunjungi toko
secara langsung.
Indonesia dan Singapura adalah dua negara di Asia Tenggara yang
memiliki perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat. Berdasarkan data
yang dirilis oleh berdasarkan data yang dirilis oleh We Are Social & Hootsuite
pada tahun 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 212,9 juta
orang atau sekitar 77% dari total populasi. 2 Angka tersebut menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai
170,6 juta pengguna. Sementara itu, jumlah pengguna internet di Singapura
mencapai 5,81 juta orang atau sekitar 96,9% dari total populasi.3
Di Indonesia, e-commerce telah berkembang pesat dalam beberapa tahun
terakhir. Menurut data dari Data Indonesia, nilai transaksi e-commerce di
Indonesia mencapai Rp 476,3 triliun pada tahun 2022.4 Beberapa perusahaan
besar yang berbasis ekonomi digital di Indonesia antara lain Tokopedia,
Bukalapak, Shopee, dan Lazada. Contoh sukses dari e-commerce di Indonesia
adalah Gojek, yang awalnya merupakan perusahaan jasa ojek online dan

1
Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan
2
We Are Social & Hootsuite. (2022). Digital 2023: Indonesia. Diakses pada 14 Mei 2023, dari
https://wearesocial.com/digital-2023-indonesia/
3
We Are Social & Hootsuite. (2022). Digital 2023: Singapore. Diakses pada 14 Mei 2023, dari
https://wearesocial.com/digital-2023-singapore/
4
Data Indonesia. (2022). Transaksi E-Commerce RI Tak Capai Target pada 2022. Diakses pada 14
Mei 2023, dari https://dataindonesia.id/digital/detail/transaksi-ecommerce-ri-tak-capai-target-pada-
2022
kemudian mengembangkan bisnisnya menjadi e-commerce melalui layanan
GoMart. Sementara itu, di Singapura, e-commerce juga berkembang pesat.
Beberapa perusahaan e-commerce besar di Singapura antara lain Lazada, Shopee,
Zalora, dan lain sebagainya.
Layaknya di setiap industri, persaingan dalam industri ekonomi digital di
Indonesia dan Singapura semakin ketat. Persaingan dalam industri
tersebutmencakup persaingan antara platform digital lainnya dan persaingan
antara penjual di dalam platform tersebut. Di Indonesia, persaingan antara
platform e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, Blibli, dan
JD.id. Di Singapura, persaingan antara platform e-commerce juga semakin ketat
dengan adanya platform seperti Amazon, Carousell, dan Pinduoduo yang masuk
ke pasar Singapura. dengan pertumbuhan e-commerce yang pesat juga muncul
tantangan dalam hal persaingan. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi konsumen
dan merusak iklim persaingan yang sehat. Pembahasan di atas menunjukan bahwa
e-commerce dalam pasar digital tidak hanya menjual barang produksi tetapi juga
menjual jasa seperti GRAB, Fundsupertmart.com, GOJEK, Fiverr.com, HaloDoc,
dan produk jasa lain nya.
Persaingan yang ketat dalam industri ekonomi digital dapat
mengakibatkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan praktik bisnis yang
tidak sehat, seperti dumping harga, kolusi, dan penyalahgunaan posisi dominan.
Salah satu kasus praktik bisnis tidak sehat di Indonesia adalah kasus antara
Tokopedia dan Bukalapak. Pada tahun 2019, kedua perusahaan tersebut dituduh
melakukan praktik monopoli dengan memanipulasi harga barang secara bersama-
sama. Kasus ini kemudian ditangani oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) yang pada akhirnya memutuskan bahwa kedua perusahaan tersebut telah
melanggar ketentuan Undang-Undang Persaingan Usaha. KPPU kemudian
menjatuhkan sanksi denda kepada Tokopedia dan Bukalapak. 5 Sedangkan di
Singapura, pada tahun 2019, Competition and Consumer Commission of
Singapore (CCCS) menemukan bahwa Grab, sebuah platform ride-hailing, telah
5
KPPU Putuskan Tokopedia Dan Bukalapak Bersalah Lakukan Praktik Monopoli Harga. 2019.
KPPU. https://www.kppu.go.id/id/berita-dan-informasi/kppu-putuskan-tokopedia-dan-bukalapak-
bersalah-lakukan-praktik-monopoli-harga/
melakukan praktik monopoli dengan mengakuisisi saingannya, Uber. Grab
dituduh memonopoli pasar ride-hailing Singapura dan meningkatkan harga untuk
konsumen. CCCS kemudian meminta Grab untuk mengurangi eksklusivitasnya
atas mitra pengemudi dan mengembalikan harga-harga ke tingkat sebelum
akuisisi. Grab juga diharuskan membayar denda sebesar SGD 13 juta.6
Perbedaan dalam penyelesaian kedua kasus tersebut adalah sanksi yang
diberikan oleh masing-masing lembaga yang menangani. Di Indonesia, KPPU
bertanggung jawab menangani kasus monopoli di berbagai industri, termasuk e-
commerce, sedangkan di Singapura, CCCS fokus pada persaingan konsumen dan
mengawasi penyalahgunaan posisi dominan. Sanksi yang diberikan kepada
perusahaan juga berbeda, di mana di Indonesia, Tokopedia dan Bukalapak hanya
dikenakan sanksi denda, sedangkan di Singapura, Grab diharuskan untuk
mengurangi eksklusivitasnya atas mitra pengemudi dan mengembalikan harga-
harga ke tingkat sebelum akuisisi, serta membayar denda.
Peraturan hukum persaingan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat (UU Persaingan Usaha). Serta untuk perdagangan elektronik
Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 50 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik. Peraturan ini menyatakan bahwa persaingan dalam perdagangan
melalui sistem elektronik harus diatur dengan prinsip keadilan, kepastian,
transparansi, dan tidak merugikan konsumen. Sementara itu, di Singapura,
peraturan hukum persaingan diatur dalam Competition Act yang telah direvisi
pada tahun 2018. Serta, pada tahun 2020 Indonesia dan Singapura yang juga
termasuk ke dalam 10 Anggota ASEAN telah menyepakati dan menandatangani
perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang
membahas terkait perdagangan bebas.
Dalam kajian yuridis ini, akan dibandingkan peraturan hukum persaingan
pada usaha e-commerce di Indonesia dan Singapura. Hal ini dilakukan untuk
6
Lee, J. (2018, July 24). S$13m fines: Grab, Uber and market share debate. The Business Times.
Retrieved from https://www.businesstimes.com.sg/startups-tech/startups/s13m-fines-grab-uber-
and-market-share-debate
mengetahui perbedaan dan persamaan dalam penerapan hukum persaingan pada
usaha sektor ekonomi digital di kedua negara. Selain itu, kajian ini juga akan
membahas tentang bagaimana peraturan hukum persaingan tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan persaingan usaha pada sektor ekonomi digital di
Indonesia dan Singapura. Oleh karena itu, kajian yuridis tentang perbandingan
hukum persaingan pada industri berbasis ekonomi digital di Indonesia dan
Singapura akan menjadi sangat relevan untuk mengetahui bagaimana peraturan
hukum persaingan tersebut dapat mendukung pengembangan hukum persaingan
usaha.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengaturan Hukum Persaingan Usaha pada Industri Berbasis
Ekonomi Digital di Indonesia serta Praktik Penerapan di Lapangan (Studi
Kasus)?
2. Bagaimana Pengaturan Hukum Persaingan Usaha pada Industri Berbasis
Ekonomi Digital di Singapura serta Praktik Penerapan di Lapangan (Studi
Kasus)?
3. Apa Saja Hal yang Dapat Dijadikan Pelajaran (Lesson Learn) Dalam Rangka
Pengembangan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia?

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Persaingan Usaha
Persaingan usaha adalah upaya untuk mendapatkan keuntungan
dalam suatu mekanisme pasar yang memiliki dampak terhadap
kenikmatan konsumen. Pemahaman mengenai persaingan usaha
memiliki keterkaitan dengan kegiatan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat. Relasi antara kegiatan antara kegiatan ekonomi dan
kehidupan masyarakat tampak pada esensi kegiatan ekonomi berupa
mekanisme jual dan beli barang atau jasa. Ada nya alokasi sumber daya
yang sesuai dengan kebutuhan setiap anggota masyarakat memiliki
dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.7
Satu sisi para pelaku produksi bersaing untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan berbagai metode dan inovasi sehingga
membentuk harga yang berbeda antara produk dari satu pelaku produksi
dengan pelaku produksi yang lain.8 Perbedaan harga barang
memberikan kebebasan kepada anggota masyarakat sebagai konsumen
untuk memilih. Ada nya mekanisme pasar berupa permintaan barang
atau jasa memberikan stimulus untuk pelaku produksi untuk
mengembangkan produk sehingga timbul sebuah persaingan dengan
tujuan menjangkau konsumen.
Konsep persaingan usaha dalam kegiatan ekonomi pada
dasarnya merupakan sarana untuk memberikan kebebasan kepada para
pihak dalam kegiatan ekonomi.9 Pihak produsen secara bebas untuk
memilih dan menghasilkan barang atau jasa sedangkan pihak konsumen
secara bebas untuk memilih dan membeli barang atau jasa sesuai
dengan kebutuhan. Konsep persaingan usaha tidak dapat dilepaskan
oleh kondisi pasar yang bebas sehingga tidak hanya mempengaruhi
pelaku usaha untuk berinovasi tetapi mengundang pelaku usaha lain
untuk turut serta dalam kegiatan produksi. Hal ini menjadi sebuah

7
Andi Fahmi Lubis dkk, Hukum Persaingan Usaha, Jakarta: Komisi Pengawas
Persaingan Usaha , 2017, Hlm. 24-25.
8
Adis Nur Hayati, Analisa Tantangan dan Penegakan Hukum Persaingan Usaha Pada
Sektor E-Commerce di Indonesia, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol.21,No.1, Maret 2016 :
Hlm.110
9
Andi Fahmi Lubis dkk, Op.cit., Hlm. 25
syarat utama terjadinya sebuah persaingan yaitu pelaku usaha terdiri
dari dua atau lebih.
Persaingan yang terjadi antara dua orang atau lebih terjadi
sebagai akibat dari aktivitas produsen yang memiliki kemampuan yang
berbeda.10 Persaingan yang terjadi antar pelaku produsen tidak terlepas
dari struktur pasar yang membentuk persaingan itu sendiri. Definisi
sederhana dari struktur pasar adalah kondisi lingkungan pada tempat
perusahaan melakukan kegiatan produksi.11 Teori ekonomi dasar
memberikan klasifikasi struktur pasar yang mempengaruhi persaingan
antara lain :
a. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar
atau industri yang terdapat banyak penjual dan pembeli
tetapi penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi
keadaan pasar.12 Bentuk persaingan sempurna menjadi
suatu kondisi yang ideal dalam suatu kegiatan ekonomi
karena pasar membentuk sebuah keseimbangan antara
penawaran dan permintaan barang atau jasa sejenis.
Unsur – unsur pasar pasar persaingan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
1) Penjual dan Pembeli banyak
2) Produk Homogen
3) Syarat yang mudah
4) Informasi sempurna
b. Pasar Persaingan Monopolisitis
Pasar persaingan monopolistis memiliki perbedaan
dengan struktur pasar persaingan sempurna. Pasar
persaingan monopolisitis merupakan suatu bentuk pasar

10
Agus Maulana, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid 2, Bina Rupa Aksara, Jakarta, Hlm. 16
11
Andi Fahmi Lubis dkk, Op.cit., Hlm. 265
12
Agus Maulana, Pengantar Mikro Ekonomi ( Jilid 2 ), PT. Bina Rupa Aksara, Jakarta,
Hlm. 16
yang terdapat banyak penjual yang menjual produk
heterogen ( differentiated product ).13 Bentuk pasar
persaingan monopolistis menunjukan sebuah strukur
yang memberikan kekuasaan kepada produsen untuk
menentukan harga barang atau jasa yang hendak
ditawarkan kepada masyarakat selaku konsumen.
Unsur-unsur dari struktur pasar persaingan
monopolistis dapat dijabrkan sebagai berikut :
1) Banyak Penjual
2) Diferensiasi Produk
3) Syarat yang Mudah
c. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli merupakan struktur pasar yang
terdiri dari beberapa produsen yang menghasilkan
barang atau jasa.14 Kondisi pasar oligopoli memberikan
sebuah gambaran bahwa jumlah produsen dapat
dijangkau dan diperhitungkan. Produsen pada pasar
oligopoli memiliki ketergantungan terhadap metode
pelaku produsen lain untuk menentukan harga barang
atau jasa.15
d. Pasar Monopoli
Pasar monopoli merupakan struktur pasar yang
terdapat satu produsen tetapi barang atau jasa yang
beredar di dalam masyarakat tidak mempunyai subtitusi
atau pengganti.16 Konsep struktur pasar ini menunjukan
posisi tawar yang kuat oleh pelaku usaha karena pelaku
usaha selaku produsen dapat menentukan atau
mengendalikan harga secara sepihak.
13
Sukirno Sadono, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, PT.Grafindo Persada, Jakarta, 2001,
Hlm. 36
14
Andi Fahmi Lubis dkk, Op.cit, Hlm. 50
15
Ibid
16
Agus Maulana, Op.cit., Hlm. 16
B. Tinjauan Terhadap Aspek Hukum dalam Persaingan Usaha
a. Tinjauan Umum Aspek Hukum dalam Persaingan Usaha
Hukum adalah kaedah konkret yang ditujukan terhadap
sikap lahir sehingga menciptakan ketertiban di dalam
masyarakat.17 Hukum menjadi sebuah sarana untuk memberikan
perlindungan terhadap kepentingan manusia sehingga terjadi
pembatasan terhadap tindak dan tingkah laku manusia. Peran
utama hukum di dalam masyarakat adalah untuk melakukan
integrasi dan koordinasi kepentingan manusia yang memiliki
peluang untuk bertabrakan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain.18 Fungsi hukum dalam setiap aspek
kehidupan dibutuhkan untuk memberikan perlindungan bagi
para pihak termasuk para pihak pada kegiatan produksi.
Setiap pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan
produksi memiliki tujuan untuk mmperoleh keuntungan. Para
pelaku usaha saling berkompetisi agar barang atau jasa yang
dihasilkan dapat dijangkau oleh konsumen. Persaingan memiliki
dampak positif sehinggga setiap pelaku usaha mendapatkan
informasi pasar atau evaluasi dari produk yang dijual. Satu sisi
persaingan berdampak negatif karena merugikan pelaku usaha
yang lain.19 Praktik persaingan yang tidak sehat memiliki
dampak yang masif terhadap pasar, pelaku usaha, dan
masyarakat selaku konsumen.
Suatu norma terhadap persaingan antar pelaku usaha
diperlukan untuk menciptakan kondisi persaingan yang efisien.
Hukum persaingan usaha memiliki peran penting untuk

17
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, PT.Cahaya Atma Pustaka, 2010,
Yogyakarta, Hlm. 15
18
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti,2014, Bandung, Hlm. 53
19
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingain Usaha di Indonesia, PT.Kencana,
Jakarta, 2009, hlm. 2
mendukung terbentuknya sistem ekonomi pasar agar persaingan
yang hidup dan berlangsung secara sehat.20
b. Tinjauan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia
Pengaturan tentang persaingan usaha di Indonesia diatur
di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
yang disetujui pada tanggal 18 Februari 1999. Ada dua frasa
yang terkandung dalam judul Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat yaitu “ larangan praktek monopoli “ dan “
persaingan usaha tidak sehat “.
Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi
oleh satu atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau
jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat dan dapat merugikan kepentingan umum sebagaimana
telah di atur dalam pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pasal 1 angka 6 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat memberikan definisi persaingan
usaha tidak sehat sebagai persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang atau
jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan
hukum atau menghambat persaingan usaha.
Dua frasa yang telah disebutkan menjadi sebuah
paradigma hukum persaingan usaha di Indonesia bahwa negara
hendak menyeimbangkan kepentingan umum ( public interest )
dan efisiensi ekonomi ( economy interest ).21 Ruang lingkup
20
M.R. Syarifudin Zaki, Pengantar Ilmu Hukum dan Aspek Hukum dalam Ekonomi,
PT.Kencana, Jakarta, 2022, Hlm. 259.
21
Andi Fahmi Lubis dkk, Op.cit., Hlm. 34
pengaturan persaingan usaha menurut Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah sebagai berikut :
1) Perjanjian Yang Dilarang
2) Kegiatan Yang Dilarang
3) Posisi Dominan
Intervensi pemerintah terhadap persaingan usaha tidak
hanya pada fungsi pengaturan. Penindakan serta pengawasan
kegiatan persaingan usaha di Indonesia diserahkan kepada
sebuah komisi bernama Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
atau disebut dengan KPPU. Pembentukan Komisi Pengawasan
Persaingan Usahan merupakan salah satu bentuk pelaksaan dari
pengaturan persaingan usaha dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
c. Tinjauan Hukum Persaingan Usaha di Singapura
Pengaturan hukum persaingan usaha di Singapura di
atur dalam Competition Act 2004 yang disetujui oleh
Parliament of Singapore pada tanggal 19 Oktober 2004.
Filosofi ketentuan persaingan usaha di Singapura adalah
liberalisasi perdagangan sehingga ada ruang bagi pemerintah
dan sektor privat untuk terlibat dalam pembangunan ekonomi di
Singapura.22
Ruang lingkup ketentuan persaingan usaha di Singapura
yang di atur dalam Competition Act 2004 antara lain sebagai
berikut :
1) Agreement, Preventing, Restricting, and Disorting
Competition
2) Abuse of Dominant Position

22
Deborah Healey, Application of Competition Laws to Government in Asia : The
Singapore Story, Korea Legislation Research Institute, Vol. 2, 2012, Hlm.59
3) Merger
Penegakan hukum persaingan usaha di Singapura tidak
terlepas oleh peran sebuah komisi yang disebut dengan
Competition and Consumer Commision of Singapore atau
CCCS . Pembentukan Competition and Consumer Commision
of Singapore merupakan pelaksaaan dari Competition Act
2004 yang diberikan tugas menurut section 6 Competition Act
2004 sebagai berikut :
1) Menjaga dan meningkatkan perilaku pasar serta
melakukan promosi terhadap produktivitas, inovasi,
dan persaingan pada pasar di Singapura
2) Menghilangkan serta mengendalikan praktek-praktek
yang berdampak buruk pada kompetisi di Singapura
3) Meningkatkan serta menjaga persaingan pasar di
Singapura
4) Meningkatkan budaya dan kondisi persaingan yang
ketat terhadap perekonomian di Singapura

C. Tinjauan Terhadap Perdagangan Elektronik ( E- Commerce )


Perdagangan elektronik atau yang disebut dengan E-Commerce
menjadi salah satu bentuk pengembangan pasar pada era modern. Onno
W. Purbo dalam buku nya yang berjudul Mengenal E-Commerce
memberikan sebuah pandangan tentang E-Commerce sebagai suatu
cakupan mengenai teknologi, proses, dan praktik yang dapat melakukan
transaksi bisnis tanpa menggunakan kertas sebagai sarana. 23
Perdagangan elektronik dapat merupakan suatu rangkaian kegiatan
dagan antara satu pihak dengan pihak lain yang dilakukan
menggunakan alat bantu. Pemaparan di atas dapat menjabarkan unsur-
unsur perdagangan elektronik sebagai berikut :
a) Terjadi Transaksi Antar Dua Pihak

23
Bagus Hanindyo Mantri, Tesis, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam
Transaksi E-Commerce, Magister Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, 2007, Hlm.23
b) Ada nya pertukaran barang atau jasa
c) Ada nya media elektronik sebagai media utama pada
perdagangan

D. Tinjauan Terhadap Persaingan Usaha di Pasar Digital


Perdagangan secara digital dapat dipahami sebagai suatu proses bisnis
yang dilakukan melalui perantaraan sistem baik melalui laman web maupun
aplikasi, mulai dari proses pembelian, penjualan, pembayaran, informasi produk,
dan layanan yang memanfaatkan internet. Secara struktur, pasar digital
mempunyai struktur yang berbeda dengan pasar konvensional. Pasar digital
mempunyai struktur berlapis yang dapat dimaknai bahwa dalam pasar digital
dapat mempertemukan dua atau lebih grup dalam platform digital. Bahwa yang
terjadi tidak hanya persaingan antar penyedia jasa melainkan juga terhadap
penyedia platform digital. Oleh karena itu, kondisi yang demikian berbeda perlu
diimbangi dengan pengawasan dengan mekanisme yang lebih kompleks sebagai
upaya mencegah terjadinya praktik monopoli dan secara struktur pasar tentu pasar
digital mempunyai struktur yang berbeda dengan pasar konvensional. Pasar digital
mempunyai struktur berlapis yang dapat dimaknai bahwa dalam pasar digital
dapat mempertemukan dua atau lebih grup dalam platform digital. Bahwa yang
terjadi tidak hanya persaingan antar penyedia jasa melainkan juga terhadap
penyedia platform digital. Oleh karena itu, kondisi yang demikian berbeda perlu
diimbangi dengan pengawasan dengan mekanisme yang lebih kompleks sebagai
upaya mencegah terjadinya praktik monopoli.24
Kekuatan pasar platform digital meningkat dengan pengembangan bisnis
vertikal. Perkembangan bisnis ini meningkatkan kemampuan platform digital
untuk mengumpulkan lebih banyak data, meningkatkan daya saingnya dan
menjadi pemilik toko online dan pengguna aplikasi, sehingga posisi dominan
platform digital dapat disalahgunakan, misalnya, mendiskriminasi pesaing di ritel,
serta perjanjian eksklusif dengan konsumen, serta kebijakan menjual dengan
24
Rohmat, “Urgensi Pembentukan Undang-Undang Pasar Digital sebagai Instrumen
Pengawasan Persaingan Usaha di Era Digital”, Jurnal Persaingan Usaha Vol. 2 No. 2, 2022, Hlm.
121-122.
kerugian yang dapat mengakibatkan pesaing menjadi tidak kompetitif di pasar dan
meninggalkan pasar25

PEMBAHASAN
A. Pengaturan Hukum Persaingan Usaha pada Industri Berbasis Ekonomi
Digital di Indonesia serta Praktik Penerapan di Lapangan
Perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia memiliki dampak
bagi masyarakat sehingga aktivitas masyarakat turut berkembang. Hal ini
tidak hanyak dirasakan dalam ruang lingkup lokal tetapi juga dirasakan oleh
masyarakat internasional. Seluruh aspek kehidupan masyarakat turut berubah
akibat perkembangan teknologi yang salah satunya adalah aktivitas ekonomi.
Aktivitas ekonomi digital menjadi salah satu komponen yang membantu
masyarakat untuk memperoleh barang atau jasa maupun menjual barang atau
jasa. Google dan Temasek Group melakukan riset berjudul E-Conomy South
East Asia 2019 Report yang melaporkan bahwa nilai transaksi ekonomi
digital di Indonesia mencapai USD 40 Miliar sehingga menempatkan
Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar ke -2 di Asia Tenggara. 26 Hal
ini menunjukan bahwa teknologi memberikan stimulus teknologi kegiatan
ekonomi di Indonesia sehingga implementasi teknologi terhadap aspek
ekonomi bernilai positif.
Perkembangan kegiatan ekonomi memiliki pengaruh terhadap
persaingan usaha antar pelaku usaha. Emmy Simanjuntak dalam sebuah
penulisan berjudul Analisis Hukum Ekonomi Terhadap Hukum Persaingan
Usaha menjelaskan bahwa persaingan dapat mendorong perekonomian serta
tercipta kekuatan pasar yang tersebar dan tidak ada penguasaan oleh pihak
tertentu.27 Pernyataan di atas memberikan sebuah gambaran positif dari
25
Ahmad Sabirin dan Raafid Haidar Herfian, “Dampak Ekosistem Digital terhadap
Hukum Persaingan Usaha di Indonesia serta Optimalisasi Peran Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) di Era Ekonomi Digital”, Jurnal Persaingan Usaha Vol. 2, 2021, Hlm. 77-78.
26
Direktorat Ekonomi Deputi Kajian dan Advokasi, 2019, Ringkasan Eksekutif Penelitian
Kebijakan di Sektor Ekonomi Digital, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Jakarta, Hlm. 1
27
Alum Simbolon, 2012, Kedudukan Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Melaksanakan Wewenang Penegakan Hukum Persaingan Usaha, Mimbar Hukum, Vol.24 No. 3,
persaingan tetapi pada satu sisi persaingan usaha dapat digambarkan sebagai
suatu permasalahan. Permasalahan persaingan usaha dapat dilihat apabila
persaingan memberikan dampak negatif apabila persaingan dilakukan secara
tidak sehat.
Hukum sebagai kaedah pengaturan memiliki peran penting untuk
mewujudkan persaingan usaha yang sehat. Pengaturan persaingan usaha di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak sehat mengatur ruang lingkup persaingan usaha di
Indonesia beserta peran struktur hukum dalam persaingan usaha di Indonesia
yang disebut dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
1. Pembentukan dan Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Pembahasan di atas telah menyebutkan bahwa pembentukan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha merupakan perintah atau implementasi
dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Komisi Pengawas Persaingan
Usaha ( KPPU ) memiliki fungsi penting untuk menegakan hukum
persaingan usaha di Indonesia. Fungsi penting Komisi Pengawas
Persaingan Usaha tampak karena memiliki kesamaan dengan lembaga
peradilan. Komisi Pengawas Persaingan Usaha bertugas dan memiliki
kewenangan untuk penyelidikan, penuntutan, konsultasi, pemeriksaan,
mengadili, dan memutus perkara.28
Penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha dilakukan berdasarkan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
mempunyai kewenangan untuk menindak dan menegakan hukum

Oktober 2012, Hlm. 530


28
Andi Fahmi Lubis dkk, Op.Cit., Hlm. 378
persaingan usaha terhadap praktek monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat.
2. Penegakan Hukum Persaingan Usaha Oleh Komisi Pengawas
Persaingan Usaha pada E-Commerce
Praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat merupakan dua
hal yang wajar terjadi dalam kegiatan ekonomi. Antar pelaku usaha
memiliki tujuan yang sama untuk melakukan kegiatan ekonomi yaitu
memperoleh keuntungan secara maksimal. Hal ini tidak menutup
kemungkinan dapat terjadi dalam kegiatan ekonomi digital seperti E-
Commerce. Perkembangan bisnis ekonomi digital mempengaruhi
perubahan kultur ekonomi di Indonesia seperti munculnya pasar digital
yang sering kali disebut dengan marketplace.29 Persebaran pasar digital
yang semakin luas serta perkembangan teknologi menunjukan dampak
terhadap struktur pasar sehingga pola persaingan usaha serta penegakan
hukum pada pasar digital di Indonesia.
Penegakan hukum persaingan memiliki peran penting terhadap
pelaku usaha yang terlibat dalam E-Commerce di Indonesia. Berdasarkan
Penelitian pelaku usaha dan struktur pasar sektor ekonomi digital yang
dilakukan oleh KPPU di tahun 2020, terdapat keterkaitan antara
penguasaan pasar perusahaan digital dengan platform search engine, sosial
media, video sharing, payment system yang mana hal tersebut dapat
memperkuat market share perusahaan pada pasar bersangkutan.
Namun masih belum ada pengaturan mengenai pedoman / aturan
secara spesifik terkait persaingan usaha pada ekonomi digital. Rumusan
norma mengenai persaingan usaha diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
Peraturan Pemerintah tersebut dapat dikatakan sebagai pedoman E-
Commerce di Indonesia. Hal ini menjadi sebuah terobosan bagi kegiatan E-
Commerce di Indonesia tetapi tidak memberikan kepastian terhadap

29
Rohmat, Urgensi Pembentukan Undang-Undang Pasar Digital sebagai Instrumen
Pengawasan Persaingan di Era Digital, Jurnal Persaingan Usaha, Vol.2 No. 2, 2022, Hlm. 119
persaingan usaha pada aspek ekonomi digital termasuk E-Commerce.
Pengaturan persaingan usaha pada aspek ekonomi digital hanya di atur
dalam pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang
Perdagangan Melalui Sistem Elekronik yang berbunyi :
Pelaku Usaha wajib :
a. melindungi hak-hak Konsumen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan Konsumen; dan
b. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
persaingan usaha.

Bunyi pasal 26 huruf b seperti yang berbunyi di atas memberikan sebuah


gambaran berupa penegasan terhadap pelaku usaha ekonomi untuk bersaing
secara sehat. Hal ini menjadi tugas penting bagi KPPU untuk menyusun
pedoman penanganan terhadap kegiatan atau perjanjian yang dapat
menganggu kondisi persaingan usaha antar pelaku usaha khususnya pada
bidang ekonomi digital seperti E-Commerce.
3. Studi Kasus
a. Terlapor : PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa
b. Nomor Putusan : Putusan KPPU No. 30/KPPU-M/2020
c. Duduk Perkara :
PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa atau GOJEK mengambil alih saham
PT. Global Loket Sejahtera sebesar 74, 66 %. Pengambialihan saham
oleh GOJEK kepada PT. Global Loket Sejahtera bertujuan untuk
melakukan ekspansi usaha berupa penjualan tiket secara elektronik atau
E-Ticket. Pada satu sisi GOJEK tidak melakukan pemberitahuan kepada
Komisi Pengawas Persaingan Usaha sehingga Komisi Pengawas
Persaingan Usaha melakukan rangkaian penanganan sampai
mengeluarkan putusan. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
mengeluarkan putusan berdasarkan Putusan KPPU No.
30/KPPU-M/2020 bahwa PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa melakukan
pelanggaran terhada pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
dengan hukuman denda sebesar Rp. 3.300.000.000.
B. Pengaturan Hukum Persaingan Usaha pada Industri Berbasis Ekonomi
Digital di Singapura serta Praktik Penerapan di Lapangan (Studi Kasus)
Untuk memanfaatkan peluang dari ekonomi digital, pemerintah
Singapura tengah aktif menggencarkan adopsi teknologi digital sebagai bagian
dari strategi Singapura untuk tahap pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.
Seperti halnya pada tahun 2019 lalu, bahwasanya Digital Industry Singapore
(DISG) membuat sebuah platform sebagai single interface (satu pintu) antara
Pemerintah Singapura dan perusahaan berbasis teknologi. Hal ini
memungkinkan DISG untuk lebih memahami kebutuhan perusahaan serta
membangun Singapura sebagai pusat teknologi terkemuka dengan kapabilitas
yang kompleks, infrastruktur yang kuat, dan ekosistem yang dinamis dari
perusahaan lokal dan global.30 Dikarenakan ekonomi digital menjadi strategi
pertumbuhan Singapura, maka hal ini sangat penting agar Competition and
Consumer Commission of Singapore (CCCS) bisa memahami perkembangan
pasar digital dan implikasinya, serta memastikan bahwa kerangka penilaian
persaingan yang ada tetap relevan dengan perkembangan teknologi saat ini.

Selain itu, penggunaan algoritma pada pasar digital dapat


menghasilkan keuntungan efisiensi dan transparansi harga pasar untuk
kepentingan konsumen. Misalnya, dengan algoritma harga secara otomatis,
perusahaan dapat lebih mudah menyesuaikan harga untuk menawarkan harga
kompetitif kepada konsumen, dengan mempertimbangkan harga pesaing
mereka secara real time. Namun, algoritma berpotensi mempermudah
perusahaan untuk berkolusi dan menetapkan harga sesuai selera konsumen.
Sehingga, hal tersebut menyebabkan tidak adanya variasi harga di pasar
bersangkutan dengan produk yang sama31. CCCS belum mengeluarkan

30
DISG is a joint office of the Economic Development Board, Enterprise Singapore and
the Info-communications Media Development Authority. For more information, see
www2.imda.gov.sg/for-industry/Digital-Industry-Singapore-DISG. Diakses pada 15 Mei 2023.
31
Organisation for Economic Co-operation and Development, “Algorithms and
Collusion”, DAF/COMP (2017), Hlm. 20..
keputusan terhadap pelanggaran terkait perilaku anti persaingan berbasis
algoritma.

1. Pembentukan dan Peran Competition and Consumer Commission of


Singapore (CCCS)
Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS)
pertama kali didirikan pada 1 Januari 2005. Pada awalnya bernama
Competition Commission of Singapore (CCS) sebagai implementasi dari
the Competition Act 2004. Pada tanggal 1 April 2018, CCS berganti nama
menjadi Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) dan
mengambil fungsi tambahan untuk mengelola terkait penegakan the
Consumer Protection (Fair Trading) Act 2003. Sehubungan dengan
undang-undang tersebut, selain menyelidiki dan menegakkan praktik yang
berdampak buruk terhadap persaingan di Singapura, CCCS juga mewakili
Singapura dalam hal persaingan dan perlindungan konsumen di kancah
internasional. Selain itu, CCCS memiliki kewajiban menurut undang-
undang untuk memberikan saran kepada pemerintah, otoritas publik mana
pun, atau organisasi perlindungan konsumen tentang kebutuhan dan
kebijakan nasional sehubungan dengan masalah persaingan dan
perlindungan konsumen secara umum.32

CCCS menegakkan ketentuan the Competition Act yang melarang


kegiatan tertentu yang berdampak buruk terhadap persaingan dalam pasar
di Singapura, seperti halnya:

a. Kesepakatan atau praktik bersama yang mencegah, membatasi,


atau mendistorsi persaingan;
b. Penyalahgunaan posisi dominan;
c. Merger yang secara substansial mempengaruhi persaingan.
2. Praktik penegakan Competition and Consumer Commission of
Singapore (CCCS) dalam Hal Anti-Competitive Agreements di Pasar
Digital
32
https://www.cccs.gov.sg/about-cccs, Diakses pada 16 Mei 2023.
Pada CCCS Guidelines on the Section 34 Prohibition of the
Competition Act melarang perjanjian apa pun antar badan usaha
(undertaking), keputusan oleh asosiasi perusahaan atau praktik-praktik
bersama yang tujuan atau dampaknya adalah pencegahan, pembatasan atau
distorsi persaingan di Singapura.33 Sebagaimana dijelaskan di dalam
CCCS Guidelines on the Section 34 Prohibition Paragraf 2.5, yang
dimaksud dengan undertaking adalah “any person, being an individual, a
body corporate, an unincorporated body of persons or any other entity,
capable of carrying on commercial or economic activities relating to
goods or services. It includes individuals operating as sole
proprietorships, companies, firms, businesses, partnerships, co-
operatives, societies, business chambers, trade associations and non-
profit-making organisations, whatever its legal and ownership status
(foreign or local, government or non-government), and the way in which it
is financed”.

Perjanjian memiliki arti yang luas. Namun dalam konteks ini adalah
para pihak yang mencapai konsensus tentang tindakan yang akan diambil
oleh masing-masing pihak. Adapun the Section 34 tersebut juga melarang
adanya praktik bersama dan perjanjian bersama. Praktik bersama tersebut
mengacu pada kerja sama informal, yakni tanpa adanya perjanjian secara
formal di antara kedua belah pihak. Sehingga konteks dari adanya kolusi
atau praktik bersama menurut CCCS bukan hanya sebatas pada perjanjian
formal, namun juga praktik berupa tindakan sekalipun konsensus tersebut
tidak melalui perjanjian tertulis. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan adanya praktik bersama34:

a. Apakah para pihak dengan sengaja mengadakan kerja sama praktis;


b. Apakah perilaku di pasar dipengaruhi sebagai akibat langsung atau
kontak tidak langsung antara perusahaan;

33
CCCS Guidelines on the Section 34 Prohibition, Hlm. 2.
34
CCCS Guidelines on the Section 34 Prohibition, Hlm. 6.
c. Apakah perilaku paralel dihasilkan dari kontak antara usaha
menyebabkan kondisi persaingan yang tidak sesuai dengan kondisi
pasar yang semestinya;
d. Jumlah usaha di pasar, dan jika hanya ada sedikit usaha, apakah
mereka memiliki struktur biaya dan keluaran yang serupa.

3. Studi Kasus Anti-Competitive Agreements pada Pasar Digital di


Singapura
Pada tahun 2016, CCCS mengeluarkan keputusan pelanggaran
terhadap 10 perusahaan penasihat keuangan di Singapura yakni
Cornerstone Planners Pte Ltd , Financial Alliance Pte. Ltd., First Principal
Financial Pte Ltd., Frontier Wealth Management Pte. Ltd., IPP Financial
Advisers Pte. Ltd., JPARA Solutions Pte. Ltd., Professional Investment
Advisory Services Pte Ltd., Promiseland Independent Pte. Ltd., RAY
Alliance Financial Advisers Pte. Ltd., dan WYNNES Financial Advisers
Pte. Ltd.35

Mereka ditemukan telah melanggar Undang-Undang Persaingan


dengan terlibat dalam Anti-Competitive Agreements untuk menekan
pesaing mereka, yakni iFAST Financial Pte Ltd (iFAST), agar perusahaan
tersebut menarik penawaran produk asuransi jiwa individu dengan
potongan komisi 50 persen kepada pemegang polis pada situs web
Fundsupermart.com. CCCS menemukan bahwa Para Pihak berpartisipasi
dalam kesepakatan dan/atau praktik bersama. Isi dan objek dari perjanjian
ini dan/atau praktik bersama adalah untuk menekan iFAST untuk menarik
penawaran dari Fundsupermart, sehingga dapat mencegah, membatasi atau
mendistorsi persaingan di pasar untuk distribusi produk asuransi jiwa.
Setelah penyelidikan selesai, CCCS untuk sementara menemukan adanya
kesepakatan selama pertemuan AFA (Association of Financial Advisers

35
https://www.cccs.gov.sg/media-and-consultation/newsroom/media-releases/ccs-issues-
pid-against-10-financial-advisory-companies, Diakses pada 17 Mei 2023.
Singapore) pada tanggal 2 Mei 2013 serta koordinasi lebih lanjut di antara
10 perusahaan penasihat keuangan untuk menekan iFAST untuk menarik
penawaran di platform Fundsupermart yang mana pada saat itu iFast
bukan termasuk anggota AFA.

Tindakan yang dilakukan oleh 10 perusahaan penasihat keuangan


tersebut termasuk ke dalam Praktik dan Perjanjian Bersama. Yakni
bertujuan untuk mencegah, membatasi atau mendistorsi persaingan di
Singapura agar pesaing tersebut tidak dapat masuk ke dalam pasar
bersangkutan yang sama. Sehingga 10 Perusahaan tersebut melanggar
Section 34 of The Competition Act.

4. Praktik penegakan Competition and Consumer Commission of


Singapore (CCCS) dalam Hal Abuse of Dominance di Pasar Digital
Section 47 of The Competition Act melarang tindakan apa pun yang
mengarah pada penyalahgunaan posisi dominan (abuse of dominance)
yang dilakukan oleh satu atau lebih dari satu pihak. Menurut CCCS
Guidelines on The Section 47 2016 (the Section 47 Guidelines), perilaku
yang merupakan penyalahgunaan posisi dominan di pasar mencakup
tindakan yang melindungi, meningkatkan, atau melanggengkan posisi
dominan oleh suatu usaha dengan cara yang tidak mengedepankan
persaingan usaha yang sehat. Suatu usaha akan dianggap dominan jika
memiliki kekuatan pasar yang besar. Dalam menilai apakah suatu pelaku
usaha dominan, sejauh mana terdapat kendala pada kemampuan pelaku
usaha untuk mempertahankan harga secara menguntungkan di atas tingkat
persaingan akan dipertimbangkan.36

5. Studi Kasus Abuse of Dominance pada Pasar Digital di Singapura


Contoh yang relevan adalah penyelidikan CCCS terhadap pasar
pengiriman makanan online di Singapura pada tahun 2016. Ini berkaitan
dengan dugaan praktik anti persaingan oleh penyedia pengiriman makanan
online di Singapura. Penyedia pengiriman makanan online telah
36
CCCS Guidelines on the Section 47.
mengadakan perjanjian eksklusif dengan restoran tertentu. Ini mencegah
restoran dari multi-homing, menggunakan layanan pengiriman makanan
online lainnya untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas dan
menghasilkan sumber pendapatan tambahan. Perjanjian eksklusif juga
berpotensi memperkuat efek jaringan dan menutup masuknya pemain baru
atau membatasi perluasan pemain yang sudah ada. Namun, pada saat itu,
CCCS mencatat bahwa pasar tetap dinamis dan adanya perjanjian eksklusif
tidak merugikan persaingan. Penyedia pengiriman makanan online bersaing
secara agresif untuk mendapatkan pangsa pasar dan tidak ada pemain
dominan yang jelas di pasar. Dengan demikian, CCCS memilih untuk
menghentikan penyelidikan, dan melanjutkan untuk memantau pasar.
CCCS mengeluarkan rilis media sebagai pengingat kepada penyedia
pengiriman makanan online bahwa perjanjian eksklusif dapat berisiko
melanggar undang-undang persaingan jika penyedia pengiriman makanan
online menjadi dominan, dan bahwa CCCS akan terus memantau industri
ini dan mengambil tindakan penegakan hukum jika diperlukan.37

6. Praktik penegakan Competition and Consumer Commission of


Singapore (CCCS) dalam Hal Merger and Acquititions di Pasar Digital
Menurut Section 54 of The Competition Act, merger yang telah
mengakibatkan, atau mungkin diharapkan menghasilkan, pengurangan
persaingan yang substansial dalam pasar apa pun di Singapura untuk barang
dan jasa adalah dilarang.38 Pasal tersebut juga menetapkan bahwa
pembentukan usaha patungan untuk menjalankan secara berkelanjutan
semua fungsi entitas ekonomi otonom merupakan penggabungan / merger.
Fokus analisis CCCS adalah mengevaluasi bagaimana kendala persaingan
pada pihak yang melakukan merger dan pesaing mereka yang mungkin
berubah sebagai akibat dari merger. Penilaian merger CCCS biasanya
37
CCCS media release, ‘CCS investigation finds online food delivery industry to be
currently competitive but exclusive agreements could be problematic in future’, found at
www.cccs.gov.sg/media-and-publications/media-releases/investigation-of-online-food-delivery-
industry, Diakses pada 12 Mei 2023.
38
Robertn Ian McEwin dkk., Competition Law in Singapore, Singapore: LexixNexis,
2007, Hlm. 106.
dimulai dengan mendefinisikan pasar yang relevan, yang menyediakan
kerangka kerja untuk mengidentifikasi dan menilai kendala kompetitif yang
kemungkinan akan dihadapi oleh perusahaan yang digabungkan 39. Dalam
menilai faktor-faktor ini, fitur yang ada dari pasar yang berbasis data dan
dinamisme pasar digital juga sebaiknya harus diperhitungkan.

7. Studi Kasus Merger GRAB dan UBER di Singapura (Case Number:


500/01/18)40

Kasus bermula pada saat UBER menawarkan saham kepada GRAB


dengan pertimbangan UBER mendapatkan saham GRAB sebesar 27,5 %.
Pengumuman merger antara GRAB dan UBER yang dilakukan tanpa
informasi yang rinci mendapatkan perhatian Competition Consument
Comission of Singapore (CCCS). Tindakan tersebut mengakibatkan CCCS
mengirimkan surat pemberitahuan yang dibuat tanggal 19 Maret 2018
kepada UBER dan GRAB untuk membuat klarfikasi mengenai tindakan
merger yang dilakukan oleh kedua belah pihak. CCCS mengklasifikasi
bahwa tindakan merger antra UBER dan GRAB merupakan kesepakatan
yang memberikan dampak terhadap kompetisi atau substantial lessening
of competition ( SLC ) di Singapura. CCCS telah menerima informasi
bahwa UBER telah melakukan pemindahan asset kepada GRAB serta
pengemudi yang pada mulanya berada di bawah tanggung jawab UBER
setelah pemberitahuan penyelesaian transaksi. UBER telah memberikan
notifikasi kepada seluruh konsumen bahwa UBER telah menghentikan
operasional di Asia Tenggara pada tanggal 8 April 2018. UBER dan
GRAB memberikan notifikasi balasan kepada CCCS mengenai
pemberitahuan penyelesaian transaksi pada tanggal 16 April 2018. CCCS
telah menerima dan memeriksa surat pemberitahuan UBER dan GRAB
dengan hasil pemeriksaan bahwa kesepakatan transaksi yang dilakukan
oleh kedua belah pihak melanggar section 54 of The Competition Act.
39
CCCS Guidelines On The Substantive Assessment of Mergers 2016, Hlm. 69.
40
CCCS media rilis, Grab/Uber Merger: CCCS imposes directions on parties to restore
market contestability and penalties to deter anti-competitive mergers, found at www.cccs.gov.
sg/media-and-publications/media-releases/grab-uber-id-24-sept-18. Diakses pada 17 Mei 2023.
CCCS memutuskan untuk melanjutkan ke tahap pemutusan perkara atau
Proposed Infringement Decision (PID).

C. Hal yang Dapat Dijadikan Pelajaran (Lesson Learn) Dalam Rangka


Pengembangan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia

Sebagaimana uraian di atas, berikut adalah hal-hal yang dapat kita


dijadikan pelajaran dari ketentuan hukum persaingan usaha di Singapura, yakni
melakukan kontekstualisasi ruang lingkup pengaturan persaingan usaha di
Indonesia pada era ekonomi digital melalui Peraturan KPPU sebagai
implementasi dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.. Adapun ruang lingkup
tersebut adalah Perjanjian Yang Dilarang, Kegiatan Yang Dilarang, dan Posisi
Dominan. Kontekstualisasi ini dilakukan untuk mempermudah identifikasi tentang
praktik-praktik baru di era digital yang diduga dapat menyebabkan persaingan
usaha tidak sehat. Hal ini perlu dilakukan karena pasar digital mempunyai struktur
berlapis yang dapat dimaknai bahwa dalam pasar digital dapat mempertemukan
dua entitas atau lebih dalam platform digital. Bahwa yang terjadi tidak hanya
persaingan antar penyedia jasa melainkan juga terhadap penyedia platform digital.
Dengan adanya inovasi yang memanfaatkan teknologi, beberapa model kordinasi
atau kolusi antar perusahaan sangat rentan terjadi. Oleh karena itu, kondisi yang
sedemikian berbeda perlu diimbangi dengan pengawasan dan mekanisme yang
lebih kompleks sebagai upaya mencegah terjadinya praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Perluasan makna terkait marketplace juga sangat
dibutuhkan, karena CCCS mengartikan bahwa marketplace bukan hanya tempat
jual beli barang secara online, namun juga penyedia jasa.

Sebagai contoh, CCCS Guidelines on the Section 34 Prohibition melarang


adanya praktik bersama dan perjanjian bersama. Definisi praktik bersama tersebut
mengacu pada kerja sama informal, yakni persesuaian tanpa adanya perjanjian
secara formal di antara kedua belah pihak. Sehingga konteks dari adanya kolusi
atau praktik bersama menurut CCCS bukan hanya sebatas pada perjanjian formal,
namun juga praktik berupa tindakan sekalipun konsensus tersebut tidak melalui
perjanjian tertulis. Hal tersebut akan berguna dalam menilai dampak dari perilaku
anti persaingan di era digital terkait anti-competitive agreements. Sebab di pasar
digital berpotensi terdapat kolusi terselubung sekalipun itu tanpa dilakukan
perjanjian. Selain itu, hal ini juga dapat memberikan kualifikasi baru terhadap
makna agreements yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.

D. Kesimpulan

Perkembangan bisnis ekonomi digital mempengaruhi perubahan kultur


ekonomi di Indonesia seperti munculnya pasar digital yang sering kali disebut
dengan marketplace. Saat ini belum ada pedoman khusus terkait dengan
mekanisme persaingan usaha di sektor ekonomi digital. Sedangkan pasar digital
memiliki karakteristik yang berbeda dengan pasar konvensional. Terkait
pengenaan pasal terhadap praktik-praktik yang dapat mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat masih mengacu pada pendekatan konvensional. Sehingga
penegakannya masih belum maksimal.

CCCS melakukan update terkait dengan pedoman persaingan usaha terkait


perjanjian dan praktik bersama, penyalahgunaan posisi dominan, merger yang
secara substansial mempengaruhi persaingan dengan pendekatan dan penyesuaian
pada era digital. Penyesuaian tersebut juga mengedepankan aspek perlindungan
konsumen. Selain itu, melalui platform single interface, dapat membantu CCCS
untuk bisa memahami perkembangan pasar digital dan implikasinya, serta
memastikan bahwa kerangka penilaian persaingan yang ada tetap relevan dengan
perkembangan teknologi saat ini.

Hal yang dapat dijadikan pelajaran untuk penegakan hukum persaingan


usaha di Indonesia adalah dengan melakukan kontekstualisasi terkait persaingan
usaha yang ada di era ekonomi digital melalui pedoman yang diterbitkan oleh
KPPU. Dengan memperluas makna masing-masing ruang lingkup yang
disesuaikan dengan era teknologi sekarang, maka hal tersebut dapat
mempermudah dalam menilai dan mengidentifikasi praktik-praktik baru yang
tentunya melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Oleh karena itu,
kondisi tersebut perlu diimbangi dengan pengawasan dan mekanisme yang lebih
kompleks sebagai upaya mencegah terjadinya praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat di era ekonomi digital.

You might also like