3 Modul Gaji Tunjangan Dan Kesejahteraan

You might also like

You are on page 1of 53

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN

GAJI, TUNJANGAN, DAN


KESEJAHTERAAN

Penulis:
1. Satia Supardy, SH, M. Pd
2. Sri Dadi Handayani, SH

PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL KEPEGAWAIAN


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JAKARTA, 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan gaji dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah
masalah yang berkaitan hajat hidup yang harus ditangani secara profesional.
Sebab masalah ini tidak saja menyangkut berapa rupiah seorang pegawai atau
pimpinan harus digaji atas pekerjaannya, tetapi juga memberikan implikasi yang
sangat luas baik dalam rangka sistem kepegawaian yang berlaku, bobot
pekerjaan yang menjadi tugas pokoknya, maupun kaitan moral dan tanggung
jawab sosial organisasi serta kesejahteraan atas hidup pegawai dan keluarganya.
Juga pada hakekatnya gaji dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat
memberikan motivasi kepada pegawai untuk bekerja secara efektif dan efisien
dalam beretos kerja. Maka begitu sesuatu yang sangat urgen Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara telah mengganti Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian. Hal ini dalam memberikan perhatian kepada Pegawai Negeri
Sipil menyangkut unsur kesejahteraan termasuk didalamnya masalah sistem
penggajian pegawai.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila sistem penggajian dan
kesejahteraan PNS yang berlaku di instansi pemerintah menjadi tuntutan harus
senantiasa disesuaikan dengan perkembangan ekonomi yang terjadi di lapangan.
Paling tidak ada dua dalih atau alasan mengapa pemerintah menaikkan gaji PNS.
Alasannya adalah meningkatkan kesejahteraan PNS dan pelayanan kepada
masyarakat. Diharapkan, dengan kenaikan gaji PNS, kesejahteraan PNS akan
meningkat. Begitu pula, dengan meningkatnya kesejahteraan PNS akan
meningkat pula pelayanan PNS kepada masyarakat. Akan tetapi, pertanyaannya
apakah kedua dalih ini dapat terwujud secara baik ? Walaupun gaji PNS
dinaikkan, masih ada keraguan dari kalangan PNS akan naiknya kesejahteraan
mereka. Keraguan tersebut muncul berdasarkan pengalaman bahwa setiap

1
kenaikan gaji PNS selalu diikuti oleh lonjakan harga bahan kebutuhan pokok,
barang-barang dan jasa lainnya. Fenomena yang terjadi, manakala pemerintah
mengumumkan kenaikan gaji PNS, maka harga barang-barang dan jasa-jasa di
pasaran sudah naik mendahului realisasi kenaikan gaji tersebut. Dengan kata
lain, sebelum kenaikan gaji diterima, harga barang-barang di pasaran sudah naik.
Sebagaimana diketahui, bahwa masalah kinerja PNS sering mendapat
sorotan dari stakeholder khususnya yang menyangkut pelayanan terhadap
masyarakat (public service) kurang memberikan kepuasan. Salah satu faktor
penyebab pelayanan yang kurang memuaskan, adalah kesejahteraan antara lain,
tentang gaji kurang layak. Oleh karenanya, sangat mendesak pemerintah harus
berupaya memperbaiki masalah sistem penggajian PNS untuk memberikan
kenyamanan, ketenangan pegawai termasuk keluarganya sehingga mampu
meningkatkan pelayanan secara prima (excellent service).
Berdasarkan uraian diatas, maka kehadiran modul ini setidak-tidaknya
memberikan jalan penerangan yang penuh harap menuju kesejahteraan mental
spiritual PNS dan keluarganya sehingga dapat memenuhi standar hidup layak
lahir batin.

B. Diskripsi Singkat
Diklat Fingsional Analis Kepegawaian Keahlian PNS bagi pejabat
fungsional pengelola kepegawaian dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan, dan keterampilan dengan ruang lingkup bahasan tentang sistem
penggajian, tunjangan, upaya kesejahteraan, dan penghargaan.

C. Tinjauan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar ini peserta Diklat diharapkan
dapat memahami sistem penggajian, tunjangan, upaya kesejahteraan, dan
penghargaan.

2
D. Tinjauan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran mata ajar ini peserta Diklat diharapkan dapat :
1. Menjelaskan sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil ;
2. Menjelaskan Tunjangan Pegawai Negeri Sipil ;
3. Menjelaskan Upaya Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil;
4. Menjelaskan Penghargaan Pegawai Negeri Sipil

3
BAB II
SISTEM PENGGAJIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan peserta mampu


menjelaskan Sistem Penggajian Pegawai Negeri Sipil sehingga terwujudnya
pegawai yang Profesional, Netral dan Sejahtera.

A. Pengertian Gaji dan Upah

Untuk dapat memberikan pemahaman lebih luas tentang gaji PNS


diperlukan banyak informasi mengenai konsep gaji secara umum. Secara teori,
gaji menjadi salah satu bagian penting manajemen pengembangan sumber daya
manusia, karena gaji dapat memberikan sumber motivasi kepada pegawai untuk
bekerja secara efektif dan efisien. Secara umum hakikat gaji tidak jauh atau
dengan pengertian upah, karena masyarakat sering mengatakan bahwa gaji sama
dengan upah. Pengertian upah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoritis dan
segi yuridis. Menurut Manullang (1976:122) dari segi teoritis upah, meninjau
upah dari segi fugsinya yaitu bahwa upah adalah sebagai alat motivasi yang
bersifat material, adalah segala daya perangsang yang memupuk loyalitas dan
efisiensi pegawai ke dalam perusahaan. Sedangkan Ven (1964:13) meninjau
pengertian upah dari segi hubungan kerja sosial ekonomi, yaitu hubungan kerja
di mana terhadap penyerahan dengan sadar tenaga manusia untuk mencapai
tujuan. Adapun tujuan dari kerja ekonomi itu adalah untuk memperoleh hasil
pekerjaan, yaitu hasil kerja dan jasa , yang dalam arti ekonomis adalah
merupakan tambahan nilai yang diperoleh.
Beberapa pengertian tentang gaji sebagaimana
yang dinyatakan Dessler (1998: 85) dalam
bukunya yang berjudul “Sumber Daya
Manusia” mengatakan gaji adalah uang atau
sesuatu yang berkaitan dengan uang yang
diberikan kepada pegawai.

4
Secara substanstial, gaji (salary) dan upah (wage) pada hakekatnya
memiliki perbedaan satu sama lain, meskipun tersirat makna yang hampir sama,
sebab sama-sama merupakan unsur kompensasi (Janry dkk, 2006:2). Pengertian
gaji menurut Kamus Manajemen (Marbun, 2003:83) bahwa gaji adalah upah
yang dibayarkan secara berkala. Sedangkan upah merupakan imbalan yang
dibayarkan kepada tenaga kerja tidak tetap, yang besarnya sudah disepakati
sebelumnya atau sesuai dengan aturan yang berlaku (Janry dkk, 2006:29).
Pangabean (2004:77) mendefinisikan gaji sebagai imbalan financial yang
dibayarkan kepada karyawan secara teratur , seperti tahunan, catur wulan,
bulanan atau mingguan.

Dessler (1997:350) menyebutkan, gaji adalah uang atau sesuatu yang


diberikan kepada pegawai atas dasar waktu pelaksanaan pekerjaan berupa
minggu, bulan, atau tahun dan bukan menurut jam atau hari. Lebih lanjut
berpendapat bahwa sistem pembayaran yang dilakukan atas dasar lamanya
bekerja, misalnya per jam, hari, minggu, bulan dan sebagainya, dan pembayaran
berdasarkan hasil kinerja, yaitu pembayaran upah/gaji yang didasarkan pada
hasil akhir dari proses kinerja, misalnya jumlah produksi. Menurut Amstrong
dan Murlis (1995:7), gaji merupakan bayaran pokok yang diterima oleh
seseorang. Pernyataan di atas juga didukung oleh pendapat Mathis dan Lackson
(2002:165), “gaji adalah suatu bentuk kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja
individu, kelompok ataupun kinerja organisasi” .

Hasibuan (1999:133) menyatakan bahwa “Gaji adalah balas jasa yang


dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang
pasti”. Simamora (2004:445) dalam bukunya menjelaskan bahwa: “Upah
(wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per-jam (semakin lama jam
kerjanya, semakin besar bayarannya). Upah merupakan basis bayaran yang
kerap digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan pemeliharaan (pekerja kerah
biru). Sedangkan gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan,
bulanan, dan tahunan (terlepas dari lamanya jam kerja). Menurut Nawawi
(1997:317) definisi upah insentif adalah: “Penghargaan atau ganjaran yang
diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi,
sifatnya tidak tetap atau sewaku-waktu”.

5
Hasibuan (1999:133) mendefinisikan upah insentif adalah “balas jasa
yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi
standart”. Sedangkan Manulang (1976:122), “Insentif merupakan alat motivasi,
sarana motivasi, sarana yang memberikan motif atau sarana menimbulkan
dorongan”. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Gitosudarmo (1995:299)
yang menyatakan pengertian gaji adalah: “Imbalan yang diberikan oleh pemberi
kerja kepada karyawan, yang penerimaannya bersifat rutin dan tetap setiap bulan
walaupun tidak masuk kerja maka gaji akan tetap diterima secara penuh”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (1993:218), “Gaji adalah


pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk
pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di
waktu yang akan datang” .

Menurut Nitisemito (1984:170) faktor-faktor yang dapat dijadikan


sebagai suatu pedoman untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja &
motivasi karyawan adalah: a. Gaji yang cukup, b. Memperhatikan kebutuhan
rohani, c. Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai, d. Perasaan aman
menghadapi masa depan perlu diperhatikan, e. Usahakan karyawan mempunyai
loyalitas. Menurut Komaruddin (1995:164) fungsi gaji bukan hanya membantu
manajer personalia dalam menentukan gaji yang adil dan layak saja, tetapi
masih ada fungsi-fungsi yang lain, yaitu:
a. untuk menarik pekerja yang mempunyai kemampuan ke dalam organisasi,
b. untuk mendorong pekerja agar menunjukkan prestasi yang tinggi, dan
c. untuk memelihara prestasi pekerja selama periode yang panjang.

Menurut Maryati dan Salipi (1988:11) adanya persamaan unsure-unsur


penting untuk menyatakan upah dan gaji yaitu: a. merupakan suatu balas jasa, b.
merupakan imbalan atas hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang, dan
merupakan hak bagi seseorang yang melakukan pekerjaannya. Menurut
Tanjung (2009:12) Perbedaan gaji dan upah itu terletak pada Jenis karyawannya
(Tetap atau tidak tetap) dan sistem pembayarannya (bulanan atau tidak).
Meskipun titik berat antara upah dan gaji terletak pada jenis karyawannya
apakah tetap ataukah tidak.

6
Sedangkan pengertian kesejahteraan (gaji) secara normatif tercantum
dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara peganti Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian, yang menyebutkan bahwa: 1) Pemerintah wajib membayar
gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS, 2). G aji
dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, dan
3). G a ji pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Juga, Pasal 80 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan,
bahwa selain gaji, PNS juga menerima tunjangan kinerja dan tunjangan
kemahalan serta fasilitas. Oleh karena itu, menurut Maryanti dan Salipi
(1988:11) gaji merupakan hak bagi setiap Pegawai Negeri Sipil disamping hak-
hak lainnya, karena Pegawai Negeri Sipil telah menyumbangkan tenaga dan
pikirannya demi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dalam mewujudkan
cita-cita nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur baik material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kesejahteraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti


keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman. Kesejahteraan atau
sejahtera dapat memiliki empat arti dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke
keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan
makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera
dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi
atau teknikal fungsi kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan
sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan dalam ide negara sejahtera. Di
Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah
kepada orang yang membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja,
atau yang keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan
dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis
kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari
pekerjaan atau kondisi lain, seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga

7
anak, yang mencegahnya untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana
bahkan diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare.

Pengertian Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang


Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Negara, PNS adalah Pegawai ASN
yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa gaji Pegawai


Negeri Sipil adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan
secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa, tenaga, pikiran dan hasil
kerjanya sehingga menciptakan ketenangan, ketenteraman maupun kenyaman
pegawai sehingga mampu meningkatkan motivasi kinerja. Gaji sering juga
disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk kompensasi,
yakni imbalan jasa yang diberikan secara teratur atas prestasi kerja yang
diberikan kepada seorang pegawai. Perbedaan gaji dan upah hanya terletak pada
kuatnya ikatan kerja dan jangka waktu penerimaannya. Seseorang menerima gaji
apabila ikatan kerjanya kuat, sedang seseorang menerima upah apabila ikatannya
kerjanya kurang kuat. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya, gaji pada
umumnya diberikan pada setiap akhir bulan, sedang upah diberikan pada setiap
hari ataupun setiap minggu.

B. Sistem Penggajian Adil dan Layak

Adapun dimaksud dalam pembahasan ini pengertian gaji yang adil dan
layak adalah bahwa gaji PNS harus mampu memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya, sehingga PNS dapat memusatkan perhatian, pikiran, dan tenaganya
hanya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Pemberian gaji
PNS yang adil dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan baik
antar PNS maupun antara PNS dengan swasta. Juga, suatu upaya menghindari
perbuatan penyelewengan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
sampai sekarang masih menggurita. Sedangkan gaji yang layak dimaksudkan
untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan dapat mendorong
produktivitas dan kreativitas PNS sehingga mampu mengimbangi kenaikan harga
dan barang di masyarakat. Oleh karenanya gaji yang adil dan layak menjadi

8
kebutuhan pokok pegawai yang wajib dipenuhi pemerintah sebagaimana tertuang
dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. Dengan terpenuhi gaji yang adil dan layak disamping memotivasi etos
kerja pegawai juga, gaji dapat berfungsi sebaik serta setepat mungkin dalam
mewujudkan kesejahteraan PNS maupun keluarganya. Menurut Komaruddin
(1995:164) bahwa fungsi penggajian bukan hanya membantu manajer personalia
dalam menentukan gaji yang adil dan layak saja, tetapi masih ada fungsi-fungsi
yang lain, yaitu untuk :
a. menarik pekerja yang mempunyai kemampuan ke dalam organisasi,
b. mendorong pekerja agar menunjukkan prestasi yang tinggi, dan
c. memelihara prestasi pekerja selama periode yang panjang.

Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan PNS dan


keluarganya sangat terkait dengan penyelenggaraan sistem penggajian itu sendiri.
Sistem penggajian selama ini terdapat 3 (tiga) jenis, yaitu :
sistem skala tunggal, sistem skala ganda dan sistem skala
gabungan.

1. Sistem Skala Tunggal


Yang dimaksud sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan
gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak atau kurang
memperhatikan sifat pekerjaaan yang dilakukan dan beratnya tanggung jawab
yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.

9
Tabel. 1
Pangkat, Golongan, dan Ruang Pegawai Negeri Sipil
No Pangkat Golongan Ruang
Urut
1 Juru Muda I A
2 Juru Muda Tingkat I I B
3 Juru I C
4 Juru Tingkat I I D
5 Pengatur Muda II A
6 Pengatur Muda Tingkat I II B
7 Pengatur II C
8 Pengatur Tingkat I II D
9 Penata Muda III A
10 Penata Muda Tingkat I III B
11 Penata III C
12 Penata Tingkat I III D
13 Pembina IV A
14 Pembina Tingkat I IV B
15 Pembina Utama Muda IV C
16 Pembina Utama Madya IV D
17 Pembina Utama IV E

2. Sistem Skala Ganda


Sistem skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya
gaji yang bukan saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat
pekerjaan yang dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung
jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.

3. Sistem Skala Gabungan


Sedangkan yang dimaksud sistem skala gabungan adalah perpaduan antara
sistem skala tunggal dan skala ganda. Dalam sistem ini gaji pokok ditentukan
sama bagi pegawai Negeri yang berpangkat sama, di samping itu diberikan
tunjangan kepada pegawai yang memikul tanggung jawab yang berat, mencapai

10
prestasi yang tinggi atau melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan
pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga secara terus menerus. Dua hal yang
perlu digaris bawahi tersebut, yaitu: sistem skala ganda dan gabungan hanya
mungkin dapat dilaksanakan dengan memuaskan apabila sudah ada analisa,
klasifikasi, dan evaluasi jabatan/ pekerjaan yang lengkap. Sedangkan Pasal 79
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999, menegaskan bahwa 1). Pemerintah wajib membayar gaji yang adil
dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS, 2). ga ji dibayarkan
sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, 3). ga ji
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, 4). gaji PNS yang bekerja pada
pemerintah pusat dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja Negara, dan
5).gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
Dalam implementasinya, kebijakan penggajian sampai sekarang (PP
Nomor 22 Tahun 2013) masih menggunakan sistem skala tunggal, yaitu
memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama dengan tidak
atau kurang memperhatikan sifat pekerjaaan yang dilakukan dan beratnya
tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu. Bagaimana
dengan skala ganda ? Jika ada yang berpendapat bahwa pemerintah telah
menggunakan sistem skala ganda karena dalam menentukan besarnya gaji bukan
saja didasarkan pada pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang
dilakukan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab yang dipikul
dalam melaksanakan pekerjaan itu, hal tersebut masih dapat diperdebatkan.
Pemberian tunjangan isteri/suami, tunjangan anak, tunjangan pangan, tunjangan
pengabdian, tunjangan jabatan struktural, dan tunjangan fungsional yang ada saat
ini belum mencerminkan pengukuran dan dan balas jasa yang cermat terdahap
sifat pekerjaan, prestasi kerja yang dicapai, dan beratnya tanggung jawab.

11
4. Kebutuhan hidup layak

Usaha dalam upaya untuk dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok


dan dapat mendorong meningatkan kinerja dan kretivitas pegawai, maka perlu
ditinjau seberapa besar kebutuhan untuk hidup layak tersebut. Besarnya
kebutuhan hidup layak (KHL) dapat dilihat dari komponen yang digunakan untuk
menghitung Kebutuhan Hidup Layak tersebut. Sebagaimana unsur komponen
kebutuhan hidup layak (KHL), menurut Simbolon (2004) terdiri atas :
1). makanan dan minuman,
2). sandang ,
3). perumahan,
4). pendidikan,
5). kesehatan,
6). transportasi dan kemasyarakatan, dan
7). rekreasi dan tabungan.
Menurut tim peneliti bkn (2002: 44) dari berbagai sumber, faktor yang
berperan terhadap pemberian gaji adalah: a. tanggung jawab; b. pendidikan; c.
masa kerja/pengalaman; d. hubungan kerja; e. kompleksitas pekerjaan; f. upaya
mental; g. upaya fisik; h. tingkat kemandirian; dan i. lingkungan kerja.
Komponen Kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan Upah
Minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan hidup pekerja dalam
memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan pangan 2100/kkal
perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya.

Awalnya penghitungan upah minimum dihitung didasarkan pada kebutuhan


fisik minimum (KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan didasarkan
kepada kebutuhan hidup minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak
sesuainya lagi penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik minimum, sehingga
timbul perubahan yang disebut dengan KHM. Tapi, penetapan upah minumum
berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar dari pekerja yang beranggapan,
terjadi implikasi pada rendahnya daya beli dan kesejahteraan masyarakat
terutama pada pekerja tingkat level bawah. Namun dalam kenyataannya, hingga
saat ini pemberian gaji berdasarkan PP.22/ 2013 hanya didasarkan pada Masa
Kerja dan Pendidikan yang ditamatkan.

12
C. Latihan
Dalam memahami dengan lebih baik mengenai materi, penggajian
Pegawai Negeri Sipil, Saudara kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini:
1. Jelaskan pengertian gaji dan upah sepengetahuan Saudara !
2. Sebutkan jenis sistem penggajian yang Saudara ketahui !
3. Saudara pahami komponen kebutuhan hidup layak (KHL) menurut Simbolon
terdapat berapa macamkah !

Petunjuk Jawaban Latihan !


Untuk menjawab soal latihan ini, cobalah cermati lagi pembahasan
penggajian Pegawai Negeri Sipil dalam bab ini.

D. Rangkuman
1. Menurut Manullang (1976:122) dari segi teoritis upah, meninjau upah dari
segi fugsinya yaitu bahwa upah adalah sebagai alat motivasi yang bersifat
material, adalah segala daya perangsang yang memupuk loyalitas dan
efisiensi pegawai ke dalam perusahaan.
2. Pendapat lain dikemukakan oleh Handoko (1993:218), “Gaji adalah
pemberian pembayaran finansial kepada karyawan sebagai balas jasa untuk
pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivasi pelaksanaan kegiatan di
waktu yang akan datang” .
3. Pengertian gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji PNS harus mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga PNS dapat memusatkan
perhatian, pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang
dipercayakan kepadanya. Pemberian gaji PNS yang adil dimaksudkan untuk
mencegah kesenjangan kesejahteraan baik antar PNS maupun antara PNS
dengan swasta.
4. Pasal 79 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, yang menggantikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999, menegaskan bahwa 1). Pemerintah wajib
membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan

13
PNS, 2). gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab,
dan resiko pekerjaan, 3). ga ji pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, 4).
gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada APBN, dan
5).gaji PNS yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada APBD.

14
BAB III.
TUNJANGAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan


Tunjangan Pegawai Negeri Sipil sehingga dalam melaksanakan tugas Kewajibannya
secara profesional

A. Tunjangan
Tunjangan merupakan bagian penting dari pemberian gaji atau upah
pegawain. Dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2006 dikenal tunjangan jabatan
struktural dan tunjangan jabatan fungsional. Tunjangan jabatan struktural yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara
penuh dalam jabatan struktural sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan tunjangan jabatan fungsional yang diberikan kepada
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam
jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Dewasa ini, ada banyak tunjangan yang diklasifikasikan seperti: 1.
Tunjangan upah supplemental, mencakup asuransi, upah cuti dan liburan, upah
sakit, uang pesangon dan tunjangan
pengangguran supplemen. 2. Tunjangan asuransi,
kompensasi karyawan ini dapat berupa moneter
atau medis. 3. Tunjangan pensiun, yang dimaksud
adalah jaminan sosial dan pensiun. Jaminan sosial
tidak hanya meliputi tunjangan pensiun, melainkan juga tunjangan bertahan hidup
dan cacat. Ada tiga tipe dasar rencana pensiun, yaitu rencana kelompok,
pembagian laba tertunda dan tabungan. Dan 4. Tunjangan jasa, biasanya diberikan
perusahaan kepada karyawan dalam bentuk jasa makanan, peluang rekreasi, jasa-
jasa hukum, konseling, dan kredit union (kredit koperasi).
Tunjangan merupakan bagian dari kompensasi finansial langsung yang
diberikan kepada PNS. Menurut Bab IV PP Nomor 7 Tahun 1977, di samping gaji
pokok kepada PNS diberikan tunjangan keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan

15
pangan, dan tunjangan lain-lain. Demikian juga, dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 pada huruf a dinyatakan
bahwa PNS berhak memperoleh gaji, tunjangan dan fasilitias. Sedangkan pada
Pasal 80 ayat (2) UU 5 Tahun 2014 menegaskan tujangan dimaksud meliputi
tunjangan kinerja yang dibayarkan berdasarkan pencapaian kinerja dan tunjangan
kemahalan dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan
indeks harga yang berlaku di daerah masing-masing.

B. Tunjangan Jabatan
Tunjangan jabatan adalah kompensasi yang diberikan kepada PNS yang
menjabat jabatan tertentu. Jabatan tertentu adalah jabatan-jabatan struktural
seperti: Direktur Jenderal, Direktur, Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub
bagian, dan jabatan fungsional tertentu seperti: guru, penyuluh pertanian, peneliti,
dan lain-lain. Dengan demikian tunjangan jabatan terdiri atas tunjangan jabatan
struktural dan fungsional.

1. Tunjangan Jabatan Struktural


Tunjangan yang diberikan kepada PNS yang menduduki jabatan struktural.
Tunjangan jabatan struktural diatur yang berlaku saat ini berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2007. Besarnya tunjangan jabatan
struktural selengkapnga adalah sebagai berikut :

Tabel.1
Daftar Tunjangan Jabatan Struktural (Pepres 26/2007)
No Eselon Tunjangan Per Bulan (dalam rupiah)
1 I.a Rp. 5.500.000,00
2 I.b Rp. 4.500.000,00

3 II.a Rp.3.500.000,00
4 II.b Rp. 2.000.000,00
5 III.a Rp. 1.260.000,00
6 III.b Rp. 900.000,00
7 IV.a Rp. 560.000,00
8 IV.b Rp. 75.000,00
9 V.a Rp. 360.000,00

16
Tunjangan jabatan struktural diberikan terhitung mulai tanggal satu bulan
berikutnya setelah pelantikan dengan ketentuan apabila pelantikan dilakukan
tanggal satu maka tunjangan jabatan struktural diberikan pada bulan itu juga.
Pembayaran tunjangan jabatan struktural dihentikan apabila:
1) diberhentikan dari jabatan struktural;
2) diberhentikan sementara;
3) menjalani cuti di luar tanggungan negara;
4) dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasar kan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja
melakukan suatu tindak pidana kejahatan; atau 5) menjalani cuti besar.

2. Tunjangan Jabatan Fungsional


Jenis tunjangan jabatan fungsional (JF) yang diberikan kepada PNS
pemangku jabatan fungsional saat ini berjumlah kurang lebih 123 jenis
sampai akhir tahun 2013. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Widyaiswara
Jabatan fungsional widyaiswara merupakan jabatan fungsional yang
termasuk dalam rumpun jabatan pendidikan lainnya. Instansi pembina
Jabatan fungsional widyaiswara adalah Lembaga Administrasi Negara
(LAN) dan diatur dengan Keppres Nomor 4 Tahun 2003, SK Menpan
Nomor 01/KEP/ M.PAN/1/2001, dan SKB Nomor 598A/I/10/6/ 2001,
Nomor 39A Tahun 2001. Jenjang jabatan, golongan ruang, dan tunjangan
jabatannya adalah sebagai berikut:

Tabel. 2
Daftar Tunjangan Widyaiswara (Perpres 59/2007)
No Jenjang Golru Jumlah Tunjangan (Rp)
1 Ahli Pertama III/a-III/b 325.000
2 Ahli Muda III/c-III/d 700.000
3 Ahli Madya IV/a-IV/c 1.000.000
4 Ahli Utama IV/d-IV/e 1.400.000
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2007

17
b. Analis Kepegawaian
Jabatan fungsional Analis Kepegawaian merupakan jabatan fungsional
yang termasuk dalam rumpun jabatan manajemen. Instansi pembina
jabatan fungsional Analisis Kepegawaian adalah Badan Kepegawaian
Negara (BKN) dan diatur dengan Keppres Nomor 60 Tahun 2002, SK
Menpan Nomor 53/KEP/ MK.WASPAN/9/1999, dan SKB Nomor 193
Tahun 1999. Jenjang jabatan, golongan ruang, dan tunjangan jabatannya
adalah sebagai berikut.

Tabel.3
Daftar Tunjangan Analis Kepegawaian (Perpres 17/2013)
NO JENJANG GOLRU BESAR
TUNJANGAN
TINGKAT TERAMPIL
1. Analis Kepegawaian Pelaksana II.b – II.d Rp. 330.000,-
2. Analis Kepegawaian Pelaksana III.a – III.b Rp. 420.000,-
lanjutan
3. Analis Kepegawaian Penyelia III.c – III.d Rp. 600.000,-
TINGKAT AHLI
1. Analis Kepegawain Pertama III.a – III.b Rp. 480.000,-
2. Anali Kepegawaian Muda III.c – III.d Rp. 840.000,-
3. Analis Kepegawaian Madya IV.a – III.c Rp. 1.080.000,-

3. Tunjangan Non Jabatan


Tunjangan non jabatan, adalah tunjangan keluarga, tunjangan pangan, tunjangan
cacat, tunjangan tugas belajar, tunjangan perbaikan penghasil.

a. Tunjangan Keluarga
Tunjangan keluarga adalah kompensasi yang diberikan kepada isteri atau
suami dan anak atau anak angkat PNS. Tunjangan ini diatur dalam Pasal 16
PP Nomor 7 Tahun 1977, diubah dengan PP Nomor 15 Tahun 1985, dan
kemudian diubah dengan PP Nomor 51 Tahun 1992. Menurut Pasal 16 PP
Nomor 51 Tahun 1992, kepada PNS yang beristeri/bersuami diberikan
tunjangan isteri/suami sebesar 10 persen dari gaji pokok. Selain tunjangan

18
isteri/suami, kepada PNS yang mempunyai anak atau anak angkat yang
berumur kurang dari 21 tahun, belum pernah kawin, tidak mempunyai
penghasilan sendiri, dan nyata menjadi tanggungan, diberikan tunjangan anak
sebesar 2 (dua) persen dari gaji pokok tiap-tiap anak setiap bulan. Tunjangan
bagi anak atau anak angkat yang diberikan tersebut dapat diperpanjang
sampai 25 tahun apabila anak tersebut masih sekolah.

b. Tunjangan Pangan
Tunjangan pangan adalah kompensasi yang diberikan kepada isteri atau
suami dan anak PNS dan Calon PNS. Tunjangan bagi isteri/suami PNS
ditetapkan sebesar 10 kilogram beras.

c. Tunjangan Cacat
Kepada PNS yang mengalami musibah dan menyebabkan cacat karena dinas
yang mengakibatkan ia tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri
berdasarkan SK Tim penguji kesehatan, diberikan tunjangan cacat disamping
pensiun yang berhak diterimanya. Bagi yang masih terus bekerja, ia tidak
berhak atas tunjangan cacat dan hanya berhak atas pengobatan dan
perawatan.
Tunjangan cacat bagi PNS golongan ruang IV/b ke atas ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Sedangkan untuk PNS golongan ruang IV/b ke bawah
diatur dengan SK Menteri/Pimpinan Lembaga setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Kepala BKN.

d. Tunjangan Tugas Belajar


Tunjangan tugas belajar adalah jenis kompensasi yang diberikan kepada PNS
untuk mengikuti atau mendapatkan pendidikan/ keahlian/ keterampilan yang
sangat dibutuhkan untuk efisiensi kerja pada pada instansi yang
bersangkutan. Pembayaran tunjangan dan gaji bagi PNS yang tugas belajar ke
luar negeri diatur dengan Keputusan Menteri Pertama Nomor 224/MP/1961
jo Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 1961.
Gaji aktif PNS yang tugas belajar di luar negeri dan telah berkeluarga
dibayarkan kepada keluarganya yang ditinggalkan di Indonesia sebagai uang

19
bantuan. Besarnya uang bantuan keluarga tersebut adalah 100 persen dari gaji
bersih yang bersangkutan.
Tunjangan yang diberikan kepada tenaga pengajar biasa yang mengikuti
pendidikan untuk mencapai S2 dan atau S3, yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan setelah ada persetujuan dari
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dengan memperhatikan
pertimbangan Team Kerja Kepegawaian (V: 175).

e. Tunjangan Perbaikan Penghasilan


Tunjangan perbaikan penghasilan (TPP) diatur dengan SE-DJA Nomor SE-
168/A/521/1294 dan SE DJA Nomor SE-22/A/521/ 0295. Menurut peraturan
tersebut kepada PNS golongan I, II, dan penerima pensiun diberikan TPP
sebesar 10 persen dari gaji (gaji pokok + tunjangan isteri/suami + tunjangan
anak) terhitung mulai 1 Januari 1995. Selanjutnya terhitung mulai bulan April
1995 kepada PNS golongan III, IV, Hakim golongan III dan IV, dan pejabat
negara diberikan TPP sebesar 10 persen dari gaji(gaji pokok + tunjangan
isteri/suami + tunjangan anak).
Mulai terhitung mulai bulan Januari 2001, pemberian tunjangan perbaikan
penghasilan bagi PNS, anggota TNI, anggota POLRI, Hakim Peradilan
Umum, Hakim Peradilan PTUN, Hakim Peradilan Agama dihentikan.
Penghentian atau penghapusan tunjangan perbaikan penghasilan tersebut
disebabkan adanya gaji pokok bagi Pegawai Negeri, Hakim, dan Pejabat
Negara. Ketentuan penghentian TPP tersebut tercantum dalam PP Nomor 37
Tahun 2001 tentang Penghentian Pemberian Tunjangan Perbaikan
Penghasilan Bagi Pegawai Negeri, Hakim, dan Pejabat Negara.
Di samping kepada PNS aktif, TPP pada awalnya juga diberikan kepada para
PNS penerima pensiun dan janda/dudanya. Namun dengan ditetapkannya
pensiun pokok dan tunjangan baru bagi penerima pensiun dan penerima
tunjangan serta janda/dudanya, maka pemberian TPP dihentikan. Ketentuan
tersebut diatur dengan PP Nomor 38 Tahun 2001.

20
C. Latihan
Agar dapat memahami dengan lebih baik pembahasan Tunjangan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil, hendaknya Saudara kerjakanlah latihan-latihan di bawah
ini:
1. Sepengetahuan Saudara, dimanakan diaturnya tentang tunjangan jabatan
struktural dan tunjangan jabatan fungsional !
2. Sebutkan jenis tunjangan dan Pasal berapan yang mengatur di UU ASN,
sebagaimna Saudara ketahui !
3. Dimanakah diatur tentang tunjangan isteri dan anak yang Saudara ketahui !
Petunjuk Jawaban Latihan !

Untuk menjawab soal latihan ini, cobalah cermati lagi pembahasan Tunjangan
Jabatan Pegawai Negeri Sipil dalam bab ini

D. Rangkuman
1. Menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 dikenal tunjangan jabatan
struktural dan tunjangan jabatan fungsional. Tunjangan jabatan struktural
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan tunjangan jabatan fungsional
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Klasifikasi tunjangan saat ini yakni meliputi : 1). Tunjangan upah
supplemental, mencakup asuransi, upah cuti dan liburan, upah sakit, uang
pesangon dan tunjangan pengangguran supplemen. 2). Tunjangan asuransi,
kompensasi karyawan ini dapat berupa moneter atau medis. 3). Tunjangan
pensiun, yang dimaksud adalah jaminan sosial dan pensiun, tunjangan
bertahan hidup dan cacat, dan 4. Tunjangan jasa, biasanya diberikan
perusahaan kepada karyawan dalam bentuk jasa makanan, peluang rekreasi,
jasa-jasa hukum, konseling, dan kredit union (kredit koperasi).

21
3. Tunjangan jabatan adalah kompensasi yang diberikan kepada PNS yang
menjabat jabatan tertentu. Jabatan tertentu adalah jabatan-jabatan struktural
seperti: Direktur Jenderal, Direktur, Kepala Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub
bagian, dan jabatan fungsional tertentu seperti: guru, penyuluh pertanian,
peneliti, dan lain-lain. Dengan demikian tunjangan jabatan terdiri atas
tunjangan jabatan struktural dan fungsional
4. Tunjangan non jabatan, adalah tunjangan keluarga, tunjangan pangan,
tunjangan cacat, tunjangan tugas belajar, tunjangan perbaikan penghasilan.

22
BAB IV
UPAYA KESEJAHTERAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan Upaya


Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil sehingga terwujudnya kenyamanan dalam
melaksanakan tugas kedinasan

Perhatian pemerintah dalam upaya mensejahteraan Pegawai Negeri Sipil


senantiasa dilakukan untuk memotivasi meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada
masyarakat. Bentuk kesejahteraan yang merupakan hak Pegawai Negeri Sipil
ditegaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
Pasal 21 menyebutkan PNS berhak memperoleh: a. gaji,
tunjangan, dan fasilitas, b. cuti, c. jaminan pensiun
dan jaminan hari tua, d. perlindungan; dan e.
pengembangan kompetensi. Adapun upaya
kesejahteraan yang selama ini diterima Pegawai
Negeri Sipil antara lain meliputi : a. program pensiun dan tabungan hari tua,
b. jaminan kesehatan,
c. program tabungan perumahan PNS,
d. cuti Pegawai Negeri Sipil, dan
e. pemberian tanda penghargaan satyalancana karya satya.

A. Program Pensiun Pegawai


1. Dasar Hukum :
a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan
Janda/Duda Pegawai.
b. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
c. PP. Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil
d. PP. Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
e. Keppres Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari
Pegawai Negeri, Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun.

23
f. Keppres Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan atas Keppres Nomor 56
Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari Pegawai Negeri,
Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun.

2. Sifat Pokok Pensiun


Sifat pokok pensiun pegawai menurut Undang-Undang 11 Tahun 1969
adalah sebagai jaminan hari tua, dan penghargaan atas jasa-jasa pegawai
negeri selama bertahun-tahun bekerja dalam dinas pemerintah. Ketentuan
syarat pokok yang harus dipenuhi untuk memperoleh hak pensiun, yaitu :
a. Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun.
b. Memiliki masa kerja untuk pensiun sekurang-kurangnya 20 tahun.
c. Telah diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Sedangkan penghargaan pensiun atas jasa-jasa pengabdian kepada bangsa dan


negera diberikan kepada :
a. Pegawai Negeri
b. Janda, ialah istri yang sah menurut hukum dari pegawai negeri atau
penerima pensiun pegawai yang meninggal dunia
c. Duda, ialah suami yang sah menurut hukum dari pegawai negeri wanita
atau penerima pensiun pegawai wanita yang meninggal dunia.
d. Anak, ialah anak kandung yang sah atau anak kandung/anak yang
disahkan menurut Undang-undang Negara dari pegawai negeri, penerima
pensiun, atau penerima pensiun janda/duda.
e. Orang tua, ialah ayah kandung dan/atau ibu kandung pegawai negeri.

Demikian juga, masa kerja yang dapat dihitung untuk menetapkan hak dan
besaran pensiun diperoleh dari :
a. Waktu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil;
b. Waktu bekerja sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Indonesia;
c. Waktu bekerja sebagai tenaga bulanan/harian dengan menerima
penghasilan dari anggaran negara atau anggaran perusahaan negara, bank
negara;

24
d. Masa selama menjalankan kewajiban berbakti sebagai pelajar dalam
pemerintah republik Indonesia pada masa perjuangan phisik. (dihitung 2
kali sebagai masa kerja untuk pensiun);
e. Masa berjuang sebagai veteran pembela kemerdekaan;
f. Masa berjuang sebagai veteran pejuang kemerdekaan (dihitung 2 kami
masa kerja untuk pensiun); dan
g. waktu bekerja sebagai pegawai pada sekolah partikelir bersubsidi.
Masa kerja yang dimaksud dalam pembahasan ini, adalah masa kerja
pensiun sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 20 tahun
1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No. 49), dalam hal perhitungan masa
kerja, maka pecahan bulan dibulatkan menjadi sebulan penuh.

3. Manfaat Pensiun.
Manfaat Pensiun yang diberikan kepada pegawai maupun ahli waris adalah
sebagai berikut :
a. Pensiun Normal adalah pegawai yang bersangkutan mencapai atau
memasuki batas usia pensiun (BUP).
b. Pensiun dipercepat adalah pegawai yang bersangkutan belum mencapai
atau memasuki batas usia pensiun (BUP) tetapi berhak mendapatkan hak-
hak pensiun yang dibayarkan pada saat ia mencapai usia 50 tahun, dengan
ketentuan apabila :
1).Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun dan Masa kerja
sekurang-kurangnya 20 tahun, dinyatakan oleh badan/pejabat yang
ditunjuk oleh Depkes berdasarkan peraturan tentang pengujian
kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam
jabatan apapun yang disebabkan karena ia menjalankan kewajiban
jabatannya.
2). Mempunyai Masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun, dinyatakan oleh
badan/pejabat yang ditunjuk oleh Depkes berdasarkan peraturan tentang
pengujian kesehatan pegawai negeri, dinyatakan tidak dapat bekerja lagi
dalam jabatan apapun yang tidak disebabkan karena ia menjalankan
kewajiban jabatannya.

25
3).Pegawai negeri yang diberhentikan atau dibebaskan dari pekerjaannya
karena penghapusan jabatan, perubahan dalam susunan pegawai,
penertiban aparatur negara atau karena alasan-alasan dinas lainnya dan
kemudian tidak dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak
menerima pensiun pegawai apabila ia diberhentikan dengan dengan
hormat apabila telah berusia sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki
masa kerja sekurang-kurangnya 10 tahun.
4).Pegawai negeri yang setelah menjalankan suatu tugas negara tidak
dipekerjakan kembali sebagai pegawai negeri, berhak menerima hak-
hak pensiun jika telah mencapai usia 50 tahun dan memiliki masa kerja
sekurang-kurangnya 10 tahun.
5).Pensiun Janda/Duda Pegawai. Manfaat pensiun diberikan jika pegawai
negeri atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia sebagai ahli
waris, maka isteri (isteri-isteri)-nya untuk pegawai negeri pria atau
suaminya untuk pegawai negeri wanita berhak menerima pensiun
janda/duda.
6).Pensiun Janda/Duda Tewas. Manfaat diberikan jika Pegawai tewas,
kepada janda/duda atau orang tua yang bersangkutan jika dalam hal ini
pegawai belum menikah. Pengertian yang dimaksud tewas adalah :
a).meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
b). meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya
dengan dinasnya sehingga kematian itu disamakan dengan
meninggal dunia dalam dan/atau karena menjalankan
kewajibannya;
c). meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka
maupun cacat rohani atau jasmani;
d). meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak
bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan terhadap
anasir-anasir.

26
4. Besaran Manfaat Pensiun
Dasar Pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun, ialah gaji
pokok (termasuk gaji pokok tambahan dan/atau gaji pokok tambahan
peralihan) terakhir sebulan sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun
berdasarkan peraturan gaji yang berlaku baginya.
a. Besaran Pensiun Pegawai dengan rumusan :

Manfaat
Dengan Catatan : = 2.5% x Gaji Pokok Terakhir x Masa Kerja
maximal = 75% dari Dasar Pensiun (Gaji Pokok Terakhir)
minimal = 40% dari Dasar Pensiun atau tidak boleh kurang dari Gaji
pokok terendah menurut Peraturan Pemerintah.

b. Besaran Pensiun Janda/Duda dengan rumusan :

Manfaat = 36% x Dasar Pensiun (Gaji Pokok Terakhir)

Dengan catatan : minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dari Gaji Pokok
terendah menurut PP

c. Besaran Pensiun Janda/Duda Tewas


1). Dalam hal pegawai tewas, maka janda/duda berhak mendapat pensiun
sebesar :

Manfaat = 72% x Dasar Pensiun (Gaji Pokok Terakhir)

Dengan catatan: tidak boleh kurang dari Gaji Pokok terendah


menurut PP

2). Dalam hal pegawai tewas dan tidak meninggalkan isteri/suami ataupun
anak, maka uang pensiun diberikan kepada orang tua sebesar :

Manfaat = 20% x Manfaat Pensiun Janda/duda Tewas

27
Apabila pegawai Negeri atau penerima pensiun pegawai meninggal
dunia sedangkan ia tidak mempunyai isteri/suami lagi yang berhak
untuk menerima pensiun janda/duda maka :
a). pensiun janda diberikan kepada anak-anak nya, apabila hanya
terdapat satu golongan anak yang seayah-seibu,
b). Satu bagian pensiun janda diberikan kepada masing-masing
golongan anak yang seayah-seibu.
c). Pensiun duda diberikan kepada anak (anak-anaknya)
Pemberian pensiun kepada anak-anaknya yang pada waktu pegawai
atau penerima pensiun pegawai meninggal dunia dengan syarat :
a). belum mencapai usia 25 tahun;
b). tidak mempunyai penghasilan sendiri;
c). belum nikah atau belum pernah nikah.

5. Masa Pembayaran Pensiun


Masa pembayaran mulainya pemberian pensiun :
a. Pensiun pegawai, yang berhak diterima diberikan mulai bulan
berikutnya pegawai negeri yang bersangkutan diberhentikan sebagai
pegawai negeri (Pasal 13 ayat 1) atau sesudah pegawai mencapai usia
50 tahun jika pegawai diberhentikan dengan hormat dan berhak
memperoleh hak pensiun.
b. Pensiun Janda/Duda, yang berhak diterima diberikan mulai bulan
berikutnya pegawai atau pensiun pegawai yang bersangkutan
meninggal dunia.

6. Berakhirnya Pemberian Pensiun :


a. Pensiun pegawai, berakhir pada penghabisan bulan penerima pensiun-
pegawai yang bersangkutan meninggal dunia.
b. Pensiun Janda/Duda, berakhir bila Janda/Duda yang bersangkutan
meninggal dunia & tidak lagi terdapat anak yang memenuhi syarat-syarat
untuk menerimanya.

28
7. Pembatalan Pemberian Pensiun :
a. Pensiun Pegawai, dihentikan apabila penerima pensiun pegawai diangkat
kembali menjadi pegawai negeri atau diangkat kembali dalam suatu
jabatan negeri dengan hak untuk kemudian setelah diberhentikan lagi
memperoleh pensiun menurut Undang-undang ini atau peraturan sesuai
dengan Undang-undang ini (Pasal 15 ayat 1) dan akan diberikan kembali
hak pensiun tesebut jika diberhentikan dari kedudukannya yang terakhir.

b. Pensiun Janda/Duda, dihentikan apabila janda/duda yang bersangkutan


menikah lagi, terhitung bulan berikutnya perkawinan itu dilangsungkan
dan akan diberikan kembali hak pensiun tersebut jika perkawinan tersebut
terputus.

8. Penghapusan Hak Pensiun


Penghapusan hak untuk menerima pensiun pegawai/pensiun atau janda/duda
jika disebabkan oleh :
a. Penerima pensiun pegawai tidak seizin pemerintah menjadi anggota tentara
atau pegawai negeri suatu negara asing
b. Penerima pensiun pegawai atau pensiun janda/duda atau bagian pensiun
janda menurut keputusan pejabat/badan negara yang berwenang dinyatakan
salah melakukan tindakan atau terlibat dalam suatu gerakan yang
bertentangan dengan kesetiaan terhadap negara atau haluan negara yang
berdasarkan Pancasila
c. Terbukti bahwa keterangan-keterangan yang diajukan sebagai bahan untuk
penetapan pemberian pensiun pegawai atau pensiun janda/duda atau bagian
pensiun janda, tidak benar dan bekas pegawai negeri atau janda/duda/anak
yang bersangkutan sebnarnya tidak berhak diberikan pensiun.

B. Program Tabungan Hari Tua (di UU ASN Jaminan Hari Tua)


1. Landasan Hukum
a. Keppres Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara
Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari
Pegawai Negeri, Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun;
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;

29
c. Keppres Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan atas Keppres Nomor 56
Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan,
Penyetoran dan Besarnya Iuran-Iuran Yang Dipungut dari Pegawai Negeri,
Pejabat Negara Dan Penerima Pensiun;
d. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 478/KMK.06/2002 tentang
Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua Bagi Pegawai Negeri
Sipil;
e. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 500/KMK.06/2004 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
478/KMK.06/2002 tentang Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari
Tua Bagi Pegawai Negeri Sipil.

2. Beberapa Pengertian
Terdapat beberapa pengertian yang berkaitan program tabungan hari tua
(THT) menutut aturan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor
500/KMK.06/2004 jo KMK Nomor 478/KMK.06/2002, yaitu :
a. Peserta adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981.
b. P1 adalah penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum berhenti sebagai
PNS, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 tentang
Peraturan Gaji Pokok PNS, yang terdiri dari Gaji Pokok, Tunjangan Isteri,
dan Tunjangan Anak.
c. P2 adalah penghasilan terakhir sebulan sesaat sebelum berhenti sebagai
PNS, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 tentang
Peraturan Gaji PNS, yang menjadi dasar potongan iuran, terdiri dari Gaji
Pokok, Tunjangan Isteri, dan Tunjangan Anak.
d. Isteri/suami adalah isteri/suami dari Peserta atau pensiunan Peserta, yang
sah menurut hukum, yang tercatat dalam daftar keluarga pada instansi yang
bersangkutan.
e. Anak adalah anak kandung yang sah dari Peserta atau anak kandung/anak
yang disahkan menurut undang-undang yang tercatat dalam daftar keluarga
pada instansi yang bersangkutan dan belum pernah menikah, tidak

30
mempunyai penghasilan sendiri, atau belum mencapai usia 25 (dua puluh
lima) tahun.
f. MI1 adalah masa iuran sejak menjadi Peserta sampai dengan diberhentikan
sebagai Peserta, yang dihitung dalam satuan tahun.
g. MI2 adalah masa iuran sejak tanggal 1 januari 2001 sampai dengan
diberhentikan sebagai Peserta, yang dihitung dalam satuan tahun.
h. Y1 adalah selisih antara batas usia pensiun 56 (lima puluh enam tahun
dengan usia Peserta pada saat mulai menjadi Peserta, atau selisih antara usia
saat meninggal dunia dengan usia pada saat mulai menjadi peserta, bagi
peserta yang batas usia pensiunnya lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun
dan usia pada saat meninggal dunia lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun
yang dihitung dalam satuan tahun.
i. Y2 adalah selisih antara batas usia pensiun 56 (lima puluh enam) tahun
dengan usia Peserta pada tanggal 1 januari 2001, atau selisih antara usia saat
meninggal dunia dengan usia peserta pada tanggal 1 januari 2001, bagi
peserta yang batas usia pensiunnya lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun
dan usia pada saat meninggal dunia lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun,
yang dihitung dalam satuan tahun.
j B adalah jumlah bulan yang dihitung dari tanggal Peserta diberhentikan
dengan hak pensiun sampai dengan tanggal Peserta meninggal dunia
k. C adalah jumlah bulan yang dihitung dari tanggal Peserta diberhentikan
dengan hak pensiun atau meninggal dunia sampai dengan tanggal
Isteri/Suami/ Anak meninggal dunia.

3. Hak-Hak Peserta
Hak-hak Peserta dapat dimanfaat dari program tabungan hari tua (THT),
meliputi :
a. Manfaat Asuransi Dwiguna diberikan dalam hal peserta :
1). berhenti karena pensiun;
2). meninggal dunia sebelum diberhentikan dengan hak pensiun; atau
3). berhenti karena sebab-sebab lain
b. Manfaat Asuransi Kematian (Askem) diberikan jika :
1). peserta atau pensiunan Peserta meninggal dunia;

31
2). isteri/suami meninggal dunia; atau
3). anak meninggal dunia.

4. Besar Manfaat THT PNS


a. Besaran manfaat asuransi dwiguna adalah sebagai berikut :
1). bagi Peserta yang diberhentikan dengan hak pensiun pada/sesudah tanggal
1 Januari 2001 adalah enam puluh per seratus dikalikan MI1 dikalikan P1
ditambah dengan enam puluh per seratus dikalikan MI2 dikalikan selisih
antara P2 dengan P1, atau dengan rumus:

{0,60 x MI1 x P1 } + {0,60 x MI2 X (P2-Pl)}

Ketentuan bagi PNS yang menjadi Peserta pada/sesudah tanggal 1


Januari 2001, maka P1 diganti dengan P2, MI2 diganti dengan
MI1 .
2). bagi Peserta yang meninggal dunia pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001
adalah enam puluh per seratus dikalikan Y1 dikalikan P1 ditambah dengan
enam puluh per seratus dikalikan Y2 dikalikan selisih antara P2 dengan

{ 0,60 x Y1 P1 } + {0,60xY2 x ( P2 – P1 )}

P1, :
Ketentuan bagi PNS yang menjadi Peserta pada/sesudah tanggal 1 Januari
2001, maka P2 diganti dengan P2 , Y2 diganti dengan Y1.
3). besarnya Manfaat Asuransi Dwiguna sebagaimana dimaksud pada butir a
dan b sekurang-kurangnya 1 (satu) kali P2 dengan ketentuan tidak boleh
kurang dari Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

4). Bagi Peserta yang diberhentikan karena sebab-sebab lain pada/sesudah


tanggal 1 Januari 2001 adalah F1 dikalikan P1 ditambah dengan F2
dikalikan selisih antara P2 dengan P1, atau dengan rumus:

{F1 x P1 } + {F2 x (P2-P1)}

Ketentuan bagi PNS yang menjadi Peserta pada/sesudah 1 Januari 2001,


maka P1 diganti dengan P2, F2 diganti dengan F1.

32
b. Besar manfaat asuransi kematian adalah :
1). besar Manfaat Asuransi kematian adalah sebagai berikut :
2). dalam hal Peserta meninggal dunia, adalah dua kali hasil penjumlahan satu
dan satu persepuluh kali B dibagi dua belas, dikalikan P2, atau dengan
rumus : 2 (1 + 0,1 B/12) P2 dengan ketentuan apabila Peserta meninggal
dunia pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001 dan Peserta berhenti karena
pensiun sebelum tanggal 1 Januari 2001 maka P2 sama dengan penghasilan
saat berhenti karena pensiun dan apabila Peserta meninggal dunia sebelum
diberhentikan dengan hak pensiun, maka B = 0;
3). dalam hal Isteri/Suami meninggal dunia, adalah satu setengah kali hasil
penjumlahan satu dan satu persepuluh kali C dibagi dua belas, dikalikan
P2, atau dengan rumus : 1,5 (1 + 0,1 C/12) P2 dengan ketentuan apabila
Isteri/Suami meninggal dunia pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001 dan
Peserta berhenti karena pensiun atau meninggal dunia sebelum tanggal 1
Januari 2001 maka P2 sama dengan penghasilan saat berhenti karena
pensiun atau meninggal dunia dan apabila Isteri/Suami/Anak meninggal
dunia sebelum Peserta diberhentikan dengan hak pensiun atau meninggal
dunia, maka C=O;

4). dalam hal Anak meninggal dunia, adalah tiga perempat kali hasil
penjumlahan satu dan satu persepuluh kali C dibagi dua belas dikalikan
P2, atau dengan rumus : 0,75 ( 1 + 0,1 C/ 12) P2 dengan ketentuan apabila
anak Peserta meninggal dunia pada/sesudah tanggal 1 Januari 2001 dan
Peserta berhenti karena pensiun atau meninggal dunia sebelum tanggal 1
Januari 2001 maka P2 sama dengan Penghasilan saat berhenti karena
pensiun atau meninggal dunia dan apabila Isteri/Suami/Anak meninggal
dunia sebelum Peserta diberhentikan dengan hak pensiun atau meninggal
dunia, maka C=O;
5). besarnya Manfaat Asuransi kematian sebagaimana dimaksud tidak boleh
kurang dari Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah).

33
C. Program Cuti PNS
a. Pengertian
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976
tentang Cuti. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam
jangka waktu tertentu. Sedangkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 menyebutkan cuti sebagai hak PNS.

b. Jenis-Jenis Cuti PNS


Cuti Pegawai Negeri Sipil, meliputi 6 (enam) jenis cuti yaitu : cuti tahunan,
cuti sakit, cuti karena alasan penting, cuti besar, cuti bersalin, dan cuti diluar
tanggungan negara.
1). Cuti Tahunan.
Cuti yang menjadi hak PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu
tahun secara terus menerus dan ia bukan PNS yang menjadi guru pada
sekolah dan dosen pada perguruan tinggi yang mendapat liburan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lamanya cuti tahunan
adalah 12 hari kerja dan dapat ditambah untuk paling lama 14 hari bagi
cuti tahunan yang akan dijalankan ditempat yang sulit perhubungannya.

2). Cuti Sakit


Cuti yang diberikan dan menjadi hak bagi setiap PNS yang menderita
sakit. PNS yang sakit lebih dari dua hari sampai dengan 14 hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.

3). Cuti Karena Alasan Penting. Cuti karena alasan penting adalah cuti
karena:
a. Ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu sakit
keras atau meninggal dunia;
b. Salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam huruf a
meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS
yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya
yang meninggal dunia itu;
c. Melangsungkan perkawinan yang pertama;

34
d. Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Presiden.

4). Cuti Besar. Cuti yang menjadi hak PNS yang telah bekerja sekurang-
kurangnya enam tahun secara terus menerus. Lama waktu cuti besar
adalah tiga bulan, dapat ditangguhkan untuk paling lama dua tahun, dan
bagi PNS yang menjalani cuti ini tidak berhak lagi atas cuti tahunannya
dalam tahun yang bersangkutan.

5). Cuti Bersalin. Cuti yang menjadi hak dan diberikan kepada PNS wanita
ketika melahirkan anak yang pertama, kedua, dan ketiga. Lamanya cuti
bersalin adalah satu bulan sebelum dan dua bulan sesudah persalinan.

6). Cuti Di Luar Tanggungan Negara. Cuti yang bukan merupakan hak dan
hanya diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya
lima tahun secara terus menerus karena alasan-alasan pribadi yang
penting dan mendesak. Jangka waktu cuti di luar tanggungan negara
(CLTN) adalah tiga tahun dan dapat diperpanjang paling lama satu tahun
jika ada alasan yang penting. CLTN mengakibatkan PNS yang
bersangkutan dibebaskan dari jabatannya, kecuali CLTN yang diberikan
kepada PNS wanita yang melahirkan anaknya yang keempat dan
seterusnya. Selama menjalankan CLTN PNS yang bersangkutan tidak
berhak menerima penghasilan dari negara dan jangka waktunya tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja PNS.

D. Program Jaminan Kesehatan


1. Pengertian
Pemberian kesejahteraan kepada PNS dalam aspek kesehatan pegawai yang
diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial diharapkan mampu menjamin kesehatan jasmani dan rohani.
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

35
2. Dasar hukum Jaminan Kesehatan adalah :
a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial ;
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun2014 tentang Aparatur Sipil Negara
d. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil;
e. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;
f. Peraturan Presiden nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
3. Jenis-Jenis Perlindungan
Berdasarkan bunyi Pasal 92 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa :
a. Jaminan Kesehatan;
b. Jaminan Kecelakaan Kerja;
c. Jaminan Kematian; dan
d. Bantuan Hukum.

4. Sejarah Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan


Sejarah penyelenggaraan program jaminan kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang
diselenggarakan oleh badan khusus di bawah Departemen kesehatan
yang ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 230/1968;
b. Perum Husada Bakti yang di tetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 1984 dan peraturan Pemaerintah Nomor 23 Tahun
1984;
c. PT (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia yang ditetapkan dengan
peraturan Pemerintah Nomor 69/1991 dan Peraturan Pemerintah Nomor
6 Tahun1992;
d. ASKES BPJS Kesehatan yang ditetapkan dengan Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011.

36
Sehingga, Program Jaminan Kesehatan Sosial merupakan penugasan
Pemerintah kepada ASKES BPJS Kesehatan melalui Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 jo Perpres Nomor 111 Tahun 2013 dengan peserta
Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non
PBI) .

5. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)


Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu, sedangkan peserta bukan PBI (Non PBI) meliputi
Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu terdiri atas:
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya;
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya; dan
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pekerja Penerima Upah terdiri atas :


a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai pemerintah Non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a s/d f yang menerima upah.

Bukan Pekerja terdiri atas :


a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan; dan
f. bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a s/d e yang mampu membayar
iuran.

Penerima pensiun terdiri atas :


a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

37
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
d. Penerima pensiun selain huruf a,b dan c;
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf a s/d d yang mendapat hak pensiun.

Pekerja Penerima Upah dan Pekerja Bukan Penerima Upah termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
Anggota keluarga meliputi :
a. Istri atau suami yang sah dari peserta;
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta,
dengan kriteria :
1) Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri;
2) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun belum berusia 25 (dua puluh
lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

6. Manfaat Jaminan Kesehatan


Manfaat jaminan kesehatan terdiri atas Manfaat medis dan Manfaat non
medis Iuran Jaminan Kesehatan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Iuran jaminan Kesehatan bagi peserta PBI jaminan kesehatan penduduk
yang didaftarkan Pemda dibayar oleh Pemerintah;
b. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan Pemerintah
daerah dibayar oleh Pemerintah Daerah;
c. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah dibayar
oleh Pemberi Kerja dan Pekerja;
d. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan pekerja dibayar oleh Peserta yang bersangkutan. Iuran
Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari
PNS, Anggota TNI, anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri sebesar 5% (lima persen) dari gaji atau
upah per bulan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemberi Kerja ;
2) 2% (dua persen) dibayar peserta.

38
7. Tujuan Jaminan Kesehatan
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi dasar kesehatan
dengan mengembangkan sistem jaminan pemeliharaan dan pembiayaan
kesehatan yang efisien dan efektif.
b. Meningkatkan status kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Perintis
Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan beserta keluarganya dan peserta
lainnya.

8. Hak Peserta Atas Kecelakaan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12


Tahun 1981 tentang Perawatan, Tunjangan Cacad, Dan Uang Duka PNS
antara lain dinyatakan sebagai berikut :
a. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang mendadak yang tidak
dikehendaki yang mengakibatkan seseorang menderita sakit atau menjadi
cacad yang memerlukan pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi,
atau mengakibatkan seseorang meninggal dunia;
b. Kecelakaan karena dinas adalah kecelakaan yang terjadi :
1) Dalam dan karena menjalankan tugas kewajiban; atau
2) Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga
kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam dan
karena menjalankan tugas kewajibannya; atau
3) Karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab ataupun
sebagai akibat tindakan terhadap anasir.
4) Sakit karena dinas adalah sakit yang diderita sebagai akibat langsung
dari pelaksanaan tugas
5) Cacad karena dinas adalah cacad yang disebabkan oleh hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam angka 1) s/d 4)
PNS yang oleh Team Penguji Kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja
lagi dalam semua jabatan negeri yang disebabkan cacad karena dinas,
berhak memenima tunjangan cacad di atas pensiun yang berhak diterima
dan harus dibuktikan dengan surat pernyataan dari pejabat yang
berwenang dan surat keterangan atau berita acara dari pejabat yang
berwajib.

39
c. Tunjangan cacad tiap-tiap bulan adalah sebagai berikut :
1). 70% (tujuh puluh persen) dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi :
a). Penglihatan pada kedua belah mata; atau
b). Pendengaran pada kedua belah telinga, atau
c). Kedua belah kaki dari pangkal paha atau dari lutut ke bawah.
2). 50% (lima puluh persen) dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi :
a). Lengan dari sendi bahu ke bawah, atau
b). Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah.
3). 40% (empat puluh persen) dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi :
a). Lengan dari atas siku ke bawah, atau
b). Sebelah kaki dari pangkal paha.
4). 30% (tiga puluh persen) dari gaji pokok, apabila kehilangan fungsi :
a). Penglihatan dari sebelah mata, atau
b). Pendengaran dari sebelah telinga, atau
c). Tangan dari atas pergelangan tangan ke bawah, atau
d). Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah.
d. Dalam hal terjadi beberapa cacad, maka besarnya tunjangan cacad
ditetapkan dengan menjumlahkan presentasi dari tiap cacad, dengan
ketentuan paling tinggi 100% (seratus persen) dari gaji pokok.

9. Uang Duka PNS


Pengertian tewas adalah :
a. Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya;
b. Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinas;
c. Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacad rohani
atau jasmani yang didadap dalam dan karena menjalankan tugas
kewajiban;
d. Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung jawab
ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu.

Kepada isteri atau suami PNS yang tewas diberikan uang duka tewas sebesar
6 (enam) kali penghasilan sebulan. Apabila tidak meninggalkan isteri atau
suami, maka uang duka tewas diberikan kepada anaknya, apabila tidak

40
meninggalkan isteri, suami dan anak, maka uang duka tewas diberikan
kepada orang tuanya, dan apabila tidak meninggalkan isteri, suami, anak
ataupun orang tua, maka uang duka tewas diberikan kepada ahli waris
lainnya.
Biaya pemakaman bagi PNS yang tewas ditanggung oleh Negara.
Tewasnya PNS harus dibuktikan dengan surat pernyataan dari pejabat yang
berwenang dan surat keterangan atau berita acara dari pejabat yang berwajib.

E. Program Tabungan Perumahan PNS


1. Dasar hukum
Tabungan Perumahan PNS dibentuk berdasarkan landasan hukum :
a. Keputusan Presiden No. 14 Tahun 1993;
b. Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994.

2. Pengertian dan Sejarah


Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (TAPERUM PNS) adalah
tabungan melalui iuran yang dipotong dari gaji pokok masing – masing PNS
yang ditujuakan bagi peningkatan kesejahteraan PNS dibidang perumahan.
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 14 Tahun 1993
dan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994 yaitu
adanya Badan Pertimbangan Perumahan PNS
(Bapertaru-PNS) dan Tabungan Perumahan PNS (Tabperum PNS) dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan PNS dengan cara :
Membantu uang muka pembelian rumah dengan fasilitas kredit kepemilikan
rumah (KPR), dan Membantu sebagian biaya untuk membangun rumah bagi
PNS yang sudah meiliki tanah.
Pengelolaan Dana Tabungan Perumahan PNS diserahkan kepada Bapertarum
PNS dan dibentuk Sekretariat tetap yang diketuai oleh Menteri Negara
Perumahan Rakyat dan Ketua adalah Presiden RI dan Menteri Negara
Perumahan Rakyat sebagai Ketua Harian merangkap anggota.

41
3. Besarnya Tabungan
Tabungan perumahan PNS diambil dengan cara pemotongan gaji yang
dilakukan oleh Departemen Keuangan dan distor kerekening Menteri
Keuangan untuk dan atas nama Bapertarum PNS pada Bank pemerintah yang
ditunjuk. Besaran pemotongan tabungan tiap bulan keapada masing-masing
PNS adalah :
a. Golongan I sebesar Rp. 3.000,-
b. Golongan II sebesar Rp. 5.000,-
c. Golongan III sebesar Rp. 7.000,- dan
d. Golongan IV sebesar Rp. 10.000,-

.Program Layanan TAPERUM-PNS


a. Bantuan Uang Muka KPR
Bantuan Sebagian Uang Muka KPR adalah bantuan yang diberikan
dalam rangka membantu sebagian uang muka pembelian rumah yang
dilakukan melalui KPR dan pembelian Rumah Dinas dari pemerintah.
Besarnya bantuan yang diberikan dibedakan berdasarkan golongan PNS
1). Rp. 1,2 juta untuk golongan I
2). Rp. 1,5 juta untuk golongan II
3). Rp. 1,8 juta untuk golongan III

b. Pengembalian Tabungan
Pengembalian Tabungan merupakan pengembalian seluruh iuran
tabungan perumahan Pegawai Negeri Sipil, bagi Pegawai Negeri Sipil
yang selama dinas aktifnya belum pernah Memanfaatkan bantuan atau
Pegawai Negeri Sipil yang telah memanfaatkan pinjaman. Persyaratan
yang harus dipenuhi yaitu :
1). Mengisi formulir, kemudian meminta rekomendasi dan tanda tangan
serta stempel dari pejabat kepegawaian;
2). Membawa Kartu Pegawai (asli) dan foto copy-nya;
3). Membawa Kartu Tanda Penduduk (asli) yang masih berlaku dan foto
copy-nya;
4). Foto copy Surat Keputusan pensiun yang telah dilegalisir oleh instansi
berwenang;

42
5). Foto copy Surat Keputusan Golongan (periode 1 Januari 1993 sampai
dengan pensiun) yang telah dilegalisir oleh instansi berwenang.

c. Perhitungan dan Besaran Iuran


Perhitungan Pengembalian Tabungan merupakan akumulasi dari iuran
tabungan yang dipotong setiap bulannya dari gaji PNS sesuai dengan
golongan. Perhitungan tersebut dilakukan sejak 1 Januari 1993 sampai
dengan yang bersangkutan berhenti bekerja, yang disebabkan pensiun,
meninggal dunia atau karena sebab-sebab yang lain. Pengembalian
Tabungan dilakukan pada saat Pegawai Negeri Sipil berhenti bekerja
karena pensiun, meninggal dunia atau sebab-sebab yang lain. Yang
berhak mendapatkan Pengembalian Tabungan adalah Pegawai Negeri
Sipil yang selama dinas aktifnya belum pernah memanfaatkan atau
menerima bantuan dan yang pernah memanfaatkan Pinjaman dari
Bapertarum-PNS Besaran pemotongan setiap bulan berdasarkan
golongan ruang, yaitu :
 Golongan I : Rp 3.000,-
 Golongan II : Rp 5.000,-
 Golongan III : Rp 7.000,-
 Golongan IV : Rp 10.000,-

d. Biaya Membangun
Bantuan Sebagian Uang Muka KPR adalah bantuan yang diberikan
dalam rangka membantu sebagian uang muka pembelian rumah yang
dilakukan melalui KPR dan pembelian Rumah Dinas dari pemerintah.
Besarnya bantuan yang diberikan dibedakan berdasarkan golongan PNS
1). Rp. 1,2 juta untuk golongan I
2). Rp. 1,5 juta untuk golongan II
3). Rp. 1,8 juta untuk golongan III

43
e. Persyaratan Pengajuan
1).PNS aktif dan belum memanfaatkan bantuan atau pinjaman Tabungan
Perumahan PNS-nya;
2).PNS yang telah memiliki masa menabung Tabungan Perumahan PNS-
nya minimal 5 tahun;
3). PNS yang belum memiliki rumah;
4).PNS aktif golongan I,II, dan III dengan akad KPR yang berlaku sejak
1 Januari 2006;
5). Tidak dalam Masa Persiapan Pensiun atau 1 tahun sebelum batas usia
pensiun.

f. Cara-cara memperoleh bantuan


Ketentuan Syarat untuk memperoleh bantuan perumahan adalah :
1). PNS yang berhak memperoleh bantuan dari Taperum PNS adalah
mereka telah memenuhi masa kerja lima tahun bagi golongan I, II, dan
III;
2). Bantuan pada saat ini diberikan untuk PNS golongan I, II dan III
dengan diprioritaskan bagi golongan I dan II;
3). Bentuk bantuan uang muka KPR dan bantuan sebagian biaya
membangun rumah diatas tanah sendiri.

Jumlah untuk masing-masing golongan sebesar uang muka sesuai dengan


ketentuan jenis/type yang ditetapkan yaitu :
1). Golongan I type RSS 21 Rp. 1.200.000,-
2). Golongan II type RSS 36 Rp. 1.500.000,- dan
3). Golongan III type RS T 21 sampai dengan T-36 Rp. 1.800.000,-
Bantuan perumahan hanya diberikan satu kali saja selama yang
bersangkutan menjadi PNS. Tabungan dikembalikan tanpa bunga kepada
PNS yang berhenti karena permintaan sendiri atau diberhentikan dan yang
belum pernah menerima fasilitas bantuan perumahan dari tabungan
perumahan PNS. PNS yang telah mendapat fasilitas bantuan perumahan
tetap diwajibkan menabung sesuai dengan ketentuan sampai yang
bersangkutan pensiun, meninggal dunia, berhenti atas permintaan sendiri
atau diberhentikan.

44
F. Penghargaan PNS
1. Pengertian
Dalam konsideran Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar,
Tanda Jasa, Dan Tanda Kehormatan, dinyatakan bahwa maksud diberikan
penghargaan atas jasa-jasa yang diberikan oleh
negara dalam bentuk gelar, tanda jasa, dan tanda
kehormatan untuk menumbuhkan kebanggaan, sikap
keteladanan, semangat kejuangan, dan motivasi
untuk meningkatkan darma bakti kepada bangsa dan
Negara. Pasal 83 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, menyebutkan jenis penghargaan meliputi : a). tanda
kehormatan; b). kenaikan pangkat istimewa; c). kesempatan prioritas
untuk pengembangan kompetensi; dan/atau e). kesempatan menghadiri
acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
Menurut Dessler (1984) maupun Robbin (1998), penghargaan merupakan
bagian dari kompensasi yaitu sebagai ganjaran non finansial yang diterima
oleh pegawai. Di lingkungan PNS, penghargaan yang umum diterima adalah
penghargaan pengabdian sesuai masa kerja yang disebut dengan penghargaan
Satyalancana Karya Satya.

2. Tujuan Pemberian Penghargaan


Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009, Pasal 3 dinyatakan bahwa
Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan diberikan kepada pegawai dengan
tujuan:
a. menghargai jasa setiap orang, kesatuan, institusi pemerintah, atau
organisasi yang telah mendarmabaktikan diri dan berjasa besar dalam
berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara;
b. menumbuhkembangkan semangat kepahlawanan, kepatriotan, dan
kejuangan setiap orang untuk kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara;
dan
c. menumbuhkembangkan sikap keteladanan bagi setiap orang dan
mendorong semangat melahirkan karya terbaik.bagi kemajuan bangsa dan
negara.

45
Penghargaan tersebut dimaksudkan atau bertujuan (BAKN, 1999):
a. Sebagai salah satu usaha pembinaan PNS;
b. Mendorong PNS agar bekerja dengan semangat kerja yang tinggi;
c. Meningkatkan Meningkatkan prestasi kerja PNS;
d. Memupuk rasa kesetiaan PNS terhadap negara dan pemerintah;
e. Memberikan perangsang kepada PNS agar selalu menjadi yang terbaik di
lingkungan kerjanya;
f. menciptakan persaingan kerja yang sehat.

Keenam tujuan pemberian penghargaan di atas, boleh jadi identik dengan


tujuan umum pemberian kompensasi di lingkungan PNS sebagaimana telah
disampaikan pada bab sebelumnya. Efektivitas pencapaian tujuan, baik
penghargaan (khususnya) maupun kompensasi pada umumnya sangat
tergantung dari peran dan obyektivitas pemerintah sebagai employer dan PNS
sebagai employee.

3. Jenis Penghargaan
Adapun tanda kerhormatan meliputi berupa: a. bintang, b. satyalancana, dan
c. samakaryanugraha. Salah satu tanda kehormatan yang diberikan kepada
PNS adalah satyalancana karya satya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
25 Tahun 1994, Satyalancana Karya Satya adalah tanda penghargaan atas
jasa-jasanya terhadap negara. Penghargaan Satyalancana Karya Satya ada tiga
macam, yaitu:
a. Satyalancana Karya Satya 10 tahun
b. Satyalancana Karya Satya 20 tahun
c. Satyalancana Karya Satya 30 tahun

G. Latihan
Dalam memahami dengan lebih baik mengenai tentang Upaya Kesejahteraan
Pegawai Negeri Sipil, agar Saudara kerjakanlah latihan-latihan di bawah ini:
1. Coba Saudara sebutkan macam-macam hak PNS yang diatur dalam UU 5
Tahun 2014 (UU ASN) !
2. Sepengetahuan Saudara diatur dimanakah Program Tabungan Hari Tua
(THT) !

46
3. Saudara sebutkan jenis penghargaan menurut UU 5 Tahun 2014 !

Petunjuk Jawaban Latihan !


Untuk menjawab soal latihan ini, cobalah cermati lagi pembahasan Upaya
Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil dalam bab ini.

H. Rangkuman
1. Hak Pegawai Negeri Sipil ditegaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 menyebutkan PNS berhak
memperoleh: a. gaji, tunjangan, dan fasilitas, b. cuti, c. jaminan pensiun
dan jaminan hari tua, d. perlindungan; dan e. pengembangan
kompetensi. Adapun upaya kesejahteraan yang selama ini diterima
Pegawai Negeri Sipil antara lain meliputi : a. program pensiun dan
tabungan hari tua, b. jaminan kesehatan, c. program tabungan
perumahan PNS, d. cuti Pegawai Negeri Sipil, dan e. pemberian tanda
penghargaan satyalancana karya satya.

2. Hak-hak Peserta dapat dimanfaat dari program tabungan hari tua (THT),
meliputi:
a. Manfaat Asuransi Dwiguna diberikan dalam hal peserta :
1). berhenti karena pensiun;
2). meninggal dunia sebelum diberhentikan dengan hak pensiun; atau
3). berhenti karena sebab-sebab lain
b. Manfaat Asuransi Kematian (Askem) diberikan jika :
1). peserta atau pensiunan Peserta meninggal dunia;
2). isteri/suami meninggal dunia; atau
3). anak meninggal dunia.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri


Sipil, meliputi 6 (enam) jenis cuti yaitu : cuti tahunan, cuti sakit, cuti karena
alasan penting, cuti besar, cuti bersalin, dan cuti diluar tanggungan negara.
Sedangkan UU 5 Tahun 2014, pada Pasal 21 menyebutkan cuti PNS
merupakan hak.

47
4. Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (TAPERUM PNS) adalah
tabungan melalui iuran yang dipotong dari gaji pokok masing – masing PNS
yang ditujuakan bagi peningkatan kesejahteraan PNS dibidang perumahan.

5. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 14 Tahun 1993 dan Keputusan Presiden


Nomor 46 Tahun 1994 yaitu adanya Badan Pertimbangan Perumahan PNS
(Bapertaru-PNS) dan Tabungan Perumahan PNS (Tabperum PNS) dengan
maksud dan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan PNS dengan cara :
Membantu uang muka pembelian rumah dengan fasilitas kredit kepemilikan
rumah (KPR), dan Membantu sebagian biaya untuk membangun rumah bagi
PNS yang sudah meiliki tanah.
6. Pemberian kesejahteraan kepada PNS dalam aspek kesehatan pegawai yang
diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial diharapkan mampu menjamin kesehatan jasmani dan rohani.
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

7. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa,


Dan Tanda Kehormatan, dinyatakan bahwa maksud diberikan penghargaan
atas jasa-jasa yang diberikan oleh negara dalam bentuk gelar, tanda jasa, dan
tanda kehormatan untuk menumbuhkan kebanggaan, sikap keteladanan,
semangat kejuangan, dan motivasi untuk meningkatkan darma bakti kepada
bangsa dan Negara. Pasal 83 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, menyebutkan jenis penghargaan meliputi :
a). tanda kehormatan; b). kenaikan pangkat istimewa; c). kesempatan
prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau e). kesempatan
menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.

48
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Sistem penggajian (kesejahteraan) secara normatif tercantum dalam Pasal 79
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang
menggantikan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, yang menyebutkan bahwa: 1) Pemerintah wajib
membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan
PNS, 2). G a ji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan
resiko pekerjaan, dan 3). G aji pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Juga, Pasal 80 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara menyebutkan, bahwa selain gaji, PNS juga menerima
tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan serta fasilitas.

2. Tunjangan merupakan bagian penting dari pemberian gaji atau upah


pegawai. Dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2006 dikenal tunjangan jabatan
struktural dan tunjangan jabatan fungsional. Tunjangan jabatan struktural
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan tunjangan jabatan fungsional
yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Perhatian pemerintah dalam upaya mensejahteraan Pegawai Negeri Sipil
senantiasa dilakukan untuk memotivasi meningkatkan kinerja dan pelayanan
kepada masyarakat. Bentuk kesejahteraan yang merupakan hak Pegawai
Negeri Sipil ditegaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 menyebutkan PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas,
b. cuti,

49
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua,
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.

Adapun upaya kesejahteraan yang selama ini diterima Pegawai Negeri


Sipil antara lain meliputi :
a. program pensiun dan tabungan hari tua,
b. jaminan kesehatan,
c. program tabungan perumahan PNS,
d. cuti Pegawai Negeri Sipil, dan
e. pemberian tanda penghargaan satyalancana karya satya.

B. Tindak Lanjut
Untuk mewujudkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil pemerintah harus
konsisten dalam menerapkan peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan
hukumnya. Sehingga aturan tidak hanya formalitas semata tanpa memberikan
kontribusi secara nyata dalam upaya mensejahteraankan Pegawai Negeri Sipil dan
keluarganya.

50
KUNCI JAWABAN
Kunci Jawab Bab II Penggajian PNS

1. Pengertian gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan
tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. Sedangkan dari segi teoritis upah,
meninjau upah dari segi fugsinya yaitu bahwa upah adalah sebagai alat motivasi
yang bersifat material, adalah segala daya perangsang yang memupuk loyalitas
dan efisiensi pegawai ke dalam perusahaan.

2. Tiga jenis sistem penggajian yaitu sistem penggajian tunggal, sistem penggajian
ganda dan sistem penggajian gabungan.

3. Unsur-unsur komponen kebutuhan hidup layak (KHL), menurut Simbolon (2004)


terdiri atas 7(tujuh) macam yaitu : a). makanan dan minuman, b). sandang , c).
perumahan, d). pendidikan, e). kesehatan, f). transportasi dan kemasyarakatan,
dan g). rekreasi dan tabungan.

Kunci jawaban Bab III Tunjangan Jabatan PNS


4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2006 mengatur tentang tunjangan jabatan
struktural dan tunjangan jabatan fungsional.
5. Menurut UU 5 Tahun 2014 (UU ASN) terdapat jenis tunjangan kinerja dan
tunjangan kemahalan, yang diatur dalam Pasal 80 UU 5 Tahun 2014.
6. Tunjangan isteri dan anak diatur dalam Pasal 16 PP Nomor 51 Tahun 1992.

Kunci Jawaban Bab IV Upaya Kesejahteraan PNS


1. Hak Pegawai Negeri Sipil ditegaskan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, Pasal 21 menyebutkan PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas, b. cuti, c. jaminan pensiun dan jaminan hari
tua, d. perlindungan; dan e. pengembangan kompetensi.
2. Program Tabungan Hari Tua (THT) diatur dalam Peraturan Kementerian
Keuangan Republik Indonesia Nomor 500/KMK.06/2004 jo KMK Nomor
478/KMK.06/2002.
3. Jenis penghargaan dimaksud Pasal 83 UU 5 Tahun 2014 meliputi : a). Tanda
kehormatan, b). kenaikan pangkat istimewa, c). Kesempatan prioritas untuk
pengembangan kompetensi; dan/atau d. kesempatan menghadiri acara resmi
dan/atau acara kenegaraan.

51
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Michael, & Murlis, Helen, Penerjemah Rochmulyati Hamzah, Pedoman


Praktis Sistem Penggajian, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995.

Armstrong, Michael & Murlis, Helen, Reward Management, Jakarta: Gramedia,


2003.

Bekke, Hans A.G.M dan Frits M. van der Meer (1997:152) dalam bukunya Civil
Service System in Western Europe.

Frans Poels, Job Evaluation Remuneration Strategies, Jakarta: Gramedia, 2003.

Haposan UPS, Janry, dkk, Penyusunan Struktur Gaji Pegawai Negeri Sipil, Jakarta:
Puslitbang BKN, 2006.

Manullang, H, Dasar-dasar Manajement, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1976.

Maryanti, Ninik & Salipi, Basri, Perkembangan system penggajian Pegawai Negeri
Sipil, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Moekijart, Administrasi gaji dan upah, Bandung: Bandar maju, 1992; Bandung:
Pustaka Setia, 2006.

Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN,


edisi ke-2, 1997.

Thoha, Miftah, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, Jakarta: Prenada Media


group, 2007.

Ven, Van Der, Prof. Dr., Pengantar Hukum Kerja, (terjemahan), Semarang: Yas
Kanisius, 1964.

UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah


diubah dengan UU Nomor 43 tahun 1999.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 jo Peraturan Pemerintah Nomor 25


Tahun 2010 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil.

Makalah Reformasi Sistem Pengupahan Nasional Oleh: Prof. Dr. Payaman J.


Simanjuntak, APU, Guru Besar di bidang Manajemen SDM dan
Perencanaan SDM, dan Ahli Peneliti Utama (APU) di bidang
ketenagakerjaan, Sumber : Informasi Hukum Vol. 5 Tahun VI, 2004

52

You might also like