You are on page 1of 31
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Keputusan Menteri Perhubungan 347 Tahun 1999 tentang Standar Rancang Bangun Dan Atau Rekayasa Mengingat DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : PR 21 TAHUN 2022 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN BANGUNAN OPERASIONAL RUMAH NEGARA PADA KANTOR UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara mengatur bahwa, Rumah Negara berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai bandar udara, diperlukan standar teknis agar terwujud ketertiban pembangunan, penyediaan, penghunian dan pengelolaan Rumah Negara; b. bahwa untuk mewujudkan ketertiban pembangunan Rumah Negara di seluruh Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara di lingkungan _ Direktorat Perhubungan Udara, perlu disusun kriteria Penyusunan Desain Bangunan Operasional Rumah Negara Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara yang terstandarisasi dan efektif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Pedoman Penyusunan Desain Bangunan Operasional Rumah Negara Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara; 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 134 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4257; Menetapkan 10. alals Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Karya (Lembaran Negara Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor : 6573; Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara; Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Penerbangan; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 172/PMK.06/2020 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara; Peraturan Menteri Perhubungan 32 Tahun 2021 tentang Standar Pembangunan Bandar Udara Serta Tempat Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2022 tentang Organisasi dan ‘Tata Kerja Kementerian Perhubungan; Keputusan Menteri Nomor KM 23 Tahun 2010 Tentang Penatausahaan dan Pengelolaan Rumah Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Surat Keputusan Menteri Perhubungan 347 Tahun 1999 tentang Standar Rancang Bangun Dan Atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara; MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN BANGUNAN OPERASIONAL RUMAH NEGARA PADA KANTOR UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA. PERTAMA : Menetapkan Pedoman Penyusunan Desain Bangunan Operasional Rumah Negara Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KEDUA : Pedoman Penyusunan Desain Bangunan Operasional Rumah Negara Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada DIKTUM PERTAMA terdiri dari 5 (lima) komponen utama: a. Standar Kebutuhan Ruang, Luas Bangunan, dan Lahan; b. Gambar; c. Spesifikasi Bahan Bangunan; Persyaratan Struktur Bangunan; e. BoQ/RAB dengan bench mark DKI Jakarta. KETIGA : Rumah Negara yang sudah berdiri, agar tetap dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. KEEMPAT : Direktur Bandar Udara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal ini. KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 1 NOVEMBER 2022 PLT. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd NUR ISNIN ISTIARTONO Salinan sesuai dengan aslinya, UKEPALA BAGIAN HUKUM FITRI INDAH SUSILOWATI 1. Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : PR 21 TAHUN 2022 Tanggal : 1 NOVEMBER 2022 PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN BANGUNAN OPERASIONAL RUMAH NEGARA KANTOR UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA A, Standar Kebutuhan Ruang, Luas Bangunan, dan Lahan Lokasi/Tata Letak dan Akses Bangunan operasional harus dibangun di atas lokasi yang telah ditetapkan sesuai rencana induk bandar udara. Perletakan bangunan di luar rencana induk bandar udara harus mendapat persetujuan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang tata cara dan prosedur penetapan lokasi. Rumah Negara Rumah Negara diperuntukkan bagi pejabat di Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara yang terdiri dari Kepala Kantor dan Pejabat Struktural dibawahnya. Ketentuan luas Rumah Negara ditentukan berdasarkan jabatan pegawai, dapat dilihat pada Tabel 1. Dengan perhitungan luas teras beratap dihitung 50%, sedangkan luas teras tidak beratap dihitung 30%. Tabel 1. Ketentuan Luas Bangunan Tipe Luas Luas Jabatan Persil/Lahan | Bangunan (m2) (m2) 120 350 120 Eselon 11 70 200° 70 Eselon IIL 50 120 50 Eselon IV 36 100 36 Eselon V/Lainnya Tanah untuk Rumah Negara dapat memiliki luas melebihi luas tanah maksimum sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Ketentuan Toleransi Luas Tanah Rumah Negara No. Lokasi Rumah Negara Toleransi Maksimum 1 | Daerah Khusus Ibukota (DKI) 20% Jakarta 2__|Ibukota Provinsi 30% 3 _|Ibukota Kabupaten/Kota 40 % 4 | Pedesaan 50% Sementara ketentuan jenis dan jumlah ruangan ditentukan berdasarkan Tipe kelas Rumah Negara, dapat dilihat pada Tabel 3. ‘Tabel 3. Ketentuan Jenis dan Jumlah Ruangan Tabel 3, Ketentuan Jenis dan Jumlah Ruangan Uraian Tipe 0. 70 50 36 1 1 1 Ruang Tamu Ruang Kerja Ruang Duduk Ruang Makan Ruang Tidur Kamar Mandi/WC Dapur Gudang Garasi Ruang Tidur Pembantu Ruang Cuci Kamar Mandi Pembantu + fap fesfooles] » 1 1 ele] e |e] eH) efter ele felis Dalam hasil rancangan, penggabungan beberapa fungsi dalam satu ruang dapat dilakukan. Seperti ruang duduk yang juga berfungsi sebagai ruang makan. Untuk ruang cuci dan kamar mandi pembantu, tidak dihitung dalam luas bangunan standar. Mess Pegawai Mess diperuntukkan bagi Pegawai Bandar Udara, khususnya pegawai baru, yang belum memiliki tempat tinggal. Bangunan mess pegawai terdiri dari 2 (dua) tipe dan dipilih sesuai kebutuhan dan kondisi lahan. Secara umum, bangunan mess pegawai terdiri dari ruang tidur, kamar mandi dan pantry dengan total luas 20 m2. Perbedaan tipe satu dan tipe dua adalah dari tata letak, peruntukan ruang dapur, ruang cuci dan jemur, serta halaman parkir untuk personal atau komunal. Terkait ketentuan jenis dan jumlah ruangan pada Mess Pegawai dapat dilihat pada Tabel 4. ‘Tabel 4. Ketentuan Jenis dan Jumlah Ruangan Mess Pegawai Tipe No. Uraian 1 2 (£191,7 m2) _|_(+114,8 m2) 1,_|Teras 1 1 2._| Ruang Tidur 1 1 3._| Kamar Mandi/WC 1 1 4,_|Dapur 1 Komunal 5.__| Ruang Cuci & Jemur 1 Komunal 6.__| Halaman Parkir 1 Komunal Tipe 1 dengan total luas bangunan kurang lebih 191,7 m2 terdiri dari 6 kamar blok, yang setiap bloknya dilengkapi 1 kamar tidur, 1 kamar mandi/WC, dapur, ruang cuci/jemur dan carport. Adapun Tipe 2 dengan total uas bangunan kurang lebih 114,8 m2 terdiri dari 3 blok yang setiap bloknya dilengkapi 1 kamar tidur dan kamar mandi/WC. Dapur dan ruang cuci/jemur untuk tipe 2 ini disiapkan untuk komunal atau dipakai secara bersama. B. Gambar a) b) °) dq) a) Fleksibilitas penggunaan gambar Gambar Rumah Negara Tipe 36, 50, 70, dan 120 berikut hanya sebagai contoh dan tidak harus dijadikan acuan desain; Tata letak dan luasan tiap ruang dapat disesuaikan dengan lahan dan kebutuhan. Akan tetapi total luas, jumlah, dan jenis ruang harus sesuai dengan Tabel 2. : Gambar denah mess pegawai tipe 1 dan 2 harus sesuai dengan gambar yang telah ditetapkan. Sementara tampak bangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi desain. Jumlah unit kamar dapat ditambah/dikurangi sesuai kebutuhan. Untuk Mess yang kurang dari 5 kamar, disarankan untuk fasilitas dapur dan ruang cuci/jemur didesain untuk penggunaan secara komunal. Denah, Potongan, dan Tampak Rumah Negara Rumah Negara Tipe 120 re Ls | Once bw oan" Gambar 1 Contoh Denah Rumah Negara Tipe 120 EL POTONGAN A TYPE 1207850 KALA 1:100 oO IT tf POTONGAN 8-8 TYPE 120/850 Oana Gambar 2 Contoh Potongan Rumah Negara Tipe 120 One ee Gambar 3 Contoh Tampak Rumah Negara Tipe 120 Gambar 4 Visualisasi Contoh Rumah Negara Tipe 120 b) Rumah Negara Tipe 70 6100 3625 | 2775 a co | bells ° ecu ¢ i = Tea ‘lg g 4750 4750 L (2925 T 97 t L Gambar 5 Contoh Denah Rumah Negara Tipe 70 Oyeroncat B-B TYPE 70/200 SKALA 1:100 Gambar 6 Contoh Potongan Rumah Negara Tipe 70 >) TAMPAK DEPAN TYPE 70/200 >) skata 1:100 ‘AMPAK BELAKANG TYPE 70/200 SKALA 1:100 TT | 2600 3625 ed 12500 (D POTONGAN A-A TYPE 70/200 Gambar 7 Owain. Contoh Tampak Rumah Negara Tipe 70 Gambar 8 Visualisasi Contoh Rumah Negara Tipe 70 ) Rumah Negara Tipe 50 = aioe! mmo © © @- Gambar 9 Contoh Denah Rumah Negara Tipe 50 raLna —exruane TAMPAK DEPAN ‘SKALA 1:100 C2 MPAK BELAKANG: ‘SKALA 1:100 Gambar 10 Contoh Tampak Rumah Negara Tipe 50 POTONGAN AA Cima OmEO oz Gambar 11 Contoh Potongan Rumah Negara Tipe 50 Gambar 12 Visualisasi Contoh Rumah Negara Tipe 50 d) Rumah Negara Tipe 36 Gambar 13 Contoh Denah Rumah Negara Tipe 36 Gambar 14 Contoh Potongan Rumah Negara Tipe 36 Gambar 15 Visualisasi Contoh Rumah Negara Tipe 36 3. Denah, Potongan, dan Tampak Mess Pegawai a) Mess Pegawai Tipe 1 oz SE Gambar 17 Contoh Gambar Potongan Mess Pegawai Tipe 1 Cmracoenan Cipcsewions Cae oe manne suet Gambar 18 oe Contoh Gambar manent Tampak Mess Pegawai Tipe 1 Gambar 17 Visualisasi Contoh Mess Pegawai Tipe 1 b) Mess Pegawai Tipe 2 Gambar 19 Contoh Gambar Potongan Mess Pegawai Tipe 2 Oo FAMPAK BELAKANG Gambar 20 Contoh Gambar Tampak Melintang Mess Pegawai Tipe 2 Gambar 22 Contoh Visualisasi Mess Pegawai Tipe 2 C. Spesifikasi Bahan Bangunan Bahan bangunan harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan sistem fabrikasi. Spesifikasi teknis bahan bangunan meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Bahan Penutup Lantai a) Bahan penutup lantai menggunakan bahan teraso, keramik, papan kayu, vinyl, marmer, homogenius tile atau karpet yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya; b) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan. 2. Bahan Dinding a) Bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata tela, batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium panel GRC dan/atau aluminium; b) Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium board, particle board, dan/atau gypsum-board dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya; ©) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai jenis bahan dinding yang digunakan; 3. Bahan Langit-Langit Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup langit- langit. a) Bahan kerangka langit-langit adalah bahan yang memenuhi standar teknis, Untuk penutup langit-langit kayu lapis atau yang setara, digunakan rangka kayu klas kuat I dengan ukuran minimum: 1) 4/6 cm untuk balok pembagi dan balok penggantung; 2) 6/12 cm untuk balok rangka utama; dan 3) 5/10 cm untuk balok tepi; 4) Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan 40 mm x 20 mm lengkap dengan besi peng-gantung @8 mm dan pengikatnya b) °) ) d) Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka aluminium yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum, atau sejenis yang di disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunannya; Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi_persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan. Bahan Penutup Atap a) b) Bahan penutup atap harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI yang berlaku tentang bahan penutup atap, baik berupa atap beton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap, seng, aluminium, maupun asbes/asbes gelombang. Untuk penutup atap dari bahan beton harus diberikan lapisan kedap air (water proofing). Penggunaan bahan penutup atap disesuaikan dengan fungsi dan Klasifikasi bangunan serta kondisi daerahnya; Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atap genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran : 1) 2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beton; 2) 4/6 om atau 5/7 cm untuk kaso, dengan jarak antar kaso disesuaikan ukuran penampang kaso. Bahan kerangka penutup atap non kayu : 1)Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3,2; 2) Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x150 x 8 x 75 3) Baja ringan (light steel); 4) Beton plat tebal minimum 12 em. Bahan Kosen dan Daun Pintu/Jendela a) b) d) 9 8) Digunakan kayu kelas kuat/kelas awet Il dengan ukuran jadi minimum 5,5 cm x 1 cm dan dicat kayu atau dipelitur sesuai persyaratan standar yang berlaku; Rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3,5 cm x 10 cm, khusus untuk ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayu lapis yang dicat atau dipelitur; Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dicat kayu atau dipelitur; Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur; Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan Klasifikasi bangunannya; Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya. Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu baja BULS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran 6. Bahan Struktur a) b) Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Bahan Bangunan yang berlaku dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan SNI yang sesuai dengan bahan/ struktur konstruksi yang bersangkutan. Ketentuan penggunaan bahan bangunan dimungkinken disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI. D. Persyaratan Struktur Bangunan Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan Kelayanan (serviceability) serta SNI konstruksi bangunan gedung, yang dibuktikan dengan analisis struktur sesuai ketentuan. Spesifikasi teknis struktur bangunan secara umum meliputi ketentuan-ketentuan: 1, Struktur pondasi a) b) Struktur pondasi harus diperhitungkan mampu menjamin kinerja bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup, dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempa termasuk stabilitas lereng apabila didirikan di lokasi yang berlereng, Untuk daerah yang jenis tanahnya berpasir atau lereng dengan kemiringan di atas 15° jenis pondasinya disesuaikan dengan bentuk massa bangunan gedung untuk menghindari terjadinya likuifaksi (liquefaction) pada saat terjadi gempa; Pondasi bangunan disesuaikan dengan kondisi tanah/lahan, beban yang dipikul, dan klasifikasi bangunannya. Untuk bangunan yang dibangun di atas tanah/lahan yang kondisinya memerlukan penyelesaian pondasi secara khusus, maka kekurangan biayanya dapat diajukan secara khusus di luar biaya standar sebagai biaya pekerjaan pondasi non-standar; Untuk pondasi bangunan bertingkat pada lokasi dengan kondisi Khusus maka perhitungan pondasi harus didukung dengan penyelidikan kondisi tanah/lahan secara teliti. 2. Struktur lantai Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a) Struktur lantai kayu 1) Dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-balok anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran b) a) balok minimum 6/12 cm; 2) Balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis bahan pengawet terlebih dahulu; 3) Bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. Struktur lantai beton 1) Lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang kurangnya 5 cm, dan lantai kerja dari beton tumbuk setebal 5 cm; 2) Bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari 10 cm dan pada daerah balok (% bentang pelat) harus digunakan tulangan rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur; 3) Bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. Struktur lantai baja Tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan masih dalam batas kenyamanan. Sambungan- sambungannya harus rapat dan bagian yang tertutup harus dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi. Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan, Struktur Kolom Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Struktur kolom kayu : (a) Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm; (b) Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 2) Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata : (a) Besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 buah @ 8 mm dengan jarak sengkang maksimum 20 cm; (b) Adukan pasangan bata yang digunakan sekurang kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan IPC : 3 PS; (c) Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 3) Struktur kolom beton bertulang : (a) Kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum 15 cm diberi tulangan minimum 4 buah @ 12 mm dengan jarak sengkang maksimum 15 cm; (b) Selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm; Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 4) Struktur kolom baja : (a) Kolom baja harus mempunyai kelangsingan (A) maksimum 150; (b) Kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus mempunyai minimum 2 sumbu simetris; (©) Sambungan antara kolom baja pada bangunan bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom; (4) Sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las listrik, sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu tinggi; (e) Penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin, () Harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup; (@) Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan. 5) Struktur Dinding Geser (a) Dinding geser harus direncanakan untuk secara bersama- sama dengan struktur secara keseluruhan agar mampu memikul beban yang diperhitungkan terhadap pengaruh- pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun muatan beban sementara yang timbul akibat gempa dan angin; (b) Dinding geser mempunyai ketebalan sesuai dengan ketentuan dalam SNI. 3. Struktur Atap a) b) Umum 1) Konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan perhitungan yang dilakukan secara keilmuan/keahlian teknis yang sesuai; 2) Kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap yang akan digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran; 3) Bidang atap harus merupakan bidang yang rata, kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus Struktur rangka atap kayu 1) Ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir; 2) Rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap; 3) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. Struktur rangka atap beton bertulang Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. qd) Struktur rangka atap baja 1) Sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa baut, paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung; 2) Angka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi; 3) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan; E, Contoh Bill of Quantity 1. Rumah Negara Tipe 36 BILL OF quANTITY (200) RUMAH DNAS TIPE 36 Uren Penn Taso (79) (ne) REAR PERSTRT arson Peruri Paracagan Sowoaek ae | 720] mas 039 7a falzlal jalslal lalala 218 rela ap Ge rgn, 7 Ee Rare oO TE Pang Pen Ho utr mtbr st 025 Pangan ores bl 030 2 ala [ian Pons Pilon eae Parana = Pes Pte co Pessina One = [Pang Pog _Bsage re Roe Oo =] a Ponta an er 2500 |e aaa on = [38] 7 pcs LRT | [irae Tas ‘= | om [me gLED FH an | aan fewer ce sor [ —7a0 eS = aa [roma aor ero oa S[ 9 7 + [Pena Coss ak sins TOTO Toa ea | [Panag tt mito 58060 en le S| = 1 [ser ee | a et 2. Rumah Negara Tipe 50 BILL OF QUANTITY (80a) RUMAH DINAS TIPE 50 ‘iin Patan Targa Saar] oman ree fo (ne) 3-_Pertertan Penguin dn Porssngan Basi va | aa i JreneRanan seRUCTUR es ‘lana rama =| am Vag ra | 389 Pasrn Pn bo rs | a0 as Torsha ra | a3 Paton esig ae | a Paka peel te fae Petron or ma | 370 Petra Kl | | Petron ose va | _eaas Pete pros [ae Pela Sn wa] — 256 = [even oak Paes okt wa | ast eter eres e_[ ser Pete on =] 23] = 1 [Petes Con BOB = cea 7 — | 390 | Peep Poasargan A arg np Bs ingan 7G ore wl OT 788 aI Pang Pay a orn retabr,wbl 25 7280 Pasngn ik gveg res W830 ‘Be0| [Paterna Poraarga Pato | Pall gp 9 en ria ee SIGHT = [Pst Bia Pessngsn Pagan 12 aa 2 Paina Psi ne [>) {elele| falalel lelala| [al l>]= [3/2 le é Fis aby zai Pei ea z 20] Pin sen 2a] ————— 6. Mess Tipe 2 BILL OF QUANTITY (800) ess 12 2 [Poroesa Penge dn Porasgan Som me | aia —O[Festeiaah ans _ ms | sase [Pinan nto St Peiaaan bsg ma| aise Peter pores rae a a | are es ee ma | aa | sea m0 - az | 3187 Pasango Ho geen mw ~ =| 7 kab Panera Ap, Ses Hee Ses To =| 775 | betneanPersanps Pato Pind psn rn, aria eae OS | was | = [eteinen on “ | Paasagan Parson 6a = = = [ae Paras Pt ao A = | anes [tenon Pnsann La | Pensegen anise Sem a | 8 Parasarer Fong eh 2 [-ra| 3150 Pow abst Sr [387 =| saa fess [roc [Pasa Panesar Are a | 3000] | basen Pomosen Ar im | 2300 | Punaeangsn oo dn Senda FE [300 a [Parasangan ont dau nr TOTO 6S aE bf a0 = 1 Pasanganbakana regan 68D on, ose bf seo = + [Petaan Suen ct 200 2 Peterson neste | 20 CSc a A oss PLT. DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd NUR ISNIN ISTIARTONO Salinan sesuai dengan aslinya, /SBPALA BAGIAN HUKUM J Sy \FITREINDAH SUSILOWATI ~

You might also like