You are on page 1of 19

PERAN LPKSM (LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA

MASYARAKAT) DALAM MEMBANTU MASYARAKAT DALAM MENUNTUT HAK-


HAKNYA

MATA KULIAH : HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

DOSEN PENGAMPU : ARIYANTI , S.H., M.H., LL.M.

Disusun Oleh:

Kelompok 15

1. Atar Prasetya Adi Nugraha 21010000110


2. Romeo Novaldy 21010000125
3. Angelin Destrisya 21010000152
4. Dominique Stella Grisensia Prinsesta 21010000236
5. Ulil Fathi Rahmah 21010000286

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
2023
Bhirawa Law Journal
ISSN ONLINE; 2775-2070, ISSN CETAK; 2775-4464

Journal homepage: http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/blj/

Peran LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya


Masyarakat) Dalam Membantu Masyarakat Dalam Menuntut
Hak-Haknya
Penulis :

Dominique Stella Grisensia Prinsesta

Atar Prasetya adi Nugraha

Angelin Destrisya

Ulil fathi Rahmah

Romeo Novaldy

Ariyanti , S.H., M.H., LL.M.


Fakultas Hukum
Universitas Merdeka Malang
Jalan Terusan Dieng No. 62-64 Klojen, Pisang Candi, Kec. Sukun, Kota Malang, Jawa Timur 65146
Email : hukum@unmer.ac.id

ABSTRACT

The role of Indonesian consumer protection institutions in providing legal protection to consumers is in the
spotlight. According to Article 1 point (9), non-governmental consumer protection institutions are non-
governmental organizations registered and recognized by the government that carry out activities related to
consumer protection. The existence of a consumer protection body to a certain extent helps protect
consumers and protect goods and services, in accordance with the principle of consumer justice. The role of
institutions working in the field of consumer protection is very important, namely related to efforts to
implement consumer protection, helping consumers fight for their rights, including receiving complaints or
complaints from consumers, carrying out joint supervision with the government and the community.
regarding the implementation of consumer protection. Consumer compensation occurs in two ways, namely
through non-judicial channels and the courts. Outside of court, consumers can resolve their disputes using
alternative problem resolution with LPKSM, BPSK, the Consumer Protection Agency under the Ministry of
Trade and/or other authorized institutions. Consumers and/or LPKSM can also file a lawsuit in district court,
and have legal status determined by law. Before filing a lawsuit in court, LPKSM must have legal status and/or
mechanisms at the time of its establishment, namely a notarial deed regarding the establishment of a legal
entity engaged in consumer protection, an activity permit from the Ministry of Law and Human Rights. . and
carry out TDLPK at the local service. LPKSM's mission is to inform consumers, help consumers fight for their
rights, protect consumer rights, receive consumer complaints, protect interests, provide assistance, monitor
and cooperate with relevant consumer protection authorities.

Keywords: legal protection. Consumer protection agency

ABSTRAK

Peran lembaga perlindungan konsumen warga negara Indonesia dalam memberikan perlindungan hukum
kepada konsumen menjadi sorotan. Menurut Pasal 1 angka (9), lembaga perlindungan konsumen non-
pemerintah adalah organisasi non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen. Keberadaan badan perlindungan konsumen sampai
batas tertentu membantu melindungi konsumen dan melindungi barang dan jasa, sesuai dengan prinsip
keadilan konsumen. Peranan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen sangatlah
penting, yaitu terkait dengan upaya penyelenggaraan perlindungan konsumen, membantu konsumen
memperjuangkan hak-haknya, termasuk menerima pengaduan atau pengaduan konsumen, melakukan
pengawasan bersama dengan pemerintah dan masyarakat. tentang pelaksanaan perlindungan konsumen.
Ganti rugi konsumen terjadi melalui dua cara, yaitu melalui jalur non-yudisial dan pengadilan. Di luar
pengadilan, konsumen dapat menyelesaikan perselisihannya dengan alternatif penyelesaian masalah dengan
LPKSM, BPSK, Badan Perlindungan Konsumen di bawah Kementerian Perdagangan dan/atau lembaga lain
yang berwenang. Konsumen dan/atau LPKSM juga dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negeri, dan
mempunyai status hukum yang ditentukan oleh undang-undang. Sebelum mengajukan gugatan ke
pengadilan, LPKSM harus mempunyai status dan/atau mekanisme hukum pada saat pendiriannya, yaitu akta
notaris tentang pendirian badan hukum yang bergerak di bidang perlindungan konsumen, izin kegiatan dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan melakukan TDLPK di dinas setempat. Misi LPKSM adalah
menginformasikan konsumen, membantu konsumen memperjuangkan haknya, melindungi hak konsumen,
menerima pengaduan konsumen, melakukan perlindungan kepentingan, memberikan bantuan, memantau
dan bekerja sama dengan otoritas perlindungan konsumen terkait.

Kata Kunci : perlindungan hukum. Lembaga perlindungan konsumen

PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan perekonomian perusahaan usaha, perdagangan dan


nasional telah menimbulkan berbagai hal barang dan jasa. Makhluk Perkembangan
barang konsumsi dan/atau jasa. ini ditandai dengan adanya peredaran
pengembangan bisnis begitu cepat barang dan/atau jasa yang dipasarkan
sehingga tidak lepas dari peran dan fungsi secara bebas, baik produk dalam negeri
maupun luar negeri. Selain itu, terdapat informasi kerusakan sulit dihentikan.
faktor pendukung seperti perkembangan Pergerakan bebas barang dan/atau jasa
ilmu pengetahuan, teknologi serta dan informasi dapat menguntungkan
perkembangan komunikasi dan konsumen dengan meningkatkan pilihan
informatika yang menunjangnya dan informasi di pasar. Sebaliknya, hal ini
memperluas ruang transaksi dalam dapat memberikan dampak negatif
peredaran barang dan/atau jasa. Dampak apabila konsumen tidak melakukan hal
positif yang dirasakan konsumen adalah tersebut. Hal ini diperburuk dengan
kemudahan penggunaan menentukan tersebarnya hoax (berita palsu). Sehingga
pilihan terhadap suatu barang dan/atau membuat konsumen kebingungan.
jasa sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Perkembangan teknologi informasi
Di sisi lain, tidak menutup kemungkinan mengubah sistem perdagangan di
akan terjadi dampak negatif konsumen Internet atau dikenal E-commerce atau
melihat pergerakan barang dan/atau jasa perdagangan elektronik juga merupakan
tidak memenuhi persyaratan kesehatan produk kebebasan menggambarkan pasar
dan keselamatan konsumen. Keadaan dan saat ini.
Fenomena tersebut dapat mempengaruhi
Namun undang-undang yang mengatur
posisi pengusaha dan konsumen menjadi
hal ini belum siap. Sistem perdagangan
tidak seimbang, Fenomena
global sudah menyatu dengan kebebasan
ketidakseimbangan ini terjadi Konsumen
informasi sehingga merugikan produsen
seringkali dijadikan sasaran para
dan konsumen. Permasalahan konsumen
pemasar untuk memperoleh keuntungan
tidak hilang dari waktu ke waktu,
maksimal melalui periklanan, promosi
tampaknya lebih rumit lagi. Berbagai
dan metode penjualan dan menerapkan
bidang sosial, ekonomi, informasi,
standar yang merugikan konsumen.
teknologi dan politik jelas menyebabkan
Di era globalisasi dan teknologi informasi, perubahan model, sifat dan tingkat
hal ini langsung berubah tatanan keparahan masalah dan keluhan
ekonomi dan komunikasi di seluruh konsumen. Pasar semakin berkembang
masyarakat. saat ini barang dan/atau jasa dan terbuka sebagai akibat dari proses
dan informasi semakin bebas, bahkan mekanisme Pasar yang berkembang
adalah sesuatu yang tidak dapat dengan kualitas sebenarnya dari produk
dihindari. Seringkali ada masalah dengan yang diterima. Secara umum konsumen
aktivitas keuangan perselisihan dan tidak mengetahui dari bahan apa produk
ketidakpuasan konsumen yang timbul itu dibuat, bagaimana caranya proses
akibat barang dan/atau jasa di bawah produksi dan strategi pemasaran apa
standar memenuhi standar dan beberapa yang dipastikan distribusinya
bahkan mungkin berbahaya bagi memerlukan undang-undang yang dapat
konsumen. melindunginya. Perlindungan ini
sebenarnya membantu menyeimbangkan
Persaingan dalam dunia usaha sangat
posisi konsumen dan pengusaha.
ketat dan suasana persaingan sangat
tinggi lemahnya daya saing dan METODE
pengendalian pergerakan barang
Dalam penelitian ini, penulis
dan/atau jasa berada di pasar yang
menggunakan jenis penelitian yuridis
membuat banyak perusahaan atau dunia
empiris yaitu mengkaji ketentuan hukum
usaha mencoba menangkan perlombaan
yang berlaku serta apa yang terjadi
dengan strategi yang dikembangkan
dalam kenyataannya dalam masyarakat.
setiap orang setiap perusahaan.
Penelitian yuridis empiris adalah
Menggunakan strategi yang ditetapkan
penelitian hukum mengenai
oleh perusahaan dan dengan pemasaran
pemberlakuan atau implementasi
perusahaan untuk meningkatkan
ketentuan hukum normatif secara in
penjualan produk atau jasa perusahaan,
action pada setiap peristiwa tertentu
seringkali tidak menciptakan pengalaman
yang terjadi dalam masyarakat. Atau
bagi konsumen sengaja atau karena
dengan kata lain yaitu suatu penelitian
konsumen tidak menerima informasi
yang dilakukan terhadap keadaan
benar dan memadai ketika penawaran
sebenarnya yang terjadi dimasyarakat
produk atau jasa dibuat. Akibatnya,
dengan maksud untuk mengetahui dan
banyak konsumen yang merasa
menemukan fakta dan data yang
kepentingannya dilanggar dirugikan
dibutuhkan, setelah data terkumpul
karena merasa ditipu dengan program
kemudian menuju kepada identifikasi
diskon yang ditawarkan tidak sesuai
masalah yang pada akhirnya menuju pada Dalam usaha untuk meningkatkan
penyelesaian masalah. implementasi perlindungan
konsumen, pemerintah memberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
peluang kepada masyarakat untuk
A. Pengaturan Lembaga Perlindungan turut serta secara aktif dalam
Konsumen Swadaya Masyarakat mendukung perlindungan konsumen.
(LPKSM) di Indonesia Peran aktif dari masyarakat dapat
Perlindungan konsumen, sebagaimana diwujudkan melalui keberadaan
diamanatkan oleh Undang-Undang lembaga-lembaga yang fokus pada
Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Lembaga-
Perlindungan Konsumen (UUPK), lembaga tersebut beroperasi di bawah
mencakup segala upaya yang pengawasan Direktorat Perlindungan
bertujuan untuk menjamin kepastian Konsumen, yang merupakan bagian
hukum guna melindungi hak-hak dari Direktorat Jenderal Perdagangan
konsumen. Salah satu tanggung jawab Dalam Negeri, seperti Badan
dari Direktorat Pemberdayaan Perlindungan Konsumen Nasional
Konsumen yang terkait dengan (BPKN), Lembaga Perlindungan
pembuatan regulasi pro konsumen Konsumen Swadaya Masyarakat
adalah melalui penerbitan beberapa (LPKSM), dan Badan Penyelesaian
regulasi teknis sebagai implementasi Sengketa Konsumen (BPSK). Setiap
UUPK. Regulasi-regulasi tersebut pada lembaga memiliki tugas dan peran
dasarnya dirancang untuk melindungi masing-masing. Sebagai contoh,
konsumen dan memberikan kepastian LPKSM, yang merupakan salah satu
kepada pelaku usaha, sehingga dari lembaga-lembaga yang telah
tercipta hubungan yang seimbang dan disebutkan sebelumnya, merupakan
harmonis antara konsumen dan lembaga non-pemerintah yang diakui
pelaku usaha. Oleh karena itu, dan terdaftar oleh pemerintah, dengan
diperlukan kebijakan dan standar fokus kegiatan pada perlindungan
norma, kriteria, serta prosedur di konsumen.
bidang perlindungan konsumen. Penjelasan yang terdapat dalam Pasal
30 Undang-Undang Perlindungan
Konsumen terkait dengan bentuk dan/atau jasa, serta memperhatikan
pengawasan, terutama pada angka pencantuman label dan klausula baku,
(3), menunjukkan bahwa pengawasan termasuk pelayanan purna jual barang
terhadap barang dan jasa yang dan/atau jasa. Pelayanan purna jual
beredar di pasar dilakukan oleh yang dimaksud mencakup tindakan
masyarakat dan LPKSM. Metode yang dilakukan oleh pelaku usaha
pengawasan ini bertujuan untuk untuk memenuhi kebutuhan
memberikan perlindungan kepada konsumen, seperti ketersediaan suku
konsumen dan melibatkan kegiatan cadang dan penawaran jaminan atau
seperti penelitian, pengujian, garansi.
dan/atau survei terhadap berbagai Dalam konteks praktis, regulasi
aspek, termasuk informasi mengenai pengawasan yang dilaksanakan oleh
risiko penggunaan barang, LPKSM juga dijelaskan dalam Pasal 10
pemasangan label, pengiklanan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58
aspek lain yang diatur oleh peraturan Tahun 2001. Rinciannya adalah
perundang-undangan serta kebiasaan sebagai berikut:
dalam praktik bisnis. Dalam konteks
1. LPKSM bertanggung jawab untuk
ini, diperlukan upaya untuk
melakukan pengawasan terhadap
memberikan pemahaman dan
barang dan/atau jasa yang beredar
meningkatkan kesadaran konsumen
di pasar.
terkait hak-hak mereka.
Aturan terkait bentuk pengawasan 2. Pengawasan, sebagaimana
juga dijelaskan dalam Peraturan disebutkan pada poin (1),
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 dilakukan melalui penelitian,
tentang Pembinaan dan Pengawasan pengujian, atau survei, yang dapat
Penyelenggaraan Perlindungan dipicu oleh laporan atau
Konsumen. Menurut peraturan ini, pengaduan dari masyarakat, baik
pemerintah bertanggung jawab untuk secara individu maupun kelompok.
melakukan pengawasan terhadap
3. Aspek pengawasan mencakup
para pelaku usaha agar mematuhi
informasi terkait risiko
standar mutu produksi barang
penggunaan barang jika jenis barang serta jasa yang beragam
diperlukan, pemasangan label, di pasar serta cakupan wilayah
pengiklanan, dan elemen lain yang Indonesia yang luas.
diatur sesuai dengan peraturan
Peran Lembaga Perlindungan
perundang-undangan dan norma
Konsumen Swadaya Masyarakat Untuk
dalam praktik bisnis.
Membantu Masyarakat
4. Penelitian, pengujian, dan/atau
Indonesia merupakan Negara yang
survei tersebut, sebagaimana
memiliki penduduk dengan tingkat
dijelaskan pada poin (2),
konsumsi yang sangat tinggi, dan
difokuskan pada barang dan/atau
merupakan pasar potensial bagi
jasa yang diduga tidak memenuhi
banyak Negara. Semakin banyak
standar keamanan, kesehatan,
produk yang beredar maka semakin
kenyamanan, dan keselamatan
besar kemungkinan terjadinya konflik
konsumen, dapat dilakukan
antara pelaku ekonomi dan
sebelum atau sesudah timbulnya
konsumen.
potensi bahaya terhadap
Pemerintah melalui lembaga-lembaga
keselamatan konsumen.
yang fokus pada perlindungan
5. Hasil dari kegiatan pengawasan, konsumen bertujuan untuk
sesuai dengan poin (2), dapat memperkuat perlindungan dan
disebarluaskan kepada jaminan produk, menjamin kualitas,
masyarakat dan disampaikan kuantitas, dan keamanan barang serta
kepada menteri dan menteri teknis jasa yang diterima di pasar. Oleh
terkait. karena itu perlu adanya badan-badan
seperti Lembaga Perlindungan
Penjelasan mengenai Peraturan
Konsumen Non-Pemerintah (LPKSM),
Pemerintah ini menetapkan bahwa
yang bertugas mewakili konsumen
pengawasan perlindungan konsumen
berdasarkan Undang-Undang
menjadi tanggung jawab bersama
Perlindungan Konsumen.
antara pemerintah, LPKSM, dan
Dalam Undang-Undang Nomor 8
masyarakat, mengingat ragam dan
Tahun 1999 mengenai Perlindungan
Konsumen, pemerintah memberikan a. Mengedarkan informasi guna
dukungan terhadap eksistensi meningkatkan kesadaran akan
Lembaga Perlindungan Konsumen hak, kewajiban, dan kehati-hatian
Swadaya Masyarakat (LPKSM). Tujuan konsumen dalam mengonsumsi
dari keberadaan LPKSM ini adalah barang dan/atau jasa;
memberikan bantuan kepada b. Memberikan nasihat kepada
masyarakat agar hak-hak mereka konsumen yang
dapat terlindungi. Selain itu, lembaga membutuhkannya;
ini juga bertujuan untuk c. Berkolaborasi dengan instansi
meningkatkan kesadaran kritis terkait dalam upaya mencapai
konsumen terkait hak dan tanggung perlindungan konsumen;
jawab mereka sebagai konsumen, d. Mendukung konsumen dalam
sehingga mereka dapat melindungi mempertahankan haknya,
diri sendiri, keluarga, dan lingkungan termasuk menerima keluhan atau
sekitarnya. pengaduan dari konsumen;
Peran yang dimainkan oleh Lembaga e. Melakukan pengawasan bersama
Perlindungan Konsumen Swadaya pemerintah dan masyarakat
Masyarakat di sektor perlindungan terhadap implementasi
konsumen memegang peranan perlindungan konsumen.
penting dalam masyarakat.
Di samping itu, lembaga pengawasan
Pemerintah mengakui peran yang
dan atau instansi pemerintah memiliki
dimainkan oleh LPKSM, memberikan
tanggung jawab terkait pengawasan
kesempatan kepada lembaga tersebut
sirkulasi barang-barang dan jasa yang
untuk aktif berpartisipasi dalam
dikonsumsi oleh masyarakat seperti,
mencapai tujuan perlindungan
BPOM, DINKES, dan departemen
konsumen. LPKSM didirikan sesuai
terkait yang bertanggung jawab atas
dengan ketentuan undang-undang,
izin produksi, perdagangan, dan
diakui keberadaannya, dan memiliki
distribusi produk.
kegiatan sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 44 Undang-Undang Problematika yang muncul dengan
Perlindungan Konsumen, seperti : kehadiran LPKSM adalah kelanjutan
dari fungsi serupa yang selama ini harapan untuk menyediakan bentuk
telah dijalankan oleh lembaga- perlindungan dan advokasi yang
lembaga konsumen sebelum terintegrasi, serta memastikan akses
berlakunya UUPK. Ada pandangan yang mudah bagi semua lapisan
kehadiran LPKSM merupakan bentuk masyarakat. Oleh karena itu, penting
intervensi negara terhadap kebebasan untuk mengevaluasi sejauh mana
berserikat dan berkumpul dari efektivitasnya dan bagaimana
kelompok masyarakat, namun di sisi kinerjanya di lapangan.
lain ia diperlukan untuk memberikan
Berikut adalah laporan kinerja dari
jaminan accountability lembaga-
direktorat pemberdayaan konsumen
lembaga konsumen tersebut, sehingga
yang akan dijadikan sebagai referensi.
kehadiran LPKSM ini betul-betul
Data ini akan disaring oleh penulis
dirasakan mafaatnya oleh masyarakat.
untuk menyoroti aspek yang terkait
Hal ini disebabkan oleh masih banyak
dengan LPKSM:
produk tidak bermutu dan palsu yang
beredar bebas di masyarakat, apalagi 1. Presentase LPKSM yang aktif
masyarakat pedesaan yang belum mencapai 60,09%, sehingga
memahami efek atau indikasi dari realisasi tahun 2021 mencapai
produk barang yang digunakan, 100,15%. Dibandingkan dengan
misalkan makanan kaleng, minuman pencapaian tahun 2020 sebesar
botol, obat-obatan dan masih banyak 62,31%, terdapat sedikit
lagi. Ketidaktahuan masyarakat dapat penurunan dalam pencapaian
memberi peluang pelaku usaha atau tahun 2021.
penjual untuk membodohi
2. Tingkat pemahaman SDM LPKSM
masyarakat dengan produk yang tidak
terkait standar perlindungan
memenuhi standar.
konsumen pada tahun 2021
Sebagai lembaga yang mendapatkan mencapai 57,74%. Capaian kinerja
dukungan dari berbagai peraturan, sebesar 108,98% dari target tahun
LPKSM diharapkan oleh masyarakat 2021 yang ditetapkan sebesar
Indonesia (konsumen) sebagai 55%. Jika dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2020 memungkinkan mereka melindungi
(103.85%), terjadi peningkatan diri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
capaian pada tahun 2021.
Artikel membahas struktur dan fungsi
Secara keseluruhan, artikel ini LPKSM sesuai dengan Pasal 44
membahas peran penting Lembaga Undang-Undang Perlindungan
Perlindungan Konsumen Swadaya Konsumen, termasuk distribusi
Masyarakat (LPKSM) dalam konteks informasi, pemberian nasihat,
perlindungan konsumen di Indonesia, kolaborasi dengan instansi terkait,
sebuah negara dengan tingkat dukungan terhadap konsumen dalam
konsumsi yang tinggi dan pasar mempertahankan hak, dan
potensial bagi banyak negara. Dengan pengawasan bersama dengan
merinci Undang-Undang Nomor 8 pemerintah dan masyarakat terhadap
Tahun 1999 tentang Perlindungan implementasi perlindungan
Konsumen, artikel menyoroti upaya konsumen.
pemerintah dan lembaga terkait untuk
Problematika muncul terkait dengan
memperkuat perlindungan konsumen,
kehadiran LPKSM, di mana ada
menjaminkan kualitas, kuantitas, dan
pandangan yang melihatnya sebagai
keamanan produk, serta
intervensi negara terhadap kebebasan
meningkatkan kesadaran konsumen
berserikat masyarakat. Namun, di sisi
tentang hak dan tanggung jawab
lain, keberadaannya dianggap penting
mereka.
untuk menjamin akuntabilitas
Peran LPKSM sebagai lembaga lembaga-lembaga konsumen dan
perlindungan konsumen non- melindungi masyarakat dari produk
pemerintah diakui dalam undang- yang tidak bermutu atau palsu.
undang, dengan tujuan memberikan
Akhirnya, artikel menyampaikan
bantuan kepada masyarakat agar hak-
evaluasi kinerja LPKSM dengan
hak mereka terlindungi. Selain itu,
merinci presentase keaktifan, tingkat
LPKSM berperan dalam meningkatkan
pemahaman SDM terkait standar
kesadaran kritis konsumen,
perlindungan konsumen, dan
perbandingan capaian tahun 2021 konsumen dan pelaku usaha atau
dengan tahun sebelumnya. Meskipun melalui peradilan yangberada
terdapat penurunan kecil dalam dilingkungan peradilan umum.
keaktifan LPKSM, peningkatan tingkat
Kedua, Penyelesaian sengketa
pemahaman SDM menunjukkan upaya
konsumen dapat ditempuh
meningkatkan efektivitas lembaga ini
melaluipengadilan atau diluar
dalam melindungi konsumen. Evaluasi
pengadilan berdasarkan pilihan
ini menciptakan landasan untuk
sukarela parapihak yang bersengketa.
memahami kontribusi dan tantangan
Ketiga, Penyelesaian sengketa di
yang dihadapi oleh LPKSM dalam
luarpengadilan sebagaimana
menjalankan misinya serta
dimaksud pada ayat (2)
memberikan pandangan tentang arah
tidakmenghilangkan tanggung jawab
kebijakan yang mungkin diperlukan
pidana sebagaimana diatur
untuk memperkuat peran
dalamundnag-undang.
perlindungan konsumen di Indonesia.
Keempat, Apabila telah dipilih upaya
Contoh kasus dan Analisa
penyelesaiansengketa konsumen di
Penyelesaian Sengketa Jaminan luar pengadilan gugatan melalui
Fidusia oleh LPKSM Al-Jabbar pengadilanhanya dapat ditempuh
Sebagaimana diketahui, ketika apabila upaya tersebut dinyataan
berbicara soal konsumen dan pelaku tidak berhasiloleh salah satu pihak
usaha tidak pernah lepas dari potensi atau oleh para pihak yang
sengketa. Carapenyelesaian sengketa bersengketa.
konsumen dengan pelaku usaha,
Konsumen dapat digolongkan ke
sebagaimanadalam Pasal 45 UUPK
dalam tiga golongan, yaitu:5
yaitu:
a)Konsumen komersial (Commercial
Pertama, Setiap konsumen yang
consumer) adalah setiap orang
dirugikan dapat menggugatpelaku
yangmendapatkan barang dan/atau
usaha melalui lembaga yang bertugas
jasa yang digunakan untuk
menyelesaikan sengketa antara
memproduksi barang dan/atau jasa
lain dengan tujuan bukan badan hukum yang didirikan
mendapatkankeuntungan. b) dan berkedudukan atau melakukan
Konsumen antara (intermediate kegiatan dalam wilayah hukum negara
consumer) adalahsetiap orang yang Republik Indonesia, baik sendiri
mendapatkan barang dan/jasa yang maupun bersama sama melalui
digunakanuntuk diperdagangkan perjanjian menyelenggarakan
kembali juga dengan tujuan kegiatan usaha dalam berbagai
mencarikeuntungan. c) Konsumen kegiatan ekonomi.”
akhir (ultimate consumer/end
Pasal 1 ayat (4) UUPK yang dimaksud
user)pengguna atau pemanfaat akhir
barang adalah: “Setiap benda baik
dari suatu produk.
berwujud maupun yang tidak
Atas pengelompokan tersebut, istilah berwujud, baik bergerak maupun
konsumen dapat diartikan secara luas, yang tidak bergerak, dapat dihabiskan
yaitu semua pemakai maupun maupun tidak dapat dihabiskan, yang
pengguna barangdan/jasa untuk dapat untuk diperdagangkan, dipakai,
tujuan tertentu. Istilah konsumen dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh
sebagai definisi yuridis formal konsumen. “
ditemuan dalam Pasal 1 ayat (2) UUPK
Adapun yang dimaksud jasa pada
yang menyatakanbahwa konsumen
Pasal 1 ayat (5) UUPK mengatakan
adalah: “Setiap orang pemakai barang
bahwa jasa adalah: “Setiap layanan
dan/atau jasa yang tersedia dalam
yang berbentuk pekerjaan atau
masyarakat, baik bagi kepentingan
prestasi yang disediakan bagi
diri sendri,keluarga, orang lain mapun
masyarakat untuk dimanfaatka oleh
makhluk hidup lain dan tidak untuk
konsumen.” Adapun hak-hak
diperdagangkan.”
konsumen dalam Pasal 4 UUPK
Pasal 1 angka (3) UUPK yang mengatakan sebagai berikut:
menyatakan bahwa Pelaku Usaha
a) Hak atas kenyamanan, keamanan,
adalah: “Setiap orang perseorangan
dan keselamatan dalam
atau badan usaha, baik yang
mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
berbentuk badan hukum maupun
b) Hak untuk memilih barang ketentuan peraturan perundang-
dan/atau jasa serta mendapatkan undangan yang lainnya.
barang dan/atau jasa tersebut sesuai
LPKSM Al-JAbbar adalah lembaga non
dengan nilai tukar dan kondisi serta
pemerintah yang terdaftar dan diakui
jaminan yang dijanjikan,
keberadaannya oleh pemerintah yang
c) Hak atas informasi yang benar, mempunyai kegiatan menangani
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan perlindungan konsumen. Pemerintah
jaminan barang dan/atau jasa, mengakui pembentukan LPKSM
apabila telah memenuhi persyaratan
d) Hak untuk didengar pendapat dan
diantaranya:
keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan, 1. Terdaftar pada pemerintah
kabupaten/kota;
e) Hak untuk mendapatkan advokasi,
perlindungan, dan upaya penyelesaian 2. Bergerak dibidang perlindungan
sengketa perlindungan konsumen konsumen sebagaimana
secara patut,
tercantum dalam anggaran dasarnya;
f) Hak untuk mendapatkan pembinaan
3. Menyuarakan kepentingan
dan pendidikan konsumen,
konsumen;
g) Hak untuk diperlakukan atau
4. LPKSM memiliki hak guagat dalam
dilayani secara benar dan jujur serta
konteks litigasi kepentingan
tidak diskriminatif,
konsumen.
h) Hak untuk mendapatkan
Hak gugat tersebut dapat dilakukan
kompensasi, ganti rugi dan/atau
oleh LPKSM yang telah memenuhi
penggantian, apabila barang dan/atau
syarat, yaitu bahwa lembaga
jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perlindungan konsumen telah
perjanjian atau tidak sebagaimana
berbentuk badan hukum atau yayasan
mestinyaHak hak yang diataur dalam
yang dalam anggaran dasarnya
memuat tujuan
perlindungan konsumen. Saat dengan cara mendampingi konsumen
menjalankan tugasnya LPKSM Al- untuk menyelesaikan sengketa yang
jabbar diatur pada Pasal 44 dialami konsumen., Pendampingan itu
juga bisa dilakukan dalam bentuk
ayat (3) UUPK meliputi kegiatan:
negosiasi maupun mediasi sesuai
a) Menyebarkan informasi dalam kesepakatan para pihak. Saat
rangka meningkatkan kesadaran atas memberikan pelayanan terkait
hak dan kewajiban dan kehati-hatian dengan penanganan pengaduan
konsumen dalam mengkonsumsi permasalahan dari pihak konsumen
barang dan/atau jasa; yang datang, pihak Al- Jabbar
mengutamakan asas tolong menolong,
b) Memberikan nasihat kepada
guna memberikan pertolongan b a g i
konsumen yang memerlukannya;
pihak konsumen yang mempunyai
c) Bekerjasama dengan instansi permasalahan serta membutuhkan
terkait dalam upaya mewujudkan bantuan.
perlindungan konsumen;
Tahapan yang dilakukan LPKSM Al-
d) Membantu konsumen dalam Jabbar dalam memberikan
memperjuangkan haknya, termasuk perlindungan terhadap konsumen
menerima keluhan atau pengaduan dalam kasus di atas diawali dengan
konsumen; mengajukan surat penangguhan
kepada pelaku usaha, agar pelaku
e) Melakukan pengawasan bersama
usaha tidak langsung mengambil
pemerintah dan masyarakat terhadap
obyek jaminan, karena konsumen
pelaksanaan perlindungan konsumen.
tidak melakukan prestasinya. Menurut
LPKSM Al-Jabbar ketika menerima masyarakat, keberadaan LPKSM
pengaduan dari konsumen sudah sangat membantu, karena hak
diatur dalam Pasal 44 ayat (2) UUPK konsumen dapat diperjuangkan
bahwa LPKSM memiliki kesempatan bersama LPKSM.
untuk berperan aktif dalam
mewujudkan perlindungan konsumen,
LPKSM AlJabbar selalu membantu terhadap obyek jaminan karena tidak
konsumen apabila terjadi sengketa mempunyai kekuatan hukum tetap.
antara konsumen dengan pelaku Perwakilan pelaku usaha membawa
usaha. Ketika terjadi pengaduan ke Al- oknum polisi untuk mengambil objek
Jabbar, maka Al-Jabbar akan langsung jaminan fidusia, namun tetap tidak
menangani kasus tersebut. Lembaga bisa. Karena hal tersebut dianggap
tersebut memberikan jalan keluar sebagai utang-piutang biasa dan
semisal berupa pengbekupan obyek bukan perjanjian
jaminan, dan/atau pengajuan
fidusia, pihak Al-Jabbar dianggap telah
penagguhan terhadap obyek jaminan
melakukan penggelapan
tersebut kepada pelaku usaha.
terhadap objek jaminan fidusia.
Apabila konsumen memilih
pengbekupan, maka jaminan fidusia Meskipun demikian, objek jaminan
akan disimpan atau dititipkan di tersebut tetap tidak dapat
LPKSM. Sehingga ketika terjadi
diambil, karena dari pihak Pelaku
penyitaan terhadap jaminan fidusia
usaha tidak dapat menunjukan
oleh perwakilan pelaku usaha, mereka
sertifikat atau putusan pengadilan
akan mendatangi LPKSM untuk
bahwa objek jaminan tersebut dapat
mengambil objek jaminan., Pasa
kesempatan tersebut, LPKSM akan dieksekusi karena konsumen tidak
melakuan negosiasi terkait sengketa dapat melakukan prestasinya.
tersebut. Pihak LPKSM akan meminta
sertifikat fidusia atau putusan
eksekutorial pengadilan terhadap KESIMPULAN

obyek jaminan tersebut. Apabila


Secara keseluruhan, dapat disimpulkan
pelaku usaha tidak dapat menunjukan
bahwa artikel ini menggambarkan secara
sertifikat atau putusan pengadilan,
rinci dan komprehensif tentang kerangka
maka leasing tidak dapat melakukan
hukum serta mekanisme pengawasan
eksekusi
yang telah ditetapkan di Indonesia untuk
melindungi hak-hak konsumen. Dengan
merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 barang dan jasa di pasar, termasuk risiko
Tahun 1999 tentang Perlindungan penggunaan, pemasangan label,
Konsumen, artikel ini menguraikan peran pengiklanan, dan elemen lain yang diatur
sentral Direktorat Pemberdayaan oleh peraturan perundang-undangan,
Konsumen dalam membentuk regulasi menunjukkan komitmen untuk
pro konsumen sebagai implementasi memastikan bahwa konsumen
konkret dari UUPK. mendapatkan produk dan layanan yang
aman, berkualitas, dan sesuai dengan
Artikel tersebut menyoroti pentingnya
harapan mereka.
keberadaan lembaga-lembaga yang
berfokus pada perlindungan konsumen, Dengan merinci isi Undang-Undang
seperti Badan Perlindungan Konsumen Perlindungan Konsumen dan peraturan
Nasional (BPKN), Lembaga Perlindungan turunannya, artikel ini tidak hanya
Konsumen Swadaya Masyarakat memberikan gambaran tentang norma-
(LPKSM), dan Badan Penyelesaian norma yang harus diikuti oleh pelaku
Sengketa Konsumen (BPSK), yang usaha, tetapi juga menyoroti kolaborasi
semuanya beroperasi di bawah dan tanggung jawab bersama antara
pengawasan Direktorat Perlindungan pemerintah, lembaga perlindungan
Konsumen. Adanya keterlibatan konsumen, dan masyarakat dalam
masyarakat dalam mendukung menciptakan lingkungan ekonomi yang
perlindungan konsumen juga ditekankan adil dan beretika. Dengan demikian,
sebagai bagian integral dari sistem ini. artikel ini bukan hanya sebuah eksposisi
hukum, melainkan juga suatu panggilan
untuk partisipasi aktif dalam upaya
Pentingnya kesadaran konsumen bersama menjaga hak-hak konsumen di
terhadap hak-hak mereka, sebagaimana tengah dinamika pasar dan
dijelaskan dalam artikel, menandai perkembangan teknologi.
langkah signifikan menuju implementasi
DAFTAR PUSTAKA
yang efektif dari undang-undang tersebut.
Penekanan pada peran LPKSM dalam A. Jurnal
melakukan pengawasan praktis terhadap
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo,
Hukum Perlindungan Konsumen,
(Jakarta, 2004), hal. 189.
Luthvi Febryka Nola, Advokasi Hukum
oleh Lembaga Perlindungan
Konsumen Swadaya Masyarakat.
Nadhira, Marsha Azhar, Sapto
Hermawan, and Rosita
Candrakirana. "TINJAUAN YURIDIS
LEGALITAS LEMBAGA
PERLINDUNGAN KONSUMEN
SWADAYA MASYARAKAT (LPKSM)
SERTA PERANNYA DALAM
MELINDUNGI KONSUMEN DI
INDONESIA." Gloria Justitia 3.1
(2023): 27-44.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.
Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2001 Tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan
Perlindungan Konsumen

You might also like