Professional Documents
Culture Documents
Makalah Kep Darurat Kel 01 Ns. Maria
Makalah Kep Darurat Kel 01 Ns. Maria
Makalah Kep Darurat Kel 01 Ns. Maria
OLEH KELOMPOK I
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
A. Latar Belakang
akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang sudah timbul
sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya
malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskular.
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian
langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu
perdarahan (25 %, biasa perdarahan pascapersalinan), sepsis (15 %),
hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %), komplikasi
aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebab lain (8 %).
Mengenal kasus gawatdarurat obstetri secara dini sangat penting agar
pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Dalam menangani
kasus gawatdarurat, penentuan permasalahan utama (diagnosis) dan
tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, cermat, dan
terarah. Dengan diagnosis yang tepat maka penatalaksanaan yang
dilakukan juga dapat tepat mengenai sasaran, hal ini dapat memprkecil
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip dasar penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui prinsip dasar penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan
pertimbangan sebagai berikut:
A. Prinsip Dasar
Kasus kegawatdarurat obstetri ialah kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan
kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Dari sisi obstetri empat
penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir ialah (1)
perdarahan; (2) infeksi dan sepsis; (3) hipertensi dan
preeklampsia/eklampsia, serta (4) persalinan macet ( distosia).
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung,
sedangkan ketiga penyakit yang lain dapat terjadi dalam kehamilan,
persalinan, dan dalam masa nifas. Yang dimaksudkan dengan kasus
perdarahan disini termasuk kasus perdarahan yang diakibatkan oleh
perlukaan jalan lahir mencakup juga kasus ruptura uteri. Selain keempat
penyebab kematian utama tersebut, masih banyak jenis kasus
gawatdarurat obstetri baik yang terkait langsung dengan kehamian dan
persalinan, misalnya emboli air ketuban, maupun yang tidak terkait
langsung dengan kehamilan dan persalinan, misalnya luka bakar, syok
anafilaktik karena obat, dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas.
B. Penilaian Awal
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah dalam
keadaan gawatdarurat atau tidak, secara prinsip harus dilakukan
pemeriksaan secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
umum, dan pemeriksaan obstetrik. Dalam praktik, oleh karena
pemeriksaan sistematis yang lengkap membutuhkan waktu agak lama,
padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukan
penilaian awal.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan
cepat kasus obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan
membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyulit
(komplikasi) yang dihadapi. Dalam penilaian awal ini, anamnesis
lengkap belum dilakukan. Anamnesis awal dilakukan bersama-sama
periksa pandang, periksa raba, dan penilaian tanda vital dan hanya
untuk mendapatkan informasi yang sangat penting berkaitan dengan
kasus. Misalnya, apakah kasus mengalami perdarahan, demam, tidak
sadar, kejang, sudah mengejan atau bersalin berapa lama, dan
sebagainya. Fokus utama penilaian adalah apakah pasien mengalami
syok hipovolemik, syok septik, syok jenis lain (syok kardiogenik, syok
neurologik, dan sebagainya), koma, kejang-kejang, atau koma disertai
kejang- kejang dan hal itu terjadi dalam kehamilan, persalinan,
pascasalin, atau masa nifas. Syok
g. Riwayat pembedahan
h. Riwayat alergi terhadap obat
2. Pemeriksaan fisik umum:
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
2) Jumlah janin
3) Letak janin
4) Presentasi janin dan turunnya presentasi (tangan, tali pusat, dan lain-lain)
4. Pemeriksaan panggul:
1. Klasifikasi Perdarahan
Tabel 2.1: Klasifikasi Perdarahan
• Hipotensi berat
40-45 • Hanya nadi karotis yang teraba
%
• Syok ireversibel
(Sang
at
berat)
Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi
adanya syok yang ringan dapat diketahui dengan “tilt test“ yaitu bila
pasien didudukkan terjadi hipotensi dan/atau takikardia, sedangkan dalam
keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih normal.
2. Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap
perdarahan 500-1000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh
karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskular dan hematologic selama
kehamilan, jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul fase-fase syok
sebagai berikut:
a. Fase Kompensasi
b. Fase Dekompensasi
1) Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena
faktor-faktor yang ada.
2) Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok di atas
3) Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan
cepat tanpa meninggalkan efek samping.
c. Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang adekuat menyebabkan hipoksia jaringan
yang lama dan kematian jaringan dengan akibat berikut.
1) Asidosis metabolik : disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi
karena kekurangan oksigen.
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain
sebagai berikut:
a. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan.
d. Pasang 2 set infus atau lebih untuk transfuse, cairan infus dan obat-
obat I.V. bagi pasien yang
1) Analgesik: morfin 10-15 mg I.V. jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan
atau gelisah.
2) Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg I.V. pelan-
pelan. Cara kerjanya masih controversial: dapat menurunkan resistensi
perifer dan meningkatkan kerja jantung dan meningkatkan perfusi
jaringan.
3) Sodium bikarbonat: 100 mEq I.V. jika terdapat asidosis.
3) Tekanan darah
4) Produksi urine
4. Komplikasi
Syok yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan
diberbagai organ sehingga tidak dapat terjadi seperti komplikasi-
komplikasi seperti gagal ginjal akut, nekrosis, hipofise (sindroma
Sheehan), dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC).
5. Mortalitas
Perdarahan 500 ml pada partus spontan dan 1000 ml pada
seksio sesarea pada umumnya masih dapat ditoleransi. Perdarahan
karena trauma dapat menyebabkan kematian ibu dalam kehamilan
sebanyak 6-7 % dan solusio plasenta 1-5 %. Di USA perdarahan
obstetric menyebabkan angka kematian ibu (AKI) sebanyak 13,4 %.
a. Mola Hidatidosa
Yang dimaksud dengan mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah
dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1
atau 2 cm.
Gambaran hitopatologik yang khas dari mola hidatidosa adalah
edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/ degenerasi
hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas.
2) Diagnosis
4) Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi,
payah jantung, atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian karena
mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di Negara berkembang masih
cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian dari
pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya
dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Presentase
keganasan yang dilaporkan oleh berbagai klinik sangat berbeda-
berbeda, berkisar antara 5,56%. Bila terjadi keganasan, maka
pengelolaan secara khusus pada divisi Onkologi Ginekologi.
b. Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium kavum
uteri. Lebih dari 95 % kehamilan ektopik berada di saluran telur (Tuba
Fallopii). Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi
menjadi 5 berikut ini.
• Kehamilan tuba, meliputi > 95 % yang terdiri atas:
Pars ampularis (55 %), pars ismika (25 %), pars fimbriae (17 %), dan
pars interstisialis (2 %).
• Kehamilan ektopik lain (<5 %) antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium, atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semula merupakan
kehamilan tuba yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari
ostium tuba pars abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian
embrio/buah kehamilannya mengalami reimplantasi di kavum abdomen,
misalnya di mesenterium/mesovarium atau di imentum.
• Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit.
•
Kehamilan heterotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin
berada di kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan
ektopik. Kejadian sekitar satu per 15.000 ‐ 40.000
kehamilan.
`. Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut
abortus provokatus. Abortus provokatus ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
abortus provokatus medisinalis, dan abortus provokatus kriminalis. Disebut
medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan
ibu. Di sini pertimbangan dilakukan oleh minimal tiga dokter spesialis
yaitu
spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis Penyakit Dalam, dan
Spesialis Jiwa. Bila perlu dapat pertimbangan oleh tokoh agama terkait.
Setelah dilakukan terminasi kehamilan, harus diperhatikan agar ibu dan
suaminya tidak terkena trauma psikis di kemudian hari.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.
Abortus spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit
memberikan tanda dan gejala sehingga biasanya ibu tidak melapor atau
berobat. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui, 15-20 %
merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5 % dari
pasangan yang mencoba hamil akan mengalami 2 keguguran yang
berurutan, dan sekitar 1 % dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran yang berurutan.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20 % dari semua
kehamilan. Jika dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa
mendekati 50 %. Hal ini dikarenakan tingginya angka chemical
pregnancy loss yang tidak bisa diketahui pada 2 - 4 minggu setelah
konsepsi. Sebagian besar kegagalan kehamilan ini dikarenakan
kegagalan gamet (misalnya sperma disfungsi oosit). Pada 1988
Wilcox dan kawan-kawan melakukan studi terhadap 221 perempuan
yang diikuti selama 707 siklus haid total. Didapatkan total 198
kehamilan, dimana 43 (22 %) mengalami abortus sebelum saat haid
berikutnya.
Abortus habitualis adalah abortus yang terjadi berulang tiga kali secara
berturut-turut.
b. Abortus incipiens: abortus ini telah terjadi dan tidak dapat dicegah
lagi.abortus ini terjadi kompilasi ada yang membuka serviks atau
ketuban pecah diperbaiki perdarahan dan pemulihan pada bagian perut
bawah atau pada punggung.
1. Abortus komplet
2. Abortus inkompli = et
3. Abortus incipiens
a. perdarahan banyak
4. Abortus iminiens
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit
sekali, kram perut bawah dan utherus lunak
d. Serviks Tertutup
F. KOMPLIKASI
a. Perdarah perforasi sering terjadi selama dilatasi dan
kuretasi dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan
atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh
perdarahan yang lebih banyak disebut syok hemorogik, dan
obat berat atau sepsis disebuyt septik, penggunaan dan
tetanus, payah ginjal
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik:
H. PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminiens:
2. abortus insipiens
3. Abortus inkomplet
A. Pengkajian
b. Pemeriksaaan uteri
c. Pemeriksan dalam
1. Servik ditutup
4. Konsistensinya melunak
d. Kaji TTV
1. TD normal
2. Nadi normal
3. Pernafasan normal
4. Suhu normal.
e. Pengkajian psikologi
1. Cemas psikologi
2. Gelisah
3. Koping individu
5. Mual
6. Muntah
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Kesimpulan
Kasus kegawatdarurat obstetri menjadi penyebab utama
kematian ibu, janin, dan bayi baru lahir. Penilaian awal ialah
langkah pertama untuk menentukan dengan cepat kasus
obstetri yang dicurigai dalam keadaan gawatdarurat dan
membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi
penyulit (komplikasi) yang dihadapi. Pemeriksaan klinik
lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan
pemeriksaan obstetri termasuk pemeriksaan panggul.
Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh
perdarahan yang banyak yang dapat disebabkan oleh
perdarahan antepartum, inpartu, dan perdarahan
pascapersalinan. Gejala klinik syok hemoragik bergantung
pada jumlah perdarahan yang terjadi. Dengan penegakan
diagnosis
B. Saran
Mahasiswi harus dapat melatih diri untuk dapat melakukan
penilaian awal dan penilaian klinik untuk menentukan suatu
kegawatdaruratan obstetri. Selain itu, mahasiswi harus benar-
benar mengetahui klasifikasi dari kasus gawatdarurat pada
kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Mahasiswi diharapkan
dapat menerapkan penatalaksanaan gawatdaruratan
perdarahan pada obstetri baik dalam kehamiFrlan, persalinan,
dan masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA