You are on page 1of 25
MAKALAH HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA, “Tata Cara Perkawinan dan Memahami Praktek di Masyarakat” Dosen Pengampu: Prof. Dr. Elimartati, M.Ag Disusun Oleh Kelompok 3: Della Puspita 2130201020 Gita Ami Putri 2140201031 PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH, FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR 2023 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur senantiasa tercurah atas kehadirat Allah SWT. Yang telah ‘melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan ‘makalah ini sebagai tugas mata kuliah Hukum Perdata Islam di Indonesia. Sholawat limpahkan kepada Baginda Rasul Nabi Muhammad SAW. Yang telah meninggalkan dua buah pusaka yakni Al-Quran dan Sunnah sebagai pegangan hidup beriringan salam kit bagi umat seluruh alam. Terima kasih kepada dosen pengampu dan rekan-rekan serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga kami bisa menyelesaikan tepat pada waktunya, Dalam pembuatan makalah ini kami sudah berusaha sebaik mungkin namun, kami menyadari masih ada kekurangan-kekurangan yang masih harus diperbai Oleh sebab itu, kami mengharapkan kepada rekan-rekan untuk memberikan gagasan maupun idenya untuk kesempurnaan makalah kami ini, Demikian makalah ini ‘kami buat semoga bisa bermanfaat untuk kita semua, Batusangkar, 30 September 2023 Penulis, DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah. C. Tujuan BAB Il PEMBAHASAN 1, Hukum dan Tata Cara Peminangan 2. Talik Talak dan Perjanjian Perkawinan 3, Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan. B. Saran. DAFTAR PUSTAKA el 19 7) BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan yang terjadi antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan menimbulkan akibat lahir maupun bathin baik terhadap keluarga masing-masing masyarakat dan juga dengan harta kekayaan yang diperoleh diantara mereka baik sebelum maupun selamanya perkawinan berlangsung. ‘Tata cara perkawinan di Indonesia tergolong beragam antara satu sama lain oleh karena itu, di Indonesia mengakui adanya bermacam-macam agama dan kepercayaan, yang tata caranya berbeda, Hal yang demikian dimungkinkan dalam Negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila yang dengan tegas mengakui adanya prinsip kebebasan beragama, Berdasarkan penjelasan umum UU perkawinan, mengenai pencatatan perkawinan, pencatatan Kelahiran, pencatatan kematian merupakan suatu peristiwa penting bukan suatu peristiwa hukum, Tata cara perkawinan diatur dalam peraturan pelaksanaan UU Perkawinan yaitu peraturan pemerintah No.9 Tahun 1975, Dalam peraturan pemerintah mengenai tatacara perkawinan diatur dalam pasal 10 ayat (2) menyebutkan “Tatacara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu". Pada ayat (3) disebutkan, “Dengan ‘mengindahkan tatacara pekawinan menurut hukum agama masing-masing dan kepercayaan itu, perkawinan dilaksanakan dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi”. B, Rumusan Masalah Berdasarkan Jatar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah- ‘masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya: 1. Jelaskan hukum dan tata cara peminangan? 2. Jelaskan taklik talak dan perjanjian perkawinan? 3, Jelaskan pencegahan dan pembatalan perkawinan? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya: 1. Untuk mengetahui hukum tata cara peminangan, 2. Untuk mengetahui taklik talak dan perjanjian perkawinan. 3. Untuk mengetahui pencegahan dan pembatalan perkawinan, BABIL PEMBAHASAN 1. Hukum dan Tata Cara Peminangan Peminangan atau disebut juga dengan khitbah mempunyai arti yaitu Upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita dan meminta kepada seorang wanita tersebut untuk menjadi istrinya, Khirbah merupakan pemyataan yang jelas atas keinginan menikah, dan merupakan langkah-langkah menuju pernikahan meski pun khirbah tidak berurutan dengan mengikuti ketetapan yang merupakan dasar dalam jalan penetapan dan oleh Karena itu, seharusnya dijelaskan dengan keinginan yang benar dan Kerelaan penglihatan. Islam menjadikan kitbah sebagai perantara untuk mengetahui sifat-sifat orang yang dicintai’, Sayyid Sabiq menerangkan bahwa khithah adalah upaya untuk menuju perkawinan dengan cara yang umum berlaku dimasyarakat. Khithah merupakan pendahuluan dari perkawinan dan Allah telah mensyariatkan kepada pasangan yang, akan menikah untuk saling mengenal?, Peminangan sangat dianjurkan agar kedua mempelai dapat saling mengenal satu sama lain, Ini berarti Peminangan lebih banyak manfaat daripada mudharatnya. Semua hal tentang kehidupan telah diatur secara jelas baik dalam Al-Qur’an maupun, Hadist begitu juga berbagai hal tentang Peminangan, Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Bagarah ayat 235 Kise Salis SE yagi Ys o jet bo ty ade ta Bie ¢ OR 8 AS Yh AGE UV he Caste BY Esky Sas ei AS oR aI AE ly 55k WR ya Absa Y ae ya sh Artinya : Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu, Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. * Ali Yusuf As-subki, Fig Kefuarga, AmeahJakarta,2010.hal.66, 2 Sayyid Sabig. Figh Sunnah,juc 2. Dar al-Fikr, cet ke-1. Beirut, 2006 hal.462 dan janganlah kamu ber azam (bertetap hati) untuk beragad nikah, sebelum habis iddahnya, Dan ketahuilah bahwasannya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun Jagi maha Penyantun” Mayoritas Ulama menyatakan bahwa Peminangan tidak wajib. Namun merupakan pendahuluan yang hampir pasti dilakukan. Karena didalamnya terdapat pesan moral dan tata krama untuk mengawali renca id membangun rumah tangga yang diharapkan sakinah, mawaddah wa rahmah?, Laki-laki yang hendak ‘meminang wanita dibolehkan untuk melihat kepada hal-hal yang telah umum dan ‘memang diperbolehkan untuk dilihat. Ini bisa dilakukan tanpa sepengetahuan calon ‘mempelai perempuan dan tanpa berkhalwat atau berduaan saja dengan wanita tersebut, juga harus disertai dengan muhrimnya*, Hadits menetapkan boleh melihat perempuan yang dipinang namun ada batas- batas yang boleh dilihat. Jumhur ulama menetapkan yang boleh dilihat adalah wajah dan kedua telapak tangan yang merupakan batasan aurat bagi perempuan. Alasan melihat wajah karena dapat melihat kecantikannya sedangkan dengan melihat telapak tangannya dapat diketahui kesuburan badannya, Sedangkan ‘menurut pendapat Al Awza"iy berpendapat boleh melihat bagian-bagian yang berdaging, menurut Daud Zhahiri boleh melihat semua badan Karena Hadits Nabi tidak menyebutkan batas-batasannya. Adapun waktu diperbolehkan melihat perempuan itu hanya pada saat Peminangan saja. Permasalahan khitbah disinggung bersamaan dengan iddah wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, Dalam hal ini seorang wanita yang sedang dalam ‘masa iddah wafat maupun iddah talak diharamkan untuk melakukan akad pemikahan’, Lalu, bagaimanakah jika wanita sedang dalam masa Iddah menerima pinangan, Dari sinilah kemudian muncul pembahasan mengenai hukum Peminangan. 3 Ahmad Rati, Hukwm Perdata Islam Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada. Jakart.2013,hal 80 4 Saleh AL-Fauzan, Figh Sehari-hari, Gema Ynsani Jakarta 2006 hal 645 = Muhammad Ali Al-sabuniy, Rawal Al-Bayan ar-zafsir ayar al-ahkam min al-qur‘an, cet ke-1, Darul Kutu Istamiyah, Beirut, 2001,hal.295 Ali al-sabuniy mencoba menjelaskan hukum khithah dalam Tafsir Ayat al- Ahkamnya dengan membagi kedalam 3 bagian : Pertama, hukum wanita yang boleh di hitbah yaitu wanita yang tidak sedang terikat dalam perkawinan dengan pengecualian tidak di Khithah orang lain. Kedua, hukum wanita yang tidak boleh di khithah; yaitu wanita yang sedang dalam ikatan perkawinan. Ketiga, hukum wanita yang boleh di khitbah; yaitu wanita yang sedang dalam masa iddah. Meskipun peminangan atau khitbah banyak disinggung dalam al-Qur’an ‘maupun hadits Rasulullah SAW, akan tetapi tidak ditemukan secara jelas perintah ataupun larangan untuk melakukan khithah. Oleh karenanya tidak ada ulama yang ‘menghukumi khitbah sebagai sesuatu yang wajib. Dengan demikian, hukumnya dikembalikan pada kaidah figh “al-Aslu fi al-Asy'yal al-Ibahah, hatta Yadulla al- Dalilu ‘ala al- Tahrim” dalam arti bukumnya mubabt. Meminang dihukum sunnah apabila pria yang akan meminang termasuk pria yang sunnah untuk menikah, makruh apabila pria yang akan meminang makruh untuk menikah, dikarenakan hukum sarana mengikuti hukum tujuan. Khithah wukumi haram apabila meminang wanita yang sudah menikah, meminang wanita yang ditalak raj’i sebelum habis masa iddahnya, dan peminangan yang dilakukan oleh lelaki yang telah memiliki empat istri. Khithah menjadi wajib bagi orang yang Khawatir dirinya terjerumus dalam perzinaan jika tidak segera meminang dan menikah. Sedangkan khitbah dihukumi mubah jika wanita yang dipinang kosong dari pernikahan serta tidak ada halangan hukum untuk melamar’ (Cara peminangan dapat dilakukan langsung oleh orang yang berkeinginan untuk menikah, atau dapat juga dilakukan dengan perantara orang yang dapat dipercaya, sebagaimana yang disebutkan pasal 1] KHI. Peminangan dapat yah). dilakukan secara teranga-terangan (sarin) dan dapat juga dengan sindiran (ki Kompilasi Hukum Islam Pasal 12 mengatur tentang perempuan yang boleh inang dan yang dilarang dipinang. Peminangan dapat dilakukan kepada perempuan yang gadis atau janda yang telah habis masa iddahnya, Sedangkan Jalaludin Abd Rahman Al-Suyuti Alsyabh wa al-nacair: fil al furw’, Haramain, Surabaya, 2008;hal-44 Nada Abu Ahmad, Kode Erik Melamar Caton Istri, Bagaimana Proses Meminang Secara Islami, Tet. Nila Nur Fajariyah, al-Khitbah Ahkam wa Adab, Kiswah Media, Solo, 2010, him, 15 perempuan yang dilarang untuk dipinang adalah yang sedang dipinang oleh laki- Jaki lain dan pinangan itu belum diputuskan atau belum ada penolakan dari pihak perempuan. Perempuan yang ditalak suaminya masih menjalankan iddah raj°i dilarang dipinang oleh laki-laki lain, Karena perempuan dalam iddah raj’ itu masih terikat dalam ikatan perkawinan, artinya suaminya bisa rujuk dalam masa iddah itu’, Peminangan ini bisa dilakukan oleh pihak laki-laki atau diwakilkan, Dalam islam ada empat (4) cara proses melamar seseorang diantaranya: a. Melihat calon secara langsung. Baiknya dengan cara mendatangi rumahnya, bukan mengajaknya ketempat yang sepi, melihat dalam pada waktu itu adalah melihat kepada apa-apa yang bisa membuat dia tertarik untuk ‘menikahinya atau sebaliknya ketika dia melihat calonnya dan mendapati ada sesuatu yang tidak dia senangi darinya maka ia boleh membatalkan Jamaran nya. Sebagaimana hadist nabi OE Ask Oy oll Ge ale Gy IS Ge pale Lhe dyles gi Was DEY cals Ugal} Ss gash plea y ile dl gles dil J gaey ogl ld sl yall Cusbas Wd aw ool Gos! al Gall Ske Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu awiyah telah menceritakan kepada kami Ashim dari Bakr bin Abdullah dari Mughirah bin Syu’bah ia berkata, saya meminang seorang wanita raslullah. Lalu bertanya kepadaku : Apakah kamu telah melihatnya?, saya menjawab, belum, lalu beliau bersabda: Lihatlah ia karena ite akan lebih ‘memantapkan kalian berdua, b. Tidak melamar wanita yang telah dilamar laki-laki lain, Hal tersebut dilarang langsung oleh Rasulullah terdapat dalam hadist yang menjelaskan bahwa : * Elimartai, Bunga Rampai Perkawinan Di Indonesia, STAIN Batusangkar Press, Batusangkar.2014,hal 17 see Ce AY Ce Line Gy Cb La YE eee gl Ge dae glee Ge ella Ua. ce aN ah V ply tle al ghee atl Spey JE Bs ol Ge Baska ow agai ibs Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar dan Sahl bin Abu sahl keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami sufyan bin uyainah dari az-cubri dari sa'id ibnu mughirah dari abu hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: janganlah seorang laki-laki meminang pinangan saudaranya. c, Tidak mengumumkan lamaran tersebut ke banyak orang, karena yang patut diberitakan adalah kabar pernikahan, bukan Jamaran, Sebagian ulama menganjurkan untuk menyembunyikan lamaran tersebut karena khawatir adanya sifat hasad atau iri hati pada orang lain yang mencoba merusak hubungan antara seseorang dan keluarga pinangannya. 4. Wanita yang akan dilamar bebas dari mawani (pencegah) dari sebuah pernikahan, Misalnya wanita tersebut bukan adik kandung atau bukan ‘wanita yang masih dalam masa iddah’, 2. Taklik Talak dan Perjanjian Perkawinan Perjanjian perkawinan merupakan istilah yang diambilkan dari judul Bab V Undang-Undang Nomor I Tahun 1974, berisikan satu pasal, yaitu pasal 29, Pengertian dari perjanjian perkawinan tidak diperoleh penjelasan, yang ada hanya pengaturan kapan perjanjian kawin itu dibuat, mengatur keabsahan, saat berlakunya, dan dapat diubahnya perjanjian itu, Perjanjian perkawinan merupakan perjanjian atau persetujuan yang dibuat oleh calon suami istri, sebelum atau pada saat perkawinan ® Simi Adawiya, Empar cara melamar perempuan sesui suinah rasulllah, Artikel Bincang Muslimah Jakarta.2023 dilangsungkan untuk mengatur akibat-akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka" Perjanjian Perkawinan tidak hanya sebatas memperjanjikan masalah keuangan atau harta, ada hal lain yang juga penting diperjanjikan, misalnya kejahatan rumah tangga, memperjanjikan salah satu pihak untuk tetap berkarir meski sudah menikah dan lain sebagainya'', Undang-Undang Perkawinan No, I Tahun 1974 pasal 29, menjelaskan: a, Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atau persetujuan bersama dapat mengadakan perja tertulis yang disahkan oleh Pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut. b, Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar batas-batas hukum, agama dan kesusitaan. c. Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan d, Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat diubah, kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan perubahan tidak merugikan pihak ketiga’. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam Pasal 47 menyatakan : “Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua calon ‘mempelai dapat membuat perjanjian tertulis yang disahkan pegawai pencatat nikah mengenai kedudukan harta dalam perkawinan a. Perjanjian tersebut dalam ayat 1 dapat meliputi percampuran harta pribadi dan pemisahan harta pencaharian masing-masing sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan agama islam. * Soetojo Prawirohanidjojo, Pluralisme dalam perundang-undangan perkawinan di indonesia, Airlangga University Press, Surabaya,1986, hal 57 " Hanafi Arief, Perjanjian Dalam Perkawinan (sebuah telaah terhadap hukum positif di indonesia), Jurnal Hokum AFAGL, volIX Nomor 2, Agustus 2017. hal. 154 "= Departement agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta,2001, hal.138 b. Disamping ketentuan dalam ayat I dan 2, boleh juga isi perjanjian itu menetapkan kewenangan masing-masing untuk mengadakan ikatan hipotik atas harta pribadi dan harta bersama atau harta syarikat!? Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawir jan pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, dengan persetujuan bersama, Perjanjian itu tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, dan isinya dapat diberlakukan terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga terkait dengan is perjanjian. Penjelasan Pasal 29 UU No: | tahun 1974 menyatakan bahwa perjanjian dalam. pasal ini tidak termasuk taklik talak. Tetapi dalam peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975 Pasal 11 menyebutkan taklik talak disebut dengan istilah perjanjian, ayat (2) berbunyi "perjanjian yang berupa taklik talak dianggap sah kalau perjanjian itu diucapkan dan di tanda tangani oleh suami setetah akad nikah dilangsungkan Dalam hal ini KHI menguatkan apa yang dijelaskan dalam keputusan Menteri Agama tersebut di atas, Kompilasi Hukum Islam Pasal 45 menyebutkan kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian perkawinan dalam bentuk taklik talak dan perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam. Pasal 46 menjelaskan: 1. Isitaklik talak tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam. 2. Apabila keadaan yang disyaratkan dalam taklik talak betul-betul terjadi kemudian, tidak dengan sendirinya talak jatuh, Supaya talak sungguh-sungguh jatuh, istri harus mengajukan persoalannya ke Pengadilan Agama. 3. Perjanjian taklik talak bukan suatu perjanjian yang wajib diadakan pada setiap perkawinan, akan tetapi sekali taklik talak sudah diperjanjikan tidak dapat dicabut kembali. "9 Departement agama RI, Himpunan peraturan perundang-undangan dalam lingkup peradilam agama, Insiruksi Presiden No.1 tahun 1991 tentang Kompitasi Hukwm Isla, Sakarta.2001,hal.328 Pasal 47 menjelaskan tatacara membuat perjanjian perkawinan sebagai berikut: 1. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua calon mempelai dapat membuat perjanjian tertulis yang disahkan Pegawai Pencatat Nikah ‘mengenai kedudukan harta dalam perkawinan, 2. Perjanjian tersebut pada Ayat (1) dapat meliputi percampuran harta pribadi dan pemisahan harta pencaharian masing-masing sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan hukum Islam, 3. Di samping ketentuan dalam Ayat (1) dan (2) di atas, boleh juga isi perjanjian itu menetapkan kewenangan masing-masing untuk mengadakan ikatan hipotek atas harta pribadi dan harta bersama atau harta syarikat. Sedangkan Pasal 48 mengatur tentang ketentuan perjanjian_perkawinan sebagai berikut: 1. Apabila dibuat perjanjian perkawinan mengenai pemisahan harta bersama atau harta syarikat, maka perjanjian tersebut tidak boleh menghilangkan kewajiban suami untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 2. Apabila dibuat perjanjian perkawinan tidak memenuhi ketentuan tersebut pada Ayat (1) dianggap tetap terjadi pemisahan harta bersama atau harta syarikat dengan kewajiban suami menangeung biaya kebutuhan rumah tangga. Hal-hal yang menjadi isi dari perjanjian dijelaskan dalam Pasal 49: 1.) Perjanjian percampuran harta pribadi dapat meliputi semua harta, baik yang dibawa masing-masing ke dalam perkawinan maupun yang diperoleh masingmasing selama perkawinan. 2.) Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pada Ayat (1) dapat juga diperjanjikan bahwa percampuran harta pribadi hanya terbatas pada harta pribadi yang dibawa pada saat perkawinan dilangsungkan, sehingga percampuran ini tidak meliputi harta pribadi yang diperoleh selama perkawinan atau sebaliknya, Pasal 50 mengatur tentang: 10 1) Perjanjian perkawinan mengenai harta, mengikat kepada para pihak dan pihak ketiga terhitung mulai tanggal dilangsungkan perkawinan di hadapan Pegawai Pencatat Nikah. 2.) Perjanjian perkawinan mengenai harta, dapat dicabut atas persetujuan bersama suami-istri dan wajib mendaftarkannya di Kantor Pegawai Pencatat Nikah tempat perkawinan dilangsungkan, 3.) Sejak pendaftaran tersebut, pencabutan telah mengikat kepada suami-istri tetapi terhadap pihak ketiga pencabutan baru mengikat sejak tanggal pendaftaran itu diumumkan oleh suami- istri dalam suatu surat kabar setempat 4.) Apabila dalam tempo enam bulan pengumuman tidak lakukan oleh yang bersangkutan, pendaftaran pencabutan dengan sendirinya gugur dan tidak ‘mengikat kepada pihak ketiga. 5.) Pencabutan perjanjian perkawinan mengenai harta tidak boleh merugikan perjanjian yang telah diperbuat sebelumnya dengan pihak ketiga. Pasal 51 menjelaskan tentang Pelanggaran atas perjanjian perkawinan memberi hak kepada istri untuk meminta pembatalan nikah atau mengajukannya sebagai alasan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama. Pasal 52° mengatur tentang suami yang poligami bahwa pada saat dilangsungkan_ perkawinan dengan istri kedua, ketiga, atau keempat, boleh diperjanjikan mengenai tempat kediaman, waktu giliran dan biaya rumah tangga bagi stri yang akan dinikahinya itu taklik talak adalah suatu bentuk khusus dari talak dengan persyaratan tertentu, Taklik dalam bahasa Arab juga berarti janji karena sesuatu yang digantungkan tersebut. Talak berlaku segera setelah diucapkan oleh suami. Akan tetapi berbeda jika dalam masalah taklik talak, maka talak tidak tidak berlaku ketika selesai diueapkan, akan tetapi talak beraku ketika terpenuhinya suatu syarat tersebut. Misalnya, apabila seorang laki-laki menalak istrinya dengan ucapan, “engkau aku talak besok pagi.” % Elimartati, Bunga Rampai Perkawinan Di Indonesia. STAIN Batusangkar Press Batusangkar.2014,hal.20 cry Maka talak tersebut tidak jatuh seketika, akan tetapi talak tersebut baru akan jatuh besok pagi® Hukum mengatur taklik talak sebagai sebuah perjanjian dengan tujuan supaya suami terikat dengan janji yang sudah sepantasnya ditepati, Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Perjanjian adalah perbuatan yang mengakibatkan kketerikatan pada setiap pihak yang terkait dalam kesepakatan yang dibentuk bersama.(Pasal 1313 KUH Perdata). Dengan adanya perjanjian, maka timbullah -pakati sebelumnya untuk ditaati dan dilaksanakan'®, sebuah perikatan yang sudah di 3. Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan Pencegahan Perkawinan adalah menghindari suatu perkawinan berdasarkan Jarangan hukum islam yang diundangkan. Pencegahan perkawinan dilakukan bila tidak terpenuhi dua persyaratan ini, pertama, syarat materil adalah syarat_ yang. berkaitan dengan pencatatan perkawinan, akta nikah, dan larangan_perkawinan, Kedua, syarat administratif adalah syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun perkawinan, yang meliputi calon mempelai laki-laki, calon mempelai wanita, saksi, wali dan pelaksanaan nikahnya”, Calon suami istri yang akan melangsungkan perkawinan harus memenuhi syarat-syarat perkawinan yang diatur dalam undang-undang perkawinan dan KHI. Apa bila calon mempelai a tau salah satu dari calon mempelai tidak memenuhi syarat-syarat perkawinan, maka orang tua, keluarga, wali pengampu dari calon mempelai dapat ‘mengajukan pencegahan perkawinan ke pengadilan agama. Ayah kandung yang tidak pernah melaksanakan fungsinya sebagai kepala keluarga tidak gugur hak kewaliannya untuk mencegah perkawinan yang akan dilakukan oleh wali nikah yang lain, (KHI Pasal 62). Pencegahan perkawinan dapat ' Hasako Nakamura, Perceraian orang jawa, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,19991, hal 72 * Nur Acizah Hutagalung,Edi Gunawan, Taklik Talak dan Akibat Hukumnya dalam Kompilasi Hukum Islam Perspeltif Teori Feminis, Jarnal Pemikiran Hukum Islam, Vol.15, No.1,2019,bal.189 © Mukmin Mukti, Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan, Jurnal Perspektif, Vol.13,No.2, 2020.hal.104 2 dilakukan oleh suami atau istri yang masih terikat dalam perkawinan dengan salah seorang calon istri atau calon suami yang akan melangsungkan perkawinan, Pencegahan perkawinan diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 13 s/d 21, dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 60 s/d 69. Hal ini juga dapat dilihat dalam buku Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama buku IT yang. diterbitkan oleh Mahkamah Agung berdasarkan KMA Nomor KMA/032/SK/IV/2006. Pencegahan perkawinan bertujuan untuk menghindari suatu perkawinan yang, dilarang hukum Islam dan peraturan perundang- undangan, Pencegahan perkawinan dapat dilakukan bila calon suami atau calon istri yang akan melangsungkan perkawinan tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang-undangan, Pejabat yang ditunjuk untuk mengawasi perkawinan berkewajiban mencegah perkawinan bila rukun dan syarat perkawinan tidak dipenuhi. ‘Ada dua syarat penting bila tidak dipenuhi perkawinan dapat dicegah, yakini syarat materil dan syarat adminstratif. Syarat materil dalam perkawinan dibahas pada pencatatan perkawinan dan akta nikah, serta larangan perkawinan dan. syarat administratif di antaranya adalah ketentuan yang diatur Pasal 3 PP NO.9 Tahun 1975. Pencegahan perkawinan diajukan kepada Pengadilan Agama dalam daerah hukum tempat perkawinan akan dilangsungkan dengan memberitahukan juga kepada Pegawai Pencatat Nikah. Kepada calon-calon mempelai diberitahukan mengenai permohonan pencegahan perkawinan dimaksud dalam Ayat (1) oleh Pegawai Pencatat Nikah. Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan menarik kembali permohonan pencegahan pada Pengadilan Agama oleh yang mencegah atau dengan putusan Pengadilan Agama, Pegawai Pencatat Nikah tidak diperbolehkan melangsungkan atau membantu melangsungkan perkawinan bila ia mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan Pasal 7 Ayat (1), Pasal 3, Pasal 9, Pasal 10, atau Pasal 12 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 mes wun tidak ada pencegahan perkawinan. Pasal 21 mengatur sebagai berikut: 3B 1. Apabila Pegawai Pencatat Nikah berpendapat bahwa terhadap_perkawinan tersebut ada Jarangan menurut Undang-Undang Nomor, 1 Tahun 1974 maka ia akan menolak melangsungkan perkawinan. 2. Dalam hal penolakan, maka permintaan salah satu pihak yang ingin melangsungkan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah akan diberikan suatu keterangan tertulis dari penolakan tersebut disertai dengan alasan-alasan penolakannya 3. Para pihak yang perkawinannya ditolak berhak mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama dalam wilayah mana Pegawai Pencatat Nikah yang mengadakan penolakan ber- kedudukan untuk memberikan keputusan, dengan ‘menyerahkan surat keterangan penolakan tersebut di atas. 4, Pengadilan Agama akan memeriksa perkaranya dengan acara singkat dan akan memberikan ketetapan, apakah ia akan menguatkan penolakan tersebut atau memerintahkan supaya perkawinan dilangsungkan. 5. Ketetapan ini hilang kekuatannya, jika rintangan-rintangan yang mengakibatkan penolakan tersebut hilang dan pada pihak yang ingin kawin dapat mengulangi pemberitahuan tentang maksud mereka. Pembatalan Perkawinan terjadi Apabila perkawinan telah dilangsungkan kemudian diketahui syarat-syarat perkawinan tidak terpenuhi, maka perka\ an dapat dibatalkan, Pembatalan perkawinan diatur dalam undang-undang perkawinan pasal 22 sid 28 dan dalam KHI Pasal 70 sid 76, Kompilasi Hukum Islam Pasal 70 ‘menyebutkan perkawinan batal apabila: 1. Suami melakukan perkawinan, sedangkan ia tidak berhak melakukan akad nikah arena sudah mempunyai empat orang istri, sekalipun salah satu dari keempat istrinya itu dalam iddah talak raj 2. Seseorang menikahi bekas istrinya yang telah di li'anya. Sescorang menikahi bekas istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali talak olehnya kecuali bila bekas istri tersebut pernah menikah dengan pria lain yang kemudian bercerai lagi ba'da ad- dukhul dari pria tersebut dan telah habis masa iddali-nya. 14 4, Perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah, semenda, dan sesusuan sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan ‘menurut Pasal 8 Undang- Undang No. 1 Tahun 1974, yaitu: a. Bethubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas. b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara seorang dengan saudara orang tua, dan antara seorang dengan saudara nenek nya. ©. bethubungan semenda, yaitu mertua, anak iri, menantu, dan ‘bu atau ayah tiri d. bethubungan sesusuan, yaitu orang tua sesusuan, anak sesusuan, saudara sesusuan, dan bibi atau paman sesusuan, 5. Istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau Kemenakan dari istri atau istri-istrinya, Kompilasi Hukum Islam Pasal 71 menjelaskan suatu perkawinan dapat dibatalkan apabila: 1. seorang suami melakukan poligami tanpa Pengadilan. 2. perempuan yang dikawini tenyata kemudian diketahui masih menjadi istri pria lain yang mafqud. 3. perempuan yang dikawini temyata masih dalam iddah dari suami lain, perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-Undang 1 Tahun 1974. 4, perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali yang tidak berhak. 5. perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan Pasal 27 UU Perkawinan jo Pasal 72 KHI menjelaskan tata cara perkawinan 1, Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan: pembatalan perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang ‘melanggar hukum, 15, 2. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau ist. 3. Apabila ancaman telah bethenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami-istri, dan tidak menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya gugur. Yang dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan diatur dalam pasal 23 Undang-Undang Perkawinan jo Pasal 73 KHI sebagai berikut: 1. para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau ist sami atau istr. 3. pejabat yang berwenang — mengawasi__pelaksanaan_perkawinan ‘menurutundang-undangan 4, para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan perundang- ‘undangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 67. Pasal 74 menjelaskan: 1, Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal suami atau istri atau tempat perkawinan dilangsungkan. 2. Batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan Agama mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan, Pasal 75 menyebutkan keputusan pembatalan perkawinan tidak berlaku surut terhadap:. 1. perkawinan yang batal karena salah satu dari suami atau istri murtad; anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. 16 2. pihak ketiga sepanjang mereka memperoleh hak-hak dengan beriktikad baik, sebelum keputusan pembatalan perkawinan mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 76 menyebutkan batalnya suatu perkawinan tidak akan memutuskan hubungan hukum antara anak dengan orang tuanya'. Pembatalan perkawinan dapat dilakukan dipengadilan agama, yakni dengan ‘mengajukan permohonan pembatalan diajukan kepengadilan agama dimana suami atau istri bertempat tinggal atau ditempat perkawinan dilangsungkan... Akibat hukum adanya pembatalan perkawinan yaitu'? a, Pembatalan perkawinan berarti adanya putusan pengadilan yang menyatakan bahwa perkawinan yang dilaksanakan adalah tidak sab, Akibat hukum dari pembatalan tersebut adalah bahwa perkawinan tersebut menjadi putusan bagi para pihak yang dibatalkan perkawinannya kembali ke status semula karena perkawinan tersebut dianggap tidak pernah ada dan para pihak tersebut tidak ‘mempunyai hubungan hukum lagi dengan kerabat dan bekas suami maupun ist. b. Batalmya perkawinan dimulaisetelah_putusanpengadilan agama ‘mempunyai kekuatan hukum tetap,tetapi berlaku berlangsungnya perkawinan. . Keputusan terhadap pembatalan tidak berlaku surut terhadap 1) Perkawinan yang batal karena suami atau istri murtad. 2.) Anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. 3.) Pihak ketiga yang mempunyai hak dan beritikad baik 4.) Batalnya perkawinan tidak memutus hubungan hukum anak dengan oang tua. Sementara perbedaan antara pembatalan perkawinan dengan perceraian dalam hal akibat hukum, yaitu; % Elimartati, Bunga Rampai Perkawinan Di Indonesia. STAIN Batusangkar Press, Batusangkar.2014 hal 22 "Abdul Ghafur Anshori, Hukum Perkawinan Islam persfekiffigh dan hukwn posi Yogyakarta, UIL Press, 2011,hal.107 v a. Keduanya menjadi penyabab putusannya perkawinan, tetapi dalam perceraian bekas suami atau istri tetap memiliki hubungan hukum dengan dan seterusnya dengan garis lurus keatas, karena hubungan hukum antara mertua dengan ‘menantu bersifat selamanya. b, Tethadap harta bersama diserahkan kepada pihak- pihak yang berkepentingan untuk bermusyawarah mengenai pembagian karena dalam praktik tidak pernah diajukan kepersidangan dan didalam perundang-undangan hal tersebut tidak diatur™, BAB IL PENUTUP A. Kesimpulan Peminangan atau disebut juga dengan khithah mempunyai arti yaitu Upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita dan meminta kepada seorang wanita tersebut untuk menjadi istrinya. Khirbah merupakan pernyataan yang jelas atas keinginan menikah, dan merupakan langkah-langkah menuju pernikahan * Kumedi Jafar, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Arjana Pratama,Bandar Lampung,2021,hal.107 18 meski pun khithah tidak berurutan dengan mengikuti ketetapan yang merupakan dasar dalam jalan penetapan dan oleh karena itu, seharusnya dijelaskan dengan keinginan yang benar dan kerelaan penglihatan. Islam menjadikan kitbah sebagai perantara untuk ‘mengetahui sifat-sifat orang yang dicintai. ‘Meminang dihukum sunnah apabila pria yang akan meminang termasuk pria yang sunnah untuk menikah, makruh apabila pria yang akan meminang makruh untuk menikah, Gikarenakan hukum sarana mengikuti hukum tujuan. Khitbah dihukumi haram apabila ‘meminang wanita yang sudah menikah, meminang wanita yang ditalak raj’i sebelum habis ‘masa iddahnya, dan peminangan yang dilakukan oleh lelaki yang telah memiliki empat istri. Khitbah menjadi wajib bagi orang yang khawatir dirinya terjerumus dalam perzinaan jika tidak segera meminang dan menikah. Sedangkan Khitbah dihukumi mubah jika wanita yang dipinang kosong dari pernikahan serta tidak ada halangan hukum untuk melamar, Perjanjian perkawinan lah yang diambilkan dari judul Bab V Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, berisikan satu pasal, yaitu pasal 29. Pengertian dari perjanjian perkawinan tidak ‘merupakan diperoleh penjelasan, yang ada hanya pengaturan kapan perjanjian kawin itu dibuat, ‘mengatur keabsahan, saat berlakunya, dan dapat diubahnya perjanjian itu, Perjanjian perkawinan merupakan perjanjian atau persetujuan yang dibuat oleh calon suami istri, sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan untuk mengatur akibat-akibat perkawinan terhadap harta kekayaan mereka. Pencegahan Perkawinan adalah menghindari suatu perkawinan berdasarkan Jarangan hukum islam yang diundangkan. Pencegahan perkawinan dilakukan bila tidak terpenuhi dua persyaratan ini, pertama, syarat materil adalah syarat yang berkaitan dengan pencatatan perkawinan, akta nikah, dan larangan perkawinan, Kedua, syarat administratif adalah syarat perkawinan yang melekat pada setiap rukun perkawinan, yang meliputi calon ‘mempelai laki-laki, calon mempelai wanita, saksi, wali dan pelaksanaan nikahnya Pembatalan Perkawinan terjadi Apabila perkawinan telah dilangsungkan kemudian iketahui syarat-syarat perkawinan tidak terpenuhi, maka perkawinan dapat dibatalkan Pembatalan perkawinan diatur dalam undang-undang perkawinan pasal 22 s/d 28 dan dalam KHI Pasal 70 9d 76, Kompilasi Hukum Islam Pasal 70 menyebutkan perkawinan batal. Pencegahan perkawinan diatur dalam Undang-Undang Nomor | Tahun 1974 Pasal 19 13 s/d 21, dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 60 s/d 69. Hal ini juga dapat dilihat dalam buku Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama buku II yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung berdasarkan KMA Nomor KMA/032/SK/IV/2006. Saran Demikianlah makalah ini kami buat, kami mengakui bahwa masih banyak kesalahan yang terjadi di dalamnya, baik disengaja maupun tidak disengaja karena keterbatasan ilmu kami sebagai penyusun, kurang dan lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, Besar harapan kami untuk kritik dan saran demi pembenahan makalah iniagar lebih banyak memberi manfaat bagi penyusun khusunya dan bagi pembaca ‘umumnya, 20 DAFTAR PUSTAKA Adawiya, Ilmi, 2023. Empat cara melamar perempuan sesuai sunnah rasulullah, Jakarta: Artikel Bincang Muslimah ‘Ahmad, Nada Abu. 2010. Kode Etik Melamar Calon istri, Bagaimana Proses Meminang Secara Islami, Ter. Nila Nur Fajariyah, al-Khitbah Ahkam wa Adab. Solo: Kiswah Media Al-Fauzan, Saleh, 2006, Figh Sehari-hari. arta: Gema Insani Al-sabuniy, Muhammad Ali. 2001. Rawal Al-Bayan at-tafsir ayat al-ahkam min al-qur‘an cet ke- 1. Beirut: Darul Kutub Islamiyah Al-Suyuti, Jalaludin Abd Rahman. 2008. Al-syabh wa al-nazair; fil al furu’. Surabaya: Haramain Anshori, Abdul Ghafur, 2011. Hukum Perkawinan Islam persfektif figh dan hukum positif. ‘Yogyakarta: UII Press Arief, Hanafi, 2017. Perjanjian Dalam Perkawinan (sebuah telaah terhadap hukum positif di indonesia), Jurnal Hukum Al-Adl 9(2) As-subki, Ali Yusuf. 2010. Figh Keluarga, Jakarta: Amzah Departement agama RI, Himpunan peraturan perundang-undangan dalam lingkup peradilam ‘agama, Instruksi Presiden No.1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukwn Islam. Jakarta. 2001 Departement agama RI. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkup Peradilan Agama, Undang-Undang No. I Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta. 2001 Elimartati. 2014. Bunga Rampai Perkawinan Di Indonesia. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press Hutagalung, Nur Azizah dan Edi Gunawan. 2019. Taklik Talak dan Akibat Hukumnya dalam Kompilasi Hukum Islam Perspektif Teori Feminis. Jurnal Pemikiran Hukum Islam 15(1) Ja'far, Kumedi, 2021, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Bandar Lampung: Arjana Pratama Mukri, Mukmin. 2020. Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan. Jurnal Perspektif 13(2) Nakamura, Hasako. 1991, Perceraian Orang Jawa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Prawirohanidjojo, Soetojo. 1986. Pluralisme dalam perundang-undangan perkawinan di indonesia. Surabaya: Airlangga University Press Rafiq, Ahmad. 2013. Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sabig, Sayyid. 2006. Figh Sunnah juz 2 cet ke-1. Beirut: Dar al-fikr Dar al-Fikt

You might also like