Professional Documents
Culture Documents
T PD 0908099 Chapter1
T PD 0908099 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya keresahan yang dirasakan oleh
Ilmu Pengetahuan Sosial lebih kuat tampak sebagai proses pengalihan dan
penyerapan informasi berupa bahan pelajaran sebagai muatan kurikulum. Hal ini
konsisten dengan posisi dan peran guru yang kurang kreatif dalam menciptakan
iklim, situasi dan kondisi bagi tumbuhnya proses pembelajaran pada peserta didik.
subyek didik yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi
peserta didik masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan mereka
dalam keadaan pasif, aktivitas belajar mengajar masih didominasi guru dalam
pada tingkat hapalan. Peserta didik masih kuat kedudukannya sebagai murid yang
memusatkan perhatiannya pada bahan yang disajikan guru. Usaha guru kearah
yang lebih mengaktifkan peserta didik untuk belajar tampak ada. Namun kendala
yang bersumber dari aspek sosial budaya lebih kuat, sehingga memaksa siswa
Peserta didik sangat tinggi ketergantungan pada guru. Guru dijadikan satu-
satunya sumber informasi dalam belajar. Mereka juga kurang terlatih dalam
mengembangkan ide-idenya, dan sangat terbatas pada tatap muka dikelas. Dalam
situasi proses belajar mengajar terlihat sifat individualistis siswa. Siswa cenderung
berkompetisi secara invidual untuk meraih nilai yang tinggi dan mengejar target
rangking kelas, kurang memberi perhatian kepada teman sekelas, bersikap tertutup
Pembelajaran IPS juga belum mampu menggunakan model dan pendekatan dan
Pada tingkat SD /MI mata pelajaran IPS perlu diajarkan karena melalui
mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara
Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta
damai, Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
3
Kedua, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
pengembangan dan pelatihan bagi siswa untuk berpartisipasi dan bekerja sama
dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Jerolimek dan Parker (1930) bahwa “ujian yang sesungguhnya dalam bentuk
belajar IPS terjadi ketika siswa berada diluar sekolah yakni hidup dimasyarakat”.
Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang terkait dengan kenyataan sosial
yang bertujuan membentuk warga negara yang baik (good citizenship), maka
(Sapriya, dkk, 2007: 1 ). Untuk itu perlu berbagai strategi, pendekatan dan teknik
Pendidikan IPS tersirat tujuan untuk membentuk warga negara yang baik,
seperti diungkapkan oleh Gross (1978) bahwa: tujuan utama pendidikan IPS
adalah untuk melatih generasi muda agar dapat bertanggung jawab sebagai warga
negara yang baik. Untuk menjadi warga yang baik, program pendidikan IPS harus
lmu-ilmu sosial yang menjadi unsur IPS itu sendiri agar dapat dipergunakan
b. Sikap, yaitu sikap untuk memahami nilai, etika dan moral yang mampu
lain-lain.
secara bersama-sama.
1. IPS di SD dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang “tidak
penting” dan mata pelajaran yang “ membosankan” dan identik dengan materi
hapalan dengan jumlah yang besar, dalam pandangan siswa bahkan orang
Rendahnya hasil belajar tercermin dari hasil ujian akhir sekolah berstandar
IPS lebih banyak memuat aspek kognitif pada tingkat rendah dan berpusat
pada hapalan dan masih sedikit yang mengacu pada perlibatan secara aktif
dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Kondisi menguat, terutama pada
3. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman konsep. Hal ini dapat
dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh
ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang
6
menjadi pasif.
tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian pada teman sekelas dan
5. Isi materi yang besar dalam arti kuantitas tidak dibarengi dengan kualitas
yang memadai pernyataan ini didasarkan pada banyaknya buku teks yang
dikemas sedemikian rupa namun tidak memberi peluang pada siswa untuk
secara aktif dalam proses belajar mengajar, disamping itu, proses belajar
mengajar IPS yang dilakukan oleh guru belum mampu menumbuhkan budaya
belajar siswa tidak terlayani atau dengan kata lain dominasi guru dalam
7
sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan
butuhkan.
berpartisipasi.
10. Guru kurang mengaitkan pengetahuan yang sudah diketahui siswa dengan
11. Peran peserta didik tampak belum optimal diperlakukan sebagai subyek didik
yang memiliki potensi untuk berkembang secara mandiri. Posisi peserta didik
masih dalam situasi dan kondisi belajar yang menempatkan mereka dalam
12. Peserta didik sangat tinggi ketergantungan pada guru. Guru di jadikan satu-
satunya sumber informasi dalam belajar. Mereka juga kurang terlatih dalam
belajar secara bersama-sama dan sangat terbatas pada tatap muka dikelas.
8
perbedaan individual yang melekat pada siswa, ini terlihat dari cara guru
IPS.
bertukar pikiran sehingga mereka bisa saling mengajar dan belajar untuk materi
yang baru. Melatih siswa untuk menguasai materi dalam pemahaman konsep dan
belajar dan bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
(Slavin, 1995).
atau enam orang yang bekerja sama saling bergantung positif dan bertanggung
jawab (Anita Lie, 2010), dimana model pembelajaran tipe jigsaw ini siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka berdiskusi
9
dengan temannya dan bekerja dalam kelompok ahli. Siswa secara penuh untuk
mereka sendiri. Disini guru lebih banyak berperan sebagai fasilisator dan
rasa tanggung jawab serta siswa akan senang berdiskusi tentang materi dalam
kelompoknya.
sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Selain itu meningkatkan kinerja
berpikir kritis. (Trianto, 2007). Sehubungan dengan hal itu, perlu adanya
dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat memahami konsep dan
lebih mudah memahami konsep, peka terhadap masalah yang terjadi sehingga
konsep dalam situasi yang berbeda. Scriven dan Paul (dalam Sutrisno2007).
tetapi juga mengajar sifat, sikap nilai, karakter yang menunjang berpikir kritis.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Edward dan Vries (dalam
kooperatif tipe jigsaw prestasi belajar siswa lebih baik serta membentuk sikap
belajar matematika antara siswa yang menggunakan model kooperatif tipe jigsaw
perbedaan hasil belajar antara siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe
jigsaw dengan menggunakan model tradisional, (2) Aktivitas siswa dan guru
anak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
V Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan IPS dan kepentingan
praktis.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang salah satu altenatif model
pembelajaran IPS.
E. Definisi Operasional
kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6
orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif
15
dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
berpikir secara reflektif dan fokus untuk memutuskan apa yang akan
maksimal.
dipelajari.
16
jigsaw merupakan salah satu alternative metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS SD, maka asumsi
G. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu;
bebas dan variabel pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa sebagai variabel
terikat.
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik
(variabel Y1).
(variabel Y2).
18
Tabel 1.1
Variabel Penelitian
Pemahaman konsep
siswa (Y1)
Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw (X)
Keterampilan Berpikir
Kritis (Y2)