You are on page 1of 44

NAMA :

1. Moses Ginting-11200934
2. Caesar Wiraldi Wiranata-11200863
3. Marwindo Christian P. Megama-11190744

4. Glenn Rivardy C.T- 11211181

MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTOFOLIO

DARI

PT BANK CENTRAL ASIA (BCA)

1). Sejarah Perusahaan BCA (Bank Central Asia):

● Pendirian:

Bank Central Asia (BCA) didirikan pada 21 Februari 1957 sebagai hasil dari transformasi
NV Perseroan Dagang Dan Industrie Semarang Knitting Factory. Pada tahun 1977, BCA
melakukan merger dengan dua bank lain, salah satunya Bank Gemari, yang membuat BCA
menjadi bank devisa. Pada 2 September 1975, nama NV Bank diubah secara permanen
menjadi PT Bank Central Asia (BCA). Bank ini memiliki lini bisnis di bidang retail
banking, corporate banking, treasury, dan international banking. Pada 31 Desember 2021,
pemegang saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA) adalah PT Dwimuria Investama
Andalan, yang dimiliki oleh Sdr. Robert Budi Hartono dan Sdr. Bambang Hartono. BCA
memiliki lebih dari 1.200 cabang di seluruh Indonesia dan lebih dari 31.000 karyawan.
Bank ini juga memiliki 8 anak perusahaan perbankan yang mencakup berbagai sektor.
BCA telah mengembangkan sumber daya manusianya dan meraih Indonesia Human
Capital Award 2016

Seiring berjalannya waktu, Bank BCA kini telah sepenuhnya dimiliki oleh keluarga
Hartono, tepatnya Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono. Keduanya
merupakan pemilik perusahaan Djarum, salah satu produsen rokok besar di Indonesia

● Perkembangan dan Ekspansi:


1979: BCA menjadi bank swasta terbesar di Indonesia setelah diakuisisi oleh Sudono
Salim dan keluarganya.

1999: BCA menjadi bank terbuka dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
(BEI).

● Krisis Moneter 1997-1998:

Prestasi Stabil: Meskipun krisis ekonomi dan moneter yang melanda Asia pada tahun
1997-1998, BCA berhasil mempertahankan stabilitas dan bahkan menjadi salah satu bank
yang berkembang pesat setelah krisis.

● Inovasi dan Teknologi:

Pionir E-Banking: BCA menjadi pionir dalam layanan perbankan elektronik di Indonesia
dengan meluncurkan KlikBCA, internet banking pertama di Indonesia.

● Kinerja Keuangan:

Pertumbuhan: BCA terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan kinerja keuangan
yang positif, menjadikannya salah satu bank terkemuka di Indonesia.

Lini Bisnis BCA:

● Perbankan Retail:

Tabungan dan Deposito: Menyediakan layanan tabungan dan deposito untuk nasabah
perorangan.

Kartu Kredit: Menawarkan berbagai jenis kartu kredit dengan berbagai manfaat dan
keuntungan.

Kredit Konsumen: Memberikan fasilitas kredit untuk pembiayaan konsumen, seperti kredit
kendaraan bermotor dan kredit tanpa agunan.

● Perbankan Korporat:

Pembiayaan Bisnis: Menyediakan layanan pembiayaan dan solusi perbankan untuk


pelanggan bisnis dan korporat.

Cash Management: Menawarkan layanan manajemen kas untuk membantu perusahaan


mengelola arus kas mereka.

● Jasa Keuangan Internasional:


Perdagangan Internasional: Memberikan layanan untuk mendukung aktivitas perdagangan
internasional dan bisnis global.

Pemegang Saham BCA:

● Pemegang Saham Utama:

Dana Pensiun: Pemegang saham utama BCA melibatkan sejumlah dana pensiun dan
lembaga keuangan besar di Indonesia.

● Saham Publik:

Pencatatan Bursa: Saham BCA terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga terbuka
untuk perdagangan publik.

Sumber Daya BCA:

● Teknologi:

E-Banking: BCA menggunakan teknologi terkini dalam layanan perbankan elektronik,


termasuk internet banking dan aplikasi perbankan mobile.

● Sumber Daya Manusia:

Tim Profesional: BCA memiliki tim sumber daya manusia yang terampil dan profesional
untuk menyediakan layanan berkualitas kepada nasabah.

● Jaringan Cabang:

Luas: BCA memiliki jaringan cabang yang luas di seluruh Indonesia, memfasilitasi akses
ke layanan perbankan bagi masyarakat.

● Kemitraan Bisnis:

Kolaborasi: BCA menjalin kemitraan bisnis dengan berbagai entitas dan perusahaan untuk
mendukung inisiatif perbankan dan layanan keuangan.

2. MAKRO EKONOMI

IHSG total mengalami penurunan 3 kali (tahun 2008, 2013, 2015) dan selebihnya
naik di 9 tahun sisanya. Ini artinya IHSG rata-rata turun sekali setiap tiga tahun dan hal ini
menunjukkan bahwa sampai saat ini saham menjadi salah satu tempat pilihan yang tepat
untuk berinvestasi. Kondisi pertumbuhan IHSG ini dapat dilihat pada Grafik 1.1 dibawah
ini.

pada tahun 2005, mengalami tren penurunan secara perlahan kecuali pada tahun
2008 yang justru meningkat. Suku bunga bertahan pada level 6,5% pada tahun 2009 dan
2010. Pada tahun 2014 suku bunga berada pada level 7,75%. Sampai pada akhir tahun
2015 suku bunga bertahan pada level 7,5%. Kestabilan ini turut mendukung stabilitas suku
bunga di pasar uang antar bank (PUAB) dengan risiko yang relatif terjaga, perbankan
untuk tetap berkinerja dengan baik pada tahun 2016. Namun, tekanan eksternal seperti
rencana kenaikan suku bunga The Fed membuat Bank Indonesia lebih waspada dalam
mengambil kebijakan terkait suku bunga, pasar mengharapkan BI lebih dahulu
menurunkan suku bunga, lalu menyesuaikan ketika potensi kenaikan suku bunga The Fed
semakin tinggi.Perkembangan tingkat inflasi dan suku bunga selama sepuluh tahun terakhir
dapat dilihat pada grafik 1.2. dibawah ini.
Dalam pasar modal, emitten dalam bursa efek mengandalkan nilai tukar rupiah
terhadap dollar pada setiap proses produksinya atau biasa disebut kurs. Apabila perusahaan
bergerak dalam bidang ekspor-impor ataupun bergantung pada transaksi lainnya yang
dilakukan oleh dua Negara atau lebih, maka pergerakan nilai tukar akan sangat
mempengaruhi output. Kegiatan perdagangan internasional yang melibatkan dua negara
dan memiliki mata uang yang berbeda, maka kedua belah pihak harus memperhatikan nilai
kurs (fexchange rate) dari masing-masing negara tersebut. Mengingat pengaruhnya yang
besar bagi neraca perdagangan, transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro
ekonomi lainnya.

Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.
Nilai mata uang yang stabil. menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi
ekonomi yang relatif baik atau Rate Inflasi stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini
mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional (Triyono,
2008:156).

Faktor makroekonomi lainnya yang juga dapat mempengarhi harga saham adalah
jumlah uang beredar. Menurut M.Samsul dalam jurnal ekonomi Bambang Sukono Indarto
(2012:42), jika jumlah uang yang beredar meningkat maka tingkat bunga akan turun dan
harga saham naik sehingga saham menjadi bullish. Palmer dalam jurnal Pananda Pasaribu
dkk (2009:5) menyatakan bahwa secara umum perubahan uang beredar akan membuat
perubahan pada harga saham. Apabila jumlah uang beredar di masyarakat meningkat,
maka akan menyebabkan para pelaku usaha maupun perusahaan-perusahaan lebih mudah
mendapatkan dana melalui perbankan untuk berinvestasi dalam saham.
Menurut Mankiw (2003:476), investasi memainkan peranan penting tidak hanya
pada pertumbuhan jangka panjang namun juga pada siklus bisnis jangka pendek karena
investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ketika pengeluaran atas
barang dan jasa turun selama resesi, maka penurunan ini berkaitan dengan penurunan
investasi,penurunan investasi akan menurunkan PDB. Seharusnya saat investasi meningkat
PDB juga akan mengalami peningkatan, namun yang terjadi tidak demikian. Pada tahun
2009 inflasi mengalami penurunan sebesar 2,78%, namun PDB juga ikut menurun dari
6,01%. Saat inflasi meningkat di tahun 2010 sebesar 6,96%, PDB justru mengalami
peningkatan dari 4,63% di tahun 2009 menjadi 6,22% di tahun 2010. Dimana seharusnya
semakin tinggi inflasi maka PDB akan semakin turun dan sebaliknya.

Beberapa penelitian sebelumnya tentang hubungan antara inflasi dengan harga


saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) menyatakan bahwa
makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya
profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat
mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Sebaliknya Sangkyun Park
(2007) yang meneliti kaitan antara Variabel makro, Indeks harga Konsumen, GDP, tingkat
Inflasi, dan suku bunga terhadap harga saham menemukan bahwa hanya GDP yang
berpengaruh positif terhadap harga saham sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh.
Penelitian lain tentang harga saham dengan nilai tukar uang (domestik terhadap US dolar)
yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan hasil yang berbeda. Frank dan Young
(dalam Saini dkk, 2002) yang meneliti US MNCs (United State Multi-National
Corporations) menemukan bahwa tidak ada pola yang pasti dari hubungan harga saham
dengan nilai tukar uang.

pengaruh Inflasi, suku bunga, nilai tukar, jumlah uang yang beredar, dan
pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP terhadap kinerja harga
saham sektoral dengan mengambil kasus perusahaan perbankan yaitu Bank Central Asia
(BCA) pada tahun 2006-2015. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, alasan pengambilan
indeks saham salah satu Bank Swasta ini karena saham Bank BCA selalu menjadi
primadona. Alasan lainnya adalah karena perbankan merupakan sektor yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi seperti kenaikan suku bunga kredit dan inflasi
yang imbasnya pada peningkatan investasi pasar modal.

3. TINJAUAN INDUSTRI

Industri perbankan merupakan salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi


Indonesia. Pada Oktober 2022, kredit perbankan mengalami pertumbuhan sebesar 11,95%
(year on year/yoy) atau meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan September 2022
sebesar 11% yoy. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pertumbuhan di seluruh
jenis kredit dan hampir seluruh sektor ekonomi (Kompas.com). Di samping itu, pada
periode yang sama nilai transaksi digital banking naik 38,38% yoy atau sebesar Rp 5.184,1
triliun dan nilai transaksi uang elektronik juga tumbuh 20,19% yoy atau sebesar Rp 35,1
triliun (CNNIndonesia). Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia telah
mengalami peningkatan kembali, ditopang dengan meningkatnya ekspektasi dan preferensi
masyarakat dalam berbelanja secara online, kemudahan sistem pembayaran digital, serta
akselerasi digital banking yang terjadi di industri perbankan.

Bank Central Asia adalah salah satu perbankan swasta terkemuka di Indonesia yang
bergerak di sektor industri keuangan, dengan sub sektor industri perbankan, yang telah
berhasil beroperasi di banyak wilayah di Indonesia hingga tingkat internasional. Bank yang
biasanya disebut dengan BCA ini, telah menjalankan operasi bisnisnya selama kurang lebih
65 tahun, yang berarti bahwa bank tersebut telah berjalan sejak 1957. Kesuksesan BCA
saat ini tidak terlepas dari sejarah panjang yang ada di baliknya, dengan pendirinya adalah
Liem Sioe Liong atau juga akrab dengan nama Sudono Salim, ia berhasil mendirikan BCA
secara resmi pada tanggal 21 Februari 1957.

Kunci kesuksesan BCA hingga dapat bertahan sampai sekarang karena mereka
dapat menangkap peluang perkembangan bisnis perbankan yang terjadi dari waktu ke
waktu dan merubahnya menjadi sebuah keunggulan kompetitif. Apa yang menjadi
keinginan nasabah terhadap suatu institusi perbankan diterjemahkan dengan baik oleh BCA
dan mereka pun langsung menawarkan produk yang sesuai kepada nasabahnya. Ada dua
hal yang menjadi tujuan BCA ke depannya, yang pertama menjadi perbankan pilihan
utama masyarakat yang tidak hanya mencari keuntungan untuk mereka sendiri, tetapi juga
ingin menjadi perbankan yang berkontribusi positif langsung terhadap perekonomian
Indonesia. Dan yang kedua adalah selalu berusaha meningkatkan nilai-nilai institusi
perbankan mereka. Selain itu, dengan benarbenar memahami bahwa kebutuhan nasabah
bisa berbeda satu sama lain, BCA pun menyediakan banyak pilihan produk agar nasabah
bisa memilih mana yang cocok berdasarkan kebutuhan finansialnya.

Bukti kesuksesan BCA dapat dilihat dari berbagai penghargaan yang mereka
terima pada tahun 2021 lalu seperti Bank Terbaik kategori Bank Swasta Devisa versi surat
kabar harian Bisnis Indonesia, Best Bank in Indonesia for Excellence versi Euromoney
Magazine, #2 in Indonesia (Top 10 Best Bank in Indonesia) versi Forbes Magazine, dsb.
Semua penghargaan tersebut diperoleh sebagai hasil dari keunggulan kompetitif yang
dimiliki BCA sebagai sebuah organisasi bisnis.

Meskipun BCA bisa dibilang sangat sukses, perbankan ini tetap menghadapi
persaingan yang ketat dari para kompetitornya di industri perbankan seperti BNI, Bank
Mandiri, BRI, Bank CIMB Niaga, dan lain-lain. Namun kompetitor yang bersaing ketat
dengan BCA selama ini adalah BNI dan Bank Mandiri. Bersama kedua bank milik
pemerintah tersebut, BCA menjadi salah satu bank teratas di Indonesia. Persaingan yang
kompetitif akan mempengaruhi industri perbankan. Negara yang di dalamnya terdapat
persaingan yang ketat di antara lembaga keuangan perbankan serta adanya transparansi
keterbukaan informasi, mekanisme pengawasan silang antara masyarakat dan industri
perbankan cenderung berjalan dengan baik. Penelitian di negara di mana industri
perbankannya telah maju menunjukkan bahwa masyarakat (nasabah) akan memantau dan
mengendalikan kinerja perbankan dengan efektif seperti di Amerika Serikat (Khorassani,
2000; Bliss dan Mark, 2002), di Swiss (Birchler dan Andrea 2002), dan di Indonesia
(Widyastuti, et. al., 2019), Dalam kondisi ini, mekanisme reward and punishment bekerja
dengan sempurna, tidak hanya nasabah yang peduli dengan apa yang terjadi pada industri
perbankan, tetapi industri perbankan juga akan lebih memperhatikan kualitas layanan jasa
keuangan mereka demi menjaga kepercayaan (trust) nasabah mereka.

Dengan kehadiran para kompetitor tersebut tentunya BCA merasa perlu


menentukan strategi kompetitif apa yang harus mereka implementasikan guna
mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki. Untuk memenuhi hal tersebut salah
satu alat analisis yang dapat digunakan adalah Porter’s Five Competitive Forces. Menurut
Michael Porter (2008), pemahaman terhadap keberadaan competitive forces di sekitar
industri atau struktur industri itu sendiri dapat mengungkapkan hal apa saja yang dapat
mempengaruhi profitabilitas di industri tersebut sambil menyediakan langkah-langkah
untuk mengantisipasi dan mempengaruhi persaingan (dan profitabilitas) dari waktu ke
waktu. Oleh karena itu, pemahaman akan struktur industri perbankan yang mumpuni harus
menjadi perhatian serius BCA seperti bagaimana posisi mereka di dalam industri tersebut.
Dengan pemahaman yang baik akan five competitive forces yang mempengaruhi industri
perbankan, BCA dapat menyesuaikan strategi yang ada, meningkatkan profitabilitas
mereka, dan tetap terdepan dalam memiliki keunggulan kompetitif untuk bersaing.

Pada tahun 1955, didirikan NV Perseroan Dagang Industrie Semarang Knitting


Factory sebagai awal dari Bank Central Asia (BCA). Selang 2 tahun kemudian, pada
tanggal 21 Februari 1957, BCA sudah beroperasi yang berpusat di Jakarta dan membuka
kantor cabang pertama di daerah Asemka, Jakarta. Sebenarnya nama BCA mulai efektif
pada 2 September 1975 dan pada tahun 1977 berkembang menjadi Bank Devisa. Adanya
deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA melakukan perluasan jaringan kantor
cabang secara agresif. BCA mengembangkan beragam layanan, produk, dan
pengembangan teknologi informasi dengan menerapkan online system untuk jaringan
kantor cabang dan juga meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA. Pada tahun
1990, BCA membuat alternatif jaringan layanan melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri).
BCA melakukan pengembangan jaringan dan fitur ATM secara intensif. BCA juga bekerja
sama dengan PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA dan
nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan
melalui ATM BCA. Seperti yang kita ketahui, pada tahun 1998, dunia termasuk Indonesia
mengalami krisis moneter yang menyebabkan orang-orang berbondongbondong untuk
menarik uangnya di bank atau bank rush.

BCA disertakan dalam program rekapitalisasi dan restrukturisasi dan menjadi Bank
Take Over (BTO). Program ini diadakan oleh salah satu institusi pemerintah yaitu Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Jika tidak dilakukan rekapitalisasi dan
restrukturisasi, maka kebanyakan bank di Indonesia akan mengalami kebangkrutan dan
mengganggu stabilitas ekonomi. Setahun kemudian, proses rekapitalisasi selesai,
Pemerintah Indonesia melalui BPPN menguasai 92,8% saham BCA sebagai hasil
pertukaran dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Obligasi pemerintah menjadi
pilihan dipertukarkan untuk kredit dalam proses rekapitalisasi. Pada rentang tahun 2000
sampai dengan 2005, BCA kembali memperkokoh pondasinya dengan mengembangkan
perbankan elektronik yaitu menerbitkan Debit BCA, Tunai BCA, internet banking berupa
klikBCA, mobile banking berupa m-BCA, EDCBIZZ, dan lainnya. Menjaga keamanan
data dan server, BCA mendirikan fasilitas Disaster Recovery Center di Singapura.

tas Disaster Recovery Center di Singapura. Melalui BCA Finance, BCA menunjang
penyaluran kredit untuk membantu masyarakat dalam pembiayaan mobil. Kembali pada
tahun 2000, BPPN memiliki cara untuk mengurangi porsi saham sebesar 22,5% melalui
penawaran saham publik perdana (IPO). Setahun kemudian, BPPN kembali mengurangi
porsi kepemilikan saham BCA sebesar 10% yang membuat total kepemilikan BPPN di
saham BCA menjadi 60,3%. Pada tahun 2002, Farindo Investment (Mauritius) Limited
mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement.
BPPN kembali melakukan divestasi sebesar 1,4% saham BCA kepada investor domestik
lewat penawaran terbatas. Divestasi lagi-lagi dilakukan oleh Pemerintah Republik
Indonesia, namun kali ini lewat PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dengan melakukan
sisa seluruh kepemilikan saham BCA sebesar 5,02%.

Pada tahun 2007, BCA menjadi pioner yang menawarkan produk kredit
kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap. BCA menerbitkan Flazz Card yang
digunakan untuk kartu prabayar dan penawaran layanan Weekend Banking untuk
menyediakan layanan yang disediakan pada jam libur kerja. BCA melakukan inisiatif
dalam mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas yang pada tahun 2008 terjadi krisis
moneter, dengan tujuan memperkuat kompetensi utama sebagai bank transaksi. Pada
rentang tahun 2008 sampai 2009, telah merampungkan pembangunan mirroring IT system
untuk memperkuat keberlanjutan usaha dan meminimalisasi risiko operasional. BCA
melihat peluang bahwa ada beberapa kalangan atas yang mempercayakan dananya untuk
ditabung di BCA sehingga BCA menyediakan layanan Solitaire. Pada tahun 2010 sampai
dengan 2013, BCA juga melihat peluang dengan masuk ke sektor perbankan syariah
dengan menyediakan layanan pembiayaan sepeda motor, asuransi umum dan sekuritas.
Pada tahun 2013, BCA menginvestasikan modal pada anak perusahaan yang semula 25%
menjadi 100% yang dulunya bernama PT Central Sejahtera Insurance menjadi BCA
Insurance.

BCA terus melakukan maintenance terhadap bisnis perbankan transaksi melalui


pengembangan produk dan layanan inovatif seperti update berkala aplikasi mobile banking
yang menyesuaikan dengan perkembangan tipe smartphone saat ini. BCA juga telah
menyelesaikan pembangunan Disaster Recovery Center (DRC) di Surabaya yang berfungsi
sebagai disaster recovery backup data center yang terintegrasi dengan dua mirroring data
center. DRC yang baru menggantikan DRC yang sebelumnya ada di Singapura. BCA
membuat MyBCA yaitu suatu gerai layanan perbankan digital yang dapat digunakan secara
mandiri, melanjutkan pengembangan jaringan ATM berbasis Cash Recycling Machine, dan
meluncurkan produk Sakuku sejenis electronic wallet berbasis aplikasi. BCA
menyempurnakan layanan cash management BCA melalui internet banking platform,
KlikBCA Integrated Business Solution. Layanan ini dikhususkan untuk nasabah pebisnis.

Pada Januari 2014, BCA menyelesaikan pembelian saham pada PT Central Santosa
Finance (CS Finance), CS Finance adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan
sepeda motor dengan pembelian saham dari 25% menjadi 70%. BCA berpartisipasi untuk
program tax amnesty dengan menjalankan perannya sebagai bank persepsi dari bank
gateway. Di Bidang e-commerce dan cashless payment settlement, BCA bekerja sama
dengan perusahaan-perusahaan fintech atau e-commerce melalui Application Programming
Interface (API) platform yang memberikan layanan konektivitas antara sistem perbankan
transaksi BCA. BCA menjajakan berbagai metode pembayaran transaksi untuk
menjangkau semua lini konsumen dengan meluncurkan fitur peer-to-peer transfer berbasis
teknologi QR code dan BCA OneKlik yang merupakan fitur pembayaran online yang
mencari kecepatan dan kenyamanan transaksi.

BCA tidak mengabaikan teknologi artificial intelligence (AI) dengan membangun


VIRA suatu Virtual Assistant yang ada pada setiap aplikasi chat yang populer. BCA juga
masuk ke dalam pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di beberapa cabang
untuk menunjang penetrasi untuk memenangkan persaingan kompetitif. Pada tahun 2017,
BCA menandatangani perjanjian di bidang bancassurance dengan PT AIA Financial (AIA
Indonesia). Memasuki persaingan digitalisasi, BCA mengakuisisi PT Bank Royal pada
Oktober 2019 dengan membentuk Bank Digital bernama Blu. Hanya dalam waktu
beberapa tahun saja Blu sudah memiliki nasabah yang mencapai ratusan ribu yang
sebagian besar merupakan nasabah usia muda. BCA meluncurkan serangkaian inovasi
layanan digital di tahun 2019, termasuk BCA Keyboard, pembukaan rekening melalui
BCA Mobile dan WELMA (Wealth Management). BCA menyediakan konsep future
branch model yang digunakan untuk memberikan customer experience dan meningkatkan
efisiensi operasional di kantor cabang.

Visi perusahaan cerminan dari pemikiran pemimpin. Pemimpin ingin mencapai


sesuatu yang akan membawa arah daripada perusahaan. Selayaknya mengarungi lautan,
kita harus memiliki nahkoda yang baik dalam mengendalikan perahu untuk mencapai
tujuan perusahaan. Visi BCA menjadi bank pilihan utama andalan masyarakat yang
berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia.

Misi perusahaan sebagai sebuah pondasi yang akan memperkokoh perusahaan


untuk menentukan arah perusahaan. Misi BCA adalah membangun institusi yang unggul di
bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan
perseorangan, memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial
yang tepat demi tercapainya kepuasaan optimal bagi nasabah, dan meningkatkan nilai
francais serta nilai stakeholder BCA.

BCA sebagai salah satu pelaku perbankan di Indonesia tentunya memiliki strategi
untuk meningkatkan kualitas karyawannya. BCA menyadari bahwa manusia merupakan
aset dan ujung tombak perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari. Sebagai
aset perusahaan, sumber daya manusia dalam hal ini karyawan merupakan aset utama yang
harus dikembangkan oleh perusahaan agar mampu memberikan pelayanan prima kepada
pelanggannya. Dengan memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dan didukung staf
yang berkualitas, BCA dapat menjadi bank yang paling kompetitif di Indonesia. Tentunya
hal ini membutuhkan strategi pengembangan kualitas karyawan yang tepat sejalan dengan
tujuan perusahaan. Untuk itu, BCA berupaya memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk tumbuh dan berkembang bersama BCA.

Pengembangan SDM menurut Hasibuan (2011) adalah fungsi operasional kedua


dari manajemen personalia. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pengembangan karyawan
(baru/lama) perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Dessler (2000)
berpendapat bahwa pengembangan SDM meliputi Training and Developing Employees,
Managing Organizational Renewal, Appraising Performance, Managing Careers and Fair
Treatment. Sementara itu, Werther dan Davis (1996) berpendapat bahwa pengembangan
SDM meliputi Training and Development, Career Planning, Performance Appraisal.

4. ANALISIS KEUANGAN
5. RISK and RETURN

Risk and return adalah dua aspek penting dalam investasi yang saling terkait. Risk (risiko)
mencerminkan sejauh mana investasi dapat mengalami fluktuasi nilai atau potensial
kerugian, sementara return (hasil) mengacu pada keuntungan atau pertumbuhan nilai
investasi. Tinjauan risk and return dari aktiva tunggal saham BCA (Bank Central Asia) dan
komparasinya dengan pesaingnya, BNGA (Bank Negara Indonesia).

● Risk (Risiko):

Saham BCA:

Saham Perorangan: Investasi dalam saham BCA memiliki risiko pasar, risiko perusahaan,
dan risiko likuiditas. Faktor-faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, kebijakan perbankan,
dan persaingan industri juga dapat memengaruhi performa saham.

Spesifik Perusahaan: Risiko yang terkait dengan kebijakan manajemen, kesehatan


keuangan perusahaan, dan berbagai peristiwa yang dapat mempengaruhi bisnis BCA.

Saham BNGA (Bank Negara Indonesia):

Risiko yang Serupa: BNGA kemungkinan juga akan menghadapi risiko pasar, risiko
perusahaan, dan risiko likuiditas yang serupa dengan BCA, karena keduanya beroperasi
dalam sektor perbankan.

● Return (Hasil):

Saham BCA:

Rendah hingga Tinggi: Return dari saham BCA akan tergantung pada kinerja keuangan
perusahaan dan faktor-faktor eksternal. Sebagai bank yang mapan dan memiliki pangsa
pasar yang besar, BCA memiliki potensi untuk memberikan hasil yang stabil, meskipun
keuntungan signifikan juga bergantung pada pertumbuhan ekonomi dan kebijakan
perbankan.

Saham BNGA (Bank Negara Indonesia):

Variabel: Return dari saham BNGA juga akan bervariasi, tergantung pada sejumlah faktor
termasuk kesehatan ekonomi nasional, kebijakan perbankan, dan performa manajemen.
● Komparasi:

Performa Relatif: Dalam melakukan komparasi antara saham BCA dan BNGA, penting
untuk memperhatikan performa relatif keduanya. Hal ini mencakup pertumbuhan laba,
rasio keuangan, dan posisi pasar masing-masing bank.

● Diversifikasi:

Manfaat Diversifikasi: Investor dapat mengurangi risiko dengan diversifikasi, yaitu


memiliki saham dari lebih dari satu perusahaan dalam sektor yang sama. Dengan memiliki
kedua saham BCA dan BNGA, investor dapat meredakan risiko yang terkait dengan satu
perusahaan.

● Pengukuran Kinerja:

Rasio Keuangan: Menggunakan rasio keuangan seperti ROE (Return on Equity), ROA
(Return on Assets), dan NIM (Net Interest Margin) dapat membantu dalam mengevaluasi
kinerja keuangan relatif dari BCA dan BNGA.
4. ANALISIS KEUANGAN

PENDAHULUAN
Perbankan merupakan sektor yang memiliki peranan cukup vital di dalam
pengembangan suatu negara. Pada sektor ekonomi perbankan mempunyai peran
dalam hal memperluas pemerataan stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pembangunan demi meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Sebagai
badan yang berkaitan dengan bidang keuangan, perbankan memerlukan keyakinan
yang berasal dari masyarakat, terlebih dari para nasabah supaya keberlangsungan
sektor dalam perbankan sebagai pusat perekonomian dapat berjalan secara stabil dan
bisa terus berkembang mengikuti kebutuhan ekonomi Menurut UU No 10/1998
mengenai perbankan mengumumkan bahwa bank ialah Suatu bidang usaha yang
melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam wujud simpanan atau
tabungan serta menyalurkannya ke masyarakat luas dalam wujud kredit atau wujud
lainnya dengan tujuan untuk mengembangkan standar kehidupan masyarakat. Inti
pokok pada pengertian itu, Dapat dilihat bahwasanya kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perbankan ialah mengumpulkan dana dari masyarakat dalam
wujud sebuah tabungan yang nantinya akan digunakan sebagai sumber dana
perbankan, lalu bank menyalurkannya dalam wujud kredit atau wujud yang lain
ke masyarakat luas. Maka, sektor perbankan harus dikelola secara profesional.
Berdasarkan peran perbankan yaitu sebagai perantara keuangan yang bisa
menyumbangkan sebuah teks yang besar pada perekonomian negara, maka
perbankan memerlukan peningkatan serta memperbaiki kualitas kinerja keuangan
perusahaan nya secara terus-menerus dan konsisten agar bisa mempertahankan
peranan pentingnya yaitu sebagai perantara keuangan.
Laporan keuangan suatu bank mampu memberikan sebuah gambaran
mengenai kondisi dan kinerja suatu bank. Kinerja suatu bank dapat ditunjukkan
dengan penilaian yang yang dilakukan pada analisis laporan keuangan sebuah
bank tersebut. Salah satu laporan keuangan bank adalah neraca yang fungsinya
mampu menginformasikan kepada pihak diluar dan tersebut semisal masyarakat
umum, bank sentral, dan penanam modal. Neraca tersebut mampu memebeikan
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan yang tentunya bisa
dipergunakan kelompok diluar perusahaan guna menyampaikan penilaian
mengenai risiko yang terdapat di bank. Analisis dalam pelaporan keuangan
perusahaan sangat diperlukan, hal tersebut digunakan untuk lebih mengerti info
mengenai pelaporan keuangan. Analisis pada laporan keuangan yang
dipergunakan mencakup kalkulasi serta penafsiran rasio keuangan.
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi suatu keadaan keuangan
sebuah perusahaan. Riset pada rasio keuangan yang dilakukan secara terpisah
ataupun struktural dapat pula digunakan dalam memberikan penilaian suatu
hasil kerja dan pertimbangan kemampuan relasi antara rasio keuangan pada
kinerja keuangan di perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat menghasilkan
berbagai macam informasi mengenai relasi dan kecondongan yang bisa
dijadikan sebagai pertimbangan pokok tentang kemungkinan tingkat kesuksesan
sebuah perusahaan perbankan diwaktu yang akan datang.
Dasar pada penjelasan tersebut, periset menghendaki Melakukan analisis
suatu kinerja keuangan dalam perbankan dengan cara menggunakan analisis
rasio keuangan, Diharapkan hasil dari analisis rasio bisa dipergunakan untuk
sebuah alat untuk memprediksi. Pada riset yang akan penulis lakukan, rasio
keuangan yang dipergunakan guna mengevaluasi kinerja keuangan PT Bank
Central Asia Tbk ialah rasio Iikuiditas yakni rasio yang gunanya menjelaskan
kemampuan perbankan kesanggupan bank dalam hal pemenuhan kewajiban
periode pendek dengan tepat waktu. Rasio solvabilitas ialah rasio yang
dipergunakan dalam menilai sejauh mana aktiva yang dimiliki bank bisa
dibiayai oleh utang, dan yang terakhir yaitu rasio rentabilitas adalah rasio yang
digunakan dalam menaksir kecakapan perisahaan didalam menghasilkan sebuah
profit.
2

Menurut UU No 10/1998 mengenai perbankan mengumumkan bahwa bank


ialah Suatu bidang usaha yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat
dalam wujud simpanan atau tabungan serta menyalurkannya ke masyarakat luas
dalam wujud kredit atau wujud lainnya dengan tujuan untuk mengembangkan
standar kehidupan masyarakat. Inti pokok pada pengertian itu, Dapat dilihat
bahwasanya kegiatan pokok yang dilakukan oleh perbankan ialah mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam wujud sebuah tabungan yang nantinya akan
digunakan sebagai sumber dana perbankan, lalu bank menyalurkannya dalam
wujud kredit atau wujud yang lain ke masyarakat luas. Maka, sektor perbankan
harus dikelola secara profesional. Berdasarkan peran perbankan yaitu sebagai
perantara keuangan yang bisa menyumbangkan sebuah teks yang besar pada
perekonomian negara, maka perbankan memerlukan peningkatan serta
memperbaiki kualitas kinerja keuangan perusahaan nya secara terus-menerus dan
konsisten agar bisa mempertahankan peranan pentingnya yaitu sebagai perantara
keuangan.
Laporan keuangan suatu bank mampu memberikan sebuah gambaran
mengenai kondisi dan kinerja suatu bank. Kinerja suatu bank dapat ditunjukkan
dengan penilaian yang yang dilakukan pada analisis laporan keuangan sebuah
bank tersebut. Salah satu laporan keuangan bank adalah neraca yang fungsinya
mampu menginformasikan kepada pihak diluar dan tersebut semisal masyarakat
umum, bank sentral, dan penanam modal. Neraca tersebut mampu memebeikan
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan yang tentunya bisa
dipergunakan kelompok diluar perusahaan guna menyampaikan penilaian
mengenai risiko yang terdapat di bank. Analisis dalam pelaporan keuangan
perusahaan sangat diperlukan, hal tersebut digunakan untuk lebih mengerti info
mengenai pelaporan keuangan. Analisis pada laporan keuangan yang
dipergunakan mencakup kalkulasi serta penafsiran rasio keuangan.
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi suatu keadaan keuangan
sebuah perusahaan. Riset pada rasio keuangan yang dilakukan secara terpisah
ataupun struktural dapat pula digunakan dalam memberikan penilaian suatu
hasil kerja dan pertimbangan kemampuan relasi antara rasio keuangan pada
kinerja keuangan di perusahaan. Analisis laporan keuangan dapat menghasilkan
berbagai macam informasi mengenai relasi dan kecondongan yang bisa
dijadikan sebagai pertimbangan pokok tentang kemungkinan tingkat kesuksesan
sebuah perusahaan perbankan diwaktu yang akan datang.
Dasar pada penjelasan tersebut, periset menghendaki Melakukan analisis
suatu kinerja keuangan dalam perbankan dengan cara menggunakan analisis
rasio keuangan, Diharapkan hasil dari analisis rasio bisa dipergunakan untuk
sebuah alat untuk memprediksi. Pada riset yang akan penulis lakukan, rasio
keuangan yang dipergunakan guna mengevaluasi kinerja keuangan PT Bank
Central Asia Tbk ialah rasio Iikuiditas yakni rasio yang gunanya menjelaskan
kemampuan perbankan kesanggupan bank dalam hal pemenuhan kewajiban
periode pendek dengan tepat waktu. Rasio solvabilitas ialah rasio yang
dipergunakan dalam menilai sejauh mana aktiva yang dimiliki bank bisa
dibiayai oleh utang, dan yang terakhir yaitu rasio rentabilitas adalah rasio yang
digunakan dalam menaksir kecakapan perisahaan didalam menghasilkan sebuah
profit.
3

PT Bank Central Asia Tbk atau biasa disebut BCA Merupakan salah satu
perbankan nasional swasta yang terbesar di Indonesia yang mempunyai harga
saham paling tinggi diantara Bank Swasta lainnya. Hal tersebut dapat
ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Harga Saham Perbankan di Bursa Efek

NO NAMA BANK HARGA SAHAM (dalam rupiah)


2015 2016 2017 2018
1 Permata Tbk 945 555 625 544
2 Bank Tabungan Negara 1.29 1.74 3.57 2.54
Tbk 5 0 0 0
3 Danamon Indonesia 3.20 3.71 6.95 7.60
Tbk 0 0 0 0
4

4 Bank Negara Indonesia 4.990 5.525 9.900 8.800


Tbk
5 Bank Central Asia Tbk 13.30 15.500 21.900 26.000
0
Sumber: List Harga Saham, www.idx.co/perusahaan-tercatat/profil-perusahaan-tercatat/
, 2018

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa PT Bank Central Asia Tbk
mempunyai harga saham dari periode 2015 - 2018 yang senantiasa peningkatan
harga sahamnya. Maka peneliti akan melakukan analisis lebih lanjut mengenai
kinerja keuangan PT Bank Central Asia berdasarkan pada laporan keuangan
yang dipublikasikan pada setiap tahunnya agar dapat lebih mengerti mengenai
kinerja keuangan PT Bank Central Asia Tbk.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimana rasio likuiditas pada PT.
Bank Central Asia pada periode 2017-2019?, (2) Bagaimana rasio solvabilitas
pada PT. Bank Central Asia pada periode 2017-2019?, (3) Bagaimana rasio
rentabilitas pada PT. Bank Central Asia pada periode 2017-2019?, (4) Bagaimana
rasio keuangan pada PT. Bank Central Asia berdasarkan analisis rasio likuiditas,
solvabilitas dan rentabilitas pada periode 2017-2019?. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio
keuangan.

TINJAUAN TEORITIS
Akuntansi Keuangan
Menurut Jagianto (1997:54), akuntansi keuangan adalah penyediaan informasi
pelaporan keuangan perusahaan bagi pihak-pihak Luar perusahaan meliputi laporan
pada neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas pada
pemegang saham, pemberi pinjaman ataupun penanam modal terutama mengenai
faktor profitabilitas dan kredibilitas perusahaan pada penyuplai ataupun pada
pemerintah.
Menurut Pangestika (2019), tujuan pokok akuntansi yaitu menyediakan
informasi yang dipercaya dapat membantu dalam proses menentukan keputusan
yang akan diambil. Untuk bisa memperoleh sebuah data yang dibutuhkan,
akuntan akan memenuhi sejumlah kinerja berupa akumulasi dan pengerjaan data
akuntansi dengan sistematik dalam periode berjalan, dan biasanya dalam jangka
waktu satu tahun. Kegiatan akumulasi danpengolahan data secara akuntansi
dengan sistematis pada satu waktu akuntansi yang disebut dengan proses
akutansi maupun siklus akutansi.
Bahri (2016:18) siklus akutansi merupakan langkah - langkah yang
dimulai akibat dari transaksi hingga penyiapan laporan keuangan sampai siap
untuk dilakukan pencatatan periode berikutnya.

Laporan Keuangan
Dijelaskan oleh Munawir (2014:2), pada dasarnya laporan pada keuangan
5

sebagai sebuah akibat dari cara didalam akuntansi yang difungsikan menjadi sarana
komunikasi diantara data-data keuangan pada periode tertentu sebuah perusahaan ke
pihak yang memiliki kepentingan dengan kegiatan perusahaan tersebut. Tujuan
utama dari sebuah laporan keuangan suatu perusahaan yaitu digunakan sebgai
sarana mendapatkan informasi mengenai keuntungan / profit yang diperoleh
perusaahaan serta biaya operasional yang telah dikeluarkan oleh perusahaan
dalam satu periode tertentu. Laporan keuangan terdiri dari Laporan lncome
statement (rugi laba), Laporan Statement of Owner’s Equity (Ekuitas
PemiIik), Neraca (BaIance Sheet), Laporan statement of cash fiows (Arus Kas) dan
Catatan Atas
Laporan Keungan.
Dijelaskan oleh Harahap (2003:190), yang dimaksud analisis laporan
keuangan merupakan pemecahan bagian – bagian laporan keuangan yang menjadi
lebih kecil dari satu unit informasi dan memperhatikan hubungan sifatnya memiliki
arti satu dengan lainnya, yakni diantara data bersifat kuantitatif dengan data yang
bersifat non kuantitatif sehingga bertujuan guna memahami keputusan yang tepat
berdasarkan dengan kondisi keuangan
6

Pengukuran dan Analisis Kinerja Keuangan


Menurut Srimindarti (2006: 34), pengukuran pada kinerja keuangan
merupakan kualifikasi, efisiensi dan efektifitas suatu purusahaan dalam
mengoperasikan kegiatan usaha dalam satu periode akuntansi. Dengan melakukan
pengukuran kinerja keuangan pada suatu perusahaan, hal ini mampu memberikan
penjelasan mengenai baik dan buruknya keadaan keuangan yang ada di perusahaan
serta menggambarkan pencapaian kinerja dalam satu waktu tertentu.
Analisis pada kinerja keuangan ialah aktivitas dalam menganalisis kinerja
secara teliti, meliputi pemeriksaan data-data keuangan perusahaan, perhitungan,
pengukuran, intepretasi, serta memberikan sebuah jalan keluar mengenai
kendala keuangan dalam periode tertentu yang dihadapi oleh perusahaan.
Kinerja keuangan mampu dilihat menggunakan beberapa alat maupun cara
analisis.

Rasio Keuangan
Kasmir (2014:104) berpendapat bahwa rasio keuangan adalah sebuah
aktivitas dengan melakukan perbandingan angka-angka didalam laporan keuangan.
Perbandingan tersebut dilakukan diantara komponen satu dengan unsur didalam
sebuah laporan keuangan dan pada tiap unsur yang terdapat didalam sebuah
laporan keuangan. Tujuan rasio keuangan dipergunakan dengan tujuan guna
menaksir kondisi finansial serta kinerja sebuah perusahaan pada periode-periode
tertentu. Hasil dari rasio keuangan akan menggambarkan baik buruknya keadaan
perusahaan tersebut.
Analisis rasio ini dipergunakan guna mendapatkan info mengenai
hubungan dari beberapa pos-pos yang terdapat pada sebuah laporan keuangan
suatu perusahaan maupun pos yang ada diantara neraca laporan keuangan dan
laba-rugi laporan keuangan. Dan juga, analisis rasio keuangan bisa
dipergunakan di setiap tiap model analisis bank model yang dipergunakan
manajemen dengan tujuan untuk mengambil sebuah keputusan yang bersifat
sementara atau jangka pendek ataupun keputusan yang bersifat untuk jangka
panjang, melakukan peningkatan efisiensi dalam berbagai aspek keuangan,
efektifitas operasi perusahaan, dan mengavaluasi serta melakukan peningkatan
kemampuan (corporate financiaI
management modeI), dan juga analisis rasio keuangan dapat
dipergunakan guna
memperkirakan peristiwa dimasa mendatang seperti kondisi kepailitan
(bankcruptcy) suatu firma yang bisa dilaksanakan dengan melakukan banyak
penelitian.

Lemiyana (2015) berpendapat bahwa rasio-rasio keuangan bank ialah terdiri atas:

Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang dipergunakan dengan tujuan
menilai kinerja likuiditas atau kewajiban jangka pendek suatu perusahaan yang
dilakukan dengan cara menilai aktiva atau aset lancar perusahaan dengan utang
7

lancar ataupun kewajiban- kewajiban perusahaan yang dipunyai oleh bank.


Beberapa jenis rasio likuiditas yang
dipergunakan untuk melakukan pengukuran kinerja bank yaitu (1) Quick ratio. (2)
Banking ratio, (3) Loan to assets ratio, (4) Loan to deposit ratio.

Rasio Solvabilitas
Solvabilitas ialah rasio keuangan yang dipergunakan dengan maksud
menilai sejauh manakah aktiva pada perusahaan bisa dibayarkan dengan utang
perusahaan. Beberapa jenis rasio solvabilitas yang dipergunakan untuk
melakukan pengukuran kinerja bank yaitu (1) Primary Ratio, (2) CapitaI
Adequacy Ratio.
8

Rasio Rentabilitas
Ratio Rentabilitas bertujuan mengukur kinerja pada perusahaan
menghasilkan laba (profit). Atau rasio yang berfungsi untuk mengukur, menilai
ataupun menaksir kinerja perusahaan didalam memperoleh profit atau laba
dalam melakukan operasional perusahaannya. beberapa jenis rasio rentabilitas
yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran kinerja bank yaitu (1) Gross
Profit Margin, (2) Net Profit Margin, (3) Return On Equity, (4) Return On Assets.

Bank
UU RI No.10/10 November 1998 menerangkan mengenai sektor bank,
yaitu bank
(badan usaha) yang berfungsi sebagai tempat mengumpulkan (menghimpun)
uang penduduk kedalam wujud tabungan kemudian menyalurkannya ke
penduduk dalam wujud kredit ataupun bentuk yang lain guna mengembangkan
kehidupan masyarakat luas.
Beberapa fungsi dari perbankan yaitu (1) mendistribusikan pinjaman dana ke
masyarakat atau nasabah bank, (2) Menawarkan berbagai macam produk jasa
keuangan dalam menyimpan uang / dana dari masyarakat misalnya tabungan,
deposito dan lain sebagainya, (3) Memberikan pelayanan aliran dalam mengedarkan
uang dari masyarakat seperti transfer dana dan yang lainnya, (4) Menjadi perantara
keuangan antara pemilik modal dengan pasar yang tanggung jawabnya
mendistribusikan dana dari penanam modal ke perusahaan yang sedang
memerlukan modal, (5) Mengelola dana dari masyarakat luas

Pengembangan Hipotesis
Berhubung dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penilaian
kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio maka penelitian ini tidak
menggunakan hipotesis.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan penulis yaitu analisis informasi
deskriptif kualitatif dapat memberikan laporan mengenai hasil dari penelitian
yang berdasarkan kenyataan yang diperoleh dari pelaporan keuangan PT Bank
Central Asia Tbk. Menurut Sejati (2018) populasi merupakan area umum yang
unsur utama yaitu obyek atau subjek yang memiliki karakteristik dan kualitas
khusus yang ditentukan peneliti guna dipelajari serta guna diambil simpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Bank Central Asia
Tbk yang valid didapat dari laman laman resmi yang dipublikasikan setiap
tahun. Periode penelitian yang digunakan yaitu tahun 2017-2019.
9

Teknik Pengambilan Sampel


Menurut Sejati (2018), sampel merupakan sebagian daripada total dan
karakter yang dipunyai populasi itu. Pemilihan sampel pada penelitian ini ialah
laporan keuangan dari PT Bank Central Asia Tbk periode 2017 – 2019 yang
valid didapat dari website resmi yang telah dipublikasi oleh PT Bank Central
Asia Tbk, alasan pemilihan sampel ialah laporan keuangan pada PT Bank
Central Asia Tbk periode 2017 – 2019 sangat relevan mewakili keadaan
keuangan dari PT Bank Central Asia Tbk saat ini.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik mengumpulkan informasi pada penelitian ini yang dipergunakan
oleh penulis yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi ini merupakan
sekelompok informasi ataupun dokumen yang mampu menginformasikan
maupun membuktikan hubungan dalam proses mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam riset. Riset ini dilakukan penulis guna memperoleh langsung
laporan laba-rugi dan neraca yang ada di
1
0

laporan keuangan tahunan yang sudah dipublikasikan oleh PT Bank Central Asia
Tbk tahun 2017 – 2019.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Variabel yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan PT. Bank
Central Asia Tbk adalah rasio kinerja keuangan perbankan yang meliputi :

Rasio Likuiditas
Quick Ratio (Rasio Cepat)
Quick ratio adalah rasio tujuannya dipergunakan dalam menaksir kinerja
perbankan pada upaya untuk memenuhi atau membayar kewajiban kepada
pemilik deposito, simpanan giro dan tabungan (deposan) dari sejumlah harta
atau sejumlah aset yang dinilai sangat likuid yang dipunyai bank. Standard
tingkat kesehatan perbankan untuk quick ratio menurut Bank Indonesia senilai
15% - 20%, Sehingga apabila hasil penghitungan quick ratio yang diperoleh
sebesar 15%-20% sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh
hutangnya adalah baik. Dalam menghitung quick ratio menggunakan rumus
berikut ini :
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑛𝑎𝑖
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑥 100%
=
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Banking Ratio
Tujuan dari rasio ini ialah guna menilai tingkat likuiditas sebuah bank
menggunakan perbandingan keseluruhan kredit yang telah bank salurkan kepada
keseluruhan deposit bank yang tersedia. Semain tinggi nilai banking ratio, maka
semakin rendah tingkat likuiditas bank tersebut disebabkan seluruh uang dipakai
untuk pembiayaan kredit makin rendah, begitu juga seterusnya. Rumus dari
banking ratio adalah sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
𝐵𝑎𝑛𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑥 100%
= 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Rasio Pinjaman terhadap Aset (Loan to Assets ratio)


Rasio ini dipergunakan dengan tujuan menilai kinerja bank dalam upaya
pemenuhan permohonan dari debitur menggunakan keseluruhan aset yang bank
miliki. Artinya jika rasio tersebut semakin tinggi, maka likuiditasnya berada
pada tingkat yang semakin rendah. Perhitungan rasio loan to asset yaitu :
1
1
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
𝐿𝑜𝑎𝑛 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑥 100%
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Rasio Pinjaman terhadap Deposit (Loan to Deposit Ratio)


Loan to deposit ratio ialah penggunaan rasio untuk dengan tujuan menilai
susunan total kredit bank yang disalurkan kemudian dibandingkan dilakukan
perbandingan dengan total dana dari masyarakat atau nasabah dan modal milik
sendiri yang dipergunakan. Rumus rasio ini yaitu :
𝐿𝑜𝑎𝑛 𝑡𝑜 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛
𝑥 100%
=
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘
𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎
1
2

Rasio Solvabilitas
Rasio Utama (Primary Ratio)
Rasio pokok ialah rasio bertujuan menunjukan kinerja modal dalam menjaga
penurunan aset yang dikarenakan kerugian yang tidak mampu dihindari atau
diluar estimasi. Tingkat kesehatan rasio utama perusahaan memiliki tingkat
kesehatan sesuai dengan Bank Indonesia dalam primary ratio adalah senilai 3%-
6%. Sehingga dapat disimpulkan jika hasil perhitungan Primary Ratio sebesar 3%-
6%, artinya rasio bank masih baik dalam menunjukan kinerja modal dalam
mempertahankan penurunan aset akibat kerugian yang dialami atau diluar estimasi.
Rumus ratio ini ialah sebagai berikut:
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑥 100%
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)


Capital Adequacy Rasio ialah rasio yang bertujuan menilai modal milik
bank apakah cukup untuk membantu aktiva yang dianggap atau dimaksud dapat
memunculkan bahaya (resiko), seperti pemberian kredit oleh bank. Nilai standar
tingkat Kesehatan Bank Indonesia terhadap Capital Adequacy Ratio adalah
senilai 8%. Sehingga dapat disimpulkan apabila Capital Adequacy Ratio yang
dihasilkan kurang dari 8% maka artinya bank mempunyai modal atau ekuitas
yang terdapat belum cukup mampu untuk menanggung aset dalam menutupi
risikonya begitupula sebaliknya. Rumus rasio ini adalah:
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑑𝑒𝑞𝑢𝑎𝑐𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝑥 100%
=
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡
𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜

Rasio Rentabilitas
Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross Profit Margin adalah pengukuran rasio yang digunakan guna
menilai kinerja perbankan dalam memperoleh keuntungan bersih melalui
kegiatan operasi usahannya. Gross Profit Margin yang meningkat menunjukkan
semakin tingginya laba kotor yang mampu dihasilkan bank pada kegiatan
operasionalnya. Ini berarti biaya yang dikeluarkan oleh bank semakin efektif
untuk mendukung kegiatan operasionalnya semakin meningkat keuntungan
yang diperoleh. Cara menghitung rasionya yaitu sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 − 𝐵𝑦. 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑥 100%
= 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
1
3

Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


NPM (Net Profit Margin) ialah level rasio likuiditas saat dilakukan
perhitungan menggunakan pembagian antara income net terhadap pendapatan
operasi. Net profit margin menjelaskan laba netto terhadap jumlah penjualan yang
terdapat di tiap transaksi penjualannya. Nilai Net Profit Margin semakin besar suatu
perusahaan artinya pada perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih semakin baik
pula yang didapatkan dari kegiatan operasionalnya. Rumus rasionya yaitu sebagai
berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑥 100%
=
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
1
4

Laba atas Ekuitas (Return on Equity)


Return on Equity adalah rasio dengan tujuan mengukur (menilai) kinerja
bank didalam mendapat keuntungan serta efisiensinya secara keseluruhan dalam
kegiatan operasional perusahaan dengan penggunaan modal sendiri. Apabila nilai
Return On Equity semakin tinggi sehingga kemampuan bank semakin efisien atau
dapat dikatakan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh bank sehingga kondisi
bermasalah suatu perbankan semakin rendah. Rumus rasionya yaitu sebagai
berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%
= 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐵𝑎𝑛𝑘

Laba atas Aset (Return On Asset)


Return on Assets adalah rasio dengan tujuan mengukur (menilai) kinerja
perbankan mendapat keuntungan dari penggunaan kekayaan perusahaan yang
tersedia. Semakin tinggi nilai Return on Asset pada bank, maka semakin tinggi
juga tingkat keuntungan yang diporeleh bank yang bersangkutan dan semakin
efisien juga penggunaan aset oleh bank tersebut. Rumus rasionya adalah sebagai
berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Teknik Analisis Data


Dalam analisi ini penulis menggunakan analisis rasio keuangan
perbankan yang dimana analisis ini gambaran mengenai tingkat likuiditas,
solvabilitas dan rentabilitas terhadap kinerja keuangan PT. Bank Central Asia
Tbk pada tahun 2017-2019
1
5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Rasio Likuiditas
Tabel
2
Hasil Rasio Likuiditas PT. Bank Central Asia Tbk

Urai 2017 2018 2019


an
Quick Ratio 11,87% 11,62 11,89
% %
Banking Ratio 77,17% 82,17 80,49
% %
Loan to Asset Ratio 60,07% 63,21 61,79
% %
Loan to Deposit Rasio 78,00% 83,10 81,39
% %
Sumber: Data diolah
2021
Quick Rasio
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa pertumbuhan Quick Ratio pada
PT Bank Central Asia kurun waktu tiga periode (tahun) menunjukkan
kecenderungan berfluktuasi akibat naiknya total simpanan dari nasabah jika
dibandingkan dengan aset tunai bank yang tersedia.
Quick ratio periode 2017 yang diperoleh PT Bank Central Asia adalah
sejumlah
11,87% yang menjelaskan bank belum sanggup mengembalikan simpanan pada
bank dari keseluruhan simpanan milik nasabah (deposan) hanya mengandalkan
aset tunai yang bank miliki pada periode 2017 sejumlah Rp. 69.320.613.
Quick ratio periode 2018 yang diperoleh PT. Bank Central Asia terdapat
penurunan
rasio sejumlah 0,25% menjadi 11,62% penurunan ini diakibatkan jumlah hutang
lancar sebesar Rp. 634.438.633 lebih tinggi daripada jumlah aset tunai yang
bank miliki yakni
1
6

sejumlah Rp.73.737.690. Sehingga dapat dikatakan bank masih belum mampu


untuk memenuhi kewajibannya.
Quick ratio periode 2019 yang diperoleh PT. Bank Central Asia
mengalami kenaikan
sejumlah 0,27% menjadi 11,89% kenaikan ini disebabkan jumlah hutang lancar
sebesar Rp 705.406.165 lebih tinggi daripada jumlah aset tunai yang bank miliki
yaitu sebesar Rp.83.847.767. Sehingga dapat dikatakan bank masih belum mampu
untuk memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan tabel 2, serta penjelasan yang ada diatas dapat bahwa hasil
quick rasio
pada PT Bank Central Asia di periode 2017-2019 berada dibawah standar penilaian
Bank Indonesia mengenai tingkat kesehatan yang telah dibakukan untuk quick ratio
yaitu sebesar 15% - 20%. Hal tersebut menggambarkan bahwa PT Bank Central
Asia tahun 2017 – 2019 belum dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan
menggunakan asset lancarnya. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Lemiyana
(2015:49) yang menyatakan bahwa bank bisa disimpulkan cair jika bank tersebut
mampu melunasi kewajiban atas utangnya, mampu melunasi keseluruhan
depositonya dan mampu melaksanakan permohonan pinjaman yang dimohonkan
tanpa adanya penangguhan, maka berdasar teori tersebut bisa disimpulkan
bahwasannya Bank Central Asia Tbk untuk tahun 2017-2019 memiliki tingkat
likuiditas yang kurang baik.

Banking Ratio
Berdasar tabel 2 mengenai pertumbuhan Banking Ratio Bank Central Asia Tbk
pada kurun waktu tiga periode yang menjelaskan adanya kecenderungan
berfluktuasi yang diakibatkan peningkatan pinjaman secara keseluruhan yang
dilakukan nasabah dibandingkan dengan keseluruhan deposit yang bank peroleh.
Banking ratio pada periode 2017 yang diperoleh PT Bank Central Asia Tbk.
adalah
sejumlah 77,17% yang artinya bank dapat menyelaraskan keseluruhan pinjaman
sejumlah Rp.450.696.329 yang dibagikan dengan hutang lancar yang tersedia
sejumlah Rp.584.061.687. Banking ratio pada periode 2018 yang diperoleh PT
Bank Central Asia terjadi peningkatansejumlah 5,00% sehingga
menjadi 82,17%. Hal tersebut
diakibatkan keseluruhan pinjaman PT. Bank Central Asia Tbk yang sudah
disalurkan sejumlah Rp.521.317.134. Jumlah ini lebih rendah dari hutang lancar
deposan miliki yakni sejumlah
Rp.634.438.633.
Banking ratio pada periode 2019 yang diperoleh PT Bank Central Asia
terjadi penurunan yaitu sejumlah 1,68% menjadi 80,49% hal ini diakibatkan
keseluruhan pinjaman PT. Bank Central Asia Tbk yang sudah disalurkan sejumlah
Rp.567.806.613. Jumlah ini lebih rendah jika dibandingkan dengan keseluruhan
dana nasabah yang tersimpan di bank sejumlah Rp.705.406.165.
Berdasarkan tabel 2, serta penjelasan mengenai hasil banking ratio Bank
Central Asia Tbk untuk tahun 2017-2019 menunjukan fluktuasi hal ini berarti
semakin besar nilai banking ratio maka berdampak pada likuiditas pada bank yang
semakin rendah, dikarenakan
keseluruhan uang yang tersimpan dipergunakan dalam pembiayaan pinjaman
1
7
menjadi semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Apabila nilai banking ratio
makin kecil maka likuiditas bank akan akan ke tingkat yang semakin besar. Hal
ini dikarenakan bank mampu memastikan biaya pinjaman nasabah
menggunakan deposito yang ada di bank. Dan berdasarkan perhitungan tersebut
diperoleh hasil bahwa PT Bank Central Asia cenderung mempunyai penilaian
banking ratio yang relatif tinggi jadi mampu dikatakan bahwasannya PT Bank
Central Asia di tahun 2017 -2019 mempunyai tingkat likuiditas yang rendah.
10

Loan to Asset Ratio


Berdasar tabel 2, pertumbuhan pada rasio Loan to Assets PT Bank Central
Asia dalam kurun waktu tiga periode terlihat cenderung berfluktuasi yang
diakibatkan permintaan pinjaman naik dibanding seluruh aset yang bank miliki
Pada periode 2017, rasio loan to asset yang diperoleh PT. Bank Central Asia
Tbk. adalah sebesar 60,07%. Artinya bank dapat menyetujui permohonan deposan
menggunakan aset yang bank miliki yakni senilai Rp.750.319.671.
Pada periode 2018, rasio loan to asset didapatkan Bank Central Asia.
mengalami peningkatan 3,14% sehingga menjadi 63,21%. Artinya bank belum
dapat menyetujui permohonan nasabah dari aset yang bank miliki yakni senilai
Rp.824.787.944.
Pada periode 2019, rasio loan to asset yang diperoleh PT. Bank Central
Asia terjadi
penurunan 1,42% sehingga menjadi 61,79%. Artinya bank dapat pemenuhan
permohonan nasabah dari aset yang bank miliki yakni senilai Rp.918.989.312.
Dari tabel 2, dijelaskan mengenai hasil loan to asset rasio pada Bank Central
Asia untuk
tahun 2017-2019 terlihat berfluktuasi, hal tersebut berarti loan to asset ratio yang
nilainya semakin tinggi, maka berdampak pada tingkat likuiditas bank yang
makin rendah. Namun hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut yaitu nilai
loan to asset rasio pada PT Bank Central Asia untuk periode 2017-2019
cenderung rendah yang artinya tingkat likuiditasnya yang tinggi atau Bank
Central Asia di periode 2017-2019 belum mampu mengabulkan permohonan
debitur menggunakan keseluruhan aset yang tersedia.

Loan to Deposit Ratio


Berdasar tabel 2, pertumbuhan rasio Loan to Deposit PT Bank Central Asia
pada kurun waktu tiga periode terlihat cenderung berfluktuasi yang diakibatkan
meningkatnya pemberian total pinjaman sama dengan penerimaan dana oleh pihak
ketiga kepada bank.
Rasio loan to deposit periode 2017, yang diperoleh Bank Central Asia adalah
sejumlah 78,00% hal tersebut dikarenakan total pinjaman yang diberikan yaitu
senilai Rp. 450.696.329 artinya PT Bank Central Asia dapat melunasi kwajiban-
kewajibannya kembali pada investor (nasabah).
Rasio loan to deposit periode 2018, yang diperoleh PT Bank Central Asia
mengalami
peningkatan 5,10% sehingga menjadi 83,10%, peningkatan ini dikarenakan total
pinjaman yang diberikan yaitu senilai Rp. 521.317.134 berarti PT Bank Central
Asia tetap dapat melunasi kewajiban-kewajibannya kembali pada investor
(nasabah).
Rasio loan to deposit periode 2019, yang diperoleh PT. Bank Central Asia
mengalami
penurunan 1,71% sehingga menjadi 81,39%, penurunan ini dikarenakan total
pinjaman yang diberikan yaitu senilai Rp. 567.806.613 artinya PT. Bank Central
Asia Tbk tetap dapat melunasi kewajiban-kewajibannya kembali pada investor
(nasabah).
Berdasarkan tabel 2, serta penjelasan didapatkan hasil bahwa loan to deposit
rasio Bank
10

Central Asia Tbk untuk tahun 2017-2019 terlihat cenderung berfluktuasi. Hasil
yang diperoleh menunjukkan rasio yang tidak lebih dari 100% atau dapat
dikatakan cenderung rendah maka bisa diartikan bahwasannya Bank Central
Asia Tbk untuk tahun 2017-2019 mempunyai tingkat likuiditas tinggi.

Rasio
Solvabilitas
Tabel 3
Hasil Rasio Solvabilitas pada PT. Bank
Central Asia Tbk
Uraian 2017 2018 2019
Primary Ratio 0,94% 0,86% 0,77%
Capital Adequacy Ratio 1,30% 1,12% 1,03%
Sumber: Data diolah 2021

Primary Ratio
Berdasar tabel 3, yang menunjukkan perubahan rasio Primary pada PT.
Bank Central Asia untuk kurun waktu tiga periode terlihat cenderung menurun
yang diakibatkan meningkatnya total aset bank.
Primary ratio periode 2017 yang diperoleh PT Bank Central Asia yaitu
sejumlah 0,94%, hal tersebut diakibatkan karena terjadi kenaikan pada keseluruhan
asset yakni senilai Rp.750.319.671. Perhitungan ini memberikan bukti bahwa
kinerja modal pada bank didalam mempertahankan penurunan asset atas kerugian
yang tidak dapat dihindari.
Tahun 2018 Primary Ratio yang diperoleh PT Bank Central Asia terjadi
penurunan
yaitu senilai 0,8% sehingga jadi 0,86%, hasil ini diakibatkan karena terjadi kenaikan
pada keseluruhan asset yakni senilai Rp.824.787.944 yang memberikan bukti
bahwasannya kinerja modal pada bank didalam mempertahankan penurunan asset
atas kerugian yang tidak dapat dihindari.
Tahun 2019 Primary Ratio yang diperoleh PT Bank Central Asia terjadi
penurunan
yaitu senilai 0,9% sehingga jadi 0,77% hasil ini diakibatkan karena terjadi kenaikan
pada keseluruhan asset yakni senilai Rp. 918.989.312 ini memberikan bukti
bahwasannya modal pada bank didalam mempertahankan penurunan asset atas
kerugian yang tidak dapat dihindari.
Berdasarkan tabel 3 serta penjelasan diatas bisa dilihat hasil perhitungan
Primary
Rasio pada PT Bank Central Asia periode 2017-2019 berada dibawah standar
penilaian Bank Indonesia mengenai kesehatan bank yang sudah ditetapkan untuk
primary ratio yaitu sebesar 3%-6%. Hal tersebut menggambarkan PT Bank Central
Asia periode 2017 – 2019 masih belum mampu didalam membuktikan kinerja
modal bank mempertahankan penurunan aset atas kerugian yang tidak bisa
10

dihindari atau diluar estimasi.


11

Primary Ratio
Berdasar tabel 3, yang menunjukkan perubahan rasio Primary pada PT.
Bank Central Asia untuk kurun waktu tiga periode terlihat cenderung menurun
yang diakibatkan meningkatnya total aset bank.
Primary ratio periode 2017 yang diperoleh PT Bank Central Asia yaitu
sejumlah 0,94%, hal tersebut diakibatkan karena terjadi kenaikan pada keseluruhan
asset yakni senilai Rp.750.319.671. Perhitungan ini memberikan bukti bahwa
kinerja modal pada bank didalam mempertahankan penurunan asset atas kerugian
yang tidak dapat dihindari.
Tahun 2018 Primary Ratio yang diperoleh PT Bank Central Asia terjadi
penurunan
yaitu senilai 0,8% sehingga jadi 0,86%, hasil ini diakibatkan karena terjadi kenaikan
pada keseluruhan asset yakni senilai Rp.824.787.944 yang memberikan bukti
bahwasannya kinerja modal pada bank didalam mempertahankan penurunan asset
atas kerugian yang tidak dapat dihindari.
Tahun 2019 Primary Ratio yang diperoleh PT Bank Central Asia terjadi
penurunan
yaitu senilai 0,9% sehingga jadi 0,77% hasil ini diakibatkan karena terjadi kenaikan
pada keseluruhan asset yakni senilai Rp. 918.989.312 ini memberikan bukti
bahwasannya modal pada bank didalam mempertahankan penurunan asset atas
kerugian yang tidak dapat dihindari.
Berdasarkan tabel 3 serta penjelasan diatas bisa dilihat hasil perhitungan
Primary
Rasio pada PT Bank Central Asia periode 2017-2019 berada dibawah standar
penilaian Bank Indonesia mengenai kesehatan bank yang sudah ditetapkan untuk
primary ratio yaitu sebesar 3%-6%. Hal tersebut menggambarkan PT Bank Central
Asia periode 2017 – 2019 masih belum mampu didalam membuktikan kinerja
modal bank mempertahankan penurunan aset atas kerugian yang tidak bisa
dihindari atau diluar estimasi.

Capital Adequacy Rasio


Berdasar tabel 3, pertumbuhan rasio capital adequacy pada PT Bank
Central Asia untuk kurun waktu tiga periode terlihat cenderung menurun yang
diakibatkan oleh modal bank yang tidak mampu menanggung aktiva yang
menghasilkan risiko.
Rasio capital adequacy di periode 2017, yang diperoleh PT. Bank Central
Asia ialah senilai 1,30%, hal ini di akibatkan karena modal bank lebih kecil
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu senilai Rp.
545.600.979 maka sebab itu modal bank masih tidak dapat menanggung aktiva
yang menghasilkan risiko.
Rasio capital adequacy di periode 2018, yang diperoleh PT Bank Central
Asia terjadi
penurunan yaitu 0,18% sehingga jadi 1,12%, hasil ini diakibatkan karena modal
pada bank menjadi lebih rendah dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) yaitu senilai Rp. 635.338.344 maka sebab itu modal bank yang masih
dapat menanggung aktiva yang menghasilkan risiko.
Rasio capital adequacy di periode 2019, yang diperoleh PT Bank Central
12

Asia juga
terjadi penurunan yaitu 0,09% sehingga menjadi 1,03%, hasil ini diakibatkan
karena modal pada bank menjadi lebih rendah dengan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR) yaitu senilai Rp. 690.511.674 maka sebab itu modal
bank masih tidak dapat menanggung aktiva yang menghasilkan risiko.
Berdasarkan tabel 3 serta penjelasan diatas bisa dilihat hasil hitungan rasio
Capital
Adequacy PT Bank Central Asia tahun 2017 - 2019, berada dibawah standar
penilaian Bank Indonesia mengenai kesehatan bank yang sudah ditetapkan
untuk rasio Capital Adequacy Ratio yaitu sebesar 8%. Hal ini menggambarkan PT.
Bank Central Asia Tbk tahun 2017 – 2019 masih belum cukup mampu dalam
menunjukan kemampuan modal bank yang dimiliki untuk menanggung aktiva
yang menghasilkan risiko.
13

Rasio
Rentabilitas
Tabel 4
Hasil Rasio Rentabilitas PT. Bank Central Asia Tbk

Urai 2017 201 201


an 8 9
Gross Profit Margin 204,80 207.84% 202.70%
%
Net Profit Margin 40,93 41,01% 39,89%
%
Return On Equity 328,93 364,63% 402,97%
%
Return On Asset 3,89% 3,97% 3,95%
Sumber: Data diolah
2021
Gross Profit Margin
Berdasar tabel 4 pertumbuhan rasio Gross Profit Margin pada PT.Bank
Central Asia untuk kurun waktu tiga periode terlihat cenderung berfluktuasi yang
diakibatkan dari fluktuasi pendapatan dari operasioanal bank (perusahaan).
Rasio gross profit margin pada periode 2017 yang diperoleh PT. Bank
Central Asia Tbk yaitu senilai 204,80% dan pada Tahun 2018 rasio yang diperoleh
PT.Bank Central Asia terjadi peningkatan yakni senilai 3,04% jadi 207,84%, hasil ini
diakibatkan karena biaya dari operasional terjadi kenaikan yakni senilai Rp.
27,822,940.
Rasio gross profit margin pada periode 2019 yang diperoleh PT. Bank
Central Asai Tbk
mengalami penurunan yaitu senilai 5,14% menjadi 202,70%, hal ini diakibatkan
karena tidak seimbangannya total biaya operasional senilai Rp. 35.333.551 dengan
pendapatan operasional senilai Rp. 71.622.549.
Berdasarkan tabel 4 serta penjelasan diatas dapat dilihat bahwa hasil
perhitungan rasio gross profit margin pada PT Bank Central Asia periode 2017-
2019 menunjukkan kecondongan berfluktuasi. Hasil ini menjelaskan
bahwasannya PT Bank Central Asia di tahun 2017-2019 sudah cukup efisien
dalam mengelola biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk mencukupi kegiatan
operasionalnya jadi pendapatan yang didapatkan menjadi naik meskipun di
tahun 2019 mengalami penurunan.

Net Profit Margin


Berdasar tabel 4 pertumbuhan rasio net profit margin pada PT.Bank
Central Asia untuk kurun waktu tiga periode terlihat cenderung berfluktuasi yang
diakibatkan karena naik turunnya pendapatan bersih yang diperoleh bank.
Rasio net profit margin di periode 2017 pada PT Bank Central Asia adalah
senilai 40,93% dan rasio net profit margin di periode pada tahun 2018 didapatkan
PT Bank Central Asia terjadi peningkatan yakni sejumlah 0,08% sehingga jadi
41,01% hasil tersebut akibatkan karena terjadinya peningkatan keuntungan senilai
14

Rp. 25.851.660 artinya bank sudah bagus membukukan keuntungan bersih dari
aktivitas operasional inti bank.
Rasio net profit margin di periode 2019, yang didapatkan PT Bank Central
Asia terjadi penurunan yakni sejumlah 1,12% jadi 39,89% hasil tersebut
diakibatkan oleh terjadinya kenaikan keseluruhan keuntungan bersih yakni senilai
Rp.28.569.974. Maka berarti bank sudah cukup mampu didalam membukukan
lababersih yang didapatkan dari aktivitas operasional inti bank.
Berdasarkan tabel 4 serta penjelasan diatas dapat dilihat bahwa hasil
perhitungan rasio Net profit margin pada PT Bank Central Asia periode 2017-
2019 menunjukkan kecondongan berfluktuasi. Hasil tersebut terlihat
bahwasannya PT Bank Central Asia di tahun 2017-2019 dapat dikatakan cukup
bagus didalam membukukan keuntungan bersih yang didapatkan dari aktivitas
operasional inti bank. Meskipun di periode 2019 rasionya menurun.
15

Return on Equity
Berdasar tabel 4 pertumbuhan Return on equity pada PT.Bank Central Asia
untuk kurun waktu tiga periode menjelaskan kenaikan diakibatkan dari adanya
peningkatan pendapatan pada keuntungan sesudah pajak yang didapatkan bank.
Pada periode 2017 rasio return on equity yang didapatkan oleh PT. Bak
Central Asia Tbk adalah sebesar 328,93% artinya bank mampu mendapatkan
keuntungan neto atas modal yang dimiliki.
Pada periode 2018 rasio return on equity yang diperoleh PT. Bank Central
Asia Tbk terjadi peningkatan yakni sejumlah 35,70% jadi 364,63% hasil ini
akibatkan karena keseluruhan laba bersih yang diperoleh senilai Rp. 25.851.660
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu senilai Rp. 23.321.150.
Tahun 2019 Return on equity yang didapatkan oleh PT. Bak Central
Asia Tbk
mengalami kenaikan yaitu sebesar 38,34% menjadi 402,97% hal ini diakibatkan
karena keseluruhan keuntungan neto yang diperoleh terjadi peningkatan dari
periode 2018 yaitu senilai Rp.28.569.974.
Berdasarkan tabel 4 serta penjelasan diatas dapat dilihat bahwa hasil
perhitungan Return on equity PT. Bank Central Asia Tbk tahun 2017-2019
menunjukkan kenaikan. Hal ini berarti nilai Return on equity PT. Bank Central
Asia Tbk di tahun 2017-2019 cukup baik menghasilkan laba bersih dibanding
dengan jumlah modal yang dimiliki. Atau dapat dikatakan bahwa kinerja bank
semakin baik atau semakin besar keuntungan yang diperoleh bank jadi
kemungkinan semakin kecil kondisi bermasalah di dalam bank.

Return on Asset
Berdasarkan tabel 4.13 perkembangan Return on Asset pada Bank Central
Asia untuk kurun waktu tiga periode terlihat cenderung berfluktuasi yang
diakibatkan terjadi fluktuasi keuntungan sebelum pajak atau tidak stabil.
Rasio return on asset pada periode 2017 yang diperoleh PT Bank Central
Asia ialah senilai 3,89% hasil ini berarti Bank BCA dapat menghasilkan profit
atas keseluruhan asset yang tersedia.
Rasio return on asset pada periode 2018 yang diperoleh PT Bank Central
Asia mengalami kenaikan yakni sejumlah 0,8% jadi 3,97% hasill tersebut karena
keuntungan sebelum pajak naik sejumlah Rp. 32.706.064 kemudian keseluruhan
dari aset senilai Rp.824.787.944.
Rasio return on asset pada periode 2019 yang diperoleh PT Bank
Central Asia
mengalami penurunan yaitu senilai 0,2% menjadi 3,95% hal ini diakibatkan karena
kenaikan laba sebelum pajak yaitu senilai Rp. 36.288.998 dan naiknya jumlah aset
yaitu senilai Rp. 918.989.312 dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan tabel 4.13 serta penjelasan diatas dapat dilihat bahwa hasil
perhitungan rasio laba atas ekuitas (ROA) pada PT Bank Central Asia periode 2017-
2019 menunjukkan kecondingan berfluktuasi. Hal ini berati PT Bank Central Asia
pada periode 2017-2019 sudah bagus didalam membukukan keuntungan dari
pemanfaatan aset yang tersedia. Atau bisa disimpulkan makin tinggi besaran profit
(keuntungan) yang diperoleh PT Bank Central Asia maka makin tinggi (baik) juga
pemanfaatan asset yang bank miliki.
16

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berikut adalah simpulan hasil dari analisis dan pembahasan yang sudah
dilaksanakan mengenai analisis rasio keuangan pada Bank Central Asia Tbk
tahun 2017 - 2019, maka didapatkan simpulan yaitu:
Berdasarkan analisis rasio likuiditas (Liquidity Ratio) yang sudah
dilaksanakan di
Bank Central Asia Tbk tahun 2017 - 2019 memakai indikator Quick Ratio, Banking
Ratio, Loan
11

to Assets Ratio dan Loan to Deposit Ratio menunjukan kondisi keuangan yang
cenderung berfluktuasi per periodenya sehingga akibatkan karena besaran pinjaman
yang diberikan lebih rendah daripada simpanan dana yang deposan miliki.
Berdasarkan analisis rasio solvabilitas (Solvability Ratio) yang telah dilakukan
pada Bank Central Asia Tbk periode 2017 - 2019 memakai indikator Primary Ratio
dan Capital Adequacy Ratio condong ke arah menurun, akibatnya bank kesulitan
menangani kerugian
yang timbul pada tiap periodenya.
Berdasarkan analisis rasio rentabilitas (Rentability Ratio) yang telah dilakukan
di Bank Central Asia Tbk periode 2017 - 2019 menggunakan indikator Gross profit
margin, Net profit margin dan Return on Assets yang cenderung berfluktuasi.
Kemudian tahun 2019 Return on Equity naik dengan signifikan senilai Rp. 402,97%
kenaikan signifikan ini terjadi karena bank cukup membaik sehingga mampu
menghasilkan keuntungan bersih dibanding dengan keseluruhan modal yang ada dan
sudah cukup membaik dalam memanfaatkan asset yang dimiliki dalam perolehan laba
bersihnya.
Dari seluruh analisis pada Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), Rasio Solvabilitas
(Solvability Ratio) dan Rasio Rentabilitas (Rentability Ratio) yang telah dilakukan,
dapat diambil simpulan bahwasannya analisa kinerja keuangan di PT Bank Central
Asia periode 2017 – 2019 sudah cukup membaik.

Saran
Beberapa saran yang diajukan bagi PT Bank Central Asia Tbk berdasarkan
hasil dari
analisa riset ini yaitu (1) Perusahaan perbankan penting untuk meningkatkan rasio
pada solvabilitasnya yang utamanya indikator primary ratio (PR) dan capital
adequacy ratio (CAR), supaya bank tidak kesulitan menutup timbulnya kerugian yang
di alami. Dalam hal ini berarti dari seluruh modal yang dimiliki harus lebih di
manage lebih baik sesuai dengan maksud dan tujuan setiap penggunaanya seperti
dalam hal pemberian kredit serta penempatan kas, giro, maupun surat – surat
berharga lainnya pada BI dan bank lainnya, (2) Perusahaan juga perlu meningkatkan
rasio likuiditasnya agar bank dapat memenuhi kewajibannya kepada seluruh nasabah
dan deposan. Dalam hal ini dapat dilakukan usaha – usaha untuk mengalihkan
sejumlah total setoran yang ada pada penawaran produk dan jasa lain yang dimiliki,
seperti misalnya asuransi, investasi, jasa priority service, dan lain sebagainya.
12

6, RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif: Analisis Kinerja dan Rekomendasi Investasi untuk Bank Central Asia
(BCA)**

1. Pendahuluan:
Analisis ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja keuangan Bank Central Asia (BCA) dan
memberikan rekomendasi investasi berdasarkan temuan tersebut. BCA, sebagai salah satu
bank terkemuka di Indonesia, menjadi fokus penelitian ini.

2. Metodologi Analisis:
Metode analisis melibatkan tinjauan menyeluruh terhadap laporan keuangan BCA, dengan
penekanan pada rasio keuangan kunci, tren kinerja historis, dan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi bank.

3. Hasil Analisis:

a. Likuiditas:
BCA menunjukkan kesehatan likuiditas yang baik dengan current ratio dan quick ratio yang
stabil. Kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya terlihat positif.

b. Solvabilitas:
Struktur modal BCA seimbang, dan rasio hutang terhadap aset dan ekuitas berada dalam
batas normal, mencerminkan keberlanjutan keuangan yang baik.

c. Profitabilitas:
Rasio profitabilitas menunjukkan kinerja yang solid, dengan margin laba bersih dan tingkat
pengembalian investasi pada tingkat yang kompetitif.

d. Tren Perputaran Aset:


Meskipun ada beberapa penurunan dalam perputaran aset, BCA tetap mempertahankan
efisiensi operasional yang baik.

4. Rekomendasi:
Berdasarkan hasil analisis, diberikan rekomendasi investasi sebagai berikut:
13

a. HOLD:
BCA menunjukkan kinerja yang stabil dan solid. Rekomendasi "Hold" diberikan kepada
investor yang telah memegang saham BCA. Tidak ada indikasi mendesak untuk menjual atau
membeli saham pada saat ini.

b. Analisis Lanjutan:
Meskipun rekomendasi "Hold" diberikan, disarankan untuk melakukan analisis lebih lanjut
terutama dalam mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan perputaran aset.

5. Kesimpulan:
Analisis ini menyoroti kesehatan finansial dan stabilitas kinerja BCA. Sementara "Hold"
adalah rekomendasi utama, langkah-langkah lebih lanjut sebaiknya diambil setelah
mempertimbangkan perkembangan pasar dan faktor eksternal lainnya.

You might also like