You are on page 1of 31

MAKALAH

“PERILAKU BUDAYA DAN SUB BUDAYA KONSUMEN”


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Perilaku
Konsumen Pada Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Pamulang

Ditulis Oleh :

ASRI NABILA JAHRO : 221015200047


BURHANUDIN : 221015200023
HABIBURROHMAN : 221015200033
RIZKY NOVRANTAMA : 221015200215

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun

makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Perilaku

Budaya dan Sub Budaya Konsumen”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa

teratasi. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini semoga bantuannya

dapat balasan dari Tuhan Yang Maha esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca

sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Tangeran Selatan, 01 Desember 2023


DAFTAR ISI

BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Pengertian Budaya.................................................................................................6
B. Unsur-Unsur Budaya..............................................................................................7
C. Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen..................................................13
D. Strategi Pemasaran dengan dan Memperhatikan Budaya.....................................15
E. Tinjauan Sub Budaya...........................................................................................17
F. Sub Buaya Demografi..........................................................................................19
G. Lintas Budaya (Cross Curtural Consumen Behavior)...........................................22
H. Analisis Lintas Budaya.........................................................................................24
I. Bauran Pemasaran dalam Lintas Budaya..............................................................27
BAB III............................................................................................................................31
PENUTUP.......................................................................................................................31
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang

paling mendasar. Dengan kata lain faktor budaya merupakan faktor paling utama

dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Menurut suatau

analisis, lahirnya masyarakat konsumsi pertama kali muncul di Inggris pada abad

ke XVII ketika ada bebarapa kejadian penting yang berlangsung. pengaruh budaya

dapat mempengaruhi berbagai makna budaya dalam masyarakat dalam suatu

proses yang berkesinambungan dan timbal balik yang hamper mirip dengan

analisis roda konsumen. Budaya konsumsi yang muncul juga dipengaruhi oleh

strategi pemasaran, konsumsi massal meningkat sejalan dengan semakin

banyaknya orang yang memiliki pendapatan. Gambaran singakat kejadian yang

kompleks di awal terbentuknya masyarakat konsumsi modern menunjukan

pentingnya budaya dalam uapaya memahami perilaku konsumen.

Konsumen adalah makhluk social, yaitu makhluk yang hidup bersama

dengan orang lain, berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah

yang disebut sebagai lingkungan social konsumen. Konsumen saling berinteraksi

satu sama yang lain, saling mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan,

sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting. Salah satunya unsur

lingkungan social adalah budaya.


1.2 Rumusan Masalah
1. Memaparkan penjelasan mengenai pengruh budaya dan sub-budaya

terhadap perilaku konsumem.

2. Memaparkan apa yang diabahas dalam Unsur-unsur budaya

3. Memaparkan Tinjauan su-budaya budaya.

4. Memaparkan cakupan dan lintas sub-budaya

5. Memaprkan bauran pemasaran dalam lintas budaya

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian budaya.

2. Mengetahui apa saja yang dibahas dalam unsure-unsur budaya.

3. Mengetahui lintasan budaya.

4. Mengetahui cakupan dan lintas budaya dalam pemasaran.

5. Mengetahui bauran pemasaran.

1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi dan masukan kepada mahasiswa-mahasiswi serta

tenagapengajar tentang materi “persepsi sosial” dan “sikap”.

2. Penulis bisa lebih mengetahui penran budaya dan sub-budaya dalami

mempengaruhi perilaku konsumen .

3. Penulis bisa lebih mengetahui apa saja cakupan budaya dan subdudaya

dalam mempengaruhi prilaku konsumen.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
salah satu unsur lingkungan sosial adalah budaya ( culture ). Budaya

adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku,

sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya

buka hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek material seperti

rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, indang-undang,

makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa. Menurut Peter dan

Olson (1999) ,arti/makna budaya adalah jika sebagian besar dari orang

yang berada di dalam sebuah kelompok sosial memiliki pemahaman

mendasar yang sama terhadap makna tersebut.

Engel,Blackwell dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku

yang sangat dipengaruhi oleh budaya , yaitu :

1. Kesadaran diri dan ruang (sense of self and space).

2. Komunikasi dan bahasa.

3. Pakaian dan penampilan.

4. Makanan dan kebiasaan makan.

5. Waktu dan kesadaran akan waktu.

6. Hubungan keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah.

7. Nilai dan norma.

8. Kepercayaan dan sikap.


9. Proses mental dan belajar.

10. Kebiasaan kerja.

B. Unsur-Unsur Budaya
1. Nilai (Value)

Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap

penting oleh seseorang atau suatu masyarakat., Nilai mengarahkan

seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya. Nilai

akan mempengaruhi sikap seseorang, yang kemudian sikap akan

mempengaruhi perilaku seseorang. Contoh nilai-nilai yang dianut

oleh orang indonesia :

a. Laki-laki adalah kepala rumah tangga.

b. Menghormati orang tua dan orang yang lebih tua.

c. Hamil diluar nikah adalah aib.

Petubahan Beberapa Nilai :

a. Nilai yang berubah, dulu sedikit wanita yang memakai

hijab, sekarang banyak wanita yang memakai hijab.

b. Wanita diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

c. Wanita banyak memakai celana panjang sebagai pengganti

rok

d. Laki-laki banyak yang hobi kesalon dan menggunakan

antin.

Pengaruh Terhadap Konsumsi :


a. Kebutuhan akan pakaian muslimah meningkat.

b. Pemakaian kosmetik, pakaian kerja, dan transportasi

meningkat.

c. Permintaan pakaiana, peralatan sekolah, transportasi

meningkat.

d. [Permintaan celana panjang meningkat.

e. Frekuensi ke salon meningkat dan permintaan perhiasan

meningkat.

2. Norma (Norms).

Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk,

tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Norma di bagi dua

yang pertama norma yang disepakati berdasakan aturan

pemerintah, biasanya berbentu peraturan, undang-undang. Norma

yang kedua adalah norma yang ada dalam budaya dan bisa di

pahami dan dihayati jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-

orang dari budaya yang sama.

3. Kebiasaan (Cuatoms).
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang

diterima secara budaya. Kebiasaan diturunkan dari generasi ke

generasi secara turun temurun.

Beberapa Perayaan Keagamaan di generasi Daerah :

Daerah Budaya Keterangan Pengaruh terhadap konsumsi

Padang Manjalang Mintuo Megantar makanan ke rumah mertua Meningkatkan pembeliaan


sebelum puasaa, dan saat lebaran . bahan makanan (beras, lauk
pauk)

Riau Balimau kasai Mandi bersama di sungai sehari Sarana transportasi, makanan,
sebelum lebaran minuman, perlengkapan mandi,
mainan anak, dan hiburan

Aceh Rabu abek Pergi ke tempat wisata minggu terakhir Meningkatkan pembeliaan
menjelang puasa bahan makanan

Beberapa Perayaan Perkawinan di Berbagai Daerah :

Daerah Perayaan Keterangan Penngaruh terhadap

NTT Belis Persyaratan meminang dengan Pakaian, makanan, minuman,


memberikan ternak, kain dan emas perhiasan, ternak
kepada calon istr

Manado Maso Minta Acara melamar yang dilakukan pria ke Meningkatkan pembelian
wanita sandang, pangan dan bunga.

Kalimantan, Palangkahan Sanksi kepada adik perempuan yang Kerbau, sapi, perhiasan, pakaian
Sulawesi, mendahului menikah dengan cara dan perlengkapannya
Padang, Aceh, memberikan kerbau, sapi, perhiasan,
Riau. pakaian dan perlengkapannya kepada
kakak perempuan yang belum
menikah

4. Laranang (Mores).
Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung

aspek moral, biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh

dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat. Pelanggaran

terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan sangsi sosial.

Biasanya bersumber dari budaya atau nilai-nilai agama.

Beberapa larangan yang dijumpai di beberapa daerah :

Larangan Alasan

Apabila istri hamil dilarang bagi Anaknya akan cacat.


suami/istri melukai atau membunuh
binatang.

Dilarang foto bertiga. Karena nanti salah satunya akan celaka

Anak gadis tidak boleh duduk di depan Nanti akan terjadi sesuatu yang buruk, yan
pintu dan tangga. bisa berakibat susah dapat jodoh.

5. Konvensi (Conventions).

Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari,

anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus bertindak

sehari-hari, dan biasanya berkaitan dengan perilaku konsumen

yang rutin dilakukan konsumen. Contohnya minum teh dan kopi

dengan gula, memasak menggunakan garam, anak yang menyebut

orang tuanya ayah/ibu, ayah/bunda, papa/mama, umi/abi,

mami/papi.
6. Mitos.

Mitos menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang

mengandung nilai dan idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos

sering kali sulit di buktikan kebenarannya. Contohnya pada

masyarakat jawa mengenai raja-raja dan wali songo.

7. Simbol

Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama , warna, konsep) yang

memiliki arti penting lainnya ( makna budaya yang diinginkan).

Contoh bendera warna kuning yang dipasang disuatu tempat adalah

simbol bahwa ada warga yang meninggal di daerah tersebut.

8. Budaya dan Konsumsi.

Budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan,

budya adalah variable utama dalam penciptaan dan komunikasi

makna didalam produk. Persepsi konsumen terhadap sesuatu

termasuk bagaimana cara berpikir, percaya, dan bertindak

ditentukan oleh lingkungan budaya sekitar konsumen itu berada

serta kelompok yang berhubungan dengan konsumen. Kebudayaan

mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari secara total

dan diwariskan. hal ini mengandung arti bahwa kebudayaan tidak


hanya mencakup tindakan yang berlandaskan naluri tapi juga

dipelajari. Kebudayaan mempengaruhi perilaku pembelian karena

budaya menyerap ke dalam kehidupan sehari-hari. Budaya

menetapkan apa yang kita dengar dan makan, dimana kita tinggal

dan kemana kita bepergian. Budaya mempengaruh.

C. Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen.


Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam

mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna

budaya. Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk

kemudian dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk

(possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming

ritual), dan pembuangan (divestment ritual).

1. Budaya populer

Mowen dan Minor (1998) mengartikan budaya populer sebagai

budaya masyarakat banyak yang mudah dipahami dan tidak

memerlukan pengetahuan khusus.

a. Iklan, dalam berbagai bentuknya seperti iklan media cetak

atau pun elektronik. Setiap hari konsumen disajikan

beragam iklan produk dan jasa melalu berbagai media.

Konsumen pun bisa menikmati iklan-iklan mancanegara

yang ditayangkan di tanah air, karena iklan telah menjadi

budaya internasional.
b. Televisi, adalah medium untuk menyampaikan banyak hal

kepada masyarakat : sosial, politik, hiburan, olahraga,

beragam berita, dan iklan komersial. Budaya hiburan

seperti sinetron, film, ruang konsultasi, musik, quis,

ceramah agama, dan kerohanian. Beberapa nama stasiun

televisi, sctv, rcti, metro tv, tv one, trans tv, trans 7 ,

indosiar, riau tv dll.

c. Musik, telah menjadi budaya populer yang sangat penting.

Musik juga banyak dipakai oleh iklan–iklan produk dan

jasa. Konsumen indonesia sangat terbuka dalam menerima

jenis musik dari mancanegara.

d. Radi, Ada fungsi radio yang tidak bisa digantikan,

konsumen bisa mendengarkan radio sambil bekerja,

mengemudi dan melakukan kegiatan lainnya. Sejak

penggunaan telepon selular, radio meciptakan budaya baru

yaitu interaktif antara pendengar dan penyiar radio, radio

bisa menyiarkan langsung kejadian – kejadian penting di

masyarakat.

e. Pakaian, dan Asesoris Pakaian menggambarkan suatu

budaya dan bangsa. Konsumen selalu membutuhkan

pakaian dan asesoris berbeda untuk tujuan yang berbeda.

Kebutuhan pakaian dan asesoris yang berbeda antar waktu


dan situasi ini yang menyebabkan permintaan selalu

meningkat.

f. Permainan (Games), Seiring dengan berkembangnya

teknologi alat-alat elektronik seperti komputer, playstation,

nintendo, PSP dll, maka berkembang pula segala macam

jenis permainan. Setiap era selalu memiliki budaya

permainan populer yang berbeda.

g. Film telah mewarnai kehidupan masyarakat indonesia dan

dunia. Film bisa di tonton di bioskop televisi, vcd dll dari

anak-anak hingga dwasa. Film menjadi hiburan bagi

konsumen. Semua jenis prosuk, iklan produk di tayangkan

pada saat pemutaran film.

h. Komputer, internet dan telepon genggam menjadi ciri

budaya modern suatu bangsa pada dekade ini termasuk ciri

budaya populer yang membawa perubahan pada perilaku

konsumen. Dahulu hanya menggunakan mesin ketik untuk

mengolah data, menulis dokumen. Kehadiran internet

konsumen bisa berkomunikasi dengan dunia luar.

Pemakaian telepon genggam juga memiliki perilaku yang

baru bisa mengirim kabar dengan cepat conothnya

penggunaan SMS.
D. Strategi Pemasaran dengan dan Memperhatikan Budaya.
Beberapa strategi pemasaran bisa dilakukan dengan

pemahaman budaya suatau masyarakat, pemasar dapat

merencanakan strategi pemasaran pada penciptaan produk,

segmentasi dan promosi. Pemahaman tentang budaya suatu

masyarakat dan bangsa akan memberikan inspirasi mengenai

produk yang dibutuhkan oleh konsumen.

Contohnya pada masyarakat indonesia telah mempercayai

perawatan kecantikan, menjaga kebugaran tubuh dan

menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan tumbuh-

tumbuhan , kewirausahaan pun memanfaatkan pengetahuan budaya

tersebut untuk membuat produk tradisional seperti jamu. Produsen

jamu Nyonya Meneer memiliki 3000 karyawan dan

mendistribusikan produknya keseluruh propinsi di indonesia

bahkan mengekspor ke jiran malaysia.

a. Penciptaan Ragam Poduk

Beragamnya budaya dalam berbagai masyarakat bagi

pemasar seharusnya menjadi peluang sangat baik. Dalam

suatau budaya tertentu, banyak sekali ritual-ritual budaya

yang membutuhkan barang-barang yang dijadikan sebagai

symbol tertentu.

b. Segmentasi Pasar

Ritual budaya yang dijalankan masyarakat dapat

merupakan suatu segmen pasar tersendiri. misalnya, ritual


mudik lebaran dapat dijadikan satu segmen pasar “pasar

mudik lebaran”.

c. Promosi

setelah segmentasi dilakukan, strategi promosi dapat

difokuskan segmen sasaran saja agar efektif dan efisien.

pemahaman budaya bisa dijadikan dasar untuk

memposisikan produk melalui iklan, Iklan dirancang

sehingga mempisisikan produk untuk ritual budaya-budaya.

E. Tinjauan Sub Budaya


Subbudaya adalah kelompok budaya berbeda yang ada sebagai

sebuah segmen yang dapat dikenali dalam suatiu masyarakat yang lebih

besar dan lebih kompleks, para nggotanya mempunyai kepercayaan, nilai-

nilai, dan kebiasaan yang membedakan mereka dari para anggota

masyarakat yang sama pada waktu yang sama, mereka memegang

kepercayaan yang dominan dalam masyarakat secara keseluruhan.

Subbudaya mempunyai focus yang lebih sempit dari pada budaya.

Pembagian subbudaya didasarkan pada berbagai macam variable

sosiobudaya dan demografis seperti kebangsaan, agama, lokasi geografis,

ras, usia, gender, dan status pekerjaan.

Dalam setiap budaya terdapat kelompok-kelompok yang lebih

kecil dimana memberika sosialisasi dan identifikasi lebih spesifik bagi

para anggotanya, kelompo-kelompok ini disebut sub-budaya, dimana


didalamnya teradapat sekelompok orang tertentu dalam sebuah masyarakat

yang sama-sama memiliki makna budaya yang sama untuk tanggapan

afeksi dan kognisi, prilaku, dan faktor lingkungan. Sikap dan keyakinan

konsumen terhadap suatu produk atau merek dapat diubah melalui

komunikasi yang persuasive dan pemberian informasi yang efektif kepada

konsumen.

1. Afeksi dan Kognisi, Penilaian afeksi dan kognisi adalah penilaian

terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang

tindakannya cenderung ke arah berbagai objek atau ide serta

kesipan seseorang untuk melakukan tindakan atau aktifitas, Sikap

sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula sebaliknya,

keyakinan menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan

perilaku konsumen, sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam

menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan.

2. Perilaku, merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan

sebagai bentuk sifat-sifat yang ada pada diri individu, yang

ditentukan oelh faktor internal dan faktor eksternal.

3. Faktor Lingkungan, Berdasarkan teori Gestal dan lapangan dapat

disimpulkan bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang

sangat berpengaruh pada perilaku konsumen. Penggunaan objek

secara keseluruhan akan lebih baik dari pada hanya bagian-bagian.

misalnya menampilkan produk, merek, dalam iklan, surat kabar,

media masa.
F. Sub Buaya Demografi
1. Sub-Budaya Etnis

Etnis dapat diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai

norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi

yang berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam

masyarakat yang lebih luas, nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik,

agama, geografis atau faktor lainnya namun tidak mutlak. Misalnya

Etnis Sunda pada umum berkulit sawo matang dan beragama Islam

berbeda dengan Etnis Papua yang berkulit hitam dan beragama

kristen pada umumnya. Di Indonesia biasanya untuk sub-budaya

Etnis pemasar melakukan strategi yang pada umumnya

berhubungan dengan produk makanan misalnya seperti yang

dilakukan oleh indomie dengan memasarkan produk mie instan

selera nusantara. Selain itu beberapa kota besar di jawa banyak

sekali terdapat tempat-tempat makanan/ restoran yang

mengkhususkan produk makanan/ masakan dari etnis tertentu

misalnya: Rumah Makan Padang, Rumah Makan Sunda, Rumah

Makan Betawi dan lain-lain, dengan harapan orang-orang dari etnis

tertentu tertarik untuk makan di tempat tersebut.

2. Sub-Budaya Agama
Bagi pemasar di Indonesia, dimana mayoritas penduduknya

beragama Islam mengharuskan mereka untuk mendapatkan

sertifikasi halal untuk setiap produk yang berhubungan dengan

makanan. Konsumen yang beragama Islam lebih cenderung

memperhatikan kehalalan suatu produk, sebelum dia membeli

produk tersebut, seperti perusahaan yang memproduksi Ajinomoto

yang beberapa waktu lalu mempromosikan produknya secara

gencar mengenai kehalalan produknya Di Bali yang sebagian besar

penduduknya beragama Hindu, mengharuskan seorang pemasar

untuk tidak memasarkan produk makanan yang mengandung

daging sapi. Bagi pemeluk agama Budha dan agama Kristen

Advent yang tidak mengkonsumsi daging merupakan pasar

tersendiri bagi seorang pemasar, misalnya dengan membuka rumah

makan/ restoran vegetarian.

3. Sub-Budaya Geografi dan Regional

Daerah geografis suatu negara kadang mengembangkan budayanya

sendiri. Daerah barat daya merika Serikat dikenal karena gaya

hidup kasual yang meninjolkan busana yang nyaman, hiburan luar

rumah, dan olahraga yang aktif dan juga tampak lebih inovatif ke

arah produk baru sperti bedak kosmetisbila dibandingkan dengan

sifat konservatif dan malu-malu yang mencirikan beberapa daerah

negara tersebut.

4. Sub-Budaya Usia
Kelompok usia dapat juga dianalisis sebagai sebuah sub-budaya

karena sering memiliki nilai dan perilaku yang berbeda, namun

pemasaran harus berhati-hati dalam mensegmen konsumen jika

didasarkan pada usia mereka yang sebenarnya, karena sebagian

konsumen dewasa merasa mereka masih muda, sebaliknya ada pula

konsumen remaja yang menganggap dirinya sudah dewasa, hal

semacam diatas dapat ditemukan misalnya dalam pernyataan” saya

merasa masih muda”, “saya tidak menyadari bahwa saya sudah

tua” atau “saya merasa sudah cukup dewasa”, pernyataan seperti di

atas membuat seorang pemasar harus menganalisis ”usia subjektif”

atau “usia kognitif” (usia yang dianggap sebagai usia yang dapat

bagi diri pribadi seseorang), namun tetap mengtamakan usia

kronologi atau usia nyata.

5. Sub-Budaya Jenis Kelamin

Untuk beberapa tujuan pemasaran, perbedaan jenis kelamin

mungkin cukup signifikan untuk memandang kedua jenis kelamin

sebagai suatu sub-budaya yang berbeda. Kepemilikan produk

dipandang oleh sebagian pria sebagai cara untuk mendominasi dan

mengungkapkan kekuasaan atas orang lain, membedakan dirinya

dari orang lain dan mungkin bentuk terselubung dari agresi

terhadap orang lain. Wanita, sebaliknya, cenderung menilai tinggi

barang milik yang dapat memperkuat hubungan personal dan

sosial. Sebagian pemasar melihat bahwa sangat bermanfaat untuk


mengembangkan strategi pemasaran yang berbeda untuk sub-

budaya pria dan wanita. Misal: Samsung yang mengeluarkan

produk handphone yang diberi nama Samsung Queen A-400 yang

dkhususkan untuk wanita dan Samsung Blue Cool yang

dikhususkan untuk pria, Mie instans yang bermerek Cinta Mie

yang mengandung Vitamin E untuk kulit (kecantikan)

diprioritaskan untuk para wanita.

G. Lintas Budaya (Cross Curtural Consumen Behavior)


Dalam melakukan pemasaran yang melintasi batas-batas negara

dituntut suatu interaksi dengan orang-orang dan lembaga-lembaga serta

organisasi yang dikelola dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda.

Memahami tingkah laku konsumen bagi perusahaan yang memasarkan

produknya dalam batas-batas suatu negara sudah cukup sulit. Pemasar

internasional harus memahami perbedaan dan menyesuaikan produk serta

program pemasarannya untuk memenuhi budaya dan kebutuhan unik

konsumen dalam berbagai pasar..

Perbedaan-perbedaan kultural (culture difference) sangat

mempengaruhi perilaku pasar. Supaya berhasil dikancah mancanegara,

perusahaan harus memahami kultur negara-negara tujuan dan mempelajari

bagaimana mengadaptasinya. Oleh karena itu, pemasar internasional perlu

sedapat mungkin membiasakan diri dengan sifat kultural dari setiap

negara, dimana mereka menggeluti lapangan usaha.


Dari titik pandang seorang pemasar, suatu cara memperoleh pemahaman

kebudayaan adalah menganalisis elemen-elemen kebudayaan dalam suatu

negara, sebagai berikut:

a. Kehidupan material, mengacu pada kehidupan ekonomi,

yakni apa yang dilakukan oleh manusia untuk

memperoleh nafkah.

b. Interaksi sosial, interaksi sosial membangun aturan-aturan

yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta pola

kekuasaan dan kewajiban mereka.

c. Bahasa, komunikasi terungkap melalui kata-kata, gerak-

gerik, air muka, dan gerakan tubuh lainnya. Oleh karena

itu, seorang pemasar internasional harus berhati-hati dalam

menangani persoalan bahasa dalam trensaksi-transaksi

dagang, kontrak, negosiasi, reklame, dan sebagainya.

d. Estetika

e. Estetika meliputi seni(arts), drama, musik, kesenian rakyat

dan arsitektur yang terdapat dalam masyarakat. Nilai

estetika dari suatu masyarakat tampak pada corak, bentuk,

warna, ekspresi, simbol, gerak-gerik, emosi, perawakan

yang bernilai dan berkaitan dengan suatu budaya tertentu.

Atribut-atribut ini memiliki pengaruh pada desain/ model

dan promosi untuk produk yang berbeda.


f. Nilai dan sikap, setiap kultur mempunyai seperangkat nilai

dan sikap yang mempengaruhi hampir segenap aspek

perilaku manusia dan membawa keteraturan pada suatu

masyarakat/ individu-individunya.

g. Agama dan kepercayaan, agama mempengaruhi pandangan

hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan. Oleh karena

prinsip dan sikap agama mungkin sangat mempengaruhi

pemasaran barang dan jasa, maka pemasar internasional

harus peka terhadap prinsip agama tuan rumah dimana

mereka akan melakukan pemasaran.

h. Analisis Lintas Budaya.


Analisis lintas budaya adalah perbandingan sistematik dari

berbagai similaritas dan perbedaan dalam aspek-aspek fisik dan perilaku

kultur. Dalam pemasaran, analisis lintas budaya digunakan dalam rangka

mendapatkan suatu pengertian atas segmen-segmen pasar dalam dan di

seberang batas-batas nasional. Tujuan analisis ini ialah menentukan

apakah pemasaran, dapat digunakan di dalam satu atau lebih pasar asing

ataukah harus dimodifikasi untuk memenuhi kondisi lokal. Dalam

pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan pengidentifikasian

implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk,

desain produk, aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan

penentuan harga.
1. Misinterpretasi Penilaian Lintas Budaya

Secara konseptual analisis kultural itu dapat didasarkan pada yang

manapun dari ketiga pendekatan sebagai berikut:

a. Pendekatan etnosentrime, menganggap “kamilah yang

terbaik”. Banyak perusahaan AS salah karena menganggap

bahwa apa yang baik di tempat sendiri pasti baik juga di

pasar-pasar luar negeri.

b. Pendekatan asimilasi, menganggap bahwa karena Amerika

adalah wadah percampuran budaya, maka ciri-ciri khas

budaya yang tampak di masyarakat Amerika pasti cocok di

manapun.

c. Pendekatan keunggulan pandangan tuan rumah, memberi

perhatian pada keadaan pasar dan menekankan kebijakan-

kebijakan yang didasarkan pada ciri khas budaya setempat,

budaya tuan rumah.

2. Adaptasi Budaya

Adaptasi budaya(cultural adaptation) mengacu pada penentuan

kebijaksanaan bisnis yang sesuai dengan ciri khas budaya suatu

masyarakat. Secara esensial, ada tiga lingkup yang tercakup dalam

adaptasi bisnis luar negeri: produk, institusi dan individu.

a. Produk dapat dipasarkan ke luar negeri, dengan

dimodifikasi hingga cocok dengan iklim, spesifikasi

elektronik, preferensi warna, dan minat luar negeri, atau


produk itu dirancang ulang sama sekali agak sesuai dengan

kebutuhan masyarakat setempat.

b. Tingkah laku institusi meliputi adaptasi organisasi dan

interaksi-interaksi bisnis untuk mencocokkan dengan

perspektif negara setempat. Misalnya: perusahaan AS di

Spanyol mengizinkan para pekerjanya untuk istirahat siang.

c. Adaptasi tanggapan individu terhadap situasi negara-

negara setempat harus benar-benar bebas dari

SRC( berdasarkan kriteria sendiri/ self-reference criterion).

Adaptasi seperti ini dituntut dalam segala hal arti waktu,

tingkah laku sosial, interaksi dalam keluarga, dan lain-lain.

3. Perilaku Pembelian Dalam Suasana Global

Dalam rangka memahami perilaku pembeli luar negeri, pemasar

internasional perlu melakukan empat tugas pokok yang sama

dengan yang dibutuhkan oleh pemasar domestik, tetapi di dalam

dan di luar pasar-pasar asing:

a. Mengidentifikasi similaritas dan perbedaan di dalam yang

sedang ditinjau.

b. Memilih model, konsep dan teknik perilaku pembeli untuk

pasar yang sedang ditelaah.

c. Memodifikasi penerapannya untuk memenuhi karateristik

pasar.

d. Menafsirkan hasilnya dalam konteks pasar tersebut.


4. Membedakan Strategi Lokal dan Global

a. Pasar industrial(industrial market)

Didalam pasar ini pertimbangan-pertimbangan kultural dan

sosial memainkan peran yang relatif kurang penting dalam

keputusan pembelian mereka.

b. Pasar Konsumsi(Consumer Market)

Pasar konsumsi terdiri atas pembeli-pembeli yang

berkepentingan dalam pemuasan kebutuhan/keinginan

pribadi. Mereka lebih umumnya lebih rentan terhadap

kekuatan kultural dan sosial dibandingkan para pembeli

industrial.

I. Bauran Pemasaran dalam Lintas Budaya


1. Organisasi Perusahaan, Terdapat tiga cara dalam menyusun

organisasi agar produk yang dihasilkan mampu menembus pasar

sasaran luar negeri.

a. Perusahaan tetap berada di dalam negeri, dan menjual

produk keluar negeri melalui proses ekspor. Mereka

menggunakan jasa perusahaan pasar luar negeri sasaran

sebagai agen penjualan. Model seperti ini memerlukan


pencarian informasi mengenai budaya lokal secara lebih

banyak.

b. Perusahaan dapat membuat perusahaan patungan dengan

pihak dalam negeri pasar sasaran, disebut juga sebagai cara

aliansi strategi. Model ini jelas lebih dapat diandalkan

dalam memahami budaya lokal sehingga strategi-strategi

yang dikembangkan tidak bertentangan dengan budaya

lokal.

c. Dengan mendirikan perusahaan di negara dimana produk

akan dipasarkan dan kepemilikan tidak di bagi dengan

pengusaha dalam negeri. Resiko yang dialami bisa berupa

nasionalisasi, pembatasan dari pemerintah, dan lain-lain.

Model ini adalah odel yang paling berisiko, walaupun

memang potensi profitnya juga tinggi.

2. Rencana Standarisasi

Berikut adalah unsur-unsur marketing mix yang perlu dimengerti

oleh pemasar internasional dalam hubungannya dengan

kebudayaan suatu negara.

a. Perencanaan Produk

Perencanaan produk internasional terdiri atas empat jenis:

 Membuat produk yang sama untuk setiap negara

tujuan(straight extention)nmerupakan strategi

perencanaan produk yang akan dijual kepasar


internasional dengan menciptakan produk yang

sama di seluruh pasar luar negeri.

 Adaptasi Produk (produk adapattion) pendekatan ini

biasanya dipakai untuk produk-produk yang

memerlukan penyesuaian dalam ukuran karena ada

ketidakcocokan pengguna.

 Pendekatan backward invention pendekatan ini

dipakai untuk memasarkan produk ke negara-negara

yang berkembang.

 Pendekatan forward invention pendekatan ini

dilakukan terus menerus menciptakan produk yang

unggul

b. Perencanaan Distribusi

Distribusi produk internasional memerlukan jalur yang

panjang. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

merencanakan distribusi produk adalah jalur distribusi yang

tersedia di negara tujuan, ketepatan menggunakan saluran

distribusi, perbedaan praktek distribusi dengan negara

tujuan, biaya dan faktor-faktor lain.

c. Perencanaan Promosi

Alasan melakukan promosi global dan lokal adalah bahwa

nama merek perusahaan perlu mendunia, tetapi secara lokal

merek perusahaan juga bisa diterima oleh berbagai budaya


yang ada. Praktek-praktek promosi khususnya periklanan

mungkin yang paling rentan terhadap kesalahan kultural.

d. Penentuan Harga

Harga atas produk yang tersedia dibayar konsumen

tergantung pada nilai perkiraan dan aktual dari produk

tersebut.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang

mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan

masyarakat. Budaya bukan hanya bersifat abstrak tetapi bisa berbentuk objek

material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, undang-undang,

makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa.

Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam

mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya.

Makna budaya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian

dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual),

pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan pembuangan

(divestment ritual).

Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan

pengidentifikasian implikasi kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga,

fungsi produk, desain produk, aktivitas promosi dan penjualan, sistem saluran dan

penentuan harga. Etnis dapat diartikan sebagai kelompok orang yang mempunyai

norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang berbeda
dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas,

nilai ini dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis atau faktor lainnya

namun tidak mutlak

DAFTAR PUSTAKA

Schiffman, Leon. Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Indonesia:

Mancanan Jaya Cemerlang.

Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indinesia

Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada Media Group

You might also like