You are on page 1of 36

TUGAS FINAL FISIKA DASAR

KALOR

Disusun Oleh :

Kelompok I (SATU)

Andi Muh.Taufiq Hidayah Mansyur

M._22025014038 Nur Mahadhir Bin

Amiruddin_22025014035

Ihsan Afdal

Sukirman_22025014043 Ariansyah

Saputra_22025014051

Program StudI Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Islam

Makassar

TA.2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang
telah memberikan taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya
dapat beraktivitas untuk menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “ kalor “ ini. Walaupun banyak isi dari rangkuman karya
ilmiah inisaya kutip langsung dari sumber. Tapi saya berharap karya
ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara-saudari
yang ingin lebih memahami atau mengetahui sekilas tentang “ kalor “.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Final
fisika Dasaryang diberikan oleh Ibu Musdalifah S.ST.,MT.
Makalah ini berisi informasi tentang “ kalor “ Yangkami
harapkan pembaca dapat mengetahui berbagai aspek yang
berhubungan dengan gas dan termodinamika yang akan kami
bahas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenaitu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang
akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telahberperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha
kita.Amin.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
terutamabagi pembaca. Terima kasih,

Makassar, 29 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2

2.1 Skala Suhu....................................................................................2


2.2 Konversi Antara Skala Suhu......................................................4
2.3 Alat Ukur Suhu............................................................................7
2.4 Warna Suhu..................................................................................9
2.5 Suhu dan Pertumbuhan Bakteri...............................................10
2.6 Eefek Kalor pada Benda............................................................10
2.7 Satuan Energi Kalor...................................................................12
2.8 Beberapa Fenomena yang Diakibatkan Kalor.........................13
2.9 Kapasitas Kalor...........................................................................14
2.10 Kalor Jenis...................................................................................16
2.11 Kalor Jenis Kuantum.................................................................19
2.12 Kalor Lebur.................................................................................19
2.13 Kalor Lebur Material Ukuran Nanometer..............................21
2.14 Kalor Uap....................................................................................22
2.15 Perpindahan Kalor.....................................................................23
2.16 Pemanfaatan Sifat Kalor............................................................29
2.17 Pemanfaatan Sifat Perpindahan Kalor.....................................31

BAB III PENUTUP....................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................33

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam bab ini kita akan pelajari salah besaran fisika


yang sangat penting, yaitu suhu. Kita akan membahas bagaimana
mendefinisikan suhu, apa satuan-satuan suhu yang umum digunakan
di dunia, dan apa peranan suhu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh
kita dapat merasakan suhu dalam bentuk rasa panas atau dingin.
Ketika menyentuh es, otak memberikan informasi rasa dingin. Ketika
berada di terik matahari, otak memberikan informasi rasa panas.
Tampak di sini bahwa suhu adalah ukuran derajat panas suatu benda.
Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih panas?
Pada suhu lebih tinggi atom-atom atau molekul-molekul penyusun
benda bergetar lebih kencang. Akibatnya, energi yang dimiliki partikel
menjadi lebih tinggi. Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan
terjadi perpindahan energi dari partikel benda ke tangan kita.
Akibatnya tangan merasakan lebih panas.
Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih
kencang. Molekul-molekul ini menumbuk kulit kita lebih kencang
sehingga kita merasakan lebih panas. Sebaliknya, pada saat udara
dingin, molekul-molekul di udara bergerak lebih lambat. Molekul-
molekul di kulit kita justru bergetar lebih kencang. Ketika udara
dingin bersentuhan dengan kulit maka sebagian energi yang dimiliki
atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom di udara. Getaran atom
kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan dingin.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skala Suhu
Pertanyaan berikutnya adalah berapakan suhu es yang sedang
mencair? Berapakah suhu air yang sedang mendidih? Agar semua
orang di seluruh dunia menyimpulkan nilai suhu yang sama maka
perlu ditetapkan skala suhu secara internasional. Banyak skala suhu
yang telah diusulkan para ahli. Di sini kita akan bahas beberapa saja.

a) Skala Reamur

Gambar 1.1 (kiri) Suhu es yang melebur pada tekanan satu atmosfer
dipilih sebagai titik acuan bawah dan (kanan) suhu air mendidih
pada tekanan satu atmosfer dipilih sebagai titik acuan atas.
Skala suhu Reamur ditetapkan sebagai berikut.
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu
atmosfer ditetapkan sebagai suhu 0 derajat.
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu
atmosfer diterapkan sebagai suhu 80.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga
menjadi air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer (udara
terbuka) maka kita menaikkan suhu sebesar 80 derajat skala Reamur,
atau 80 oR.

b) Skala Celcius
Cara penetapan skala suhu Celcius tidak beda jauh dengan
cara penetuan skala suhu Reamur. Skala suhu Celcius ditetapkan
sebagai berikut.
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer
ditetapkan sebagai suhu 0 derajat
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 100.

2
c) Skala Fahrenheit
Penetapan skala suhu Fahrenheit sedikit berbeda dengan
penetapan skala Celcius dan Reamur. Skala suhu Fahrenheit
ditetapkan sebagai berikut
i. Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer
ditetapkan sebagai suhu 32 derajat
ii. Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 212.

Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga


menjadi air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer maka
kita menaikkan suhu sebesar (212 – 32) = 180 derajat skala
Fahrenheit, atau 180 oF.

d) Skala Kelvin
Skala suhu Kelvin ditetapkan sebagai berikut.
i. Suhu ketika partikel-partikel zat di alam semesta tidak bergerak lagi
dipilih sebagai titik acuan bawah. Suhu titik acuan bawah ini
diambil sebagai nol derajat mutlak atau nol kelvin.
ii. Besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala kelvin sama
dengan besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala celcius.

Dengan demikian, hubungan antara skala kelvin dan celius adalah

e) Skala kelvin = skala celcius + 273

 Suhu es murni melebur pada tekanan satu atmosfer adalah 0 oC dan


sama dengan 0 + 273 = 273 K
 Suhu air murni mendidih pada tekanan satu atmosfer adalah 100 oC dan
sama dengan 100 + 273 = 373 K

Skala kelvin ditetapkan sebagai skala suhu dalam satuan SI.

3
2.2 Konversi Antar Skala Suhu

a. Konversi antara skala celcius dan reamur

𝑡𝑟 −0 𝑡𝑐 −0 4
= atau tr = 𝑡𝑐
80−0 100−0 5

Gambar 1.2 Alat ukur suhu yang menunjukkan skala celcius dan
fahrenheit secara bersamaan (**).

b. Konversi celcius dan fahrenheit


Perhatikan pita kedua dan ketiga pada Gambar 11.2.
Perhatikan pula suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah
pita tersebut. Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang
sederhana berikut
𝑡𝑐−0 9
𝑡𝑓−32 atau tf = 𝑡𝑐 + 32
100−0 = 212−32 5

4
0 tr 80
Reamur

100
0 tc
celcius

212
32 tf
fahrenheit

kelvin 373
273 tk

Es melebur Air mendidih

Gambar 1.3 Ilustrasi untuk memudahkan konversi suhu dalam


berbagai skala.

c. Konversi reamur dan fahrenheit


Perhatikan pita pertama dan ketiga pada Gambar 11.3.
Perhatikan pula suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah pita
tersebut. Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang
sederhana berikut

𝑡𝑟 − 0 𝑡𝑓 − 32 9
= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑓 + 32
80 − 0 212 − 32 4

5
d. Konversi celcius dan kelvin
Perhatikan pita kedua dan keempat pada Gambar 11.3.
Perhatikan pula suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah
pita. Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang sederhana
berikut
𝑡𝑐 − 0 𝑡𝑘 − 273
= 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑐 = 𝑡𝑘 − 273
𝑡𝑐 − 100 373 − 273

Kalian dapat melakukan koversi antar satuan yang lain lagi, seperti
antara reamur dan kelvin dan antara fahrenheit dan kelvin.
Contoh 1.1
Nyatakan suhu pada Gambar 11.4 dalam dalam satuan
reamur, fahrenheit, dan kevlin?

Gambar 1.4 Gambar untuk Contoh 1.1

6
2.3 Alat Ukur Suhu
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dinamakan
termometer. Termometer telah dibuat dalam berbagai jenis. Jenis-
jenis tersebut disesuaikan dengan kegunaan masing-masing. Juga
jangkauan pengukuran satu termometer dengan termometer lainnya
berbeda, sesuai dengan di mana termometer itu akan digunakan.
Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh hanya
berjangkauan sekitar 30 oC – 50 oC. Penyebabnya adalah tidak ada
manusia yang memiliki suhu badan di bawah 30 oC dan di atas 50
oC. Jadi akan percuma saja membuat skala di bawah 30 oC dan di atas

50 oC.

Gambar 1.5 memperlihatkan sejumlah termometer yang digunakan


dalam rumah sakit, laboratorium, dan industri.

7
Gambar 1.6 Contoh termometer untuk berbagai penggunaan. (kiri atas)
Termometer untuk mengukur suhu badan. Jangakauan suhu yang dapat
diukur antara 30 oC sampai 50 oC. Karena percuma saja membuat skala
suhu di bawah 30 oC dan di atas 50 oC. Sudah tubuh manusia tidak
pernah di bawah 30 oC dan di atas 50 oC. (kanan atas) Termometer untuk
mengukur suhu dalam percobaan di laboratorium sekolah. Biasanya
termometer ini memiliki skala suhu antara 0 oC sampai 100 oC sehingga
dapat digunakan untuk mengukur suhu dari es mencair sampai air
mendidih. (bawah kiri) Termometer untuk mengukur suhu tungku (kiri
bawah). Pada termometer ini jangkauan suhu terbesar yang dapat diukur
adalah 600 F. (kanan bawah) Termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu benda yang sangat tinggi tanpa sentuhan langsung.
Pengukuran dilakukan dengan memanfaatkan sifat gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan benda yang panas. Warna cahaya
yang dipancarkan benda panas tergantung pada suhu benda. Jadi, dengan
mengukur warna cahaya yang dipancarkan benda tersebut maka suhu
benda dapat ditentukan (gambar dari berbagai sumber).

8
2.4 Warna Suhu
Warna suhu merepresentasikan penampakan visual cahaya.
Konsep warna suhu memiliki peran penting dalam bidang fotografi,
pencahayaan, videografi, penerbitan, manufaktur, astrofisika, dan
sejumlah bidang lain yang berkaitan dengan warna. Warna suhu
berkaitan dengan peristiwa radiasi benda. Jika benda dipanaskan maka
warnanya akan berubah. Pada suhu rendah warnanya merah dan pada
suhu tinggi warnanya berubah menjadi biru. Di tempat pandai besi,
warna besi yang dibakar berubah dari merah menjadi biru ketika suhu
maskin tinggi. Kaitan antara warna dan suhu benda inilah yang
melahirkan konsep warna suhu.
Gambar 1.7 memperlihatkan suhu dan warna yang dihasilkan
benda hitam ketika berada pada suhu tersebut. Tampak bahwa makin
tinggi suhu benda maka warnanya bergeser ke arah biru.

5000 K (Putih alamiah)

4200 K (Putih “cool”)

4000 K (Logam halida standar)

3200 K (Logam halida hangat)

3000 K (Halogen)
2700 K
2200 K (Natrium tekanan tinggi)

Gambar 1.7 Bermacam-macam suhu benda dan warna yang


berkaitan dengan suhu tersebut.

9
2.5 Suhu dan Pertumbuhan Bakteri

Bakteri bisa tumbuh pada makanan yang disimpan. Laju


pertumbuhan bakteri bergantung pada suhu penyimpanan makanan
tersebut. Bakteri dapat berkembang pada suhu antara 5 oC hingga 65
oC. Perkembangan tercepat bakteri berlangsung pada suhu 37 oC. Pada

suhu di bawah 5 oC baketeri tidak dapat berkembang. Pada suhu di


atas 65 oC, bakteri mati. Suhu antara 5 oC –
65 oC disebut daerah berbahaya karena memungkinkan bakteri
tumbuh. Gambar 1.8 adalah ilustrasi daerah pertumbuhan bakteri
dalam makanan.

Daerah

Gambar 1.8 Perkembangan bakteri dalam makanan


bergantung pada suhu penyimpanan makanan. Suhun antara 5
oC sampai 65 oC disebut daerah berbahaya di mana bakteri

dapat berkembang dalam makanan (**).

2.6 Efek Kalor pada Benda

Selanjutnya kita akan membahas tentang konsep energi kalor


dan perubahan sifat zat ketika menyerap atau melepas kalor. Kita akan
mempelajari mengapa suhu benda meningkat jika dipanaskan dan
mengapa suhu menurun jika didinginkan. Apa yang terjadi pada zat
tersebut sehingga muncul sifat demikian? Mengapa justru tidak
sebaliknya? Mengapa zat mengalami perubahan wujut dari padat ke
cair dan dari cair ke gas ketika menyerap kalor yang cukup banyak?
Sebaliknya, mengapa terjadi perubahan wujud dari gas ke cair dan
dari cair ke padat ketika zat melepas kalor dalam jumlah yang cukup
banyak? Mari kita mulai dengan memperhatikan peristiwa (fenomena)
berikut ini.

1
Peristiwa 1.1.

Misalkan kita menyentuhkan dua benda, di mana satu benda


memiliki suhu tinggi dan benda lainnya memiliki suhu rendah
(Gambar 1.9). Jika ditunggu cukup lama maka akan kita amati:
a) Benda yang bersuhu rendah akan mengalami kenaikan suhu.
b) Benda yang bersuhu tinggi akan mengalami penurunan suhu.

Suhu turun
Suhu tinggi
Su
hu
sa
ma

Suhu naik
Suhu rendah

Gambar 1.9 Dua benda yang bersuhu berbeda disentuhkan.


Lama kelamaan suhu kedua benda menjadi sama.
Peristiwa 1.2.
Jika kita tempatkan air dingin di atas kompor
yang menyala maka suhu air lama kelamaan akan naik
dan pada akhirnya mendidih pada suhu sekitar 100 oC
(Gambar 1.10).

Gambar 1.10. Air dingin yang berada dalam panci dan diletakkan
di atas kompor yang menyala lama kelamaan akan mendidih.

Peristiwa 1.3.
Jika air hangat dimasukkan dalam bagian pembeku
(freezer) kulkas maka lama-kelamaan suhu air menurun. Jika
dibiarkan terus maka air membeku menjadi es (Gambar 11.11).
Bagaimana menjelaskan tiga peristiwa di atas secara ilmiah?

1
Untuk maksud tersebut para ahli fisika memperkenalkan satu jenis
energi yang bernama kalor. Energi kalor tersebutlah yang
mempengaruhi suhu benda. Energi kalor dapat berpindah dari satu
benda ke benda lain. Hubungan kalor dengan suhu benda adalah:
a) Makin besar energi kalor yang dimiliki benda maka makin tinggi
suhu benda.
b) Energi kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah.

Gambar 1.11 Air yang disimpan dalam freezer lama-lama membeku menjadi
es.

2.7 Satuan Energi Kalor

1 kalori = energi yang dibutuhkan untuk menaikkan


suhu 1 gram air murni sebesar 1 oC.
Orang yang pertama kali menentukan relasi antara satuan
kalori dan joule adalah Joule itu sendiri. Ia melakukan percobaan yang
sangat sederhana. Skema percobaan Joule tampak pada Gambar. 1.12

Air

Baling-baling
memutar dan

1
Gambar 1.12. Percobaan Joule untuk mencari hubungan antara
satuan kalori dan satuan joule.
1 2
mv = mgh
2

bahwa energi kinetik beban setelah turun sejauh h lebih kecil daripada
mgh. satuan kalor dan satuan joule yang diterima hingga saat ini
adalah

1 kalori = 4,184 joule

Contoh 1.2

Air dalam botol mineral sebanyak 600 ml memiliki suhu 27 oC. Air
tersebut dimasukkan dalam kulkas sehingga beberapa jam berselang
suhunya turun menjadi 5 oC. Berapa joule kalor yang dilepas ai

2.8 Beberapa Fenomena yang Diakibatkan Kalor

 Kalor dapat mengubah suhu benda


Ketika suatu benda menyerap kalor maka suhu benda akan
meningkat. Meningkatnya suhu disebabkan getaran atom benda makin
kencang. Masukkan air dingin dalam panci, lalu letakkan dalam
kompor menyala. Maka lama-kelamaan suhu air dalam panci
meningkat. Makin lama dilakukan pemanasan maka makin tinggi
suhu air dalam panci. Hal serupa adalah ketika
kita letakkan batang besi dingin di dekat api. Suhu batang besi
lama- lama meningkat akbiat menyerapan kalor.

 Kalor dapat mengubah wujud zat


Zat dapat berada dalam wujud padat, cair, dan gas. Pada suhu
di bawah 0 oC, air berada dalam wujud padat (es), antara 0 oC sampai
100 oC berada dalam wujud cair (kita sebut air), dan di atas 100 oC
berada dalam wujut gas (uap air).
Es yang memiliki suhu di bawah 0 oC akan mengalami
kenaikan suhu jika menyerap kalor. Ketika kalor diberikan terus maka
suhunya terus naik hingga mencapai 0 oC. Ketika kalor diberikan pada
es yang bersuhu 0 oC, maka tidak terjadi pertambahan suhu. Yang
terjadi adalah perubahan es menjadi air namun semuanya berada pada
suhu 0 oC. Es yang bersuhu 0 oC berubah menjadi air yang bersuhu 0
oC (Gambar. 11.13, kiri). Ini adalah contoh perubahan fasa, yaitu dari

1
fasa padat ke fasa cair. Perubahan fasa ini sering disebut peleburan.
Gambar 1.13. (kiri) Es yang bersuhu 0 oC akan mencair jika menerima
kalor dan (kanan) Kawat solder yang berwujud pada akan meleleh jika
meneirma kalor dari mata solder.

2.9 Kapasitas Kalor


Pada bab ini kita simbolkan energi kalor dengan huruf Q.
Energi kalor 5,5 kalori ditulis Q = 5,5 kalori. Kalau kalian panaskan
berbagai macam benda
di atas kompor yang sama selama selang waktu yang sama maka
kalian akan amati bahwa kenaikan suhu benda tersebut secara umum
tidak sama. Ada benda yang mengalami kenaikan suhu sangat cepat.
Contoh benda ini adalah aluminium, besi, atau logam lainnya. Ada
benda yang mengalami kenaikan suhu lambat. Contoh benda ini
adalah air. Karena dipanaskan selama selang waktu yang sama maka
semua benda tersebut sebenarnya menyerap energi kalor dalam
jumlah yang sama. Tetapi mengapa kenaikan suhu dapat berbeda?
Untuk membedakan benda satu dengan benda lain berdasarkan
berapa besar perubahan suhu apabila diberikan energi kalor maka kita
definisikan suatu besaran yang dinamakan kapasitas kalor. Besaran
tersebut memiliki rumus
𝑄
𝑐=
∆𝑇
dengan

C adalah kapasitas kalor;


Q adalah jumlah kalor yang diberikan atau ditarik dari benda tersebut;

∆T adalah perumabahn suhu benda.


Satuan Q adalah kalori atau joule. Satuan T adalah oC atau K. Jadi
satuan kapasitas kalor dapat berupa kal/oC atau J/oC, atau kal/K, atau
J/K.

1
Persamaan (11.6) jelas mengatakan bahwa:
a) Jika kapasitas kalor sebuah benda bernilai besar maka diperlukan kalor
yang banyak untuk mengubah suhu benda.
b) Sebaliknya, jika kapasitas kalor sebuah benda bernilai kecil maka cukup
diperlukan kalor sedikit untuk mengubah suhu benda.

Contoh 1.3

Misalkan kalian memiliki sejumlah benda: potongan besi, potongan


aluminium, dan potongan tembaga. Suhu awal semua potongan logam
diukur. Potongan tersebut dimasukkan ke dalam 2.000 g air secara
bergantian. Setelah suhu air turun 5 oC, potongan dikeluarkan dari air
dan suhu potongan logam diukur. Tabel 11.1 adalah data yang
diperoleh. Hitunglah kapasitas kalor masing- masing potongan
Tabel 11.1 Tabel untuk Contoh 11.3
Jenis logam Suhu awal (oC) Suhu akhir (oC)

Besi 23 33

aluminium 25,5 31

Tembaga 23,5 33,5

Tabel 11.2 Tabel untuk jawaban Contoh 1.3.


Jenis Suhu Suhu Perubahan Kalor yang Kapasitas kalor
logam awal akhir suhu, diserap Q C =
(oC) (oC) (kal) Q/ T (kal/ C)
o

T (oC)
Besi 23 33 10 10.000 1.000

aluminium 25,5 31 5,5 10.000 1.820

Tembaga 23,5 33,5 10 10.000 1.000

1
Besi 1 kg Besi 2 kg Besi 3 kg Besi 4 kg

Tembaga 1 kg Emas 1 kg Aluminium 1 kg


Besi/Baja 0,8 kg

Gambar 1.14. (atas) Zat yang sama memiliki kapasitas kalor yang
berbeda jika massanya berbeda. (bawah) Zat yang berbeda dalam
memiliki kapasitas kalor yang sama.

2.10 Kalor Jenis


kita simpulkan bahwa perbandingan kapasitas kalor dan massa
merupakan sifat khas suatu zat. Besaran ini kita namai kalor jenis, dan
dihitung dengan persamaan
𝐶
𝑐=
𝑚
dengan

c adalah kalor jenis


Satuan kalor jenis adalah kal/kg oC atau J/kg oC, atau kal/kg K, atau
J/kg K. Hampir semua zat telah didokumentasikan nilai kalor
jenisnya. Tabel 11.4 adalah kalor jenis sejumlah zat.

1
Tabel 11.3 Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat pada
berbagai massa sebesar 1 oC.
Zat/Massa Kalor untuk menaikkan suhu Kapasitas kalor Kapasitas kalor/massa
sebesar 1 oC (kkal) (kkal/oC) (kkal/kg
oC)

Air

2 kg 2 2 1

5 kg 5 5 1

20 kg 20 20 1

Besi

0,5 kg 0,0555 0,0555 0,111

4 kg 0,444 0,444 0,111

10 kg 1,111 1,111 0,111

Aluminium

0,1 kg 0,0214 0,0214 0,214

1,8 kg 0,3852 0,3852 0,214

9,5 kg 2,033 2,033 0,214

Ketika benda menyerap atau melepas kalor maka besar


kalor dapat dihitung dengan rumus
Q = C∆T

Jika kita belum mengetahui nilai kapasitas kalor, C, maka kita hitung
kapasitas kalor dengan rumus C mc .

Contoh 1.4

Sebanyak 0,4 kg besi di tempat pandai besi dibakar sehingga suhunya


naik dari 30 oC menjadi 450 oC. Berapa jumlah kalor yang diserap
besi untuk menaikkan suhu tersebut?

1
Contoh11.5

Jika 500 g tembaga yang bersuhu 50 oC dimasukkan ke dalam 200 g


air yang bersuhu 20 oC, berapa suhu akhir ketika dua benda tersebut
dalam keseimbangan (mencapai suhu yang sama)?

Tabel 11.4. Kalor jenis sejumlah zat (dari berbagai sumber).


Zat Kalor
jenis
Satuan kal/g Satuan J/g
oC oC
Udara (tekanan 1 atm, suhu 0 oC) 0,24 1,0035

Aluminium 0,214 0,897

Argon 0,124 0,5203

Tembaga 0,092 0,385

Intan 0,122 0,5091

Etanol 0,583 2,44

Kaca 0,2 0,84

Grafit 0,17 0,710

Emas 0,03 0,129

Hidrogen 3,418 14,30

Besi 0,108 0,450

Timbal 0,031 0,129

Air raksa 0,033 0,1395

Lilin 0,598 2,5

Perak 0,056 0,233

Titanium 0,125 0,523

Baja 0,111 0,466

Air 1,00 4,184

Es 0,504 2,108

Seng 0,092 0,387

1
2.11 Kalor Jenis Kuantum

Pada pembahasan di atas kalor jenis benda dianggap konstan,


berapa pun suhu benda. Hasil ini selalu benar selama suhu benda
masih tinggi. Namun, jika suhu benda diturunkan mendekati nol
kelvin maka sifat ini tidak lagi dipenuhi. Kalor jenis benda tidak lagi
konstan tetapi menuju nol jika suhu menuju nol. Gejala ini baru
diamati ketika para ahli sudah bisa menurunkan suhu mendekati nol
kelvin yang dimulai oleh ilmuwan belanda Heike Kamerling Onnes.
Awalnya tidak ada teori yang dapat menjelaskan pengamatan
ini. Orang yang pertama yang berhasil menjelaskan sifat kalor jenis
benda yang menuju nol ketika suhu mendekati nol kelvin adalah
Albert Einstein berdasarkan teori kuantum energi getaran atom.
Namun, teori yang dirumuskan Einstein kurang tepat menjelaskan
data pengamatan. Teori Einstein kemudian disempurnakan oleh
fisikawan Belanda, Debeye. Teori Debeye benar-benar cocok dengan
data pengamatan. Teori yang dibangun Debeye juga didasarkan pada
fisika kuantum. Menurut teori Debeye, pada suhu sangat rendah kalor
jenis zat padat bukan logam merupakan fungsi pangkat 3 suhu (suhu
dinyatakan dalam satuan kelvin), atau
c = AT3
dengan adalah konstanta. Suku pertama merupakan sumbangan
elektron bebas, dan suku kedua merupakan sumbangan getaran
atom.

2.12 Kalor Lebur


Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk melebur zat padat
menjadi zat cair? Jumlah kalor tersebut bergantung pada mass zat
yang akan dilebur serta jenis zat. Besar kalor yang diperlukan
memenuhi persamaan
Q=mL

dengan

m adalah massa zat yang dilebur (kg)


L disebut kalor lebur zat (kal/kg atau J/kg).

1
Tabel 11.5 Kalor lebur zat padat dan suhu peleburan (dari
berbagai sumber).

Zat Titik lebur (oC) Kalor lebur (kJ/kg)

Es 0 334

Aluminium 660 321

Kuningan 900 168

Cadmium 321 46

Cobalt 1495 243

Tembaga 1085 176

Gliserin 18 200

Emas 1065 67

Iodine 114 62,2

Air raksa -39 11,6

Platina 1768 113

Perak 962 88

Timbal 327 23

Timah putih 232 25,2

Seng 420 118

Contoh 1.6 Tentukan kalor total yang diperlukan untuk mengubah 500 g
es yang bersuhu -5 oC sehingga menjadi air yang bersuhu 25 oC.

2
2.13 Kalor Lebur Material Ukuran Nanometer
Saat ini kita masuk kepada dunia nanometer. Satu nanometer =
sepersatu miliar meter (10-9 meter). Saat ini mulai banyak teknologi
yang didasarkan pada gejala-gejala materi dalam ukuran nanometer.
Dan yang menarik bahwa sifat material dalam ukuran nanometer
dapat berbeda sangat jauh dengan sifat material dalam ukuran besar.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 11.17, emas dalam ukuran besar
melebur pada suhu sekitar 1300 K. Tetapi kalau emas dibuat dalam
bentuk partikel berukuran beberapa nanometer maka emes dapat
melebur pada suhu di bawah 500 kelvin.

T1 (R) = T100 ( 𝑎
1- 𝐷)
dengan
Tl(D) adalah titik lebur material yang berjari-jari D,
Tl adalah titik lebur material dalam ukuran besar,

a adalah konstanta.

Gambar 1.15 Titik lebur emas dalam ukuran sangat kecil (ukuran
nanometer) bergantung pada diamater partikel (pubs.rsc.org). Makin kecil
diameter partikel maka titik lebur makin kecil. Emas berukuran besar
(ukuran makroskopik) meleleh pada suhu sekitar 1.300 kelvin. Namun
emas dalam bentuk partikel berukursan sekitar 2 nanometer melelh pada
suhu sekitar 300 kelvin (1 nanometer = 0,000000001 meter = seper satu
miliar meter).

2
2.14 Kalor Uap
Kalor yang diperlukan untuk mengubah zar cair menjadi gas
seluruhnya (menguapkan) memenuhi persamaan

Q=mU
dengan
m adalah massa zat (kg)
U disebut kalor uap (J/kg).

Contoh 1.7 Berapa kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 50 g air yang
bersuhu 50 oC sehingga seluruhnya menjadi uap?

Tabel 11.6 Kalor uap zat padat dan suhu penguapan atau titik uap
(dari berbagai sumber)
Zat Titik uap (oC) Kalor uap (kJ/kg)
Air 100 2.260
Magnesium 1.090 5.300
Aluminium 2.467 10.890
Mangan 2.061 3.746
Besi 2.861 6.070
Kobalt 2.927 6.730
Nikel 2.913 6.400
Tembaga 2.567 4.724
Seng 907 2.050
Perak 2.167 2.390
Kadmium 767 890
Timah putih 2.602 2.510
Iodium 184 328
Platina 3.825 2.410
Emas 2.856 1.645

2
2.15 Perpindahan Kalor

Seperti dijelaskan di atas, kalor berpindah dari benda bersuhu


tinggi ke benda bersuhu rendah. Perpindahan kalor berhenti ketika
suhu kedua benda sudah sama. Kondisi ketika dua benda memiliki
suhu sama disebut kesetimbangan panas atau kesetimbangan termal.
Selama ada perbedaan suhu maka kalor selalu berpindah hingga
tercapai kesetimbangan panas.
benda, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi

Konduks

Konveks

Radias

Gambar 1.16 Tiga cara perpindahan kalor: konduksi, konveksi, dan


radiasi (beodom.com). Konduksi adalah perpindahan kalor melalui
benda tanpa disertai perpindahan atom atau molekul benda. Konvensi
adalah perpindahan kalor yang dibawa oleh aliran atom atau molekul
benda. Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan kehadiran
benda. Pada peristiwa radiasi, kalor dibawa oleh gelombang
elektromagnetik.

 Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke tempat
lain melalui benda. Tetapi selama kalor berpindah tidak ada bagian
benda maupun atom atau molekul penyusun benda yang ikut
berpindah.
Ketika ujung zat dipanaskan maka electron-elektron pada
bagian tersebut bergerak lebih kencang (memiliki energy kinetic lebih
besar). Akibatnya electron bermigrasi ke lokasi yang memiliki energy
kinetic lebih rendah (bagian zat yang lebih dingin). Migrasi tersebut
menyebabkan tumbukan electron yang berenergi tinggi dengann
electron yang berenergi

2
Ukuran kemampuan zat menghantar kalor dikenal dengan
konduktivitas panas. Laju konduksi kalor dalam bahan
memenuhi persamaan
𝑇𝑡 − 𝑇𝑟
𝑞 = 𝑘𝐴 𝑑
𝐿
dengan

q adalah kalor yang dirambatkan per detik (J/s)


Tt adalah suhu satu ujung benda (suhu tinggi)

Tr adalah suhu ujung benda yang lain (suhu rendah)

L adalah panjang benda (m)


A adalah luas penampang benda (m2)
k disebut konduktivitas panas (J/m s oC).

Sebagai ilustrasi lihat Gambar 11.20 untuk menjelaskan peristiwa


konduksi kalor. Konduktivitas panas sejumlah zat tampak pada Tabel
11.7.

Tt Tr

Gambar 1.17. Parameter untuk menentukan perpindahan panas dalam


bahan secara konduksi.

Contoh 1.8

Sebuah silinder tembaga memiliki panjang 10 cm dan jari-jari 5 cm.


Satu ujung silinder disentuhkan ke air yang sedang mendidih dan
ujung lainnya disentuhkan pada es yang sedang mencair. Tentukan
a) Laju perambatan kalor dalam batang.
b) Jumlah kalor yang dipindahkan selama 5 menit.

2
Tabel 11.7 Konduktivitas panas sejumlah zat (dari berbagai sumber).
Zat Konduktivitas panas (J/m s
oC)

Aluminium 205

Perunggu 42

Tembaga 385

Kaca 0,8

Emas 315

Es 2

Besi 72

Timbal 35

Nikel 91

Perak 427

Stainless stell 17

Air 0,6

Contoh 1.9

Untuk memindahkan kalor dari air mendidih ke lokasi yang memiliki


suhu 25 oC digunakan sebuah batang aluminium. Jarak dua lokasi
tersebut adalah 3 meter. Aluminium dibungkus dengan isolator ideal
sehingga tidak ada kalor yang terbuang selama perpindahan.
Berapakah jari-jari batang aluminium (anggap berbentuk silinder)
agar laju perpindahan kalor adalah 50 J/s.

 Konveksi

Konveksi hanya terjadi di dalam benda yang memiliki atom


atau molekul yang dapat bergerak bebas. Benda seperti ini adalah
fluida yang terdiri dari zat cair dan gas. Jadi, konveksi terjadi dalam
zat cair atau gas. Ketika air di dalam panci dipanaskan maka bagian
air yang menerima panas adalah bagian yang bersentuhan dengan
panci, khususnya bagian dasar panci. Namun, lama-lama seluruh
bagian air menjadi panas karena adanya aliran molekul air dari bawah

2
ke atas. Aliran tersebut mendesak air yang dingin yang berada di atas
untuk turun sehingga mengalami pemanasan.

Air panas mengalir

naik Air dingin mengalir

turun

Gambar 1.18. Fenomena konvekssi pada air yang dipanaskan dalam panci.).
UDARAPAN
UDARA

ANGIN

Gambar 1.19 Salah satu mekanisme terjadinya angin akibat konveksi


(ocw.uci.edu).

2
Udara panas mengalir
ke atas

Udara dingin Udara dingin

Gambar 1.20. Kebakaran sering memicu munculnya angin kencang dari sisi
menuju ke lokasi kebakaran. Ini adalah fenomena konveksi (***).

Tempat keluar magma

Lebih dingin Lebih dingin

Konveksi Konveksi

Lebih panas Lebih panas

(kawah gunung api)

Contoh 1.10 Konveksi magna di dalam bumi (peter-


mulroy.squarespace.com).

 Radiasi
Bentuk ketiga perpindahan kalor adalah radiasi. Radiasi adalah
perpindahan kalor tanpa melalui medium. Ruang antara matahari dan
bumi
kebanyakan hampa. Tetapi panas matahari dapat mencapai bumi.
Ini salah satu bukti bahwa kalor dapat merambat tanpa perlu
medium.

2
radiasi radiasi

Gambar 1.22 Panas api unggun dengan segera dirasakan oleh orang yang
duduk di sekeliling api unggun. Panas tersebut merambat melalui radiasi,
bukan konduksi atau konveksi melalui udara antara orang dan api unggun
(shabrinat.blogspot.com).

Radiasi

Gambar 1.23. Panas dapat merambat secara radiasi karena panas


tersebut dibawa oleh gelombang elektromagnetik (sciencelearn.org.nz)

2
2.16 Pemanfaatan Sifat Kalor

 Cairan Radiator
Cairan radiator digunakan pada kendaraan untuk
mendinginkan mesin. Cairan ini berfungsi untuk menyerap panas dari
mesin dan melepas panas ke
udara. Dengan cara seperti ini maka mesin kendaraan tidak terlampau
panas. Cairan radiator disirkulasikan melewati mesin yang mengalami
pembakaran, dan sesampainya di bagian radiator, cairan tersebut
mengalami pendinginan oleh aliran udara dari depan mobil.

Selang atas Termostat

Kipas angin

Pompa
Radiator
air

Selang bawah Saluran


transmisi

Gambar 1.24 Ilustrasi pemasangan radiator pada mobil


(autorepairshopsanjose.com)
Tempat memasukkan
cairan radiator Memasukkan cairan radiator

Cairan menuju mesin

Cairan dari mesin

Gambar 1.25. Bentuk radiator dan memasukkan cairan pendingin ke dalam


radiator mobil (5osial.wordpress.com

2
 Penyulingan Air
Penyulingan air adalah proses mendapatkan air murni dari air
yang bercampur dengan komponen lain (mengandung bahan terlarut
di dalamnya).

Termo meter

Aliran uap air

Uap

wad a

Air pending Air

Air

Gambar 1.26 Contoh skema alat penyuling. Air dipanaskan hingga


mendidih sehingga dihasilkan banyak uap. Hany air yang menguap
sedangkan zat lain di dalamnya tidak menguap. Jadi dalam uap
terkandung molekul air semua. Uap air dialirkan ke bagian
pendingin sehingga suhunya turun di bawah 100 oC. Akibatnya air
kembali berubah ke wujud cair dan masuk ke wadah penampung
dalam bentuk air murni.

 Pembuatan Garam
Garam dibuat dengan menjemur air laut. Di dalam air laut
terlarut zat- zat pembentuk garam seperti NaCl. Air laut sendiri tidak
dapat langsung diubah menjadi garam karena konsentrasi zat
terlarut masih rendah.

Gambar 1.27. Garam akan terbentuk jika sudah banyak air yang
menguap sehingga konsentrasi zat dalam air laut sangat tinggi. Ini
dicapai dengan penjemuran yang cukup lama. (lensaindonesia.com)

3
2.17 Pemanfaatan Sifat Perpindahan Kalor

Setrika

Pegangan

Pengatur
Pengunci

Tempat arang

Gambar 1.28 (kiri) Desain setrika arang dan (kanan) sertika listrik
yang banyak digunakan saat ini (kalinggasepeda.wordpress.com,
depopelita.com)

Setrika listrik yang ada sekarang telah dilengkapi dengan


sensor suhu. Kalau suhu terlalu tinggi maka arus listrik tiba-tiba
putus sehingga elemen pemanas berhenti dipanaskan. Suhu
setrika tidak lagi bertambah panas. Ketika suhu kembali turun
maka arus listrik kembali tersambung dan filament kembali
mengalami pemanasan dan suhu setrika kembali naik. Dengan
adanya sensor ini maka kita dapat mengatur suhu setrika sesuai
dengan jenis kain yang akan dihaluskan.

3
BAB III
PENUTUP

Kalor (atau panas) sebenarnya adalah energi kinetik (mikroskopis) partikel-


partikel penyusun suatu benda. Gerak partikel-partikel penyusun benda tadi
tidak tampak secara makroskopis, gerakannya sangat acak dan inilah yang
tampak atau teramati sebagai panas. Sebagai bentuk energi kinetik, tentunya
kalor dapat berpindah. Perpindahan kalor ini terjadi dengan cara perpindahan
energi kinetik partikel-partikel penyusun benda ke partikel lain (yang
mungkin merupakan partikel penyusun benda lain). Sebagai contoh, bila dua
benda disentuhkan, maka pada permukaan sentuh kedua benda, partikel-
partikel penyusun kedua benda akan saling bertumbukan dan saling
memindahkan energi dan momentum. Secara makroskopik ini akan teramati
sebagai perpindahan panas antara kedua benda tadi, yang disebut konduksi
panas. Bentuk lain perpindahan panas misalnya perpindahan energi gerak
partikel akibat bergeraknya zat sebagai benda cair. Partikel-partikel penyusun
zat cair yang berenergi kinetik tinggi lebih mudah bergerak sehingga volume
yang ditempatinya (untuk jumlah partikel tertentu) lebih besar. Akibatnya
bagian zat cair dengan energi kinetik yang lebih tinggi akan lebih renggang
(rapat massanya lebih rendah), maka akan bergerak ke atas. Perpin- dahan
panas semacam ini disebut konveksi panas. Bentuk ketiga perpindahan panas
adalah perpindahan energi yang diperantarai oleh partikel foton cahaya.
Partikel-partikel penyusun benda yang bergetar dengan energi tinggi akan
melepaskan partikel foton cahaya yang membawa sebagian energi kinetiknya.
Bila partikel foton yang dipancarkan tadi menabrak benda lain, maka energi
foton tadi akan diberikan kepada partikel penyusun benda yang ditabraknya.
Bentuk perpindahan panas semacam ini disebut sebagai radiasi panas.

Dalam proses konduksi, ketika kedua benda disentuhkan, terjadi


perpindahan panas antara keduanya sampai keduanya mencapai kondisi
kesetimbangan termal. Kesetimbangan termal adalah kondisi ketika tidak
ada lagi total perpindahan panas antara kedua benda (walaupun secara
mikroskopik masih terjadi perpindahan panas, tapi panas yang berpindah dari
benda pertama ke benda kedua, sama dengan yang berpindah dari benda
kedua ke benda pertama).

3
DAFTAR PUSTAKA

fmipa.itb.ac.id https://fmipa.itb.ac.id › sitesPDF Diktat-Fisika-Dasar-I.pdf -


FMIPAITB

https://appuim.uim-makassar.ac.id/lms/mod/resource/view.php?id=12909
Mirzan satriawan-Fisika Dasar 2012.

You might also like