Professional Documents
Culture Documents
Thabaqat Al-Muhadditsin
Thabaqat Al-Muhadditsin
Abstrak
Taqsimu at-Thabaqat (klasifikasi-periodik) merupakan tradisi asli dalam Islam sebagai buah
dari hasil pemikiran sahabat Nabi. Ada beberapa faedah atau manfaat didalam mempelajari
thabaqat almuhadditsin diantaranya adalah dapat mengetahui sejumlah rawi yang memiliki
keserupaan dan sulit dibedakan, bisa terhindar dari kekeliruan lantaran kesamaan antar rawi
dalam nama, dapat mengetahui hakikat di balik tadlis, atau meneliti maksud pernyataan
seorang rawi, apakah ia dalam bentuk sanad yang mustahil atau munqathi’. Teori Ibn Hajar di
abad 9 H. bisa dianggap teori klasik dilihat dari segi originalitas teori yang sebelumnya
belum ada, juga dibandingkan dengan teori pengembangan. Dari beberapa studi tentang
periodisasi perawi, belum ada pengembangan yang cukup signifikan terhadap teori klasik Ibn
PENDAHULUAN
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi pernah membuat pernyataan yang berbunyi,
“Ummat terbaik adalah generasi masaku, kemudian generasi setelahnya, lalu generasi
setelahnya”. Dari pernyataan tersebut bisa kita simpulkan bahwa periodisasi perawi secara
tidak langsung sudah ada sejak awal sejarah Islam. Taqsimu at-Thabaqat (klasifikasi-
periodik) merupakan tradisi asli dalam Islam sebagai buah dari hasil pemikiran sahabat Nabi.
Klasifikasi periodik ini menjadi metode tertua dalam hal klasifikasi waktu yang pernah ada
pada sejarah tradisi ilmiah pemikiran Islam yang kemudian pada abad kedua hijriyah
Ilmu Thabaqat dalam pembahasan dalam Ilmu Hadis biasanya masuk dalam
pembahasan ilmu tarikh al-ruwat yang ada dalam rijal al-hadits. Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib
membagi ilmu rijal al-hadits menjadi dua macam, yaitu ilmu tarikh al-ruwat dan al-jarh wa
al-ta’dil. Ilmu tarikh alruwat adalah ilmu yang mencoba mengenal para periwayat hadis dari
aspek yang berkaitan dengan periwayatan mereka terhadap hadis tersebut. Sedangkan ilmu
al-jarh wa al-ta’dil adalah ilmu yang membahas perihal ihwal para periwayat dari segi
PEMBAHASAN
kelompok yang memiliki satu pengikat yang sama. Perkembangan ilmu thabaqat sejak abad
ke-2 H ditangan para ulama’ hadist. Ilmu thabaqat ini bagian dari ilmu rijalul hadist karena
memiliki kesamaan objek yakni, pembahasan mengenai perawi yang menjadi sanad suatu
hadist. Maka dari itu ilmu thabaqat merupakan pengelompokan para rawi dalam beberapa
Thabaqat Al Muhadditsin secara etimologi ialah kaum yang sebaya atau serupa. Bisa
terminologi ialah sekumpulan orang yang hidup dalam satu masa dengan periwayatannya
yang sama. Yang dimaksut dengan kesamaan perawinya melilup beberapa hal, antara lain;
kesamaan hidup dama satu masa, kesamaan tentang umur, kesamaan menerima hadist dari
1
‘Ajaj Al Khathib, Ushul Al Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits, 277-233.
B. Faedah Thabaqat Al-Muhadditsin
diantaranya adalah dapat mengetahui sejumlah rawi yang memiliki keserupaan dan sulit
dibedakan, bisa terhindar dari kekeliruan lantaran kesamaan antar rawi dalam nama, dapat
mengetahui hakikat di balik tadlis, atau meneliti maksud pernyataan seorang rawi, apakah ia
dalam bentuk sanad yang mustahil atau munqathi. Keamanan dari hadis mursal dan munqathi
dan membedakannya dari yang musnad, selain untuk mengetahui ke muttashilan dan ke
mursalan suatu hadist. Sebab hadist tidak dapat ditemukan sebagai hadist muttashil atau
mursal jikalau tidak diketahui apakah thabiin yang meriwayatkan hadist dari sahabat itu
hidup segenerasi atau tidak. Dikarenakan jika seorang tabiin tersebut tidak pernah hidup
segenerasi dengan para sahabat sudah tentu hadist yang diriwayatkannya tidak muttashil atau
apa yang di dakwakan sebagai sabda atau perbuatan nabi itu adalah mursal.
Teori Ibn Hajar di abad 9 H. bisa dianggap teori klasik dilihat dari segi originalitas
teori yang sebelumnya belum ada, juga dibandingkan dengan teori pengembangan. Dari
beberapa studi tentang periodisasi perawi, belum ada pengembangan yang cukup signifikan
terhadap teori klasik Ibn Hajar hingga abad ke 15 H saat ini. Kecuali hasil pengembangan
dari seorang sejarawan Islam di Makkah Abu Ibrahim Muhammad Ilyas (w. 1440 H/2019 M)
yang berhasil membuat perhitungan tabulasi berdasarkan teori klasik Ibn Hajar.
Hasil penditian Abu Ibrahim pada rumusan periodisasi perawi yang dilakukan oleh
Ibn Hajar Al-Asqalani dalam bukunya Taqrib At-Tahdzib, menurut Abu Ibrahim. periodisasi
perawi Ibn Hajar didasarkan pada enam indikator berikut: (1) pertemuan Guru-Murid, (2)
tahun lahir, (3) tahun wafat. (4) usia, (5) generasi, dan (6) usia saat mendapatkan data Hadits.
Untuk melihat konsep original dari rumusan Periodisasi Perawi Ibn Hajar Al-Asqalani di
Buku Taqrib Al-Tahdzib, berikut penulis lansir rumusan tersebut (Ibn Hajar, 1421 H. hal. 81-
82):
Tahun
kelompok Mukhaddram.
III Wustha Tabi’in Tabi’in kelas tengah, seperti Hasan Al- Sebelum tahun
Hijriyah)
H).
VII Kibar Atba’ Atba’ Tabi’in kelas tua, seperti Malik bin
H).
IX Sughra Atba’ Atba’ Tabi’in kelas kecil, seperti Yazid Setelah tahun
Tabi’in bin Harun (l. 118 w. 206 H), As-Syafi’i 200 Hijriyah
XII Sighar Tubba’ Tubba’ Atba’ kelas kecil, seperti Abu Isa
H).
KESIMPULAN
Jadi pembahasan presentasi kali ini tentang thabaqat muhadditsin, yaitu suatu
kelompok orang-orang yang memang pakar dalam meriwayatkan hadits dan jelas sanadnya.
Kendati itu hadits dhaif, hasan, shahih yang penting sanadnya perawinya juga jelas. Artinya
yang terkait dengan thabaqoh persoalan perawi dan jarak sanadnya kemudian ia mendapatkan
beberapa hadits lalu kemudian di turun temurunkan kepada generasi pakar hadits selanjutnya.
Turun temurun hadits yang terus berkembang oleh para pakar hadits dan muhadditsin
itu banyak corak bertahap dari hadits klasik hingga hadits-hadits kontemporer. Jika dari
seorang muhadditsin juga pakar-pakar hadits terus melihat keadaan dunia terus berkembang
maka akan bertahap corak hadits yang di riwayatkan dan tentunya dengan sanad yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
• Abdurrahman. 2021. Periodisasi Perawi Hadits. Riwayah: Jurnal Studi Hadits Vol.7.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/10048