Professional Documents
Culture Documents
Document - Farmakognosi Lanjut
Document - Farmakognosi Lanjut
13 – 20 April 2001
Abstrak
Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol herba Andrographis panniculata Nees telah
diuji menggunakan uji toleransi glukosa pada tikus dan mencit diabetes yang diinduksi
dengan aloksan. Ekstrak menurunkan gula darah tikus pada dosis 2,0 g/kg bb, tetapi pada
dosis 0,5 g/kg bb dan 1,0 g/kg bb tidak teramati adanya efek. Hal yang menarik adalah
bahwa ekstrak pada dosis 2,1 g/kg bb dan 2,8 g/kg bb, dan efeknya jauh lebih rendah pada
dosis 3,5 g/kg bb juga menunjukkan kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah
mencit diabetes yang diinduksi aloksan.
Abstract
Antidiabetic activity of the ethanol extract of Andrographis paniculata Nees herbs
had been tested using glucose tolerance test in rat and alloxan induced diabetic mice. The
extract reduced rat blood glucose at the dose of 2.0 g/kg bw but there was no effect
observed at dose of 0.50 g/kg bw and 1.0 g/kg bw. It is interesting that the extract at doses
2.1 g/kg bw and 2.8 g/kg bw, and the effect was much lower at 3.5 g/kg bw also showed
the capacity to reduce blood glucose level of alloxane induced diabetic mice.
1. Pendahuluan
Herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae) merupakan salah
satu bahan obat tradisional yang paling banyak dipakai di Indonesia. Dalam buku resmi
tanaman obat Indonesia1), herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika,
sedangkan pustaka lain menyebutkan bahwa herba sambiloto yang digunakan bersama-
sama dengan kumis kucing (Orthosiphon stamineus) diindikasikan sebagai obat kencing
manis2,3). Efek analgetik, antipiretik dan antiulserogenik dari isolat andrografolida, suatu
glikosida diterpenoid yang diperoleh dari herba sambiloto telah dilaporkan4). Ekstrak
etanol dan andrografolida dari herba sambiloto juga menunjukkan aktivitas pada hepatitis
yang disebabkan oleh Plasmodium berghei5).
13
14 JMS Vol. 6 No. 1, April 2001
Adanya efek antidiabetes dari herba sambiloto telah ditunjukkan baik pada kelinci
maupun penderita diabetes. Namun demikian, baik ekstrak segar maupun ekstrak
keringnya mempunyai efek yang kurang menguntungkan, yaitu menunjukkan daya inhibisi
terhadap respirasi jaringan6). Pada pengujian dengan menggunakan uji toleransi glukosa,
komponen non-polar dari herba sambiloto tidak menunjukkan adanya aktivitas sebagai
penurun gula darah. Efek sebagai penurun gula darah ditunjukkan oleh komponen polar,
yaitu ekstrak etanol yang diperoleh dari serbuk yang telah diekstraksi secara berturut-turut
dengan heksana dan etilasetat7).
Sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini ekstrak etanol
herba sambiloto diuji aktivitas hipoglisemiknya dengan menggunakan uji toleransi glukosa
pada tikus. Pada uji ini, induksi hiperglisemia dilakukan dengan pemberian glukosa dosis
tinggi yang akan meningkatkan konsentrasi glukosa darah yang sifatnya sementara. Kalau
pada percobaan sebelumnya digunakan satu dosis, yaitu 0,5 g/kg bb, pada percobaan ini
digunakan tiga dosis, yaitu: 0,5; 1,0 dan 2,0 g/kg bb. Pengujian juga dilakukan terhadap
mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Pemberian aloksan dosis tertentu akan
menyebabkan kerusakan seluruh sel-sel β-pulau Langerhans. Bila terjadi kerusakan
seluruh sel β maka akan terjadi diabetes permanen. Tetapi untuk penelitian ini digunakan
dosis yang lebih rendah, sehingga hanya merusak sebagian sel β-pulau Langerhans. Dosis
aloksan yang dipilih adalah 70 mg/kg bb8). Mencit dibiarkan selama satu minggu,
kemudian untuk percobaan dipilih yang bobotnya tidak berkurang sebanyak lebih dari atau
sama dengan 10% akan tetapi kadar gula darahnya tetap tinggi. Senyawa kimia lain yang
banyak digunakan untuk menginduksi kerusakan sel β adalah streptozotosin9).
*)
Penulis untuk berkorespondensi Tlp./Fax. 022-2508143
JMS Vol. 6 No. 1, April 2001 15
Tabel 1. Uji toleransi glukosa ekstrak etanol herba sambiloto pada tikus
Kelompok Glukosa darah tikus (mg/dl) sebelum dan setelah pemberian glukosa
Perlakuan Sebelum 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit
Kontrol 68,6 ± 33,8 154,0 ± 19,5 134,9 ± 16,3 111,6 ± 16,5 115,1 ± 16,6
Ekstrak 47,9 ± 5,4 97,5 ± 31,6 113,1 ± 10,5 116,3 ± 13,1 114,4 ± 25,5
0,5 g/kg bb
Ekstrak 76,2 ± 30,2 125,1 ± 20,3 148,0 ± 13,1 128,2 ± 26,3 98,5 ± 18,3
1,0 g/kg bb
Ekstrak 118,8 ± 21,3 191,3 ± 17,8 166,8 ± 26,2 158,9 ± 6,8 130,0 ± 6,8
2,0 g/kg bb
Tolbutamid 72,4 ± 26,4 85,7 ± 36,4 99,0 ± 13,7 88,6 ±19,3 48,0 ± 26,0
50 mg/kg bb
Yang sangat menarik adalah efek ekstrak etanol daun sambiloto pada mencit
diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Aloksan ini merusak sel-sel penghasil insulin,
yaitu sel β-pulau Langerhans11). Ekstrak etanol herba sambiloto secara bermakna
menurunkan glukosa darah mencit yang diinduksi dengan aloksan, artinya merangsang
pelepasan insulin pada sel yang tidak rusak sempurna. Berdasarkan data percobaan ini,
tolbutamid tidak berfungsi pada mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan. Berbeda
dengan pada uji toleransi glukosa yang menunjukkan adanya korelasi positif antara dosis
dengan respon, efeknya justru menurun dengan meningkatnya dosis pada rentang dosis
yang digunakan. Terlihat pada tabel 2 bahwa pada dosis terbesar yang digunakan, efeknya
justru lebih kecil daripada dosis yang paling kecil. Hal ini sering dijumpai pada aktivitas
ekstrak bahan alam yang merupakan campuran multikomponen. Efek dari komponen-
komponen tersebut dapat saling sinergis, aditif maupun antagonis. Kemungkinan pada
dosis yang lebih besar ekstrak herba sambiloto memperparah kerusakan jaringan penghasil
insulin juga tidak dapat diabaikan. Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut efek toksik dari
ekstrak herba sambiloto dalam kaitannya dengan penggunaannya sebagai obat antidiabetes.
18 JMS Vol. 6 No. 1, April 2001
160
140
0,5 g/kg bb
% kenaikan glukosa darah 120
100
80
kontrol
60
40
1,0 g/kg bb
20
0
2,0 g/kg bb
0 30 60 90 120
-20
Tolbutamid
-40
Waktu setelah pemberian glukosa (menit)
Gambar 1. Kurva kenaikan glukosa darah tikus setelah diberikan ekstrak etanol herba
sambiloto, kontrol (u), dosis 0,5 g/kg bb (n), dosis 1,0 g/kg bb (s), dosis 2,0
g/kg bb (l) dan tolbutamid 50 mg/kg bb(6)
Tabel 2. Kadar glukosa darah mencit diabetes aloksan setelah pemberian ekstrak
sambiloto
Efek penurunan glukosa darah pada mencit diabetes yang diinduksi aloksan ini
barangkali disebabkan oleh perbaikan sel-sel β-pulau Langerhans oleh komponen-
komponen ekstrak etanol herba sambiloto. Percobaan lebih lanjut diperlukan untuk
membuktikan kemungkinan tersebut. Sejauh ini, kemampuan ekstrak dalam meningkatkan
sekresi insulin yang diuji in vitro dengan mengukur peningkatan produksi insulin tidak
JMS Vol. 6 No. 1, April 2001 19
4. Kesimpulan
Ekstrak etanol herba sambiloto mempunyai efek menurunkan glukosa darah pada
uji toleransi glukosa dengan efek yang meningkat dengan peningkatan dosis pada kisar
dosis yang diberikan (0,5-2,0/kg bb). Ekstrak ini menunjukkan aktivitas yang lebih
bermakna (P = 0,05) pada mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan.
Ucapan Terimakasih
Penelitian ini dibiayai Proyek Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan
Terapan, No. kontrak: 70/P21PT/DPPM/97/PHBVI/1/V/1997
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI, “Materia Medika III”, 20-25 (1979).
2. Heyne, K., “Tumbuhan Berguna Indonesia” (Terjemahan), Balai Penelitian Kehutanan,
Dep. Kehutanan, Jakarta, 1756 (1987).
3. Perry, L.M., “Medicinal Plant of East and South East Asia”, The MIT Press,
Cambridge, Massachusetts and London, 1, (1980).
4. Madav, S., Tripathi, H.C. Tandan, J.S. & S.K. Mishra, “Analgesic, antipyretic and
antiulcerogenic effects of andrographolide”, Indian J. Pharm. Sci., 57:3, 121-125.
(1995).
5. Chander, R.; Srivastava, V. , Tandon, J.S. & N.K. Kapoor, “Antihepatotoxic activity
of diterpenes of Andrographis paniculata (Kal Megh) against Plasmodium berghei
induced hepatic damage in mastomys natalensis”, Int. J. Pharmacog., 33:2, 135-138
(1995).
6. Soedigdo, P., Kurniasari, A.A., Kiao, T.L. & S. Soedigdo, “Penghambatan Respirasi
Jaringan Oleh Ekstrak daun Sambiloto, Andrographis paniculata Nees”, Proceeding
ITB, 6:4, 127-132 (1972).
20 JMS Vol. 6 No. 1, April 2001
7. Soetarno, S., Sukandar, E.Y., Sukrasno & Yuwono, A., “Aktivitas Hipoglisemik
Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae)”, J.M.S., 4:2,
62-69 (1999).
8. Kelompok Kerja Ilmiah Phytomedica, “Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia
dan Pengujian Klinik”, Yayasan Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam,
Jakarta, 15-17 (1993).
9. Fukunaga, T., Miura, T., Furuta, K. & Kato, A., “Hypoglycemic effect of rhizomes of
Smilax glabra in normal and diabetic mice”, Biol. Pharm. Bull., 20, 44-46 (1997).
10. Varley, H. & Gowenblock, A.L., “Practical Clinical Biochemistry”, 5th ed. William
Heinemann Medical Book Ltd., 406-414, (1980).
11. Ammon, H.P.T., “The Situation of Phytotherapy in Europe, Especially in The Field of
Diabetes, Inflamation and Hepatitis”, dalam: Pemanfaatan Obat Bahan Alam.
Prosiding Seminar Sehari 25 September 1993. Jurusan Farmasi FMIPA ITB-Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Bandung, 14-35 (1993).
12. Chandrasekar, F., “Penggunaan pankreas tikus terisolasi dalam uji aktivitas ekstrak
sambiloto, Andrographis paniculata Nees (Acanthaceae) terhadap sekresi insulin”.
Tugas Akhir: Jurusan Farmasi FMIPA ITB. Bandung (1996).