You are on page 1of 6

KHUTBAH PERTAMA

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah, sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwasanya
Islam adalah agama yang sempurna, agama yang telah menjelaskan kepada kita segala hal yang bisa
mendatangkan kemaslahatan dan sekaligus mencegah dari segala kemudharatan.

Allah berfirman:

… ‫…اْلَي ْو َم َأْك َم ْلُت َلُك ْم ِد يَن ُك ْم‬

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 3)

Bahkan orang Yahudi di zaman para sahabat, mereka tahu bahwa Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah menjelaskan semuanya kepada kita. Kata orang Yahudi kepada Salman Al-Farisi: “Nabi kalian telah
mengajarkan kepada kalian segala sesuatu. Sampai masalah buang hajat.” Kata Salman: “Betul, Rasul
mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh menghadap ke kiblat atau membelakangi kiblat ketika
buang hajat.”

Kalau masalah buang hajat saja, masalah yang privasi, Islam telah menjelaskan dengan sangat detail.
Apalagi masalah yang mencakup suatu negeri, suatu masyarakat, yang berkaitan dengan keamanan
suatu negeri. Maka Al-Qur’an dan Sunnah telah menjelaskan kepada kita semuanya, bagaimana kiat
meraih negeri yang aman sekaligus dibarokahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan kita sebagai seorang muslim yang berakal sehat, pasti menginginkan negeri yang kita cinta ini
menjadi negeri yang aman dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sebagai seorang muslim,
kita kembali kepada pedoman hidup kita, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan
Al-Qur’an serta Sunnah Rasul menjelaskan dengan sedetail-detailnya bagaimana meraih negeri yang
aman tersebut.

1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala

Yang pertama, ma’asyiral muslimin, kalau kita ingin negeri kita aman dan diberkahi oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada jalan lain kecuali dengan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam ibadah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan
kepada Allah.

Allah berfirman:

‫﴾ اَّلِذي َأْط َعَم ُهم ِّمن ُجوٍع َو آَم َن ُهم ِّمْن َخ ْو ٍف ﴿ َف ْلَي ْع ُبُدوا َر َّب َٰه َذ ا اْلَبْيِت‬٣ ﴿﴾٤

“Hendaklah mereka beribadah kepada Allah Rabbnya Ka’bah, mengesakan Allah dalam ibadah,
menyerahkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah. Yang Allah-lah yang memberi kepada mereka
makanan (menghilangkan) dari kelaparan dan menganugerahkan kepada mereka keamanan dari
ketakutan.” (QS. Quraisy[106]: 3-4)
Ini kata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau kita menghendaki keamanan dalam diri kita, keluarga kita,
masyarakat kita, negeri kita, jalan yang utama dan pertama adalah mengesakan Allah dalam ibadah,
menyerahkan semua ibadah kita, baik shalat, puasa, zakat, haji, penyembelihan, sumpah, istighatsah
(minta pertolongan) hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫﴿ ِإَّياَك َن ْع ُبُد َو ِإَّياَك َن ْس َت ِعيُن‬٥﴾

“Hanya kepada Engkau-lah Ya Allah kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta
pertolongan.” (QS. Al-Fatihah[1]: 5)

Dan Allah juga berfirman:

‫اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َلْم َي ْلِبُسوا ِإيَم اَن ُهم ِبُظْلٍم ُأوَٰل ِئَك َلُهُم اَأْلْم ُن َو ُهم ُّمْه َت ُدوَن‬

“Dan orang-orang yang beriman, yang bertauhid, yang mengesakan Allah dalam ibadah, dan tidak
mencampur adukkan iman dan tauhid mereka dengan kesyirikan, bagi mereka keamanan dan mereka
mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-An’am[6]: 82)

Kalau kita mau aman, pegang erat tauhid, jauhi kesyirikan (penyembahan kepada selain Allah). Kalau
kita mau negeri yang kita cinta ini menjadi negeri yang aman, maka wajib kita betul-betul menyerahkan
semua ibadah kita kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan. Hanya beribadah kepada
Allah, tidak beribadah kepada Nabi, tidak beribadah kepada Wali yang telah mati, namun beribadah
hanya kepada Allah.
Maka pasti Allah akan menurunkan kepada negeri kita keamanan yang hakiki. Dan itu pula yang Allah
firmankan dalam ayat yang lain:

‫َو َع َد ُهَّللا اَّلِذيَن آَم ُنوا ِمنُك ْم َو َعِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َلَي ْس َت ْخ ِلَفَّنُهْم ِفي اَأْلْر ِض َك َم ا اْس َت ْخ َلَف اَّلِذيَن ِمن َقْبِلِه ْم َو َلُيَم ِّك َن َّن َلُهْم ِد يَن ُهُم اَّلِذي اْر َت َض ٰى َلُهْم‬
‫…َو َلُيَب ِّد َلَّنُهم ِّمن َب ْع ِد َخ ْو ِفِه ْم َأْم ًن اۚ َي ْع ُبُد وَن ِني اَل ُيْش ِر ُك وَن ِبي َش ْي ًئ ا‬

“Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal shalih. (1) Allah akan
menjadikan mereka sebagai penguasa di atas muka bumi ini sebagaimana Allah menjadikan orang-
orang sebelum mereka sebagai penguasa. (2) Allah akan mengokohkan agama yang Allah ridhai bagi
mereka. (3) Allah akan merubah ketakutan mereka dengan keamanan…” (QS. An-Nur[24]: 55)

Allah meminta dari kita satu syarat saja. Apa itu? Yaitu ‫“ َي ْع ُبُد وَن ِني اَل ُيْش ِر ُك وَن ِبي َش ْي ًئ ا‬Mereka harus beribadah
kepadaKu saja dan tidak berbuat kesyirikan.”

Ini ma’asyiral muslimin, kiat pertama dan utama meraih keamanan, baik untuk diri kita pribadi, untuk
keluarga kita, untuk masyarakat kita, untuk negeri kita, pegang erat tauhid dan meninggalkan segala
bentuk kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Banyak-banyak berdoa kepada Allah

Yang kedua, kalau mau negeri kita menjadi negeri yang aman, banyak-banyaklah berdoa kepada Allah,
memohon kepada Allah keamanan. Karena kata para ulama doa adalah kunci kebaikan, dalam urusan
dunia maupun akhirat.

Allah berfirman:

… ‫…اْد ُعوِني َأْس َت ِج ْب َلُك ْم‬

“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan.” (QS. Ghafir[40]: 60)


‫ُأ‬
‫…َو ِإَذ ا َس َأَلَك ِع َب اِدي َع ِّن ي َف ِإِّن ي َق ِر يٌب ۖ ِج يُب َد ْع َو َة الَّداِع ِإَذ ا َد َع اِن‬

“Apabila hambaKu bertanya kepadamu tentang diriKu, jawablah Aku dekat, Aku mengabulkan doa
orang yang berdoa kepadaKu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 186)

Doa adalah ibadah yang harus diserahkan kepada Allah. Ini bentuk tauhid kepada Allah. Di antara doa
kepada Allah adalah minta agar negeri kita dijadikan negeri yang aman.

Jangankan kita, Khalilullah (kekasih Allah), Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, beliau berdoa kepada Allah.
Sebagaimana Allah firmankan:

‫…َو ِإْذ َق اَل ِإْب َر اِهيُم َر ِّب اْج َع ْل َٰه َذ ا َب َلًد ا آِم ًن ا‬

“Ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa: ‘Wahai Rabb kami, jadikanlah negeri ini negeri yang aman.'” (QS.
Al-Baqarah[2]: 126)

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan negeri kita negeri yang aman dan dibarokahi oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita dzikir pagi
dan petang. Di antaranya:

‫ وآِمْن َر ْو َع اتي‬، ‫…الَّلُهَّم اسُتر َع ْو َر اتي‬

“Ya Allah tutupilah auratku dan berilah aku keamanan dari ketakutanku.” (HR. Ibnu Majah)

Karena yang bisa memberikan keamanan kepada kita, kepada negeri kita, adalah Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Banyak-banyaklah memohon keamanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Merujuk kepada para ulama

Kalau kita mau negeri kita aman, maka kata para ulama harus kita merujuk kepada para ulama,
memohon fatwa kepada mereka, terutama dalam kondisi-kondisi yang genting. Ada kondisi-kondisi yang
membutuhkan fatwa. Maka mintalah fatwa kepada para ulama, yang mewarisi nabi, mewarisi ilmunya
nabi, mewarisi aqidahnya nabi, mewarisi sunnah nabi.
Allah berfirman:

… ‫َف اْس َأُلوا َأْه َل الِّذ ْك ِر ِإن ُك نُتْم اَل َت ْع َلُموَن‬

“Bertanyalah kepada para ulama jika kalian tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl[16]: 43)

Demikian pula Allah berfirman:

‫…َو ِإَذ ا َج اَء ُه ْم َأْم ٌر ِّم َن اَأْلْم ِن َأِو اْلَخ ْو ِف َأَذ اُعوا ِبِهۖ َو َلْو َر ُّدوُه ِإَلى الَّر ُسوِل َو ِإَلٰى ُأوِلي اَأْلْم ِر ِم ْن ُهْم َلَع ِلَم ُه اَّلِذيَن َي ْس َت نِبُط وَن ُه ِم ْن ُهْم‬

“Apabila datang kepada orang-orang munafik berita tentang keamanan atau ketakutan, orang-orang
munafik langsung menyebarkannya. Kata Allah: ‘Seandainya mereka mau mengembalikannya kepada
Rasul dan kepada para ulama, maka mereka akan mengetahui hukum yang bisa mereka pegang.'” (QS.
An-Nisa'[4]: 83)

Ini bedanya orang mukmin dengan orang munafik. Orang munafik suka menyebar berita-berita bohong,
gosip, ataupun hal-hal yang bisa meresahkan masyarakat dengan berita-berita bohong tersebut. Adapun
Al-Mu’minun (orang beriman), mereka bertanya kepada para ulama.

Makanya Al-Khalifatur Rasyid Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata: “Jangan kalian
tergesa-gesa menerima berita, menyebarkan berita, jangan kalian menjadi provokator, menyebarkan
berita-berita bohong yang bisa membuat manusia ribut dan sebagainya dengan berita-berita bohong
tersebut. Jangan kalian menanam benih-benih fitnah ataupun hal-hal yang bisa merusak keamanan
masyarakat atau suatu negeri.”

4. Tidak membuat gangguan

Di antara kiat meraih keamanan, yaitu dengan tidak membuat gangguan terhadap manusia yang lain.
Makanya Rasul menceritakan tentang sifat orang mukmin. Kata Rasul:

‫َو اْلُمْؤ ِمُن َم ْن َأِم َن ُه الَّن اُس َع َلى ِدَماِئِه ْم َو َأْم َو اِلِه ْم‬

“Orang mukmin yang mana manusia lain selamat dari bahayanya (tidak mengganggu orang lain), baik
dengan menumpahkan darahnya atau merampas hartanya.” (HR. Tirmidzi)

Dan kita ketahui, Rasul mengatakan bahwa iman memiliki 70 lebih cabangnya. Yang paling tinggi adalah
ucapan Laa Ilaaha Illallah, dan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. Menyingkirkan gangguan dari jalan bagian dari keimanan. Maka sebaliknya, mengganggu orang,
entah di jalan, di rumah, dan seterusnya, ini merupakan cabang-cabang kekufuran. Naudzubillahi min
dzalik.
Khutbah kedua – Kiat Meraih Negeri Yang Aman

5. Bersikap bijak terhadap pemimpin kaum muslimin

Di antara kiat meraih negeri yang aman, kiat untuk kita menggapai keamanan di negeri yang kita cinta ini
adalah dengan bersikap bijak terhadap pemimpin kaum muslimin.

Islam (Al-Qur’an dan Sunnah) telah menjelaskan dengan sedetail-detailnya, dengan sejelas-jelasnya,
bagaimana kita menyikapi pemimpin kaum muslimin, baik yang dzalim maupun yang adil. Di antaranya,
kewajiban kita menghormati pemimpin kaum muslimin, entah dia itu sebagai raja atau sebagai presiden.
Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ وَم ْن أهاَن ُسلطاَن ِهللا أهانه ُهللا‬، ‫َم ْن َأكرم ُسلطاَن ِهللا َأكرَم ه ُهللا‬

“Barangsiapa yang memuliakan pemimpinnya, maka Allah akan memuliakan dia. Namun barangsiapa
yang menghinakan pemimpinnya, maka Allah akan menghinakan dia.” (HR. Tirmidzi no. 2224, Ahmad
no. 20433, dihasankan Al Albani)

Yang kedua, kewajiban kita bersabar ketika menghadapi kedzaliman pemimpin yang dzalim. Rasul yang
memerintahkan kita semuanya. Dalam Shahih Muslim, Rasul mengatakan:

‫ ِإاَّل َم اَت ِم يَت ًة َج اِه ِلَّيًة‬، ‫َم ْن َر َأى ِمْن َأِميِر ِه َش ْي ًئ ا َي ْك َر ُهُه َفْلَي ْص ِبْر َع َلْيِه َفِإَّن ُه َم ْن َف اَر َق الَج َم اَع َة ِش ْبًر ا َفَم اَت‬

“Barangsiapa yang melihat dari pemimpinnya sesuatu yang tidak dia sukai, maka bersabarlah atas hal
tersebut. Karena barangsiapa yang memisahkan diri dari jama’ah (barisan pemimpin kaum muslimin)
satu jengkal lalu ia meninggal dunia, ia meninggal dalam keadaan jahiliyah.” (HR Bukhari : 7054, Muslim :
1849).

Nauzubillahi min dzalik..

Demikian pula kewajiban kita terhadap pemimpin, mendengar dan taat kepada perintahnya yang tidak
bermaksiat kepada Allah. Allah berfirman:

‫…َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّر ُسوَل َو ُأوِلي اَأْلْم ِر ِمنُك ْم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan pemimpin di antara kalian.” (QS.
An-Nisa'[4]: 59)

Bahkan Rasul mengatakan:

‫ َو َي ْس َتُّن وَن بغيرُس َّن ِتي‬، ‫َس َي ُك وُن َب ْع دي أئَّم ًة َي ْه َت ُدوَن بغيرهديي‬

“Akan muncul setelahku pemimpin-pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak mengikuti
sunnahku.”
Kemudian kata Rasulullaah :

‫َو َس َي ُقوُم ِفيِه ْم ِر َج اٌل ُقُلوُبُهْم ُقُلوُب الَّش َياِط يِن ِفي ُج ْث َم اِن ِإْن ٍس‬

“Dan akan muncul pemimpin-pemimpin yang berhati setan dalam jasad manusia (yaitu pemimpin yang
dzalim).”

Kata Hudzaifah bin Yaman, seorang sahabat rasul, bertanya kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, apa
sikapku kalau menghadapi pemimpin yang dzalim, yang kejam, yang curang, pemimpin yang tidak
mengikuti petunjuk Rasul?” Apa kata Rasul?

‫َت ْس َم ُع َو ُتِط يُع ِلَأْلِميِر َو ِإْن ُض ِر َب َظ ْهُر َك َو ُأِخ َذ َم اُلَك َف اْس َم ْع َو َأِط ْع‬

“Tetap engkau dengar perintahnya, dan engkau taati. Meskipun dipukul punggungmu dan dirampas
hartamu, dengar dan taatilah.” (HR. Muslim)

Maka, ma’asyiral muslimin, ini kewajiban kita terhadap pemimpin kaum muslimin, agar terjadi
keamanan.

6. Haram mengkudeta pemimpin muslim

Demikian pula yang terakhir, haram mengkudeta pemimpin muslim. Bagaimanapun kedzalimannya. Ini
adalah perintah Rasul, ini adalah petunjuk Rasul. Dalam Shahih Muslim juga, kata Ubadah bin Shamid:

‫َو َأْن اَل ُنَن اِز َع اَأْلْم َر َأْه َلُه ِإاَّل َأْن َت َر ْو ا ُكْف ًر ا َبَو اًح ا ِع ْن َد ُك ْم ِمْن ِهَّللا ِفيِه ُبْر َه اٌن‬

“Kami para sahabat, kami kaum muslimin, dilarang oleh Rasul, mengkudeta, memberontak terhadap
pemimpin muslim, kecuali kalau kalian melihat kekafiran yang nyata darinya, dan kalian memiliki bukti di
sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Riwayat Muslim)

Dan kata Imam an-Nawawi, yang bermazhab Asy-Syafi’i, dalam syarah hadits tadi, beliau mengatakan:

‫وأجمع أهل السنة أنه ال ينعزل السلطان بالفسق‬

“Sepakat Ahlus Sunnah mengatakan bahwa pemimpin yang fasik/dzalim, tidak boleh
dilengserkan/dikudeta, karena kedzalimannya.'”

Inilah ma’asyiral muslimin, petunjuk Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Silakan pilih, ikut petunjuk
Rasul, atau ikut petunjuk para provokator. Na’uzubillahi min dzalik.

Mudah-mudahan apa yang kita sampaikan bermanfaat. Semoga Allah menjaga diri kita dan negeri kita
dari segala bentuk fitnah dan marabahaya, dan semoga Allah menganugerahkan kepada kita keamanan
di dunia dan akhirat.

You might also like